You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOROSI 2

Anggota Kelompok : Dewi Liely Gunawan (07) Larasati Hardini (16) Paulus Febrianto (23) Stevanus Handrawan (31) Willy Wijaya (39)

SMA XAVERIUS 1 PALEMBANG 2011/2012

1. Tujuan y Untuk mengetahui pengaruh logam lain terhadap korosi besi 2. Landasan Teori Korosi adalah kerusakan atau degradasi alogam akibat reaksi redoks dengan suatu logam dengan berbagai zq di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendakinya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah yang berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapt dikendalikan atau lajunya diperlambat sehingga memperlambat proses perusakannya. Sumber:http://onclick.blog.com/2011/03/penjelasan-tentang-korosif-atau-karat-pada-besi/

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut. 1. Pengecatan. Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi. 2. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air. 3. Pembalutan dengan Plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air. 4. Tin Plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.

5. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink). Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat. 6. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak. 7. Sacrificial Protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti. (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Besi)

Pelapisan dengan logam lain Jika logam besi dilapisi Cu (tembaga), Sn (timah), besi akan terlindungi dari korosi karena potensial reduksi Cu dan Sn lebih positif (E Cu2+ | Cu = +0,34 Volt dan E Sn2+ | Sn = -0,14 Volt) daripada potensial reduksi besi (E Fe2+ | Fe = -0,44 Volt). Namun bila lapisan ini bocor sehingga lapisan Cu dan Sn terbuka, besi akan mengalami korosi dengan cepat. Selain Cu dan Sn, logam lain yang dapat digunakan adalah perak (Ag), emas (Au), nikel (Ni), dan platina (Pt). Sumber : http://kimiadahsyat.blogspot.com/2010/08/praktikum-korosi.html

Kerusakan dan penanganan korosi pada benda-benda yang terbuat dari logam telah menelan biaya yang sangat besar, untuk itu diperlukan upaya pencegahan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh korosi. Pecegahan terhadap korosi dapat dilakukan dengan perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia. Perlindungan mekanis dilakukan dengan mencegah agar permukaan logam tidak bersentuhan dengan udara dan air, misalnya dengan pengecatan dan pelapisan dengan logam lain (penyepuhan). Contoh lapisan pelindung yang digunakan untuk mencegah kontak langsung dengan H2O adalah lapisan cat, lapisan oli dan gemuk, lapisan plastik, dan lapisan dengan logam lain, seperti Cr, Zn, dan Sn.

Perlindungan elektrokimia dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi elektrolik (reaksi elektrokimia yang mengoksidasi logam). Perlindungan tersebut disebut juga perlindungan katode (proteksi katodik) atau perlindungan anode. - Perlindungan Katode Perlindungan katode dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: 1. Menggunakan Logam Lain yang Lebih Reaktif Sebagai Anode Korban Penggunaan logam lain yang lebih reaktif akan

menempatkan logam sebagai penyuplai e- atau bertindak sebagai anode dalam sel elektrokimia korosi. Untuk memahami hal ini, ambil contoh penggunaan logam MG (E = -2.37V).untuk perlindungan logam Fe (E = -0.44V). Mg akan bertindak sebagai anode yang teroksidasi, sedangkan Fe akan menjadi katode dimana reduksi oksigen berlangsung. Anode : Mg Mg2+ + 2e2OH-(aq) Katode (Fe) : O2(aq)2 + H2O(I) + 2e2. Menyuplai Listrik dari Luar Suatu sumber listrik dihubungkan ke tangki bawah tanah yang akan dilindungi dan ke anode inert, seperti grafit. Elektron akan

mengalir dari sumber listrik ke anode inert. Reaksi oksidasi yang terjadi akan melepas e-, yang akan mengalir melalui elektrolit tanah menuju ke tangki yang bertindak sebagai katode. Metode ini disebut juga Impressed current cathodic protection (ICCP). 3. Alat dan bahan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Alat Tabung reaksi dan rak Cawan petri Gelas kimia Pengaduk kaca Pembakar spiritus Kawat kasa+kaki tiga Neraca Silinder ukur Ukuran/satuan 1000ml Panjang 25ml jumlah 4 5 1 1 1 1 1 1

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Paku besi Amplas Pita magnesium Lempeng seng Lempeng tembaga Kawat timah Agar-agar

Bahan

Ukuran/Satuan 5cm 0,5x5cm 0,5x5cm 0,5x5cm 0,5x5cm Serbuk 5% -

Jumlah 5 1 1 1 1 1 6gr 50ml 5ml 5ml 5ml 5gr 15gr 5ml

Larutan K3Fe(CN)6 Larutan NaOH Larutan garam besi(III) Larutan garam besi (II) Larutan garam seng Kristal NaCl Larutan fenolftalein

