You are on page 1of 111

PANDUAN GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran


di Sekolah Menengah Pertama

2010

Kementerian Pendidikan Nasional

PANDUAN UNTUK GURU MATA PELAJARAN

BAHASA INDONESIA

Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran

2010

untuk Sekolah Menengah Pertama


KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAGIAN I PANDUAN UMUM A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu program utama Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah pengembangan pendidikan karakter. Sebenarnya pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada saat ini, setidak-tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang diberikan untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewargaraan (PKn). Namun demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal. Pertama, kedua mata pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan mengenai nilainilai melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa sehingga siswa berperilaku dengan karakter yang tangguh. Ketiga, menggantungkan pembentukan watak siswa melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter. Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang telah diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah: (1) Pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud meliputi pemuatan nilainilai ke dalam substansi pada semua mata pelajaran dan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran. (2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan. (3) Selain itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah. Pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam semua mata pelajaran (sebagaimana dimaksud oleh butir 1 di atas) merupakan hal yang baru bagi sebagian besar SMP di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam seluruh mata pelajaran, perlu disusun panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam pembelajaran di SMP, terutama ketika guru menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE). B. Pengertian Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, pemfasilitasian pemerolehan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari. Pengenalan, pemfasilitasian, dan penginternalisasian diperoleh melalui proses pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai menjadi perilaku. C. Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. 1. Perencanaan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Pada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan bahan ajar. Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan.

Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Kolom baru ini diisi nilai karakter yang hendak diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, dirumuskan ulang menyesuaikan dengan karakter yang hendak dikembangkan. Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Pertama rumusan tujuan pembelajaran direvisi dengan dua cara: (1) rumusan tujuan pembelajaran ditambah dengan frase yang merupakan karakter atau indikator nilai karakter yang menjadi pumpunan (fokus) atau (2) dirumuskan tujuan pembelajaran yang khusus memuat nilai karakter yang ingin dibiasaan pada peserta didik. Kedua, pendekatan/metode pembelajaran diubah (bila diperlukan) agar pendekatan/metode yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencapai kompetensi mata pelajaran, juga dapat membiasakan pengembangan karakter. Ketiga, langkah-langkah pembelajaran direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi dan/atau ditambah agar kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh kompetensi mata pembelajaran dan sekaligus membiasakan pengembangan karakter. Dalam hal ini guru disarankan menggunakan Pembelajaran Kontekstual (CTL) atau pembelajaran aktif yang lain. Keempat, bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif, misalnya

BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator). MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten). MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten). MK: Membudaya (apabila peserta didik terus-menerus memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).

Kelima, bahan ajar disusun. Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Melalui program Buku Sekolah Elektronik, dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut dalam proses pembelajaran. Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan--yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan kegrafikaan-- bahan-bahan ajar tersebut masih belum secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter. Apabila guru sekadar mengikuti pembelajaran dengan berpatokan pada kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter terlaksana secara memadai. Oleh karena itu, isi, susunan, dan tata urutan bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lain dilakukan dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan pembelajaran pada buku ajar yang digunakan. Selain itu, adaptasi dapat dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran (task), baik secara eksplisit maupun implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah (i) tujuan, (ii) input, (iii) aktivitas, (iv) pengaturan (setting), (v) peran guru, dan (vi) peran peserta didik seperti diuraikan berikut ini. (1) Tujuan Kegiatan pembelajaran menanamkan nilai karakter apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi pada

pengetahuan, tetapi juga berorientasi sikap. Oleh karenanya, guru perlu menambahkan pada tujuan rumusan karakter atau indikator karakter. Contoh Siswa dapat menemukan tempat lema pada kamus tanpa terpengaruh orang lain dengan memperhatikan penanda abjad sampul dan kata petunjuk pada bagian kiri dan kanan atas tiap halaman kamus (NK: mandiri) (2) Input Input pembelajaran dapat berupa teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, carta, benda sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan materi/pengetahuan tersebut. Contoh Dalam pembelajaran berikut kamu diajak menemukan makna kata-kata sulit dengan menggunakan kamus secara efektif dan efisien. Ketika sedang belajar membaca kamus secara efektif dan efisian, kamu juga diajak untuk belajar mandiri dan mengembangkan rasa ingin tahumu Keterampilanmu menggunkan beragam kamus akan menjadikan kamu lebih mandiri dalam belajar materi apa pun. Demikian juga, kemahiranmu membaca kamus akan mengembangkan rasa ingin tahu yang merupakan syarat bagi seorang pebelajar yang hebat. (3) Aktivitas Aktivitas belajar adalah kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas belajar aktif yang antara lain mendorong terjadinya autonomous learning dan bersifat learnercentered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu memperoleh banyak nilai, misalnya diskusi kelompok kecil, praktik mendengarkan, praktik berbicara, praktik membaca, praktik menulis, presentasi kinerja, dan mengerjakan proyek. Pengaturan (setting)

(4)

Pengaturan pembelajaran berkait dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Tiap-tiap jenis pengaturan berimplikasi terhadap penanaman nilai karakter pada peserta didik. Pengaturan waktu penyelesaian tugas yang pendek (sedikit), akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu, kerja kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerja sama, saling menghargai, dan saling menggali informasi dari sejawat. (5) Peran guru Peran guru dalam kegiatan pembelajaran pada buku ajar biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Guru yang memfasilitasi penginternalisasian nilai-nilai oleh peserta didik antara lain guru yang berperan sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi peserta didik). (6) Peran peserta didik Peran peserta didik biasanya tidak dinyatakan secara tersurat. Pernyataan tersurat peran siswa pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Agar terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli, dan menginternalisasi nilai karakter, peserta didik harus diberi peran aktif dalam pembelajaran, misalnya peran partisipan dalam diskusi, penyaji hasil-hasil diskusi, pemodel, dan pelaksana proyek. 2. Pelaksanaan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik

mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sejalan dengan Permendiknas 41/2007, tahapan kegiatan inti harus mengandung aktivitas eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pembelajaran yang sesuai untuk kegiatan ini adalah Contextual Teaching and Learning. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Diagram 1.1. berikut menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.
INTERVENSI Contextual Teaching and Learning Inti: Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi

Pendahul uan

Penutu p

HABITUASI Diagram 1.1 Penanaman Karakter melalui Pelaksanaan Pembelajaran D. Nilai-nilai Karakter untuk SMP Ada banyak nilai (80 butir) yang dapat dikembangkan pada peserta didik. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai nilai pokok yang penanamannya dapat dilakukan oleh semua mata pelajaran. Enam butir nilai dipilih sebagai nilai pokok yang merupakan pangkal tolak pengembangan, yaitu (1) kereligiusan (2) kejujuran (3) kecerdasan (4) ketangguhan (5) kedemokratisan (6) kepedulian Untuk tiap mata pelajaran, nilai pokok itu dapat diperluas atau dikembangkan menjadi 24 nilai utama yang merupakan disarikan dari butir-butir SKL sebagai berikut. (1) Kereligiusan

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agama. (2) Kejujuran Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri maupun pihak lain. (3) Kecerdasan Memiliki perkembangan akal budi sempurna; dapat berpikir, mengerti, memahami, dan merasa segala sesuatu dengan sempurna serta dapat mewujudkannya dalam perkataan dan atau tindakan. (4) Ketangguhan Sukar dikalahkan; memiliki pendirian dan daya tahan yang kuat, andal, dan kukuh dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama, lingkungan alam, dan diri sendiri. (5) Kedemokratisan Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai hak dan kewajiban orang lain sama dengan hak dan kewajiban dirinya. (6) Kepedulian Sikap dan tindakan yang selalu berupaya memperhatikan, mencegah, dan memperbaiki keadaan, penyimpangan, dan kerusakan yang terjadi pada manusia, alam, dan tatanan di sekitar diri. (7) Kemandirian Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. (8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata dan masuk akal untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari apa yang telah dimiliki. (9) Keberanian mengambil risiko Kesiapan menanggung akibat yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan. (10) Berorientasi pada tindakan Kemampuan bersikap dan berpikir yang terarah pada tindakan nyata yang rasional. (11) Berjiwa kepemimpinan

Kemampuan untuk dapat mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya nasional. (12) Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. (13) Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME. (14) Gaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. (15) Kedisiplinan Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. (16) Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. (17) Keingintahuan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. (18) Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. (19) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain. (20) Kepatuhan pada aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. (21) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. (22) Kesantunan Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. (23) Nasionalisme Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. (24) Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. E. Pemetaan Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya pada setiap mata pelajaran. Dengan kata lain, tidak setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Tabel 1.1 menyajikan contoh distribusi nilai-nilai pokok dan utama ke dalam semua mata pelajaran. Tabel 1.1 Contoh Distribusi Nilai-nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran
Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Nilai Utama Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis,

2. PKn

Mata Pelajaran

Nilai Utama nasionalis, patuh pada aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, berpikir logis, kritis, kerja keras, ingin tahu, mandiri, percaya diri Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, kerja keras Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, cinta ilmu Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan sosial Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin tahu, disiplin Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain Religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, demokratis, menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, nasionalis

3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. IPS

6. IPA

7. Bahasa Inggris 8. Seni Budaya 9. Penjasorkes

10.TIK/ Keterampila n 11. Muatan Lokal

F. Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter Sebagaimana disebutkan di depan, integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi yang mengembangkan karakter adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru, termasuk guruguru SMP seluruh Indonesia sejak 2002. Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini. 1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka. Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar otentik dan bermakna; guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya. Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri. 2. Bertanya (Questioning)

Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang

fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, baik teknis maupun akademis (b) mengecek pemahaman siswa (c) membangkitkan respon siswa (d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa (e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa (f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru (g) menyegarkan kembali pengetahuan siswa Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencapai tujuan belajar dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri. 3. Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan. Langkah-langkah kegiatan inkuiri: a) merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun) b) Mengamati atau melakukan observasi c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau yang lain Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan. Praktik masyarakat belajar terwujud dalam: (a) Pembentukan kelompok kecil (b) Pembentukan kelompok besar (c) Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi, dan lainnya) (d) Bekerja dengan kelas sederajat (e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya (f) Bekerja dengan masyarakat Penerapan prinsip masyarakat belajar di dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab. 5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Contoh praktik pemodelan di kelas: a) Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa b) Guru PKn mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut

c) Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya d) Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan Pemodelan dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri. 6. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain melalui diskusi, tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan, menulis jurnal, saling memberi komentar karya, dan catatan pada buku harian. Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain. 7. Penilaian otentik (Authentic assessment)

Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugastugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian. Penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter antara lain kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu. G. Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Silabus

Pengintegrasian nilai karakter dalam silabus pada dasarnya merupakan pengembangan silabus yang sudah ada dengan memasukkan nilai-nilai karakter di dalamnya. Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah dikembangkan dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut diisikan nilai karakter yang akan diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau dirumuskan ulang menyesuaikan karakter yang hendak dikembangkan. Contoh pengembangan silabus dapat dilihat pada lampiran. H. Pengintegrasian Nilai Karakter dalam RPP Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Pertama-tama rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga karakter, dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter. Contoh pengintegrasian nilai karakter dalam RPP dapat dilihat pada lampiran. I. Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter 1. Potensi penggunaan BSE dalam pendidikan karakter Buku-buku pelajaran SMP yang telah masuk dalam daftar BSE memenuhi kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika. Dalam hal isi, setiap BSE memuat semua SK/KD sebagaimana ditetapkan melalui Permen Diknas No. 22 Tahun 2006 dengan cakupan dan kedalaman pembahasan yang memadai. Selanjutnya isi pembelajaran disajikan dan atau dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih untuk menempatkan peserta didik sebagai pelaku pembelajaran yang aktif. Bahasa yang digunakan untuk menyajikan materi

ialah bahasa Indonesia baku yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP. Gagasan atau pesan disajikan secara koheren. Dari sisi grafika, BSE memenuhi berbagai ketentuan kegrafikaan. Selain itu, BSE pada umumnya tidak bias gender, mengembangkan keberagaman atau kebhinekaan dan jiwa kewirausahaan. Memperhatikan ciri-ciri tersebut di atas, BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan dalam mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Hanya dengan melakukan sedikit revisi, buku-buku tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan pendidikan karakter secara terintegrasi dalam pembelajaran. Revisi itu dapat dilakukan dengan cara adaptasi, baik secara keseluruhan maupun secara parsial, baik secara menyatu maupun terpisah, seperti diuraikan berikut ini. 2. Strategi umum penggunaan BSE untuk pendidikan karakter Di depan disebutkan bahwa BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan dalam mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan melakukan adaptasi seperlunya, buku-buku pelajaran yang telah masuk daftar BSE secara efektif akan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan, mengembangkan keterampilan atau kecakapan, dan membangun karakter. Berikut dikemukakan empat jenis adaptasi yang dapat dilakukan, dari yang paling dianjurkan ke yang kurang dianjurkan: (a) adaptasi lengkap, baik isi, kegiatan pembelajaran, maupun teknik evaluasinya, (b) adaptasi parsialmenyatu, pada bagian isi, kegiatan pembelajaran, atau teknik evaluasinya, (c) adaptasi parsial-terpisah dalam bentuk suplemen, pada bagian isi, kegiatan pembelajaran, atau teknik evaluasinya, dan (d) adaptasi spontan pada waktu pembelajaran berlangsung. a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan Adaptasi jenis ini berupa revisi dalam tiga aspek sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi dari bahan ajar yang ada dalam BSE. Revisi itu dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang terdapat dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Dalam merevisi, ada tiga alternatif yang dapat dipilih, yaitu (i) pengubahan isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi, (ii) penambahan isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi, serta (iii) kombinasi antara alternatif (i) dan

alternatif (ii). Setelah revisi selesai dilakukan, bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa. b. Adaptasi parsial-menyatu dilaksanakan sebelum pembelajaran

Adaptasi jenis ini berupa revisi terhadap satu atau dua aspek dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, atau evaluasi dari bahan ajar yang terdapat dalam BSE. Revisi itu dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang terdapat dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Revisi dapat dilakukan dengan cara mengubah atau menambah pada aspek isi, kegiatan pembelajaran, atau teknik evaluasi. Setelah revisi selesai dilakukan, bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa. c. Adaptasi parsial-terpisah (suplemen) sebelum pembelajaran dilaksanakan Adaptasi jenis ini terkait dengan satu atau dua aspek dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, atau evaluasi dari bahan ajar yang terdapat dalam BSE. Adaptasi itu dilakukan secara tertulis, sebelum pembelajaran dilaksanakan, tetapi terpisah dari bahan ajar yang terdapat dalam BSE. Adaptasi dapat dilakukan dengan cara mengubah atau menambah pada aspek isi, kegiatan pembelajaran, atau teknik evaluasi. Setelah adaptasi selesai dilakukan, hasilnya digunakan oleh guru sebagai panduan selama proses pembelajaran berlangsung.

BAGIAN II PANDUAN PENDIDIKAN KARAKTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA A. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran pada dasarnya sama, yaitu nilai karakter manusia dalam berkehidupan, berketuhanan, dan bersesama. Lebih rinci, nilai karakter itu berkenaan dengan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan bangsa. Artinya, dalam kehidupan, nilai karakter itu berfungsi mengontrol dan dimanifestasikan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, lingkungan alam, dan bangsa. Demikian pula, nilai karakter untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan anjuran yang telah dikemukakan di atas, nilai karakter yang dapat diitegrasikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia terdiri dari beberapa nilai karakter pokok atau utama. Ketentuan yang berkenaan dengan nilai karakter pokok atau utama itu bukan berarti membatasi pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang lain. Artinya, nilai karakter yang lain, sepanjang memungkinkan diitegrasikan dalam pembelajaran, juga dianjurkan untuk dikenalkan, dikembangkan, dan dibudayakan dalam kehidupan nyata peserta didik. Nilai karakter pokok, dalam hal ini, ialah nilai karakter yang dijadikan pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Melalui penanaman, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter pokok ini diharapkan nilai karakter yang lain dapat dikembangkan pula. Nilai karakter utama ialah nilai karakter yang diprioritaskan untuk ditanamkan, dikembangkan, dan dibudayakan bagi dan oleh peserta didik. Beberapa nilai karakter utama juga disebutkan dalam nilai karakter pokok karena nilai karakter itu merupakan dasar atau pangkal tolak pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang lain. Satu hal yang perlu disadari ialah tidak ada nilai karakter kehidupan manusia yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan yang lain. Nilai karakter yang satu dan nilai karakter yang lain senantiasa saling bersinggungan, tumpang tindih, dan atau terkait; bahkan nilai karakter yang satu kadang merupakan prasyarat bagi nilai karakter yang lain; nilai karakter yang satu kadang juga merupakan manifestasi atau perwujudan dari nilai karakter yang lain. Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, nilai karakter pokok dan nilai karakter utama yang dianjurkan untuk diitegrasikan dalam pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Nilai Karakter Pokok dan Indikatornya Di antara butir-butir nilai karakter yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran, ada enam butir nilai yang dipilih sebagai nilai karakter pokok, yaitu nilai karakter yang menjadi pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Enam nilai karakter pokok tersebut dapat dirumuskan indikatornya berdasarkan empat kompetensi keterampilan berbahasa seperti pada tabel berikut.
Nilai Karakter Kereligiusan Berkata dan bertindak sesuai norma keagamaan Menjauhi halhal yang dilarang oleh agama Melakukan halhal yang diperintahkan oleh agama Indikator

memiliki kepekaan dalam memahami dan atau


menguasai aspek-aspek keimanan (kereligiusan) dalam konteks keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan (religius) dalam konteks keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan berbicara memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan (religius) dalam konteks keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan membaca. memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan (religius) dalam konteks keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan menulis. kejujuran dalam konteks keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek nilai kejujuran melalui kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan membaca. memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek nilai kejujuran melalui kegiatan menulis.

Kejujuran berkata dan bertindak apa adanya berkata dan bertindak dengan ikhlas

memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai

Nilai Karakter Kecerdasan berpikir rasional berpikir faktual berpikir cermat berpikir kritis berpikir kreatif berpikir inovatif

Indikator

memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan


dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspel nilai kecerdasan dalam kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kecerdasan melalui kegiatan membaca. memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspel nilai kecerdasan dalam kegiatan menulis. konteks penguasan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan mendengarkan. memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan berbicara; dapat menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan berbicara. memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan membaca. memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan menulis; dapat menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan menulis. menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan mendengarkan. menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan berbicara. menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat

Ketangguhan ulet dalam melakukan pekerjaan pantang menyerah ketika mendapatkan kendala atau tatangan tahan dlm menghadapi permasalahan

memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam

Kedemokratisan menghargai hak orang lain menyadari kewajiban diri sendiri

Nilai Karakter

Indikator mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan membaca. menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan menulis. berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan mendengarkan. memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan berbicara. memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan membaca. memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan menulis.

