You are on page 1of 120

POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA

DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI


DI KOTA JEPARA





SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan





Oleh :
Junaidy Abdillah
NIM : 5114000021







JURUSAN TEKNIK SIPIL
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005

ABSTRAKSI


Junaidy Abdillah. 2005. Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap
Ekologi di Kota Jepara. Pendidikan Teknik Bangunan (Arsitektur). Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Semarang. Ir. M. Husni Dermawan, M.T, Andi Purnomo, S.T

Kata Kunci : Taman kota, suhu udara, pencemaran udara, lalu lintas

Kota Jepara merupakan bagian dari kecamatan di Kabupaten Jepara yang
berkembang pesat. Dengan perkembangan ini, maka muncul permasalahan seperti,
meningkatnya suhu udara, pencemaran udara, padatnya lalu lintas, minimnya
vegetasi dan lainnya, karena kurangnya areal taman kota. Belum meratanya taman
kota bukan hanya akan mempengaruhi nilai estetika kota, namun juga akan
mempengaruhi nilai perlindungan lingkungan terhadap kota. Dengan permasalahan
tersebut, nampak bahwa taman kota berperan berperan besar dalam menjaga
keseimbangan ekologi perkotaan, oleh karena itu mempelajari tentang pola
penyebaran taman kota sangat penting karena taman kota dapat mengeliminir
dampak lingkungan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola penyebaran dan
peranan taman kota terhadap ekologi di Kota Jepara. Manfaat yang dapat diambil
dalam penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada DKPPK, dan
DLHPE Kabupaten Jepara dalam menentukan konsep perencanaan pertamanan yang
sesuai dengan kondisi wilayah di Kota Jepara.
Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah dokumentasi,
observasi, dan kuesioner. Dalam penelitian ini, analisis inferensial digunakan untuk
menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
Pengujian hipotesis menggunakan teknik One Way Anova (Uji F), sebelum Uji F
dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, yang meliputi uji normalitas sebaran data dan
uji kesamaan varians untuk seluruh sampel dengan menggunakan bantuan program
SPSS 11.0 for windows.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa terdapat korelasi
yang cukup tinggi antara penyebaran taman kota dengan parameter ekologi di Kota
Jepara. Besarnya koefisien korelasi antara keduanya adalah 0,613 dengan koefisien
determinasi sebesar 0,376 yang berarti 37,6% kualitas ekologi seperti vegetasi, suhu
udara, pengurangan pencemaran udara, dan lalu lintas menurut responden
dipengaruhi oleh penyebaran taman kota. Dengan demikian masih terdapat 62,4%
pengaruh dari faktor lain, seperti letak geografis Kota Jepara, pola pemukiman
penduduk, atau pun faktor musim dan cuaca pada saat penelitian dilaksanakan yang
juga berpengaruh terhadap kualitas ekologi kota.
Disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota
terhadap ekologi adalah berbeda-beda secara signifikan di Kelurahan Pingkol,
Kauman, Demaan, dan Ngabul. Saran yang dapat disampaikan adalah, perlu adanya
penambahan vegetasi taman kota di Kelurahan Ngabul, adanya perbedaan
pengurangan pencemaran udara dan suhu udara di antara taman kota adalah sebagai
acuan untuk menyaring berbagai sumber polusi udara, dan diperlukan desain taman
kota yang memperhatikan bentuk jalan untuk kelancaran lalu lintas di Kota Jepara.


PENGESAHAN KELULUSAN
POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA
DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI DI KOTA JEPARA
Nama : Junaidy Abdillah
NIM : 5114000021
Telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Senin
Tanggal : 25 juni 2005
Susunan Panitia Ujian
Ketua Sekretaris

Drs. Lashari, M.T Drs. Supriyono
NIP. 131471402 NIP. 131571560

Pembimbing I Anggota Penguji

Ir. Moch Husni Dermawan, M.T 1. Ir. Moch. Husni Dermawan, M.T
NIP. 131813662 NIP. 131813662

Pembimbing II 2. Andi Purnomo. S.T
NIP. 132213840

Andi Purnomo, S.T 3. Ir. Eko Budi Santoso
NIP. 132213840 NIP. 131931832
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang

Prof. Dr. Soesanto
NIP. 130875753
MOTTO DAN PESEMBAHAN


MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau selesai
(dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
(Q.S : Al Insyirah : 6-7)
keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi satu kegagalan ke
kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat
(Winston Cuchill)

PERSEMBAHAN
Saya persembahkan skripsi ini kepada Ayah dan Ibu yang telah mendukung
baik secara moril maupun spiritual, semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini, segenap pembaca ilmu pengetahuan dan karya ilmiah, semua
sahabat seperjuangan Pelajar Islam Indonesia di Jawa Tengah, semua teman kuliah
angkatan 2000 di semua Jurusan, teman-teman di Ronggowarsito, Pusponjolo,
Indraprasta, Jatingaleh di Semarang, semua teman di nocturno cost Sekaran, dan
almamater Universitas Negeri Semarang, terima kasih kepada semuanya yang tiada
henti memberi semangat hingga meraih gelar Sarjana Pendidikan.












KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang kami hormati :
1. Bapak Dr. AT. Soegito, S.H, M.M, Rektor UNNES Semarang.
2. Bapak Prof. DR. Soesanto, Dekan Fakultas Teknik UNNES Semarang.
3. Bapak Drs. Lashari, M.T, Ketua Jurusan Teknik Sipil UNNES Semarang.
4. Bapak Ir. Moch. Husni Dermawan, M.T, Pembimbing Utama yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Andi Purnomo, S.T, Pembimbing Pendamping yang telah membimbing
dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Ir. Soegiarto, Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam
Kebakaran (DKPPK) Kabupaten Jepara.
7. Bapak Drh. Hermin Supriyanto, M.M, Kepala Dinas Lingkungan Hidup,
Pertambangan dan Energi (DLHPE) Kabupaten Jepara.
8. Semua pihak yang tidak tertulis, yang telah membantu dan memberi motivasi
dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penelitian ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
siapa saja yang membaca khususnya generasi penerus penulis.
Semarang, April
2005

Penulis
DAFTAR ISI


Halaman

HALAMAN JUDUL.... i
ABSTRAK... ii
PENGESAHAN KELULUSAN.. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR..... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... 1
B. Batasan Masalah.... 4
C. Penegasan Istilah... 4
D. Permasalahan.... 9
E. Tujuan Penelitian... 10
F. Manfaat Penelitian.... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Taman Kota... 11
1. Pengertian Taman Kota....... 11
2. Taman Kota Berdasarkan Rancangannya 12
3. Elemen Taman Kota 12
4. Taman Kota Berdasarkan aktifitasnya 16
5. Fungsi Taman Kota. 17
B. Peranan Taman Kota terhadap Ekologi Kota.... 19
C. Taman Kota di Jepara 23
1. Penyediaan Fasilitas Rekreasi. 23
2. Perhitungan Standar.... 23
3. Kondisi Taman Kota di Jepara 24
D. Parameter yang menjadi acuan mengenai Taman Kota terhadap
Ekologi Kota.. 26
1. Vegetasi 26
2. Pengaruh Suhu. 28
3. Lalu Lintas... 31
4. Pencemaran Udara... 32
5. Hipotesis.. 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi. 35
B. Sampel... 35
C. Variabel Penelitian.... 36
D. Metode Pengumpulan Data... 36
E. Pengujian Alat dan Pengambilan Data...... 36
F. Metode Analisis Data.... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian.... 42
B. Kondisi Khusus Lokasi Penelitian 45
C. Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian.. 74
D. Analisis Inferensial.... 77


BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan.... 95
B. Saran.. 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




















DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Wilayah Kota Jepara . 43
Tabel 2 Penyebaran Taman Kota 46
Tabel 4.1 Deskriptif Ekologi Kota Jepara.. 74
Tabel 4.2 Deskriptif Parameter Ekologi tiap Wilayah.. 75
Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas Data.. 77
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians.. 78
Tabel 4.5 Korelasi Pola Penyebaran Taman Kota dengan Ekologi.. 79
Tabel 4.6 Uji Signifikansi Model (Persamaan) Regresi 80
Tabel 4.7 Persamaan Garis Regresi.. 80
Tabel 4.8 Uji Anova Perbedaan Peranan Pola Penyebaran Taman Kota. 82
Tabel 4.9 Uji Signifikansi Perbedaan Peranan Penyebaran Taman Kota Berdasarkan
Wilayah 83
Tabel 4.10 Uji Homogeneous Subsets Ekologi.. 84
Tabel 4.11 Uji Anova Parameter Ekologi.. 86
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Signifikansi Perbedaan Parameter Ekologi tiap
Wilayah 87
Tabel 4.13 Uji Homogeneous Subsets Vegetasi 88
Tabel 4.14 Uji Homogeneous Subsets Suhu Udara... 89
Tabel 4.15 Uji Homogeneous Subsets Lalu Lintas... 90
Tabel 4.16 Uji Homogeneous Subsets Pengurangan Pencemaran Udara.. 91



DAFTAR GAMBAR



Halaman
Peta Penyebaran Taman Kota (Kota Jepara). 48
Gambar 1 Taman Karang... 49
a. Site Plan Taman Karang 50
b. Denah Taman Karang... 51
Gambar 2 Taman Utara Masjid Baiturrahman.. 52
a. Site Plan Taman Utara Masjid Baiturrahman.. 53
b. Denah Taman Utara Masjid Baiturrahman.. 54
Gambar 3 Taman Tugu Pahlawan. 56
a. Site Plan Taman Tugu Pahlawan. 57
b. Denah Taman Tugu Pahlawan. 58
Gambar 4 Taman Bundaran.. 59
Gambar 5 Taman Adipura 60
a. Site Plan Taman Bundaran dan Adipura. 61
b. Denah Taman Bundaran.. 62
c. Denah taman Adipura.. 63
Gambar 4.1 Daerah Penolakan Hipotesis... 82





DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian
Lampiran 2 Data Hasil Penelitian
Lampiran 3 Penyebaran Taman Kota di Bagian Wilayah Kota Jepara
Lampiran 4 Ruang Lingkup Wilayah
Lampiran 5 Perkiraan Jumlah Penduduk Kota Jepara Tahun 2000-2010
Lampiran 6 Daftar Hadir Peserta Seminar Skripsi
Lampiran 7 Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Survei kepala DPU Kab. Jepara
Lampiran 9 Surat Permohonan Mencari Data kepada Kepala DKPPK Kab. Jepara
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian kepada Kepala DPU Kab. Jepara
Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian kepada Kepala DLHPE Kab. Jepara
Lampiran 12 Surat Keterangan Izin Penelitian dari DKPPK Kab. Jepara
Lampiran 13 Surat Keterangan Izin Penelitian dari DLHPE Kab. Jepara
Lampiran 14 Peta Administrasi Kota Jepara
Lampiran 15 Peta Lokasi Penelitian Taman Kota di Kecamatan Jepara dan Tahunan
Lampiran 16 Peta Jaringan Jalan di Kecamatan Tahunan
Lampiran 17 Peta Jaringan Jalan di Kecamatan Jepara
Lampiran 18 Peta Penyebaran Taman Kota di Kecamatan Jepara dan Tahunan
Lampiran 19 Peta Peletakan Taman Kota di BWK I kecamatan Jepara
Lampiran 20 Peta Kepadatan Penduduk di BWK I Kecamatan Jepara
Lampiran 21 Peta Peletakan Taman kota di BWK II Kecamatan Jepara
Lampiran 22 Peta Kepadatan Penduduk di BWK II Kecamatan Jepara
Lampiran 23 Peta Peletakan Taman Kota di BWK V Kecamatan Tahunan
Lampiran 24 Peta Kepadatan Penduduk di BWK V Kecamatan Tahunan
SURAT PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi (PT), dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah tertulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
dijadikan acuan dalam naskah skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, April 2005


Junaidy Abdillah
NIM. 5114000021



























BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Kota merupakan salah satu lingkungan hidup yang perlu di tata pola
penyebaran tamannya. Penataan taman di perkotaan tidak asal jadi, tetapi tujuan
penyebaran tamannya harus jelas. Hal ini dimaksudkan bahwa penempatan lokasi,
luas taman, kelengkapan sarana dan prasara taman sesuai dengan kebutuhan standar
kota. Apabila luas taman kota dan jumlah taman seimbang, maka tercipta kota
yang asri dan berwawasan lingkungan. Suatu kota dapat dipandang dari paham
biologisme atau suatu jaringan organisme utuh yang terdiri atas dua subsistem yaitu
city s hard ware atau jasmani kota dan city s soft ware atau rohani kota
(Budihardjo, 1993 : 14-15).
Ketidakseimbangan yang terjadi pada sistem yang satu akan mempengaruhi
sistem yang lain. Dengan demikian akan mengandung pengertian bahwa dalam
penataan letak (tata ruang) perkotaan akan sesuai dengan kondisi lingkungan dengan
memperhatikan kesehatan dan keindahan. Pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya yang terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997).
Mengacu pada Tujuan Instruksi Mendagri Nomor 14 Tahun 1998 adalah
(1) Meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, dan
sebagai sarana pengaman lingkungan, (2) Menciptakan keserasian lingkungan alam
dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat. Manfaat
penyediaan ruang terbuka hijau atau taman kota adalah menumbuhkan kesegaran,
kenyamanan, keindahan lingkungan, menurunkan polusi, dan mewujudkan
keserasian lingkungan. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan
kemajuan teknologi, penataan lingkungan di berbagai daerah perkotaan cenderung
mengabaikan keseimbangan, sehingga kenyamanan lingkungan hidup menjadi
berkurang. Setiap makhluk hidup menginginkan agar lingkungan hidupnya dapat
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi kelangsungan hidup individu. Oleh
sebab itu setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
dan yang dapat menanggulangi dari kerusakan dan pencemaran lingkungan, sehingga
suatu kota di tuntut untuk menyediakan cukup fasilitas yaitu : air, udara yang sehat,
cahaya, perumahan, pemukiman penduduk serta taman-taman kota yang cukup.
Pertumbuhan penduduk di kota Jepara semakin pesat, sehingga kepadatan
penduduk sudah tidak sebanding dengan lahan yang tersedia. Kecamatan Jepara
memiliki 12 (dua belas) Kelurahan dengan luas 1.094,500 ha dan Kecamatan
Tahunan memiliki 7 (tujuh) Kelurahan dengan luas 2.243,930 ha, sehingga luas Kota
Jepara yang memiliki 19 (sembilan belas) Kelurahan adalah 3.338,430 ha (Fakta dan
Analisa Review Rencana Umum Tata Ruang Kota Jepara Tahun 2001-2010, Tabel
1.1. Ruang Lingkup Wilayah. Sumber : Bappeda Kabupaten Jepara).
Penduduk Kota Jepara tahun 2003 berjumlah 100.337 jiwa, tahun 2004
berjumlah 103.579 jiwa, diperkirakan tahun 2005 berjumlah 106.928 jiwa, tahun
2006 berjumlah 110.382 jiwa, tahun 2007 berjumlah 113.949 jiwa, tahun 2008
berjumlah 117.631 jiwa, tahun 2009 berjumlah 121.432 jiwa, dan pada tahun 2010
diperkirakan berjumlah 125.356 jiwa (Review Rencana Umum Tata Ruang Kota
Jepara, Tabel 4.6. Perkiraan Jumlah Penduduk Kota Jepara Tahun 2001-2010.
Sumber : Bappeda Kabupaten Jepara).
Kenyataan ini dapat menimbulkan ketidakserasian lingkungan hidup, karena
areal tanah untuk taman atau ruang terbuka sangat sempit. Oleh sebab itu pola
penyebaran taman sangat penting untuk di tata agar lebih merata penyebarannya,
sehingga kehidupan masyarakat Kota Jepara akan lebih baik dan sehat. Dari
pengamatan awal terlihat pola penyebaran taman di Kota Jepara masih belum merata,
dari penyebaran taman kota yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Pemadam Kebakaran di Kabupaten Jepara terlihat 2 (dua) Kecamatan yang masih
belum merata penyebarannya, yaitu Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan. Di
Kecamatan Jepara meliputi Kelurahan Pingkol (bagian utara) dan Kelurahan
Kauman (bagian Timur dan bagian barat), pada Kecamatan Tahunan berada di
Kelurahan Ngabul (Peta Administrasi Bappeda Kabupaten Jepara, 2000).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, cukup penting untuk
mengidentifikasi pola penyebaran taman kota di Kota Jepara. Melalui identifikasi
pola penyebaran taman kota diharapkan akan dipertimbangkan pembangunan taman-
taman kota yang baru guna mengimbangi pesatnya pertumbuhan penduduk kota serta
menjaga keserasian lingkungan dari pengaruh pencemaran udara, suhu udara,
peranan taman kota terhadap vegetasi dan lalu lintas di sekitar taman kota.
Obyek penelitian ini adalah semua penyebaran taman kota dan peranannya
terhadap ekologi di Kota Jepara pada tahun 2005. Penelitian ini hanya dilakukan
pada semester gasal tahun akademik 2004/2005. Dari uraian di atas, maka penulis
mengambil judul : Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap
Ekologi di Kota Jepara.

