You are on page 1of 76

12. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan A.

Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di Satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kesetaraan memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

118

B. Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis 6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan 7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspekaspek sebagai berikut. 1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya 2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya 5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya 6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung 7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif

119

dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. D. Standar Kompetensi Mata Pelajaran 1. Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 2. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya 3. Mempraktikkan berbagai bentuk senam ketangkasan dengan kontrol yang baik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 4. Mempraktikkan berbagai gerak dasar dalam gerak ritmik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 5. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya punggung, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 6. Mempraktikkan penjelajahan di Satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kesetaraan dan di alam bebas, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya 7. Menerapkan budaya hidup sehat

120

E. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi 1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/ aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung didalamnya Kompetensi Dasar 1.1 Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri 1.2 Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun ataupun menekuk dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri 1.3 Mempraktikkan gerak dasar lempar tangkap dan sejenisnya dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri

2.1 Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam 2. Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam posisi berdiri berbagai posisi 2.2 Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam posisi berjalan 2.3. Mendemonstrasikan beberapa berbaring di lantai dengan benar sikap

3. Mempraktikkan senam lantai sederhana tanpa alat dan nilai yang terkandung di 3.1 Mempraktikkan gerak keseimbangan statis tanpa alat, serta nilai percaya diri dalamnya dan disiplin 3.2 Mempraktikkan gerak keseimbangan dinamis tanpa alat, serta nilai percaya diri dan disiplin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap,mental emosional, sportivitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dan perbedaan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator ? 2. Apa tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk peserta didik ? 3. Bagaimana ruang lingkup Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan ? 4. Bagaimana standar kompetensi dan kompetensi dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. 2. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk peserta didik. 3. Untuk mengetahui ruang lingkup Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. 4. Untuk mengatahui standar kompetensi dan kompetensi dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI).

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Dan Perbedaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar Dan Indikator a. Standar Kompetensi adalah merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar b. Kompetensi Dasar adalah merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu. c. Indikator adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Adapun perbedaan masing- masing adalah: Standar Kompetensi adalah kecakapan atau kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mengalami berbagai macam pembelajaran. Kompetensi Dasar adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan aspek mata pelajaran atau sub pokok bahasan tertentu. Sedangkan Indikator adalah suatu kompetensi yang dijadikan tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu. 2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Untuk Peserta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. 6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. 2.3 Ruang lingkup Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tennis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. Didik.

2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya. 5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya. 6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. 7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). 2.4.1 Kelas I, Semester 1 1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana atau aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya a) Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri. b) Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun ataupun menekuk dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri. c) Mempraktikkan gerak dasar lempar tangkap dan sejenisnya dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri. 1. Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam berbagai posisi. a) b) Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam posisi berdiri. Mendemonstrasikan sikap tubuh dalam posisi berjalan. 1. Mempraktikkan senam lantai sederhana tanpa alat dan nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan gerak keseimbangan statis tanpa alat, serta nilai percaya diri dan disiplin. b) Mempraktikkan gerak keseimbangan dinamis tanpa alat, serta nilai percaya diri dan disiplin. 1. Mengungkapkan perasaan melalui gerak berirama dan nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan gerak bebas berirama tanpa menggunakan musik dan nilai disiplin dan kerjasama.

b) Mempraktikkan gerak bebas berirama menggunakan musik dan nilai disiplin dan kerjasama. 1. Menerapkan budaya hidup sehat a) b) Menjaga kebersihan diri yang meliputi kuku dan kulit. Mengenal pentingnya imunisasi. 1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat ke berbagai arah dengan berbagai pola dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, kejujuran, tanggung jawab dan toleransi. b) Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun, menekuk dalam permainan sederhana, dan nilai kerjasama, toleransi, kejujuran dan tanggung jawab. c) Mempraktikkan gerak dasar menangkap obyek berbagai ukuran dalam permainan sederhana , dan kerjasama, toleransi, kejujuran dan tanggung jawab. 1. Membiasakan penampilan sikap tubuh dalam berbagai posisi. a) b) a) Membiasakan penampillan sikap tubuh dalam posisi diam. Membiasakan penampilkan sikap tubuh dalam posisi bergerak. 1. Mempraktikkan gerakan senam lantai sederhana dan nilai yang terkandung di dalamnya Mempraktikkan gerakan senam lantai sederhana, serta nilai percaya diri dan disiplin. b) Mempraktikkan gerak peregangan dan pelemasan dalam kegiatan pemanasan sederhana dengan benar serta nilai disiplin. 1. Menampilkan perasaan melalui musik dan gerak berirama serta nilai yang terkandung di dalamnya. a) Menampilkan gerak bebas berirama diorientasikan dengan arah mengikuti bunyi-bunyian secara individu, serta nilai estetika. b) Menampilkan gerak bebas berirama diorientasikan dengan arah menggunakan bunyibunyian secara berpasangan/kelompok kecil, serta nilai estetika. 1. Mempraktikkan dasar-dasar pengenalan air dan nilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan aktivitas dasar di air b) Mempraktikkan berbagai permainan di air dangkal disertai nilai percaya diri, kebersihan, dan disiplin. 1. Mempraktikkan pengenalan lingkungan sekolah melalui aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan pengenalan lingkungan sekolah secara beregu, dan nilai disiplin, kerjasama, dan kebersihan lingkungan. b) Mempraktikkan berbagai aktivitas jasmani yang menyenangkan di lingkungan sekolah, dan nilai disiplin, kerja sama dan pola hidup sehat. c) Mempraktikkan pemanfaatan makanan dan minuman yang baik. 1. Menerapkan budaya hidup sehat.

2.4.2 Kelas I, Semester 2

a) b) 2.4.3

Menjaga kebersihan gigi dan mulut. Mengenal makanan sehat Kelas II, Semester 1 1. Mempraktikkan variasi gerak dasar melalui permainan dan aktivitas jasmani, dan nilainilai yang terkandung di dalamnya.

a) Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari, lompat yang bervariasi dalam permainan yang menyenangkan dan nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan menghargai diri sendiri. b) Mempraktikkan gerak dasar memutar, mengayun, menekuk lutut dalam berbagai variasi permainan sederhana serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan memahami diri sendiri. c) Mempraktikkan gerak dasar melempar, menangkap, menendang dan menggiring bola ke berbagai arah dalam permainan sederhana serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggungjawab, menghargai lawan dan memahami diri sendiri. 1. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan satu jenis bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan tungkai dengan mengikuti aturan. b) Mempraktikkan berbagai aktivitas untuk melatih keseimbangan statis dan dinamis, serta nilai disiplin dan estetika. c) Membiasakan bergerak dengan benar 1. Mempraktikkan senam ketangkasan dasar dan nilai-nilai yang terkandung di alamnya. a) Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana tanpa menggunakan alat: melompat dan meloncat dengan isyarat ke berbagai arah. b) Mempraktikkan senam ketangkasan dengan menggunakan alat sederhana dengan percaya diri. 1. Mempraktikkan keterampilan dasar ritmik diorientasikan dengan arah dan ruang dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan gerak ritmik ke depan, belakang ataupun samping secara berpasangan dengan diiringi musik , dan nilai kerja sama. b) Mempraktikkan gerak ritmik diorientasikan dengan ruang secara beregu tanpa menggunakan musik, serta nilai disiplin dan kerja sama. 1. Menerapkan budaya hidup sehat. a) b) Menjaga kebersihan rambut, hidung, dan telinga. Memilih makanan bergizi 1. Mempraktikkan gerak dasar kebugaran jasmani dan nilainilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan latihan dasar untuk meningkatkan kekuatan otot dada, otot punggung, dengan mengikuti aturan.

2.4.4 Kelas II , Semester 2

b) Mempraktikkan latihan dasar untuk melatih kelentukan persendian anggota badan bagian atas dengan mengikuti aturan. 1. Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan dua bentuk senam ketangkasan: melompat dan berputar 90 derajat saat di udara, melompati benda sesuai dengan kemampuan serta memperhatikan faktor keselamatan. b) Mempraktikkan rangkaian gerak senam ketangkasan sederhana: berjalan dan berguling ke depan, memindahkan berat tubuh dari satu titik ke titik yang lain dengan kontrol yang baik. 1. Mempraktikkan keterampilan dasar ritmik diorientasikan dengan arah dan ruang dengan menggunakan atau tanpa musik, memiliki pengetahuan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan keterampilan dasar gerak ritmik yang berorientasi pada arah dan ruang secara berpasangan, menggunakan atau tanpa musik, serta nilai kerjasama, dan disiplin. b) Mempraktikkan keterampilan dasar gerak ritmik yang berorientasi pada arahdan ruang secara beregu menggunakan atau tanpa musik serta nilai kerjasama, dan disiplin. 1. Mempraktikkan gerak dasar renang, dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan gerak lengan dan tungkai untuk mengangkat tubuh di dalam air. b) Mempraktikkan keseimbangan tubuh dan penyelamatan diri di air serta memperhatikan faktor keselamatan diri dan orang lain, serta nilai kebersihan c) Mempraktikkan gerak dasar renang: mengapung, menenggelamkan diri di dalam air, dan bernapas, serta nilai disiplin. 1. Mempraktikkan kegiatan jasmani di lingkungan di sekitar sekolah, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan berbagai aktivitas fisik di lingkungan sekolah dan nilai kebersihan, kesehatan dan keselamatan. b) Mengikuti rambu-rambu perjalanan di lingkungan sekolah secara beregu dan memperhatikan faktor keselamatan, kerjasama dan disiplin. c) a) b) Membiasakan menggunakan pakaian dan sepatu yang sesuai. 1. Menerapkan budaya hidup sehat. Menjaga kebersihan tangan dan kaki. Mengenal cara makan sehat 1. Mempraktikkan berbagai kombinasi gerak dasar melalui permainan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan kombinasi berbagai pola gerak jalan dan lari dalam permainan sederhana, serta aturan dan kerja sama. b) Mempraktikkan kombinasi berbagai gerak mengayun, membungkuk dan menekuk dalam permainan sederhana, serta aturan, dan kerja sama. c) Mempraktikkan kombinasi gerak dasar melempar, menangkap dan menendang dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana,serta aturan, dan kerja sama.

2.4.5 Kelas III, Semester 1

1. Mempraktikkan aktivitas kebugaran jasmani secara sederhana dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot bahu dan dada secara sederhana serta nilai disiplin. b) Mempraktikkan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan daya tahan secara sederhana serta nilai disiplin. 1. Mempraktikkan gerak senam lantai, senam ketangkasan dasar dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan keseimbangan dalam bentuk senam lantai dasar, serta nilai keselamatan, disiplin dan keberanian. b) Mempraktikkan gerak kombinasi senam ketangkasan dasar, serta nilai keselamatan, disiplin dan keberanian. 1. Mempraktikkan gerak dasar melaului aktivitas ritmik dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan gerak dasar mengayun dan menekuk lutut dalam aktivitas ritmik sederhana tanpa musik, serta nilai percaya diri dan disiplin. b) Mempraktikkan gerak dasar mengayun dan menekuk lutut dalam aktivitas ritmik sederhana beregu tanpa atau dengan iringan musik, serta nilai percaya diri, disiplin dan kerja sama.
1. Menerapkan budaya hidup sehat.

a) b) 2.4.6

Menjaga kebersihan pakaian. Mengenal kebutuhan tidur dan istirahat. Kelas III, Semester 2 1. Mempraktikkan berbagai gerak dasar dalam permainan sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

a) Mempraktikkan kombinasi gerak dasar jalan, lari dan lompat dengan koordinasi yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama, toleransi, kejujuran, tanggung jawab dan menghargai lawan atau diri sendiri. b) Mempraktikkan kombinasi gerak memutar, menekuk lutut, mengayun lengan dan meliukkan badan dengan koordinasi gerak yang baik dalam permainan sederhana, serta nilai kerjasama dan menghargai lawan atau diri sendiri. c) Mempraktikkan kombinasi gerak dasar memvoli, memantulkan, menendang, dan mengontrol bola dengan koordinasi yang baik dalampermainan sederhana, serta nilai kerjasama, toleransi, tanggung jawab, menghargai lawan atau diri sendiri, dan bersedia berbagi tempat dan peralatan dalam bermain. 1. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilainilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan kelentukan dan kelenturan, serta nilai disiplin, dan keselamatan. b) Mempraktikkan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan koordinasi gerak, dan nilai disiplin. 1. Mempraktikkan senam ketangkasan dasar dan nilainilai yang terkandung di dalamnya.