Kepedulian memperhatikan sesama dan lingkungan menghiraukan sesama dan lingkungan mengindahkan sesama dan lingkungan

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan

2. Nilai Karakter Utama dan Indikatornya Beberapa butir nilai karakter utama yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sudah dikemukakan di atas dan di antaranya sudah sebutkan pula pada uraian mengenai nilai karakter pokok. Oleh karena itu, nilai karakter yang termasuk nilai karakter pokok tidak dikemukakan lagi dalam daftar nilai karakter utama berikut. Selebihnya, nilai karakter utama yang diprioritaskan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran dapat dikemukakan melalui tabel berikut ini.
Nilai Karakter Kelogisan Indikator

memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks


penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan mendengarkan informasi.

memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks


penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan berbicara.

memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks

Nilai Karakter

Indikator penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks


penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan menulis. Kekritisan

memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks


penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menerapkan aspek kekritisan dalam menerima informasi melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan aspek kekritisan dalam kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menerapkan aspek kekritisan dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca. memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; dapat menerapkan aspek kekritisan dalam kegiatan menulis.

Kreativitas

memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks


penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menghargai aspek kreativitas dalam menerima informasi melalui kegiatan mendengarkan .

memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks


penguasaan keterampilan berbicara; dapat menerapkan nilai kreatif dalam kegiatan berbicara.

memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks


penguasaan keterampilan membaca; dapat menghargai aspek kreativitas dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca. memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menerapkan aspek kreatif dalam kegiatan menulis. Inovasi

memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan


menghargai aspek inovasi dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi aspek inovasi dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kemauan dan kemampuan berpikir dan


berbuat secara inovatif dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan dan menyampaikan aspek inovasi dalam kegiatan berbicara.

memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan


menghargai aspek inovasi dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi aspek inovasi dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

Nilai Karakter

Indikator

memiliki kemauan dan kemampuan berpikir dan


berbuat secara inovatif dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menerapkan dan menyampaikan aspek inovasi dalam kegiatan menulis. Percara diri

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam konteks


penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan mendengarkan.

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam konteks


penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan berbicara.

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam konteks


penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan membaca.

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam konteks


penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan menulis. Tanggung jawab

memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilai


tanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilai


tanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan berbicara.

memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilai


tanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan membaca.

memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilai


tanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan menulis. Kesantunan

memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai


kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai


kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan berbicara.

memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai


kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai

Nilai Karakter

Indikator kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan menulis.

Keingintahuan

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam


konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan intensitas dan efektivitas yang tinggi dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam


konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki keinginan yang tinggi untuk menguasai keterampilan berbicara.

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam


konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan intensitas dan efektivitas yang tinggi dalam kegiatan membaca.

memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam


konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki keinginan yang tinggi untuk menguasai keterampilan menulis. Nasionalisme

memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilai


nasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menghargai atau mengapresiasi nilai nasionalisme dalam informasi yang diterima melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilai


nasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai nasionalisme dalam kegiatan berbicara.

memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilai


nasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menghargai atau mengapresiasi nilai nasionalisme dalam informasi yang diterima melalui kegiatan membaca.

memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilai


nasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai nasionalisme dalam kegiatan menulis. Gaya hidup sehat

memiliki kepekaan dan atau kebiasaan gaya hidup


sehat dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang gaya hidup sehat yang diterima melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan atau kebiasaan gaya hidup


sehat dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki gaya hidup sehat dan dapat menginformasikannya kepada orang lain melalui kegiatan berbicara.

memiliki kepekaan dan atau kebiasaan gaya hidup

Nilai Karakter

Indikator sehat dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang gaya hidup sehat yang diterima melalui kegiatan membaca.

memiliki kepekaan dan atau kebiasaan gaya hidup


sehat dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki gaya hidup sehat dan dapat menginformasikannya kepada orang lain melalui kegiatan berbicara. Kedisiplinan

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai


kedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan menerapkan aspek kedisiplinan dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai


kedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memahami dan dapat menerapkan kaidah kebahasaan secara taat asas dalam kegiatan berbicara.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai


kedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan menerapkan aspek kedisiplinan dalam kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai


kedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memahami dan dapat menerapkan kaidah kebahasaan secara taat asas dalam kegiatan menulis. Kerja keras

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerja


keras dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, memiliki kebiasaan dan dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerja


keras dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam menguasai keterampilan berbicara.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerja


keras dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, memiliki kebiasaan dan dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerja


keras dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam menguasai keterampilan menulis. memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi mengenai jiwa kepemimpinan dalam kegiatan

Berjiwa Kepemimpinan

Nilai Karakter

Indikator mendengarkan. memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dalam kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi mengenai jiwa kepemimpinan dalam kegiatan membaca. memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dalam kegiatan menulis.

Keberanian mengambil risiko

memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang


mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi yang beorientasi pada tindakan melalui kegiatan mendengarkan. memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menyampaikan informasi yang berorientasi pada tindakan melalui kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi yang beorientasi pada tindakan melalui kegiatan membaca. memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menyampaikan informasi yang berorientasi pada tindakan melalui kegiatan menulis.


Berorientasi pada tindakan

Nilai Karakter Kemandirian

Indikator

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspek


nilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menerima dan memahami informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspek


nilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menyampaikan informasi melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspek


nilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menerima dan memahami informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspek


nilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menyampaikan informasi melalui kegiatan menulis. memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan mendengarkan. Memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan berbicara. memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan membaca. memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan menulis. terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan mendengarkan.

Kecintaan terhadap ilmu

Kesadaran terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain

menghargai dan menerapkan nilai kesadaran

menghargai dan menerapkan nilai kesadaran


terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan berbicara.

menghargai dan menerapkan nilai kesadaran


terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam

Nilai Karakter

Indikator konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan membaca.

menghargai dan menerapkan nilai kesadaran


terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan menulis. Kepatuhan terhadap aturan sosial

memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturan


sosial dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang berbagai aturan sosial yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturan


sosial dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat membiasakan diri mematuhi berbagai aturan sosial dalam kegiatan berbicara.

memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturan


sosial dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang berbagai aturan sosial yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturan


sosial dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat membiasakan diri mematuhi berbagai aturan sosial dalam kegiatan menulis. Menghargai karya dan prestasi orang lain menuliskan kutipan dengan benar menulis daftar sumber pustaka dengan tepat menyebutkan sumber informasi lisan dengan benar menyitir pendapat orang lain dengan benar dan santun dalam berbicara

memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karya


dan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai informasi yang merupakan karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan mendengarkan.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karya


dan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat memahami dan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan berbicara.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karya


dan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai informasi yang merupakan karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan membaca.

memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karya


dan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat memahami dan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan menulis.

Menghargai keberagaman

memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalam


konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan

Nilai Karakter

Indikator menghargai nilai-nilai keberagaman dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.

memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalam


konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menghargai adanya keberagaman pendengar dalam kegiatan berbicara.

memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalam


konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menghargai nilai-nilai keberagaman dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalam


konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menghargai adanya keberagaman pembaca dalam kegiatan menulis.

B.

Pendidikan Indonesia

Karakter

melalui

Pembelajaran

Bahasa

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan media pendidikan karakter karena pada dasarnya merupakan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia dalam semua aspek dan konteks kehidupan. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran empat keterampilan berbahasa Indonesia, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sebaiknya empat keterampilan berbahasa itu tidak disajikan secara terpisah, tetapi dikemas secara terpadu. Melalui pembelajaran terpadu itulah, integrasi pendidikan karakter di dalam pembelajaran bahasa Indonesia menjadi semakin mudah dan memiliki cakupan yang luas. Lebih lanjut, kemudahan dan keluasan penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia itu dapat diperoleh melalui penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) dalam pembelajaran. Melalui pendekatan itu, salah satu di antaranya, pembelajaran bahasa Indonesia dapat disajikan secara tematik. Berbagai tema dapat dipilih, termasuk tema-tema yang bersentuhan dengan atau mengenai pendidikan karakter. Hal itu ditunjukkan oleh sajian materi pembelajaran bahasa Indonesia dalam hampir semua buku sekolah elektronik (BSE) yang diterbitkan oleh BSNP dan pusat perbukuan. Sebagai contoh, di dalam salah satu buku sekolah elektronik (BSE), pembelajaran bahasa Indonesia disajikan melalui beberapa tema, misalnya belajar dari penghalaman, kobarkan terus rasa

nasionalisme, belajar dari berbagai peristiwa, menjaga warisan budaya, berkomunikasi secara santun, meraih prestasi lewat kreasi, membangun rasa percaya diri, memilih aktivitas yang berguna, hidup sehat dan bermanfaat. Melaui tema-tema itu, pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran menjadi mudah dan luwes (fleksibel). Misalnya, melalui sajian materi pembelajaran yang bersifat tematik itu guru dapat mengintegrasikan nilai karakter nasionalisme, ingin tahu, peduli, santun, kreatif, percaya diri, inovatif, hidup sehat, dan sebagainya. Untuk mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam pembelajaran, guru dapat memilih salah satu cara berikut: (i) adaptasi lengkap sebelum pembelajaran, (ii) adaptasi parsial sebelum pembelajaran, atau (iii) adaptasi parsial selama pembelajaran. Namun, agar pengintegrasian nilai karakter dalam pembelajaran lebih efektif, cara pertama lebih dianjurkan, yaitu adaptasi lengkap atau penuh sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Melalui adaptasi itu, guru dapat merevisi atau menyusun kembali materi pembelajarannya berdasarkan materi pembelajaran yang ada di dalam buku sekolah elektronik (BSE) tertentu. Revisi yang perlu dilakukan berkenaan dengan isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasinya. Pada bagian isi, guru dapat mengubah atau menambahkan materi pembelajaran yang memiliki muatan pendidikan karakter tertentu. (ii) Pada bagian kegiatan pembelajaran, guru dapat mengubah atau menambahkan kegiatan tertentu yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengenal, mengembangkan, atau membudayakan nilai karakter dalam kehidupannya. Dalam hal ini, metode atau beberapa metode yang diterapkan harus disertai penjelasan mengenai cara atau mekanisme pelaksanaannya agar peserta didik dapat melakukan kegiatan secara efektif dan efisien, sesuai yang diharapkan. (iii) Pada bagian evaluasi, guru dapat mengubah teknik evaluasi yang ada atau menambah teknik evaluasi baru yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian pendidikan karakter yang diharapkan. (i) Setelah adaptasi itu selesai dilakukan, guru dapat mencetak hasilnya dan memberikannya kepada peserta didik. Tentu saja, cara ini membutuhkan waktu yang agak banyak dan kesungguhan dalam mengerjakannya. Namun, jika dibandingkan dengan tujuan pembelajaran dan pendidikan yang begitu mulia, jerih payah guru seperti itu sungguh jauh dari sebanding. Segala aktivitas guru, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian, sebaiknya diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan. Dengan demikian, aktivitas guru menjadi bermakna

dan mermanfaat bagi perkembangan dan masa depan peserta didik. Berikut ini dikemukakan contoh kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan muatan pendidikan karakter di dalamnya. Kegiatan pembelajaran itu disusun dan dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual dengan berpedoman pada prinsip belajar tertentu. Di antaranya, prinsip belajar yang dapat diterapkan ialah konstruktivisme, bertanya, inquiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik. Contoh
Kegiatan Pembelajaran Apresiasi: Siswa mendengarkan pembacaan pantun atau melihat orang berbalas pantun sebagai kegiatan apresiasi Eksplorasi: Siswa mengamati pantun dan mengindentifikasi ciri bentuk dan maknanya secara individual atau kelompok Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas Elaborasi: Siswa mengamati dan mengindentifikasi jenisjenis pantun secara individual atau kelompok Konfirmasi: Siswa mendiskusikan ciri dan jenis pantun dalam kelompok Inkulkasi: Guru memberikan penjelasan dan penegasan mengenai ciri dan jenis pantun Tujuan Kegiatan Pembelajaran mendapatkan pencitraan mengenai pantun dan dapat mengapresiasi aspek estetika atau keindahannya dapat mengetahui dan mengidentifikasi jumlah baris, jumlah kata setiap baris, jumlah suku kata setiap baris, persajakan pada akhir baris, pilihan kata, dan makna pantun Nilai Karakter yang dapat diintegrasikan

mencintai keindahan

keingintahuan kecermatan

dapat mengidentifikasi berbagai jenis pantun

keingintahuan kecermatan

Produksi: Siswa melakukan kegiatan berikut. melengkapi pantun rumpang, baik

dapat mengkomfirmasikan hasil identifikasi ciri dan jenis pantun, baik kepada teman maupun guru dapat melakukan refleksi terhadap aktivitas yang sudah dilakukan dan pemahaman yang sudah diperoleh mendapatkan kebenaran atau keyakinan pemahaman mengenai ciri dan jenis pantun dapat melengkapi pantun rumpang dapat mengubah atau mengganti kata-kata pada posisi rima

berpikir logis dan kritis kerja sama kebenaran ilmu

kreativitas keberanian rasa percaya diri

Kegiatan Pembelajaran rumpang bagian sampiran maupun rumpang bagian isi mengganti kata-kata pada posisi rima menulis bait pantun berdasarkan tema yang sudah ditetapkan menulis bait pantun berdasarkan tema yang ditentukan sendiri beradu cepat menulis bait pantun

Tujuan Kegiatan Pembelajaran dapat menulis pantun berdasarkan tema yang ditetapkan oleh guru atau ditentukan sendiri dapat menulis pantun dengan cepat

Nilai Karakter yang dapat diintegrasikan

Dalam kegiatan pembelajaran di atas, muncul muatan nilai karakter bermacam-macam. Walaupun demikian, suatu kegiatan pembelajaran harus difokuskan pada salah satu nilai, misalnya rasa percaya diri. Hal itu dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat diselenggarakan dan dievaluasi dengan lebih efektif. Evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis pantun di atas dapat dilakukan melalui evaluasi proses dan evaluasi produk. Demikian pula evaluasi yang berkenaan dengan pengembangan nilai karakter. Baik melalui evaluasi proses maupun produk, guru harus mempersiapkan dan menggunakan alat evaluasi, baik yang berupa tes maupun nontes. Evaluasi tidak bisa dilakukan hanya dengan cara improvisasi atau tanpa persiapan. Artinya, alat evaluasi itu harus dipersiapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Alat evaluasi pengembangan nilai karakter dapat berupa panduan observasi atau daftar pertanyaan evaluasi diri. Untuk masingmasing karakter memiliki aspek atau komponen yang berbedabeda. Artinya, aspek penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian pengembangan nilai karakter kreativitas, misalnya, berbeda dengan aspek penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian pengembangan nilai karakter kerja sama. Demikian pula, untuk nilai karakter yang lain. Pengembangan nilai karakter siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dilakukan melalui pembelajaran keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Hal itu sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu mengembangkan kompetensi siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan konteks kehidupan siswa. Terkait dengan pendidikan nilai

karakter, pengembangan kompetensi siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia itu akan bermuara pada penguasaan keterampilan berbahasa yang berkarakter; penguasaan keterampilan berbahasa yang mencerminkan dan berdampak pada penguasaan nilai-nilai karakter. Dengan demikian, misalnya, keterampilan siswa dalam mendengarkan tidak terbatas pada keterampilan mendengarkan semata, tetapi keterampilan mendengarkan yang dilandasi oleh nilai-nilai karakter. Demikian pula, keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Hal itu merupakan kekhasan tujuan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia; termasuk kekhasan tujuan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan nilai yang terintegrasi di dalamnya. Lebih jauh lagi, dampak pembelajaran bahasa Indonesia yang diharapkan ialah siswa dapat memanfaatkan keterampilan berbahasa Indonesia yang dilandasi oleh nilai karakter itu dalam mempelajari ilmu pengetahuan atau mata pelajaran yang lain. Hal itu dilandasi oleh asumsi bahwa keberhasilan siswa dalam mempelajari ilmu atau mata pelajaran yang lain, salah satunya ditentukan oleh faktor keberhasilan siswa dalam menguasai keterampilan berbahasa Indonesia. Artinya, penguasaan bahasa (Indonesia) ikut menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai ilmu pengetahuan atau mata pelajaran yang lain. C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Karakter 1. Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Isi Berdasarkan hasil analisis terhadap tujuh buku sekolah elektronik (BSE) mata pelajaran bahasa Indonesia sekolah menengah pertama untuk kelas tujuh, yang dipilih secara acak, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya BSE telah memenuhi standar isi sebagaimana dituangkan dalam Permen Diknas nomor 22 tahun 2006. Pada umumnya, BSE disusun dengan mengacu pada SK dan KD yang ada di dalam Permendiknas itu. Materi pelajaran yang ada di dalam BSE disusun secara tematik dan dibagi menjadi 9 atau 10 unit/pelajaran. Pada setiap pelajaran yang disusun secara tematik itu, disajikan 4 sampai 5 topik kegiatan belajar yang harus dilakukan peserta didik. Topik-topik kegiatan belajar itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai kompetensi sebagaimana dituangkan di dalam SK dan KD. Artinya, pengembangan yang mengarah pada keluasan, kevariasian, dan kedalaman materi kegiatan masih terbatas atau belum diupayakan secara maksimal. Pada

umumnya, upaya itu masih berkisar pada bentuk penugasan yang bersifat terbatas pula. Diduga, sebagian besar penulis BSE bahasa Indonesia untuk SMP kelas VII mengalami kesulitan untuk menyajikan contoh bacaan, teks prosa, teks puisi, dan teks-teks lain yang seluruhnya sesuai dengan tema-tema unit pelajarannya. Hal itu terjadi apabila penulis memilih dan menggunakan tema-tema yang bersifat terlalu spesifik, misalnya ekonomi, politik, profesi, teknologi, hiburan, dan sejenisnya. Misalnya, penulis sulit memperoleh teks puisi, teks pantun, atau teks drama yang sesuai dengan tema politik, teknologi, atau ekonomi. Akibatnya, kesesuaian teks puisi, pantun, dan drama yang disajikan dengan tema unit pelajaran yang ditulisnya tidak dihiraukan. Sehubungan dengan pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran, pada umumnya materi pembelajaran yang ada di dalam BSE memungkinkan untuk itu. Artinya, melalui adaptasi guru dapat menambahkan materi kegiatan yang harus dilakukan peserta didik agar mengenal, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter tertentu. Sebagai alternatif, untuk itu, guru juga dapat mengubah metode atau teknik pembelajaran yang ada. Tentu saja, sebagai konsekuensinya, guru juga harus menyesuaikan sistem penilaiannya sebagai alat ukur pencapaian kompetensinya. b. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan di dalam BSE pada umumnya ialah observasi, diskusi, tanya-jawab, pelatihan, demonstrasi, kompetisi, dan pemodelan. Metode pembelajaran itu pada umumnya diulang-ulang penggunaannya pada setiap unit pelajaran, dari unit pelajaran pertama sampai dengan unit pelajaran terakhir. Dengan menggunakan metode itu, peserta didik diarahkan untuk melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi. Metode yang digunakan dalam BSE seperti dikemukakan di atas sebenarnya sudah cukup bervariasi dan dapat mengakomodasi tujuan pembelajaran yang direncanakan. Kelemahannya, penggunaan masing-masing metode itu kadang tidak disertai penjelasan mengenai teknik pelaksanaannya, tidak dilengkapi dengan instrumen atau alat yang digunakan, dan penjelasan mengenai wujud dan indikator capaian targetnya. Di dalam beberapa buku, kadang instruksi yang diberikan kepada peserta didik kurang jelas dan atau kurang lengkap prosedur dan kinerja operasionalnya. Ada beberapa buku yang di dalamnya disediakan instrumen bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi yang diinginkan, tetapi beberapa buku yang lain tidak demikian.