B. Batasan Masalah
Taman-taman kota sesuai aset yang dimiliki oleh Dinas Pertamanan Kota
Jepara di bagian Kota Jepara meliputi, taman-taman kota yang berada di Kecamatan
Jepara seperti Taman Utara Masjid Baiturrahmann di Kelurahan Kauman dan Taman
Karang di Kelurahan Pingkol (BWK I-pusat kota), kemudian Taman Tugu Pahlawan
di Kelurahan Demaan (BWK III-bagian barat), dan taman-taman kota yang berada
di Kecamatan Tahunan seperti Taman Bundaran dan Taman Adipura di Kelurahan
Ngabul (BWK V-kota baru bagian selatan-timur).
Sesuai penempatan taman-taman kota tersebut, maka peneliti lebih
menekankan penelitiannya pada areal taman-taman kota di Kota Jepara saja seperti
yang telah disebutkan di atas, karena taman-taman kota tersebut ada di pusat kota
dan paling berpengaruh peranannya dalam mengurangi pencemaran udara dan suhu
udara, serta untuk mengetahui peranannya terhadap vegetasi dan lalu lintas di Kota
Jepara.

C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari pengertian yang berbeda-beda mengenai judul skripsi ini,
maka perlu diberikan penegasan istilah dan penjelasan istilah. Di samping itu,
penegasan istilah untuk menghindari kesalahpahaman dan dapat mengarahkan
kepada tujuan penelitian ini. Istilah-istilah yang memerlukan penegasan dan
penjelasan istilah antara lain :
1. Pola
Pola adalah suatu rangkaian unsur-unsur yang sudah mantap mengenai
suatu gejala dan dapat di pakai sebagai contoh dalam hal menggambarkan atau
mendeskripsikan gejala itu sendiri (Suyono, 1985 : 115). Pola yang dimaksud
peneliti adalah rangkaian taman kota yang ada di Kota Jepara. Sesuai dengan
data aset taman yang dimiliki oleh Dinas Pertamanan Kota Jepara, merata atau
tidak merata penyebarannya.
2. Penyebaran
Penyebaran adalah perbuatan dalam hal menyebarkan, cara menyebarkan
(Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke-3). Penyebaran yang dimaksud
peneliti adalah cara menyebarkan taman kota pada posisi yang tepat di Kota
Jepara yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan Kota Jepara.
3. Taman
Taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk
mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan (Lauria, 1986 : 9).
Taman yang dimaksud peneliti adalah taman buatan (artificial) yang berupa
taman aktif dan taman pasif. Taman aktif adalah taman yang di dalamnya di
bangun suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif
menggunakan fasilitas di dalamnya. Contoh taman kota di Kota Jepara adalah,
seperti pada Taman Karang di Kelurahan Pingkol, Taman Utara Masjid
Baiturrahman, dan Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan.

Sedangkan taman pasif adalah taman yang di bentuk agar dapat
dinikmati keindahan visualnya, sebagai aksentuasi untuk menarik perhatian,
dan karena kerindangannya, tetapi tanpa mengadakan aktifitas di dalamnya,
seperti taman yang berada di pertigaan, di perempatan, taman meredian di
perkotaan dan lainnya. Contoh taman kota di Kota Jepara adalah seperti pada
Taman Bundaran dan Taman Adipura di Kelurahan Ngabul. Dalam pengertian
ini, peneliti menekankan pada taman aktif dan taman pasif di Kota Jepara.
4. Kota
Kota adalah pusat kegiatan yang terdiri dari berbagai unsur ruang kota
(Proyek Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota / RDTRK Kota Jepara,
DPU Jepara, 2002 : I-1).
Kota adalah tempat berlangsungnya proses hidup dan kehidupan
atau sebagai tempat berlangsungnya aktifitas manusia (Setiyaningrum, Diyah.
2002: 4).
5. Kota adalah tempat konsentrasi permukiman dan kegiatan manusia yang
perkembangannya sangat cepat (Hakim, Rustam dan Utomo, Hardi.
20035@
bjbj22
-X-XF

TTT
|5@

bjbj22
-X-XF

TTT
|nyamanan
yang di dalamnya terdapat aktifitas manusia. Maksud peneliti adalah taman
untuk fasilitas rekreatif, taman untuk bermain (taman aktif), dan taman yang
hanya dapat dinikmati keindahannya, seperti taman pada pertigaan,
perempatan, pengarah jalan di perkotaan (taman pasif). Taman aktif dan taman
pasif dapat berfungsi sebagai kontrol pandangan (visual control), pengendali
iklim (climate control), pembatas fisik (physical control), pencegah erosi
(erosion control), tempat hidup satwa atau habitat satwa, dan taman kota dapat
menarik perhatian karena keindahannya (aesthetic control).


8. Ekologi
Ekologi adalah
(1)
Pengelolaan tempat lingkungan hidup
(2)
Ilmu
tentang pola hubungan antara organisme dan lingkungannya
(3)
Ilmu tentang
interaksi sistem-sistem kehidupan dan lingkungannya: dan yang paling singkat
adalah
(4)
Biologi lingkungan (Ruslam H.Prawiro, 1983 : 1).
Ekologi adalah ilmu yang mengkaji struktur dan fungsi alam (Odum,
1963), dalam Websters Unbridge Dictionary, ekologi didefinisikan sebagai
totalitas atau pola hubungan antara pola organisme dengan lingkungannya.
Ekologi adalah sejarah alam secara alamiah (Charles Elthon, 1990), ekologi
mempelajari interaksi-interaksi yang menentukan sebaran dan kelimpahan
organisme (Krebs, 1978). Ekologi yang dimaksud peneliti adalah hubungan
antara penyebaran taman kota dan lingkungannya. Batasan-batasan lingkungan
ini mencakup parameter dalam pencemaran udara, vegetasi, suhu udara, dan
lalu lintas. Contoh peranannya pada pencemaran udara ialah, dengan adanya
taman kota dapat menyaring partikel-partikel di udara seperti debu, asap
kendaraan, serbuk, gas-gas lain yang dapat mencemari udara. dengan adanya
taman kota dapat mengatur sirkulasi lalu lintas, dapat sebagai pengarah jalan,
menyegarkan pandangan karena visualisasi taman kota di buat menarik, selain
itu dapat mengurangi kebisingan yang dikeluarkan dari suara mesin kendaraan.
Contoh peranannya pada suhu udara ialah, dengan adanya taman kota dapat
mengurangi suhu udara panas, misalnya orang dapat merasakan kesejukan jika
berjalan di atas rumput, melewati tanaman dan pepohonan di sekitar taman
kota padahal suhu udara sangat panas pada siang hari. Contoh peranan vegetasi
ialah dengan adanya deretan tanaman maupun pepohonan dapat memberikan
kesejukan, kenyamanan karena adanya iklim mikro. Contoh peranan pada lalu
lintas ialah dapat mengontrol sirkulasi kendaraan, pengarah jalan, dan
mempengaruhi tingkat-tingkat pelayanan kendaraan karena bertambahnya
volume lalu lintas di sekitar taman kota. Dengan demikian ekologi adalah
sebagian kecil dari biologi (Ngabekti, Sri. 2003 : 5). Dalam penelitian ini,
ruang lingkup ekologi adalah saling keterkaitan antara makhluk hidup dalam
populasi dan komunitas (Kandeign, 1980) yang berhubungan langsung dengan
lingkungan diperkotaan.
Jadi pola penyebaran taman kota dan peranannya terhadap ekologi di
Kota Jepara adalah rangkaian taman-taman kota yang dikuasai oleh Dinas
Pertamanan Kota Jepara, yaitu berupa taman buatan aktif dan taman buatan
pasif yang berperan dalam melindungi lingkungan dari pencemaran udara, suhu
udara, peranannya pada vegetasi dan pada lalu lintas, sehingga peranannya
dapat dirasakan oleh penduduk di Kota Jepara.

D. Permasalahan
Pola penyebaran taman kota yang belum merata bukan hanya akan
mengurangi nilai estetika kota, namun juga akan mempengaruhi nilai perlindungan
lingkungan terhadap kota. Pesatnya pertumbuhan penduduk di Kota Jepara akan
mengakibatkan kepadatan penduduk yang tidak sebanding dengan luas wilayah.
Kenyataan ini akan menimbulkan ketidakserasian lingkungan, karena areal taman
atau ruang terbuka semakin sempit. Dan permasalahan lingkungan seperti kurang
diperhatikannya pencemaran udara dan suhu udara oleh penduduk setempat padahal
pengaruh tersebut cukup berbahaya di lingkungan perkotaan, serta peranan vegetasi
dan lalu lintas yang kesemuanya belum diketahui secara pasti dalam dokumen
maupun catatan statistik oleh Dinas Pertamanan di Kota Jepara. Dari pemikiran di
atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pola penyebaran taman kota di Kota Jepara.
2. Bagaimana peranan taman kota terhadap ekologi yang mencakup, pencemaran
udara, suhu udara, termasuk vegetasi, dan lalu lintas di Kota Jepara.

E. Tujuan Penelitian
berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pola penyebaran taman kota di Kota Jepara.
2. Untuk mengetahui peranan taman kota terhadap pencemaran udara, suhu udara,
vegetasi, dan lalu lintas di Kota Jepara.

F. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada penduduk di Kota Jepara, sehingga dapat
mengerti suatu lingkungan hidup yang harmonis, rasa nyaman, bersih, indah,
asri, sehat, dan taman kota sebagai fasilitas rekreatif yang dapat memberikan
kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan.
2. Memberikan informasi kepada Kepala dan karyawan Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan Pemadam Kebakaran (DKPPK) dan Dinas Lingkungan Hidup,
Pertambangan dan Energi (LHPE) di Kabupaten Jepara dalam menentukan
konsep perencanaan pertamanan yang sesuai dengan kondisi wilayah di Kota
Jepara.


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Taman Kota
1.1. Pengertian Taman
Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, Gan berarti
melindungi atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan
berpagar, Oden berarti kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan Secara
lengkap dapat diartikan taman adalah sebidang lahan berpagar yang
digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan
(Laurie, 1986 : 9). Dari batasan dapat diambil pengertian sebagai berikut :
a. Taman merupakan wajah dan karakter bahan atau tapak, berarti bahwa
menikmati taman mencakup dua hal, yaitu penampakan visual, dalam
arti yang bisa dilihat dan penampakan karakter dalam arti apa yang
tersirat dari taman tersebut. Mungkin dari ceritanya, gambar yang
teraplikasi, nilai-nilai yang terkandung dari taman tersebut.
b. Taman mencakup semua elemen yang ada, baik elemen alami (natural),
elemen buatan manusia (artificial), bahkan makhluk hidup yang ada
didalamnya, terutama manusia.
Secara umum akhirnya diambil pengertian pembeda antara taman
sebagai landscape dan taman sebagai garden, yaitu bahwa taman
(landscape) elemen tamannya lebih banyak didominasi oleh elemen alami,
sedangkan (garden) elemennya lebih didominasi oleh elemen buatan
manusia (artificial) dan dalam luas yang lebih terbatas (Suharto, 1994 : 5).
1.2. Taman Kota Berdasarkan Rancangannya
Berdasarkan rancangannya taman kota terbagi atas :
a. Taman Alami (Natural).
Taman alami atau natural adalah suatu taman yang dirancang untuk
memberikan kesan alami atau menyatu dengan alam. Taman alami
sudah terbentuk sebelumnya, namun dalam penataannya disesuaikan
dengan kondisi lahan kota, misalnya hutan kota, taman pengarah jalan,
taman alami yang tumbuh dalam kota, dan sebagainya.
b. Taman Buatan (Artificial)
Taman buatan atau artificial merupakan sebuah taman yang elemen-
elemennya lebih banyak didominasi dengan elemen buatan manusia
(Suharto, 1994 : 9).
Taman artificial dirancang untuk menyeimbangkan kondisi kota dan
taman kota, antara lain bermanfaat untuk mengendalikan suhu, panas sinar
matahari, pengendali angin, memperbaiki kualitas udara, untuk sarana
bermain, rekreasi, memberikan kesenangan, kegembiraan, kenyamanan,
sebagai pembatas fisik, pengontrol pandangan, dan lain sebagainya.
1.3. Elemen Taman Kota
Elemen-elemen taman kota terdiri dari :
a. Material Landscape atau Vegetasi
Yang termasuk dalam elemen landscape antara lain :
1) Pohon : Tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar
dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon
ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya.
2) Perdu : Jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang
cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang
termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda,
kembang sepatu, dan lainnya.
3) Semak : Tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar
atau merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh-tehan,
dan lainnya.
4) Tanaman penutup tanah : Tanaman yang lebih tinggi rumputnya,
berdaun dan berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah
krokot, nanas hias dan lainnya.
5) Rumput : Jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi
berada diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput
jepang, rumput gajah, dan lainnya.
b. Material Pendukung atau Elemen Keras.
Yang termasuk dalam material pendukung adalah :
1) Kolam
Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau
merupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam
sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yang
menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada
permainan air didalamnya. Taman dengan kolam akan mampu
meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi
sebagai penyejuk lingkungan.
2) Tebing Buatan
Tebing buatan atau artificial banyak diminati oleh penggemar
taman. Tebing ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu
dengan alam, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan
tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan
pada saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam
terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan
nyaman.
3) Batuan
Batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya
diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian
batu yang terpendamdi dalam tanah akan memberi kesan alami dan
terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih indah bila ada
penambahan koloni taman pada sela-sela batuan.
4) Gazebo
Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang
berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan
bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat
duduknya dan ditempatkan digazebo atau tempat-tempat teduh
untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan
gazebo atau bangku taman tidak perlu berkesan mewah tetapi lebih
ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai,
akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman bisa terbuat dari
kayu, bambu, besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan
terhadap kondisi taman. Atapnya dapat bermacam-macam, mulai
dari genting, ijuk, alang-alang dan bahan lain yang berkesan tahan
sederhana.
5) Jalan Setapak (Stepping Stone)
Jalan setapak atau steppig stone dibuat agar dalam pemeliharaan
taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak
berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman.
6) Perkerasan
Perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan
bahan lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki
(pedestrian) atau sebagai pembatas.
7) Lampu Taman
Lampu taman merupakan elemen utama sebuah taman dan
dipergunakan untuk menunjang suasana di malam hari. Lampu
berfungsi sebagai penerang taman dan sebagai nilai eksentrik pada
taman.


1.4. Taman Kota Berdasarkan Aktifitasnya
Ada tiga macam taman kota berdasarkan aktifitasnya :
a. Taman untuk rekreasi aktif.
Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun
suatu kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif
menggunakan fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan,
kesegaran, dan kebugaran, misalnya taman olah raga, aerobic, fitness,
camping ground, taman bermain anak, taman pramuka, taman jalur
jalan, kebun binatang, danau, pemancingan, taman-taman kota dan
sebagainya.
b. Taman untuk rekreasi pasif
Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yanmg dibentuk agar dapat
dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas
dan kegiatan apapun, misalnya waduk, hutan buatan, penghijauan tepi
kali, jalur hijau, lapangan terbang, dan lainnya.
c. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif.
Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa
dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan
untuk mengadakan aktivitas, misalnya taman lingkungan. Taman
lingkungan atau community park adalah suatu taman yang dibuat dan
merupakan bagian dari suatu pemukiman, selain rumah ibadah, pasar,
sekolah, dan lain-lainnya (Suharto, 1999 : 12-13)

1.5. Fungsi Taman kota
Pengertian kota sendiri merupakan tempat berlangsungnya suatu
proses hidup dan kehidupan, atau dapat pula diartikan sebagai tempat
berlangsungnya segala aktivitas manusia seperti pemerintahan, pendidikan,
perdagangan, industri, dan lain sebagainya dengan infrastruktur yang
lengkap. Kota di daerah tropis tidak dapat lepas dari lansekap atau taman
alami dalam kota, dan untuk lahan yang masih kurang penghijauan, maka di
buat taman kota guna menyeimbangkan dengan kondisi lingkungannya,
taman kota ini memiliki definisi, baik fungsi secara sosial dan ekologis
sebagai berikut :
a. Taman Kota
Di tinjau dari kondisi fisiknya, taman kota disebut juga dengan ruang
terbuka atau open space yang digunakan oleh orang banyak untuk
beraktifitas disetiap waktu. Pengertian mengenai taman kota ini adalah
taman yang berada di lingkungan perkotaan dalam skala yang luas dan
dapat mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh
perkembangan kota. Taman kota ini dapat dinikmati semua orang tanpa
harus mengeluarkan biaya.
b. Fungsi Taman Kota
Fungsi taman kota sangat besar karena berusaha menciptakan suatu
space yang manusiawi bagi penduduk kota. Adapun fungsi dari taman
kota adalah sebagai berikut :

a) Fungsi sosial
Fungsi sosial dari taman kota antara lain :;
sebagai tempat melakukan aktifitas bersama;
sebagai tempat komunikasi sosial;
sebagai tempat peralihan dan menunggu;
sebagai tempat bermain dan olah raga;
sebagai sarana olah raga dan rekreasi;
sarana penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya;
pembatas diantara massa bangunan;
sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi
masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan hidup;
sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian,
dan keindahan lingkungan.
b) Fungsi ekologis
Fungsi ekologis dari taman kota antara lain :
penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim
mikro;
penyerap air hujan ;
pengendalian banjir dan pengaturan tata air;
memelihar ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah;
pelembut arsitektur bangunan.