a)

Mempraktikkan senam ketangkasan sederhana tanpa alat, dan nilai disiplin.

b) Mempraktikkan senam ketangkasan yang agak kompleks menggunakan alat, dan nilai disiplin. 1. Mempraktikkan gerak ritmik dasar yang berorientasi dengan arah, ruang, dan waktu dengan atau tanpa musik, dan nilainilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan gerak lokomotor dalam gerak ritmik diorientasikan pada arah, ruang, dan waktu secara individual dengan atau tanpa menggunakan musik, serta nilai percaya diri dan disiplin. b) Mempraktikkan gerak lokomotor dalam aktivitas ritmik yang berorientasi pada arah, ruang dan waktu secara beregu dengan atau tanpa menggunakan musik, serta nilai percaya diri, disiplin dan kerjasama. 1. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya dada, dan nilainilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan gerak dasar meluncur, menggerakkan tungkai, menggerakkan lengan dan nilai kebersihan. b) c) Mempraktikkan cara bernapas renang gaya dada dan nilai kebersihan. Mengkombinasikan gerakan lengan dan tungkai renang gaya dada dan nilai kebersihan. 1. Mempraktikkan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah untuk aktivitas jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan gerak lokomotor dalam mengikuti jejak dan nilai disiplin, kerjasama, memperhatikan faktor keselamatan. b) Mempraktikkan pemilihan tempat yang aman untuk bermain di lingkungan sekolah. c) Mempraktikkan penjagaan keselamatan diri dan orang lain selama melakukan aktivitas di lingkungan sekitar sekolah, dan nilai kebersihan. 1. Menerapkan budaya hidup sehat. a) b) Mengenal bahaya penyakit diare, demam berdarah dan influenza. Mengenal cara menggunakan peturasan. 1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan gerak dasar dalam permainan bola kecil sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran. b) Mempraktikkan gerak dasar atletik sederhana, serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin. c) Mempraktikkan gerak dasar permainan bola besar sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama, sportivitas, dan kejujuran. 1. Mempraktikkan latihan untuk meningkatkan kebugaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan aktivitas permainan sederhana untuk melatih daya tahan dan kekuatan otot, serta nilai kerja keras, dan disiplin.

2.4.7 Kelas IV, Semester 1

b) Mempraktikkan aktivitas permainan untuk melatih kelenturan dan koordinasi, serta nilai kerja keras, dan disiplin. 1. Mempraktikkan berbagai bentuk latihan senam lantai yang lebih kompleks dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan kombinasi gerak senam lantai tanpa alat dengan memperhatikan faktor keselamatan, dan nilai disiplin serta keberanian. b) Mempraktikkan kombinasi gerak senam lantai dengan alat dengan memperhatikan faktor keselamatan, dan nilai disiplin serta keberanian. 1. Mempraktikkan keterampilan gerak ritmik terstruktur secara beregu tanpa dan dengan menggunakan musik dan nilainilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan gerak ritmik diorientasikan pada arah, ruang dan waktu secara beregu menggunakan musik,serta nilai estetika. b) Mempraktikkan keterampilan gerak ritmik terstruktur secara beregu tanpa menggunakan musik, serta nilai estetika. 1. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah. a) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya. 1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan gerak dasar berbagai gerakan yang bervariasi dalam permainan bola kecil beregu dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama regu, sportivitas, dan kejujuran. b) Mempraktikkan gerak dasar berbagai gerakan yang bervariasi dalam permainan bola besar beregu dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama regu, sportivitas, dan kejujuran. c) Mempraktikkan gerak dasar atletik yang dimodifikasi: lompat, loncat dan lempar, dengan memperhatikan nilainilai pantang menyerah, sportifitas, percaya diri, dan kejujuran. 1. Mempraktikkan latihan kebugaran yang lebih kompleks untuk meningkatkan keterampilan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan aktivitas dan permainan untuk melatih daya tahan dan kekuatan dengan kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran. b) Mempraktikkan aktivitas dan permainan untuk melatih kelentukan dan koordinasi dengan kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin, kerja sama,dan kejujuran. 1. Mempraktikkan senam lantai dengan kompleksitas gerakan yang lebih tinggi, dan nilainilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan senam lantai tanpa menggunakan alat dengan koordinasi yang baik serta nilai kerja sama dan estetika. b) Mempraktikkan senam ketangkasan dengan menggunakan alat dengan koordinasi yang baik serta nilai disiplin dan kerja sama. 2.4.8 Kelas IV, Semester 2

1. Mempraktikkan keterampilan gerak ritmik terstruktur secara beregu tanpa dan dengan menggunakan musik, serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan keterampilan gerak ritmik terstruktur (misal SKJ) secara beregu menggunakan musik, serta nilai kerja sama, disiplin dan estetika. b) Memperbaiki kesalahan gerak dalam gerak ritmik terstruktur (misal SKJ) secara beregu menggunakan musik, serta nilai kerja sama,disiplin dan estetika. 1. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya bebas dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan gerak dasar; meluncur, menggerakkan tungkai, menggerakkan lengan serta nilai kebersihan. b) c) d) Mempraktikkan cara bernapas dalam renang gaya bebas. Mengkombinasaikan gerakan lengan dan tungkai renang gaya bebas. Mempraktikkan dasar-dasar keselamatan di air.
1. Mempraktikkan kegiatan berkemah di lingkungan sekitar sekolah dan nilai-nilai yang

terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan berbagai keterampilan yang sesuai untuk kegiatan perkemahan, serta nilai kerja sama, tanggungjawab, disiplin, dan mengikuti aturan. b) c) a) Mempraktikkan aktivitas jasmani yang berisi tantangan dalam perkemahan. Mempraktikkan pola hidup sehat. 1. Menerapkan budaya hidup sehat. Mengenal berbagai upaya dalam menjaga kebersihan lingkungan. b) Menjaga kebersihan lingkungan terhadap sumber penularan penyakit seperti nyamuk dan unggas. 2.4.9 Kelas V, Semester 1 1. Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi permainan bola kecil, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran. b) Mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi permainan bola besar, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran. c) Mempraktikkan variasi gerak dasar ke dalam modifikasi atletik, serta nilai semangat, sportivitas, percaya diri dan kejujuran. 1. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilainilai yang terkandung didalamnya. a) Mempraktikkan aktivitas untuk kekuatan otot-otot anggota badan bagian atas, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran. b) Mempraktikkan aktivitas untuk kecepatan dan kualitas gerak yang meningkat, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran. 1. Mempraktikkan berbagai bentuk senam ketangkasan dengan kontrol yang baik, dan nilainilai yang terkandung di dalamnya.

a) Mempraktikkan latihan peregangan dan pelemasan yang benar sebelum memulai aktivitas senam,serta nilai percaya diri, dan disiplin. b) Mempraktikkan bentuk-bentuk senam ketangkasan dalam meningkatkan koordinasi dan nilai nilai percaya diri dan disiplin. 1. Mempraktikkan berbagai gerak dasar dalam gerak ritmik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan pola jalan, lari dan lompat dalam gerak ritmik, serta nilai kerjasama, percaya diri, dan disiplin. b) Mempraktikkan kombinasi pola gerak jalan, lari dan lompat dalam gerak ritmik, serta nilai kerjasama, percaya diri, dan disiplin.
1. Menerapkan budaya hidup sehat.

a) b) c)

Mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi. Mengenal berbagai bentuk pelecehan seksual. Mengenal cara menjaga diri dari pelecehan seksual 1. Mempraktikkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

2.4.10 Kelas V, Semester 2

a) Mempraktikkan variasi teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola besar, serta nilai kerja sama, sportivitas, dan kejujuran. b) Mempraktikkan variasi teknik dasar ke dalam modifikasi permainan bola kecil, serta nilai kerja sama, sportivitas, dan kejujuran. c) Mempraktikkan variasi teknik dasar atletik yang dimodifikasi, serta nilai semangat, sportivitas, kerjasama, percaya diri dan kejujuran. 1. Mempraktikkan latihan dasar kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan aktivitas untuk kekuatan otot-otot anggota badan bagian bawah, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran. b) Mempraktikkan aktivitas untuk kelincahan dengan kualitas gerak yang meningkat , serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran. 1. Mempraktikkan berbagai bentuk senam ketangkasan dengan koordinasi yang baik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan sebuah rangkaian gerak senam ketangkasan dengan konsisten, tepat, dan koordinasil yang baik, serta nilai keselamatan, disiplin, dan keberanian. b) Mempraktikkan bentuk-bentuk rangkaian gerak senam ketangkasan dengan koordinasi dan kontrol yang baik, serta nilai keselamatan, disiplin, dan keberanian. 1. Mempraktikkan kombinasi berbagai gerak dasar dalam gerak berirama dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan kombinasi pola gerak mengayun, menarik, menekuk, meliuk, memutar dalam gerak berirama , serta nilai kerja sama, percaya diri, dan disiplin.

b) Mempraktikkan satu pola gerak berirama terstruktur dengan konsisten dan lancar serta nilai kerjasama, percaya diri, dan disiplin. 1. Mempraktikkan gerak dasar renang gaya punggung, dan nilai-ilai yang terkandung di alamnya. a) Mempraktikkan gerak dasar renang gayapunggung: meluncur, menggerakkan tungkai, menggerakkan lengan, serta nilai kebersihan, keberanian dan percaya diri. b) Mempraktikkan kombinasi gerakan lengan dan tungkai renang gaya punggung, serta nilai keberanian dan percaya diri. 1. Mempraktikkan penjelajahan di linkungan sekitar sekolah, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan pembuatan rencana kegiatan penjelajahan. b) Mempraktikkan berbagai keterampilan gerak dalam kegiatan penjelajahan di lingkungan sekolah yang sehat, serta nilai kerjasama, disiplin, keselamatan, kebersihan, dan etika. 1. Menerapkan budaya hidup sehat. a) b) Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan. Mengenal bahaya miruman keras. 1. Mempraktikkan berbagai gerak dasar permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan gerak dasar salah satu permainan bola kecil dengan koordinasi dan kontrol yang baik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran. b) Mempraktikkan gerak dasar salah satupermaian bola besar dengan koordinasidan kontrol yang baik dengan peraturanyang dimodifikasi, serta nilai kerjasama,sportivitas, dan kejujuran c) Mempraktikkan koordinasi gerak dasardalam teknik lari, lempar dan lompatdengan peraturan yangdimodifikasi, sertanilai semangat, sportivitas, percaya diridan kejujuran 1. Mempraktikkan latihanpeningkatan kualitas jasmani(komponen kebugaran jasmani),dannilai-nilai yang terkandung didalamnya a) Mengidentifikasi anggota tubuh yangperlu dilatih untuk memperbaiki postur b) Mempraktikkan berbagai latihan untukmemperbaiki cacat jasmani bukanbawaan, serta nilai keselamatan, disiplin,dan kerja keras c) Mempraktikkan jenis latihan yang sesuaiuntuk mempertahankan dan memperbaikipostur tubuh, serta nilai keselamatan,disiplin, kerjakeras 1. Mempraktikkan kombinasisenam lantai dan senamketangkasan dalam bentuksederhana, dan nilai-nilai yangterkandung di dalamnya a) Mempraktikkan pemanasan danpendinginan sebelum dan sesudah melaksanakan aktivitas senam. b) Mempraktikkan rangkaian senam lantaidan senam ketangkasan dengan gerakanyang lebih halus, jelas dan lancar, sertanilai percaya diri, disiplin dan estetika 1. Mempraktikkan rangkaian gerakritmik sederhana berpasangan,dan beregu, serta nilainilai yang terkandung di dalamnya