Penulis buku cenderung menganggap peserta didik sudah dapat melakukan kegiatan apa pun yang dimintanya, sehingga tidak melengkapi permintaannya dengan rambu-rambu atau panduan kegiatan. Penulis menganggap peserta didik sudah mengetahui prosedur dan kinerja operasional kegiatan pengamatan, diskusi, tanya-jawab, pendemonstrasian, pelatihan, dan kompetisi. Dengan demikian, penjelasan yang dikemukakan cenderung ala kadarnya. Lebih lanjut, di dalam BSE peran guru dalam kegiatan belajar tidak dinyatakan secara eksplisit. Demikian pula peran peserta didik. Patut diduga, tidak setiap guru memiliki buku petunjuk penggunaannya. Jika demikian, guru perlu dan harus pandaipandai mengambil keputusan mengenai peran yang harus dilakukannya pada setiap unit atau topik pelajaran. Demikian pula, mengenai peran peserta didik pada setiap kegiatan pembelajaran. Sehubungan dengan pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran, pada umumnya metode pembelajaran yang digunakan di dalam BSE sudah cukup memadai. Artinya, metode yang digunakan di dalam BSE juga dapat dipakai untuk mengenalkan, mengembangkan, dan membudayakan nilai-nilai karakter. Apabila penggunaan metode itu tidak disertai dengan penjelasan teknik pelaksanaannya, tidak dilengkapi dengan instrumen, dan penjelasan mengenai wujud dan indikator capaian targetnya, guru sebaiknya secara kreatif mengambil keputusan terbaik untuk melengkapinya. Melalui adaptasi guru dapat mengubah, menambah, dan mereformulasikan metode dan teknik yang digunakan di dalam BSE sehingga pendidikan karakter yang diharapkan dapat terakomodasi. Sebagai contoh, metode observasi dapat digunakan untuk mengembangkan nilai karakter keingintahuan, metode diskusi untuk menumbuhkan nilai karakter kerja sama dan menghargai karya dan prestasi orang lain, metode tanya-jawab untuk mengembangkan nilai karakter kesantunan, metode pelatihan untuk mengembangkan nilai karakter kerja keras, metode demonstrasi untuk mengembangkan nilai karakter keberanian dan rasa percaya diri, metode kompetisi untuk mengembangkan nilai karakter berani menanggung risiko, dan metode pemodelan dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai nilai karakter sesuai dengan model yang digunakan dan tujuan yang ingin dicapai. c. Bahasa Bahasa yang digunakan di dalam BSE pada umumnya sudah sesuai dengan usia dan perkembangan kemampuan kebahasaan peserta didik. Diduga, BSE memiliki keterbacaan

yang cukup tinggi. Untuk usia anak pada awal memasuki sekolah menengah pertama, bahasa yang digunakan dalam BSE cukup sederhana dan mudah dipahami. Baik pilihan kata, struktur kalimat, ejaan, tanda baca, maupun gaya bahasa yang digunakan dalam BSE sesuai dan efektif bagi usia dan perkembangan kemampuan peserta didik. d. Grafika Sebagian besar BSE disusun dengan memperhatikan dan memenuhi prinsip-prinsip kegrafikaan. Materi ditulis dengan huruf Tahoma, Book Antiqua, atau Time New Roman dengan font 11 atau 12. Dengan demikian, semua materi dapat dibaca dengan jelas. Tata letak atau layout digarap dengan memperhatikan aspek keruangan, kemenarikan, dan keindahan. Ilustrasi, tanda dan gambar pada umumnya fullcolor dan disajikan dengan ukuran yang proporsional serta relevan dengan materi pembelajaran yang didukungnya. Jadi, secara keseluruhan, kegrafikaan dalam BSE memenuhi syarat dan menarik. Kemenarikan itu diharapkan dapat merangsang dan menimbulkan minat baca peserta didik. Demikian pula gambargambar yang disajikan sebagai sarana pendukung penyempaian materi pembelajaran. e. Potensi BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Karakter Sudah dikemukakan di atas bahwa BSE memiliki potensi yang cukup besar untuk dimuati pendidikan karakter di dalamnya. Adanya potensi itu di antaranya disebabkan oleh pendekatan yang digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran, yaitu pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning). Dengan pendekatan kontekstual, materi pembelajaran disajikan secara tematik; bahkan tema-tema yang dipilih sebagian sudah berkenaan dengan nilai karakter tertentu. Tema-tema yang digunakan dalam BSE, di antaranya, ialah aktif dan kreatif, menjalin persahabatan, hidup penuh perjuangan, belajar dari pengalaman, kobarkan terus rasa nasionalisme, berkomunikasi secara santun, meraih prestasi melalui kreasi, membangun rasa percaya diri, hidup sehat dan bermanfaat, dan sebagainya. Di dalam tema-tema itu sudah tercermin nilai karakter tertentu, misalnya kreativitas, kerja sama, kepedulian, kejuangan, ingin tahu, evaluasi diri, keteladanan, nasionalisme, kesantunan, rasa percaya diri, hidup sehat, dan sebagainya. Di samping itu, nilai karakter pokok religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis pun sangat memungkinkan dan mudah untuk diintegrasikan di dalamnya.

Di samping itu, metode dan teknik kegiatan belajar yang digunakan dalam BSE juga sangat mendukung diintegrasikannya pendidikan karakter di dalam pembelajaran. Sebagai contoh, penggunaan metode observasi dengan teknik pengamatan, wawancara, percobaan (eksperimen), perbandingan, dan sebagainya, di dalamnya, sudah terkandung atau memungkinkan untuk dimuati pendidikan karakter tertentu. Melalui observasi dapat dikembangkan nilai karakter cinta ilmu, ingin tahu, berpikir logis, kritis, dan inovatif, jujur, disiplin, percaya diri, bertanggung jawab, dan sebagainya. Melalui wawancara dapat dikembangkan nilai karakter menghargai pendapat orang lain, berperilaku sopan, dan berbahasa dengan santun. Melalui percobaan dapat dikembangkan nilai karakter cinta ilmu, rasa ingin tahu, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan berpikir logis, kritis, dan inovatif. Melalui perbandingan dapat dikembangkan nilai karakter jujur, bertangung jawab, menghargai karya orang lain, ingin tahu, dan sebagainya. Melalui metode diskusi dengan teknik presentasi dan tanya jawab dapat dikembangkan nilai karakter menghargai pendapat orang lain, disiplin, jujur, bertanggung jawab, berperilaku sopan, dan berbahasa dengan santun. Demikian pula, melalui metode dan teknik yang lain. Walaupun aspek materi pembelajaran dan penyajiannya serta metode dan teknik yang digunakan dalam BSE sangat memungkinkan untuk dimuati pendidikan karakter tertentu; bahkan sebagian sudah berkenaan dengan pendidikan karakter tertentu, pada kenyataannya para penulis BSE belum secara sadar dan sengaja memfokuskan pembelajarannya pada pendidikan karakter. Setidaknya, target atau tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada setiap unit pelajaran tidak difokuskan untuk itu. Oleh karena itu, para guru harus secara sadar dan kreatif mengambil keputusan untuk mereformulasi setiap unit pelajaran dalam BSE dengan memasukkan pendidikan nilai karakter di dalamnya. Cara yang dapat digunakan untuk itu di antaranya dengan mengubah, menambah, atau mempertegas setiap butir materi yang ada pada setiap unit pelajaran sehingga pengembangan nilai karakter tertentu dapat terakomodasi. Pengubahan, penambahan, dan penegasan itu tentu saja berkenaan dengan isi, kegiatan pembelajaran, dan sistem evaluasinya. Berikut ini dikemukakan contoh unit pelajaran bahasa Indonesia yang diambil dari BSE yang di dalamnya dapat diintegrasikan nilai-nilai karakter. f. Contoh Unit Pembelajaran dari BSE

Contoh unit pembelajaran bahasa Indonesia ini diambil dari BSE untuk SMP/MTs. kelas tujuh semester pertama yang ditulis oleh Endah Tri Priyatni, dkk.. Untuk keperluan ini gambar dan atau ilustrasi sengaja dihilangkan.

Setiap subunit dalam contoh unit pelajaran ini dapat dimuati dengan pendidikan karakter, baik pada subunit menceritakan pengalaman yang paling mengesankan, membaca cepat dan menyimpulkan isi bacaan, maupun pada subunit menulis pantun. Pendidikan karakter itu dapat diintegrasikan pada materi, kegiatan, dan evaluasi. Perhatikan dengan saksama kemungkinan pengintegrasian nilai karakter pada masingmasing subunit pelajaran berikut ini.

PELAJARAN I BELAJAR DARI PENGALAMAN Topik Pembelajaran: A. Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan B. Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan C. Menulis Pantun A. Belajar dari Pengalaman Amatilah semua acara reality show di televisi. Hampir semua acara tersebut mengharuskan semua peserta untuk dapat bercerita. Nah, pada pembelajaran ini kamu pun akan belajar bercerita yang baik, runtut, mudah dipahami, dan pengalaman yang kamu ceritakan dapat diambil hikmahnya oleh para pendengar. Kemampuanmu bercerita akan lengkap apabila kamu juga memiliki pengetahuan yang luas melalui kegiatan membaca. Dalam pembelajaran ini kamu akan belajar membaca cepat sekaligus belajar menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Keterampilan berbahasamu akan lengkap jika kamu juga bisa bersastra, yaitu menulis pantun. Kemampuanmu dalam menulis pantun ini akan memberi nilai tambah penampilanmu dalam berbahasa lisan di depan umum karena pantun dapat dimanfaatkan untuk menghangatkan suasana.

1. Bercerita tentang Mengesankan

Pengalaman

yang

paling

Pada pengantar kegiatan pembelajaran ini guru dapat menambahkan penjelasan untuk memotivasi peserta didik dalam mengenal, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam kehidupannya.

Tidak ada pengalaman yang sia-sia. Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Ini berarti kita dapat belajar dari pengalaman, baik pengalaman yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain. Agar kamu dapat menceritakan pengalamanmu yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan ungkapan peribahasa yang menarik, kamu akan melakukan serangkaian aktivitas berikut: (1) mengamati contoh pengalaman yang mengesankan, (2) menemukan ciri pengalaman yang mengesankan, (3) memilih pengalamanmu yang paling mengesankan untuk kamu ceritakan, (4) membuat kerangka cerita, dan (5) menyampaikan cerita yang telah kamu susun kerangkanya tersebut secara lisan dengan memberdayakan ungkapan/peribahasa. 2. Mengamati Mengesankan Contoh Pengalaman yang yang

Kita dapat belajar mengungkapkan pengalaman mengesankan dengan membaca contoh berikut!

Pengalaman 1
Watashiwa wa Aku bersemangat sekali ikut kursus bahasa Jepang di Surabaya karena di samping tertarik dengan huruf-hurufnya, kudengar tempat kursus yang kutuju juga mempunyai sensei (guru) orang Jepang. Hari itu kami masuk kelas dengan gembira. Pada saat awal kami diberitahu oleh petugas administrasi bahwa di kelas kami ada dua nama yang sama, yaitu: Joko Bagus. Oleh

sebab itu, petugas kemudian menambahkan inisial A dan B pada akhir kedua nama itu. Pelajaran pertama diisi oleh sensei dari Jepang. Dia mengajak kami untuk saling memperkenalkan diri dengan memberikan contoh. Pertama, dia mencontohkan dengan memperkenalkan diri sendiri. Setelah itu, dia melihat daftar presensi dan mulai membaca nama yang ada untuk contoh. Dia katakan: Watashi wa Larasati des, dozoo yoroshiku. Kami mengangguk-angguk tanda mengerti. Setelah itu dia membaca presensi lagi dan mengatakan, Watashi wa, Joko Bagus Be des (baca: watashi wa joko bagus bedes) sampai di situ sontak kami tertawa riuh bahkan ada yang tertawa terpingkal-pingkal. Joko Bagus pun menggerutu dan bergumam dengan bahasa Suroboyoan: Aduuuhmosok, bagus-bagus ngene dikira bedes, Rek (Masak, cakep-cakep begini dikira kera.), Tawa kami pun semakin meledak dan sensei kami akhirnya ikut tersenyum-senyum walaupun wajahnya terlihat bingung (KL, Ajisai, Vol.1, No.1, Oktober 2002 dalam Kisyani, 2004).

Pengalaman 2
Perjuangan Menjadi Finalis Pildacil Teman, namaku Trismunandar, kelas 5 SD. Aku ditunjuk oleh pihak sekolah untuk mengikuti pildacil, yaitu pemilihan dai cilik ke-3 di Lativi. Audisi di Yogyakarta dilaksanakan Januari lalu. Saat itu aku memilih tema tentang akhlak manusia. Aku grogi banget sampai lupa dan mengulang dua kali. Sebulan kemudian aku dipanggil kepala sekolah untuk mengikuti final pildacil di Jakarta. Teman, aku menangis sedih, karena aku buta dan membuatku tidak percaya diri. Rasa rendah diri terus menghantuiku. Aku takut, di Jakarta nanti tidak punya teman. Tapi, guru, teman-teman dan keluargaku terus memompa semangatku. Didampingi ibu, aku berangkat ke Jakarta. Di tempat karantina aku merasa tidak kerasan dan meminta Ibu untuk mengajakku pulang saja ke rumah. Namun Ibuku dengan sabar terus menasihatiku. Teman, ternyata dugaanku selama ini salah, keenam belas finalis lain selalu menghibur dan berkawan akrab denganku. Mereka tidak memandang sebelah mata terhadap keadaanku yang buta. Aku semakin kerasan dan tumbuh rasa percaya diriku. Aku juga semakin berani tampil di depan lensa kamera karena dibimbing kakak-kakak pembina. Setiap hari jadwal kegiatanku sudah ditentukan, seperti membaca materi, hafalan, kegiatan sosial, dan juga jalan-jalan lho! Sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman berceramah, paling-paling cuma menjadi pewara atau MC di sekolah. Pengalamanku menjadi anggota Junior Yaketonis Band sebagai pemegang keyboard dan sering diundang tampil di berbagai acara dan sekaligus memenangkan beberapa kejuaraan di Yogyakarta mudah-mudahan bisa menambah rasa percaya diriku dan doakan ya mudah-mudahan dapat mengantarku menjadi juara.

Aku menyesal telah meratapi keadaanku. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala kekhilafanku ini. Amin. (Dikutip dengan beberapa perubahan dari Mentari, Edisi 320 tahun XXIV 2006)

Pelajaran Nenek Penjual Sapu Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang usai silaturahmi bersama kerabat, mereka melawati pasar Godean. Ibu dari teman saya tergoda memebeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian makan malam. Kebetulan hari mulai gelap. Di samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp1.000,00 karena iba dan menganggap nenek itu pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak. Penjual ayam goreng kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp1.500,00 per ikat, meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, ikatannya pun longgar. Setelah menerima uang Rp5000,00 si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata tidak punya kembalian. Ambil saja uang kembaliannya, kata ibu dari teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari uang kembalian Rp500,00. Dia lalu bangkit dan dengan susah payah menukar uang di warung terdekat. Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih terus berpikir, bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi. Sumber: Intisari, Agustus 2004

3. Menemukan Mengesankan

Ciri

Pengalaman

yang

Setelah kamu membaca tiga contoh pengalaman tersebut, diskusikanlah jawaban pertanyaan-pertanyaan di atau etika Pada bagian ini dapat ditambahkan tata cara bawah ini dalam kelompokmuyang berfokus pada pengembangan nilai dalam berdiskusi masing-masing! karakter menghargai pendapat orang lain seperti berikut ini. 1. dapat menahan emosi atau dapat bersabar 2. dapat menghargai pendapat orang lain 3. dapat bersikap dan berbahasa secara santun dalam menyampaikan pertanyaan, pendapat, atau tanggapan 4. dapat menyadari bahwa orang lain juga memiliki hak untuk berbicara

Pertanyaan Pemandu Diskusi 1) Apakah yang dimaksud dengan pengalaman mengesankan menurut kelompokmu? 2) Apakah pengalaman mengesankan itu dapat berisi peristiwa lucu atau kocak, menyedihkan, menyenangkan, mengharukan, atau menegangkan? 3) Menurut kelompokmu manakah pengalaman yang mengesankan dari bacaan tersebut? 4) Berikan alasan mengapa mengesankan? 5) Aspek-aspek apa yang membuat kelompokmu terkesan? 6) Selain dari segi isi yang diceritakan, apakah pengalaman mengesankan juga dapat dilihat dari cara menceritakan dan bahasa yang digunakan? 7) Apakah penggunaan ungkapan atau peribahasa dapat menambah kemenarikan cerita tersebut? 8) Catatlah ungkapan atau peribahasa yang terdapat pada contoh-contoh itu dan temukan maknanya! Daftar pertanyaan pemandu diskusi di atas dapat ditambah dengan pertanyaan yang berfokus pada pengembangan nilai karakter tertentu. Hal itu bertujuan untuk mengenalkan atau memberi contoh nilai-nilai karakter orang lain dan untuk menginternalisaiskan dalam kehidupan siswa. Misalnya: a. Nilai-nilai karakter apa yang terdapat pada cerita pengalaman di atas? b. Nilai karakter apa yang dapat diambil dari cerita pengalaman di atas dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan Anda? Pengalaman pribadi adalah peristiwa yang pernah dialami diri sendiri. Pengalaman pribadi yang mengesankan adalah peristiwa yang pernah dialami diri sendiri dan sulit dilupakan.