B. Peranan Taman Kota terhadap Ekologi Kota
Peranan taman kota secara ekologis adalah :
2.1. Sarana Kesehatan (Higienis)
Taman kota sangat berguna sekali karena unsur utama taman adalah
tanaman, yang dalam proses fotosintesis akan mengeluarkan O
2
, O
2

dipergunakan oleh makhuk hidup dengan bantuan sinar matahari. Dengan
bantuan sinar matahari ini, taman akan menyerap CO
2
yang dihasilkan
manusia dalam pernafasan, dan tanaman menghasilkan O
2
dari proses
fotosintesis yang kemudian dihirup oleh manusia melalui pernafasan.
2.2 Pengaturan Iklim (Klimatologis)
Taman dapat melindungi manusia dari panas matahari dan tekanan suhu
panas serta peneduh. Taman mampu menyerap panas dari atmosfer yang
dekat dengan permukaan tanah disekitar tanaman, sehingga daerah
disekitarnya menjadi nyaman. Penghijauan memperkecil amplitudo variasi
yang lebih besar dari kondisi udara panas ke kondisi udara sejuk.
2.3. Perlindungan (Protektif)
Taman dapat melindungi manusia dari angin kencang, panas sinar matahari,
serta mempunyai sifat melindungi dari asap-asap kendaraan dan gas-gas
dari buangan industri dan gas beracun mengambang di udara, melalui
proses kimiawi zat hijau daun dapat mengubah CO
2
menjadi O
2
juga gas-
gas lainnya seperti zat lemas (N) dan (S). Dengan begitu penghijauan
mampu menyerap polusi udara di kota.

2.4. Pengaturan Persediaan Air Tanah (Hidrologis)
Taman pada pertamanan kota bermanfaat untuk menyimpan air hujan yang
jatuh ke tanah melalui pori-pori tanah, sehingga pada musim kemarau dapat
berfungsi atau bermanfaat. Sedangkan pada musim penghujan kemampuan
tanah dapat menyimpan air tanah mengurangi adanya bahaya banjir. Air
dalam proses fotosintesis sangat penting, air mengangkut bahan makanan
keseluruh organ tanaman, air dalam daun akan menjaga tegangan sel daun
bertahan tegar (Drs.AS.Sudarmono, 1997).
2.5. Pencegah Erosi (Orlogis)
Semakin besar curah hujan yang terjadi pada suatu daerah dataran, semakin
besar pula banjir yang diterima didaerah tersebut (Subarkah, 1980 : 3-1).
Namun oleh adanya taman atau ruang terbuka hijau, sebagi resapan air guna
menjaga keseimbangan tata air dalam tanah, mengurangi aliran air
permukaan, menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah
agar kesuburan tanah tetap terjamin (Rustam Hakim, 2003 : 54).
Penghijauan atau penyebaran taman yang merata akan dapat mennggulangi
banjir. Seperti pada banjir kiriman karena limpahan air hujan dari dataran
tinggi ke dataran yang lebih rendah, volume air bertambah menyebabkan
saluran tidak mampu menampung volume air tersebut, lalu banjir genangan
yang merupakan hujan lokal pada daerah karena air hujan melebihi
kapasitas saluran-saluran hingga melimpah ke permukaan, dan banjir air
pasang yang disebabkan naiknya permukaan air laut yang melebihi muka
air saluran atau sungai, sehingga kali yang bermuara di pantai terjadi
peristiwa back water. Air kali yang masuk kali melebihi kapasitas saluran,
maka limpahan air dari saluran mangakibatkan terjadinya genangan
(Berdasarkan riset Yakub dan Abdullah, 1999 : 3-1). Akar-akar tanaman
dapat mengikat butir-butir tanah sehingga tidak mudah dibawa air. Daun
tanaman dapat menahan atau memperlambat jatuhnya air hujan yang deras,
lalu menyerap ke tanah tanpa menimbulkan erosi, karena tanah tertutup
oleh tanaman yang dapat mencegah erosi. Bahkan semua jenis rumput,
semak-semak, pepohonan mampu menampung air genangan tanpa
menimbulkan kelongsoran tanah. Tanpa tanaman, semak-semak, dan
pepohonan berakar diatas tanah akan mudah mengakibatkan erosi.
2.6. Penyeimbang Alam ( Edhapis)
Tanaman dapat memberikan lingkungan hidup bagi makhluk. Akar
tanaman menerobos tanah, menggemburkan tanah, dan memberikan
lingkungan hidup bagi mikroorganisme. Ini menyuburkan tanah dan
tanaman, hal ini disebut simbiosis. Tanaman juga memberikan kehidupan
lain diatas tanah, sebagai tempat hidup satwa. Pohon peneduh di taman
kota, di tepi jalan sebagai tempat hidup satwa burung atau unggas dan
serangga berkembang mambantu keseimbangan alam.
2.7. Keindahan (Estetika)
Taman-taman diperkotaan dengan warna yang alami serta tekstur yang
bermacam-macam dan perencanaan yang teratur akan menampakkan
keindahan. Kelebihan ini menjadikan tanaman sebagai salah satu elemen
yang dapat menunjang keindahan lingkungan.
2.8. Kejiwaan (Psikis)
Taman kota dapat membawa dan memberikan suasana sejuk dan tentram,
serta damai bagi jiwa manusia. Hal ini dapat mengurangi gangguan syaraf
dan kejiwaan manusia, sehingga dengan adanya taman tersebut dapat
mengalihkan perhatian kita dari suasana tegang serta pengaruh kejiwaan
kita menjadi tenang, karena adanya sirkulasi udara dalam kota.
2.9. Pendidikan (Edukatif)
Taman dapat menjadi media untuk pendidikan pengetahuan alam, sarana
penelitian, pendidikan, dan membentuk kesadaran lingkungan (Rustam
Hakim, 2003 : 52)
2.10. Pencipta Lingkungan Hidup (Ekologi)
Taman merupakan pengikat yang menyatukan manusia dengan kondisi
alam lingkungannya, sehingga antara manusia dengan taman seakan-akan
saling membutuhkan dalam kehidupan lingkungannya.
2.11. Sosial-Ekonomi
Taman kota mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia,
karena merupakan tempat rekreasi warga. Disamping itu taman kota dapat
dikembangkan dengan tanaman-tanaman produktif, sehingga dapat
membantu menambah pendapatan dan peningkatan taraf hidup rakyat
(Suharto, 1994 : 2).



C. Taman Kota di Jepara
3.1 Penyediaan Fasilitas Rekreasi
Penyediaan fasilitas rekreasi di Jepara didasarkan pada :
a. Menyediakan fasilitas diperuntukkan bagi kepentingan umum,
b. Pengembangan jumlah dan jenis fasilitas disesuaikan dengan standar
kebutuhan penduduk,
c. Penyebaran fasilitas perlu disesuaikan dengan arahan jumlah dan
distribusi penduduk di wilayah perencanan (RTRW kota Jepara, 2002 :
III-15)
3.2. Perhitungan Standar
Menurut perhitungan KTT Bumi di Rio De Jainero, tahun 1995,
jumlah taman kota yang ideal adalah 30% dari luas kota (Intisari, 1998
:162). Berdasarkan Permendagri No.14 tahun 1998 tentang Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di Jakarta adalah 40% dari luas kota Jakarta. luas wilayah
Jakarta sekitar 65.000 hektar, maka luas ideal taman di Jakarta adalah
26.450 hektar. Sedangkan jumlah taman yang ada adalah 18.179,68 hektar
(Kompas, 1997 : 20). Menurut Pemda DKI jumlah tersebut masih kurang
memenuhi target taman yang ideal. Taman-taman kota di Jakarta jumlahnya
ratusan dan tersebar di seluruh wilayah DKI, contoh : Taman Suropati,
Taman Situ Lembang, Taman Lituhahari, Taman Gelora Senayan, dan lain-
lain. Untuk menambah jumlah taman di Jakarta tidak mudah, karena lahan
yang terbatas. Hal tersebut lalu diatasi dengan cara, antara lain dengan
membebaskan tanah Negara, seperti Bantaran Kali (Intisari, 1998 : 163).
Dalam suatu usaha untuk mengukur keefektifan penyediaan taman kota
raya, organisai-organisasi seperti National Recreation Association
merumuskan standar-standar dari segi luas per unit penduduk. Taman raya
menurut standar National Recreation Association merumuskan bahwa 1
acre taman harus disediakan untuk 800 penduduk (Laurie, 1986 : 42).
Menurut Perencanaan Kawasan Perumahan Kota dalam hal ruang terbuka
hijau adalah :
a. Taman untuk 250 penduduk
Setiap 250 penduduk dibutuhkan minimal 1 taman dan sekaligus tempat
bermain anak yang luasnya sekurang-kurangnya 250 M
2
atau standar =
1M
2
/p.
b. Taman untuk 2500 penduduk
Untuk setiap 2.500 penduduk diperlukan sekurang-kurangnya 1 daerah
terbuka, disamping daerah-daerah terbuka yang telah ada pada tiap
kelompok 2500 penduduk. Daerah terbuka ini sebaiknya berupa taman
yang dapat juga digunakan untuk aktifitas olah raga seperti volley,
badminton, dan lainnya. Luas area yang diperlukan adalah 1.250 M
2

atau standar = 0,5 M
2
/p (DPU kota Jepara 2002).
3.3. Kondisi Taman Kota di Jepara
Kota Jepara sarat dengan permasalahan-permasalahan kota seperti
halnya meningkatnya jumlah penduduk per tahun, kemacetan sirkulasi
kendaraan pada jalan utama kota, pencemaran udara, banjir, dan lain
sebagainya. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut para pakar
perkotaan khususnya dari kota Jepara mulai merencanakan strategi
antisipasi terhadap keadaan tersebut. Konsep Rencana Tata Ruang Kota
(RTRK) yang mencakup ruang lingkup wilayah dan jumlah penduduk dan
perencanaan ruang terbuka hijau pada lahan dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota Jepara, melihatnya
tercemarnya udara karena asap maupun debu, bertambahnya bangunan
dengan latar belakang tempat tinggal, pusat perbelanjaan, rumah-rumah
industri, dan penambahan jumlah penduduk meningkat tiap tahun yang
semua ini berakibat penurunannya kualitas udara kota, maka muncullah
gagasan kota taman. Pembentukan kota taman ini sebagai jalan keluar
untuk memecahkan masalah dalam perencanaan perkotaan guna
keseimbangan tersedianya ruang terbuka hijau dan ruang terbangun dengan
jumlah penduduk kota yang ada. Oleh karena itu perlu perencanaan kota
yang sistematis, sehingga terbentuknya kota taman yang dapat mencegah
timbulnya polusi (Howard dalam Catanese, 1989 : 18).
Meningkatnya kepadatan penduduk kota berakibat meningkatnya
kebutuhan lahan untuk tempat tinggal, sehingga pembangunan wilayah
perkotaan sangat diperlukan mengingat kehidupan kota di Jepara melebihi
daya dukung alam yang ada. Hal ini dapat berlaku pada masyarakat
khususnya yang bertempat tinggal di kota daripada yang bertempat tinggal
di desa-desa. Manusia merupakan perhatian utama dari pembangunan yang
berkelanjutan. Mereka berhak untuk mendapatkan suatu kehidupan yang
baik dan produktif yang harmonis dengan alam (Prinsip 1 Deklarasi Rio De
Jainero, menurut Konverensi PBB di Brazilia, 3-14 Juni 1992). Dapat di
lihat pada Proyek Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)
di Jepara 2003-2013, terdapat rencana kepadatan penduduk pada tiap-tiap
area per kelurahan di kota Jepara, dan taman-taman kota yang tersebar
sebagian hanya memanfaatkan sisa lahan yang telah tersedia. Luas wilayah
kota Jepara yang meliputi kecamatan Jepara dan kecamatan Tahunan adalah
3.338,430 ha (sumber : Bappeda kota Jepara, 2000) yang merupakan
wilayah penelitian taman kota di Jepara. Padahal taman kota yang tersebar
di kota Jepara ada 5 area taman kota yang meliputi taman adipura ngabul
luasnya 860 m
2
, taman bundaran ngabul 249 m
2
, taman tugu pahlawan
100 . 1 m
2
, taman utara masjid abdurrohman 942 . 1 m
2
, dan taman segi
tiga 513 . 1 m
2
. Luas 5 taman kota tersebut adalah 468 . 5 m
2
(Questioner
DKP-PK kab. Jepara, 2000) dan luas wilayah kota Jepara 3.338,430 ha,
maka penyebaran taman kota di Jepara masih mengalami kekurangan lahan
karena luas lahan di kota Jepara tidak sebanding dengan penyebaran taman
kotanya.

D. Parameter yang menjadi acuan mengenai Taman Kota terhadap
Ekologi Kota
4.1. Vegetasi
Berkaitan dengan macam dan jenis tanaman yang ada pada taman-
taman tersebut serta sejauh mana peran tanaman tersebut dalam mereduksi
debu dan memberikan udara udara bersih kepada manusia. Hal ini berkaitan
rindang atau tidaknya taman tersebut. Macam vegetasi yang berpengaruh
terhadap pengurangan debu atau pencemaran udara antara lain :
- Tanaman semak dan pohon berderet






Pengurangan debu sedikit sekali
- Tanaman semak dan pohon terlalu padat





Pengurangan debu sedikit
- Tanaman semak dan pohon sebagai saringan






Pengurangan debu cukup
- Tanaman semak dan pohon yang lebar dan beraneka ragam








Pengurangan debu tinggi karena dapat diendap dalam tanaman serta
meredam kebisingan.
Berdasarkan hasil penelitian Putlisbang jalan oleh Departemen
Pekerjaan Umum, vegetasi yang dapat menyerap akibat gas buang
kendaraan bermotor adalah, tanaman puring, sablo, soka, kembang sepatu,
dan nusa indah yang mampu menyrap gas NO masing-masing sampai
62,5%, 52,2%, 49,6%, 47,9%, dan 52,2% (Intisari, 1997 : 133).
4.2. Pengaruh Suhu
Kota mempunyai pengaruh yang besar terhadap lingkungan fisik.
Duckworth dan Sandberg mencatat adanya penelitian yang sudah lama
mengenai kesan suhu udara kota yang lebih panas daripada lingkungan
disekelilingnya, seakan-akan sebuah pulau panas yang terapung diatas
media yang lebih dingin. Penelitian selanjutnya menunjukkan, bahwa suhu
udara maksimum di sebuah kota biasanya dicapai didaerah padat penduduk
yang merupakan pusat kota yang terpanas. Yang terendah suhunya dicapai
tepi kota, yaitu dipinggir pulau panas tadi. Kesan tersebut bergantung
pada berapa besar dan luasnya kota. Sifat pengaruh panas kota terhadap
daerah pinggiran ini dapat dicatat dan dilakukan berbagai cara, seperti
mengukur langsung suhu udara kota diberbagai tempat dan waktu,
160
120
80
40
0
mengambil foto udara kota dengan menggunakan film yang mempunyai
kepekaan terhadap spektrum energi, dan menggunakan model simulasi
komputer.
Siklus 11 Tahunan Noda Matahari (1750-1950)
Panas sejuk kering sejuk-basah panas-kering







0-80 : radiasi sinar ultra lembayung : iklim bumi mendingin
80-160 : radiasi sinar corpuscular : iklim bumi memanas
Antara tahun-tahun 1750-1950 telah terjadi 19 kali peristiwa noda-noda
matahari ada siklus 11 tahunan noda matahari
Dalam sebuah penelitian yang menggunakan model simulasi
computer, Myrup (1969) mencoba mencari pelbagai faktor yang
mempengaruhi suhu udara kota. Salah satu faktor penting, untuk
mengurangi panas dalam kota, ialah bertambahnya permukaan dalam kota,
yang memudahkan proses penguapan (evaporasi). Penambahan luas
permukaan dari proses penguapan 0,0 menjadi 0,5 dapat menurunkan suhu
maksimum udara dari 34,6
o
C ke 26,2
o
C, menurut simulasi komputer.
1750 1790 1830 1910 1950
1870
Implikasi kesimpulan ini adalah bahwa taman, air mancur, jalur hijau, dan
pohon di tepi jalan mempunyai kesan yang lebih daripada hanya sebagai
penghias kota belaka. Semua ini turut memberikan kesan sejuk dalam kota.
Hal ini jelas dapat dibuktikan oleh siapa saja yang berjalan kaki pada
tengah hari di tempat terbuka. Ia akan merasa sejuk dan nyaman pada
waktu mendaki dan memasuki sebuah taman atau jalan dengan pohon
peneduh yang berderet di tepinya. Padahal, jalan aspal yang tak perpohon
pelindung memancarkan panas yang sangat kuat. Gejala suhu udara kota
yang lebih panas dipusatnya daripada di sekelilingnya kota itu menjadi
masalah yang sangat penting di kota yang terletak di daerah tropik dan
subtropik. Misalnya dalam decade 1891-1900 suhu udara rata-rata per tahun
di Los Angeles (subtropik) 16,7
o
C. setelah mencapai decade 1951-1960,
suhu udara rata-rata per tahun di kota itu meningkat menjadi 18,4
o
C,
paadahal pada masa itu suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi mulai
menunjukkan tanda menurun. Dalam perencanaan pengembangan kota,
peranan taman, tanaman, dan pohon cukup besar, bukan saja berguna
sebagai penghias kota, tetapi juga untuk menciptakan suasana lingkungan
yang nyaman.


