You are on page 1of 9

Perlunya Mengajar

yang banyak

perubahan

Paradigma

tentang

Salah satu diantara masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini diperbincangkan dari berbagai kalangan adalah rendahnya kualitas pendidikan. Pembelajaran adalah inti dari aktivitas pendidikan, oleh sebab itu pemecahan masalah rendahnya kualitas pendidikan harus difokuskan pada kualitas pembelajaran. Komponen-komponen yang dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas dan hasil pembelajaran yaitu: peserta didik, dosen (guru), materi, metode, sumber belajar, sarana dan prasarana, serta biaya. Kualitas pembelajaran dapat diwujudkan bilamana proses pembelajaran direncanakan dan dirancang secara matang dan seksama tahap demi tahap dan proses demi proses (Pannen, 2003). Reformasi di bidang pendidikan khususnya pembelajaran telah mulai bergulir dan banyak diperbincangkan. Namun harus diakui bahwa reformasi itu masih sebatas wacana ketimbang tindakan konkrit. Dalam dunia pendidikan telah terjadi perubahan regulasi yang mendasar yaitu dengan a. b. Undang-Undang Undang-Undang Nomor Nomor 20 Tahun 14 2003 tentang 2005 Sistem Pendidikan Guru dan adanya: Nasional. Dosen.

Tahun

tentang

c. P.P. Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Terminolgi yang dipakai dalam regulasi tersebut kata mengajar tidak dipergunakan lagi, tetapi menggunakan kata pembelajaran, demikian juga kata peserta didik sebabai pengganti siswa. Penggunaan istilah tersebut membawa perubahan mendasar karena pijakan secara filosofis antara mengajar dan pembelajaran berbeda. Mengajar adalah terjemahan dari teach secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Proses penyampaian ini sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu. Dalam konteks ini transfer tidak diartikan dengan pemindahan seperti mentransfer uang, maka jumlah uang yang dimiliki seseorang akan berkurang bahkan hilang setelah ditransfer pada orang lain. (Wina Sanjaya (2006: 96). Sebagai sebuah proses menyampaikan atau menanamkan ilmu mengajar mempunyai karakteristik: a. b. c. Proses Peserta Kegiatan pengajaran didik pengajaran berorientasi dianggap terjadi pada pada pengajar sebagai tempat dan (teacher obyek waktu centred) belajar tertentu

d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pengajaran Mengajar berpijak pada pandangan behavioristik, pandangan ini menganggap betapa penting faktor eksternal, peserta didik dianggap pasif dan perilakunya ditentukan oleh faktor eksternal (Thordike, Ivan Pavlov, John B. Watson). Sejak tahun 1950-an, definisi mengajar (teaching) mengalami perkembangan secara terus-menerus dan perlu adanya perubahan paradigma tentang mengajar. Terlepas adanya regualasi seperti tersebut di atas, apakah mengajar sebagai proses untuk menanamkan pengetahuan di abad teknologi saat ini masih relevan. Setiadaknya ada tiga alasan perlunya perubahan paradigma mengajar yaitu (a) bahwa peserta didik adalah bukan orang dewsa dalam bentu kecil, tetapi mereka adalah manusia yang sedang berkembang, memiliki segenap potensi dan dalam perkembangannya memerlukan komponen eksternal. (b) Ledakan ilmu dan teknologi mengakibatkan setiap orang tidak mungkin menguaai setiap cabang keilmuan (c)

Penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah-laku manusia. Sedangkan pembelajaran adalah terjemahan dari kata instructional, pembelajaran bepijak pada aliran psikologi kognitif holistik yang selanjutnya diikuti pandangan konstruktif, humanistik dan seterusnya. Pembelajaran juga dipengaruhi adanya perkemabngan teknologi, bahwa belajar dapat dipermudah melalui berbagai sumber belajar selain guru/dosen, sehingga merubah peran guru dalam pembelajaran. Semula guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Gagne (1992:3) menyatakan bahwa: Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated. Oleh sebab itu mengajar atau teaching merupakan bagian dari instruction (pembelajaran). Peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merncang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk dimanfaatkan peserta didik dalam belajar. Menurut aliran ini bahwa belajar adalah hasil kerja faktor internal peserta didik (kognitif), selanjutnya bagaimana menata faktor eksternal agar sesuai dengan kondisi internal peserta didik ini menjadi penting (kontruktivisme). Aliran ini beranggapan bahwa dalam batas-batas tertentu sebenarnya manusia dapat belajar sendiri tanpa bantuan orang lain, namun dalam batas-batas tertentu tetap diperlukan bantuan orang lain. Hadirnya orang lain (guru, pembimbing, dan lainlain) dalam belajar dimaksudkan agar belajar menjadi lebih mudah, lebih lancar, lebih efektif, lebih efisien dan mempunyai dampak pengiring pada diri individu dan berarah tujuan. Atau dengan ungkapan lain hadirnya orang lain dalam pembelajaran adalah untuk membentuk pola belajar. Terminologi pembelajaran merupakan suatu perkembangan pemahaman manusia terhadap belajar dan bagaimana upaya membelajarkan. Oleh sebab perlu dipemahami pembelajaran merupakan kegiatan yang yang bersifat kontnum dimulai dari kegiatan yang berorientasi pada guru (teaching oriented) behavioristik kepada kegiatan yang studet oriented, humanistik. Pandangan ini yang menyertai perkembangan konsep mengajar di satu titik dan pembelajaran pada titik yang lain.

Taksonomi Variabel Pembelajaran


Banyak upaya yang dilakukan ilmuwan pembelajaran dalam mengklasifikasikan variabel dalam pembelajaran, namun klasifikasi yang nampak lebih rinci dan memadai sebagai landasan pengembangan suatu teori pembelajaran seperti yang dikemukan Regeluth, dkk (1977). Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjadi 3, yaitu: (1) Kondisi Pembelajaran (2) Metode Pembelajaran (3) Hasil Pembelajaran.

Kondisi Pembelajaran, variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabelvariabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol perancang pembelajaran. Maksud yang terpenting dari bahasan ini adalah mengidentifikasi variabel-vriabel kondisi pembelajaran yang memiliki pengaruh utama pada ketiga variabel metode. Atas dasar ini, Regeluth dan Merrill (1979) memandang perlu mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu: (a) Tujuan dan karakteristik bidang studi (b) Kendala dan karakteristik bidang studi dan (c) Karakteristik peserta didik . Tujuan pembelajaran: pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinum umum ke khusus. Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti watu, media, personalia, dan uang. Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas peserta didik, seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya. Tujuan dan karakteristik bidang studi adalah dihipotesiskan memiliki pengaruh utama pada pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran, kendala dan karakteristik bidang studi pada pemilihan strategi penyampaian, dan karakteristik siswa pada pemilihan strategi pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga, pada tingkat tertentu, mungkin sekali suatu variabel kondisi akan mempengaruhi setiap variabel metode misalnya, karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian dan pemilihan strategi penyampaian, di samping pengaruh utamaya pada strategi pengelolaan pembelajaran.

Metode Pembelajaran

Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 jenis yaitu: (a) Strategi pengorganisasian (Organizational srategy) (b) Strategi penyampaian (Delivery strategy) (c) Strategi pengelolaan (management strategy). Organizational srategy adalah metode untuk mengorganissi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dll. yang setingkat dengan itu.

Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dan atau menerima serta merespon masukan yang berasal dari peserta didik. Sumber belajar merupakan bidang kajian utama dari strategi ini. Management strategy adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian pebelajaran dibedakan menjadi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dan mikro.

Hasil Pembelajaran
Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: (a) Keefektifan (effectiveneess) (b) Efisiensi (efficiency) (c) daya tari pembelajaran. Keefektifan Pembelajaran, biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si-belajar. Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu: (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut tingkat kesalahan (2) kecepatan unjuk kerja (3) tingkat alih belajar (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Efisiensi Pembelajaran, biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si-belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya Tarik Pembelajaran, biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan si-belajar untuk tetap/terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan si belajar untuk terus dan atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.