4. Mengidentifikasi Beragam Pengalaman Diri yang Mengesankan Setelah kamu mengamati beragam contoh pengalaman yang mengesankan tersebut, secara individual daftarlah beberapa pengalamanmu yang berkesan selama ini! Pada permintaan di atas dapat ditambah dengan pernyataan yang dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk membiasakan diri suka berbagi pengalaman dengan orang lain. Contoh: o Kejutan di pesta ulang tahunku o Bajuku sama dengan baju temanku o Menerima surat dari teman sekelas o Memperoleh NUN tertinggi o Pandangan pertama yang tak bisa kulupakan Setelah kamu daftar, pilihlah satu pengalaman yang menurutmu paling mengesankan untuk kamu ceritakan! 5. Menyusun Kerangka Cerita Kembangkanlah kerangka cerita dari pengalaman yang telah kamu pilih tersebut dengan cara mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang kamu alami seperti contoh berikut ini. Contoh: Kejutan di pesta ulang tahunku o Ayah dan ibu pergi pada hari ulang tahunku o Aku sedih, kecewa, dan marah o Pulang sekolah suasana rumah sepi o Aku curiga banyak hiasan di ruang makan o Ternyata semua keluarga berkumpul dan kejutan untukku

membuat

6. Menyampaikan Pengalaman secara Lisan Ceritakanlah secara lisan pengalaman yang telah kamu susun kerangkanya tersebut! Perhatikan bagaimana kamu memulai cerita, mengembangkan inti cerita, dan mengakhiri cerita! Jangan lupa selipkan ungkapan atau peribahasa agar ceritamu menjadi lebih menarik/berkesan!

Pada bagian pengantar di atas dapat ditambah dorongan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri dalam menceritakan pengalamannya.

7. Menilai Kemampuan Menceritakan Pengalaman yang Mengesankan Nilailah kemampuan temanmu yang sedang bercerita dengan menggunakan pedoman penilaian atau rubrik berikut! Rubrik Penilaian Kemampuan Menceritakan Pengalaman
No . 1 Aspek Penilaian Isi b. 2 Penggunaan Bahasa a. b. c. 3 Kelancaran a. Deskripsi a. Apakah isi menarik dan ada hikmah dari pengalaman yang diceritakan temanmu? Apakah ada kesesuaian antara kejadian satu dan kejadian berikutnya? Apakah kalimat-kalimat yang digunakan dapat kamu pahami! Apakah pilihan kata yang digunakan tepat? Apakah dengan pilihan kata dan kalimat yang digunakan mampu menarik perhatian pendengar? Apakah temanmu bercerita dengan lancar, tidak tersendat? Apakah dari tatapan mata dan gerak tubuhnya, tercermin rasa percaya diri yang kuat? Y a Tida k

b.

Rubrik di atas dapat ditambah dengan aspek penilaian yang terkait dengan keberanian dan rasa percaya diri.

B. Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan

Pada bagian ini dapat ditambah dengan penjelasan mengenai pentingnya melakukan kegiatan latihan membaca cepat dan menyimpulkan isi bacaan. Penjelasan itu diarahkan untuk membangun nilai karakter kedisiplinan dan keingintahuan.

Kecepatan membaca terkait erat dengan pemahaman terhadap bacaan. Seseorang yang dapat menyelesaikan bacaan dalam waktu yang cepat, tetapi sedikit sekali yang dapat dipahami dari bacaan itu, maka ia tidak dapat dikategorikan sebagai pembaca cepat. Demikian juga seseorang yang dapat memahami bacaan dengan baik, tetapi kecepatan membacanya sangat lambat, juga tidak dapat dikategorikan sebagai pembaca cepat. Nah, apakah kamu termasuk pembaca cepat? Untuk mengetahui jawabannya, cobalah kamu ikuti serangkaian kegiatan berikut: (1) mengidentifikasi manfaat membaca cepat, (2) membaca sambil menghitung waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan bacaan, (3) menjawab pertanyaan terkait dengan isi bacaan, (4) mengukur kecepatan membaca, (5) membuat simpulan isi bacaan, dan (6) berlatih meningkatkan kemampuan membaca, (7) mencatat perkembangan kemampuan membaca, dan (8) mengidentifikasi kata dasar dan imbuhan. 1. Menemukan Manfaat Membaca Cepat Pada bagian ini dapat ditambahkan pernyataan yang dapat mendorong siswa untuk gemar membaca dan cinta terhadap ilmu pengetahuan.

Seberapa seringkah kamu melakukan kegiatan membaca dalam sehari? Sebagai pelajar, kamu tentu setiap hari melakukan kegiatan membaca. Bacaan apa saja yang kamu baca? Berilah tanda contreng () pada bacaan yang sering, pernah, atau kadang kamu baca!

No . 1 2 3 4 5 6

Jenis Bacaan Buku Pelajaran Novel Cerpen Komik Majalah Koran

Pernah/sering

Pada bagian ini perlu ditambahkan kegiatan menilai diri sendiri dengan jujur untuk menentukan diri siswa termasuk gemar membaca atau tidak.

Di antara bacaan tersebut di atas, manakah yang harus dibaca dengan cepat? Mengapa harus dibaca dengan cepat? Berikan alasan! 2. Menghitung Waktu Membaca Bacalah bacaan berikut ini! Hitunglah berapa detik kamu menyelesaikan bacaan berikut! Waktu mulai : ... Waktu selesai : ORANG-ORANG BUTA DAN SEEKOR GAJAH Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah. Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang

paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Setelah Budha wafat, ceritera ini tersebar tidak hanya di India saja, tetapi juga di negara dan budaya lain, ceritera ini dikenal dan diceritakan. Sampai saat ini, cerita ini masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Suatu ketika, seorang raja di India utara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istana kota raja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang-orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang, sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya diperbolehkan menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah. Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengangelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak.Masingmasing dari mereka memiliki penjelasannya sendiri tentang seekor gajah. Oleh karena gambaran mereka tentang gajah berbeda, mulailah mereka bertengkar. Masing-masing sangat yakin bahwa hanya penjelasannyalah yang paling benar dan kepunyaan yang lainnya salah. Akhirnya mereka saling berantem dan dengan demikian sang raja terhibur. Siapakah yang salah dan siapakah yang benar? Adakah seorang dari mereka memiliki kebenaran? Yang pasti sang rajalah yang salah karena telah mempermainkan orang buta. Bagi orang-orang buta sejak lahir, sangatlah sulit mendeskripsikan gajah tanpa merabanya secara utuh. Masing-masing dari mereka telah menggambarkan dengan tepat apa yang mereka rasakan. Mereka telah melakukannya dengan benar. Masing-masing mengatakan kebenaran. Tak seorang pun berbohong karena mereka hanya diperbolehkan meraba bagian-bagian tertentu saja. Kesalahan dari masingmasing orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap

penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja.cara keseluruhan. Kesalahan dari masing-masing orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja. Bayangkan seumpama satu di antara mereka seorang ilmuwan, maka ia akan mencari penyelesaian dengan gaya para ilmuwan, yaitu dengan metode persentase atau statistik. Ia akan segera mendata berapa banyak orang buta yang membandingkan dengan selang air, berapa persen yang membandingkannya dengan gelondongan kayu, dan seterusnya. Akhirnya ia memperoleh hasil sebagai berikut: 40% membandingkannya dengan gelondongan kayu, 20% dengan batang kayu yang bulat dan halus, dan masing-masing 10% dari mereka yang membandingkannya dengan panci besar, sebuah balon, selang air dan tali tambang yang rusak. Sangat logis bukan? Seekor gajah memiliki 4 kaki besar seperti gelondong kayu (40%) dan 2 taring (20%), Sedangkan untuk kepala, belalai, perut dan ekor hanya 1 (10%). Sebagaimana para ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, cenderung yakin bahwa mayoritas adalah kebenaran, maka ia menyatakan bahwa seekor gajah itu seperti gelondongan kayu karena hampir setengah menyatakannya. Jadi di dalam kasus ini, mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran. Oleh sebab itu, hanya ada satu pemecahan dari persoalan ini. Orang-orang buta yang hanya meraba bagianbagian tertentu tersebut harus bekerja sama. Mereka harus bekerja seperti merangkai gambar dari sebuah gambar yang telah dipotong-potong. Lantas katakanlah, seekor gajah itu terdiri dari 4 gelondongan kayu, 2 batang kayu yang bulat dan halus, 1 balon, 1 panci, 1 selang air dan satu tali tambang buntut. Dengan demikian, mereka akan mampu memperolah gambaran tentang seekor gajah secara keseluruhan. Mereka harus menghentikan perselisihan dan bekerja sama. Mereka harus menyatukan gambaran masingmasing dengan gambaran yang didapat temannya. Mereka harus mau belajar dari yang lain. Masing-masing harus menerima dan memahami bahwa ada kebenaran dari penjelasan orang lain. Masing-masing harus mempertimbangkan bahwa mereka bukan satu-satunya pemaham kebenaran.

Barangsiapa mau membagi pengetahuan dengan orang lain, ia tak akan sedikit pun kehilangan. Justru sebaliknya, jika pengetahuan dibagi, pengetahuannya tidak akan berkurang melainkan bertambah. Kita manusia memang seperti dongeng orang-orang buta ini. Kita tetap buta, kita mirip mereka ini. (1) Kita hanya mengambil sebagian (secuil) dari keseluruhan sebuah kenyataan. (2) Kita hanya memahami sebagian (secuil) dari kekompleksan sebuah kenyataan. (3) Kita hanya memegang sebuah pengertian yang terbatas dari seluruh kenyataan. (4) Kita hanya ingin selalu melawan dan menentang apa yang berbeda dari kita. (5) Kita berjuang mati-matian mempertahankan pernyataan kita sebagai satu-satunya kebenaran. (6) Kita hanya ingin tampak pandai dengan perselisihan, bukan belajar. (7) Kita harus bertindak ini (menerima, mendengarkan, dan memahami apa yang dikatakan orang lain), jika kita ingin mengetahui lebih banyak.
Sankt Augustin, 151204 sarikata.com

3. Menjawab Pertanyaan Bacaan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara tepat tanpa harus melihat teks! 1. Cerita tentang Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu pada mulanya diceritakan oleh . A. Sang raja di India B. Sang Budha C. pegawai Istana D. tersebar begitu saja dari mulut ke mulut Cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu pada mulanya diceritakan sebagai salah satu bentuk . A. ajaran Sang Budha B. hiburan Raja C. humor D. lelucon dari mulut ke mulut Tujuan utama Cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu diciptakan adalah untuk menyadarkan kita agar . A. tidak main hakim sendiri B. tidak saling berselisih mempersoalkan kebenaran ajarannya dan memandang ajaran lain salah

2.

3.

C. tidak suka mempermainkan binatang yang dianggap suci. D. tidak mudah diadu domba oleh orang yang tidak bertanggung jawab 4. Pernyataan berikut manakah yang sesuai dengan teks tersebut? A. Ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, sehingga mayoritas cenderung sebagai sebuah kebenaran. B. Kelima orang buta itu membandingkan seekor gajah dengan gelondongan kayu, batang kayu yang bulat dan halus, panci besar, dan sebuah balon. C. Kita harus mengambil sebagian dari keseluruhan sebuah kenyataan. D. Mayoritas bukanlah sebuah kebenaran. 5. Kesalahan apakah yang dibuat oleh orang-orang buta? A. Soal kualitas dari penjelasannya yang tidak masuk akal. B. Mereka saling memaksakan kehendaknya, seolah jawabannyalah yang paling benar. C. Karena pada dasarnya, mereka sejak lahir tidak pernah melihat gajah. D. Karena orang-orang buta itu tak memiliki pengetahuan yang baik. 6. Simpulan yang paling tepat dari isi bacaan tersebut adalah . A. tidak menganggap diri paling benar B. orang harus belajar dari kelebihan orang lain C. jika pengetahuan dibagi, pengetahuan tidak akan berkurang melainkan bertambah. D. mayoritas adalah kebenaran 7. Manakah dari pernyataan di bawah ini yang tidak termasuk penjelasan dari orang-orang buta mengenai gajah? A. Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu B. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon C. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus D. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan sebuah tali.

8. Kejadian dalam cerita tersebut dapat diidentikkan dengan perilaku kita, kecuali . A. hanya mengambil sebagian dari keseluruhan sebuah kenyataan B. hanya memahami sebagian dari kekompleksan sebuah kenyataan C. hanya memaegang sebuah pengertian yang terbatas dari seluruh kenyataan D. hanya ingin selalu dihargai dan menghargai orang lain 9. Penulis cerita yang berjudul Orang-orang Buta dan Seekor Gajah adalah. A. Sankt Augustin B. Gendhotwukir C. Walter Krahe D. S.G Goodrich 10. Manakah pesan berikut ini yang sesuai dengan cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah tersebut? A. Barang siapa mau berusaha, pastilah ia akan mendapatkan jalan B. Setiap manusia harus mau saling bekerja sama C. Kemayoritasan merupakan suatu kebenaran D. Perbedaan pendapat selalu menyebabkan pertikaian. Keterangan: o Kunci jawaban (tersedia pada lampiran): 1. B, 2. A, 3. B, 4. A, 5. B, 6. A, 7. C, 8. D, 9. A, 10. B o Skor per butir soal : 10 o Skor Maksimal : 100

Pada bagian ini perlu ditambahkan kegiatan agar siswa menyebutkan dan menjelaskan dengan singkat nilai kepribadian atau budi pekerti yang dapat dipetik dalam suatu cerita serta menyampaikan pendapatnya kepada teman agar mendapatkan tanggapan.

4. Mengukur Kecepatan Membaca Ukurlah kecepatan membacamu dengan rumus menghitung kecepatan membaca per menit untuk melihat apakah kecepatan membacamu bagus atau perlu peningkatan. Pada bagian ini perlu ditambahkan permintaan kepada siswa untuk melakukan pengukuran kecepatan membaca dengan cermat, teliti, dan jujur agar pengukuran yang dilakukan akurat.

Rumus Menghitung Kecepatan Membaca


K Wd (60) X B Sm = . Kpm

Keterangan: K = Wd = B = Sm = Kpm =

jumlah kata yang dibaca waktu tempuh baca (dalam detik) skor yang diperoleh skor maksimal kecepatan membaca per menit menit (Kpm) >200 berarti sudah bagus menit (Kpm) <200 berarti perlu ditingkatkan

Hasil: Jika kecepatan membaca per kemampuan membaca cepatmu Jika kecepatan membaca per kemampuan membaca cepatmu Contoh perhitungan: Diketahui K : 352 kata Wd : 65 detik B : 80 SM : 100

Maka Kpm = (K/Wd X 60) X (B/Sm) (352/65 X 60) X (80/100) (324, 92) X (80/100)

259,934

5. Membuat Simpulan Isi Bacaan Membuat simpulan isi bacaan berarti mengambil inti sari bacaan. Dalam sebuah paragraf eksposisi atau argumentasi, simpulan paragraf biasanya tercermin pada kalimat topik. Oleh sebab itu, simpulan berkaitan dengan ide pokok paragraf. Perhatikan contoh berikut! Contoh Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah. Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Setelah Budha wafat, ceritera ini tersebar tidak hanya di India saja, tetapi juga di negara dan budaya lain, ceritera ini dikenal dan diceritakan. Sampai saat ini, cerita ini masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Simpulan: Cerita tentang orang-orang buta dan seekor gajah masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Buatlah simpulan dari tiap paragraf berikut! Suatu ketika, seorang raja di India utara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istana kota raja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang-orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang, sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya diperbolehkan menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah. Simpulan: ................................................................................................. ...........................

................................................................................................. ........................... Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak. Masingmasing dari mereka memiliki penjelasannya sendiri tentang seekor gajah. Simpulan: ................................................................................................. ........................... ................................................................................................. ........................... Kesalahan dari tiap-tiap orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja. Seandainya mereka sadar bahwa mereka hanya menjelaskan satu bagian saja, sebenarnya mereka mampu mengerti kebenaran gajah secara keseluruhan. Simpulan: ................................................................................................. ........................... ................................................................................................. ........................... 6. Berlatih Meningkatkan Kecepatan Membaca Kamu tentu sudah tahu manfaat membaca cepat. Sekarang, tingkatkan kemampuan membaca cepatmu dengan mencatat perkembangan dalam satu bulan. Berikut adalah tips untuk meningkatkan membaca cepat. Membiasakan banyak membaca kemampuan

(1)

(2) (3)

Biasakanlah membaca seperti makan. Jika sehari saja tidak makan, maka badan kita akan lemas. Begitu juga dengan membaca, jika sehari saja tidak membaca, kita akan merasa lapar. Banyaklah membaca segala jenis buku, namun mulailah dari jenis buku yang kamu suka, misalnya cerpen atau novel. Membaca dengan teknik yang tepat Hindari membaca dengan bersuara. Meningkatkan konsentrasi 7. Mencatat Perkembangan Kemampuan Membaca Cepat Untuk mencatat perkembangan kemampuan cepatmu, lakukanlah kegiatan berikut ini! membaca

(1)

Catatlah judul buku apa saja yang telah kamu baca dalam satu minggu! (2) Catat juga nama pengarang masing-masing buku yang telah kamu baca! (3) Hitunglah berapa jam waktu yang kamu perlukan untuk menyelesaikan membaca buku-buku tersebut sampai selesai! Lakukan semua itu dengan suka cita, ikhlas, dan jujur. 8. Mengidentifikasi Kata Dasar dan Imbuhan

Coba kamu baca kembali kalimat berikut! Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah Kalimat tersebut terdiri atas dua belas kata. Jika kamu amati dengan saksama, dari kedua belas kata tersebut terdapat tiga kata berimbuhan, yaitu: menceritakan, sebuah, dan seekor. Kata sebuah berasal dari kata dasar buah dan mendapatkan imbuhan berupa awalan, yaitu se-. Demikian juga dengan kata seekor, berasal dari kata dasar ekor dan awalan se-. Pada sisi lain kata menceritakan berasal dari kata ceritakan dan mendapat awalan meN-. Kata ceritakan berasal dari kata dasar cerita dan mendapatkan akhiran kan. Coba kamu bandingkan dengan kata keagamaan dalam kalimat berikut! Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan

kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Kata keagamaan berasal dari kata agama dan mendapat konfiks (gabungan awalan dan akhiran yang mengapit kata dasar secara serentak dan membentuk satu kesatuan), yaitu ke-an. Kata keagamaan tidak beraal dari kata agamaan dan awalan ke-, karena tidak ada kata agamaan dalam bahasa Indonesia. Nah, dari uraian tersebut dapat kamu temukan bahwa afiks atau imbuhan dalam bahasa Indonesia ada beberapa macam, yaitu: (1) awalan (prefiks) adalah imbuhan yang diletakkan di muka kata dasar (2) akhiran (sufiks) adalah imbuhan yang diletakkan di belakang kata dasar (3) konfiks adalah imbuhan yag mengapit kata dasar secara serentak dan membentuk satu kesatuan (4) sisipan (infiks) adalah imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar, misalnya kata kinerja berasal dari kata kerja dan mendapat sisipan in-. Identifikasilah kata-kata berimbuhan yang terdapat pada paragraf berikut! Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak. C. Menulis Pantun Pantun adalah wujud konkret warisan budaya leluhur yang harus kita lestarikan. Coba kamu amati kegunaan pantun dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, di radio, di televisi, atau di media cetak! Coba kamu sebutkan beberapa lagu yang di dalamnya terdapat bait-bait pantun! Nah, ternyata acara di radio atau televisi juga menggunakan pantun sebagai sarana untuk memperindah atau

menghangatkan suasana. Melihat begitu banyak kegunaan pantun dalam kehidupan kita, pada pembelajaran ini kamu akan belajar menulis pantun. Agar kamu dapat menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun, lakukanlah aktivitas berikut: (1) menemukan ciri-ciri pantun, (2) menemukan jenis-jenis pantun, (3) menyanyikan lagu berbentuk pantun, (4) melengkapi pantun yang rumpang dan pantun karmina (dua baris) (5) adu cepat berbalas pantun. 1. Menemukan Ciri Pantun Bacalah contoh pantun berikut! Contoh pantun (1) Jual pepaya dengan kandil Kandil buatan orang Inggris Melihat buaya menyandang bedil Sapi dan kerbau tegak berbaris (2) Anak bakau di rumpun salak Patah taruknya ditimpa genta Riuh kerbau tergelak-gelak Melihat beruk berkaca-mata (3) Pohon manggis pohon embacang Ketiga dengan pohon lulita Duduk menangis abang pincang Katanya jalan tidak rata (4) Kalau ada sumur di ladang Bolehkah kita menumpang mandi Kalau ada umurku panjang Bolehlah kita bertemu lagi Diskusikan dengan anggota kelompokmu ciri-ciri pantun yang telah kamu baca (identifikasi) tersebut dengan berpedoman pada pertanyaan pemandu diskusi berikut ini! Pada bagian ini perlu ditambahkan permintaan agar siswa juga mendiskusikan pesan-pesan moral dan nilai budi pekerti yang terkandung di dalam pantun.