4.3. Lalu lintas
Padat atau lenggangnya lalu-lintas di sekitar taman-taman kota
berkaitan dengan jumlah asap yag dihasilkan oleh kendaraan bermotor
(Anastasia, 1991). Kondisi lalu-lintas berhubungan dengan tingkat
pelayanan jalan, pada suatu keadaan dengan volume lalu-lintas yang
rendah, pengemudi akan merasa lebih nyaman mengendarai kendaraan
dibanding jika pada daerah dengan volume lalu-lintas yang lebih besar.
Kenyamanan akan berkurang sebanding dengan bertambahnya volume lalu
lintas. Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan atas 6
keadaan yaitu :
a. Tingkat pelayanan A, dengan ciri-ciri :
- arus lalu lintas bebas tanpa hambatan
- volume dan kepadatan arus lalu lintas rendah
- kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi
b. Tingkat pelayanan B, dengan ciri-ciri :
- arus lalu lintas stabil
- kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tetapi dapat
sesuai kehendak pengemudi
c. Tingkat pelayanan C, dengan ciri-ciri :
- arus lalu lintas masih stabil
- kecepatan perjalanan dan kebebasan pengemudi bergerak sudah
mulai dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas sehingga
pengemudi bergerak tidak lagi dapat memilih kecepatan yang
diinginkan
d. Tingkat pelayanan D, dengan ciri-ciri :
- arus lalu lintas tersebut sudah mulai tidak stabil
- perubahan volume arus lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya
kecepatan perjalanan
e. Tingkat pelayanan E, dengan ciri-ciri :
- arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
- volume kira-kira sama dengan kapasitas
- sering terjadi kemacetan
f. Tingkat pelayanan F, dengan ciri-ciri :
- arus lalu lintas dengan kecepatan rendah
- sering terjadi kemacetan
- arus lalu lintas rendah (Dasar-dasar perencanaan geometri jalan,
1994 : 48-49).
Batasan-batasan nilai dari setiap tingkat pelayanan jalan dipengaruhi oleh
fungsi jalan dimana jalan tersebut berada.
4.4. Pencemaran Udara
Pencemaran adalah keberadaan zat-zat yang semestinya bukan
bagian yang merupakan komposisi atmosfer. Pencemaran udara yaitu
penyebab dari polusi udara apakah itu dari asap kendaraan bermotor, mobil,
bus, truk atau asap pabrik dan lainnya. Zat pencemar meliputi asap, debu,
abu, serbuk, dan berbagai gas dan zat-zat lain (William S. Foster, 1990 :
35). Udara yang dibutuhan makhluk hidup berupa campuran berbagai
macam gas. Gas adalah suatu substansi yang terdiri atas molekul-molekul
yang bergerak cepat ke arah yang tidak beraturan, sehingga menekan ke
segala arah dan selalu mengisi penuh ruangan. Udara selalu mengandung
uap air, yang banyak sedikitnya tergantung kepada temperatur dan keadaan
setempat. Udara yang terdapat di alam selalu basah dan lembab, yaitu
mengandung uap air, dan pada waktu hujan dikatakan udara jenuh uap air
(kelembapan 100%).Gas asam arang (CO
2
) sebagai faktor ekologi
merupakan hal yang vital dalam proses fotosintesa, merupakan sumber
karbon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan semua tumbuhan hijau, dan
secara tidak langsung untuk semua organisme.
Apabila udara benar-benar murni, tidak ada uap airnya, banyak
organisme yang tidak dapat hidup, misalnya yang tercampur zat-zat tertentu
sehingga menimbulkan polusi yang menimbulkan gangguan pada makhluk
hidup yang menempati daerah sekitar. Karbondioksida didalam udara hanya
0,03%, jika sampai 10%, akan bersifat racun bagi banyak kahidupan. Pada
pencemaran udara berbentuk partikel atau benda-benda kecil yang
beterbangan dalam udara yang berupa cair dan padat. Partikel cair terdiri
dari uap air yang mengembun (diameter 1 mikron). Seperti pada kabut
dekat permukaan tanah. Kabut menmghalang-halangi pandangan dan juga
menimbulkan sesak nafas jika terhisap oleh paru-paru.kabut yang
berbahaya berada di kota yang memiliki banyak industri. Partikel padat
berupa bakteria, cendawan, virus, spora, serangga, tepung sari, partikel
padat merupakan kuman penyakit bagi tumbuhan. Pertikel ada yang dari
debu kosmik dari luar angkasa atau debu meteorit, ada yang dari
bumi seperti abu vulkanik dari letusan gunung berapi, atau debu biasa yang
berasal dari tanah yang di bawa angin ke dalam udara. Partikel ini
diameternya lebih dari 1mikron, dan apabila jumlahnya banyak di udara
akan mengganggu pandangan seperti kabut, mengganggu mata dan
pernafasan. Partikel halus bisa dari benda-benda yang dibakar berupa asap
hitam atau asap putih. Namun semakin banyaknya penghijauan di kota,
maka semakin banyaknya jumlah partikel yang tersaring di ruang terbuka
yang memiliki jumlah pepohonan dan taman yang memenuhi standar luas
wilayah dan jumlah penduduk. Salah satu zat pencemar yang memberikan
manfaat bagi alam adalah zat pencemar debu meteorit, tanpa zat pencemar
tersebut hujan tidak akan pernah turun. Alam dapat dengan mudah
menanggulangi bentuk pencemaran udaranya sendiri, dengan adanya hujan
merupakan salah satu alat anti pencemaran alami yang paling efektif
membersihkan debu dan pencemaran lainnya dari atmosfer.
E. Hipotesis
1. Pola penyebaran taman kota kurang merata, karena jumlah taman kota tidak
sebanding dengan jumlah penduduk di Kota Jepara.
2. Ho : Tidak terdapat perbedaan peranan taman kota terhadap vegetasi,
pencemaran udara, suhu udara, dan lalu lintas di sekitar taman kota di
Kota Jepara.
Atau dapat ditulis dengan V = P = S = L
Keterangan :
V : vegetasi S : suhu udara
P : pencemaran udara L : lalu lintas
Ha : Terdapat perbedaan peranan taman kota di sekitar taman kota di Kota
Jepara

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Apabila seorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi (Suharsimi Arikunto, 1998:115). Populasi dalam
penelitian ini adalah jumlah penduduk yang berada dalam wilayah Kota Jepara,
yang meliputi Kecamatan Jepara dan Kecamatan Tahunan.
B. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi. Sampel adalah sejumlah penduduk
yang jumlahnya kurang dari populasi. Di dalam sampel harus mempunyai paling
sedikit satu sifat yang sama (Suharsimi Arikunto, 2002:109). Sampel dalam
penelitian ini menggunakan total sampel, yaitu mengambil jumlah keseluruhan
dari subjek penelitian (Sudjono, 1991).
Penelitian ini menggunakan sampel dengan jumlah subjek 100 orang,
jumlah populasi dengan rincian 25 responden untuk Taman Adipura dan Taman
Bundaran di Kelurahan Ngabul, 25 responden untuk Taman Tugu Pahlawan di
Kelurahan Demaan, 25 responden untuk Taman Karang di Kelurahan Pingkol,
dan 25 responden untuk Taman Utara Masjid Baiturrahman. Semua taman
tersebut masih dalam Bagian Wilayah Kota I, III, dan V di Kota Jepara, dan
responden adalah pengunjung yang sedang memanfaatkan fasilitas taman kota,
baik taman kota aktif maupun pasif.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu
penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Penelitian ini menggunakan variabel
tunggal, yaitu peranan taman kota terhadap ekologi di Kota Jepara.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
Metode Dokumentasi
Teknik atau metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data,
yaitu berupa buku literatur, photo obyek penelitian, notulen, agenda, data file
dari DPU, dan Literatur dari Dinas LHPE Kabupaten Jepara.
Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan
melakukan pengamatan atau survei terhadap aktifitas yang berkaitan dengan
pola penyebaran taman kota, terutama pada material dan peranan taman kota
di wilayah Kota Jepara.
Metode Kuesioner atau Angket
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:2000).
Metode angket yang digunakan untuk mengambil data tentang parameter
ekologi di Kota Jepara. Responden tinggal memilih alternatif jawaban sesuai
dengan keadaan dirinya.
Bentuk angket yang dipakai adalah pilihan ganda berskala dengan 4 (empat)
pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d, dengan skor a = 4, b = 3, c = 2, dan d
=1.
E. Pengujian Alat dan Pengambilan Data
Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002:144). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang
di teliti secara tepat, yang digunakan adalah rumus korelasi product momen
sebagaimana ditunjukkan di bawah ini :
( )( )
( ) { }{ }
2 2 2
Y N X X N
Y X XY N
r
xy


=
Keterangan :
R
xy
: koefisien korelasi antara X dan Y
N : jumlah obyek uji coba
X : nilai X (skor tiap item)
Y : nilai dari Y (skor tiap total item)
2
X : jumlah kuadrat nilai X
2
Y : jumlah kuadrat Y
(Suharsimi Arikunto, 1998:192)
Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen sudah
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih menjawaban-jawaban
tertentu. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya (Suharsimi Arikunto, 2002:154). Reliabilitas angket penelitian ini
merupakan rentangan skor antara beberapa nilai, yaitu 1-4.
Rumus alpha yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
(

=
2
1
2
b
11

1
1 k
k
R
Keterangan :
R
11
: realibilitas instrument
K : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b
: jumlah varian butir
2
1
: varian total
(Suharsini Arikunto, 2002 : 171)
F. Metode Analisis Data
6.1. Uji Normalitas Data
Uji normalis data digunakan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, maka dapat
menggunakan analisis statistik parametrik (Anava), jika data tidak
berdistribusi normal, maka digunakan statistik nonparametik (Uji Lilliefors)
Rumus yang digunakan untuk menguji normalitas data adalah melalui
pengamatan X
1
, X
2
,..,X
n
dijadikan bilangan baku Z
1
, Z
2
,Z
n
dengan
menggunakan rumus :
S
X X
Z
i
i

= ( X dan S masing-masing merupakan rata-rata simpangan


baku sampel)
Tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F(Z
i
) = P (Z Z
i
). Selanjutnya dihitung proporsi
Z
1
, Z
2
,..Z
n
sama dengan Z
i
. Jika prorposi ini dinyatakan oleh S (Z
i
), maka
S (Z
i
) =
n
Z yang Z ,........, Z , Z banyaknya
i n 2 1


Hitung selisih F (Z
i
)-S (Z
i
) kemudian menentukan harga mutlaknya dan
ambil harga yang paling besar (L
o
). (Sudjana, 1996:466)
6.2. Uji Homogenitas Varians
Perhitungan statistik dilakukan dengan bantuan program spss 11.0
for windows. Langkah ini digunakan untuk menguji homogenitas varians
dari data hasil penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada perbedaan
yang signifikan antara ke empat kelompok tersebut.
Rumus yang digunakan adalah :
( ) { }
2
i 1
2
S log 1 n B 10) (In X = (Sudjana, 1996 : 263)
Keterangan :
1) (n ) S (log B
i
2
=
1) (n
S 1) (n
S
i
2
i i 2

=
Dari X
2
hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan X
2
tabel
dengan dk = k -1 dan taraf signifikan = 5%. Jika X
2
hitung
< X
2
tabel,
maka
tidak ada perbedaan yang signifikan antara ke empat kelompok. Jadi ke
empat kelompok tersebut homogen.
6.3. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diuji adalah apakah ada perbedaan peranan taman
kota terhadap masalah-masalah lingkungan, seperti peranannya pada
vegetasi, pengurangan pencemaran udara, suhu udara, dan lalu lintas.
Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan :
3 2 1
: Ho = = =
4
Ha : tidak semua
i
sama (i = 1, 2, 3, dan 4)
Untuk data yang berdistribusi normal uji hipotesis menggunakan
rumus Anava satu arah, yaitu :
) 1 (
) 1 (

=
i
y
y
n
D
k
A
F (Sudjana, 1996 : 305)
Dengan :
y
R =
k 2 1
i
2
J . .......... J J J ,
n
J
+ + + =


A
y
=


|
|

\
|
R
n
J
i
2
i

2
Y = JK
D
y
=


y y
2
A R Y
Tabel Persiapan Anava
Sumber Varians Dk JK KT F
Rata-rata 1 R
y
1
R
R
y
=

Antar Kelompok k-1 A
y

1) (k
A
A
y

=
D
A

Dalam Kelompok

) 1 (
i
n D
y


=
1) (n
D
D
i
y


Total
i
n

2
Y

Kriteria pengujian Ho ditolak, jika F
hitung
>F
(k - 1) (n - k)
dengan taraf signifikan
= 5% dan derajat kebebasan dk = (k 1) (n k) maka ada perbedaan hasil
penelitian yang signifikan dari ke empat kelompok tersebut. Selanjutnya
untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih baik dari keempatnya, maka
digunakan uji Least Significant Different (LSD) dengan rumus :

j i
k n
n
MSE
n
MSE
t LSD + =
) ( 05 , 0 05 , 0
(Moh Nazir, 1999 : 498)
MSE = D = KT Dalam Kelompok
Kriteria pengujian :
Jika
j
i x x LSD
0,05
maka beda signifikan
Jika
j
i x x < LSD
0,05
maka beda tidak signifikan


















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Kota Jepara terletak pada posisi 3
0
23
1
20
11
sampai Bujur Timur
(East Longitude) dan 5
0
43
1
30
11
Lintang Selatan (South Latitude) dengan
batas-batas :
Sebelah Barat (Western Side) : Laut Jawa / Java Sea,
Sebelah Utara (Northern Side) : Laut Jawa / Java Sea,
Sebelah Timur (Eastern Side) : Kab. Kudus dan Kab. Pati / Kudus
and Pati Regency,
Sebelah Selatan (Southern Side) : Kab. Demak / Demak Regency.
Ketinggian dari permukaan air laut / Height of sea surface untuk Kecamatan
Jepara adalah 0 46 m dan untuk Kecamatan Tahunan adalah 0 50 m
(BPS Kab. Jepara 2003).
2. Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah dalam kegiatan perencanaan Kota Jepara terdiri dari
2 kecamatan dengan 19 kelurahan, sesuai dengan RUTRK Jepara. Adapun
luas wilayah Kecamatan Jepara tercatat 1.094,500 ha dan Kecamatan
Tahunan tercatat 2.243,930 ha.
Berdasarkan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Wilayah
Kota (BWK). Pembagian wilayah tiap-tiap BWK berdasarkan analisa struktur
tata ruang Kota Jepara. Kriteria yang berpengaruh dalam penentuan BWK
adalah batasan fisik wilayah dan fungsi-fungsi kawasan.
Struktur ruang dalam konsep ini dengan pengembangan jaringan jalan
lingkar dalam (inner road) yang dikembangkan di bagian selatan kota,
sebagai jalur kelektor sekunder untuk mengurangi intensitas arus lalu lintas
pada jalur utama kota terutama lalu lintas dalam kota (lokal) dengan
menyediaan jalur lingkar luar sebagai alternatif pengembangan jalan lintas
regional di masa yang akan datang (RDTRK 2002 : II - 4). Berikut tabel 1
pembagian wilayah Kota Jepara.
Tabel 1
Wilayah Kota Jepara
Bagian Wilayah
Kota
(BWK)
Kelurahan Luas (M
2
)
Jumlah
Penduduk
Th. 2005
(Jiwa)
Kecamatan Jepara 1.094,500 76581
No.
1.

Jobokuto

47,933

5608
2. Panggang 37,403 4791
3. Ujungbatu 68,923 3812
4. Pingkol 58,800 5707
5. Kauman 50,393 4107
I
6. Bulu 86,250 3433
7. Mulyoharjo 391,895 7155
8. Saripan 45,000 4757 II
9. Bapangan 103,000 3803
10. Krapyak 341,150 9140
11. Demaan 59,914 5091
12. Potroyudan 52,000 3613
III
13. Karangkebagusan 93,000 566
14. Senenan 235,150 6293
IV
15. Mantingan 243,120 8705
Kecamatan Tahunan 2.243,930 30347
V 16. Tahunan 304,000 9651
17. Langon 273,600 5678
18. Ngabul 664,906 9538
19. Sukodono 182,000 5480
Jumlah 3.338,430 106.928

Sumber : DPU Jepara
(RDTRK dan RUTRK Kota Jepara, 2002)
3. Klimatologi
Menurut data meteorologi dari Dinas Pertanian dan Peternakan
(DISTANNAK) Kabupaten Jepara, keadaan klimatologis Kota Jepara adalah
sebagai berikut:
a. Hujan
Keadaan curah hujan dan hari hujan pada tahun 2003 sampai
dengan 2005 di wilayah Kabupaten Jepara didasarkan pada hasil
pencatatan DISTANNAK Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut :
Banyaknya curah hujan di Kabupaten Jepara adalah sebesar
28.496 mm/tahun dengan rata-rata pertahun sebesar 2.375. Sedangkan
banyaknya hari hujan adalah 1.059 hari/tahun dengan rata-rata pertahun
sebesar 88.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan curah
hujan rerata sebesar 704 mm dan hari hujan rerata sebanyak 18 hari.
Sedangkan pada bulan Pebruari terjadi hari hujan tertinggi sebesar
676 mm. Adapun curah dan hari hujan terendah terjadi pada bulan
Juni sampai dengan Agustus. Curah hujan paling besar ada di Kecamatan
Tahunan, Yaitu 5.066 mm.
b. Temperatur Udara dan Kelembaban
Data pengukuran temperatur udara rata-rata yang diperoleh dari
Stasium BGM Jepara pada tahun 2003 2005 tidak jauh berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
temperatur absolud rata-rata tahunan berkisar dari 21,78
0
C hingga
32,66
0
C dengan suhu rata-rata sebesar 27,88
0
C.
Dan menurut klasifikasi iklim koppen, daerah ini termasuk kelas
Aw dengan suhu bulanan minimal 18
0
C. Sedangkan kondisi kelembaban
udara relatif menunjukkan harga rata-rata bulanan terbesar pada
bulan Nopember Desember yaitu 96 % dan terkecil pada bulan Januari
yaitu sebesar 53 % sehingga kisaran kelembaban udara relatif adalah
sebesar 53 96 %.

