You are on page 1of 29

ANALISIS WACANA : UNSUR KOHESI DAN KOHERENSI DALAM MEDIA MASSA CETAK POS KUPANG (edisi 13 Februari s.d.

18 Februari 2012)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH ELMALINDA AMFOTIS 31070203

PROGRAM STUDI BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TIMOR KEFAMENANU

2011 PENGESAHAN

ANALISIS WACANA : UNSUR KOHESI DAN KOHERENSI DALAM MEDIA MASSA CETAK POS KUPANG (edisi 13 Februari s.d. 18 Februari 2012)

OLEH ELMALINDA AMFOTIS 31070203

Telah disahkan pada tanggal.. oleh Dosen Pembimbing Utama/Pertama Dosen Pembimbing Kedua

Maria M. N. Nahak, S.Pd, M. Hum. NIP. 19690816 200501 2001

Maria Prisila Oki, S.Pd. M. Hum. NIP. 19760717 200501 2001

Ketua Program Studi (keprodi) Bahasa Sastra dan Indonesia

Maria M. N. Nahak, S.Pd, M.Hum. NIP. 19690816 200501 2001


ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul : Analisis Wacana: Unsur Kohesi dan Koherensi Dalam Media Massa Cetak Pos Kupang (edisi 13 Februari s.d. 18 Februari 2012) dengan lancar. Dalam penyusunan proposal ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Yoseph Nahak Seran, S.Pd, Msi. Selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP), yang telah memberikan dukungan terhadap penulis, sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan secepatnya. 2. Maria M. N. Nahak, S.Pd, M.Hum. yang telah mendukung serta memberi masukan sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Maria Prisila Oki, S.Pd, M. Hum. yang banyak membantu sehingga pembuatan proposal ini dapat berjalan dengan baik. 4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu pembuatan proposal ini.

iii

Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, menyadari bahwa pembuatan proposal ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. akhir kata penulis sampaikan terima kasih. Kefamenanu2011

Penulis

DAFTAR ISI
iv

Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii KATA PENGANTAR.................................................................................. iii DAFTAR ISI................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian......................................................................... 5

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 2.2 2.3 Batasan Konsep.......................................................................... 7 Teori .......................................................................................... 10 Hakekat Unsur Gramatikal ....................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian.......................................................................... 20 3.2 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 20

3.3 Obyek Penelitian............................................................................. 21


3.4 Teknik Analisis Data...................................................................... 21 3.5 Jadwal Penelitian .......................................................................... 22 3.6 Biaya Penelitian ............................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Wacana adalah bagian dari perwujudan bahasa tulis sebagai perwujudan inspirasi penulis untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan. Bahasa berkaitan erat dengan wacana, karena wacana dapat menjadi obyek dari segala rasa dan dapat juga sebagai cermin itu sendiri. Wacana adalah ucapan atau keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan bahasa terlengkap. Realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku, artikel, atau pidato, dan sebagainya. Aminuddin sebagaimana yang dikutip dalam sumarlam (2003: 9) menyatakan bahwa wacana adalah keseluruhan unsur-unsur yang membangun perwujudan paparan bahasa dalam komunikasi, wujud kongkretnya dapat berupa tuturan lisan (spoken discourse) maupun teks tertulis (written discourse). Wujud wacana dapat dibangun oleh unsur-unsur yang menunjukkan hubungan klausal. Setiap unsur dalam wacana tidak akan memiliki makna yang jelas tanpa adanya hubungan dengan unsur lain. Maksudnya, unsur-unsur yang membangun wacana itu atau kalimat yang mendahuluinya. Pada umumnya, wacana yang baik memiliki keserasian hubungan antara unsur-unsur lain yang disebut kohesi serta pertautan makna (koherensi). Analisis wacana merupakan analisis yang mengkaji akan unsur yang terdapat dalam wacana baik secara internal maupun eksternal. Unsur internal