2.4.11 Kelas VI, Semester 1

a) Mempraktikkan rangkaian gerak ritmiksederhana menggunakan gerak jalan danlompat secara berpasangan, serta nilaikerja sama, disiplin dan estetika b) Mempraktikkan rangkaian gerak ritmiksederhana beregu dengan kompak, serta nilai kerjasama, disiplin dan estetika 1. Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Mengenal bahaya narkoba a) Mengenal cara menghindari bahaya narkoba 1. Mempraktikkan berbagai gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan penerapan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola besar dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama, sportivitas dan kejujuran. b) Mempraktikkan penerapan teknik dasar salah satu permainan dan olahraga bola kecil dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama, sportivitas dan kejujuran. c) Mempraktikkan pengembangan koordinasi beberapa nomor teknik dasar atletik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai sportivitas, percaya diri dan kejujuran. 1. Mempraktikkan latihan peningkatan kualitas kebugaran jasmani dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan sikap hidup sehat untuk memelihara kondisi kesehatan. b) Mempraktikkan peregangan otot dan pelemasan persendian dengan baik sebelum latihan, serta nilai disiplin. c) Mempraktikkan aktivitas kondisi fisik secara terencana dan sungguh sungguh d) Mempraktikkan aktivitas secara berkelanjuatan dalam rangka meningkatkan kebugaran , serta nilai keselamatan, disiplin dan kerja keras. 1. Mempraktikkan kombinasi senam lantai dan senam ketangkasan dalam bentuk sederhana, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan kombinasi gerak senam lantai dan senam ketangkasan dengan konsisten, dan kontrol yang baik, serta nilai keselamatan,disiplin, dan kerjasama. b) Mempraktikkan kombinasi bentuk-bentuk senam lantai dan senam ketangkasan dengan koordinasi, dan kontrol yang baik, serta nilai keselamatan, disiplin, dan kerjasama. 1. Mempraktikkan rangkaian gerak ritmik sederhana secara berpasangan maupun beregu, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan gerak ritmik sederhana di tempat dengan gerakan membungkuk, menekuk maupun meliuk secara berpasangan dan beregu, serta nilai kerja sama, disiplin, dan estetika. b) Mempraktikkan kombinasi gerak ritmik sederhana dengan jalan dan lompat secara berpasangan dan beregu, serta nilai kerja sama, disiplin, dan estetika. 1. Mempraktikkan gerak dasar salah satu gaya renang dengan. a) Mempraktikkan gerak dasar meluncur, menggerakkan tungkai maupun lengan koordinasi gerak yang baik, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya renang gaya dada dengan koordinasi gerak yang lebih baik serta nilai keberanian, disiplin, dan kebersihan. 2.4.12 Kelas VI, Semester 2

b) Mempraktikkan cara bernapas salah satu gaya renang, serta nilai keberanian, disiplin, dan kebersihan. c) Mempraktikkan kombinasi gerakan lengan dan tungkai dalam renang gaya dada, serta nilai keberanian dan disiplin. d) Mempraktikkan dasar-dasar keselamatan di air. 1. Mempraktikkan penjelajahan dan perkemahan di alam bebas, serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. a) Mempraktikkan aktivitas penjelajahan di alam bebas secara sederhana, serta nilai kerja sama, tanggung jawab, disiplin, dan keselamatan. b) Mempraktikkan pemasangan kemah bersama, serta nilai kerja sama, tanggung jawab, disiplin, dan keselamatan. 1. Menerapkan budaya hidup sehat 12.1 Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba. a) Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual Keterangan. b) Diajarkan sebagai kegiatan pilihan, disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah Materi pilihan, disesuaikan dengan fasilitas dan peralatan yang tersedia Diajarkan sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam semester 1 dan atau semester 2. c) Untuk pembinaan peserta didik ynag berminat terhadap salah satu atau beberapa cabang tertentu dapat dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Standar Kompetensi adalah merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar sepanjang hayat yang dibakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar. Kompetensi Dasar adalah merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan jasmani, kesehatan dan olahraga SD merupakan tolak ukur pencapaian pembelajaran. Yang disesuaikan dengan jenjang pendidkan. 3.2 Saran Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

June 30th, 2011 Lokasi Tulisan Ditulis oleh : tanpatinta Total Tulisan 2 Lihat semua tulisan tanpatinta 3,961 Kunjungan

Mungkin Berhubungan
Pendidikan Luar Sekolah Studium General PLS Memasuki Pra-Semester Genap 2011/2012 TIPS Supaya Terus Termotivasi Mahasiswa Unnes pun Bisa Ambil SKS di UNY

Filed Under: Beasiswa

Berkaitan dengan pengertian pendidikan terdapat perbedaan yang jelas antara pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Sehubungan dengan hal ini Coombs (1973) membedakan pengertian ketiga jenis pendidikan itu sebagai berikut:

Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa. Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang , dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya. Ketiga pengertian di atas dapat digunakan untuk membedakan program pendidikan yang termasuk ke dalam setiap jalur pendidikan tersebut. Sebagai bahan untuk menganalisis berbagai program pendidikan maka ketiga batasan pendidikan di atas perlu diperjelas lagi dengan kriteria yang dapat membedakan antara pendidikan yang program-programnya bersifat nonformal dengan pendidikan yang program-programnya bersifat informal dan formal. Perbedaan antara pendidikan yang program-programnya bersifat nonformal dan informal dapat dikemukakan sebagai berikut. Pendidikan yang program-programnya bersifat nonformal memiliki tujuan dan kegiatan yang terorganisasi, diselenggarakan di lingkungan masyarakat dan lembaga-lembaga, untuk melayani kebutuhan belajar khusus para peserta didik. Sedangkan pendidikan yang program- programnya bersifat informal tidak diarahkan untuk melayani kebutuhan belajar yang terorganisasi. Kegiatan pendidikan ini lebih umum, berjalan dengan sendirinya, berlangsung terutama dalam lingkungan keluarga, serta melalui media massa, tempat bermain, dan lain sebagainya. Apabila kegiatan yang termasuk pendidikan yang program-programnya bersifat informal ini diarahkan untuk mencapai tujuan belajar tertentu maka kegiatan tersebut dikategorikan baik ke dalam pendidikan yang program-programnya bersifat nonformal maupun pendidikan yang program-programnya bersifat formal. Kleis (1974) memberi batasan umum bahwa pendidikan adalah sejumlah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya. Proses belajar itu akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif (penalaran, penafsiran, pemahaman, dan penerapan informasi), peningkatan kompetensi (keterampilan intelektual dan sosial), serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon sesuatu rangsangan. Proses perubahan (belajar) dapat terjadi dengan disengaja atau tidak disengaja. Pandangan lain tentang pendidikan dikemukakan oleh Axiin (1974), yang membuat penggolongan program-program kegiatan yang termasuk ke dalam pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan menggunakan kriteria adanya atau tidak adanya kesengajaan

dari kedua pihak yang berkomunikasi, yaitu pihak pendidik (sumber belajar atau fasilitator) dan pihak peserta didik (siswa atau warga belajar). Pandangan pendidikan yang dikemukakan oleh Axinn ini tertuang dalam bentuk tabel:
PENDIDIKPESERTA DIDIK BERSENGAJA BERSENGAJA Pendidikan sekolah atauPendidikan luar sekolah Pendidikan informal TIDAK BERSENGAJA Kegiatan belajardiarahkan diri sendiri

(self-directed learning)
TIDAK BERSENGAJA Belajar secara kebetulan(incidental learning)

Melalui tabel di atas dapat kita ketahui bahwa dengan adanya kesengajaan dari kedua pihak dalam proses pembelajaran merupakan ciri utama pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah mempunyai ciri umum yang sama, yaitu adanya kegiatan yang disengaja dan terorganisasi. Dan keduanya merupakan subsistem dari pendidikan nasional. Dengan membandingkan karakteristik pendidikan sekolah terhadap karakteristik pendidikan luar sekolah (Ryan, 1972:11), sebagai ilustrasi, di satu pihak, pendidikan sekolah memiliki program berurutan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan dan dapat diterapkn secara seragam di semua tempat yang memiliki kondisi sama. Di pihak lain, pendidikan luar sekolah mempunyai program yang tidak selalu ketat dalam penyelenggaraan programnya. Program pendidikan sekolah memiliki tingkat keseragaman yang ketat, sedangkan program pendidikan luar sekolah lebih bervariasi dan lebih luwes.
1

PEDOMAN PENYUSUNAN USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(CLASSROOM ACTION RESEARCH) TAHUN ANGGARAN 2005

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2004


2
PANDUAN PENYUSUNAN USULAN DAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) TAHUN ANGGARAN 2005 1. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian. Upaya peningkatan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan research-development-dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat topdown dan bersifat kuat orientasi teoritiknya. Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavor for quality improvement), dan bersifat pragmatis naturalistik. MPMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antar jenjang dan jenis pendidikan, baik yang bersifat praktis maupun dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat dan produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah sangat mendesak. Kemitraan yang sehat antara LPTK dan sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitianpun hendaknya dikelola berdasarkan atas dasar kemitraan yang sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits). Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan dosen di LPTK, dan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.

2. Tujuan a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK). b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas. c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. d. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable). e. Meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK.

f. Meningkatkan kerjasama profesional di antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK. 3. Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas a. Masalah belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi). b. Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa). c. Alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat). d. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi). e. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik). f. Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar). 4. Luaran Penelitian Tindakan Kelas Luaran umum yang diharapkan dihasilkan dari PTK adalah sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy), antara lain sebagai berikut. a. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah. b. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas. c. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.

d. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa. e. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah. f. Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah. 5. Pengusul Penelitian Tindakan Kelas a. Semua dosen LPTK (keguruan dan non keguruan) negeri maupun swasta dari semua program studi yang berkolaborasi dengan guru (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK) di sekolah/madrasah. b. Khusus untuk dosen LPTK non keguruan dapat mengusulkan PTK dengan catatan mereka harus berkolaborasi dengan guru bidang studi di sekolah. c. Para dosen LPTK yang tidak sedang terikat Kontrak Kerja Penelitian dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Menristek (dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Lemlit), atau tidak sedang studi lanjut (dibuktikan dengan Surat Keterangan Dekan).

6. Kolaborasi dalam Penelitian Tindakan Kelas a. Permasalahan penelitian tindakan kelas harus digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan sistematis oleh dosen dan guru dari masalah yang nyata dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah. Masalah penelitian bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi masalah lebih ditekankan pada permasalahan aktual pembelajaran di kelas. b. Penelitian ini bersifat kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir. c. Dalam PTK, kedudukan dosen setara dengan guru, dalam arti masingmasing mempunyai peran dan tanggungjawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. 7. Jangka Waktu dan Biaya Penelitian Usulan penelitian disusun untuk kegiatan selama 10 bulan (persiapan sampai dengan pelaporan hasil). Biaya penelitian untuk setiap usulan maksimum Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah), yang rinciannya terdiri dari: a. Honorarium Ketua Peneliti dan anggota (tidak melebihi dari 30% total biaya usulan). b. Biaya operasional kegiatan penelitian di sekolah (minimum 30% dari total biaya). c. Biaya perjalanan disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan, termasuk biaya perjalanan anggota peneliti ke tempat penelitian. d. Lain-lain pengeluaran (dokumentasi, laporan, photocopy, dan lainnya).