No. 1

Aspek Bentuk: o Baris o Suku kata o Persajakan

Isi

Pertanyaan Pemandu diskusi a. Berapa jumlah baris dalam satu bait? b. Berapa jumlah suku kata dalam tiap baris? c. Apakah yang dimaksud dengan persajakan? d. Bagaimana persajakan pada tiaptiap bait pantun? Setiap bait pantun terdapat sampiran dan isi a. Apakah yang dimaksud dengan sampiran? b. Apakah yang dimaksud dengan isi? c. Terletak di baris ke berapakah sampiran pantun? d. Terletak di baris ke berapakah isi pantun?

Pada tabel di atas perlu ditambah dengan aspek pesan moral dan nilai budi pekerti serta pertanyaan pemandu diskusinya. 2. Menemukan Jenis-jenis Pantun

Pantun dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut tujuannya. Pertama, pantun nasihat, yaitu pantun yang bertujuan memberi nasihat dan pesan moral. Kedua, pantun cinta atau remaja, yaitu pantun yang bertujuan untuk mengungkapkan perasaan terkait dengan masalah cinta. Ketiga, pantun jenaka, yaitu pantun yang hanya bertujuan untuk menghibur atau berkelakar. Klasifikasikanlah pantun-pantun jenisnya, kemudian berilah alasan! Pantun 1 Pulau pandan jauh ke tengah Gunung Daik bercabang tiga Hancur badan dikandung tanah Budi yang baik dikenang juga Pantun 2 Pohon manggis di tepi rawa Tempat kakek 1 tidur beradu Sedang menangis nenek tertawa Melihat kakek bermain gundu berikut sesuai dengan

Pantun 3 Dari mana datangnya lintah Dari sawah turun ke kali Dari mana datangnya cinta Dari mata turun ke kali Pantun 4 Tanam jerangau di bukit tinggi Mati dipijak anak badak Melihat sang bangau sakit gigi Gelak terbahak penghulu katak Pantun 5 Anak bakau di rumpun salak patah taruknya6 ditimpa genta Riuh kerbau tergelak-gelak Melihat beruk berkaca mata Format panduan diskusi No . 1 2 3 4 5 3. No. Pantun Pantun 1 Pantun 2 Pantun 3 Pantun 4 Pantun 5 Jenis Pantun Alasan

Menyanyikan Lagu Berbentuk Pantun

Nyanyikan lagu di bawah ini secara bersama-sama! CINDAI Penyanyi: Siti Nurhaliza Cindailah mana tidak berkias Jalinnya lalu rentah beribu Bagailah mana hendak berhias Cerminku retak seribu Mendendam unggas liar di hutan Jalan yang tinggal jangan berliku Tilamku emas cadarnya intan Berbantal lengan tidurku Hias cempaka kenanga tepian

Mekarnya kuntum nak idam kumbang Puas kujaga si bunga impian Gugurnya sebelum berkembang Hendaklah hendak hendak kurasa Puncaknya gunung hendak ditawan Tidaklah tidak tidak kudaya Tingginya tidak terlawan Janganlah jangan jangan kuhiba Derita hati jangan dikenang Bukanlah bukan bukan kupinta Merajuk bukan berpanjangan Akar beringin tidak berbatas Cuma bersilang paut di tepi Bidukku lilin layarnya kertas Seberang laut berapi Gurindam lagu bergema takbir Tiung bernyanyi pohonan jati Bertanam tebu di pinggir bibir Rebung berduri di hati Laman memutih pawana menerpa Langit membiru awan bertali Bukan dirintih pada siapa Menunggu sinarkan kembali Setelah kamu menyanyikan lagu tersebut, coba kelompokkan mana yang termasuk sampiran dan mana yang termasuk isi. Kemudian, carilah maksud atau arti isi pantun tersebut! Panduan diskusi Bai Sampiran t 1 Cindailah mana tidak berkias/ Jalinnya lalu rentah beribu dst dst. . 4. Isi Bagailah mana hendak berhias/ Cerminku retak seribu dst. Maksud Isi Bagaimana mau bercermin, kalau cermin kita pecah berkeping-keping. dst.

Melengkapi Pantun

Lengkapilah rumpang pada pantun berikut!

Dari Yogya pergi ke Malang Naik bus melewati Batu ... Beli obat di warung Pak Syukri Pulangnya singgah ke pasar kembang . . Bang Sakur pergi ke Cibubur Menengok kerabat yang sedang sakit . . Bang Jaja kepalanya botak Bang Sueb rambutnya pirang . . 5. Adu Cepat Menulis Pantun (1) Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4 s.d. 5 siswa! (2) Dalam waktu lima menit, buatlah paling sedikit dua bait pantun! Perhatikan syarat-syarat yang telah kalian pelajari di atas! (3) Tempelkan hasil terbaik kalian di majalah dinding! 6. Menilai Pantun yang Telah Ditulis

Nilailah pantun yang ditulis oleh kelompok lain dengan menggunakan kriteria penilaian berikut ini! Lakukan dengan cermat dan jujur! No . 1 Aspek yang Diamati dan Bobot Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi bentuk (Tiap bait terdiri atas 4 baris, tiap baris terdiri atas 8 s.d. 12 suku kata, persajakan abab) Alternatif penilaian: o sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 5) o hanya sesuai dengan 2 syarat pantun (dengan bobot 3) o tidak sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 1) Skor

No . 2

Aspek yang Diamati dan Bobot Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi isi (baris 1 dan 2 adalah sampiran dan baris 3 dan 4 adalah isi) Alternatif penilaian: o sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 5) o hanya sesuai dengan 1 syarat pantun (dengan bobot 3) o tidak sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 1) Kemenarikan isi pantun Alternatif penilaian: o isi bermakna dan bervariasi (dengan bobot 5) o isi bermakna namun kurang bervariasi (dengan bobot 3) o isi tidak bermakna dan tidak bervariasai (dengan bobot 1) Ketepatan penulisan ejaan dan tanda baca o tidak ada kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (dengan bobot 5) o ada 2 atau 3 kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (dengan bobot 3) o lebih dari 3 kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (dengan bobot 1) SKOR MAKSIMAL SKOR PEROLEHAN

Skor

25

Pada tabel di atas dapat ditambah dengan aspek penilaian yang berkenaan dengan pesan moral dan nilai budi pekerti lengkap dengan bobot penilaiannya.

D. Rangkuman Pada unit 1, kamu telah belajar menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Dari pembelajaran ini kamu telah belajar bercerita dengan memperhatikan intonasi, dan ekpresi. Kamu juga telah belajar membaca cepat dan menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Mengidentifikasi kata dasar dan kata berimbuhan juga telah kamu lakukan dalam pembelajaran ini. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan bersastra, yaitu menulis pantun. Kamu telah belajar mengenali ciri pantun, jenis-jenis pantun, melengkapi pantun yang rumpang, dan menulis pantun.

Pada bagian ini dapat ditambahkan refleksi yang berkenaan dengan nilai karakter tertentu, misalnya berbagi pengalaman, bekerja sama, menghargai pendapat dan hak orang lain, bertindak dan berkata dengan santun, membangun motivasi belajar, serta membiasakan diri untuk cermat, teliti, dan sungguh-sungguh dalam melakukan berbagai hal.

E. Evaluasi 1. Pilihlah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d! Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dari pengalamanlah kita bisa belajar banyak hal. Kita bisa belajar bagaimana mengatasi masalah yang rumit, yang sulit dipecahkan. Dari pengalaman juga kita belajar bersosialisasi menghadapi segala macam persoalan yang sangat kompleks. Seringkali tanpa sengaja kita dapat bertindak arif dan bijak, padahal semua itu sebenarnya buah dari pengalaman yang mungkin tidak kita sadari. (1) Ide pokok paragraf tersebut di atas adalah A. Pengalaman adalah guru yang terbaik. B. Kita bisa belajar dari pengalaman. C. Kita bisa bertindak arif dari pengalaman. D. Dari pengalaman kita bisa belajar banyak. Kumur-kumur dengan air putih dapat membantu mencegah pilek. Menurut para ahli, kumur dengan air putih biasa bisa mencegah pilek sampai 30%. Para periset membagi sekitar 400 orang ke dalam 3 grup. Masing-masing berkumur dengan antiseptic, air biasa, dan tidak kumur sama sekali. Hasilnya, grup yang kumur dengan air putih 36% lebih rendah terkena infeksi. Kumur-kumur menurunkan risiko karena membilas virus keluar dari mulut. Selain itu, menjaga jaringan tetap basah menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi pathogen. (2) Ide pokok paragraf tersebut di atas adalah A. Kumur dengan air putih menurunkan risiko terkena penyakit. B. Kumur-kumur dengan air putih mencegah pilek. C. Kumur-kumur dapat membilas virus keluar dari mulut.

D. Kumur-kumur berguna untuk menjaga jaringan agar tetap basah. Kadang kita diserang rasa lapar pada malam hari yang membuat kita ingin ngemil. Untuk mengatasinya, coba minum air putih dengan disesap secara perlahan ketimbang dalam regukan besar pada saat makan. Minum terlalu banyak secara sekaligus mengencerkan cairan pencerna yang dikeluarkan di dalam mulut. Mengakibatkan makanan sulit dipecah secara tepat sehingga nutrient yang mengenyangkan banyak yang dikeluarkan ketimbang diabsorp. Minum dengan disesap mengoptimalkan pencernaan, membuat perut dapat memproses makanan secara baik dan mengirimkan sinyal kenyang ke otak. Hasilnya, Anda akan merasa kenyang sampai pagi hari. (Dikutip dari Majalah Aura Edisi Minggu ke-1 Tanggal 7-13 Februari 2005) (3) Simpulan paragraf tersebut di atas adalah A. Mengurangi ngemil dengan cara minum air putih dengan cara disesap secara perlahan. B. Kiat minum agar makanan dapat diproses dengan baik. C. Kiat mengoptimalkan pencernaan dengan cara minum air putih dengan disesap. D. Kiat agar tetap kenyang sepanjang hari.

Akhirnya ia memperoleh hasil sebagai berikut: 40% membandingkannya dengan gelondongan kayu, 20% dengan batang kayu yang bulat dan halus, dan masing-masing 10% dari mereka yang membandingkannya dengan panci besar, sebuah balon, selang air dan tali tambang yang rusak. Sangat logis bukan? Seekor gajah memiliki 4 kaki besar seperti gelondong kayu ( 40%) dan 2 taring ( 20%), Sedangkan untuk kepala, belalai, perut dan ekor hanya 1 ( 10%). Sebagaimana para ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, cenderung yakin bahwa mayoritas adalah kebenaran, maka ia menyatakan bahwa seekor gajah itu seperti gelondongan kayu karena hampir setengah menyatakannya. Jadi di dalam kasus ini, mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran. (4) Tujuan utama paragraf tersebut di atas adalah A. Memberikan informasi yang tidak lazim B. Memberikan informasi yang aneh. C. Membuktikan bahwa pendapat mayoritas tidak secara otomatis sebuah kebenaran. D. Menyatakan pendapat yang sama dengan pendapat umum.

(5) A. B. C. D.

Simpulan paragraf tersebut di atas adalah Pendapat mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran. Pendapat mayoritas otomatis sebuah kebenaran. Kemayoritasan adalah sebuah kebenaran. Mayoritas memegang peranan penting. Makanan Pembunuh

Maksud judul itu bukanlah .yang oleh pembunuh, melainkan makanan yang dapat membunuh manusia yang .. (6) Kata berimbuhan yang tepat untuk kalimat yang rumpang tersebut adalah A. makan, memakan, dimakan. B. makanan, dimakan, memakan. C. makanan, memakan, memakannya. D. makanan, dimakan, memakannya. melengkapi

(7) Penulisan kata berimbuhan asing yang bergaris bawah berikut telah benar, kecuali A. Warga desa membangun gedung pertemuan secara swadaya. B. Bulan depan, mereka akan mengikuti lomba voli antarprovinsi. C. Para tunawisma di bawah jembatan Semanggi akan ditertibkan. D. Mereka tidak menyukai kegiatan yang bersifat nonteknis. (8) Kalimat yang menggunakan tanda koma secara tepat adalah .... A. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil coba minum air putih, dengan disesap secara perlahan. B. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih, dengan disesap secara perlahan. C. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih dengan disesap secara perlahan. D. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih dengan disesap, secara perlahan. 2. Uji Praktik

a. Ceritakanlah pengalamanmu yang paling berkesan secara singkat (tiga menit), dan dengan ekspresi dan intonasi yang sesuai serta bahasa yang efektif! b. Tulislah dua bait pantun karyamu sendiri!

Pada bagian evaluasi ini dapat ditambahkan instrumen penilaian yang berkenaan dengan pencapaian pengembangan nilai karakter, misalnya dengan panduan observasi, lembar evaluasi diri, dan lembar evaluasi antarteman.

F.

Refleksi

Setelah kamu berdiskusi, berlatih, dan melaksanakan semua kegiatan dalam pembelajaran ini, cobalah kamu renungkan kembali apa yang telah kamu kuasai dan belum kamu kuasai. Ungkapkan pula kesanmu terhadap pembelajaran yang telah kamu laksanakan. Untuk itu, berikanlah tanda centang () pada panduan berikut ini dengan jujur dan objektif atau apa adanya! No . 1 2 3 4 5 6 7 8 Pertanyaan Pemandu Saya dapat bercerita dengan ekspresi, intonasi yang sesuai dan menggunakan kalimat efektif Saya memahami perbedaan kata dasar dan kata berimbuhan Saya dapat menghitung kecepatan membaca saya Saya dapat menjawab pertanyaan dari isi bacaan yang saya baca Saya dapat menyimpulkan isi teks yang saya baca Saya bangga dapat menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun Saya dapat menilai pantun yang ditulis teman dan saya tulis sendiri Menurut saya, latihan-latihan dalam bab ini mudah diikuti dan membuat saya senang belajar bahasa Indonesia Y a Tida k

2. Strategi Penggunaan BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Karakter

a.

Adaptasi lengkap secara terintegrasi

Salah satu strategi penggunaan BSE mata pelajaran bahasa Indonesia untuk pendidikan karakter dapat dilakukan dengan adaptasi lengkap secara terintegrasi sebelum pembelajaran dilaksanakan. Strategi ini dilakukan dengan cara merevisi materi atau isi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang ada pada setiap unit pembelajaran dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Revisi itu dapat dilakukan dengan menambah atau mengubah isi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang ada di dalam BSE. Setelah revisi dilakukan, unit pembelajaran itu dicetak dan diberikan kepada peserta didik. b. Adaptasi sebagian secara terintegrasi

Strategi penggunaan BSE mata pelajaran bahasa Indonesia untuk pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan adaptasi sebagian secara terintegrasi sebelum pembelajaran. Strategi ini dilakukan dengan cara merevisi isi pembelajaran atau kegiatan pembelajaran atau evaluasi pembelajaran yang ada pada setiap unit pembelajaran dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Revisi itu dapat dilakukan dengan menambah atau mengubah isi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, atau evaluasi pembelajaran yang ada di dalam BSE. Setelah revisi dilakukan, unit pembelajaran itu dicetak dan diberikan kepada peserta didik. Melalui contoh adaptasi lengkap yang sudah dikemukakan di atas, para guru dapat mengambil bagian yang menunjukkan bagaimana cara mengadaptasi sebagian secara terintegrasi tersebut. c. Adaptasi parsial-terpisah

Strategi penggunaan BSE mata pelajaran bahasa Indonesia untuk pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan adaptasi sebagian secara terpisah sebelum pembelajaran. Strategi ini dilakukan dengan cara menambah isi pembelajaran atau kegiatan pembelajaran atau evaluasi pembelajaran yang ada pada setiap unit pembelajaran dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Tambahan itu dicetak secara terpisah dan digunakan oleh guru sebagai panduan dalam pengembangan nilai karakter peserta didik.

Berikut ini disajikan contoh adaptasi lengkap secara terintegrasi sebelum pembelajaran dilaksanakan. Contoh ini dapat dijadikan rambu-rambu bagi guru dalam mengintegrasikan nilai karakter pada penggunaan BSE pelajaran bahasa Indonesia. Artinya, diharapkan guru dapat secara kreatif mempersiapkan pembelajarannya dengan lebih baik. Di samping itu, melalui contoh adaptasi lengkap secara terintegrasi itu, diharapkan para guru juga bisa melakukan adaptasi sebagian secara terintegrasi. Melalui contoh itu, diharapkan pula para guru bisa melakukan adaptasi sebagian secara terpisah. d. Contoh adaptasi lengkap terintegrasi PELAJARAN I BELAJAR DARI PENGALAMAN Topik Pembelajaran: A. Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan B. Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan C. Menulis Pantun A. Belajar dari Pengalaman Amatilah semua acara reality show di televisi. Hampir semua acara tersebut mengharuskan semua peserta untuk dapat bercerita. Nah, pada pembelajaran ini kamu pun akan belajar bercerita yang baik, runtut, mudah dipahami, dan pengalaman yang kamu ceritakan dapat diambil hikmahnya oleh para pendengar. Kemampuanmu bercerita akan lengkap apabila kamu juga memiliki pengetahuan yang luas melalui kegiatan membaca. Dalam pembelajaran ini kamu akan belajar membaca cepat sekaligus belajar menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Keterampilan berbahasamu akan lengkap jika kamu juga bisa bersastra, yaitu menulis pantun. Kemampuanmu dalam menulis pantun ini akan memberi nilai tambah penampilanmu dalam berbahasa lisan di depan umum karena pantun dapat dimanfaatkan untuk menghangatkan suasana. 1. Bercerita tentang Mengesankan Pengalaman yang paling

Tidak ada pengalaman yang sia-sia. Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Ini berarti kita dapat belajar dari pengalaman, baik pengalaman

yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain. Agar kamu dapat menceritakan pengalamanmu yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan ungkapan peribahasa yang menarik, kamu akan melakukan serangkaian aktivitas berikut: (1) mengamati contoh pengalaman yang mengesankan, (2) menemukan ciri pengalaman yang mengesankan, (3) memilih pengalamanmu yang paling mengesankan untuk kamu ceritakan, (4) membuat kerangka cerita, dan (5) menyampaikan cerita yang telah kamu susun kerangkanya tersebut secara lisan dengan memberdayakan ungkapan/peribahasa.