vi

wacana yang dikaji berupa struktur dan hubungan bagi wacana. Dari segi eksternal mengkaji keterkaitan wacana dengan pembaca, hal yang dibicarakan, dan mitra bicara. Dengan demikian, tujuan pengkajian wacana adalah untuk mengungkapkan kaidah kebahasaan yang mengkonstruksi wacana, memproduksi wacana, pemahaman wacana, dan perlambangan suatu hal dalam wacana. Istilah kohesi mengacu pada hubungan antar bagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya oleh sebab itu, sebuah teks kohesi lebih penting dari koherensi. Namun, bukan berarti koherensi tidak penting. Kohesi merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Jadi, analisis wacana dapat dikaji dari segi kohesi dan koherensi. Untuk mewujudkan keselarasan hubungan antar unsur dalam wacana diperlukan alat-alat penghubung seperti kata tunjuk, kata penghubung, dan lainlain sebagai penanda hubung dan penanda kohesi. Penanda kohesi sebagai bagian dan wacana tidak hanya berkedudukan sebagai alat penghubung unit struktur, tetapi juga membaca fungsi. Fungsi penanda kohesi yang secara formal hadir sebagai alat penjalin keselarasan dan kepaduan hubungan berimplikasi pada kelancaran pemahaman wacana. Kecepatan penempatan dan penggunaan kohesi dan koherensi dalam dunia seni, terutama media massa cetak pos Kupang merupakan salah satu dari bagian itu.

Media massa cetak pos Kupang merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam masyarakat, juga merupakan bagian yang penting dalam memberikan informasi dan pengetahuan dalam masyarakat. Rubrik yang ada
vii

dalam media massa cetak sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbedabeda. Salah satu rubrik yang ada di dalam media massa cetak adalah pos Kupang. Pos Kupang hadir setiap hari di media massa. Di dalam rubrik ini biasanya digunakan oleh masyarakat untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai berbagai macam masalah atau berbagai macam hal yang dihadapi oleh masyarakat sehari-hari. Penulis memilih Pos Kupang untuk di jadikan obyek penelitian karena isi dari rubrik ini diperuntukkan untuk tulisan-tulisan dan masalah-masalah yang dihadapi oleh pembaca. Dan yang merupakan kolom atau rubrik yang disediakan pihak redaksi untuk masyarakat, di dalam perkembangannya pos Kupang tidak hanya di gunakan untuk pengumuman dan pengaduan, tetapi pos Kupang juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan dan ide-ide dari pembaca selain di rubrik atau kolom lain yang disediakan oleh redaksi. Sebagai bagian dari pengungkapan ide dari penulisnya pos Kupang harus memiliki kesatuan atau keutuhan wacana atau tulisan yang dapat mencerminkan ide atau permasalahan yang ingin diungkapkan oleh penulis. Sehingga informasi atau hal-hal yang ingin diungkapkan oleh penulis dapat dimengerti dengan mudah oleh pembaca yang terdiri dari berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda. Karena suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin dalam suatu organisasi kewacanaan (Mulyana, 2005: 25). Keutuhan tulisan ini dapat mencakup kohesi, koherensi dan unsur-unsur gramatikal yang ada didalam tulisan pos Kupang. Kohesi dan koherensi merupakan bagian yang mutlak yang
viii

harus ada didalam suatu tulisan. Karena kohesi dan koherensi ini akan mencerminkan isi dari tulisan yang akan dibaca oleh pembaca. Serta kohesi dan koherensi dapat menjadi tulisan yang dibaca bermakna atau memiliki ide atau informasi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Selain kohesi dan koherensi di dalam suatu tulisan juga harus memperhatikan unsur gramatikalnya, seperti: refrensi, subtitusi, ellipsis, paralelisme, dan konjungsi. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pos Kupang (edisi senin 13 februari 2012 hingga sabtu 18 februari 2012) yang ditulis oleh masyarakat pembaca di Kupang yang terdiri dari berbagai macam latar belakang sosial yang berbeda. Dalam penelitian ini juga peneliti mengasumsikan bahwa dalam wacana pos Kupang ada unsur kohesi dan koherensinya, serta mengungkapkan unsur gramatikalnya. Oleh karena itu penulis memilih pos Kupang sebagai obyek kajian yang penulis akan analisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tekstual deskriptif kualitatif.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana menganalisis kohesi dan koherensi dalam wacana media massa

cetak pos Kupang (edisi 13 Februari s.d. 18 Februari 2012)?