8. Kriteria Seleksi Usulan penelitian akan diseleksi secara ketat oleh Tim Pakar dari perguruan tinggi yang ditunjuk oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (Dit.PPTK dan KPT). Kriteria evaluasi terhadap usulan penelitian PTK mencakup : a. Perumusan Masalah (terutama: asal, relevansi, dan cakupan permasalahan). b. Cara Pemecahan Masalah (terutama: rancangan tindakan, dan kontekstualitas tindakan, kriteria keberhasilan sebuah tindakan). c. Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan). d. Prosedur Penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi hasil penelitian). e. Kegiatan Pendukung (terutama: jadwal penelitian, sarana pendukung pembelajaran masing-masing anggota penelitian dalam setiap kegiatan penelitian, dan kelayakan pembiayaan). 9. Pemantauan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pemantauan terhadap pelaksanaan penelitian akan dilakukan oleh Tim yang ditunjuk oleh Dit.PPTK dan KPT, Ditjen Dikti menjelang penulisan laporan akhir penelitian. Pelaksanaan pemantauan akan dikoordinasikan oleh Lembaga Penelitian masing-masing LPTK sebagai penanggungjawab kontrak penelitian di perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Monitoring akan diselenggarakan dengan mempergunakan Format Pemantauan Penelitian Tindakan Kelas yang dikeluarkan oleh Dit.PPTK dan KPT (terlampir). 10. Tata Cara Pengajuan Usulan Penelitian 10.1. Cara Pengajuan Usulan Penelitian a) Diajukan lewat Lembaga Penelitian, diketahui oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan. b) Jumlah anggota maksimal 2 (dua) orang dari LPTK dan 3 (tiga) orang dari guru, atau seorang dosen dari LPTK dan 2 (dua) orang guru. c) Masing-masing LPTK maksimal boleh mengajukan 15 usulan (penyimpangan/kelebihan dari ketentuan ini otomatis akan mengakibatkan LPTK ybs akan didiskualifikasi). d) Seleksi awal terhadap usulan dosen dari LPTK dilaksanakan oleh masing-masing Lemlit dengan memperhatikan secara sungguhsungguh Panduan Penyusunan Proposal PTK dan Buku Petunjuk Pelaksanaan PTK yang disusun oleh Dit.PPTK dan KPT. Berita acara seleksi perlu dilampirkan. e) Seorang peneliti (dosen/guru) hanya diperbolehkan terlibat dalam satu PTK atau RII, baik sebagai ketua maupun anggota, sehingga tidak diperkenankan merangkap.

10.2 Usulan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan sampul (cover) berwarna Biru Muda dan dikirimkan ke Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Lt.4, Jalan Pintu 1, Senayan-Jakarta oleh masing-masing LPTK Pengusul. 10.3 Usulan yang tidak memenuhi ketentuan di atas akan didiskualifikasi dan usulannya tidak diperiksa. 10.4 Usulan penelitian harus sudah diterima di Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi paling lambat 27 Januari 2005 dalam rangkap 3 (tiga) dengan kertas HVS ukuran A-4 dan fonts 12 bertipe Times New Roman.

7 Lampiran : A.1 Cover Biru Muda

CONTOH KULIT MUKA USULAN PENELITIAN

USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Logo Perguruan Tinggi JUDUL PENELITIAN Oleh : ......................................*) FAKULTAS .................................... INSTITUT /UNIVERSITAS .......... Bulan, Tahun *) Tuliskan semua nama pengusul lengkap dengan gelar akademik 8 HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) 1. Judul Penelitian 2. Ketua Penelitian a. Nama Lengkap dan Gelar

b. Jenis Kelamin c. Pangkat dan Golongan dan NIP d. Fakultas/Jurusan e. Institut/Universitas f. Alamat rumah: Nomor telepon/HP: Email: 3. Jumlah Anggota Peneliti ............... orang 4. Lama Penelitian .................. bulan/dari bulan .............. sampai bulan ................... 5. Biaya yang diperlukan a. Sumber dari Dikti Depdiknas b. Sumber lain (sebutkan .........), Jumlah Rp Rp Rp (.........................................) .......................................................... Mengetahui Dekan Fakultas Cap dan tanda tangan (....................................) NIP............................... Ketua Peneliti, Tanda tangan (....................................) NIP............................... Menyetujui : Ketua Lemlit Cap dan tanda tangan (....................................) NIP............................... 9 SISTEMATIKA USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) A. JUDUL PENELITIAN Judul hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya. B. BIDANG KAJIAN Tuliskan bidang kajian penelitian C. PENDAHULUAN Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan

waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis. D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH 1. Perumusan Masalah Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator keberhasilan tindakan, dan cara pengukuran serta cara mengevaluasinya. 2. Pemecahan Masalah Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab permasalahan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah. 3. Tujuan Penelitian Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan khusus diuraikan dengan jelas, sehingga diukur tingkat pencapaian keberhasilannya. 4. Kontribusi Hasil Penelitian Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun 10 komponen pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini. E. KAJIAN PUSTAKA Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi. F. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus

diusahakan lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masingmasing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut. G. JADWAL PENELITIAN Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun selama 10 bulan. H. BIAYA PENELITIAN Kemukakan besarnya biaya penelitian secara rinci dengan mengacu kepada kegiatan penelitian. Rekapitulasi biaya penelitian: Honorarium ketua, anggota maksimal 30% Biaya operasional minimal 30 % Biaya pembelian ATK maksimal 30% Lain-lain pengeluaran 10% I. PERSONALIA PENELITIAN Jumlah personalia penelitian maksimal 5 orang, yang terdiri dari : 1 orang Ketua Peneliti (dosen LPTK), 4 orang anggota peneliti yang dapat terdiri dari 1 orang dosen LPTK dan 3 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah, atau 4 orang guru/tenaga kependidikan di sekolah. Jumlah guru minimal 2 orang dan harus lebih banyak dari jumlah dosen. Uraikan peran guru, jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini sekurang-kurangnya dilakukan oleh 3 orang peneliti, yang 1 orang sebagai Ketua Peneliti (dosen LPTK) dan 2 orang guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Rincilah nama personalia tim peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan 11 lembaga tempat tugas, sama dengan yang tercantum dalam Lembar Pengesahan no.2. Lampiran-lampiran 1. Daftar Pustaka, yang dituliskan secara konsisten menurut model APA, MLA atau Turabian. 2. Riwayat Hidup Ketua Peneliti dan Anggota Peneliti (Cantumkan pengalaman penelitian yang relevan sampai saat ini). 12 Lampiran : A.2 Cover Biru Muda LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Logo Perguruan Tinggi JUDUL PENELITIAN Oleh : .....................................*) dibiayai oleh : .......................................................................................... Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor ..........................................................................................

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (PPTK dan KPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional FAKULTAS ...................................... INSTITUT/UNIVERSITAS ............. Bulan, Tahun
*) Tuliskan semua nama peneliti lengkap dengan gelar akademik

13 HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) 1. Judul Penelitian 2. Ketua Penelitian a. Nama Lengkap dan Gelar b. Jenis Kelamin c. Pangkat dan Golongan dan NIP d. Fakultas/Jurusan e. Institut/Universitas f. Alamat rumah: Nomor telepon/HP: Email: 3. Jumlah Anggota Peneliti ............... orang 4. Lama Penelitian .................. bulan/dari bulan .............. sampai bulan ................... 5. Biaya yang diperlukan c. Sumber dari Depdiknas d. Sumber lain (Sebutkan .........) Jumlah Rp Rp Rp (.........................................) ................................................................. Mengetahui Dekan Fakultas Cap dan tanda tangan (....................................) NIP............................... Ketua Peneliti, Tanda tangan (....................................) NIP............................... Menyetujui : Ketua Lemlit Cap dan tanda tangan (....................................) NIP............................... 14 SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR HASIL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) Lembar Judul Penelitian .................................................................................. i Lembar Indentitas dan Pengesahan ................................................................. ii Abstrak ............................................................................................................ iii Daftar Isi ......................................................................................................... vi Daftar Tabel .................................................................................................... v Daftar Gambar ................................................................................................. vi Daftar Lampiran .............................................................................................. vii I. Pendahuluan ........................................................................................... II. Kajian Pustaka ....................................................................................... III. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................... V. Simpulan dan Saran ............................................................................... Daftar Pustaka ................................................................................................. Lampiran: Instrumen penelitian ........................................................................................ Personalia tenaga peneliti................................................................................ Riwayat hidup masing-masing personalia penelitian ...................................... 15 Penjelasan Komponen Pokok Laporan Penelitian Tindakan Kelas 1. Abstrak Menguraikan dengan ringkas unsur-unsur permasalahan, tujuan, prosedur dan hasil penelitian 2. Pendahuluan Memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah bila dianggap perlu. 3. Kajian Pustaka Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis tindakan. 4. Pelaksanaan Penelitian Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subjek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan, pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative. 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan Menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik

dan jelas. 6. Kesimpulan dan Saran Menyajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan penelitian. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan pembahasan hasil penelitian. 7. Daftar Pustaka Memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian secara alphabetis. 8. Lampiran-Lampiran Memuat instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup masing-masing peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan penelitian. 16 Evaluasi Usulan Penelitian Tindakan Kelas : Kode Usulan : Nama Pengusul : Perguruan Tinggi : Judul : Kriteria Penilaian
No Kriteria Acuan Bobot Score Nilai
1 Masalah yang diteliti Masalah nyata, jelas mendesak Peneliti berwenang memecahkan masalah dilihat dari kemampuan, waktu, sarana, prasarana Rumusan masalah jelas Identifikasi penyebab masalah jelas 25 2 Cara pemecahan masalah Menunjukkan akar penyebab masalah Pilihan tindakan untuk memecahkan masalah dalam bentuk PTK/CAR 10 3 Luaran Penelitian Secara jelas tampak indikator keberhasilan Potensial memperbaiki proses dan hasil pendidikan/pembelajaran Peningkatan kualitas penggunaan metoda, media, alat dan sumber belajar 20 4 Orientasi Penelitian Keterkaitan judul, permasalahan, kajian pustaka, dan metodologi, serta hasil yang diharapkan Permasalahan didukung data yang aktual Orisinalitas penelitian (bukan merupakan pengulangan) 15

5 Prosedur Ketepatan dan kejelasan tahapan tiap siklus Kesesuaian dengan langkah PTK Mencakup lebih dari satu siklus Ketepatan instrumen dan cara merekam hasil tindakan 20 6 Umum Judul jelas memperlihatkan masalah dan tindakan yang akan dilakukan Kesesuaian personalia Kewajaran biaya dan waktu penelitian 10 Setiap kriteria diberi skor 1, 2, 4 dan 5 Sangat kurang skor 1 Kurang skor 2 Baik skor 4 Sangat baik skor 5

Lampiran : B1 17
Nilai : Bobot x skor : .................................................................. Batas Penerimaan (Passing grade) : 350 Hasil penilaian : (Diterima / Ditolak) Alasan Penolakan : (uraikan secara singkat dan padat) ..................................................................................................................................................... ..................................................................................................................................................... .......................................................................... ..................................................................................................................................................... ..................................................................................................................................................... .......................................................................... ..................................................................................................................................................... ..................................................................................................................................................... .......................................................................... ..................................................................................................................................................... ..................................................................................................................................................... .......................................................................... .........................., tanggal................................... Penilai (........................................................)