4. Cara kerja a. Percobaan pendahuluan, percobaan ini diperlukan untuk menafsirkan hasil percobaan selanjutnya. y Tambahkan larutan Fe2+ dan Fe3+ masing-masing kedalam larutan K3Fe(CN)6 di dalam dua tabung yang berlainan. Amati dan catat pengamatan anda y Tambahkan larutan Zn2+ ke dalam tabung reaksi yang berisi K3Fe(CN)6. Catat pengamatan anda y Tambahkan larutan fenolftalein ke adalam larutan bersifat basa, catat pengamatan anda b. Letakkan sebatang paku yang bersih di dalam sebuah cawan petri. Lilitkan pita magnesium,lempeng seng, lempeng timah dan lempeng tembaga pada masingmasing empat paku lainnya lalu susun di cawan petri tersebut.Tuangkan larutan agar-agar yang sudah mengandung K3Fe(CN)6 dan fenolftalein sampai menutupi paku itu. Catat hasil yang terlihat setelah beberapa menit dan setelah beberapa jam. c. Catat pengamatan anda dan buatlah analisisnya.

5. Hasil Pengamatan a. Percobaan pendahuluan No. 1. 2. 3. 4. Larutan yang di campur Fe2+ + K3Fe(CN)6 Fe + K3Fe(CN)6 Zn2+ + K3Fe(CN)6 Larutan basa + fenolftalein
3+

Pengamatan warna Hijau kebiruan Hijau kekuningan Kuning kecoklatan Bening keunguan

b. Pengaruh logamlain terhadap korosi besi Pengamatan Setelah beberapa menit Pada paku Berwarna hijau Paku tanpa lilitan kebiruan seperti larutan 1 Berwarna hijau Tembaga kebiruan seperti larutan 1 Terdapat warna Paku yang dililiti Timah Magnesium hijau sedikit di ujungnya Bewarna hijau kebiruan Bewarna merah Seng pada permukaan paku Warna tetap Bewarna merah Terdapat warna merah sedikit Bewarna kemerahan dan ada gelembung Warna tetap Pada logam lain Setelah bebarapa jam Pada paku Paku berwarna biru Berwarna hijau kebiruan seperti larutan 1 Terdapat warna hijau sedikit di ujungnya Bewarna hijau kebiruan Bewarna kemerahan Bewarna merah Pada logam lain

Warna tetap

Bewarna kuning kecoklatan

Cu

Mg

Zn Sn

6. Pertanyaan a. Sebutkan logam yang bertindak sebagai anode dan logam yang bertindak sebagai katode pada percobaan di atas! b. Dengan menggunakan daftar potensial electrode apakah hasil pengamatan pada percobaan di atas sesuai denganyang diharapkan? Jelaskan! c. Logam manakah yang dapat melindungi dan logam manakah yang dapat memeprcepat korosi besi? Apakah logam tersebut mempunyai potensial electrode yang lebih positif atau lebih negative dibanding potensial electrode besi? d. Buatlah kesimpulan dari percobaan ini. (pada bagian 8.Kesimpulan)

Jawaban Pertanyaan : a. Pada perlakuan paku dililitkan oleh logam y Magnesium Anode : Mg Katode : Fe nilai potensial reduksi Mg lebih kecil dibandingkan dengan Fe

Seng Anode : Zn Katode : Fe nilai potensial reduksi Zn lebih kecil dibandingkan dengan Fe

Timah Anode : Fe Katode : Sn nilai potensial reduksi Sn lebih besar dibandingkan dengan Fe.

Tembaga Anode : Fe Katode : Cu nilai potensial reduksi Cu lebih besar dibandingkan dengan Fe

b. - potensial reduksi magnesium (-2,37 V) lebih kecil (negatif) dibandingkan dengan besi (-0,44 V) sehingga paku besi dililitkan dengan magnesium akan terbentuk sel elektrokimia di mana magnesium akan bertindak sebagai anode yang akan mengalami oksidasi dan besi akan bertindak sebagai katode yang akan mengalami reduksi. Magnesium dapat melindungi besi dari korosi. - potensial reduksi seng (-0,76) lebih kecil terhadap besi (-0,44 V) sehingga ketika paku besi dililitkan dengan seng akan terbentuk sel elektrokimia di mana seng akan bertindak sebagai anode yang akan mengalami peristiwa oksidasi dan besi akan bertindak sebagai katode yang akan mengalami reduksi. Seng dapat melindungi besi dari korosi. - potensial reduksi timah (-0,14 V) lebih besar dari besi (-0,44). Ketika paku besi dililitkan dengan timah akan terbentuk sel elektrokimia di mana timah akan bertindak sebagai katode yang akan mengalami reduksi dan besi akan bertindak sebagai anode yang akan mengalami oksidasi. Namun timah tahan terhadap korosi, maka timah dapat digunakan sebagai pelindung besi dari korosi selama lapisan timah yang menutupi besi tidak rusak/tergores. - potensial reduksi tembaga (+0,34) lebih besar dari besi (-0,44 V). Ketika besi dililitkan dengan tembaga akan terbentuk sel elektrokimia di mana tembaga akan bertindak sebagai katode yang akan mengalami reduksi dan besi akan bertindak sebagai anode yang akan mengalami oksidasi. Namun tembaga rentan korosi sehingga tembaga tidak dapat digunakan sebagai pelindung besi.