Desain Pembelajaran
Pengembangan instruksional telah menghasilkan berbagai model, tidak semua model itu serupa. Namun demikian dari berbagai model yang ada setidak-tidaknya pengembangan instruksional mengandung elemen berikut: (1) pengumpulan data, (2) penilaian keterampilan-keterampilan masukan, (3) spesifikasi tujuan-tujuan yang bersifat behavioral atau performance test, (4) suatu prosedur untuk memilih metode dan penyajian, (5) Prosedur pelaksanaan, evaluasi dan revisi. Beberapa model pengembangan instruksonal antara lain model Kemp, Model Instruksional Development Institute (IDI), model Rowntree, model Gerlach & Ely, model Wittich & Schuller, model Walter Dick & Lou Carey dan masih banyak model pengembangan instruksional yang lain. Pada pertemuan ini saya coba samapaikan ancangan sistem pembelajaran Walter Dick & Lou Carey.

Disain ini dipilih karena (a) ancangan sistem ini adanya fokus pada awal proses, pada apa yang siswa harus tahu atau mampu lakukan pada waktu berakhirnya program pembelajaran, (b) ancangan sistem ini adanya pertautan yang seksama antar komponen, khususnya adanya hubungan antara siasat pembelajaran dan hasil belajar yang dikehendaki, (c) anacangan ini merupakan proses empirik yang sifatnya dan dapat diulangi-ulangi. Pembelajaran tidak dirancang untuk sajian sekali saja, tetapi digunakan untuk sebanyak mungkin siswa, karena dapat dipakai ulang. Adapaun disain tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Model Perencanaan Pembelajaran Diadaptasi Dari Dick and Cary

(1) Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran. Langkah pertama dalam model ini ialah menentukan apa yang diinginkan setelah siswa mengikuti pembelajaran yang dilakukan. Batasan tujuan pembelajaran dapat dijabarkan dari tujuan umum, dari penilaian kebutuhan berkenaan dengan kurikulum tertentu, dari kesulitan belajar para siswa berdasarkan pengalaman praktek, dari analisa pekerjaan, atau dari ketentuan-ketentuan lain bagi pembelajaran baru. (2) Melakukan Analisa Pembelajaran. Setelah mengetahui tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya menentukan belajar jenis apa yang dituntut dari siswa. Tujuan tersebut perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan/sub ordinat yang mengharuskan siswa belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural bawahan yang harus diikuti siswa untuk dapat belajar proses tertentu. Proses ini menghasilkan suatu peta atau bagan yang menggambarkan keterampilan-keterampilan yang ditemukan (3) Mengenali dan Tingkah menunjukkan Laku Masukan dan hubungan-hubungannya. Ciri-ciri siswa

Di samping mengenali keterampilan-keterampilan bawahan dan langkah prosedural yang harus dimasukkan dalam pembelajaran, adalah perlu untuk mengenali keterampilan-keterampilan tertentu yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran dimulai. Ini tidak berarti menyusun daftar semua hal yang dapat dilakukan siswa, melainkan mengenali keterampilan-keterampilan khusus tertentu yang siswa harus mampu lakukan untuk memulai pembelajaran. Penting juga untuk mengenali ciri-ciri khusus tertentu yang dimiliki siswa yang barangkali perlu dipertimbangkan dalam merancang kegiatan-kegiatan pembelajaran. (4) Merumuskan Tujuan Performansi Atas dasar analisis pembelajaran dan keterangan tentang tingkah laku masukan, selanjutnya

menyusun

pernyataan

spesifik tentang

apa yang

akan mampu

dilakukan

siswa

ketika

menyelesaikan pembelajaran. Pernyataan yang dijabarkan dari keterampilan-keterampilan yang dikenali dengan jalan melakukan analisis pembelajaran ini perlu menyebutkan keterampilanketerampilan yang harus dipelajari (dikuasai) siswa, kondisi perbuatan yang menunjukan keterampilan itu, dan kreteria bagi unjuk perbuatan (performansi) yang berhasil. (5) Mengembangkan Butir-butir tes acuan Patokan. Berdasarkan tujuan khusus yang telah dirumuskan, selanjutnya merumuskan butir-butir penilaian (assesment) yang sejajar dengan mengukur kemampuan siswa untuk mencapai apa yang dicantumkan di dalam tujuan. Tekanan utama diletakkan pada mengaitkan macam tingkah laku yang disebutkan dalam tujuan dengan apa yang diminta dari butir-butir tersebut. (6) Dengan adanya Mengembangkan keterangan-keterangan yang Siasat didapat dari Pembelajaran langkah-langkah sebelumnya,