18 FORMAT PENILAIAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Nama penelitian : Perguruan Tinggi : Bidang Studi : Judul Penelitian : KRITERIA PENILAIAN

No Kriteria Aspek yang Dinilai Bobot Score Nilai A ABSTRAK Terlihat jelas 3 unsur pokok: latar belakang,tujuan, prosedur dan hasil 5 B PENDAHULUAN Terlihat unsur-unsur berikut Latar belakang (deskripsi

masalah, data awal yang menunjukkan akar terjadinya masalah, deskripsi lokasi dan waktu, pentingnya masalah dipecahkan) Rumusan masalah Tujuan Manfaat 15 C KAJIAN TEORI/ PUSTAKA Ada teori-teori terkait yang memberi arah/petunjuk kepada pelaksanaan PTK Ada usaha-usaha penulis membangun argumen teoretik bahwa tindakan tertentu dimungkinkan bisa meningkatkan mutu KBM Pertanyaan penelitian/hipotesis tindakan (kalau perlu) 20 D PELAKSANAAN PENELITIAN Deskripsi tahapan siklus penelitian. Penggunaan instrumen, usaha validasi hipotesis tindakan, 15

Lampiran B2 19
dan cara refleksi Tindakan yang dilakukan bersifat: o Rasional, artinya berbasis pada akar penyebab masalah o Feasible (dapat dilaksanakan-tidak ambisius), artinya tindakan tersebut terdukung oleh faktorfaktor waktu, biaya dan sarana/pra-sarana o Collaborative, artinya dosen memaksimalkan kerja sama dengan guru sebagai mitra setara. Jumlah siklus lebih dari satu E HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Disajikan dalam bentuk siklus dengan data lengkap:

Siklus I Perencanaan: diuraikan TINDAKAN yang khas yang dilakukan terlihat bedanya dengan pembelajaran biasa. Pelaksanan: diuraikan pelaksanaan tindakan Pengamatan: disajikan hasil pengamatan dari berbagai instrumen. Hasil authentik disajikan Refleksi: berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan dan rencana berikutnya . MENGAPA BERHASIL (TIDAK), APA YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK SIKLUS BERIKUTNYA. 25 Siklus II (idem) Siklus III (idem) Perlu ditambahkan hal-hal yang mendasar berikut ini: Disajikan hasil perubahan (kemajuan) pada diri peserta didik, lingkungan dan peneliti

20

Tabel, grafik/statistik deskriptif dioptimalkan Terdapat analisis data menyajikan perubahan pada peserta didik, lingkungan kelas/sekolah dan peneliti. Triangulasi dioptimalkan untuk memvalidasi potret proses dan hasil perubahan (kemajuan) Pembahasan Ada ulasan tentang perubahan yang dihasilkan dari tiap siklus dan keseluruhan siklus F KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil riset (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan Ada saran untuk riset, tujuan riset, dan hasil

riset (potret kemajuan) Ada saran untuk penerapan hasil (suggestion) 10 H DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN Penulisan sesuai aturan APA, MLA, Turabian secara konsisten. Kelengkapan lampiran 10 Jumlah Total 100

Setiap kriteria diberi scor : 1. 2. 4. 5. Kurang sekali : skor 1 Kurang : skor 2 Baik : skor 4 Baik sekali : skor 5 Nilai : Bobot x skor Jakarta, ................. Penilai ( .............................) 21 Lampiran C. Format Pemantauan PTK FORMAT PEMANTAUAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)
1. a. Perguruan Tinggi b. Fakultas c. Jurusan/Program Studi : : : 2. Nama Peneliti a. Ketua Peneliti b. Anggota Peneliti : :1 2 3 3. Judul Penelitian 4. Biaya Penelitian :Rp () 5. Mitra Penelitian a. Sekolah b. Alamat :... : . 6. Pelaksanaan Penelitian a. Tanggal mulai b. Tanggal selesai c. Jumlah kelas yang digunakan

d. Tingkatan kelas : : : :. 7. Peranan Lemlit di PT a. Seleksi proposal penelitian b. Menyelenggarakan seminar proposal c. Memantau pelaksanaan penelitian d. Menyelenggarakan seminar hasil penelitian e. Menggandakan dan mengirimkan laporan penelitian f. Meminta artikel kepada peneliti g. Memberikan layanan lain, sebutkan .. a. Ya/Tidak *) b. Ya/Tidak *) c. Ya/Tidak *) d. Ya/Tidak *) e. Ya/Tidak *) f. Ya/Tidak *) g. Ya/Tidak *) 8. Kesesuaian pelaksanaan penelitian dengan usul: Jenis Kesesuaian a. Mitra Sesuai/Menyimpang *) b. Bentuk Sesuai/Menyimpang *) kolaborasi c. Waktu Sesuai/Menyimpang *) pelaksanaan d. Bahan/ Sesuai/Menyimpang *) Alat/Media e. Metode yg Sesuai/Menyimpang *) digunakan f. Peneliti Sesuai/Menyimpang *) Kekurangan : : : : : :

22
9. Masalah lain yang dihadapi peneliti (kesibukan guru, kesibukan dosen, keadaan peralatan/media,dsb) .. 10 Penilaian umum terhadap pelaksanaan penelitian a. Peneliti/Pelaksana: Kegiatan di kelas Kegiatan di laboratorium Komunikasi dengan mitra b. Temuan/hal yang baru/inovasi dalam proses penelitian: c. Keberhasilan yang dicapai: Indikasi keberhasilan (prestasi belajar siswa, motivasi belajar,

sikap,dsb) Data pendukung d. Mitra Kondisi sarana/peralatan Kontribusi dalam pelaksanaan penelitian Baik/Tidak baik *) Baik/Tidak baik *) Baik/Tidak baik *) . . Baik/Tidak baik *) Baik/Tidak baik *) 11. Rencana tindak lanjut (follow up) a. Melanjutkan kegiatan penelitian tindakan kelas b. Diseminasi kepada guru lain c. Menulis hasil penelitian menjadi karya tulis ilmiah d. Memperbaiki buku ajar e. Lain, sebutkan Ya/Tidak *) Ya/Tidak *) Ya/Tidak *) Ya/Tidak *) .. 12. Rencana publikasi: a. Peneliti : b. Guru mitra: : . 13. Cara pemantauan: [ ] Wawancara [ ] Peninjauan ke lokasi penelitian [ ] Melihat data, foto, atau rekaman [ ] Laporan penelitian [ ] Lain-lain, sebutkan 14. Kesimpulan umum: a. Pelaksanaan penelitian telah selesai : b. Bila belum 100 % selesai, tahapan penelitian yang akan diselesaikan, sebutkan: a% b. . 15. Gambaran umum dan saran

umat, 04 November 2011


Manfaat TIK untuk pembelajaran
Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan di berbagai bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya komputer dimanfaatkan di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word, excel dan access.

Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran. Kutipan dari Kurikulum untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif. Dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media. Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah: 1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat. 2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan seharihari secara mandiri dan lebih percaya diri. 3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam kehidupan seharihari.

4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama. 5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah seharihari. Dengan melihat isi dari kurikulum tersebut, kita harus mengintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar di madrasah bukan hanya untuk mata pelajaran teknologi dan informasi saja. Melihat kondisi TIK pada saat ini dan perkembangannya di masa datang, kita harus mempersiapkan diri dan melakukan perencanaan yang matang dalam mengimplementasikan TIK di madrasah. Jika kita tidak memulainya sekarang maka madrasah sebagai salah satu institusi pendidikan selain sekolah yang berada dibawah Depdiknas akan tertinggal oleh sekolah lain. Jika ini terjadi, usaha kita akan semakin berat untuk mensejajarkan madrasah dengan sekolah lain. Di satu sisi, kita sedang berusaha mengejar ketertinggalan dalam mata pelajaran khususnya MIPA dan BahasaInggris, di sisi lain TIK akan membuat kita tertinggal semakin jauh. Mengamati Program Pengembagan TIK yang dilakukan Depdiknas Untuk mengejar ketertinggalan pemanfaatan TIK di sekolah dari negara lain, saat iniDepdiknas mempunyai program pengembangan TIK secara besarbesaran. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/03/18/pemanfaatan-teknologiinformasi-

Main menu
Lompat ke isi Beranda Kontak Saya

Lagu RPP SD Soal UN SD/MI SOAL-SOAL LATIHAN UN 2011-2012 ARSIP SOAL-SOAL LATIHAN TH 2010-2011 ARSIP SOAL-SOAL LATIHAN Th 2009-2010 ARSIP KUMPULAN SOAL-SOAL

Arsip Download Galery Penyejuk Hati About Me Download di Ziddu

Post navigation
RPP Menggunakan Tahapan Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi ( RPP Berkarakter ) Belajar Tanpa Batas melalui Rumah Belajar Jul 24 2011

Beberapa Karakter Peserta Didik


Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan.

Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih

memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal. Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik. Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif. Emosi stabil, realistis, gigih menghindar (evasive), neurotik. VS emosi mudah berubah, suka

Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007) Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:
Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar. Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.

Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh. Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif. Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan. Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.

Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic). Menurut Jung (dalam Sudianto 2009) Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar. Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.

Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert. Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas: 1. 2. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan. Anak yang biasa-biasa saja.

3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah. Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa: Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber. Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun) Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua.

Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun) Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak. Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 14/15 tahun) Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat di sekitarnya. D. Perkembangan kepribadian Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitupersona yang berarti topeng atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama (Buchori, 1982:91). Sehingga kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan oleh keseluruhan tingkah laku orang lain. Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), danmelainkan berkembang secara terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen penting.konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya (Buchori 1982). Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa

Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu: (1) Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan kekhasan ciri bagi orang lain. (2) Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang. Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa Mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu: 1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya. 2. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya. 3. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang. Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benarbenar sama. Tiap anak adalah individu yang unik dan mempunyai pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial. E. Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya. Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicaraselalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan

yang lain langsung merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng menyenangkan yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.
Top of Form

Search Everything :

partner-pub-7548222631054950:tei1n4iw 2fl FORID:10 UTF-8 Search

blog.tp.ac.id/tag/teori-teori-belajar-dalam-penjaskes/feed w w w .google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori2%20belajar%20dalampenjaskes&source=w eb&cd=1&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A


Bottom of Form

Post Tagged Teori Teori Belajar Dalam Penjaskes Search for: Teori2 Belajar Dalampenjaskes

Model Pembelajaran Kognitif dan Model Elaborasi


11 Jul 2011 - teori kognitif, dikembangkan oleh Norman (1973). Norman menyebutnya dengan webteaching. Sejalan dengan Ausubel, Norman mengemukakan bahwa belajar_yang efektif pada dasarnya adalah mengaitkan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam din si-belajar. Untuk memenuhi maksud ini, Norman memformulasikan cara penyajian pembelajaran sebagai berikut. Pembelajaran hendaknya dimulai dengan penyajian garis besar dari isi yang akan diajarkan, yang disertai tinjauan umum terhadap konsep- ... belajaran. Dalam perkembangan berikutnya, Mayer (1981: 25) menyatakan: Instructional theory should be cognitive. The useful developments in the cognitive psychology of learning and memory should be incorporated into a general theory of instruction. During the past 10 years there has been an explosion of knowledge concerning human cognitive processes and memory structures. A good theory of instruction must exploit this useful data base. Tesis, yang menyatakan bahwa perolehan dan retensi p ... Ausubel (1963) dapat dikatakan sebagai orang yang paling awal mengemukakan pentingnya ada landasan kognitif dalam tindakan pembelajaran. Dalam perkembangan berikutnya, Mayer (1981: 25) menyatakan: Instructional theory should be cognitive. The useful developments in the cognitive psychology of learning and memory should be incorporated into a general theory of instruction. During the past 10 years there has been an explosion of knowledge concerning human cognitive processes and memory structures. A good theory of instruction must exploit this useful data base. Tesis, yang menyatakan bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru dapat dimudahkan dengan cara mengasimilasi-kannya ke dalam pengetahuan yang sudah dimiliki oleh si-belajar (subsuming cognitive structure), dijadikan pijakan oleh Ausubel (1968) dalam menciptakan model

pembelajarannya. Model pembelajaran Ausubel mengintegrasikan 3 komponen struktural, yaitu: advance organizer, progressive differentiation, integrative reconciliation. Advance organizer merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian-bagian utama yang tercakup dalam urutan pembelajaran. la berfungsi sebagai kerangka konseptual bagi pengetahuan berikutnya yang lebih rinci dan abstrak. Ungkapan lain dipakai oleh Joyce dan Weil (1980), bahwa advance organizer berfungsi untuk menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sibelajar. Komponen strategi pembelajaran ini konsisten dengan pemikiran Ausubel bahwa struktur kognitif yang sudah ada bertindak sebagai alat ... Read More

Dasar Pertimbangan Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)


28 Jul 2011 - belajaran yang mengutamakan hasil belajar adalah benar, tetapi perlu diingat bahwa hasil belajar bukan seperti produk pabrik yang mekanisme (asal perangkat permesinannya beres, bahan bakunya standar, tenaga penggerak emsinnya ada pasti menghasilkan jenis barang yang standar, seperti yang dimaui dalam rancangannya). Hasil belajar seseorang siswa bersifat evolutif (setapak demi setapak), proses keterlibatan belajar siswa sekaligus telah mencerminkan arah serta kualitas hasilnya, dan kecakapan memp ... Pembelajaran yang mengutamakan hasil belajar adalah benar, tetapi perlu diingat bahwa hasil belajar bukan seperti produk pabrik yang mekanisme (asal perangkat permesinannya beres, bahan bakunya standar, tenaga penggerak emsinnya ada pasti menghasilkan jenis barang yang standar, seperti yang dimaui dalam rancangannya). Hasil belajar seseorang siswa bersifat evolutif (setapak demi setapak), proses keterlibatan belajar siswa sekaligus telah mencerminkan arah serta kualitas hasilnya, dan kecakapan memproses diri dalam belajarnya (adanya rencana kerja, disiplin waktu, pilihan metodologis yang tepat, dan pendayagunaan fasilitas secara efisien) juga merupakan hasil belajar siswa yang penting dan mendasar. Perhatian yang berlebihan terhadap hasil belajar dan cenderung kurang meneliti proses pencapaiannya, lebih-lebih jika terjebak dalam pandangan yang sempit (lihat A, 2) akan mengecewakan banyak pihak. Kasus siswa SMA kelas I, dengan nilai NEM serta STTB yang baik tetapi tersendat mengikuti beban belajar di SMA; kasus keraguan sistem PMDK (yang akhirnya ditiadakan oleh Depdikbud), dan sejenisnya membuktikan bahwa antara hasil serta proses belajarnya tidak konsisten atau hasil tersebut diperoleh dengan cara-cara yang tidak tepat (sebagaimana dituntut oleh hakikat belajar kemanusiaan yang sebenarnya). Sehubungan dengan pentingnya penerapan PKP dalam pembelajaran siswa, (Conny Semiawan, dkk., 1985:14 s.d. 16) mengajukan dasar pertimbangan sebagai berikut : PKP selaras dengan hasrat belajar sepanjang hayat dan ...

Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/tag/teori-teori-belajar-dalampenjaskes/feed#ixzz1nDvB5sgG

Masalah-Masalah pada Masa Remaja Tahapan Perkembangan Kognitif Individu-Piaget

Prinsip Pengembangan Kurikulum


Posted on 31 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya

mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis). 2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. 3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang

di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. 4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. 5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsipprinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. 2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan

memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.

Balam

Silabus RPP SMP berkarakter Silabus RPP SMA berkarakter Silabus RPP SD berkarakter Jadwal UN 2012 POS UN 2012 Kisi-kisi soal UN 2012

You are hereBandarLampungInfo Silabus SDInfo silabus SMPInfo silabus SMU SMKRPP Silabus dan KTSP

RPP Silabus dan KTSP


Setia 5

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum yang bersifat operasional dan dilaksanakan dimasing-masing tingkat satuan pendidikan. Landasan hukum kurikulum ini yaitu Undang-undang Sikdiknas No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) disusun oleh masing-masing sekolah dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penyerahan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tiap sekolah dengan mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan bertujuan agar kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan karakter dan tingkat kemampuan sekolah masing-masing.

Silabus
Silabus pada hakikatnya menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan dibahas dari setiap mata ajar dan tujuan yang hendak dicapai dari suatu pengajaran, atau tahap belajarmengajar atau dengan kata lain Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi, Kompetensi dasar dan indikator ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam menyusun silabus, terdapat rambu-rambu yang telah disepakati sehingga menghasilkan Standar Pendidikan yang telah dirancang negara kearah lebih baik dan output yang berimtaq.
1. KD (Kompetensi Dasar) dituliskan dengan memakai Kata Kerja + Kata Benda, sehingga rumusnya adalah KD=KK + KB 2. Indikator dituliskan dengan memakai Kata Kerja Operasional + Materi Essensial. 3. Materi Pokok adalah Kata Benda yang ada pada masing-masing Kompetensi Dasar (KD). 4. Kegiatan Pembelajaran isinya harus merupakan kegiatan siswa dan life skill yang terkait dengan kegiatan pembelajarannya, dan tidak perlu menggunakan kata-kata siswa dapat, tapi langsung pada kegiatan siswa.

5. Penilaian diisikan dengan jelas jika tes tertulis terdiri dari apa sajakah tertulisnya sesuaikan dengan uraian pada kolom indikator, apakah bisa ESSAY, PILIHAN GANDA, PENYUSUNAN LAPORAN atau lainnya yang sifatnya tertulis. Jika Tes-nya berbentuk Lisan demikian pula tes lisan nya apa saja. 6. Alokasi Waktu, biasanya menggunakan rumus perbandingan 1 2 4 yaitu pada TM (Tatap Muka) dikalikan 1 pada PS (Praktek di Sekolah) dikalikan 2 dan pada PI (Praktek di Industri) dikalikan 4 7. Sumber Belajar wajib dituliskan lengkap Judul Buku, Modul apa, yang keberapa serta Pengarang dan Penerbitnya

Pengertian RPP
Perkiraan atau proyeksi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran
1. Rencana yang mengambarkan prosedur dan pengoraginasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dlam silabus 2. Pembelajaran adalah proses yang ditata dan diatur menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan 3. RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.

Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP


1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik 2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik 3. Mengembangkan buadaya membaca dan menulis proses pembelajaran 4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut 5. Keterkaitan dan keterpaduan 6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

Tujuan Dan Manfaat


1. Memberikan landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar dan indikator 2. Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek 3. Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa 4. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat terhadap nurturant effect

Prinsip Penyusunan
1. Spesifik 2. Operasional 3. Sistematis 4. Jangka pendek (1-3 kali pertemuan)

Langkah-langkah Penyusunan RPP

1. Mengisi kolom identitas 2. Menentukan alokasi wajtu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan 3. Menetukan SK,KD dan Indikator yang akan digunakan ( terdapat pada silabus yang telah disusun) 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK,KD, dan Indikator yang telah ditentukan. 5. Mengidentifikasi materi ajar berdasrkan materi pokok atau pembelajaran yang terdapat dalam silabus. 6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan 7. Menentukan langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir 8. Mene\ntukan alat/bahan/sumber belajar 9. Menyusun criteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll

Prosedur Penyusunan

COntoh RPP

SK KD Indikator
1. Tuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai. Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya (jika ada)

2. Tuliskan materi pembelajaran (beserta uraian singkat) yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator

Kegiatan Pembelajaran Tuliskan kegiatan pembelajaran berupa kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup kegiatan tatap muka dan non tatap muka Alat, Media, Sumber Rujukan
1. Tuliskan berbagai alat dan media atau sumber belajar lain yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian kompetensi dasar 2. Tuliskan sumber bahan/rujukan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Gunakan cara penulisan yang sudah baku, tuliskan juga bagian/bab dan halamannya

Penilaian Pembelajaran
1. Tuliskan prosedur, jenis, bentuk, dan alat/instrumen yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar oleh siswa, serta tindak lanjut hasil penilaian, seperti: remedial, pengayaan, atau percepatan. 2. Sesuaikan dengan teknik penilaian berbasis kelas, seperti: penilaian portofolio, hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper & pen test).

Rumusan Kegiatan Pembelajaran


1. Siswa dibagi ke dalam tiga kelompok kecil (4-5 orang) mendiskusikan tentang penyebab terjadinya kecelakaan kereta api 2. Siswa memperhatikan uraian guru tentang terjadinya peristiwa terjadinya kecelakaan kereta api 3. Setiap mahasiswa mengamati proses lokomotif berjalan melalui penayangan slow motion media video 4. Dengan bantuan peta Indonesia, siswa menunjukkan dan menandai daerahdaerah rawan kecelakaan kereta api. Dsb.

Contoh Menentukan Materi Pembelajaran

Contoh rumusan Kegiatan Pembelajaran

Home Pendidikan PENGERTIAN TES, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI

6 PENGERTIAN TES, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI


BAB I PENGERTIAN TES, PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI A. PENGERTIAN TES Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait (sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Tes dapat diklasifikasi berdasarkan : a. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok) b. Bagaimana ia diskor (tes obyektif atau tes subyektif) c. Respon apa yang ditekankan (tes kecepatan atau tes kemampuan) d. Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan oleh subyek (tes unjuk kerja atau tes kertas dan pensil) e. Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign) f. Hakekat dari kelompok yang akan diperbandingkan (tes buatan guru atau tes baku)

B. PENGERTIAN PENGUKURAN Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Berikut ini akan dikutip beberapa definisi pengukuran yang dirumuskan oleh beberapa ahli pengukuran pendidikan dan psikologi yang acap kali dijadikan acuan beberapa penulis a. Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran sebagai the assignment of one or a set each of a set of persons or objects according to certain established rules b. Norman E. Gronlund (1971) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior. c. Georgia S. Adams (1964) merumuskan pengukuran sebagai nothing more than careful observations of actual performance under staandar conditions. d. Victor H.Noll (1957) mengemukakan dua karakteristik utama pengukuran, yaitu quantitativaness dan constancy of units. Atas dasar dua karakteristik ini ia menyatakan since measurement is a quantitative process, is results of measurement are always expessed in numbers. e. William A.Mehrens dan Irlin J. Lehmann (1973) mendefinisikan : pengukuran sebagai berikut : Using observations, rating scales. Or any other device that allows us to obtain information in a quantitative form is measurement . f. Robert L. Ebel dan David A. Frisbie (1986) merunuskan pengkuran sebagai Measurment is a process of assigning numbers to the individual numbers of a set of objects or person for the purpose of indicating differences among them in the degree to which they posscess the characteristic being measured. g. Gilbert Sax (1980) menyatakan measurement: The assignment of numbers to attributes of characteristics of person, evenrs, or object according to explicit formulations or rules. C. PENGERTIAN PENILAIAN

Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik. Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan tehnik penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi / lembaga baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga / institusi tersebut dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil belajar peserta didik. Metode dan tehnik penilaian sebagai bagian dari penilaian internal (internal assessment) untuk mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan kompetensi oleh peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran. Ada empat macam istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan sering kali digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta didik yaitu pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Namun diantara keempat istilah tersebut pengertiannya masih sering dicampuradukan, padahal keempat istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.

Menurut Guilford (1982) pengukuran adalah proses penepatan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan. Peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non tes. Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Sedangkan non tes adalah pertanyaan maupun pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes bias berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner sejumlah pertanyaan atau pernyataan sedangkan peserta didik diminta untuk menjawab atau memberikan pendapatnya terhadap pernyataan yang diajukan. Inventori merupakan instrument yang berisi tentang laporan diri dari keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan yaitu berupa pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang, dan lain sebagainya. D. PENGERTIAN EVALUASI Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan. Untuk memperjelas pengertian evaluasi tersebut ada baiknya bila dikutip beberapa perumusan sebagai berikut: a. Adams (1964) dalam bukunya Measurement and evaluation in education, psychology, and guidance menjelaskan bahwa kita mengukur berbagai kemampuan anak didik.Bila kita melangkah lebih jauh lagi dalam menginterprestasi skor sebagai hasil pengukuran itu dengan menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai dalam suatu kerangka maksud pendidikan dan pelatihannya atau atas dasar beberapa pertimbangan lain untuk membuat penilaian, maka kita tidak lagi membatasi diri kita dalam pengukuran, kita sekarang telah mengevaluasi kemampuan atau kemajuan anak didik. b. Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield (1985) secara singkat merumuskan evaluasi sebagai berikut: Evaluation is the systematic assessment of the worth or merit of some object. Dengan demikian maka evaluasi antara lain merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu. c. Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (1961) menjelaskan evaluasi tersebut

dengan mengatakan bahwa evaluasi itu berhubungan dengan pengukuran. Dalam beberapa hal evaluasi lebih luas, karena dalam evaluasi juga termasuk penilaian formal dan penilaian intuitif mengenai kemajuan peserta didik. Evaluasi juga mencakup penilaian tentang apa yang baik dan apa yang diharapkan. Dengan demikian hasil pengukuran yang benar merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan evaluasi. Secara garis besar evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (istilah ini pertama kali digunakan oleh Scriven (1967) dalam artikelnya berjudul The Methodology of evaluation). Evaluasi formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu proses pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pengajaran ke unit berikutnya.