B. Kondisi Khusus Lokasi Penelitian
Untuk mengetahui hasil penelitian yang mengacu pada masalah dan
tujuan, penelitian memaparkan hasil penelitian ini dari hasil observasi lapangan
dan data-data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisis yang tujuannya
agar diperoleh gambaran yang jelas untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian, terutama pada variabel pola penyebaran taman kota di Kota Jepara.
Dan untuk mengetahui hasil penelitian secara tepat, peneliti menyajikan
dalam analisif deskriptif hasil penelitian, yaitu hasil dari penyebaran angket,
kemudian data yang terkumpul dilakukan pengolahan data. Hasil dari olah data
ini kemudian di analisis agar memperoleh hasil yang lebih jelas. Pada pengujian
alat dan pengambilan data, yaitu validitas (dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat) dan reliabel (menghasilkan data yang dapat dipercaya).
Pada metode analisis data dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal atau tidak, dan dilakukan uji homogenitas varians, yaitu
untuk menguji apakah ada perbedaan signifikan antara vegetasi, pencemaran
udara, suhu udara, dan lalu lintas di Kota Jepara.
Terakhir adalah uji hipotesis, apakah ada perbedaan peranan taman kota
terhadap masalah-masalah lingkungan seperti peranannya pada vegetasi,
pencemaran udara, suhu udara, dan lalu lintas. Secara statistik hipotesis telah
dirumuskan pada hasil penelitian.
1. Pola Penyebaran Taman Kota (di Kota Jepara)
Pola penyebaran taman kota yang akan diuraikan dari hasil penelitian
ini adalah mengenai merata atau tidaknya penyebaran taman kota di
Kota Jepara. Taman kota sesuai aset yang dikelola oleh DKPPK Jepara
adalah seluas 38.738,59 M
2
, yang meliputi taman aktif dan taman pasif.
Berikut tabel 2 mengenai penyebaran taman kota di Kota Jepara.
Tabel 2.
Penyebaran Taman Kota
(Di Kota Jepara)
Luas Taman (M
2
)
Bagian
Wilayah Kota
(BWK)
Kelurahan Aktif
(M
2
)
Pasif (M
2
) Total (M
2
)
Jobokuto
Panggang 1.072,8 4.855,5 5028,3
Ujungbatu 56 162 218
Pingkol 12.515 213,5 12.728,5
Kauman 2.782,4 2206 4.148,5
I
Bulu
Mulyoharjo 170 170
Saripan 6.875 6.875 II
Bapangan 72 1.229,39 1.301,39
Krapyak
Demaan 1.100 1.470 2.570
Potroyudan 350 350
III
Karangkebagusan
Senenan 1600 1600
IV
Mantingan
Tahunan 900 900
Langon
Ngabul 249 860 1.109
V
Sukodono
Jumlah 17.847,2 20.891,39 38.738,59
Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran (DKPPK)
Kabupaten Jepara, 2004.
Keterangan :
= lokasi penelitian
Tabel 2 menjelaskan luas taman berdasarkan data DKPPK Kabupaten
Jepara, yang tersebar di tiap-tiap kelurahan dalam Kecamatan Jepara dan
Kecamatan Tahunan. Taman-taman kota yang tersebar di tiap-tiap kelurahan
merupakan taman-taman kota aktif dan taman-taman kota pasif sesuai fungsi
lahan dalam Kota Jepara. Berikut adalah analisa karakteristik tiap Bagian
Wilayah Kota (BWK) berdasarkan fungsi atau prioritas pengembangan
di dalamnya.
Bagian wilayah Kota I (Pusat Kota). Prioritas pengembangan BWK I
adalah untuk perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, peribadatan,
industri, transportasi dan pemukiman. BWK I ini berada di bagian utara
meliputi Kelurahan Jabokuto, Panggang, Ujungbatu, Pingkol, Kauman dan
Kelurahan Bulu dengan luas 438,897 ha. BWK I berbatasan langsung dengan
perairan laut jawa. Fungsi dari BWK I ini adalah sebagai pusat pelayanan
pemerintahan bagi skala kota kabupaten.
Berdasarkan jumlah penduduknya, BWK I tergolong paling padat
penduduknya, yaitu 27.458 jiwa dengan luas wilayah 349,702 m
2
.
Di Kelurahan Pingkol luas wilayahnya 58,800m
2
yang berpenduduk 5.707
jiwa (DPU Jepara, 2002) dan fasilitas taman kota khususnya taman karang
(taman aktif) seluas 1.513m
2
, karena padatnya jumlah penduduk dalam
wilayah tersebut mengakibatkan lahan taman kota menjadi sempit.
Berikut adalah peta penyebaran taman kota yang berada di Kecamatan
Tahunan (Wilayah Kabupaten Jepara)
Peta Penyebaran Taman Kota




















Berikut adalah 2 taman kota yang termasuk dalam Bagian Wilayah Kota
(BWK) I di pusat kota, meliputi Taman Karang di Kelurahan pingkol dan
Taman Utara Masjid Baiturrahman di Kelurahan Kauman.
1. Taman Karang










Gambar 1. Taman Karang di Kelurahan Pingkol
Berada di jalan Ratu Shima Jepara, masyarakat Kota Jepara mengenal
taman karang sebagai salah satu tempat rekreatif yang berada di pusat
perkotaan sehingga banyak pengunjung yang tertarik untuk datang ke taman
karang karena mudah untuk dijangkau. Pada pukul 05.00-07.00 WIB jumlah
pengunjung rata-rata 37 orang, pada jam 16.30-17.00 sore pengunjung rata-
rata 53 orang, pada jam 19.30-21.30 malam pengunjung rata-rata 25
orang, sehingga pengunjung rata-rata perhari 115 orang dan dapat mencapai


125 orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung taman dari berbagai
lapisan yaitu anak-anak, remaja, dan orang dewasa.

2. Taman Utara Masjid Baiturrahmann
terletak di Jalan Diponegoro, berada di Kelurahan Kauman dengan
luas wilayah 50,393 m
2
dan berjumlah penduduk 4.107 jiwa. Luas taman
Utara Masjid Baiturrahmann 1.942 m
2
, masyarakat Kota Jepara mengenal
taman kota ini sebagai salah satu tempat rekreatif. Banyak pengunjung yang
tertarik berkunjung karena mudah di capai. Jumlah pengunjung rata-rata
sampai 60 orang pada pukul 05.00-07.00 WIB berjumlah 25 orang, pada
pukul 07.00-10.00 WIB, berjumlah 19 orang pada pukul 10.00-13.00
WIB, berjumlah 7 orang pada pukul 13.00-15.00 siang, berjumlah 15
orang pada pukul 15.00-17.00 sore, berjumlah 25 orang pada pukul
17.00-19.00 sore, berjumlah 30 orang pada pukul 19.00-21.30 malam,
sehingga pengunjung rata-rata perhari 181 orang dan dapat mencapai 191
orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung dari semua lapisan baik itu
anak-anak, remaja, dan dewasa.











Gambar 2. Taman Utara Masjid Baiturrahmann di Kelurahan Kauman
Bagian Wilayah Kota III (Bagian Barat-Selatan)
Wilayah BWK III meliputi sebagian Kelurahan Krapyak, Demaan,
Potroyudan, dan Kelurahan Karangkebagusan. Luas BWK III adalah
308,147 ha. Karena berdekatan dengan BWK I, maka BWK ini berfungsi
mendukung pelayanan BWK I sebagai pusat kota. Sedangkan fungsi utama
dari BWK III adalah untuk kawasan perkantoran pemerintah, industri
(kerajinan ukiran dan meubel), pendidikan, dan pemukiman. Luas bagian
wilayah kota III adalah 546,064 m
2
dengan jumlah penduduk 18.410 jiwa.
Di Kelurahan Demaan luas wilayahnya 59,914 m
2
dengan jumlah penduduk
5091 jiwa. Kondisi taman kota khususnya pada tanaman dan pepohonan
(soft-elemen) masih belum merata peletakannya.
3. Taman Tugu Pahlawan
Terletak di Jalan Untung Suropati Jepara, berada di Kelurahan
Demaan dengan luas wilayah 59,914 m
2
dan jumlah penduduk 5.091 jiwa.
Taman Tugu Pahlawan memiliki luas 1.100 m
2
, masyarakat Kota Jepara
mengenal taman tersebut sebagai taman monumental, termasuk taman aktif
namun jarang dikunjungi oleh orang karena kurang adanya pohon sebagai
peneduh sehingga suhu udara di areal taman dan sekitarnya terasa cukup
panas. Pada pagi hari sekitar pukul 05.00-07.00 WIB pengunjung Taman
Tugu Pahlawan 15 orang, pada jam 16.30-17.00 sore pengunjungnya
10 orang, dan pada jam 17.30-21.30 malam pengunjung 15 orang,
sehingga pengunjung rata-rata perhari 40 orang. Pengunjung dari
lapisan anak-anak dan remaja.












Gambar 3. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan
Bagian Wilayah Kota V (Kota Kecamatan Tahunan)
Wilayah BWK V meliputi sebagian Kelurahan Tahunan, Langon,
Ngabul dan sebagian Kelurahan Sukodono. BWK V merupakan wilayah
ekstensi (pengembangan) pusat kota. Meskipun demikian, BWK ini yang
paling domonan adalah industri kerajinan kayu serta pemukiman yang
menunjang industri kerajinan tersebut. Perkembangan perindustrian ini dapat
berlangsung di Kelurahan Sukodono, Langon, dan Mantingan. Sedangkan
fungsi utama dari BWK V adalah untuk kawasan perkantoran pemerintah,
perdagangan dan jasa, industri (kerajinan kayu dan meubel), pendidikan,
peribadatan, kesehatan, dan permukiman.

Luas wilayah Bagian Wilayah V adalah 1.424,506 m
2
dengan jumlah
penduduk 21.657 jiwa. Dan luas wilayah Kelurahan Ngabul adalah 664,906
m
2
dengan jumlah penduduk 9.538 jiwa.
Berikut adalah 2 taman kota yang berada di Kelurahan Ngabul.
1. Taman Bundaran Air Mancur










Gambar 4. Taman Bundaran Air Mancur di Kelurahan Ngabul
Taman Bundaran Ngabul terletak di jalan Jepara-Kudus, Luasnya
adalah 249m
2
, termasuk dalam jenis taman pasif. Masyarakat Kota Jepara
khususnya yang berada di Kelurahan Ngabul mengenal Taman Bundaran
Ngabul sebagai taman yang memiliki visualisasi menarik, sebab dapat
menarik perhatian dari orang yang melewati atau berkunjung. Beberapa orang
tiap harinya sengaja untuk melewati pagar pembatas untuk menikmati
keindahan ornamen taman berupa kolam air mancur dan ornamen bunga dan
kerang yang berukuran besar ( 220 cm).

Meski termasuk dalam kategori taman pasif, tiap harinya sering
dikunjungi orang. Pengunjung tiap hari rata-rata 35 orang dan bisa
mencapai 45 orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung dari berbagai
lapisan yaitu anak-anak, remaja, dan dewasa.
2. Taman Adipura










Gambar 5. Taman Adipura di Kelurahan Ngabul
Taman Adipura Ngabul terletak di jalan Jepara-Kudus, berada di
Kelurahan Ngabul, Kecamatan Tahunan. Taman ini berada satu areal dengan
taman Bundaran bundaran Air Mancur. Jaraknya sangat berdekatan 10
meter, luas taman ini 860 M
2
dan termasuk dalam jenis taman pasif.
Meskipun tergolong dalam taman pasif, Taman Adipura Ngabul dapat
dimanfaatkan sebagai tempat untuk beraktifitas, seperti tempat peralihan atau
menunggu. Taman ini terawat dengan baik, pengunjung kebanyakan datang
pada pagi dan sore hari. Rata-rata pengunjung pada pagi pukul 05.00-07.00
WIB sekitar 50 orang dan pada sore hari sekitar pukul 16.00-17.30 sekitar
70 orang, sehingga rata-rata pengunjung perhari 120 orang.


