You are on page 1of 2

Bab 3 Kelahiran dan Rumusan Pancasila bahwa kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tidak lain dan tidak

bukan, ialah satu jembatan, satu jembatan emas." Jembatan emas akhirnya memang terbangun pada 17 Agustus 1945. Tentu, bukan karena jasa Soekarno semata, namun atas perjuangan bersama Berta bahu-membahu pemimpin bangsa dan rakyat tanpa menyerah. Kemerdekaan Indonesia bukan hadiah Jepang atau Belanda, tetapi perjuangan bangsa Indonesia seluruhnya. Masalahnya, wilayah dan bangsa yang mendiami wilayah itu tidak punya satu kesamaan sebagai perekat yang kuat. Wilayah dan bangsa Indonesia yang merdeka memiliki karekteristik yang unik. Berbeda dengan negara lain yang sudah lebih dulu merdeka, seperti Inggris, Francis, Jerman Italia, dan Yunani yang ketika merdeka membentuk negara-bangsa atas dasar kesamaan bahasa. Singapura, Sri Lanka, Australia, dan India yang menjadi negara-bangsa atas dasar kesamaan daratan. Cina, Jepang, dan Korea yang menjadi negara-bangsa karena kesamaan ras. Negara-negara Timur Tengah yang ketika merdeka menjadi negara-bangsa atas dasar kesamaan agama. Ket ika akan merdeka, adakah kesamaan di antara penduduk yang mendiami bekas koloni Hindia Belanda, sehingga atas dasar kesamaan itu dibentuk dasar negarabangsa Indonesia?. Dari sisi bahasa; sarpa sekali tidak ada kesamaan. Meski para pemuda yang bersumpah pada tanggal 28 Oktober 1928 dan mendeklarasikan, "Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng bahasa persatoean Bahasa Indonesia", sejatinya bahasa persatuan yang dimaksudkan adaiah bahasa Melayu. Bahasa Melayu memang dipakai sebagai lingua franca waktu itu, namun tidak oleh seluruh suku bangsa yang jumlahnya puluhan ribu itu. Demikian pula dari sisi geografis, terutama daratan. Bekas wilayah koloni Belanda terdiri atas 7.504 pulau (kini berkurang dua karena telah lepas). Wilayah daratan yang sama tidak dapat menjadi dasar pemersatu negara dan bangsa Indonesia. Ditilik dari segi ras, wilayah koloni Hindia Belanda terdiri atas ribuan ras walaupun mayoritas adalah ras Jawa, Sunda, Madura, Batak, Bugis, Minangkabau, Dayak, Flores, Manado, dan sebagainya.- Oleh karena itu, kesamaan ras tidak dapat menjadi dasar Indonesia merdeka. Apalagi kalau yang menjadi dasar Indonesia merdeka adalah kesamaan agama. De facto agama-agama samawi berasal dari negeri asing dan disebarkan ke nusantara oleh para pedagang. Agama Hindu dan Budha, misalnya, sudah dipeluk penduduk pada zaman kerajaan. Setelah itu, penduduk nusantara mengenal Islam, Kristen, Katolik dari para pedagang yang sambil berdagang juga turut menyebarkan agama. Kemudian, apa dasar bagi Indonesia yang akan merdeka jika kita tidak mempunyai kesamaan sama sekali? Fakta historis mencatat, negara dan bangsa Indonesia lahir melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Pada bagian pembukaan UUD 1945 termaktub Pancasila sebagai dasar negara.

Inilah yang dalam filsafat dengan memakai teori causa Aristoteles disebut sebagai causa formalis Pancasila. Artinya adalah format atau bentuk Pancasila yang final, tidak berubah, bentuk yang sah dan tetap diakui bersama sebagai yang sudah selesai. Dengan demikian, bentuk Pancasila yang sebelumnya ada dalam pidato, teks-teks, seperti Piagam Jakarta, serta bentuk lain selain dalam Pembukaan UUD 1945 adalah bentuk Pancasila yang belum final. Bentuk yang waktu itu masih dalam "proses menjadi" karena masih menunggu untuk disempurnakan dan diakui sebagai final. Dalam konteks tersebut kita mengerti mengapa setelah empat kali

amandemen, Pembukaan UUD 1945 t idak per nah berubah. Sebab, mengubahnya sama saja dengan menghancurkan fondasi bangunan. Mengubah atau mengamandemen Pembukaan UUD 1945 berarti menghancurkan negara kesatuan RI dan menggantinya dengan dasar yang baru. Implikasinya, jika mengubah Pembukaan UUD 1945 arti sebagai negara dan bangsa kita mengingkari perjuangan para Bapak Bangsa dan menafikan pengorbanan jiwa raga segenap rakyat yang telah berkorban membangun negara ini atas dasar Pancasila. Pancasilalah yang mempersatukan kita sebagai negara-bangsa yang pluralis. Tidak ada kesamaan lain selain kesamaan seluruh komponen bangsa akan Pancasila. Tidak mengherankan jika presiden SBY saat menyampaikan pidato kenegaraan pada sidang paripurna DPR pada tanggal 16 Agustus 2007 mengatakan, Pancasila sebagai ideologi nasional dan dasar Negara Republik Indonesia sudah final. Presiden lalu mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menghidupkan, mengamalkan, dan memegang teguh Pancasila sebagai dasar negara. Meski menyatakan final dan tidak dapat diganggu gugat, SBY pun menolak untuk menyakralisasikan Pancasila sebagaimana terjadi pada masa Orde Baru. "Memang, kita tidak ingin Pancasila dan UUD 1945 disakralkan karena tidak perlu disakralkan. Namun, pemikiran untuk mengganti Pancasila dengan ideologi dan dasar negara lain atau-pun mengubah-Pembukaan UUD 1945 yang merupakan roh dan jiwa konstitusi kita, tentulah tidak akan kita berikan tempat dalam kehidupan bernegara,"tegas Presiden Yudhoyono. SBY mencoba untuk menghindari sakralitas Pancasila oleh Orde Baru karena ternyata di balik itu semua Pancasila dijadikan alat bagi penguasa untuk menekan dan membungkam. Pada tahun 1998, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengeluarkan Ketetapan MPR RI Nomor XVIII/MPR/1998 yang mencabut TAP MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang sekaligus secara eksplisit menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Namun, Pembukaan UUD 1945 juga tetap dipertahankan

You might also like