Pada pengantar kegiatan pembelajaran ini guru dapat menambahkan penjelasan berikut untuk memotivasi peserta didik dalam mengenal, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam kehidupannya.

Tambahan penjelasan: Di samping itu, melalui kegiatan mengamati pengalaman yang mengesankan yang dialami oleh orang lain, sekaligus kamu belajar menilai, menghargai, dan menghormati orang lain sehingga kamu akan menjadi orang yang memiliki kepedulian kepada sesama. Melalui kegiatan memilih pengalaman diri sendiri yang paling mengesankan, menyusun kerangka cerita, dan menceritakannya kepada teman, di samping untuk mengembangkan kreativitas, keberanian, dan rasa percaya diri, sekaligus kamu belajar untuk suka berbagi rasa dengan orang lain. Dalam bercerita, kamu juga harus belajar bersikap sopan dan berbahasa secara santun.

2. Mengamati Mengesankan

Contoh

Pengalaman

yang yang

Kita dapat belajar mengungkapkan pengalaman mengesankan dengan membaca contoh berikut! Pengalaman 1
Watashiwa wa

Aku bersemangat sekali ikut kursus bahasa Jepang di Surabaya karena di samping tertarik dengan huruf-hurufnya, kudengar tempat kursus yang kutuju juga mempunyai sensei (guru) orang Jepang. Hari itu kami masuk kelas dengan gembira. Pada saat awal kami diberitahu oleh petugas administrasi bahwa di kelas kami ada dua nama yang sama, yaitu: Joko Bagus. Oleh sebab itu, petugas kemudian menambahkan inisial A dan B pada akhir kedua nama itu. Pelajaran pertama diisi oleh sensei dari Jepang. Dia mengajak kami untuk saling memperkenalkan diri dengan memberikan contoh. Pertama, dia mencontohkan dengan memperkenalkan diri sendiri. Setelah itu, dia melihat daftar presensi dan mulai membaca nama yang ada untuk contoh. Dia katakan: Watashi wa Larasati des, dozoo yoroshiku. Kami mengangguk-angguk tanda mengerti. Setelah itu dia membaca presensi lagi dan mengatakan, Watashi wa, Joko Bagus Be des (baca: watashi wa joko bagus bedes) sampai di situ sontak kami tertawa riuh bahkan ada yang tertawa terpingkal-pingkal. Joko Bagus pun menggerutu dan bergumam dengan bahasa Suroboyoan: Aduuuhmosok, bagus-bagus ngene dikira bedes, Rek (Masak, cakep-cakep begini dikira kera.), Tawa kami pun semakin meledak dan sensei kami akhirnya ikut tersenyum-senyum walaupun wajahnya terlihat bingung (KL, Ajisai, Vol.1, No.1, Oktober 2002 dalam Kisyani, 2004).

Pengalaman 2
Perjuangan Menjadi Finalis Pildacil Teman, namaku Trismunandar, kelas 5 SD. Aku ditunjuk oleh pihak sekolah untuk mengikuti pildacil, yaitu pemilihan dai cilik ke-3 di Lativi. Audisi di Yogyakarta dilaksanakan Januari lalu. Saat itu aku memilih tema tentang akhlak manusia. Aku grogi banget sampai lupa dan mengulang dua kali. Sebulan kemudian aku dipanggil kepala sekolah untuk mengikuti final pildacil di Jakarta.

Teman, aku menangis sedih, karena aku buta dan membuatku tidak percaya diri. Rasa rendah diri terus menghantuiku. Aku takut, di Jakarta nanti tidak punya teman. Tapi, guru, teman-teman dan keluargaku terus memompa semangatku. Didampingi ibu, aku berangkat ke Jakarta. Di tempat karantina aku merasa tidak kerasan dan meminta Ibu untuk mengajakku pulang saja ke rumah. Namun Ibuku dengan sabar terus menasihatiku. Teman, ternyata dugaanku selama ini salah, keenam belas finalis lain selalu menghibur dan berkawan akrab denganku. Mereka tidak memandang sebelah mata terhadap keadaanku yang buta. Aku semakin kerasan dan tumbuh rasa percaya diriku. Aku juga semakin berani tampil di depan lensa kamera karena dibimbing kakak-kakak pembina. Setiap hari jadwal kegiatanku sudah ditentukan, seperti membaca materi, hafalan, kegiatan sosial, dan juga jalan-jalan lho! Sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman berceramah, paling-paling cuma menjadi pewara atau MC di sekolah. Pengalamanku menjadi anggota Junior Yaketonis Band sebagai pemegang keyboard dan sering diundang tampil di berbagai acara dan sekaligus memenangkan beberapa kejuaraan di Yogyakarta mudah-mudahan bisa menambah rasa percaya diriku dan doakan ya mudah-mudahan dapat mengantarku menjadi juara. Aku menyesal telah meratapi keadaanku. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala kekhilafanku ini. Amin. (Dikutip dengan beberapa perubahan dari Mentari, Edisi 320 tahun XXIV 2006)

Pelajaran Nenek Penjual Sapu Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang usai silaturahmi bersama kerabat, mereka melawati pasar Godean. Ibu dari teman saya tergoda memebeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian makan malam. Kebetulan hari mulai gelap. Di samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp1.000,00 karena iba dan menganggap nenek itu pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak. Penjual ayam goreng kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp1.500,00 per ikat, meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, ikatannya pun longgar.

Setelah menerima uang Rp5000,00 si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata tidak punya kembalian. Ambil saja uang kembaliannya, kata ibu dari teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari uang kembalian Rp500,00. Dia lalu bangkit dan dengan susah payah menukar uang di warung terdekat. Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih terus berpikir, bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi. Sumber: Intisari, Agustus 2004

3. Menemukan Mengesankan

Ciri

Pengalaman

yang

Setelah kamu membaca tiga contoh pengalaman tersebut, diskusikanlah jawaban pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dalam kelompokmu masing-masing! Tambahan: Permintaan kepada siswa untuk berdiskusi di atas dapat ditambah dengan penjelasan seperti di bawah ini. Dalam melaksanakan diskusi kamu harus bisa memenuhi persyaratan atau aturan berikut. 5. dapat menahan emosi atau dapat bersabar 6. dapat menghargai pendapat orang lain 7. dapat bersikap dan berbahasa secara santun dalam menyampaikan pertanyaan, pendapat, atau tanggapan 8. dapat menyadari bahwa orang lain juga memiliki hak untuk berbicara Pertanyaan Pemandu Diskusi Tambahan: Daftar pertanyaan pemandu diskusi dapat ditambah dengan dua pertanyaan yang terkait dengan pendidikan karakter berikut ini. o o Pesan moral atau nilai budi pekerti apa yang terdapat pada cerita 1, 2, dan 3? Pesan moral atau nilai budi pekerti apa yang dapat kamu terapkan dalam kehidupanmu sehari-hari?

1) Apakah yang dimaksud dengan pengalaman mengesankan menurut kelompokmu? 2) Apakah pengalaman mengesankan itu dapat berisi peristiwa lucu atau kocak, menyedihkan, menyenangkan, mengharukan, atau menegangkan? 3) Menurut kelompokmu manakah pengalaman yang mengesankan dari bacaan tersebut? 4) Berikan alasan mengapa mengesankan? 5) Aspek-aspek apa yang membuat kelompokmu terkesan? 6) Selain dari segi isi yang diceritakan, apakah pengalaman mengesankan juga dapat dilihat dari cara menceritakan dan bahasa yang digunakan? 7) Apakah penggunaan ungkapan atau peribahasa dapat menambah kemenarikan cerita tersebut? 8) Catatlah ungkapan atau peribahasa yang terdapat pada contoh-contoh itu dan temukan maknanya! Pengalaman pribadi adalah peristiwa yang pernah dialami diri sendiri. Pengalaman pribadi yang mengesankan adalah peristiwa yang pernah dialami diri sendiri dan sulit dilupakan.

4. Mengidentifikasi Beragam Pengalaman Diri yang Mengesankan Setelah kamu mengamati beragam contoh pengalaman yang mengesankan tersebut, secara individual daftarlah beberapa pengalamanmu yang berkesan selama ini!

Tambahan: Permintaan di atas dapat ditambah dengan pernyataan yang dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk membiasakan diri suka berbagi pengalaman dengan orang lain. Misalnya, seperti berikut ini. Setelah belajar dan memetik hikmah dari pengalaman orang lain, kamu juga harus mau membagi pengalamanmu kepada teman. Dengan demikian temantemanmu dapat belajar dari pengalamanmu. Berbagi pengalaman dengan orang lain merupakan perbuatan yang dapat membentuk kepribadian yang mulia. Nah, sekarang daftar apa saja pengalamanmu selama ini seperti contoh berikut.

Contoh: o Kejutan di pesta ulang tahunku o Bajuku sama dengan baju temanku o Menerima surat dari teman sekelas o Memperoleh NUN tertinggi o Pandangan pertama yang tak bisa kulupakan Setelah kamu daftar, pilihlah satu pengalaman yang menurutmu paling mengesankan untuk kamu ceritakan! 5. Menyusun Kerangka Cerita Kembangkanlah kerangka cerita dari pengalaman yang telah kamu pilih tersebut dengan cara mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang kamu alami seperti contoh berikut ini. Contoh: Kejutan di pesta ulang tahunku o Ayah dan ibu pergi pada hari ulang tahunku o Aku sedih, kecewa, dan marah o Pulang sekolah suasana rumah sepi o Aku curiga banyak hiasan di ruang makan o Ternyata semua keluarga berkumpul dan kejutan untukku

membuat

6. Menyampaikan Pengalaman secara Lisan Ceritakanlah secara lisan pengalaman yang telah kamu susun kerangkanya tersebut! Perhatikan bagaimana kamu memulai cerita, mengembangkan inti cerita, dan mengakhiri cerita! Jangan lupa selipkan ungkapan atau peribahasa agar ceritamu menjadi lebih menarik/berkesan! Tambahan: Kembangkan keberanian-mu untuk tampil bercerita. Kamu harus memiliki rasa percaya diri bahwa kamu pasti bisa melakukannya dengan baik jika kamu persiapkan dengan sebaik-baiknya. Cobalah! Dengan rasa percaya diri yang tinggi dan dengan persiapan yang baik, kamu pasti bisa bercerita dengan lancar, urut, dan menarik.

7. Menilai Kemampuan Menceritakan Pengalaman yang Mengesankan Nilailah kemampuan temanmu yang sedang bercerita dengan menggunakan pedoman penilaian atau rubrik berikut! Rubrik Penilaian Kemampuan Menceritakan Pengalaman
No . 1 Aspek Penilaian Isi c. 2 Penggunaan Bahasa d. e. f. 3 Kelancaran c. d. Deskripsi a. Apakah isi menarik dan ada hikmah dari pengalaman yang diceritakan temanmu? Apakah ada kesesuaian antara kejadian satu dan kejadian berikutnya? Apakah kalimat-kalimat yang digunakan dapat kamu pahami! Apakah pilihan kata yang digunakan tepat? Apakah dengan pilihan kata dan kalimat yang digunakan mampu menarik perhatian pendengar? Apakah temanmu bercerita dengan lancar, tidak tersendat? Apakah dari tatapan mata dan gerak tubuhnya, tercermin rasa percaya diri yang kuat? Y a Tida k

Perubahan: Rubrik di atas diganti dengan rubrik yang lebih lengkap berikut ini.

Rubrik Penilaian Kemampuan Menceritakan Pengalaman

No . 1

Aspek Penilaian Isi cerita

Deskripsi a. Apakah isi cerita temanmu mengesankan? b. Adakah aspek isi cerita yang mengesankan? c. Adakah hikmah yang dapat dipetik sebagai contoh pengalaman hidup? Apakah kalimat yang digunakan dalam bercerita dapat kamu pahami dengan mudah! Apakah kata-kata yang digunakan dalam bercerita tepat? Dalam bercerita, apakah temanmu memiliki gaya dan intonasi yang menarik? Apakah temanmu bercerita dengan lancar atau tidak tersendat? Apakah isi cerita temanmu disajikan secara sistematis atau runtut? a. Apakah dalam bercerita temanmu menunjukkan keberanian yang tinggi? b. Apakah dari mimik muka, sorot mata, dan gerak tubuhnya tercermin rasa percaya diri yang kuat?

Y a

Tida k

Penggunaan Bahasa

a. b. c.

Kelancaran dan Keruntutan

a. b.

Keberanian dan rasa percaya diri

B. Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan Tambahan: Membaca cepat ialah membaca yang dilakukan dengan cepat yang disertai pemahaman yang baik terhadap isi bacaan. Mengapa kita harus membaca dengan cepat? Jawabannya, karena dalam kehidupan ini kita memiliki waktu terbatas, yaitu 24 jam sehari. Selama 24 jam itu, banyak hal yang harus kita kerjakan. Coba sebutkan apa saja yang harus kita lakukan selama sehari semalam. Sebutkan pula berapa waktu yang tersedia untuk membaca! Nah, tidak banyak bukan? Oleh karena itu, kamu harus bisa membaca dengan cepat agar waktu yang tersedia dapat kamu manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Jadi, kecepatan membaca terkait erat dengan pemahaman terhadap bacaan. Seseorang yang dapat menyelesaikan bacaan dalam waktu yang cepat, tetapi sedikit sekali yang dapat dipahami dari bacaan itu, maka ia tidak dapat dikategorikan sebagai pembaca cepat. Demikian juga seseorang yang dapat memahami bacaan dengan baik, tetapi kecepatan membacanya sangat lambat, juga tidak dapat dikategorikan sebagai pembaca cepat. Nah, apakah kamu termasuk pembaca cepat? Untuk mengetahui jawabannya, cobalah kamu ikuti serangkaian kegiatan berikut: (1) mengidentifikasi manfaat membaca cepat, (2) membaca sambil menghitung waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan bacaan, (3) menjawab pertanyaan terkait dengan isi bacaan, (4) mengukur kecepatan membaca, (5) membuat simpulan isi bacaan, dan (6) berlatih meningkatkan kemampuan membaca, (7) mencatat perkembangan kemampuan membaca, dan (8) mengidentifikasi kata dasar dan imbuhan. 1. Menemukan Manfaat Membaca Cepat Tambahan: Gemar membaca merupakan kebiasaan yang baik. Orang yang gemar membaca adalah orang yang memiliki rasa cinta terhadap ilmu dan pengetahuan. Orang yang gemar membaca adalah orang yang memiliki sifat selalu ingin tahu. Di samping itu, gemar membaca juga dapat menumbuhkan sikap dan pikiran kritis pada diri seseorang terhadap informasi yang diterimanya. Di samping itu, gemar membaca dapat menciptakan kecerdasan pada diri seseorang.

Tambahan: Bagaimana? Apakah kamu memiliki kegemaran membaca? Kegemaran seseorang dalam membaca dapat diukur berdasarkan jenis dan jumlah bacaan yang dibacanya serta frekuensi atau keseringannya dalam membaca. Jenis, jumlah, dan frekuensi itu diukur berdasarkan satuan atau kurun waktu tertentu, misalnya dalam sehari, seminggu, sebulan, satu semester, satu tahun, atau selama hidup. Nah, silakan kamu secara jujur menilai dirimu sendiri mengenai kegemaran dan kemampuanmu dalam membaca sejak kamu bisa membaca sampai sekarang. Seberapa seringkah kamu melakukan kegiatan membaca dalam sehari? Sebagai pelajar, kamu tentu setiap hari melakukan kegiatan membaca. Bacaan apa saja yang kamu baca? Berilah tanda contreng () pada bacaan yang sering, pernah, atau kadang kamu baca!
No . 1 2 3 4 5 6 Jenis Bacaan Buku Pelajaran Novel Cerpen Komik Majalah Koran Pernah/sering

Perubahan: Tabel di atas diubah menjadi seperti berikut ini. Cantumkan tanda contreng () pada kolom (3) s.d. (5) sesuai jenis bacaan yang kamu baca pada kolom (2).

No . (1) 1 2 3 4 5 6 7 8

Jenis Bacaan (2) Buku Pelajaran (Teks) Buku Ilmu Pengetahuan Novel Cerpen Puisi Komik Majalah/jurnal Koran (surat kabar)

Pern ah (3)

Keseringan Kadangkadang (4)

Serin g (5)

Tambahan: Sesudah kamu isi lengkap, silakan dengan jujur menilai dirimu sendiri apakah kamu termasuk orang yang gemar membaca atau tidak.

Di antara bacaan tersebut di atas, manakah yang harus dibaca dengan cepat? Mengapa harus dibaca dengan cepat? Berikan alasan! 2. Menghitung Waktu Membaca Bacalah bacaan berikut ini! Hitunglah berapa detik kamu menyelesaikan bacaan berikut! Perubahan: Perintah di atas diganti dengan perintah berikut ini Bacalah bacaan (sebanyak 815 kata) berikut ini dengan cepat! Hitunglah berapa detik kamu menyelesaikan bacaan berikut! Untuk menghitungnya gunakan jam tangan atau stopwatch. Lakukan hal itu dengan jujur demi perkembangan kemampuan kamu sendiri dalam membaca. Waktu mulai : ...

Waktu selesai : ORANG-ORANG BUTA DAN SEEKOR GAJAH Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah. Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Setelah Budha wafat, ceritera ini tersebar tidak hanya di India saja, tetapi juga di negara dan budaya lain, ceritera ini dikenal dan diceritakan. Sampai saat ini, cerita ini masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Suatu ketika, seorang raja di India utara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istana kota raja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang-orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang, sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya diperbolehkan menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah. Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak.Masingmasing dari mereka memiliki penjelasannya sendiri tentang seekor gajah. Oleh karena gambaran mereka tentang gajah berbeda, mulailah mereka bertengkar. Masing-masing sangat yakin bahwa hanya penjelasannyalah yang paling benar dan kepunyaan yang lainnya salah. Akhirnya mereka saling berantem dan dengan demikian sang raja terhibur. Siapakah yang salah dan siapakah yang benar? Adakah seorang dari mereka memiliki kebenaran? Yang pasti sang rajalah yang salah karena telah mempermainkan orang buta.

