You are on page 1of 4

Resensi Buku

Diajukan Untuk Tugas: Bahasa Indonesia Guru Pembimbing : Dian Anggraini, S.Pd

Oleh:

Husni Miranda XI IPA 6

SMAN 1 Padang Tahun Ajaran 2011/2012

Eragon
Judul Buku : Eragon Penulis : Christopher Paolini No. ISBN : 9792208623 Tebal : 568 halaman Ukuran : 15 x 23 cm Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Terbit : Juni - 2004

Eragon, anak laki-laki berusia 15 tahun, tinggal bersama paman dan sepupunya di desa bernama Carvahall. Suatu hari ketika sedang berburu ia menemukan batu berwarna biru yang indah di hutan. Karena mengira benda itu berharga dan bisa dijual mahal, ia membawa pulang batu itu. Ternyata batu itu telur naga.

Eragon diam-diam memelihara naga itu karena ia tahu pamannya tidak akan setuju. Lalu Eragon mempelajari tentang naga dan sejarahnya dari pendongeng tua yang bernama Brom. Ternyata Brom bukan pendongeng biasa. Ketika Eragon terbang bersama naganya yang dinamainya Saphira, pamannya dibunuh makhluk-makhluk Ra'zac. Sejak itu Eragon bertekad memburu para Ra'zac yang membunuh pamannya. Brom berkeras ikut pergi dengannya.

Di perjalanan Brom mengajarkan cara bertarung dengan pedang dan ilmu sihir. Brom mengatakan bahwa Eragon adalah penerus klan para penunggang naga. Dulunya penunggang naga adalah semacam penjaga keamanan di negara Alagaesia, tempat Eragon tinggal. Seseorang yang menyaksikan telur naga menetas terpilih menjadi Penunggang. Di cerita ini, naga adalah makhluk yang memiliki kekuatan supranatural dan dapat berkomunikasi dengan para penunggangnya. Klan Penunggang Naga punah karena seseorang berkhianat dan membujuk penunggang-penunggang lain untuk mengikuti jejaknya. Sang pengkhianat bernama Galbatorix, yang sekarang menjadi raja Alagaesia. Ia memerintah dengan kejam, sehingga beberapa orang yang setia pada klan Penunggang memberontak dan membentuk kelompok Varden. Galbatorix memiliki 3 butir telur naga, yang ia tunggu bertahun-tahun

untuk menetas di bawah kekuasaannya, sehingga 3 orang Penunggang baru akan menjadi anak buahnya. Sayangnya, salah satu telur berhasil dicuri para Varden (Brom) dan ditemukan Eragon: Saphira. Selain ceritanya yang seru, di bagian belakang buku ini juga terdapat semacam Kamus Bahasa Kuno yang dipakai para penunggang untuk mengucapkan mantra-mantra mereka. Bahasa itu merupakan dasar semua kekuatan. Bahasa Kuno menjabarkan sifat sejati benda-benda, bukan aspek buatan yang dilihat semua orang. Misalnya, api disebut brisingr. Itu bukan saja nama untuk api, tapi itulah api. Kalau penggunanya cukup kuat, ia bisa menggunakan brisingr untuk mengarahkan api ke wujud apa pun yang diinginkannya. Tetralogi buku Eragon sangat menarik untuk dibaca, memberikan inspirasi bagi para pembacanya. Bertemakan petualangan, buku Eragon mengombinasikan sihir dengan perang tradisional. Penulisnya benarbenar memiliki konsep yang kuat, imajinasinya tinggi menjadikan cerita yang fiksi menjadi terlihat lebih nyata.

Penulis ahli dalam mendeskripsikan secara rinci setiap kejadian dan setiap tokoh, memberikan gambaran yang jelas akan apa yang ada dan yang terjadi dalam peristiwa tersebut. Menggunakan alur maju mundur, menjadikan semua yang terkandung di dalamnya penting dan terlihat kesinambungannya di akhir cerita.

Latar cerita ini ada di daratan Alagaesia, namun tidak disebutkan waktunya (tahun). Eragon merupakan tokoh yang protagonis, terlihat dari sikap-sikapnya yang baik dan ingin membela semua rakyat Alagaesia. Durza bersifat antagonis, sama seperti Galbatorix, yang mengedepankan kepentingan diri sendiri dan ingin menguasai seluruh Alagaesia di kekuasaan tangannya. Murtagh merupakan orang yang semula protagonis walaupun ayahnya merupakan seorang tokoh yang antagonis.

Kekurangan pada buku ini, walaupun setiap kejadiannya dideskripsikan secara rinci, namun kejadian tiap harinya, seperti apa yang seorang tokoh makan dan apa yang seorang tokoh minum, tidak dijabarkan seperti pada novel-novel lain. Tokoh Eragon sangat mendominasi dan terkesan sangat hebat juga tak terkalahkan, jarang sekali terjatuh, dan hampir selalu berhasil dan menjadi pemenang dalam setiap konflik atau pertarungan. Kita dapat mengambil amanat dari buku ini bahwa, jadilah pemain, jangan hanya menjadi penonton. Inisiatif ketika mendapatkan masalah dan utamakan kepentingan warga dibandingkan dengan kepentingan pribadi masing-masing.

You might also like