c. Logam-logam yang dapat melindungi besi dari korosi ialah: a. Magnesium Magnesium dapat melindungi besi karena mempunyai potensial reduksi lebih kecil maka magnesium akan mengalami oksidasi, sedangkan besi akan lebih mudah mengalami reduksi. Jadi, besi tidak mengalami korosi. Itu dikarenakan logam itu tidak terlalu aktif sehingga tahan lama dan fungsi perlindungannya tetap baik.

b. Seng Seng dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada seng, maka besi yang kontak dengan seng akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan seng yang mengalami oksidasi (berkarat). c. Timah Timah dapat melindungi besi dari korosi. Proses pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Sedangkan logam yang dapat mempercepat terjadinya korosi pada besi ialah tembaga. Tembaga dapat mempercepat terjadinya korosi besi karena nilai potensial reduksi tembaga lebih besar daripada besi. Jika tembaga kontak langsung dengan besi, maka akan terbentuk sel elektrokimia dengan tembaga sebagai katode dan besi sebagai anode sehingga besi akan mengalami oksidasi (berkarat).

7. Analisis Data Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Fe(s) Fe2+(aq) + 2e E = +0.44 V

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi. O2(g) + 2H2O(l) + 4e O2(g) + 4H+(aq) + 4e 4OH-(aq) E = +0.40 V atau 2H2O(l) E = +1.23 V

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3. xH2O, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Pada percobaan ini, digunakan bahan dasar logam besi Fe (paku). Salah satu proses pencegahan korosi pada besi adalah dengan proses pelapisan dengan logam lain berdasarkan sifat-sifat kimia tertentu dari logam yang akan digunakan dalam hal ini adalah Cu, Zn, Mg dan Sn. Paku sangat mudah teroksidasi oleh oksigen yang ada di udara bebas, dimana oksigen akan membentuk lapisan oksida melapisi permukaan logam, tetapi oksida logam besi ini mempunyai pori-pori sehingga mudah ditembus oleh oksigen atau uap air. Hal ini memungkinkan reaksi oksidasi secara berkelanjutan pada bagian awal lapisan oksida yang telah terbentuk sampai semua logam besi teroksidasi dan menyebabkan perubahan bentuk yang gembur dan keropos. Pada akhirnya akan mengurangi bahkan merusak penampilan dan kekuatan logam besi tersebut. Agar-agar dalam percobaan ini berfungsi sebagai medium indikator, juga digunakan untuk mengetahui tempat-tempat reaksi anoda dan katoda terjadi. Terlebih dahulu, agar-agar dilarutkan dalam air mendidih, karena agar-agar tidak larut dalam air dingin. Campuran kemudian ditambahkan NaCl yang berfungsi sebagai jembatan garam yang dapat dinetralkan. Larutan ditambahkan dengan indikator PP yang menyebabkan adanya warna merah muda dengan adanya OH-, warna merah muda dalam gel menunjukkan tempat dimana reduksi. Selanjutnya dilakukan penambahan K3Fe(CN)6 yang bertujuan untuk menunjukkan tempat dimana Fe teroksidasi yang ditandai dengan adanya warna biru. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh reaksi Fe/Cu dan Fe dengan larutan agar-agar akan berubah warna menjadi warna biru. Keadaan demikian menunjukan Fe teroksidasi terhadap paku. Reaksi Fe/Zn dengan larutan agar-agar akan berubah warna menjadi warna merah. Hal ini menunjukan tempat terjadinya reduksi. Logam Zn adalah logam yang dapat melindungi besi dari korosi karena memiliki daya reduksi yang kuat. Sedangkan logam Zn dan Al dapat menghambat terjadinya korosi karena memiliki nilai potensial elektroda yang lebih rendah dari harga potensial Cu bila dibandingkan dengan Fe. Di sisi lain, Cu mempercepat terjadinya korosi pada paku yang ditandai dengan adanya warna biru. Apabila dilihat dari Eo masing-masing logam. Al memiliki Eo paling negative (1,66), kemudian Zn(-0,76) dan Cu yang paling positif dengan Eo (+0,34). Semakin besar / positif Eo semakin cenderung zat tersebut untuk tereduksi, sedangkan semakin negative