ix

2. Bagaimana unsur-unsur gramatikal yang muncul dalam wacana media

massa cetak pos Kupang (edisi 13 Februari s.d. 18 Februari 2012)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1) menemukan dan mendeskripsikan kohesi dan koherensi dalam wacana

media massa cetak pos Kupang (edisi 13 Februari s.d. 18 Februari 2012).
2) menemukan dan mendeskripsikan unsur-unsur gramatikal yang muncul

dalam wacana media massa cetak pos Kupang (edisi 13 Februari s.d. 18 Februari 2012). 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Pada tingkat manfaat teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi penulis dalam menganalisis keutuhan wacana (baik kohesi, koherensi, dan unsur gramatikal) dalam wacana media masa cetak pos Kupang (edisi 13 Februari s.d. 18 Februari 2012). 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian berikutnya, sekaligus sebagai masukan bagi peneliti untuk mengasah kemampuan akan bidang kajian yang peneliti lakukan.

BAB II KERANGKA TEORI

xi

2.1 Batasan Konsep


1. Analisis (Analysis)

Analisis artinya teori terjemahan. Analisis adalah transformasi balik dan analisis komponen yang bertujuan menemukan inti dari naskah sumber dan mencari pengertian yang sejelas jelasnya mengenai makna (Kamus Linguistik, 2008: 14).
2. Wacana (Discourse)

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi/terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap (dalam Kamus Linguistik, 2008: 259). Wacana adalah kata yang dipakai masyarakat dewasa ini. Banyak pengertian yang merangkai kata wacana ini. Dalam lapangan sosiologi, wacana menunjuk terutama dalam hubungan konteks sosial dari pemakaian bahasa. Dalam pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Sedangkan menurut Mikhael Foucault (1972: 19, wacana kadang kala sebagai praktik regulatif yang dilihat sejumlah pernyataan.

xii

Pragmatik (dalam Kamus Linguistik, 2008: 259), wacana adalah seluruh peristiwa bahasa yang membawa ujaran dari pembicara sampai ke pendengar termasuk ujaran yang biasa dikenal dengan teks. 3. Analisis Wacana Analisis wacana adalah kebalikan dari linguistik formal, karena memusatkan perhatian pada level di atas kalimat, sedangkan analisis wacana dalam lapangan psikologi sosial diartikan sebagai pembicaraan. Dan analisis wacana dalam studi linguistik merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan diantara unsur tersebut (Eriyanto, 2003: 12). 4. Kohesi Kohesi merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Menurut Halliday dan Hasan (1976: 5) kohesi merupakan satu set kemungkinan yang terdapat dalam bahasa untuk menjadikan suatu teks yang memiliki kesatuan. Kohesi juga merupakan kepaduan bentuk, jadi apabila kepaduan makna berhubungan dengan isi, maka kepaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja sebuah paragraf padu secara makna atau koheren. Dalam arti, paragraf itu mengemukakan satu satu gagasan

xiii

utama. Tetapi belum tentu paragraf tersebut kohesif, didukung oleh katakata yang padu (Kosasih, 2003: 27). 5. Koherensi Koherensi merupakan bagian dari suatu wacana, sebagai organisasi semantik, wadah gagasan yang disusun dalam urutan yang logis untuk mencapai maksud dan tuturan yang tepat. Suatu paragraph dikatakan koherensi, apabila ada kekompakan antara gagasan dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu-satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingung. Jika suatu paragraf tidak memiliki kepaduan seperti itu, maka pembaca akan mengalami banyak kesulitan untuk memahaminya. Pembaca akan menemukan loncatan-loncatan pikiran dan hubunganhubungan gagasan yang tidak logis. Paragraf yang dihadapinya hanya sebuah kumpulan kalimat yang tidak jelas ujung pangkalnya (Kosasih, 2003: 26). 6. Media Massa Cetak Media masa cetak adalah sarana komunikasi yang mana kejadian sehari-hari dapat diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan kegiatan sehari hari.

