You are on page 1of 7

Makalah Gizi Buruk Abstrak : Penyakit Gizi Buruk Menyerang Balita dan Anak Anak Kasus gizi buruk

k umumnya menimpa balita dengan latar belakang ekonomi lemah. Beragammasalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar.Menurut UNICEF saat ini ada sekitar 40 % anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderitagizi buruk. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan sejak mereka dilahirkan.Penyebab utama gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab utama kasus gizi buruk diIndonesia tampaknya karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan memicukasus gizi buruk, kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagianaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia. Dan juga faktor alam, manusiawi ( kultur social masyarakat setempat ), pemerintah, dan lain lain.Persoalan gizi buruk masih menghantui sebagian warganya. Bagaimana bisa di era sekarang,masih dijumpai ribuan, dan ratusan ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa depanIndonesia menderita gizi buruk. Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganankasus gizi buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah mencanangkanGerakan Penanganan Diare dan Gizi Buruk sejak Juli 2007 lalu disusul dengan GerakanKedaulatan Pangan yang akan dicanangkan April 2008, keseriusan pemerintah tidak ada artinyaapabila tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudahmembudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizidalam makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis.Gizi buruk akut atau busung lapar menurut Sensus WHO menunjukkan 49% dari 10,4 jutakematian yang terjadi pada anak dibawah lima tahun di negara berkembang. Kasus kekurangangizi tercatat sebanyak 50% anak-anak di Asia, 30% anak-anak Afrika, dan 20% anakanak diAmerika Latin. Dari kondisi tubuh balita yang menderita gizi buruk memiliki berat badan di bawah rata-rata, berat badan/umur Balita < 60 persen berada di bawah garis merah sehinggatergolong KEP berat. Ciri-ciri yang mudah terdekteksi pada tanda marasmus. Komponen biologiyang melatarbelakangi KKP antara lain malnutrisi ibu, penyakit infeksi, dan diet rendah energi & protein.Seorang ibu yang mengalami KKP selama kurun waktu tersebut pada gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan rendah. Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhantubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Sindrom kwasiorkor terjelma manakala defisiensi menampakan dominasi protein, dan maramus termanifestasi jikaterjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini marasmik kwasiorkor, jugatidak sedikit.Malnutrisi Primer Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi, rendahnya pengetahuan, dan kurangnyaasupan gizi. Gejala kinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin danmineral lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun.Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun,ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang (maturasi) terlambat, perbandingan beratterhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut.Malnutrisi

Sekunder Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada fungsi dan sistemtubuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna, metabolisme, kromosomatau kelainan bawaan jantung, ginjal. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi olehmalnutrisi sekunder.Asupan GiziAnak usia 0-2 tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zatyang dibutuhkan dalam perkembangan otak anak. Banyak produk susu kaleng atau susu formulamengandung asam linoleat, DHA dan sebagainya. Untuk memulihkan kondisi Balita pada statusnormal, dibutuhkan asupan susu yang mudah diserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balitadiharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana dalam hitungan 90 hari berat badan anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain: biasa makan beraneka ragam makanan(makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur, dan lauk pauk), selalu memantaukesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garam beryodium, dan khusus ibu hamil,didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimal sampai 4 bulan setelah kelahiran. Yangnampak adalah bayi-bayi dan anakanak yang lemah, loyo dan tanpa tenaga. Yang terdengar adalah tangisan dan jeritan putus asa bayi-bayi dan anak-anak kelaparan yang sangatmembutuhkan makanan. Mereka cuma bisa menangis tetapi tak mampu meronta.Tenaga mereka lenyap karena mengidap marasmus bahkan busung lapar. Seorang ibu yanganaknya menderita busung lapar mengakui bahwa sudah beberapa hari ini anaknya hanya makan"air bubur." memasak sedikit beras dengan air yang sangat banyak. Akibatnya makanan ituterlalu cair untuk disebut bubur. Lebih tepat disebut air bubur. Memang, tubuh anak itu bagaikantulang-belulang yang ditutupi kulit, perutnya buncit, matanya sayu. Tak dapat dipungkirimemang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahantubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari.Pendidikan gizi diberikan kepada anak untuk mengarahkan kepada pembiasan dan cara makanyang lebih baik yang dilakukan dalam lingkup makro ( masyarkat luas ) dan mikro ( keluarga ). BAB ILATAR BELAKANGMasalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga ( kemampuanmemperoleh makanan untuk semua anggotannya ), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan,dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalahgizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi diIndonesia terutama KEP masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya ( Fajar, Ibnu, dkk.2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ). Sekarang ini masalah gizimengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakitdan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80%yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zatgizi, terlebih zat gizi mikro (Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi.Jakarta : Buku Kedokteran EGC ). Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsiyaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan giziyang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk (Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta )Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibatnya tidak baiknyamutu/jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