BAB II HUBUNGAN PENGUKURAN, TES, PENILAIAN DAN EVALUASI Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian. Ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, tes, dan evaluasi dalam pendidikan, antara lain : a. Seleksi Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam suatu proses seleksi. Untuk dapat memutuskan penerimaan atau penolakan ini maka haruslah digunakan tes yang tepat, yaitu tes yang dapat meramalkan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan datang dengan resiko yang terendah. Tes jenis ini sangat umum dalam masyarakat kita, karena hampir selalu terjadi peminat untuk pekerjaan atau pendidikan jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan. Dilihat dari segi ini, maka acapkali tes seleksi yang dilakukan hanya sekedar untuk memisahkan orang yang akan diterima dari orang yang akan ditolak. Bukan untuk memperoleh calon yang paling besar kemungkinan berhasil dalam pekerjaan atau program yang akan dilakukan. b. Penempatan Dalam kursus atau latihan yang singkat biasanya dilakukan tes penempatan, untuk menentukan tempat yang paling cocok bagi seseorang untuk dapat berprestasi dan

berproduksi secara efisien dalam suatu proses pendidikan atau pekerjaan. Tes seperti ini terutama didasarkan pada informasi tentang apa yang telah dan apa yang belum dikuasai oleh seseorang. c. Diagnosis dan remedial Tes seperti ini terutama untuk mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan tertentu. Jadi sebelum dilakukan remedial, maka seharusnya didahului oleh suatu tes diagnosis. d. Umpan balik Hasil suatu pengukuran atau skor tes tertentu dapat digunakan sebagai umpan balik, baik bagi individu yang menempuh tes maupun bagi guru atau instruktur yang berusaha mentransfer kemampuan kepada peserta didik. Suatu skor tes dapat digunakan sebagai umpan balik, bila telah diinterpretasi. Setidak-tidaknya ada dua cara menginterpretasi skor tes, yaitu dengan membandingkan skor seseorang dengan kelompoknya dan dengan melihat kedudukan skor yang diperoleh seseorang dengan kriteria yang ditentukan sebelum tes dimulai. Untuk yang pertama dinamakan norm reference test dan yang kedua dinamakan criterion reference test. e. Memotivasi dan membimbing belajar Hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar peserta didik, dan juga dapat menjadi pembimbingan bagi mereka untuk belajar. Bagi mereka yang memperoleh skor yang rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil dalam tes yang akan datang dan secara tepat dapat mengetahui diwilayah mana terletak kelemahannya. Dan bagi mereka yang mendapat skor yang tinggi tentu saja hasil itu dapat menjadi motivasi mempertahankan dan maningkatkan hasilnya, serta dapat menjadi pedoman dalam mempelajari bahan pengayaan. f. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan Salah satu peran yang penting evaluasi pendidikan ialah mencari dasar yang kokoh bagi perbaikan kurikulum dan program pendidikan. Perbaikan kurikulum atau program pendidikan yang dilakukan tanpa hasil evaluasi yang sistematik acapkali menjadi usaha sia-sia yang mubajir. g. Pengembangan ilmu Hasil pengukuran, tes, dan evaluasi tentu saja akan dapat member sumbangan yang berarti bagi perkembangan teori dan dasar pendidikan. Ilmu seperti pengukuran pendidikan dan psikometrik sangat tergantung pada hasil-hasil pengukuran, tes, dan evaluasi yang dilakukan sebagai kegiatan sehari-hari guru dan pendidik. Dari hasil itu akan diperoleh pengetahuan emperik yang sangat berharga untuk pengembangan ilmu dan teori. BAB III

PERBEDAAN PENGUKURAN, PENILAIAN, EVALUASI DAN TES Sebelum melanjutkan pembicaraan tentang evaluasi pendidikan secara lebih luas dan mendalam, terlebih dahulu perlu dipahami bahwa dalam praktek acapkali terjadi kerancuan atau tumpang tindih (overlap) dalam penggunaan istilah evaluasi, penilaian dan pengukuran. Kenyataan seperti itu memang dapat dipahami, mengingat bahwa diantara ketiga istilah tersebut saling kait- mengkait sehingga sulit untuk dibedakan. Namun dengan uraian berikut ini kiranya akan dapat membantu memperjelas perbedaan dan sekaligus hubungan antara pengukuran, penilaian dan evaluasi . Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa Arabnya adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa thermometer: hasilnya: 360 celcius, 380 celcius, 390 celcius dan seterusnya. Contoh lain: dari 100 butir yang diajuakan dalam tes, ahmad menjawab dengan betul sebanyak 80 butir soal. Dari contoh tersebut dapat kita dipahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif. Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu, dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu; misalnya ; pengukuran yang dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai panjang lengan, panjang kaki, lebar bahu, ukuran pinggan dan sebagainya. 2. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu : misalnya ; pengukuran untuk menguji daya tahan per baja terhadap tekanan berat, pengukuran untuk menguji daya tahan lampu pijar, dan sebagainya. 3. Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji sesuatu ; misalnya : mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis ketiga inilah yang biasa dikenal dalam dunia pendidkan. Penialian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti : mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang teguh pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif. Dalam contoh di atas tadi, seseorang yang suhu badannya 36Celcius termasuk orang yang normal kesehatannya, dengan demikian orang tersebut dapat ditentukan sehat badannya. Dari 100 butir soal, 80 butir dijawab dengan betul oleh Ahmad; dengan demikan dapat ditentukan Ahmad termasuk anak yang pandai.

Sedangkan Evaluasi adalah mencangkup kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu mencangkup pengkuran dan penilaian. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah yang dalam dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes. Di atas telah dikemukakan bahwa pengukuran itu adalah bersifat kuantitatif; hasil pengukuran itu berwujud keterangan yang berupa angka-angka atau bilanganbilangan. Adapun evaluasi adalah bersifat kualitatif; evaluasi pada dasarnya adalah merupakan penafsiran atau interpretasi yang sering bersumber pada data yang bersifat kuantitatif. Dikatakan sering bersumber pada data yang bersifat kuantitatif, sebab sebagaimana dikemukakan oleh Prof.Dr, Masroen, M.A (1979), tidak semua penafsiran itu bersumber dari keterangan-keterangan yang bersifat kuantitatif. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini, misalnya keterangan keterangan mengenai hal-hal yang disukai siswa, informasi yang datang dari orang tua siswa, pengalaman-pengalaman masa lalu, dan lain-lain, yang kesemuanya itu tidak bersifat kuantitaif melainkan kualitatif. Lebih lanjut masroen menegaskan bahwa penilaian (setidak-tidaknya dalam bidang psikologi dan pendidikan) mempunyai arti yang lebih luas ketimbang istilah pengukuran, sebab pengukuran itu sebenarnya hanyalah merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi. Dikatakan kiranya perlu diambil sebab tidak semua penilaian itu harus senantiasa didahului oleh tindakan pengukuran secara lebih nyata. Sebagai contoh dapat dikemikakan di sini, misalnya untuk dapat untuk dapat menetukan keberhasilan pengajaran pendidikan agama islam . ada cara lain yang dapat ditempuh guna mengetahui apakah para siswa telah dapat menghayati dan mengamalkan ajaranajaran Islam yang telah diberikan kepada mereka di sekolah; cara lain itu misalnya dengan melakukan observasi (pengamatan) melakukan wawancara dan sebagainya. Namun demikian tidak dapat disangkal adanya kenyataan, bahwa Evaluasi dalam bidang pendidikan sebagian besar bersumber dari hasil-hasil pengukuran. Menurut Masroen, pada umumnya para pakar di bidang pendidikan sependapat, bahwa evaluasi mengenai proses pembelajaran disekolah, tidak mungkin dapat berjalan dengan bail apabila evaluasi itu tidak didasarkan atas data yang bersifat kuantitatif, inilah sebabnya mengapa dalam praktek masalah pengukuran mempunyai kedudukan yang sangat penting di dalam dalam proses evaluasi. Baik buruknya evaluasi akan banyak bergantung pada hasil-hasil pengukuran yang mendahuluinya. Hasil pengukuran yang Kurang cermat akan memberikan hasil evaluasi yang kurang cermat pula, sebaliknya teknik pengukuran yang tepat akan memberikan landasan yang kokoh untuk mengadakan evaluasi yang tepat.

Kenyataan inilah yang acapkali menimbulkan adanya kerancuan dan tumpang tindih, antara istilah evaluasi, penilaian dan pengukuran. BAB IV ETIKA TES Kegiatan pengujian berperan sangat besar dalam system pendidikan dan system persekolahan.karena pentingnya itu maka setiap tindakan pengujian selalu menimbulkan kritik yang tajam dari masyarakat. Kritik tersebutt tidak jarang dating dari para ahli, disamping dating dari orang tua yang secara langsung atau tidak langsung berkepentingan terhadap pengujian. Diantara beberapa kritik tersebut ada beberapa yang harus menjadi perhatian sungguh sunggup oleh para praktisi dan ahli tes, pengukuran dan evaluasi. Kritik tersebut antara lain: a. Tes senantiasa akan mencampuri rahasia pribadi peserta tes. Setiap tes berusaha mengetahui pengetahuan dan kemampuan peserta tes, yang dapat berarti membuka kelemahan dan kekuatan pribadi seseorang. Didalam masyarakat yang sangat melindungi akan hak dan rahasia pribadi,masalah ini seslalu akan menjadi gugatan atau keluhan. b. Tes selalu menimbulkan rasa cemas peserta tes.memang sampai bats tertentu rasa cemas itu dibutuhkan untuk dapat mencapai prestasi terbaik, tetapi tes acapkali menimbulkan rasa cemas yang tidak perlu, yang justru dapat menghambat seseorang mampu mendemonstrasikan kemampuan terbaiknya. c. Tes acapkali justru menghukum peserta didik yang kreatif.karena tes itu selalu menuntut jawaban yang sudah ditentukan pola dan isinya, maka tentu saja hal itu tidak memberi ruang gerak yang cukup bagi anak yang kreatif. d. tes selalu terikat pad kebudayaan tertentu. Tidak ada tes hasil belajar yang bebas budaya. Karena itu kemampuan peserta tes untuk memberi jawaban terbaik turut ditentukan oleh kebudayaan penyusun tes. e. Tes hanya mengukur hasil belajar yang sederhana dan yang remeh. Hampir tidak pernah ada tes hasil belajar yang mampu mengungkapkan tingkah laku peserta didik secara menyeluruh, yang justru menjadi tujuan utama pendidikan formal apapun. Karena banyak kritik yang tajam dari masyarakat terhadap tes hasil pendidikan, maka para pendidik harus dapat melakukan tes dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu perlu ditegakan beberapa etika tes, yang membedakan tes yang etik dan tindakan yang tidak etik dalam pelaksanaan tes secara professional. Praktek tes hasil belajar yang etik terutama mencangkup empat hal utama :

a. Kerahasiaan Hasil Tes Setiap pendidik dan pengajar wajib melindungi kerahasiakan hasil tes, baik secara hasil individual maupun secara kelompok. Hasil tes hanya dapat disampaikan kepada orang lain bila : 1) Ada izin dari peserta didik yang bersangkutan atau orang yang bertanggung jawab terhadap peserta didik (bagi peserta didik yang belum dewasa). Jadi dengan demikian praktek menempelkan hasil tes di papan pengumuman dengan identitas jelas peserta tes, merupakan pelanggaran terhadap etika ini. 2) Ada tanda-tanda yang jelas terhadap hasil tes tersebut menunjukan gejala yang membahayakan dirinya atau membahayakan kepentingan orang lain. 3) Bila penyampaian hasil menguntungkan peserta tes. b. Keamanan tes Tes merupakan alat pengukur yang hanya dapat digunakan secara professional. Dengan demikian tes tidak dapat digunakan diluar batas-batas yang ditentukan oleh profesionalisme pekerjaan guru. Dengan demikian maka setiap pendidik harus dapat menjamin keamanan tes, baik sebelum maupun sesudah digunakan. c. Interpretasi Hasil Tes Hal yang paling mengandung kemunkinan penyalahgunaan tes adalah penginterpretasian hasil tes secara salah. Karena itu maka interpretasi hasil tes harus diikuti tanggung jawab professional. Bila hasil tes diinterpretasi secara tidak patut, daalam jangka panjang akan dapat membahayakan kehidupan peserta tes. d. Penggunaan tes Tes hasil belajar haruslah digunakan secara patut. Bila tes hasil belajar tertentu merupakan tes baku, maka tes tersebut harus digunakan di bawah ketentuan yang berlaku bagi pelaksanaan tes baku tersebut harus digunakan dibawah ketentuan yang berlaku bagi pelaksanaan tes baku tersebut. Tak ada tes baku yang boleh digunakan diluar prosedur yang ditapakan oleh tes itu sendiri. Disamping beberapa prinsip seperti yang diuraikan di atas, ada beberapa petunjuk praktis yang hendaknya ditaati oleh pendidik dalam tes: a. Pelaksaan tes hendaknya diberi tahu terlebih dahulu kepada peserta tes. Hanya karena pertimbangan tertentu, yang sangat penting yang dapat membenarkan pendidik tidak memberi tahu terlebih dahulu kepada peserta tes tentang tes yang tes tersebut kepada orang lain jelas-jelas