Bagi orang-orang buta sejak lahir, sangatlah sulit mendeskripsikan gajah tanpa merabanya secara utuh. Masing-masing dari mereka telah menggambarkan dengan tepat apa yang mereka rasakan. Mereka telah melakukannya dengan benar. Masing-masing mengatakan kebenaran. Tak seorang pun berbohong karena mereka hanya diperbolehkan meraba bagian-bagian tertentu saja. Kesalahan dari masingmasing orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja.cara keseluruhan. Kesalahan dari masing-masing orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja. Bayangkan seumpama satu di antara mereka seorang ilmuwan, maka ia akan mencari penyelesaian dengan gaya para ilmuwan, yaitu dengan metode persentase atau statistik. Ia akan segera mendata berapa banyak orang buta yang membandingkan dengan selang air, berapa persen yang membandingkannya dengan gelondongan kayu, dan seterusnya. Akhirnya ia memperoleh hasil sebagai berikut: 40% membandingkannya dengan gelondongan kayu, 20% dengan batang kayu yang bulat dan halus, dan masing-masing 10% dari mereka yang membandingkannya dengan panci besar, sebuah balon, selang air dan tali tambang yang rusak. Sangat logis bukan? Seekor gajah memiliki 4 kaki besar seperti gelondong kayu (40%) dan 2 taring (20%), Sedangkan untuk kepala, belalai, perut dan ekor hanya 1 (10%). Sebagaimana para ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, cenderung yakin bahwa mayoritas adalah kebenaran, maka ia menyatakan bahwa seekor gajah itu seperti gelondongan kayu karena hampir setengah menyatakannya. Jadi di dalam kasus ini, mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran. Oleh sebab itu, hanya ada satu pemecahan dari persoalan ini. Orang-orang buta yang hanya meraba bagianbagian tertentu tersebut harus bekerja sama. Mereka harus bekerja seperti merangkai gambar dari sebuah gambar yang telah dipotong-potong. Lantas katakanlah, seekor gajah itu terdiri dari 4 gelondongan kayu, 2 batang kayu yang bulat dan halus, 1 balon, 1 panci, 1 selang air dan satu tali tambang buntut. Dengan demikian, mereka akan mampu

memperolah gambaran tentang seekor gajah secara keseluruhan. Mereka harus menghentikan perselisihan dan bekerja sama. Mereka harus menyatukan gambaran masingmasing dengan gambaran yang didapat temannya. Mereka harus mau belajar dari yang lain. Masing-masing harus menerima dan memahami bahwa ada kebenaran dari penjelasan orang lain. Masing-masing harus mempertimbangkan bahwa mereka bukan satu-satunya pemaham kebenaran. Barangsiapa mau membagi pengetahuan dengan orang lain, ia tak akan sedikit pun kehilangan. Justru sebaliknya, jika pengetahuan dibagi, pengetahuannya tidak akan berkurang melainkan bertambah. Kita manusia memang seperti dongeng orang-orang buta ini. Kita tetap buta, kita mirip mereka ini. (8) Kita hanya mengambil sebagian (secuil) dari keseluruhan sebuah kenyataan. (9) Kita hanya memahami sebagian (secuil) dari kekompleksan sebuah kenyataan. (10) Kita hanya memegang sebuah pengertian yang terbatas dari seluruh kenyataan. (11) Kita hanya ingin selalu melawan dan menentang apa yang berbeda dari kita. (12) Kita berjuang mati-matian mempertahankan pernyataan kita sebagai satu-satunya kebenaran. (13) Kita hanya ingin tampak pandai dengan perselisihan, bukan belajar. (14) Kita harus bertindak ini (menerima, mendengarkan, dan memahami apa yang dikatakan orang lain), jika kita ingin mengetahui lebih banyak.
Sankt Augustin, 151204 sarikata.com

3. Menjawab Pertanyaan Bacaan Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara tepat tanpa harus melihat teks! (1) Cerita tentang Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu pada mulanya diceritakan oleh . A. Sang raja di India B. Sang Budha C. pegawai Istana D. tersebar begitu saja dari mulut ke mulut (2) Cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu pada mulanya diceritakan sebagai salah satu bentuk . A. ajaran Sang Budha B. hiburan Raja

C. D.

humor lelucon dari mulut ke mulut

(3) Tujuan utama Cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu diciptakan adalah untuk menyadarkan kita agar . A. tidak main hakim sendiri B. tidak saling berselisih mempersoalkan kebenaran ajarannya dan memandang ajaran lain salah C. tidak suka mempermainkan binatang yang dianggap suci. D. tidak mudah diadu domba oleh orang yang tidak bertanggung jawab (4) Pernyataan berikut manakah yang sesuai dengan teks tersebut? A. Ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, sehingga mayoritas cenderung sebagai sebuah kebenaran. B. Kelima orang buta itu membandingkan seekor gajah dengan gelondongan kayu, batang kayu yang bulat dan halus, panci besar, dan sebuah balon. C. Kita harus mengambil sebagian dari keseluruhan sebuah kenyataan. D. Mayoritas bukanlah sebuah kebenaran. (5) Kesalahan apakah yang dibuat oleh orang-orang buta? A. Soal kualitas dari penjelasannya yang tidak masuk akal. B. Mereka saling memaksakan kehendaknya, seolah jawabannyalah yang paling benar. C. Karena pada dasarnya, mereka sejak lahir tidak pernah melihat gajah. D. Karena orang-orang buta itu tak memiliki pengetahuan yang baik. (6) Simpulan yang paling tepat dari isi bacaan tersebut adalah . A. tidak menganggap diri paling benar B. orang harus belajar dari kelebihan orang lain C. jika pengetahuan dibagi, pengetahuan tidak akan berkurang melainkan bertambah. D. mayoritas adalah kebenaran (7) Manakah dari pernyataan di bawah ini yang tidak termasuk penjelasan dari orang-orang buta mengenai gajah? A. Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu

B. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon C. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus D. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan sebuah tali. (8) Kejadian dalam cerita tersebut dapat diidentikkan dengan perilaku kita, kecuali . A. hanya mengambil sebagian dari keseluruhan sebuah kenyataan B. hanya memahami sebagian dari kekompleksan sebuah kenyataan C. hanya memaegang sebuah pengertian yang terbatas dari seluruh kenyataan D. hanya ingin selalu dihargai dan menghargai orang lain (9) Penulis cerita yang berjudul Orang-orang Buta dan Seekor Gajah adalah. A. Sankt Augustin B. Gendhotwukir C. Walter Krahe D. S.G Goodrich (10) Manakah pesan berikut ini yang sesuai dengan cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah tersebut? A. Barang siapa mau berusaha, pastilah ia akan mendapatkan jalan B. Setiap manusia harus mau saling bekerja sama C. Kemayoritasan merupakan suatu kebenaran D. Perbedaan pendapat selalu menyebabkan pertikaian. Keterangan: o Kunci jawaban (tersedia pada lampiran): 1. B, 2. A, 3. B, 4. A, 5. B, 6. A, 7. C, 8. D, 9. A, 10. B o Skor per butir soal : 10 o Skor Maksimal : 100 Tambahan: Sebutkan dan jelaskan dengan singkat nilai kepribadian atau budi pekerti yang dapat dipetik dalam cerita di atas! Sampaikan pendapatmu kepada teman-temanmu dan mintalah kepada mereka untuk menanggapinya!

4. Mengukur Kecepatan Membaca Ukurlah kecepatan membacamu dengan rumus menghitung kecepatan membaca per menit untuk melihat apakah kecepatan membacamu bagus atau perlu peningkatan. Tambahan: Lakukan pengukuran kecepatan membaca itu dengan cermat, teliti, dan jujur agar pengukuran yang kamu lakukan akurat.

Rumus Menghitung Kecepatan Membaca


K Keterangan: K =Wd Wd = B = Sm = Kpm = (60) X = . Kpm jumlah kata yang dibaca Sm waktu tempuh baca (dalam detik) skor yang diperoleh skor maksimal kecepatan membaca per menit B

Hasil: Jika kecepatan membaca per kemampuan membaca cepatmu Jika kecepatan membaca per kemampuan membaca cepatmu Contoh perhitungan: Diketahui K : 352 kata Wd : 65 detik B : 80 SM : 100 Maka Kpm =

menit (Kpm) >200 berarti sudah bagus menit (Kpm) <200 berarti perlu ditingkatkan

(K/Wd X 60) X (B/Sm)

(352/65 X 60) X (80/100) (324, 92) X (80/100) 259,934

5. Membuat Simpulan Isi Bacaan Membuat simpulan isi bacaan berarti mengambil inti sari bacaan. Dalam sebuah paragraf eksposisi atau argumentasi, simpulan paragraf biasanya tercermin pada kalimat topik. Oleh sebab itu, simpulan berkaitan dengan ide pokok paragraf. Perhatikan contoh berikut! Perubahan: Penjelasan di atas diganti dengan penjelasan yang lebih lengkap seperti berikut ini. Membuat simpulan isi paragraf berarti merumuskan inti sari paragraf. Dalam sebuah paragraf eksposisi atau argumentasi, simpulan isi paragraf biasanya tercermin pada kalimat topiknya. Dengan demikian, simpulan itu berkaitan dengan ide pokok suatu paragraf. Namun, tidak semua paragraf memiliki kalimat topik, misalnya paragraf narasi (ceritaan) dan sebagian paragraf deskripsi (perian atau gambaran). Untuk paragraf narasi dan deskripsi, simpulan itu dirumuskan berdasarkan inti sari informasinya. Agar dapat merumuskan simpulan isi paragraf, kamu harus membaca paragraf itu dengan cermat, teliti, dan berulang-ulang. Jika itu sudah kamu lakukan dengan baik, kamu pasti dapat menangkap ide pokok atau inti sari informasinya. Belatihlah dengan tekun karena ketekunan merupakan pintu keberhasilan. Perhatikan contoh berikut!

Contoh Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah. Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Setelah Budha wafat, ceritera ini tersebar tidak hanya di India saja, tetapi juga di negara dan budaya lain, ceritera ini dikenal dan diceritakan. Sampai saat ini, cerita ini masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Simpulan: Cerita tentang orang-orang buta dan seekor gajah masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah. Buatlah simpulan dari tiap paragraf berikut! Suatu ketika, seorang raja di India utara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istana kota raja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang-orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang, sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya diperbolehkan menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah. Simpulan: ................................................................................................. ........................... ................................................................................................. ........................... Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya

dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak. Masingmasing dari mereka memiliki penjelasannya sendiri tentang seekor gajah. Simpulan: ................................................................................................. ........................... ................................................................................................. ........................... Kesalahan dari tiap-tiap orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja. Seandainya mereka sadar bahwa mereka hanya menjelaskan satu bagian saja, sebenarnya mereka mampu mengerti kebenaran gajah secara keseluruhan. Simpulan: ................................................................................................. ........................... ................................................................................................. ........................... 6. Berlatih Meningkatkan Kecepatan Membaca Kamu tentu sudah tahu manfaat membaca cepat. Sekarang, tingkatkan kemampuan membaca cepatmu dengan mencatat perkembangan dalam satu bulan. Berikut adalah tips membaca cepat. untuk meningkatkan kemampuan

(1)Membiasakan banyak membaca Biasakanlah membaca seperti makan. Jika sehari saja tidak makan, maka badan kita akan lemas. Begitu juga dengan membaca, jika sehari saja tidak membaca, kita akan merasa lapar. Banyaklah membaca segala jenis

buku, namun mulailah dari jenis buku yang kamu suka, misalnya cerpen atau novel. (2)Membaca dengan teknik yang tepat Hindari membaca dengan bersuara. Tambahan: Hindari membaca dengan cara melihat kata demi kata karena sebenarnya mata memiliki jangkauan penglihatan 3-4 kata. Hindari pula membaca sambil menunjuk huruf demi huruf dengan jari atau alat tertentu karena hal itu akan menghambat kecepatan bacamu.

(3)Meningkatkan konsentrasi Tambahan: Jangan membaca jika hatimu tidak mau melakukannya. Sebaliknya, jangan berhenti membaca jika hatimu masih menginginkannya. Artinya, dalam membaca kamu harus memiliki motivasi atau rasa ingin tahu yang kuat. Dengan demikian, ketika membaca kamu benar-benar dapat berkonsentrasi dalam memahami isi, makna, atau informasi yang ada di dalam bacaan.

7. Mencatat Perkembangan Kemampuan Membaca Cepat

Untuk mencatat perkembangan kemampuan cepatmu, lakukanlah kegiatan berikut ini!

membaca

(1) Catatlah judul buku apa saja yang telah kamu baca dalam satu minggu! (2) Catat juga nama pengarang masing-masing buku yang telah kamu baca! (3) Hitunglah berapa jam waktu yang kamu perlukan untuk menyelesaikan membaca buku-buku tersebut sampai selesai! Lakukan semua itu dengan suka cita, ikhlas, dan jujur.

Perubahan: Perintah di atas diganti dengan perintah berikut. Kamu pasti ingin mengetahui perkembangan kecepatan bacamu. Bagus! Jika demikian, kamu harus giat berlatih membaca. Setiap kali latihan, kamu harus mengukur kecepatannya dan merumuskan simpulan atau inti sari informasinya. Nah, lakukan kegiatan itu dengan suka cita, ikhlas, dan jujur dengan berpedoman pada permintaan berikut ini. (1) cari dan tentukan bacaan yang menarik perhatianmu (2) hitung jumlah kata yang ada dalam bacaan itu (kirakira 250 300 kata) (3) siapkan jam tangan atau stopwatch untuk mengukur waktu baca (4) bacalah bacaan itu secara intensif atau saksama, tanpa bersuara, dan jangan lupa mengukur waktu bacanya (5) buatlah simpulan bacaan atau rumusan inti sari informasinya tanpa membaca ulang atau tanpa melihat bacaan (6) hitunglah kecepatan bacamu dengan menggunakan rumus berikut.

8. Mengidentifikasi Kata Dasar dan Imbuhan Coba kamu baca kembali kalimat berikut! Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah

Wd

(6

Kalimat tersebut terdiri atas dua belas kata. Jika kamu amati dengan saksama, dari kedua belas kata tersebut terdapat tiga kata berimbuhan, yaitu: menceritakan, sebuah, dan seekor. Kata sebuah berasal dari kata dasar buah dan mendapatkan imbuhan berupa awalan, yaitu se-. Demikian juga dengan kata seekor, berasal dari kata dasar ekor dan awalan se-. Pada sisi lain kata menceritakan berasal dari kata ceritakan dan mendapat awalan meN-. Kata ceritakan berasal dari kata dasar cerita dan mendapatkan akhiran kan. Coba kamu bandingkan dengan kata keagamaan dalam kalimat berikut! Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Kata keagamaan berasal dari kata agama dan mendapat konfiks (gabungan awalan dan akhiran yang mengapit kata dasar secara serentak dan membentuk satu kesatuan), yaitu ke-an. Kata keagamaan tidak beraal dari kata agamaan dan awalan ke-, karena tidak ada kata agamaan dalam bahasa Indonesia. Nah, dari uraian tersebut dapat kamu temukan bahwa afiks atau imbuhan dalam bahasa Indonesia ada beberapa macam, yaitu: (1) awalan (prefiks) adalah imbuhan yang diletakkan di muka kata dasar (2) akhiran (sufiks) adalah imbuhan yang diletakkan di belakang kata dasar (3) konfiks adalah imbuhan yag mengapit kata dasar secara serentak dan membentuk satu kesatuan (4) sisipan (infiks) adalah imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar, misalnya kata kinerja berasal dari kata kerja dan mendapat sisipan in-. Identifikasilah kata-kata berimbuhan yang terdapat pada paragraf berikut! Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba

taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak. C. Menulis Pantun Pantun adalah wujud konkret warisan budaya leluhur yang harus kita lestarikan. Coba kamu amati kegunaan pantun dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, di radio, di televisi, atau di media cetak! Coba kamu sebutkan beberapa lagu yang di dalamnya terdapat bait-bait pantun! Nah, ternyata acara di radio atau televisi juga menggunakan pantun sebagai sarana untuk memperindah atau menghangatkan suasana. Melihat begitu banyak kegunaan pantun dalam kehidupan kita, pada pembelajaran ini kamu akan belajar menulis pantun. Agar kamu dapat menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun, lakukanlah aktivitas berikut: (1) menemukan ciri-ciri pantun, (2) menemukan jenis-jenis pantun, (3) menyanyikan lagu berbentuk pantun, (4) melengkapi pantun yang rumpang dan pantun karmina (dua baris) (5) adu cepat berbalas pantun.

Tambahan: Ciri pantun dapat diketahui berdasarkan bentuk dan maknanya. Untuk menemukan ciri bentuk dan ciri makna pantun harus melalui pengamatan dan pengidentifikasian. Nah, sekarang silakan kamu berlatih mengamati dan mengidentifikasi ciri bentuk dan ciri makna pantun-pantun berikut ini. Caranya, bacalah setiap pantun berikut ini dengan cermat dan saksama, kenali jumlah barisnya, jumlah suku kata pada setiap baris, bunyi akhir setiap baris, dan kenali pula makna atau maksud setiap baris. Dengan membiasakan diri melakukan latihan pengamatan dan pengidentifikasian, kamu dapat meningkatkan kecermatan dan ketelitian dalam memperoleh nilai kebenaran suatu objek pengamatan.

1. Menemukan Ciri Pantun Bacalah contoh pantun berikut! Contoh pantun (1) Jual 96irri96 dengan kandil Kandil buatan orang Inggris Melihat buaya menyandang bedil 96irri9696n kerbau tegak berbaris (2) Anak bakau di rumpun salak Patah taruknya ditimpa genta Riuh kerbau tergelak-gelak Melihat beruk berkaca-mata (3) Pohon manggis pohon embacang Ketiga dengan pohon lulita Duduk menangis abang pincang Katanya jalan tidak rata (4) Kalau ada sumur di 96irri96 Bolehkah kita menumpang mandi Kalau ada umurku panjang Bolehlah kita bertemu lagi Diskusikan dengan anggota kelompokmu 96irri-ciri pantun yang telah kamu baca (identifikasi) tersebut dengan berpedoman pada pertanyaan pemandu diskusi berikut ini! Jangan lupa diskusikan pula pesan moral dan nilai budi pekerti yang terkandung di dalam pantun di atas! Tambahan: Di samping itu, jangan lupa, kamu harus mematuhi tata cara dan sopan santun dalam berdiskusi, yaitu (1)dapat menahan emosi atau dapat bersabar (2)dapat menghargai pendapat orang lain (3)dapat bersikap dan berbahasa secara santun dalam menyampaikan pertanyaan, pendapat, atau tanggapan (4)dapat menyadari bahwa orang lain juga memiliki hak untuk berbicara (5)jangan memotong pembiaraan orang lain

No. 1

Aspek Bentuk: o Baris o Suku kata o Persajakan

Isi

Pertanyaan Pemandu diskusi a. Berapa jumlah baris dalam satu bait? b. Berapa jumlah suku kata dalam tiap baris? c. Apakah yang dimaksud dengan persajakan? d. Bagaimana persajakan pada tiap-tiap bait pantun? Setiap bait pantun terdapat sampiran dan isi a. Apakah yang dimaksud dengan sampiran? b. Apakah yang dimaksud dengan isi? c. Terletak di baris ke berapakah sampiran pantun? d. Terletak di baris ke berapakah isi pantun?