xiv

7. Pos Kupang

Harian pos Kupang adalah nama surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Kupang. Pos Kupang merupakan salah satu harian yang terbit setiap harinya. Berita-berita yang terdapat sangat beragam, begitu juga dengan kolom xtra sportnya. Penulis menganalisis xtra sport karena xtra sport ini sangat berbeda dari yang lainnya. Xtra sport juga tidak terlalu sulit untuk dipahami sehingga sangat mempermudah untuk menganalisisnya. 2.2 Teori Tarigan (1987: 27) mengungkapkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan maupun tertulis. Wacana juga merupakan kesatuan bahasa yang lebih besar dari kalimat dan membentuk unit yang koheren, misalnya ceramah, pendapat, lelucon, atau narasi. Wacana tidak selalu harus direalisasikan dalam bentuk rangkaian kalimat. Kohesi dan koherensi tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya. Dua istilah ini merupakan satu kesatuan yang selalu melekat. Sebuah teks terutama teks tulis memerlukan unsur pembentuk teks. Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk teks yang penting. Menurut Mulyana (2005: 26) kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal.

xv

Sejalan dengan hal tersebut Moeliono (dalam Mulyana, 2005: 26) menyatakan wacana yang baik dan utuh menyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal antara lain, adalah referensi, suptitusi, elipsis, konjungsi, sedangkan yang termasuk kohesi leksikal adalah sinonim, repetisi, kolokasi. Menurut Sudaryat (2008: 151) kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam organisasi sintaksis, wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Sedangkan Rani dkk (2006: 88) menyatakan bahwa kohesi adalah hubungan antar bagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. Gutwinsky (dalam Sudaryat, 2008: 151) menyatakan bahwa kohesi mengacu pada hubungan antar kalimat dalam wacana, baik dalam tataran gramatikal maupun tataran leksikal. Agar wacana itu kohesif, pemakai bahasa dituntut untuk mengetahui pemahaman tentang kaidah bahasa, realitas, penalaran (simpulan sintaksis). Oleh karena itu, wacana dikatakan kohesif apabila terdapat kesesuian bentuk bahasa baik dengan konteks (situasi dalam bahasa) maupun konteks (situasi luar bahasa) konsep kohesi pada dasarnya mengacu pada hubungan bentuk. Artinya, unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana yang memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Menurut Tarigan (dalam Mulyana, 2005: 26) mengemukakan bahwa penelitian mengenai kohesi dan koherensi menjadi bagian dari kajian aspek formal bahasa. Oleh karena itu, organisasi dan struktur kewacanaannya juga berkonsentrasi dan bersifat sintaktik gramatikal.
xvi