2. Peranan Taman Kota
Bahan material taman kota sangat berperan dalam lingkungan perkotaan.
Fungsi taman kota terhadap lingkungan sekitar taman kota, dalam hal ini
menekankan pada bahan meterial dan fungsi taman kota. Analisis taman kota
terhadap lingkungan sekitar taman kota di Kota Jepara.
Taman Karang (BWK I Kelurahan Pingkol)
Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Material Lunak (Soft Material)
Rumput (grass) : rumput jepang
Tanaman penutup tanah (groundcovers) : keladi hias, seruni
rambat.
Semak pendek (shrubs) : sikas, kembang sepatu, kembang kertas,
penitian, sebagai batas tepi taman.
Perdu pendek dan semak tinggi (border) : teh-tehan, sablo,
bougenville, kanna.
Perdu tinggi : nusa indah, heli conia, aponica, terang bulan.
Pohon : palm raja, akasia, cemara gembel.
b. Material Keras (Hard Material)
Material keras alami (organie materials) : bangku taman dari kayu
untuk istirahat.
Material keras buatan bahan metal : tiang lampu, penunjuk arah.
Material keras buatan bahan conerete : tegel didalam areal taman
untuk pedestrian, beton terletak ditepi mengelilingi taman sebagai
pembatas antara pedestrian dan jalan, kolam taman permainan air
mancur terletak di tengah taman sebagai penyejuk, ornamen
karang sebagai aksentuasi untuk menarik perhatian pengunjung.
Fungsi taman karang :
Kontrol Pandangan (Visual Control)
Menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan dan sinar
lampu pada jalan dan bangunan.
Pembatas Fisik (Phisical Barriers) :
Sebagai penghalang pergerakan manusia dan mengarahkan pergerakan.
Pengendalian Iklim (Climate Control)
Mengontrol radiasi sinar matahari dan suhu, cukup untuk pengendali angin,
kurang untuk menyerap suara kebisingan untuk diareal yang berdekatan dengan
lembaga pendidikan, kantor, stasiun radio, dan pemukiman penduduk.
Pencegahan Erosi (Erosion Control)
Sebab adanya pembentukan muka tanah (perkerasan), sedikit
penggalian tanah untuk kolam buatan, kondisi tanah mungkin rapuh
dan mudah tererosi karena pengaruh air hujan dan hembusan
angin yang kencang. Karena habitus tanaman 45% dari luas taman
1.513 m
2
, kemungkinan akar tanaman kurang dapat mengikat tanah
sehingga tanah kurang kokoh dan kurang tahan terhadap pukulan air
hujan serta tiupan angin kencang.
Nilai estetis (Aesthetie Values)
Memberikan nilai estetika dan meningkatkan kualitas lingkungan (Austin,
Richard l., Designing with Plants; 1982). Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari
perpaduan warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (palm), dan kolan
dengan ornamen lampu yang dapat memancarkan sinar.
Taman Utara Masjid Baiturrahmann (BWK I Kelurahan Kauman)
Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Material Lunak (Soft Materials)
Pohon (diatas 3.00 m) : palm raja, palm kuning, cemara, asem
panji, beringin, sawo kecik.
Perdu (1.00-3.00 m) : bougenville, acasia, palm botol.
Semak (50 cm-1.00 m) : andong besi, soka bangkok, kembang
sepatu.
Penutup tanah (20 cm-50 cm) : keladi hias, lili paris.
Rerumputan (grass) : rumput gajah.
b. Material Keras (Hard Materials)
Material keras buatan bahan metal : tiang lampu, pagar tepi,
penunjuk arah, arena lingkaran bermain anak 2 buah.
Material keras buatan (concretebeton) : paving untuk pedestrian,
bangku terbuat dari campuran beton untuk tempat duduk, tegel
bagian tengah mengelilingi kolam, kolam air mancur dan ornamen
batu buatan (artificial) sebagai penghias dan penyejuk taman utara
Masjid Baiturrahmann.
Fungsi Taman Utara Masjid Baiturrahmann
Peranan atau fungsi taman utara Masjid Baiturrahmann antara
lain:
Kontrol Pandangan (Visual Control)
Dengan adanya pohon palm raja, beringin (3 pohon), dirancang sebagai taman
peneduh jika dilihat dari bagian utara. Dengan demikian pandangan dari arah atau ke
arah taman yang diciptakan dapat dikendalikan, terutama mengendalikan sinar pagi
hari, sinar siang hari dan sinar sore hari.
Pembatas Fisik (Physical Barriers)
Trotoar untuk pejalan kaki (pedestrian) di tepi taman sebagai pengarah dan
pembatas fisik antara tepi taman dan jalan protokol, dan di dalam areal taman kota
terdapat paving sebagai sirkulasi pengunjung taman baik di bagian tepi maupun di
tengah taman.
Pengendali Iklim (Climate Control)
Taman kota ini didominasi oleh pohon-pohon besar sehingga mampu menyerap
panas dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya. Menurunnya suhu dapat
dirasakan oleh pengunjung karena adanya bayang-bayang dari tajuk pohon
memberikan kenyamanan. Taman dengan pohon besar dan berderet mampu
mengurangi kecepatan angin sekitar 40-50% (Rustam dan Hardi, 2003). Untuk areal
yang berdekatan dengan tempat ibadah, perkantoran, instansi pemerintah, dan tempat
bersejarah, taman kota ini mampu mereduksi suara mobil 75% dan truk 50%. Dapat
juga sebagai penyaring udara karena debu, bau, dan memberikan udara segar, taman
ini dirancang demikian karena berada di pusat kota yang membutuhkan ketenangan.
Areal taman berdekatan dengan tempat ibadah, instansi pemerintah, perkantoran, dan
tempat bersejarah.
Pencegahan Erosi (Erosion Control)
Efek negatif dari perkerasan (paving dan kolam) mengakibatkan
kurangnya rumput (grass) untuk mengikat tanah, namun efek ini tidak
begitu serius sebab taman kota ada pada tengah kota (tanah datar).
Adanya 3 pohon beringin yang besar berfungsi untuk menahan air
hujan yang jatuh secara tidak langsung kepermukaan tanah atau
rumput.
Habitat satwa (Wildlife Habitats)
Taman kota ini sebagai sumber makanan bagi hewan (unggas) serta tempat
berlindung kehidupannya. Unggas bertempat diranting-ranting pohon beringin, palm
raja, dan cemara pada bagian atas pohon. Hingga secara tidak langsung tanaman
dapat membantu pelestarian kehidupan satwa.
Nilai Estetika (Aesthetic Values)
Keindahan taman kota ini dapat dilihat dari fungsi taman aktif, terlebih dapat
digunakan untuk habitat satwa.
Taman Tugu Pahlawan (BWK III di Kelurahan Demaan)
Dari survai lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Material Lunak (Soft Materials)
Pohon (diatas 3.00 m) : beringin, palm kuning.
Perdu (1.00-3.00 m) : teh-tehan, palm kuning.
Semak (50 cm-1.00 m) : glodongan, bougenville, diacena, lantana.
Penutup tanah (20 cm-50 cm) : adam dan hawa, jenggot musa.
Rerumputan : rumput gajah.
b. Material Keras (Hard Materials)
Bahan metal : pagar tepi taman, tiang lampu.
Bahan beton : paving tepi taman kota, jalan setapak, beton alas
patung, tegel, patung pahlawan.
Fungsi Taman Tugu Pahlawan
Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :
Kontrol Pandangan (Visual Control)
Batas tepi taman kota dapat mengarahkan laju transportasi di sekitar taman kota
karena dapat menahan silau dari sinar matahari, lampu jalan, dan sinar lampu
kendaraan.
Pembatas Fisik (Physical Barriers)
Berfungsi mengarahkan pergerakan pengunjung pada trotoar tepi taman kota,
karena taman kota ini jarang ada pengunjungnya, maka taman kota yang termasuk
taman aktif ini hanya sebatas visual kontrol.
Pengendalian Iklim (Climate Control)
Taman kota ini sangat kurang dalam menyerap panas dari pancaran sinar
matahari, sehingga tidak ada iklim mikro. Karena pohonnya jarang, maka tidak bisa
untuk pengendali angin dan suara, terlebih untuk penyaring udara sangat kurang.
Karena itu taman kota ini terlihat gersang, bising, dan cukup tinggi udara yang
tercemar.
Pencegah Erosi (Erosion Control)
Taman kota ini kurang bisa menahan air hujan karena pepohonan sangat
minim, banyak didominasi perkerasan sehingga air hujan tidak langsung meresap ke
dalam tanah sebab rerumputan masih kurang mendominasi taman kota.
Nila Estetis (Aesthetie Value)
Nilai keindahan taman kota ini masih kurang selain Tugu Pahlawan sebagai
visualisasi yang cukup menarik perhatian.
Taman Adipura (BWK V Kelurahan Ngabul)
Dari survai lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Material Lunak (Soft Materials)
Pohon (diatas 3.00 m) : cemara papua, cemara rentah.
Perdu (1.00-3.00 m) : palm botol, mondragrass besar, glodogan
pecut.
Semak (50 cm-1.00 m) : bougenvil, teh-tehan, terang bulan.
Penutup tanah (20 cm-50 cm) : sambang darah, keladi hias, seruni
rambat.
Rerumputan (grass) : rumput jepang, rumput gajah.
b. Material Keras (Hard Materials)
Bahan metal : pagar tepi pembatas taman kota, tiang lampu penghias taman kota.
Bahan beton : paving untuk pedestrian tepi taman kota, alas beton
untuk alas tugu Adipura, ornamen patung dan simbol
Adipura / Kalpataru.
Fungsi Taman Adipura
Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :
Kontrol Pandangan (Visual Control)
Taman kota ini kurang berperan dalam mengontrol pandangan karena letaknya
ada disisi jalan (terkesan berada di pojok). Namun taman kota ini lebih berperan
dalam mengarahkan sirkulasi transportasi ke arah kota maupun ke arah Kelurahan
Mantingan, Kelurahan Langon, dan sebaliknya.
Pembatas Fisik (Physiel Barriers)
Karena jenis taman ini adalah taman pasif, maka pergerakan pengunjung hanya
pada sebatas diluar areal taman atau trotoar untuk pejalan kaki, pada pagi dan sore
hari taman ini sering dikunjungi pengunjung (diluar areal taman kota) untuk istirahat,
jogging dan sebagainya.
Pengendali Iklim (Climate Control)
Karena banyak terdapat pohon yang tinggi (cemara papua, cemara renteh),
kontrol radiasi sinar matahari dan suhu cukup baik. Tanaman ini cukup untuk
menahan, menyerap, dan mengalirkan tiupan angin sehingga cukup dapat
menimbulkan iklim miro. Peranannya terhadap pengendali suara, tanaman ini dapat
menyerap suara kebisingan dari kendaraan (jalan utama kota). Namun dalam
penyaringan debu, bau masih kurang, sehingga udara di sekitar taman kota kurang
segar.
Pencegahan Erosi (Erosion Control)
Meskipun kurang adanya peneduh di taman Adipura, tetapi pohon dan
rerumputan, maupun semak cukup untuk menahan air hujan yang jatuh secara tidak
langsung ke permukaan tanah. Tidak ada pengikisan tanah di sekitar taman kota ini.
Nilai Estetis (Aesthetie Value)
Taman Adipura memberikan nilai estetika dari perpaduan antara semak, pohon-
pohon cemara, dan Tugu Adipura, sehingga taman kota berkesan seimbang antara
soft materials dan hard materials.
Taman Bundaran Air Mancur (BWK V Kelurahan Ngabul)
Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Bahan Lunak (Soft Materials)
Semak/shrubs ( 50 cm) : agave, bougenvil, penitian, terang
bulan.
Rerumputan (grass) : rumput jepang dan rumput teki.
b. Material Keras (Hard Materials)
Bahan mental : pagar tepi-pembatas taman, tiang lampu hias.
Bahan concrete : tegel untuk tepi taman kota, ornamen bunga
setinggi 3.00 m, ornamen kerang 1.00 m.
Fungsi Taman Bundaran Air Mancur
Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :
Kontrol Pandangan (Visual Control)
Taman kota ini terletak di perempatan Kelurahan Ngabul dan berdekatan
dengan taman Adipura, sehingga peranannya secara otomatis sebagai pengatur
sirkulasi kendaraan, pada tepi taman kota ditanami semak agar sinar lampu
kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi.
Pengendalian Iklim (Climate Control)
Terutama pada kolam air mancur dapat meningkatkan kelembaban di sekitar
taman kota yang udaranya kering. Namun pada semak taman sangat kurang untuk
menyerap panas dari pancaran sinar matahari, namun ini tidak begitu perlu karena
taman tergolong dalam jenis taman pasif.
Nilai Estetis (Aesthetic Values)
Nilai estetika dari taman kota ini yang luasnya 249 m
2
didapat
karena adanya perpaduan semak dan ornamen (gabungan bunga dan
kerang besar) sebagai simbol kota yang dekat dengan aspes kelautan
dan pariwisata.














































Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian
Setelah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan angket, langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis deskriptif terhadap data yang diperoleh.
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan seluruh data yang diperoleh dalam penelitian. Dalam penelitian ini analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi nyata tentang tanggapan seluruh
responden di empat kelurahan mengenai kondisi ekologi sekitar taman kota, yang
diperoleh dari pengisian angket oleh responden. Keempat kelurahan tersebut adalah
Kelurahan Ngabul, Kelurahan Demaan, Kelurahan Pingkol dan Kelurahan Kauman.
Untuk memudahkan dalam menganalisis, maka deskripsi data dalam penelitian ini
digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Setelah diperoleh data dari responden, skor-skor yang diperoleh kemudian
digunakan untuk diinterpretasikan ke dalam analisis deskriptif tentang keadaan
ekologi sekitar taman kota menurut para responden. Deskripsi data tentang kondisi
ekologi sekitar taman kota Jepara dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Deskriptif Ekologi Kota Jepara
Ekologi
25 2.1512 .1727
25 2.1330 .1219
25 2.5470 .1282
25 2.4198 .1223
100 2.3128 .2235
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
N Mean Std. Deviation

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Kelurahan Ngabul rata-rata skor
yang diperoleh adalah 2,1512 dengan standar deviasi sebesar 0,1727. Rata-rata skor
yang diperoleh dari responden Kelurahan Demaan adalah 2,1330 dan standar deviasi
sebesar 0,1219. Responden di Keluarahan Kauman memberikan skor dengan rata-
rata 2,4198 dengan standar deviasi 0,1282. Rata-rata skor yang diperoleh dari
responden di Kelurahan Pingkol adalah 2,4198 dengan standar deviasi sebesar
0,1223.
Secara lebih rinci tentang keadaan ekologi yang meliputi vegetasi, suhu udara,
lalu lintas dan pengurangan pencemaran udara dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Deskriptif Parameter Ekologi Tiap Wilayah
Descriptives
25 1.9440 .3241
25 2.1520 .2600
25 2.6640 .3200
25 2.3360 .2564
100 2.2740 .3915
25 2.0700 .4240
25 2.1000 .2887
25 2.5900 .3452
25 2.6100 .4569
100 2.3425 .4587
25 2.1840 .3262
25 2.3040 .3221
25 2.4340 .3436
25 2.4400 .2646
100 2.3405 .3283
25 2.4067 .2767
25 1.9760 .2688
25 2.5000 .2591
25 2.2933 .2603
100 2.2940 .3290
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
Vegetasi
Suhu udara
Lalu lintas
Pengurangan
pencemaran
udara
N Mean Std. Deviation

Kondisi parameter vegetasi di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul
berdasarkan skor dari responden rata-rata 1,9440 dengan standar deviasi 0,3241. Dari
responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,1520 dengan standar deviasi
sebesar 0,2600. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata
2,6640 dengan standar deviasi sebesar 0,3200. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor
dari responden 2,3360 dengan standar deviasi sebesar 0,2564. Rata-rata total dari
responden terkait kondisi vegetasi sekitar taman kota Jepara adalah 2,2740 dengan
standar deviasi sebesar 0,3915.
Kondisi parameter suhu udara di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul
berdasarkan skor dari responden rata-rata 2,0700 dengan standar deviasi 0,4240. Dari
responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,1000 dengan standar deviasi
sebesar 0,2887. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata
2,5900 dengan standar deviasi sebesar 0,3452. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor
dari responden 2,6100 dengan standar deviasi sebesar 0,4569. Rata-rata total dari
responden terkait kondisi suhu udara sekitar taman kota Jepara adalah 2,3425 dengan
standar deviasi sebesar 0,4587.
Keadaan parameter lalu lintas di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul
berdasarkan skor dari responden rata-rata 2,1840 dengan standar deviasi 0,3262. Dari
responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,3040 dengan standar deviasi
sebesar 0,3221. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata
2,4340 dengan standar deviasi sebesar 0,3436. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor
dari responden 2,4400 dengan standar deviasi sebesar 0,2646. Rata-rata total dari
responden terkait kondisi vegetasi sekitar taman kota Jepara adalah 2,3405 dengan
standar deviasi sebesar 0,3283.

Analisis Inferensial
Analisis inferensi digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan
berdasarkan data yang telah diperoleh dari sampel. Dalam penelitian ini, analisis
inferensi digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian
yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik One Way Anova (Uji F). Sebelum melakukan pengujian dengan
teknik tersebut, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas
sebaran data dan uji kesamaan varians untuk seluruh sampel (Singgih,2004:261).
Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui distribusi yang diikuti oleh sebaran data pada tiap
sampel, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Lilliefors
Kolmogorov-Smirnov. Aturan pengujiannya, jika nilai signifikansi atau
probabilitas > 0,05 maka sebaran data dikatakan mengikuti distribusi normal, dan
jika nilai signifikansi < 0,05 maka sebaran data dikatakan tidak mengikuti
distribusi normal. Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program
SPSS 11.0 diperoleh harga-harga sebagai berikut :
Tabel 4.3
Rangkuman Uji Normalitas Data
Sampel Nilai Signifikansi Kesimpulan
Kelurahan Ngabul 0,200 Normal
Kelurahan Demaan 0,200 Normal
Kelurahan Kauman 0,194 Normal
Kelurahan Pingkol 0,193 Normal

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi keempat sampel
lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran data
keempat sampel normal atau mengikuti distribusi normal.
Uji Homogenitas Varians Sampel
Uji asumsi yang kedua adalah menguji kesamaan (homogenitas) varians
pada tiap sampel. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Levene.
Aturan pengujiannya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan data
berasal dari sampel-sampel yang mempunyai varians sama. Jika nilai signifikansi
< 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data-data berasal dari sampel-sampel yang
mempunyai varians tidak sama.Dengan menggunakan bantuan program SPSS
11.0 diperoleh harga sebagai berikut :
Tabel 4.4
Uji Homogenitas Varians
Test of Homogeneity of Variances
Ekologi
1.481 3 96 .225
Levene
Statistic df1 df2 Sig.

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh harga statistik Levene 1,481 dengan
nilai probabilitas (signifikansi) 0,225. Karena nilai signifikansinya lebih besar
dari 0,05 maka disimpulkan data-data yang diperoleh dari seluruh sampel
mempunyai varians yang sama.
1. Peranan Taman Kota terhadap Ekologi
Untuk mengetahui ada tidaknya peranan pola penyebaran taman kota terhadap
ekologi di kota Jepara, dilakukan analisis regresi linear sederhana. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh harga-
harga sebagai berikut :
Tabel 4.5
Korelasi Pola Penyebaran Taman Kota dengan Ekologi
Model Summary
.613
a
.376 .370 .1774
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Taman kota
a.

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh harga R sebesar 0,613 yang merupakan
koefisien korelasi (hubungan) antara penyebaran taman kota dengan ekologi kota.
Koefisien tersebut menggambarkan bahwa hubungan yang terjadi antara kedua
variabel adalah cukup tinggi. Besarnya peranan yang dberikan oleh pola penyebaran
taman kota terhadap ekologi dapat dilihat dari harga R square sebesar 0,376 atau
37,6% yang berarti bahwa 37,6% ekologi dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh pola
penyebaran taman kota. Sedangkan sisanya (100% - 37,6%) sebesar 62,4%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini.
Untuk dapat menentukan apakah model regresi yang terbentuk dari dua
variabel dapat dipakai untuk memprediksi variabel ekologi, maka dilakukan uji
anova (uji F) yang menghasilkan harga sebagai berikut :





Tabel 4.6
Uji Signifikansi Model (Persamaan) Regresi
ANOVA
b
1.860 1 1.860 59.105 .000
a
3.085 98 3.1E-02
4.945 99
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Predictors: (Constant), Taman kota
a.
Dependent Variable: Ekologi
b.