Eo semakin mudah zat tersebut untuk teroksidasi. Berdasarkan harga Eo, logam Cu lebih mudah tereduksi sehingga tidak dapat melindungi paku Fe yang mempunyai Eo -0,44 dari korosi, sedangkan logam Zn dapat melindungi paku dari korosi. Logam Al memiliki Eo lebih kecil disbanding Zn, oleh karena itu Al lebih mudah mengalami oksidasi disbanding Zn, sehingga Al dapat melindungi besi lebih baik disbanding Zn. Hal ini sudah terbukti dengan adanya perubahan warna ketika paku direaksikan dengan larutan agar-agar.

8. Kesimpulan  Cu dapat mempercepat proses terjadinya korosi.  Zn dan Al dapat menghambat terjadinya korosi.  Agar-agar digunakan untuk mengetahui posisi siapa yang menjadi anoda atau katoda.

Artikel Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi. Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi. Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi. Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.

Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air. Karena itu, besi yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan ditempat yang lembab. Korosi pada besi ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga), serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya permukaan). Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut : Mencegah kontak dengan oksigen dan air Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)

Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat Misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni). Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut. 1. Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air. 2. Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak besi dengan air. 3. Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air. 4. Tin plating (pelapisan dengan timah). Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru

mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur. 5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink). Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut dengan perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi. 6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium). Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak. 7. Sacrificial protection (pengorbanan anode). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti. (sumber : http://milaniztyemodiart.blogspot.com/2011/05/korosi.html )

Peranan penting struktur baja di masyarakat pada saat ini sangat diperlukan. Hal tersebut terbukti dengan maraknya penggunaan unsure logam dan baja dalam berbagai kontruksi bangunan. Melihat kemungkinan yang terjadi dan kerugian yang ditimbulkan oleh interaksi baja dengan lingkungan, maka perlu dilakukan proses finishing dengan tujuan ketahanan umur material menjadi lebih panjang, disamping itu juga menambah daya tarik dikarenakan logam yang telah melalui

pemprosesan finishing terlihat tampak lebih bagus. Salah satu cara finishing logam baja adalah melakukan surface treatment pada suatu logam yaitu dengan memberi perlindungan pada permukaan logam yang salah satu cara pelapisannya dengan cara hot dipping. Hot dipping merupakan proses pelapisan logam dengan logam lain, yaitu dengan proses mencelupkan material logam kedalam media pelapis logam yang sebelumnya sudah mengalami proses peleburan terlebih dahulu, titik lebur logam pelapis harus lebih rendah dari logam yang akan dilapisi dengan titik lebur logam pelapis kurang dari 1000oC. Dalam proses pelapisan hot dipping ini memerlukan material pelapisyang mempunyai ketahanan yang baik terhadap lingkungan sehingga diperlukan material yang mampu melindungi secara maksimal. Material logam yang banyak digunakan dalam proses hot dipping adalah aluminum, seng dan timah. Timah banyak digunakan sebagai media pelapis logam karena tahan terhadap udara, air, garam, asam belerang sehingga timah mempunyai sifat anti korosi dan juga harganya yang murah. Keuntungan lainnya yang didapat dari timah yaitu tidak beracun, sehingga cocok bila digunakan sebagai bahan pelapis pada kaleng makanan atau minuman. Aplikasi dan pemanfaatan pelapisan hot dipping timah banyak sekali kegunaannya dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam bentuk lembaran, kawat, maupun pipa. Dalam industri pengemasan makanan dan minuman, timah digunakan dalam bentuk tinplate atau kaleng. Untuk industri elektronik seperti bahan soldir dan isolator listrik, juga dalam industri logam digunakan sebagai pelapis untuk konstruksi jembatan, installasi tower, pipa, sering juga sebagai pelapis pagar BRC dan kawat berduri. Proses pelapisan hot dipping merupakan proses pelapisan logam yang berpengaruh terhadap umur material baja pada saat penggunaan dilapangan dibandingkan dengan material baja tanpa proses hot dipping, maka dengan melihat hal tersebut bahan material perlu dikaji apakah proses hot dipping bisa memberikan jawaban secara signifikan berupa pengaruh proses hot dipping terhadap suatu material logam baja.

(sumber : http://etd.eprints.ums.ac.id/9743/2/D200030090.pdf )

You might also like