selanjutnya diperlukan untuk mengenali siasat yang dipergunakan dalam pembelajaran dan menentukan media mana yang cocok untuk digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Bagian siasat pembelajaran mencakup kegiatan: pra pembelajaran, penyajian informasi, latihan dan balikan, pengetesan, dan kegiatan tindak ikutan. Siasat ini di dasarkan atas hasil-hasil penilaian tentang belajar yang terbaru, pengetahuan terbaru tentang proses belajar, isi/bahan yang harus dijabarkan, dan ciri-ciri pribadi siswa yang akan menggunakan material pembelajaran. Sifat-sifat keadaan ini dipakai untuk mengembangkan atau memilih matrial untuk maksud mengembangkan suatu siasat bagi pembelajaran kelas interaktif. (7) Mengembangkan dan Memilih Material Pembelajaran. Dalam langkah ini menggunakan siasat pembelajaran untuk memproduksi pembelajaran. Pada langkah ini kegiatannya meliputi buku petunjuk kerja siswa, material pembelajaran, tes dan buku pegangan guru. Keputusan untuk mengembangkan asli material pembelajaran tergantung pada jenis belajar yang akan disampaikan, adanya material yang relevan, dan sumber-sumber pengembantgan yang tersedia. Untuk memilih diantara material-material pembelajaran yang ada dan akan dipakai sebagai kreterianya. (8) Merancang dan melakukan Penilaian Formatif Setelah draf kasar selesai dalam bentuk rencana disusun, langkah selanjutnya melakukan serangkaian penilaian dengan maksud mengumpulkan data yang digunakan untuk menemukan cara-cara bagaimana menyempurnakan rencana pembelajaran tersebut. Pada tiga macam penilaian formatif untuk keperluan ini yaitu: penilaian satu-persatu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian lapangan. Setiap jenis penilaian itu memberikan keterangan yang berlain-lainan kepada perancang untuk dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut. Teknik-teknik yang serupa dapat diterapkan untuk melakukan penilaian formatif terhadap material atau pembelajaran di kelas. (9) Merevisi Pembelajaran Langkkah terakhir (dan merupakan langkah pertama dalam daur ulang) ialah memperbaiki, atau merevisi pembelajaran. Data yang diperoleh dari penilaian formatif diihtisarkan dan ditafsirkan sebagai usaha untuk mengenali kesulitan-kesulitan yang dialami para siswa dalam mencapai tujuan, dan untuk menghubungkan kesulitan-kesulitan ini dengan kekurangan tertentu dalam pembelajaran. Garis pada gambaran bagan model bernama Merevisi pembelajaran menunjukan bahwa data dari penilaian formatif tidak semata-mata dipakai untuk merevisi pembelajaran itu sendiri, tetapi dipakai untuk menguji kembali kesahihan analisis pembelajaran yang dilakukan dan asumsi-asumsi tentang tingkah laku masukan serta sifat ciri siswa. Perlu juga dikaji ulang

pertanyaan-pertanyaan tujuan performansi dan butir-butir soal tes dengan memperhatikan data yang terkumpul. Siasat pembelajaran perlu ditinjau kembali dan pada akhirnya semua ini dipadukan ke dalam upaya revisi pembelajaran untuk menjadikannya alat pembelajaran yang lebih berhasil guna. (10) Melakukan Penilaian Sumatif Adanya garis putus-putus pada gambar bagan model menunjukkan bahwa meskipun penilaian sumatif itu merupakan penilaian keefektifan pembelajaran, ini umumnya bukan bagian dari proses perancangan. Penilaian sumatif merupakan penilaian atau harga pembelajaran yang mutlak dan atau nisbi, dan dilakukan hanya setelah pembelajaran itu mengalami penilaian formatif serta direvisi dengan mestinya untuk memenuhi patokan yang ditetapkan perancangnya. Karena pelaksanaan penilaian sumatif itu biasanya tidak melibatkan perancang pembelajaran, tetapi sesungguhnya melibatkan evaluator yang independen, maka komponen ini tidak dipandang bagian terpadu dari proses perancangan pembelajaran itu sendiri