Brown dan Yule (dalam Rani dkk, 2006: 87) menyatakan bahwa unsur pembentuk teks itulah yang membedakan sebuah rangkaian kalimat itu sebagai sebuah teks atau bukan teks. Hal tersebut juga diperkuat lagi dengan pendapat Moeliono (dalam Sumarlam dkk,2009: 173) bahwa kohesi merupakan hubungan semantik atau hubungan makna antar unsur-unsur di dalam teks dan unsur-unsur lain yang penting untuk menafsirkan atau untuk menginterpretasikan teks; pertautan logis antarkejadian atau makna-makna di dalamnya; keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang apik. Maka untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh diharapkan kalimat-kalimatnya harus utuh. Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam suatu wacana dapat diinterpretasikan, sesuai dengan ketergantungan unsur-unsur lainnya. Hubungan kohesif dalam wacana sering ditandai oleh kehadiran penanda khusus yang bersifat lingual formal. Kohesi dapat dibedakan atas beberapa jenis. Pembedaan tersebut dapat di jabarkan dalam kohesi gramatikal dan leksikal ini merupakan bagian dari kohesi endosentris, karena kohesi dibagi menjadi dua yakni kohesi endosentris dan kohesi eksosentris. Kohesi gramatikal terdiri dari referensi, subtitusi, elipsis, paralelisme, dan konjungsi. Sedangkan, konjungsi leksikal terdiri dari sinonimi, antonimi, hiponimi, kolokasi dan ekuivalensi. Untuk membentuk wacana yang baik dan padu tidak cukup hanya mengandalkan hubungan kohesi. Menurut Cook (dalam Rani dkk, 2006: 872) menyatakan bahwa penggunaan alat kohesi itu memang penting untuk membentuk wacana yang utuh, tetapi tidak cukup menggunakan penanda katon tersebut. Ada faktor lain, seperti relevansi dan faktor tekstual lain (extratextul
xvii

factor) yang ikut menentukan keutuhan wacana. Kesesuaian antar teks dan dunia nyata dapat menciptakan suatu kondisi untuk membentuk wacana yang utuh. Faktor lain seperti pengetahuan budaya yang juga membantu dalam menciptakan koherensi teks. Agar wacana yang kohesif baik, maka perlu dilengkapi dengan koherensi. Menurut Rani, dkk (2006: 89), yang dimaksud koherensi adalah kepaduan hubungan maknawi antar bagian-bagian wacana. Menurut Tarigan (dalam Mulyana, 2005: 30) istilah koherensi mengandung makna pertalian, dalam konsep kewacanaan berarti pertalian makna atau isi kalimat. Koherensi juga berarti hubungan timbal balik yang serasi antar unsur dalam kalimat. Sejalan dengan pendapat tersebut Wahjudi (1989) berpendapat bahwa hubungan koherensi keterkaitan antar bagian yang satu

dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh. Wacana yang koheren memiliki ciri-ciri susunannya yang teratur dan amanatnya terjalin rapih, sehingga mudah diinterpretasikan. Dalam sebuah wacana, aspek koherensi sangat diperlukan

keberadaannya untuk menjaga pertalian batin antara proposisi yang satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi antar unsur (bagian) secara semantik. Hubungan tersebut kadang terjadi melalui alat bantu kohesi, namun kadang-kadang terjadi tanpa bantuan alat kohesi. Secara keseluruhan, hubungan makna yang bersifat koheren menjadi bagian dari organisasi semantis. Halliday dan Hasan (dalam Mulyana, 2005: 31) menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur
xviii

semantik, yakni semantik kalimat yang di dalamnya mengandung proposisiproposisi, sebab beberapa kalimat hanya akan ada hubungan makna (arti) diantara kalimat-kalimat itu sendiri. Keberadaan unsur keherensi sebetulnya tidak hanya satuan teks semata (secara formal), melainkan pada satuan pembaca atau pendengar dalam menginterpretasikan suatu bentuk wacana yang diterimanya. Maka dari pendapat tersebut, diperkuat dan disimpulkan oleh Mulyana (2005: 31) hubungan koherensi adalah suatu rangkaian fakta dan gagasan yang teratur yang tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi karena implisit (terselubung) karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan interpretasi. Pendapat tersebut juga diyakini oleh Sudaryat (2008: 152) koherensi adalah kekompakan hubungan antar kalimat dalam wacana. Meskipun begitu, interpretasi berdasarkan struktur sintaksis dan leksikal bukan satu-satunya cara. Maka koherensi merupakan bagian dari suatu wacana, sebagai organisasi semantik, wadah gagasan yang disusun dalam urutan yang logis untuk mencapai maksud dan tuturan yang tepat. 2.3 Hakekat Unsur Gramatikal 1. Referensi Menurut Sudaryat (2008: 153) menyatakan bahwa referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dengan acuan. kata-kata yang berfungsi sebagai pengacu disebut deiksis sedangkan unsur-unsur yang diacu disebut anteside. Referensi dapat berupa eksosentris (situasional) apabila mengacu pada anteseden yang ada diluar wacana, yang bersifat endoforis (tekstual) apabila diacuannya terdapat didalam wacana. Diperkuat dengan pendapat Mulyana (2005: 27) juga mengatakan bahwa
xix