Perubahan: (Tabel di atas diganti dengan tabel yang lebih lengkap berikut ini.) No Aspek . 1 Bentuk: o Baris o Suku kata o Bunyi akhir tiap baris (persajakan) Pertanyaan Pemandu diskusi a. Berapa jumlah baris dalam satu bait pada pantun yang sudah kamu amati? b. Berapa jumlah suku kata dalam tiap baris pada pantun yang sudah kamu amati? c. Apakah yang dimaksud dengan persajakan? d. Bagaimana persajakan pada tiap-tiap bait pantun yang kamu amati? Setiap bait pantun terdapat sampiran dan isi a. Apakah yang dimaksud dengan sampiran? b. Apakah yang dimaksud dengan

Isi: o Baris pertama dan kedua (sampiran) o Baris

ketiga dan keempat (isi atau maksud) 3 Pesan moral dan nilai budi pekerti

isi? c. Terletak di baris keberapakah sampiran pantun? d. Terletak di baris keberapakah isi pantun? a. Pesan moral apa yang terkandung di dalam pantun (1) s.d. (4) di atas? b. Nilai budi pekerti apa yang terkandung di dalam pantun (1) s.d. (4) di atas?

3. Menemukan Jenis-jenis Pantun Pantun dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut tujuannya. Pertama, pantun nasihat, yaitu pantun yang bertujuan memberi nasihat dan pesan moral. Kedua, pantun cinta atau remaja, yaitu pantun yang bertujuan untuk mengungkapkan perasaan terkait dengan masalah cinta. Ketiga, pantun jenaka, yaitu pantun yang hanya bertujuan untuk menghibur atau berkelakar. Klasifikasikanlah pantun-pantun berikut sesuai dengan jenisnya, kemudian berilah alasan! Pantun 1 Pulau pandan jauh ke tengah Gunung Daik bercabang tiga Hancur badan dikandung tanah Budi yang baik dikenang juga Pantun 2 Pohon manggis di tepi rawa Tempat kakek 1 tidur beradu Sedang menangis nenek tertawa Melihat kakek bermain gundu Pantun 3 Dari mana datangnya lintah Dari sawah turun ke kali Dari mana datangnya cinta Dari mata turun ke kali Pantun 4 Tanam jerangau di bukit tinggi Mati dipijak anak badak Melihat sang bangau sakit gigi Gelak terbahak penghulu katak

Pantun 5 Anak bakau di rumpun salak patah taruknya6 ditimpa genta Riuh kerbau tergelak-gelak Melihat beruk berkaca mata Format panduan diskusi No . 1 2 3 4 5 No. Pantun Pantun 1 Pantun 2 Pantun 3 Pantun 4 Pantun 5 Jenis Pantun Alasan

7. Menyanyikan Lagu Berbentuk Pantun Nyanyikan lagu di bawah ini secara bersama-sama! CINDAI Penyanyi: Siti Nurhaliza Cindailah mana tidak berkias Jalinnya lalu rentah beribu Bagailah mana hendak berhias Cerminku retak seribu Mendendam unggas liar di hutan Jalan yang tinggal jangan berliku Tilamku emas cadarnya intan Berbantal lengan tidurku Hias cempaka kenanga tepian Mekarnya kuntum nak idam kumbang Puas kujaga si bunga impian Gugurnya sebelum berkembang Hendaklah hendak hendak kurasa Puncaknya gunung hendak ditawan Tidaklah tidak tidak kudaya Tingginya tidak terlawan Janganlah jangan jangan kuhiba Derita hati jangan dikenang Bukanlah bukan bukan kupinta

Merajuk bukan berpanjangan Akar beringin tidak berbatas Cuma bersilang paut di tepi Bidukku lilin layarnya kertas Seberang laut berapi Gurindam lagu bergema takbir Tiung bernyanyi pohonan jati Bertanam tebu di pinggir bibir Rebung berduri di hati Laman memutih pawana menerpa Langit membiru awan bertali Bukan dirintih pada siapa Menunggu sinarkan kembali Setelah kamu menyanyikan lagu tersebut, coba kelompokkan mana yang termasuk sampiran dan mana yang termasuk isi. Kemudian, carilah maksud atau arti isi pantun tersebut! Panduan diskusi Bai Sampiran t 1 Cindailah mana tidak berkias/ Jalinnya lalu rentah beribu Dst Dst. . 4. Melengkapi Pantun Lengkapilah rumpang pada pantun berikut! Dari Yogya pergi ke Malang Naik bus melewati Batu ... Beli obat di warung Pak Syukri Pulangnya singgah ke pasar kembang . . Bang Sakur pergi ke Cibubur Isi Bagailah mana hendak berhias/ Cerminku retak seribu Dst. Maksud Isi Bagaimana mau bercermin, kalau cermin kita pecah berkeping-keping. Dst.

Menengok kerabat yang sedang sakit . . Bang Jaja kepalanya botak Bang Sueb rambutnya pirang . . 4. Adu Cepat Menulis Pantun (1) Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4 s.d. 5 siswa! (2) Dalam waktu lima menit, buatlah paling sedikit dua bait pantun! Perhatikan syarat-syarat yang telah kalian pelajari di atas! (3)Tempelkan hasil terbaik kalian di majalah dinding! 5. Menilai Pantun yang Telah Ditulis Nilailah pantun yang ditulis oleh kelompok lain dengan menggunakan kriteria penilaian berikut ini! Lakukan dengan cermat dan jujur! No . 1 Aspek yang Diamati dan Bobot Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi bentuk (Tiap bait terdiri atas 4 baris, tiap baris terdiri atas 8 s.d. 12 suku kata, persajakan abab) Alternatif penilaian: o sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 5) o hanya sesuai dengan 2 syarat pantun (dengan bobot 3) o tidak sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 1) Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi isi (baris 1 dan 2 adalah sampiran dan baris 3 dan 4 adalah isi) Alternatif penilaian: o sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 5) o hanya sesuai dengan 1 syarat pantun (dengan bobot 3) o tidak sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 1) Kemenarikan isi pantun Alternatif penilaian: Skor

No .

Aspek yang Diamati dan Bobot o isi bermakna dan bervariasi (dengan bobot 5) o isi bermakna namun kurang bervariasi (dengan bobot 3) o isi tidak bermakna dan tidak bervariasai (dengan bobot 1) Ketepatan penulisan ejaan dan tanda baca o tidak ada kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (dengan bobot 5) o ada 2 atau 3 kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (dengan bobot 3) o lebih dari 3 kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (dengan bobot 1) Pesan moral dan nilai budi pekerti o mengandung pesan moral dan nilai budi pekerti (dengan bobot 5) o tidak mengandung pesan moral dan nilai budi pekerti (dengan bobot 1) SKOR MAKSIMAL SKOR PEROLEHAN

Skor

25

D. Rangkuman Pada unit kegiatan di atas, kamu telah belajar menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Dari pembelajaran ini kamu telah belajar bercerita dengan memperhatikan intonasi, dan ekpresi. Kamu juga telah belajar membaca cepat dan menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Mengidentifikasi kata dasar dan kata berimbuhan juga telah kamu lakukan dalam pembelajaran ini. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan bersastra, yaitu menulis pantun. Kamu telah belajar mengenali ciri pantun, jenis-jenis pantun, melengkapi pantun yang rumpang, dan menulis pantun. Tambahan: Di samping itu, kamu juga telah belajar dan berlatih berbagi pengalaman, bekerja sama, menghargai pendapat dan hak orang lain, bertindak dan berkata dengan santun, membangun motivasi belajar, serta membiasakan diri untuk cermat, teliti, dan sungguh-sungguh dalam melakukan berbagai hal.

E. Evaluasi 1. Pilihlah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d! Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dari pengalamanlah kita bisa belajar banyak hal. Kita bisa belajar bagaimana mengatasi masalah yang rumit, yang sulit dipecahkan. Dari pengalaman juga kita belajar bersosialisasi menghadapi segala macam persoalan yang sangat kompleks. Seringkali tanpa sengaja kita dapat bertindak arif dan bijak, padahal semua itu sebenarnya buah dari pengalaman yang mungkin tidak kita sadari. (1) Ide pokok 103aragraph tersebut di atas adalah A. Pengalaman adalah guru yang terbaik. B. Kita 103ara belajar dari pengalaman. C. Kita bisa bertindak arif dari pengalaman. D. Dari pengalaman kita bisa belajar banyak. Kumur-kumur dengan air putih dapat membantu mencegah pilek. Menurut para ahli, kumur dengan air putih biasa bisa mencegah pilek sampai 30%. Para periset membagi sekitar 400 orang ke dalam 3 grup. Masing-masing berkumur dengan antiseptic, air biasa, dan tidak kumur sama sekali. Hasilnya, grup yang kumur dengan air putih 36% lebih rendah terkena infeksi. Kumur-kumur menurunkan risiko karena membilas virus keluar dari mulut. Selain itu, menjaga jaringan tetap basah menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi pathogen. (2) Ide pokok 103aragraph tersebut di atas adalah A. Kumur dengan air putih menurunkan risiko terkena penyakit. B. Kumur-kumur dengan air putih mencegah pilek. C. Kumur-kumur dapat membilas virus keluar dari mulut. D. Kumur-kumur berguna untuk menjaga jaringan agar tetap basah. Kadang kita diserang rasa lapar pada malam hari yang membuat kita ingin ngemil. Untuk mengatasinya, coba minum air putih dengan disesap secara perlahan ketimbang dalam regukan besar pada saat makan. Minum terlalu banyak secara

sekaligus mengencerkan cairan pencerna yang dikeluarkan di dalam mulut. Mengakibatkan makanan sulit dipecah secara tepat sehingga nutrient yang mengenyangkan banyak yang dikeluarkan ketimbang diabsorp. Minum dengan disesap mengoptimalkan pencernaan, membuat perut dapat memproses makanan secara baik dan mengirimkan sinyal kenyang ke otak. Hasilnya, Anda akan merasa kenyang sampai pagi hari. (Dikutip dari Majalah Aura Edisi Minggu ke-1 Tanggal 7-13 Februari 2005) (3)Simpulan paragraf tersebut di atas adalah A. Mengurangi ngemil dengan cara minum air putih dengan cara disesap secara perlahan. B. Kiat minum agar makanan dapat diproses dengan baik. C. Kiat mengoptimalkan pencernaan dengan cara minum air putih dengan disesap. D. Kiat agar tetap kenyang sepanjang hari. Akhirnya ia memperoleh hasil sebagai berikut: 40% membandingkannya dengan gelondongan kayu, 20% dengan batang kayu yang bulat dan halus, dan masing-masing 10% dari mereka yang membandingkannya dengan panci besar, sebuah balon, selang air dan tali tambang yang rusak. Sangat logis bukan? Seekor gajah memiliki 4 kaki besar seperti gelondong kayu ( 40%) dan 2 taring ( 20%), Sedangkan untuk kepala, belalai, perut dan ekor hanya 1 ( 10%). Sebagaimana para ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, cenderung yakin bahwa mayoritas adalah kebenaran, maka ia menyatakan bahwa seekor gajah itu seperti gelondongan kayu karena hampir setengah menyatakannya. Jadi di dalam kasus ini, mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran. (4) Tujuan utama paragraf tersebut di atas adalah A. Memberikan informasi yang tidak lazim B. Memberikan informasi yang aneh. C. Membuktikan bahwa pendapat mayoritas tidak secara otomatis sebuah kebenaran. D. Menyatakan pendapat yang sama dengan pendapat umum. (5) Simpulan 104aragraph tersebut di atas adalah A. Pendapat mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran. B. Pendapat mayoritas otomatis sebuah kebenaran. C. Kemayoritasan adalah sebuah kebenaran. D. Mayoritas memegang peranan penting.

Makanan Pembunuh Maksud judul itu bukanlah .yang oleh pembunuh, melainkan makanan yang dapat membunuh manusia yang .. (6) Kata berimbuhan yang tepat untuk melengkapi kalimat yang rumpang tersebut adalah A. makan, memakan, dimakan. B. makanan, dimakan, memakan. C. makanan, memakan, memakannya. D. makanan, dimakan, memakannya. (7) Penulisan kata berimbuhan asing yang bergaris bawah berikut telah benar, kecuali A. Warga desa membangun gedung pertemuan secara swadaya. B. Bulan depan, mereka akan mengikuti lomba voli antarprovinsi. C. Para tunawisma di bawah jembatan Semanggi akan ditertibkan. D. Mereka tidak menyukai kegiatan yang bersifat nonteknis. (8) Kalimat yang menggunakan tanda koma secara tepat adalah . A. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil coba minum air putih, dengan disesap secara perlahan. B. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih, dengan disesap secara perlahan. C. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih dengan disesap secara perlahan. D. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih dengan disesap, secara perlahan. 2. Uji Praktik a. Ceritakanlah pengalamanmu yang paling berkesan secara singkat (tiga menit), dan dengan ekspresi dan intonasi yang sesuai serta bahasa yang efektif! b. Tulislah dua bait pantun karyamu sendiri! Penilaian Pengembangan Nilai Karakter

3.

Untuk mengukur ketercapaian pengembangan nilai karakter peserta didik digunakan pedoman observasi, lembar penilaian diri (evaluasi diri), dan lembar penilaian antarteman. Pada unit pelajaran ini, pengembangan nilai karakter difokuskan pada pengembangan nilai kepedulian.

a. Pedoman observasi Nama Siswa : Kelas : Aspek Penilaian dan Indikator Pencapaian Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap diri sendiri Indikator Pencapaian: bersikap sopan dan berbahasa dengan santun Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap teman atau orang lain Indikator Pencapaian: menghargai pendapat dan hak orang lain Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap lingkungan sekitar Indikator Pencapaian: dapat menjaga kebersihan dan ketenangan lingkungan sekitar Total Skor Maksimal Jumlah Perolehan Skor Skor (1 s.d. 4)

12

Keterangan: Skor terendah 1 dan skor tertinggi 4 dengan keterangan sebagai berikut. Skor 1 = kurang tampak, yaitu apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator Skor 2 = sudah tampak, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi belum konsisten Skor 3 = berkembang, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi kurang konsisten Skor 4 = membudaya, yaitu apabila peserta didik terus-menerus (selalu) memperlihatkan perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten Penilaian:

Nilai = jumlah skor x 100 = .. skor maks (12) b. Lembar evaluasi diri Nama Siswa : Kelas : Tentukan skor (1 s.d. 4) pada setiap aspek penilaian diri sendiri berikut ini. Lakukan secara jujur dan objektif sebagai rasa tanggung jawab Anda kepada Tuhan Yang Maha Esa. Aspek Penilaian dan Indikator Pencapaian Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap diri sendiri Indikator Pencapaian: bersikap sopan dan berbahasa dengan santun Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap teman atau orang lain Indikator Pencapaian: menghargai pendapat dan hak orang lain Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap lingkungan sekitar Indikator Pencapaian: dapat menjaga kebersihan dan ketenangan lingkungan sekitar Total Skor Maksimal Jumlah Perolehan Skor Skor (1 s.d. 4)

12

Keterangan: Skor terendah 1 dan skor tertinggi 4 dengan keterangan sebagai berikut.

Skor 1 = kurang tampak, yaitu apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator Skor 2 = sudah tampak, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi belum konsisten Skor 3 = berkembang, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi kurang konsisten Skor 4 = membudaya, yaitu apabila peserta didik terus-menerus (selalu) memperlihatkan perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten Penilaian: Nilai = jumlah skor x 100 = .. skor maks (12) c. Lembar penilaian antarteman : : : :

Nama Siswa yang Dinilai Kelas Nama Siswa yang Menilai Kelas

Tentukan skor (1 s.d. 4) pada setiap aspek penilaian antarteman berikut ini. Lakukan secara jujur dan objektif sebagai rasa tanggung jawab Anda kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Aspek Penilaian dan Indikator Pencapaian Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap diri sendiri Indikator Pencapaian: bersikap sopan dan berbahasa dengan santun Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap teman atau orang lain Indikator Pencapaian: menghargai pendapat dan hak orang lain Aspek Penilaian: Kepedulian terhadap lingkungan sekitar Indikator Pencapaian: dapat menjaga kebersihan dan ketenangan lingkungan sekitar Total Skor Maksimal Jumlah Perolehan Skor

Skor (1 s.d. 4)

12

Keterangan: Skor terendah 1 dan skor tertinggi 4 dengan keterangan sebagai berikut. Skor 1 = kurang tampak, yaitu apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator Skor 2 = sudah tampak, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi belum konsisten Skor 3 = berkembang, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda perilaku atau karakter

yang dinyatakan dalam indikator, tetapi kurang konsisten Skor 4 = membudaya, yaitu apabila peserta didik terus-menerus (selalu) memperlihatkan perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten Penilaian: Nilai = jumlah skor x 100 = .. skor maks (12) F. Refleksi Setelah kamu berdiskusi, berlatih, dan melaksanakan semua kegiatan dalam pembelajaran ini, cobalah kamu renungkan kembali apa yang telah kamu kuasai dan belum kamu kuasai. Ungkapkan pula kesanmu terhadap pembelajaran yang telah kamu laksanakan. Untuk itu, berikanlah tanda centang () pada panduan berikut ini dengan jujur dan objektif atau apa adanya! No Pertanyaan Pemandu . 1 Saya dapat bercerita dengan ekspresi, intonasi yang sesuai dan menggunakan kalimat efektif 2 Saya memahami perbedaan kata dasar dan kata berimbuhan 3 Saya dapat menghitung kecepatan membaca saya 4 Saya dapat menjawab pertanyaan dari isi bacaan yang saya baca 5 Saya dapat menyimpulkan isi teks yang saya baca 6 Saya bangga dapat menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun 7 Saya dapat menilai pantun yang ditulis teman dan saya tulis sendiri 8 Menurut saya, latihan-latihan dalam bab ini mudah diikuti dan membuat saya senang belajar bahasa Indonesia Y a Tida k

LAMPIRAN A. B. Contoh Hasil Pengembangan Silabus Contoh Hasil Penyusunan RPP

You might also like