tubuh masing masing orang.Jumlah kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani tenaga kesehatan ( Moehji,Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara ). Masalah gizi semula dianggap sebagai masalahkesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan medis/kedokteran. Namun,kemudian disadari bahwa gejala klinis gizi kurang yang banyak ditemukan dokter ternyataadalah tingkatan akhir yang sudah kritis dari serangkaian proses lain yang mendahuluinya (Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta )Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan produktivitas. Pengaruh giziterhadap perkembangan mental anak. Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan selotak yang terjadi pada anak yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalamkandungan. Berbagai factor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan giziterutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat ( Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara )Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil penduduk dunia berpikir hendak makan dimana sementara kelompok lain masih berkutat memeras keringatuntuk memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak anak boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat badan, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak anak ternyata melampaui orang makalah Gizi Buruk Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document Info and Rating Nurma Yani

Share & Embed More from this user PreviousNext 1.

1 p.

34 p.

Lebih baik kalau berbagai kebutuhan gizi didapat dari makanan langsung, bukan asupan atausuplemen yang dijual bebas. Sebab tak seorang pun yang bisa menjamin keamanannya, Kecualikalau asupan itu memang dianjurkan oleh dokter atau didapat dari dokter. Anak usia 0-2 tahunsebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan dalam perkembangan otak anak. Air susu ibu cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalamsegala hal Banyak produk susu kaleng atau susu formula mengandung asam linoleat, DHA dansebagainya. ASI juga mengandung zat anti efeksi.Untuk memulihkan kondisi Balita pada status normal, dibutuhkan asupan susu yang mudahdiserap tubuh yakni Entrasol. Tiap Balita diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimanadalam hitungan 90 hari berat badan anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain: biasa makan beraneka ragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur,dan lauk pauk), selalu memantau kesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garam beryodium, dan khusus ibu hamil, didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi minimalsampai 4 bulan setelah kelahiran. Kriteria ini tentunya masih sulit dipenuhi oleh masyarakatIndonesia. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:* Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.* Ukuran lingkaran lengan atas menurun.* Maturasi tulang terlambat.* Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.* Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.LANGKAH PENGOBATANPengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya. Penderitakurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal. Langkah penanganan harus didasarkan pada penyebab serta kemungkinan pemecahnya.Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakityang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan

pengobatan penyakit penyerta maupuninfeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh. Memulihkan keadaangizinya dengan cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi, dan mencegah gejalaatau kekambuhan dari gizi buruk JUMLAH KASUS GIZI BURUK PADA BALITA MENURUNMenteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan, berbagai upaya intervensi perbaikan giziyang dilakukan pemerintah berhasil menurunkan jumlah kasus gizi kurang dan gizi buruk balitadalam beberapa tahun terakhir. "Capaiannya sudah signifikan, tapi memang belum bisa langsungmembuatnya jadi tidak ada karena untuk itu memang butuh waktu lama," katanya. Iamenjelaskan, penanganan gizi buruk membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga perludukungan dana dari pemerintah pusat. Kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita yang pada2004 sebanyak 5,1 juta telah turun menjadi 4,4 juta pada 2005 dan kembali turun menjadi 4,2 juta pada 2006. "Tahun 2007 angkanya juga turun lagi menjadi 4,1 juta.Mengalami penurunan bermakna dalam tiga tahun terakhir. Menurut Laporan Kasus Gizi Buruk Dinas Kesehatan Provinsi yang disampaikan ke Departemen Kesehatan pada 2005, jumlah kasusgizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 76.178 kemudian turun menjadi50.106 pada 2006 dan turun lagi menjadi 39.080 pada 2007. Jumlah temuan kegiatan surveilans itu lebih rendah dibandingkan dengan target penemuan kasus gizi buruk pada balita yang pada2005 seharusnya sebanyak 180.000 kasus, 94.000 kasus pada 2006 dan 75.000 kasus pada 2007.Guna menurunkan jumlah kasus gizi buruk seperti yang telah ditargetkan, yakni menjadi 20 persen dari total balita pada 2009, pemerintah telah melakukan upaya penanggulangan masalahgizi jangka pendek, menengah dan panjang. Targetnya tahun 2009 bisa turun menjadi 20 persendari jumlah balita, upaya jangka pendeknya antara lain perawatan kasus sesuai prosedur di rumahsakit secara gratis, pemberian makanan bergizi tinggi bagi balita dari keluarga kurang mampudan surveilans kasus secara periodik melalui Posyandu, serta pemberian makanan pendampingASI gratis bagi bayi usia 6-24 bulan dari keluarga kurang mampu.Jangka menengah memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh pemeliharaan bayiseperti promosi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan penimbangan berat badan bayisecara rutin untuk deteksi dini kasus, pemerintah juga berusaha meningkatkan akses pelayanankesehatan dan gizi yang bermutu melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa, penempatan bidandi desa, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan, penguatan Puskesmas dan pembentukan timkesehatan keliling di daerah terpencil.Setiap tahun juga telah meningkatkan alokasi anggaran untuk perbaikan gizi. Jika pada 2005alokasi dana untuk perbaikan gizi hanya Rp175 miliar, maka 2006 ditingkatkan menjadi Rp582miliar dan kembali ditingkatkan menjadi Rp600 miliar pada 2007. "Tahun 2008 ini besarananggarannya masih dibahas, tapi dipastikan tidak akan lebih rendah dari Rp600 miliar," DalamAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2008 pemerintah mengalokasikan 2,3 persen untuk biaya kesehatan. Dengan strategi dan langkah yang telah diterapkan, pemerintah optimistis bisamenurunkan kasus gizi buruk dan kurang pada balita sesuai target.BAB IIIA. KESIMPULANAda 4 faktor yang melatarbelakangi KKP yaitu : masalah social, ekonomi, biologi, danlingkungan. Kemiskinan salah satu determinan social ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengaksesfasilitas kesehatan. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak. Kurangkalori protein sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yangtengah tumbuh-kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang baru berusia kurang dari 1tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan. Penilaianstatus gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin

setiap anggota masyarakatmendapatkan makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dankecerdasan anak.Kasus gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tibatiba begitu saja.Tetapi karena proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai puncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai penelitian menunjukan adanya efek jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembanganotak manusiaB. SARANKetidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambatseharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintahmelakukan tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukungmasyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah,anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak ituhanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan.Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Tanpa data dan informasi yang cermatdan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Dan seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknyayang nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah hadapilahsemuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan keluarnyaDAFTAR PUSTAKAArisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : Buku KedokteranEGC.Fajar, Ibnu, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara.Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.www.liputan6.com www.antara.co.id www.groups.yahoo.com www.emedicine.com www. dinkesdki.go.id www.depkes.go.id www.kompas.com www.mercksource.com http://www.suarapembar uan.com www.sinarharapan.co.id http://www.republika.co.id www.kabblitar.go.id Gizi.net Sulung Prasetyo sinarharapan.co.id PENYAKIT G IZI S ALAH D isusun Oleh : E ka Sapri A lvyanto (07330053) JURUS AN

PENDIDIKAN B I O L O

You might also like