Karakteristik Bahan Ajar


1. Tipe isi bidang studi Regeluth dan Merrill (1979) mengaalisis isi bidang studi menjadi 4, yang disebutnya sebagai konstruk isi bidang studi, yaitu: a. Fakta b. Konsep c. Prinsip d. Prosedur Fakta: asosiasi satu ke satu antara obyek, peristiwa, atau simbul yang ada, atau mungkin ada, di dalam lingkungan riil atau imajinasi. Mislnya; Jakarta ibukota Republik Indonesia. Konsep: sekelompok obyek, peristiwa atau simbul yang memiliki karakteristik umum yang sama dan yang diidentifikasi dengan nama yang sama. Misal konsep tentang binatang Prinsip: hubungan sebab akibat antara konsep-konsep: mislnya: prinsip penawaran dan permintaan dalam ekonomi. Prosedur: urutan langkah-langkah untuk mencapai tujuan, pemecahan maslah tertentu, atau membuat sesuatu. Misalnya, prosedur penelitian. Di samping hasil terhadap isi bidang studi, Merrill (1983) mengemukakan hasil analisisnya terhadap a. b. c. Menemukan/mengemangkan Mengingat: unjuk-kerja yang meneurut peserta didik melakukan penelusuran struktur ingatan agar dapat mengemukakan kebali konstruk-konstruk yang telah disimpan dalam ingatan. Menggunakan: unjuk kerja yang menuntut peserta didik menerapkan suatu abstraksi pada kasuskasus abstraksi baru. Apabila analisis tipe bidang studi dikombinasikan dengan hasil analisis tingkat u njuk kerja, maka akan terbentuk suatu matrik dua demensi isi unjuk kerja, seperti terlihat dalam diagram sebagai berikut: khusus. Menemukan: unjuk kerja yang menuntut peserta didik menemukan atau mengembangkan tingkat unjuk-kerja peserta didik, diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: Mengingat Menggunakan

2.

Peristiwa

Pembelajaran

Teori belajar pengolahan informasi mendeskripsikan bahwa tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan belajar. Gagne (1985) mengemukakan bahwa tahapantahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu yang disebut peristiwa pebelajaran (the events of intruction). Peristiwa pembelajaran ini dibagi menjadi 9 tahapan, yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi pendukung proses-proses internal dalam belajar. Hakekat suatu peristiwa pembelajaran berbeda tergantung pada kapabilitas apa yang diharapkan menjadi hasil pembelajaran. Kondisi untuk belajar kapabilitas yang berbeda

Sembilan peristiwa pembelajaran yang dikembangkanoleh Gagne adalah: 1. 2. 3. Memberitahukan merangsang tujuan ingatan Menarik pembelajaran pada kepada peserta prasyarat perhatian didik belajar

4. 5. 6. 7. 8.

Menyajikan Memberikan Mendorong Memberikan Menilai

bahan bimbingan unjuk balikan unjuk

perangsang belajar kerja informatif kerja

9. Meningkatkan retensi dan alih belajar

Daftar Rujukkan
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Standard Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sudana Degeng, Nyoman. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud. Project Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Atwi Suparman. Desain Instruksional. 2001. Jakarta: PAU Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Ditjen Dikti Depdiknas. Gagne, Robert M, Leslie J., Briggs, and Walter W. Wagner. Principles of Intructional Design. Orlando: Harcourt Brace & Company, 1992. Reigeluth, C.Mmerrill, M.D. 1977. Classes of Instructional Variables. Educational Technology.

You might also like