referensi (penunjukan) merupakan bagian kohesi gramatikal yang berkaitan dengan penggunaan kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau kelompok kata atau satuan gramatikal lainnya. 2. Subtitusi Harimurti Kridalaksana (dalam Mulyana, 2005: 28) menyatakan bahwa subtitusi (penggantian) adalah proses dan hasil penggantian oleh unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar. Penggantian dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda atau menjelaskan struktur tertentu. proses subtitusi merupakan hubungan gramatikal, dan lebih bersifat hubungan kata dan makna. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudaryat (2008: 154) menyatakan bahwa subtitusi pengacu pada penggantian kata-kata dengan kata lain. Subtitusi mirip dengan referensi. perbedaannya, referensi merupakan hubungan makna sedangkan subtitusi merupakan hubungan leksikal atau gramatikal. Selain itu, subtitusi dapat berupa proverb, yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukan tindakan, keadaan, hal, atau isi bagian wacana yang sudah disebutkan sebelum atau sesudahnya juga dapat berupa subtitusi kalusal.
3. Ellipsis

Sudaryat (2008: 155), elipsis merupakan penghilangan satu bagian dari unsur kalimat. Sebenarnya elipsis sama dengan subsitusi, tetapi elipsis disubsitusi oleh sesuatu yang kosong. Elipsis biasanya dilakukan dengan menghilangkan unsur-unsur wacana yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan pendapat Harimurti Kridalaksana (dalam
xx

Mulyana, 2005: 280), elipsis (penghilangan/pelepasan) adalah proses penghilangan kata satuan-satuan kebahasaan lain. Bentuk unsur yang dilesapkan dapat diperkirakan wujudnya dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. 4. Paralelisme Menurut Sudaryat (2008: 155), paralelisme merupakan

pemakaian unsur-unsur gramatikal yang sederajat. Hubungan antara unsurunsur itu dituturkan langsung tanpa konjungsi.
5. Konjungsi adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan

kata, frasa dengan frasa, kalusa dengan klausa, kalimat denagn kalimat, atau peragraf dengan paragraph. Konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas : a) b) c) d) e) konjungsi adversative : tetapi, namun konjungsi kausal : sebab, karena konjungsi korelatif : entah/entah, baik/maupun konjunsi subordinatif : meskipun, kalau, bahwa konjungsi temporal : sebelum, sesudah

Sudaryat (2008: 155), menyatakan bahwa konjungsi merupakan kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sintaksis (frasa, klausa, kalimat) dalam satuan yang lebih besar. Kridalaksana dan Tarigan (dalam Mulyana, 2005: 29) menyatakan bahwa konjugsi atau kata sambung adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung antara kata dengan kata, frasa
xxi

dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan seterusnya. Konjungsi disebut juga sarana perangkai unsur-unsur kewacanaan. Konjungsi juga dikenali sebagai conjuction. Sebagai alat kohesi, berdasarkan perilaku sintaksisnya konjungsi dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Konjungsi koordinatif yang menghubungkan unsur-unsur sintaksis

yang sederajat seperti, dan, atau, tetapi;


b. Konjungsi subordinatif yang menghubungkan unsur-unsur sintaksis

yang tidak sederajat seperti, waktu, meskipun, jika;


c. Konjungsi korelatif yang posisinya terbelah, sebagian terletak

diawal kalimat, dan sebagian lagi ditengah kalimat seperti, baik,. maupun, .meskipun, . tapi. ;
d. Konjungsi antar kalimat yang menghubungkan kalimat-kalimat

dalam sebuah paragraph. konjungsi ini selalu ada didepan kalimat seperti, karena itu, oleh sebab itu, sebaliknya, kesimpulannya, jadi.