akan dilaksanakan. Bahkan kisi-kisi tes sebaiknya diberi tahu kepada peserta tes sebelum melaksanakan tes. b. Sebaiknya pendidik menjelaskan cara menjawab yang dituntut dalam suatu tes. Petunjuk menjawab tes bukanlah sesuatu yang harus dirahasiakan. Petunjuk yang bersifat menjebak harus dihindari. c. Sebaiknya pendidik justru memotivasi peserta tes mengerjakan tesnya secara baik. Jangan sampai seorang pendidik justru menakut-nakuti peserta didik. d. Bila pendidik menggunakan tes baku, maka hendaknya pendidik tersebut bertanggung jawab penuh terhadap keamanan tes tersebut. Tidak ada tes baku yang boleh digunakan dalam latihan. e. Seorang pendidik dapat menggunakan hasil tes untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta tes, asalkan hal tersebut tetap menjadi rahasia peserta tes dan pendidik yang bersangkutan. f. Guru hendaknya menghindari diri dari keterlibatan dalam bimbingan tes yang dapat diperkirakan akan menggangu proses hasil belajar peserta didik. Hal ini menjadi penting bila guru yang bersangkutan justru terlibat dalam penyusunan butir tes yang digunakan. g. Adalah tidak etik bila seorang guru mengembangkan butir soal atau perangkat soal yang paralel dengan suatu tes baku dengan maksud untuk digunakan dalam bimbingan tes. h. Adalah tidak etik untuk mendiskriminasikan peserta didik tertentu atau kelompok tertentu yang boleh mengikuti suatu tes atau melarang mengikuti tes. i. Adalah tidak etik untuk memperpanjang waktu atau menyingkat waktu yang telah ditentukan oleh petunjuk tes. j. Guru tidak boleh meningkatkan rasa cemas peserta tes dengan penjelasan yang tidak perlu. Secara lebih mandasar etika tes ini diatur dalam standar tes yang dikembangkan oleh organisasi profesional seperi American Psycological Association (APA), American Educational Research Education (AERA), dan National Council on Measuremant in Educaton (NCME). Terakhir ketiga organiasi professional ini membentuk panitia bersama untuk menyusun standar dalam tes. Mereka menghasilkan buku yang dinamakan Standard for Educational and Psychological Testing (1985).

Dalam standar ini dicantumkan berbagai tolak ukur, seperti : 1. Technical Standards for Test Construction and Evaluation; 2. Professional Standards for Test Use; 3. Standards for Particular Application; dan 4. Standards for Administrative Procedures. Semua standar ini mencangkup dua aspek utama, yaitu tes hasil belajar dan tes psikologi. Pelanggaran terhadap standar ini merupakan pelanggaran terhadap etika profesi, yang dalam hal tertentu dapat merupaakan pelanggaran atau kejahatan. Sumber / daftar pustaka

Top of Form

CARI
Bottom of Form

lussysf

GO

CORETANOLOGIS...
Beranda Catatan Blog Foto Video Musik Kalender Tinjauan Tautan

Analisis Butir Soal

May 21, '08 9:26 AM untuk semuanya

Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi tidaknya sebuah soal. Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif (qualitative control) dan analisis kuantitatif (quantitative control). Analisis kualitatif sering pula dinamakan sebagai validitas logis (logical validity) yang

dilakukan sebelum soal digunakan. Gunanya untuk melihat berfungsi tidaknya sebuah soal. Analisis soal secara kuantitatif sering pula dinamakan sebagai validitas empiris (empirical validity) yang dilakukan untuk melihat lebih berfungsi tidaknya sebuah soal setelah soal itu diujicobakan kepada sampel yang representatif. Salah satu tujuan dilakukannya analisis adalah untuk

meningkatkan kualitas soal, yaitu apakah suatu soal (1) dapat diterima karena telah didukung oleh data statistic yang memadai, (2) diperbaiki, karena terbukti terdapat beberapa kelemahan, atau bahkan (3) tidak digunakan sama sekali karena terbukti secara empiris tidak berfungsi sama sekali. Analisis Kualitatif. Yaitu berupa penelaahan yang

dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi teknis, isi, dan editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan sebagai penelaahan soal berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis secara isi dimaksudkan sebagai penelaahan pengetahuan khusus yang yang berkaitan dengan secara kelayakan editorial ditanyakan. Analisis

dimaksudkan sebagai penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya. Analisis kualitatif lainnya dapat juga dikategorikan dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. Analisis materi dimaksudkan sebagai keilmuan penelaahan yang yang berkaitan dalam dengan soal serta substansi tingkat ditanyakan

kemampuan yang sesuai dengan soal. Analisis konstruksi dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisan soal. Analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan soal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD. Analisis Kuantitatif. Digunakan untuk mengetahui sejauh

mana soal dapat membedakan antara peserta tes yang kemampuannya tinggi dalam hal yang didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes yang kemampuannya rendah (melalui analisis statistik). Analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter soal tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Khusus soal-soal pilihan ganda, dua tambahan parameter yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab soal dengan benar dan berfungsi tidaknya pilihan jawaban, yaitu penyebaran semua alternatif jawaban dari subyek-subyek yang dites. Tingkat Kesukaran. Ada beberapa alasan untuk menyatakan tingkat kesukaran soal. Bisa saja tingkat kesukaran soal ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal. Namun demikian, ketika kita mengkaji lebih mendalam terhadap tingkat kesukaran soal, akan sulit menentukan mengapa sebuah soal lebih sukar dibandingkan dengan soal yang lain. Secara umum, menurut teori klasik, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya (1) proporsi menjawab benar, (2) skala kesukaran linear, (3) indeks Davis, dan (4) skala bivariat. Proporsi jawaban benar (p), yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum digunakan. Intinya, bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat

dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butirbutir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (angka indeks kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi = proporsa). Kategori Tingkat Kesukaran Nilai p P < 0.3 0.3 p 0.7 P > 0.7 Tindak Lanjut Hasil Analisis Interpretasi Item Sukar 1. butir item dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang akan datang 2. diteliti ulang, dilacak, dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan bersangkutan testee, apakah butir sulit item dijawab yang oleh soalnya Tindak Lanjut Sukar Sedang Mudah Kategori

kalimat

kurang jelas, apakah petunjuk cara mengerjakan soalnya sulit dipahami, ataukah dalam soal tersebut terdapat istilah-istilah yang tidak jelas, dsb. Setelah dilakukan perbaikan, butir-

butir item tersebut dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang. 3. butir-butir yang terlalu sulit dapat digunakan sangat ketat. Butir item ini dapat dikeluarkan lagi Sedang dalam tes-tes hasil belajar pada waktuwaktu yang akan datang 1. butir item dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil belajar yang akan datang 2. diteliti ulang, dilacak, dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor yang menyebabkan bersangkutan testee, apakah butir sulit item dijawab yang oleh soalnya kembali dalam tes (terutama tes seleksi) yang sifatnya

kalimat

kurang jelas, apakah petunjuk cara Mudah mengerjakan solnya sulit dipahami, ataukah dalam soal tersebut terdapat istilah-istilah yang tidak jelas, dsb. Setelah dilakukan perbaikan, butirbutir item tersebut dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang. 3. butir-butir yang terlalu sulit dapat digunakan longgar. Daya Pembeda. Salah satu tujuan analisis kuantitatif soal kembali dalam tes (terutama tes seleksi) yang sifatnya

adalah

untuk

menentukan

dapat

tidaknya

suatu

soal

membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda (item discrimination). Indeks daya pembeda soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda berkisar antara dapat -1 menjawab sampai benar dengan sedangkan +1. Tanda tes negatif yang menunjukkan bahwa peserta tes yang kemampuannya rendah peserta kemampuannya tinggi menjawab salah. Dengan demikian soal indeks daya pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta. Indeks diskriminasi item umumnya diberi lambang dengan huruf D (singkatan dari discriminatory power). Indeks Dsikriminasi Item (D) Klasif ikasi

Interpretasi

Butir item yang bersangkutan daya < 0,20 Poor pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik 0,20 0,40 Satisf Butir item yang bersangkutan

actor y

telah memiliki daya pembeda yang cukup (sedang) Butir item yang bersangkutan

0,40 0,70

Good

telah memiliki daya pembeda yang baik

0,70 1,00

Excell ent

Butir item yang bersangkutan telah memiliki daya pembeda yang baik sekali Butir item yang bersangkutan

Bertanda negatif (-)

daya

pembedanya

negative

sekali (jelek sekali)

Fungsi Distraktor. Pada saat membicarakan tes objektif bentuk multiple choice item tersebut untuk setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawab, atau yang sering dikenal dengan istilah option atau alternatif. Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara 3 sampai dengan 5 buah, dan dari kemungkinan-kemungkinan jawaban yang terpasang pada setiap butir item itu, salah satu diantaranya adalah merupakan jawaban betul (kunci jawaban), sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah itulah yang biasa dikenal dengan istilah distractor (pengecoh). Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu : menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adapun yang dimaksud dengan pola penyebaran jawaban item adalah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabnya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab yang telah dipasangkan pada setiap butir item. Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari

keseluruhan alternatif yang dipasang pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee. Dengan kata lain, testee menyatakan blangko. Pernyataan blangko ini sering dikenal dengan istilah omiet dan biasa diberi lambang dengan huruf O. Distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5 % dari seluruh peserta tes. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tes-tes yang akan datang, sedangkan distraktor yang belum dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti dengan distraktor yang lain. Reliabilitas. Keajegan dan ketidakajegan skor tes merupakan fokus dari pengkajian tentang reliabilitas. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi perolehan skor peserta didik (Thorndike) yang berakibat pada ketidakajegan terhadap skor. Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas Skor Karakteristik umum yang permanen peserta tes a. kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam menghadapi tes 1 b. kemampuan umum dan teknik yang digunakan ketika mengambil tes c. kemampuan umum untuk memahami petunjuk tes 2 Karakteristik khusus yang permanent peserta tes a. kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan

atribut yang diukur dalam sebuah tes b. pengetahuan dan kemampuan khusus yang berkaitan dengan soal c. keajegan respon peserta didik terhadap pilihan jawaban (misalnya mereka cenderung memberi jawaban A dari 4 alternatif yang disediakan atau cenderung memilih B dari soal benar salah yang disajikan) Khusus yang berkaitan dengan soal a. pengetahuan khusus yang berkaitan dengan fakta atau konsep khusus b. pengetahuan dan kemampuan khusus yang berkaitan dengan soal Karakteristik umum yang temporer seperti : a. b. c. 3 d. e. kesehatan kelelahan motivasi gangguan emosi kemampuan umum dan teknik yang digunakan ketika mengambil tes f. g. pemahaman mekanisme tes faktor panas, cahaya, ventilasi, dan lain sebagainya 4 Karakteristik khusus yang temporer seperti : Khusus yang berkaitan dengan tes secara keseluruhan

a. b. c.

pemahaman terhadap petunjuk tes trik atau teknik-teknik mengatasi tes pengalaman/latihan menghadapi tes terlebih lagi dalam tes psikomotor

d.

kebiasaan menghadapi sebuah tes

Khusus yang berkaitan dengan soal a. b. fluktuasi ingatan yang dimiliki peserta didik hal-hal yang berkaitan dengan perhatian dan keakuratan Faktor penyelenggaraan a. 5 b. c. waktu, bebas dari gangguan, dan petunjuk yang jelas pengawasan penskoran

Faktor yang tidak pernah diperhitungkan 6 a. b. keberuntungan karena faktor menebak mengingat soal yang telah dilihatnya

You might also like