Besarnya harga F yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 59,105 dengan
signifikansi 0,000. Harga ini kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan
taraf signifikansi 5%, df
1
= 1 dan df
2
= 99, sebesar 3,91. Karena harga F hitung > F
tabel dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa model
regresi yang terbentuk sangat signifikan dan dapat dipakai untuk memprediksi
besaran ekologi dari pola penyebaran taman kota. Kemudian untuk mengetahui
model atau persamaan regresi yang terbentuk, maka dilakukan analisis lanjutan yang
menghasilkan harga-harga sebagai berikut:
Tabel 4.7
Persamaan Garis Regresi
Coefficients
a
2.008 .043 46.199 .000
.122 .016 .613 7.688 .000
(Constant)
Taman kota
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ekologi
a.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa persamaan garis regresi yang dibentuk
dari variabel bebas penyebaran taman kota (X) dan variabel terikat ekologi (Y),
persamaannya adalah Y = 2,008 + 0,122 X. Persamaan ini mempunyai arti bahwa
ekologi dipengaruhi oleh 0,122 kali faktor penyebaran taman kota. Harga t hitung
yang diperoleh pada variabel pola penyebaran taman kota adalah sebesar 7,688.
Harga ini dipakai untuk menguji signifikansi koefisien regresi dari variabel
penyebaran taman kota, dengan jalan dikonsultasikan dengan harga t tabel. Apabila
harga t hitung > t tabel maka disimpulkan bahwa koefisien regresi tersebut
signifikan. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan df = jumlah kasus 2 =
100 2 = 98, diperoleh harga t tabel sebesar 1,66. Karena harga t hitung > t tabel
maka disimpulkan bahwa koefisien regresi dari variabel pola penyebaran taman kota
adalah signifikan.
2. Perbedaan Peranan Taman Kota terhadap Ekologi
Setelah dilakukan uji asumsi, diperoleh kesimpulan bahwa sebaran data semua
sampel adalah normal dan memenuhi aturan homogenitas varians. Dengan demikian
analisis inferensi dengan menggunakan anova dapat dilakukan untuk membuktikan
hipotesis penelitian.
Anova dilakukan untuk mengetahui apakah keempat kelompok sampel
mempunyai peranan taman kota yang sama. Hipotesis yang digunakan dalam
pengujian ini adalah :
Ho : peranan taman kota pada keempat wilayah sampel adalah sama (identik)
Ha : peranan taman kota pada keempat wilayah sampel adalah tidak sama (berbeda)
Kriteria pengujiannya adalah jika harga F hitung (Anova) > harga F tabel, maka
Ho ditolak, tetapi jika harga F hitung < F tabel maka Ho diterima. Besarnya haga F
tabel diperoleh dari tabel uji F dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan 1
(df
1
) = jumlah wilayah 1 dan df
2
= jumlah responden jumlah wilayah. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh harga-
harga sebagai berikut :
Tabel 4.8
Uji Anova Perbedaan Peranan Pola Penyebaran Taman Kota
ANOVA
Ekologi
3.119 3 1.040 54.649 .000
1.826 96 1.9E-02
4.945 99
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.


Berdasarkan hasil pada tabel di atas, diperoleh harga F hitung sebesar 54,649.
Harga ini kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel untuk taraf signifikansi
Ho ditolak
+2,68 +54,649
5%, df
1
= 4 1 =3 dan df
2
= 100 4 = 96. Harga F tabel diperoleh 2,68. Perhitungan
tersebut dapat divisualisasikan dalam grafik berikut.





Gambar 4.1
Daerah Penolakan Hipotesis
Berdasarkan perhitungan dan grafik di atas, diketahui bahwa harga F hitung > F
tabel sehingga Ho ditolak. Artinya, peranan taman kota pada keempat wilayah adalah
berbeda. Simpulan ini didukung oleh harga probabilitas (signifikansi) sebesar 0,000
jauh di bawah 0,05 sehingga dapat dikatakan peranannya berbeda secara sangat
signifikan.
3. Perbedaan Peranan Pola Penyebaran Taman Kota Berdasarkan Wilayah
Dari simpulan di atas, diketahui adanya perbedaan peranan taman kota terhadap
ekologi di antara keempat wilayah. Masalah selanjutnya adalah menentukan wilayah
mana yang berbeda. Untuk menjawab masalah ini, digunakan analisis Tukey HSD
dengan melihat pada perbedaan rata-rata (Mean Difference) antar wilayah. Apabila
signifikansinya kurang dari 0,05 maka kedua wilayah dapat dikatakan mempunyai
peranan yang berbeda secara signifikan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.9
Uji Signifikansi Perbedaan Peranan Penyebaran Taman Kota
Berdasarkan Wilayah
Ho diterima
Ho ditolak
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ekologi
Tukey HSD
.0182 3.901E-02 .966
-.3958* 3.901E-02 .000
-.2687* 3.901E-02 .000
-.0182 3.901E-02 .966
-.4140* 3.901E-02 .000
-.2868* 3.901E-02 .000
.3958* 3.901E-02 .000
.4140* 3.901E-02 .000
.1272* 3.901E-02 .008
.2687* 3.901E-02 .000
.2868* 3.901E-02 .000
-.1272* 3.901E-02 .008
(J) Taman kota
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Kel. Ngabul
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Pingkol
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
(I) Taman kota
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
The mean difference is significant at the .05 level.
*.

Dari tabel di atas kolom Mean Difference terlihat bahwa perbedaan rata-rata
antara Kelurahan Ngabul dan Demaan adalah sebesar 0,0182 dengan signifikansi
0,966. Karena signifikansinya > 0,05 maka dengan demikian peranan taman kota
antara Kelurahan Ngabul dan Demaan memang berbeda tetapi tidak signifikan
(nyata). Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa signifikansi perbedaan rata-rata
antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Kelurahan Ngabul dengan Pingkol,
Kelurahan Demaan dengan Kauman, Kelurahan Demaan dengan Pingkol, Kelurahan
Kauman dengan Pingkol semuanya lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
perbedaan yang terjadi memang benar-benar signifikan.
Langkah analisis selanjutnya adalah menentukan wilayah mana saja yang tidak
berbeda secara signifikan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.10
Uji Homogeneous Subsets Ekologi
Ekologi
Tukey HSD
a
25 2.1330
25 2.1512
25 2.4198
25 2.5470
.966 1.000 1.000
Taman kota
Kel. Demaan
Kel. Ngabul
Kel. Pingkol
Kel. Kauman
Sig.
N 1 2 3
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.
a.

Dengan menggunakan homogeneous subset pada tabel di atas, dapat diketahui
bahwa pada subset 1 terdiri dari Kelurahan Demaan dan Ngabul. Hal ini berarti
antara Kelurahan Demaan dan Ngabul tidak ada perbedaan peranan taman kota
secara signifikan. Hasil ini merupakan pendukung hasil analisis dengan
menggunakan Tukey HSD. Pada subset 2 terdiri dari Kelurahan Pingkol, yang berarti
Kelurahan Pingkol mempunyai peranan taman yang berbeda dengan wilayah lain.
Sedangkan pada subset 3 terdiri dari Kelurahan Kauman, artinya peranan taman kota
di Kelurahan Kauman berbeda secara signifikan dengan wilayah lain.
4. Perbedaan Peranan Penyebaran Taman Kota Berdasarkan Parameter
Ekologi
Berikut ini akan diuraikan peranan taman kota terhadap vegetasi, suhu udara,
lalu lintas dan penguranan pencemaran udara pada masing-masing kelurahan. Untuk
keperluan tersebut, dilakukan analisis varians (anova) tiap-tiap aspek ekologi pada
keempat kelurahan.
Anova dilakukan untuk mengetahui apakah keempat kelurahan mempunyai
peranan taman kota bagi vegetasi yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan
dalam pengujian ini adalah :
Ho : peranan taman kota terhadap vegetasi pada keempat kelurahan adalah sama
Ha : peranan taman kota terhadap vegetasi pada keempat kelurahan tidak sama
Kriteria pengujiannya adalah jika harga F hitung (Anova) > harga F tabel, maka
Ho ditolak, tetapi jika harga F hitung < F tabel maka Ho diterima. Besarnya haga F
tabel diperoleh dari tabel uji F dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan 1
(df
1
) = jumlah kelurahan 1 dan df
2
= jumlah responden jumlah kelurahan. Dari
hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh
harga-harga sebagai berikut :


Tabel 4.11
Uji Anova Parameter Ekologi
ANOVA
6.993 3 2.331 27.360 .000
8.179 96 8.5E-02
15.172 99
6.647 3 2.216 14.995 .000
14.185 96 .148
20.832 99
1.112 3 .371 3.722 .014
9.557 96 1.0E-01
10.668 99
3.906 3 1.302 18.356 .000
6.810 96 7.1E-02
10.716 99
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Vegetasi
Suhu udara
Lalu lintas
Pengurangan
pencemaran
udara
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, peranan taman kota terhadap vegetasi
memperoleh harga F 27,360 dengan signifikansi 0,000. Hasil ini kemudian
dikonsultasikan dengan harga F tabel sebesar 2,68. Karena harga F hitung > F tabel
maka Ho ditolak, artinya peranan taman kota terhadap vegetasi di keempat kelurahan
adalah berbeda secara signifikan dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0,000 jauh
di bawah 0,05.
Peranan taman kota terhadap suhu udara memperoleh harga F hitung 14,995
dengan signifikansi 0,000. Karena F hitung > F tabel disimpulkan Ho ditolak, yang
berarti peranan taman kota bagi suhu udara di keempat kelurahan memang berbeda.
Hal ini didukung dengan nilai signifikansinya yang lebih kecil dari 0,05.
Peranan taman kota terhadap lalu lintas memperoleh harga F hitung 3,722
dengan signifikansi 0,014. Karena harga F hitung > F tabel maka Ho ditolak, artinya
peranan taman kota terhadap lalu lintas di empat kelurahan memang berbeda secara
signifikan.
Peranan taman kota bagi pengurangan pencemaran udara diperoleh harga F
hitung 18,356 dengan signifikansi 0,000. Karena harga F hitung menunjukkan harga
yang lebih besar dari 2,68 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak,
artinya peranan taman kota bagi pengurangan pencemaran udara di empat kelurahan
memang berbeda secara signifikan.
Dari simpulan di atas, diketahui adanya perbedaan peranan taman kota terhadap
ekologi di antara keempat wilayah. Masalah selanjutnya adalah menentukan wilayah
mana yang berbeda untuk tiap aspek ekologi (vegetasi, suhu udara, lalu lintas dan
penguranan pencemaran udara). Untuk menjawab masalah ini, digunakan analisis
Tukey HSD dengan melihat pada perbedaan rata-rata (Mean Difference) antar
wilayah. Apabila signifikansinya < 0,05 maka kedua wilayah dapat dikatakan
mempunyai peranan yang berbeda secara signifikan. Hasil perhitungan dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.12
Rangkuman Uji Signifikansi Perbedaan Parameter Ekologi Tiap Wilayah
Variabel Taman Kota I Taman Kota II sig. Variabel Taman Kota I Taman Kota II sig.
Demaan 0.063 Demaan 0.537
Kauman 0.000 Kauman 0.031
Ngabul
Pingkol 0.000
Ngabul
Pingkol 0.026
Ngabul 0.063 Ngabul 0.537
Kauman 0.000 Kauman 0.468
Demaan
Pingkol 0.123
Demaan
Pingkol 0.427
Ngabul 0.000 Ngabul 0.031
Demaan 0.000 Demaan 0.468
Kauman
Pingkol 0.001
Kauman
Pingkol 1.000
Ngabul 0.000 Ngabul 0.026
Demaan 0.123 Demaan 0.427
vegetasi
Pingkol
Kauman 0.001
Lalu Lintas
Pingkol
Kauman 1.000
Demaan 0.993 Pengurangan Demaan 0.000
Kauman 0.000 Pencemaran Kauman 0.604
Ngabul
Pingkol 0.000
Ngabul
Pingkol 0.439
Ngabul 0.993 Ngabul 0.000
Kauman 0.000 Kauman 0.000
Demaan
Pingkol 0.000
Demaan
Pingkol 0.000
Ngabul 0.000 Ngabul 0.604
Demaan 0.000 Demaan 0.000
Kauman
Pingkol 0.998
Kauman
Pingkol 0.036
Ngabul 0.000 Ngabul 0.439
Demaan 0.000 Demaan 0.000
Suhu Udara
Pingkol
Kauman 0.998
Udara
Pingkol
Kauman 0.036

Pada aspek peranan taman kota terhadap vegetasi, signifikansi antara
Kelurahan Ngabul dan Demaan sebesar 0,063. Karena signifikansinya lebih besar
dari 0,05 maka disimpulkan perbedaan pada kedua kelurahan tidak signifikan.
Demikian juga besarnya signifikansi antara Kelurahan Pingkol dengan Demaan
sebesar 0,123 sehingga disimpulkan perbedaan peranan taman kota terhadap vegetasi
antara kedua Kelurahan adalah tidak signifikan. Sedangkan harga signifikansi yang
diperoleh dari Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan
dengan Kauman, Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga yang lebih kecil dari
0,05 yang berarti perbedaan taman kotanya terhadap vegetasi berbeda secara
signifikan. Hasil tersebut didukung dari analisis homogeneous subsets, seperti pada
tabel berikut :
Tabel 4.13
Uji Homogeneous Subsets Vegetasi
Vegetasi
Tukey HSD
a
25 1.9440
25 2.1520 2.1520
25 2.3360
25 2.6640
.063 .123 1.000
Taman kota
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Pingkol
Kel. Kauman
Sig.
N 1 2 3
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.
a.

Dari tabel diatas, diketahui bahwa Kelurahan Ngabul dan Demaan tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan. Demikian juga antara Kelurahan Demaan
dan Pingkol. Sedangkan Kelurahan Kauman mempunyai perbedaan yang signifikan
dengan kelurahan yang lain.
Pada aspek peranan taman kota terhadap suhu udara, besarnya signifikansi
antara Kelurahan Ngabul dengan Demaan adalah 0,993; antara Kelurahan Kauman
dengan Pingkol sebesar 0,998 dan lebih besar dari 0,05. Dengan demikian perbedaan
peranan taman kota terhadap suhu udara antara kedua pasang kelurahan tersebut
tidak signifikan. Besarnya signifkansi antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman,
Ngabul dengan Pingkol, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol
menunjukkan harga yang kurang dari 0,05 sehingga dikatakan perbedaan peranan
taman kotanya terhadap suhu udara adalah signifikan. Simpulan ini didukung dari
analisis homogeneous subsets berikut.
Tabel 4.14
Uji Homogeneous Subsets Suhu Udara
Suhu udara
Tukey HSD
a
25 2.0700
25 2.1000
25 2.5900
25 2.6100
.993 .998
Taman kota
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Sig.
N 1 2
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.
a.

Tabel di atas memberi gambaran bahwa Kelurahan Ngabul dan Demaan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dengan yang lain, demikian juga untuk
kelurahan Kauman dan Pingkol.
Pada aspek peranan taman kota terhadap lalu lintas, besarnya signifikasi antara
Kelurahan Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan
Pingkol, serta Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga yang lebih besar dari
0,05 sehingga dikatakan perbedaan peranan kotanya terhadap lalu lintas keempat
pasang kelurahan adalah tidak signifikan. Sedangkan antara Kelurahan Ngabul
dengan Kauman serta Ngabul dengan Pingkol, menunjukkan harga signifikansi lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa perbedaan peranan taman
kotanya terhadap lalu lintas kedua pasang kelurahan adalah signifkan. Sebagai
pendukung, dapat dilihat hasil analisis homogeneous subsets berikut :
Tabel 4.15
Uji Homogeneous Subsets Lalu Lintas
Lalu lintas
Tukey HSD
a
25 2.1840
25 2.3040 2.3040
25 2.4340
25 2.4400
.537 .427
Taman kota
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Sig.
N 1 2
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.
a.

Dari tabel diatas, diketahui bahwa pada subset 1, antara Kelurahan Ngabul dan
Demaan dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 2,
antara Kelurahan Demaan, Kauman dan Pingkol dinyatakan tidak mempunyai
perbedaan yang signifikan satu dengan yang lain.
Pada aspek peranan taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara,
antara Kelurahan Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan
dengan Pingkol, Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga signifikansi lebih kecil
dari 0,05 sehingga dikatakan bahwa peranan taman kotanya terhadap pengurangan
pencemaran udara pada empat pasang kelurahan adalah signifkan. Sedangkan antara
Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, menunjukkan harga
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa perbedaan
peranan taman kotanya terhadap pengurangan pencemaran udara pada empat dua
pasang kelurahan adalah tidak signifikan. Hasil ini didukung dari analisis
homogeneous berikut ini:
Tabel 4.16
Uji Homogeneous Subsets Pengurangan Pencemaran Udara
Pengurangan pencemaran udara
Tukey HSD
a
25 1.9760
25 2.2933
25 2.4067 2.4067
25 2.5000
1.000 .439 .604
Taman kota
Kel. Demaan
Kel. Pingkol
Kel. Ngabul
Kel. Kauman
Sig.
N 1 2 3
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.
a.

Berdasarkan tabel diatas, pada subset 1 Kelurahan Demaan dinyatakan
mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 2, Kelurahan Pingkol dan
Ngabul dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 3,
Kelurahan Ngabul dan Kauman dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan.

Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa terdapat korelasi
yang cukup tinggi antara pola penyebaran taman kota dengan parameter ekologi di
kota Jepara. Besarnya koeisien korelasi atau derajat hubungan antara keduanya
adalah 0,613 dengan koefisien determinasi sebsar 0,376 yang berarti bahwa 37,6%
kualitas ekologi menurut responden dipengaruhi oleh pola penyebaran taman kota.
Dengan demikian masih terdapat 62,4% pengaruh dari faktor lain selain pola
penyebaran taman kota, yang juga berpengaruh terhadap kualitas ekologi kota. Dari
persamaan regresi yang diperoleh, yaitu Y = 2,008 + 0,122X, memberikan gambaran
bahwa untuk dapat meningkatkan satu satuan kualitas ekologi, maka pola penyebaran
taman kota harus ditingkatkan sebesar 0,122 satuan. Beberapa faktor lain yang dapat
berpengaruh terhadap kualitas ekologi (yang tidak terungkap dalam penelitian) antara
lain faktor letak geografis kota Jepara, pola pemukiman penduduk, atau pun faktor
musim dan cuaca pada saat penelitian dilaksanakan. Untuk itu masih perlu adanya
penelaahan lebih lanjut mengenai beberapa faktor tersebut sehingga dapat dijadikan
sebagai pedoman bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas ekologi kota
Jepara.
Dari adanya pengaruh atau peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman
kota terhadap kualitas ekologi, dilakukan analisis terhadap ada tidaknya perbedaan
peranan terhadap ekologi di empat wilayah kelurahan. Dari hasil analisis anova
diperoleh harga F hitung yang lebih besar daripada F tabel, sehingga dapat
disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota
terhadap ekologi memang berbeda-beda secara signifikan di empat kelurahan. Hasil
ini memberikan pengertian, pengaruh yang timbulkan oleh adanya taman di tiap-tiap
kelurahan dirasakan berbeda. Satu kelurahan mungkin lebih merasakan dampak
positif adanya taman dalam perubahan suhu udara, tetapi di kelurahan lain mungkin
taman memberikan dampak positif lebih pada keteraturan lalu lintas di sekitarnya.
Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya perbedaan
jenis tumbuhan yang digunakan untuk membuat taman, atau pun perbedaan desain
taman yang dibuat. Dari hasil analisis lanjutan, diperoleh simpulan bahwa adanya
perbedaan tersebut dirasakan antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul
dengan Pingkol, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kelurahan
Kauman dengan Pingkol.
Secara lebih khusus tentang perbedaan peranan pola penyebaran taman kota
terhadap ekologi, maka dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan peranan
penyebaran taman kota terhadap seluruh parameter ekologi di empat kelurahan. Dari
hasil analisis diperoleh harga F hitung untuk semua parameter ekologi menunjukkan
harga yang lebih besar daripada harga F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa
peranan pola penyebaran taman kota terhadap parameter ekologi benar-benar
berbeda secara signifikan.
Perbedaan yang signifikan pada parameter vegetasi dirasakan oleh responden
yang berada di Kelurahan Ngabul dan Kauman, antara Ngabul dan Pingkol, Demaan
dan Kauman, serta antara Kauman dengan Pingkol. Sebagai ilustrasi dari hasil
tersebut, bahwa peranan vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden di
Ngabul, berbeda dengan peranan vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden
di Kauman. Mungkin saja responden di Ngabul merasakan bahwa vegetasi di taman
kotanya tidak memberikan dampak yang nyata bagi ekologi, namun responden di
Kauman merasakan adanya dapmak yang kuat dari adanya vegetasi taman kota
terhadap ekologi wilayahnya.
Perbedaan yang signifikan pada parameter suhu udara dirasakan oleh
responden di Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan
dengan Kauman, serta Demaan dengan Pingkol. Hasil ini memberikan pengertian
bahwa responden merasakan adanya perbedaan suhu udara (misalnya antara di
Ngabul dan Kauman) yang dipengaruhi oleh adanya taman kota di wilayahnya.
Perbedaan kelancaran lalu lintas pun dirasakan berbeda oleh responden di kota
Jepara. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan yang signifikan pada parameter
lalu lintas sebagai dampak dari adanya taman kota. Perbedaan tersebut dirasakan
antara responden di Ngabul dengan Kauman serta Ngabul dengan Pingkol. Adanya
perbedaan dampak pada lalu lintas dapat terjadi karena desain taman kota yang
dibuat. Desain taman kota yang baik, yang memperhatikan bentuk jalan, serta letak
jelas akan memberikan dampak yang lebih baik bagi kelancaran lalu lintas, dari pada
taman yang dibuat dengan tidak memperhatikan aspek bentuk jalan serta diletakkan
disembarang tempat.
Peranan adanya taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara juga
dirasakan berbeda secara signifikan. Perbedaan tersebut dirasakan antara responden
di Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta
Kauman dengan Pingkol. Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara sebagai
akibat dari adanya taman kota dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk
meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran udaranya tinggi.
Dengan demikian keberadaan taman kota akan menjadi penyaring polusi dari
berbagai sumber polusi udara.































BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Terdapat korelasi yang cukup tinggi antara pola penyebaran taman
kota dengan parameter ekologi di kota Jepara. Besarnya koefisien
korelasi atau derajat hybungan antara keduanya adalah 0,613 dengan
koefisien determinasi sebesar 0,376 yang berarti bahwa 37,6 %
kualitas ekologi menurut responden dipengaruhi oleh pola penyebaran
taman kota.
2. dari adanya peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota
terhadap kualitas ekologi, dilakukan analisis terhadap ada tidaknya
perbedaan peranan terhadap ekologi di empat wilayah kelurahan. Dari
hasil analisis anova diperoleh F hitung yang lebih besar daripada F
tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh
pola penyebaran taman kota terhadap ekologi memang berbeda-beda
secara signifikan di empat kelurahan. Hasil ini memberikan
pengertian, pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya taman di tiap-tiap
kelurahan dirasakan berbeda. Satu kelurahan mungkin lebih
merasakan dampak positif adanya taman dalam perubahan suhu udara,
tetapi di kelurahan lain mungkin taman memberikan dampak positif
lebih pada keteraturan lalu lintas di sekitarnya. Perbedaan-perbedaan
ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, misalnya perbedaan jenis
tumbuhan yang digunakan untuk membuat taman, ataupun perbedaan
desain taman yang dibuat. Dari hasil analisis lanjutan, diperoleh
simpulan bahwa adanya perbedaan tersebut dirasakan antara
Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan
dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kelurahan Kauman
dengan Pingkol.
3. Perbedaan yang signifikan pada parameter vegetasi dirasa oleh
responden yang berbeda di Kelurahan Ngabul dan Kauman, antara
Ngabul dan Pingkol, Demaan dan Kauman,serta antara Kauman
dengan Pingkol. Sebagai ilustrasi dari hasil tersebut, bahwa peranan
vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden di Kauman.
Mungkin saja di taman kotanya tidak memberikan dampak yang kuat
dari adanya vegetasi taman kota terhadap ekologi wilayahnya.
Perbedaan yang signifikan pada parameter suhu udara dirasakan oleh
responden di Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan
Pingkol, Demaan dengan Kauman, serta Demaan dengan Pingkol.
Hasil ini memberikan pengertian bahwa responden marasakan adanya
perbedaan suhu udara (misalnya antara di Ngabul dan Kauman) yang
dipengaruhi oleh adanya taman kota di wilayahnya. Perbedaan
kelancaran lalu lintas sebagai dampak dari adanya taman kota.
Perbedaan tersebut dirasakan antara responden di Ngabul dengan
Kauman serta Ngabul dengan Pingkol. Adanya perbedaan dampak
pada lalu lintas dapat terjadi karena desain taman kota yang dibuat.
Desain taman kota yang baik, karena memperhatikan bentuk jalan,
serta letak jelas akan memberikan dampak yang lebih baik bagi
kelancaran lalu lintas, daripada taman yang dibuat dengan tidak
memperhatikan aspek bentuk jalan serta diletakkan di sembarang
tempat.
Peranan adanya taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara
juga dirasakan berbeda secara signifikan. Perbedaan tersebut
dirasakan antara responden di Ngabul dengan Demaan, Demaan
dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kauman dengan
Pingkol.
Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara sebagai akibat dari
adanya taman kota dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk
meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran
udaranya tinggi. Dengan demikian keberadaan taman kota akan
menjadi penyaring polusi dari berbagai sumber polusi udara.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka saran-saran yang
dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Peranan vegetasi taman kota di Kelurahan Ngabul tidak memberikan
dampak yang kuat, sehingga perlu adanya penambahan vegetasi untuk
memperkuat peranan taman kota.
2. Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara dan suhu udara di
antara taman-taman kota dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran
udara dan suhu udaranya tinggi, dengan demikian keberadaan taman
kota akan menjadi penyaring polusi dari berbagai sumber polusi
udara.
3. Diperlukan desain taman kota yang baik, yang mampu
memperhatikan bentuk jalan, serta peletakan taman kota jelas akan
memberikan dampak yang lebih baik dari kelancaran lalu lintas.




























DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Balai Penelitian Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Jepara. 2003. Jepara dalam Angka 2003. Jepara : BPS
dan BAPPEDA Kabupaten Jepara.

Daldjoeni. 1985. Penduduk, Lingkungan dan Masa Depan. Bandung : Alumni.

DKPPK. 2004. Site Plan Taman Kota di Jepara. Jepara : DKPPK Jepara.

DLHPE. 2004. Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara Tahun 2004.
Jepara : DLHPE Kabupaten Jepara.

DPU. 2002. Proyek Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Jepara (RDTRK)
Kota Jepara Tahun Anggaran 2002. Jepara : DPU Jepara.

Fakta dan Analisa. 2000. : Review Rencana Umum Tata Tuang Kota Jepara Tahun
2001-2010. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Jepara. Jepara : DPU Kabupaten Jepara.

Hakim, Rustam dan Utomo, Hardi. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur
Lansekap : Prinsip-Unsur dan Aplikasi Disain. Jakarta : bumi aksara.

Laurie, Michael. 1986. Arsitektur Pertamana. Bandung : Intermatra.

Ngabekti, Sri. 2003. Paparan Kuliah Ekologi. Semarang. FMIPA Jurusan Biologi
UNNES.

Prawiro, Ruslan. 1983. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang : Satya Wacana.

Setiyaningrum, Diyah. 2002. Pola Penyebaran Taman Kota di Semarang. Semarang
: Perpustakaan UNNES.

S. Foster, William. 1990. Ilmu Pengetahuan Populer. Glorier Internasional, Inc.

Soeriaatmadja. 1989. Ilmu Pengetahuan. Bandung : ITB.

Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suharso. 2002. Taman Pagar. Yogyakarta : Kanisius.
































INSTRUMEN PENELITIAN
POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA
DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI DI KOTA JEPARA

PENGANTAR

Penelitian ini diadakan dalam rangka penyusunan skripsi pada Strata Satu
(S1) Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Semarang. Tujuan penelitian
ini adalah ingin mengetahui respon penduduk terhadap taman kota di Jepara, yaitu
meliputi taman Adipura dan taman Bundaran di Kelurahan Ngabul, taman Tugu
Pahlawan di Kelurahan Demaan, taman utara Masjid Baiturrahmann di Kelurahan
Kauman dan taman Karang di Kelurahan Pingkol.
Demi tercapainya tujuan penelitian ini, maka peneliti mohon kesediaan
saudara untuk mengisi daftar pertanyaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Jawaban yang saudara isikan dijaga kerahasiaannya. Jawaban yang baik adalah
jawaban yang sesuai dengan pendapat dan keadaan saudara sendiri.
Atas bantuan dan kerjasamanya yang baik ini, kami ucapkan banyak terima
kasih. Semoga penelitian ini bermanfaat dan berguna bagi pengembangan dan
kemajuan, terutama dalam usaha peningkatan penyebaran taman kota dan
peranannya pada ekologi kota di Jepara.
Semarang, Februari 2005
Peneliti

Junaidy Jibran Abdillah
NIM. 5114000021
POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA
DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI KOTA
DI JEPARA

I. DATA DIRI
Berikan tanda silang (X) pada angka yang menunjukkan kondisi yang ada
pada diri Anda.
1. Jenis kelamin
(1) Laki-laki (2) Perempuan ( )
2. Usia
(1) 15-25 tahun
(3) 35-45 tahun
(2) 25-35 tahun
(4) 45 tahun ke atas
( )
3. Pendidikan akhir
(1) SD (2) SLTP (3) SLTA (4) S1 (5) S2 ( )
4. Tempat tinggal
(1) Kelurahan Ngabul, di sekitar Taman Adipura dan Bundaran
(4) Kelurahan Pingkol, di sekitar Taman Karang
(2) Kelurahan Demaan, di sekitar Taman Tugu Pahlawan
(3) Kelurahan Kauman, di sekitar Taman Utara Masjid Baiturrahman

II. INSTRUMEN
Berikan tanda (X) pada pernyataan-pernyataan berikut dengan alternatif-
alternatif jawaban yang telah disediakan mengenai penilaian Anda terhadap
peranan taman kota di Jepara.
A : Alternatif jawaban sangat setuju
B : Alternatif jawaban setuju
C : Alternatif jawaban tidak setuju
D : Alternatif jawaban sangat tidak setuju



NO

PERTANYAAN-PERTANYAAN A B C D



5.

6.



7.

8.




9.



10.
VEGETASI TAMAN KOTA
1. Taman Adipura dan taman Bundaran di
Kelurahan Ngabul
Dengan adanya taman semak dan pohon berderet sebagai
saringan, pengurangan debu cukup di sekitar taman
tersebut.
Adanya taman semak, pohon yang tinggi, lebar dan
beraneka ragam, pengurangan debu tinggi sebab dapat
diendap dalam tanaman serta meredam kebisingan.
2. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan
Taman Tugu Pahlawan banyak terdapat pohon, perdu,
semak, rerumputan.
Taman semak, pohon padat, lebar dan beraneka ragam,
pengurangan debu tinggi sebab dapat di endap tanaman
dan meredam kebisingan.
3. Taman utara Masjid Baiturrahmann di
Kelurahan Kauman
Banyak terdapat pohon, semak, rerumputan, perdu
sehingga dapat mengurangi debu, kebisingan, dan
hembusan angin kencang.
4. Taman Karang di Kelurahan Pingkol





11.

12.

13.
14.

15.


16.

17.

18.


19.




20.


21.


22.

Adanya pohon yang tinggi, kolan air mancur,
pengurangan debu tinggi sebab di endap tanaman dan
dapat meredam kebisingan

TAMAN KOTA TERHADAP SUHU UDARA
Penyebaran taman kota di Jepara seperti di atas dapat
memberikan kesan sejuk dalam kota.
Rasa sejuk dan nyaman muncul saat Anda berjalan kaki
di siang hari di tempat terbuka yang terdapat taman.
Taman kota dapat mengurangi panas dalam kota.
Jumlah taman kota yang tersebar di kota Jepara perlu
ditambah karena dapat menciptakan suasana lingkungan
yang nyaman.
Dengan ditambahnya taman kota dapat mengurangi suhu
udara panas menjadi suhu udara sejuk.
LALU LINTAS DI SEKITAR TAMAN KOTA
Taman-taman kota di Jepara berperan dalam mengatur
sirkulasi lalu lintas.
Taman-taman kota dapat mempengaruhi cepat lambatnya
kendaraan yang melaju disekitar taman kota.
Saat bertambahnya volume lalu lintas, misal terjadi
kemacetan, taman-taman kota dapat menyegarkan
pandangan sebab visualisasi taman kota di buat menarik.
Taman-taman kota sebagai pembatas dan pengarah jalan
dapat memperlancar sirkulasi lalu lintas.

TAMAN KOTA TERHADAP PENCEMARAN
UDARA
1. Taman Adipura dan Bundaran di Kelurahan
Ngabul
Pencemaran udara disebabkan dari polusi udara, misal
dari asap kendaraan seperti sepeda motor, mobil, bus,
truk, asap industri dan sebagainya.
Disekitar Taman Adipura dan Bundaran Ngabul sering

23.


24.




25.

26.



27.

28.


29.

30.
timbul pencemaran udara berupa gas, debu, abu, serbuk
dan berbagai gas dan zat lain.
Semakin banyak penyebaran taman kota, maka semakin
tinggi jumlah partikel yang tersaring di ruang terbuka.
2. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan
Disekitar taman Tugu Pahlawan sering timbul
pencemaran udara berupa gas, debu, abu, serbuk, dan
berbagai gas dan zat lain.
Jumlah semak, tanaman, dan pepohonan di taman Tugu
Pahlawan perlu di tambah untuk menyaring debu, asap,
partikel, dan sebagainya.
3. Taman utara Masjid Baiturrahmann di
Kelurahan Kauman
Disekitar taman utara masjid sering timbul pencemaran
udara seperti gas, debu, abu, serbuk, dan berbagai gas
dan zat lain.
Jumlah semak, ttanaman, pohon-pohon di taman utara
Masjid sudah mencukupi, untuk menyaring partikel,
asap, debu dan sebagainya.
4. Taman Karang di Kelurahan Pingkol
Disekitar taman Karang sering timbul pencemaran udara
seperti gas, debu, abu, serbuk, dan berbagai gas dan zat
lain.
Jumlah semak, tanaman berderet, pohon-pohon tinggi,
dan lebar perlu di tambah untuk menyaring asap, gas,
debu, dan zat lain.
Kolam air mancur di taman Karang dapat melembabkan
lingkungan sekitar dari pengaruh pencemaran udara.
Keberadaan taman Karang mampu mengurangi
pencemaran udara berupa gas, debu, asap, dan
sebagainya.

You might also like