xxii

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan kualitatif. Menurut Maman (2002:3) penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehinggga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah. Penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah. Mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif. 3.2 Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah analisis wacana: unsur kohesi dan koherensi dalam media massa cetak pos Kupang khususnya kolom xtra sport (edisi 13 Februari s.d. 18 Februari 2012). 3.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif dilakukan pencarian data untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah.

xxiii

2. Mendokumentasikan Data Mendokumentasikan data dilakukan untuk penyempurnaan dalam penganalisisan wacana media massa cetak pos Kupang khususnya xtra sport yang mengacu pada aspek kohesi gramatikal. 3. Teknik Observasi Penganalisisan data dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencari/ menentukan aspek kohesinya. b. Mencari/ menentukan aspek koherensinya. c. Melihat keterkaitan kedua aspek tersebut. d. Merumuskan simpulan dari hasil analisis data 4. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui bagaimana hubungan kohesi gramatikal yang meliputi pengacuan, konjungsi, dan perulangan pada kolom xtra sport tersebut, maka teknik yang digunakan adalah pengkodean data. Pengkodean data digunakan untuk mempermudah dalam

penganalisisan wacana dalam media massa cetak pos Kupang khususnya kolom xtra sport karena memiliki banyak paragraf serta kalimat, maka untuk mempermudah (efektif dan efisien) dilakukanlah pengkodean data. Adapun pengkodean data ini yaitu : K1 K2
=

Kalimat 1 Kalimat 2

Penganalisisan data dengan langkah-langkah sbb:


xxiv

1. mencari/ menentukan aspek kohesinya. 2. mencari/ menentukan aspek koherensinya. 3. melihat keterkaitan kedua aspek tersebut. 4. merumuskan simpulan dari hasil analisis data. 3.4 Jadwal Penelitian
No. Keterangan I 1 Tahap Persiapan II III IV V VI

Tahap pengumpulan data Tahap analisis data Tahap penguasaan Tahap persiapan ujian skripsi Tahap perbaikan dan revisi

3 4 5

xxv

3.5 Biaya Penelitian


No. 1 2 3 4 5 6 Total Jenis Kegiatan Pengadaan Media massa cetak kompas Pengadaan kertas Transportasi Proposal Pengetikan Penjilidan Biaya Rp. 200.000 Rp. 300.000 Rp. 200.000 Rp. 700.000 Rp. 300.000 Rp. 300.000 Rp. 2.000.000

xxvi

DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 1989. Semantik. Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru. Assegaf Jaffar. 1985. Jurnalistik Masa Kini. Jakartal: Ghalia Indonesia. Eriyanto. 2003. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Halliday dan Hasan. 1976. Cohession in English. New York. Longman Group Limited. Keraf. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah. Kosasih, E. 2003. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : Yrama Widya. Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Mulyana. 2005. Kajian Wacana Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta : Tiara Wacana Rani, dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa Malang : Bayumedia Publishing. Sudaryat, Yayat. 2008. Makna dan Wacana. Bandung : Yrama Widrya. Sumarlam. 2003. Teori dan Praktek Analisis Wacana. Surakarta : Pustaka Cakra. Sumarlam. 2009. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta : Pustaka Karya. Dalam Pemakaian.

xxvii

Tarigan. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung : Angkasa. Van dijk. 1943. Is a Scholar In The Fields Of Texs Linguistics, Discourse Analisis And Critical Discourse. Netherlands. Wahjudi. 1989. Pengajaran Wacana di SMA. Makalah Pada Seminar Linguistik. Surakarta : UNS.

xxviii

xxix

You might also like