You are on page 1of 12

MANISAN KULIT PISANG

Oleh Elita P. Febrina C.S. Martina R. SMAK KOLESE SANTO YUSUP Malang September 2007

1 ABSTRAK Latar belakang diadakannya percobaan membuat manisan dari kulit pisang ini adalah untuk menambah manfaat dari limbah. Kulit pisang seringkali tidak dimanfaatkan dan bahkan dibuang begitu saja. Sehingga penulis ingin membuat agar kulit pisang dapat lebih dimanfaatkan. Tujuan dari percobaan ini tidak lain adalah untuk mengetahui apakah kulit pisang dapat dijadikan bahan baku pembuatan manisan. Selain itu, tujuan dari percobaan ini juga untuk mengetahui bagaimana proses terbaik untuk mendapatkan rasa manisan kulit pisang yang terbaik pula. Percobaan ini menggunakan kulit buah pisang candi untuk dijadikan manisan. Kulit buah pisang ini mendapatkan 3 perlakuan berbeda, perlakuan A, kulit pisang mengalami proses pembuatan manisan seperti biasa, perlakuan B , kulit pisang direndam dalam larutan garam selama 15 menit terlebih dahulu, dan perlakuan C, kulit pisang direndam dalam air kapur sirih selama 6 jam terlebih dahulu. Dan masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak dua kali. Hasil yang diperoleh adalah manisan kulit pisang yang masih terbagi dalam 3 perlakuan. Setiap manisan kulit pisang yang mendapat perlakuan berbeda, mempunyai rasa dan kekerasan yang berbeda. Setelah dianalisis, rasa yang paling baik yang dihasilkan adalah manisan kulit pisang dengan mendapat perlakuan B. Jadi dapat disimpulkan, dalam pembuatan manisan kulit pisang, kulit pisang harus terlebih dahulu direndam dalam larutan garam selama 15 menit , agar didapatkan rasa yang terbaik. Kata kunci: kulit pisang manisan air kapur sirih kapur sirih larutan

: kulit dari buah pisang : buah-buahan yang direndam dalam larutan gula :air yang didapatkan dari rendaman kapur sirih :kapur sirih merupakan senyawa sumber ion Ca2 yang paling murah dan paling mudah ditemukan dipasaran. :campuran homogen, dimana komponen larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan.

PENDAHULUAN Latar belakang Secara umum, manusia mempunyai tiga kebutuhan primer, yaitu kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Untuk bertahan hidup, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primer itu, di mana kebutuhan pangan menjadi salah satunya. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, manusia menciptakan berbagai macam cara dalam mengolah sumber daya alam yang ada di bumi ini. Manusia memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia di alam, baik sumber daya hewani maupun sumber daya nabati, lalu mengolahnya sehingga dapat dijadikan bahan pangan yang layak untuk dikonsumsi dan bernilai gizi. Sedangakan sumber pangan hewani didapatkan dari beberapa sumber, misalnya susu sapi yang dapat diolah menjadi keju, daging sapi dan ayam yang dapat diolah

2 menjadi sosis, serta telur ayam yang biasanya dijadikan lauk-pauk. Sedangkan sumber daya nabati, misalnya umbi-umbian, sayur-sayuran, biji-bijian yang biasanya diolah menjadi tepung, dan buah-buahan. Indonesia yang terletak di negara tropis, merupakan penghasil buahbuahan yang kaya. Berbagai macam buah dengan berbagai variasi, bentuk, warna, rasa, dan bau yang khas sudah dikenal sejak lama (Makfoeld, 1982:63). Buahbuahan tropis tumbuh sepanjang masa, tanpa mengenal musim, misalnya pepaya, pisang, dan nanas. Banyak buah-buahan yang jarang ditemukan atau bahkan tidak ada sama sekali di luar Indonesia, tetapi sangat melimpah di Indonesia. Sayangnya, buah-buahan sebagai salah satu sumber daya pangan nabati yang melimpah di Indonesia, kurang dapat dimanfaatkan dengan baik. Kalaupun dimanfaatkan, masih tidak dimanfaatkan secara menyeluruh. Oleh sebab itu, penulis ingin melakukan penelitian bagaimana cara untuk memanfaatkan salah satu buah yang melimpah di Indonesia, yaitu pisang. Tanaman pisang adalah salah satu tanaman tropis. Tanaman pisang merupakan tanaman yang serba guna, tidak berbeda dengan tanaman kelapa .Mulai dari akar sampai daun dapat digunakan (Munadjim, 1984:5). Buah pisang mengandung vitamin A, B, C, zat gula air dan tepung (Intisari, 1999:91). Telah diujikan bahwa semua bagian dari pisang, baik itu batang pohon, bonggol pisang, buah pisang, bunga pisang, dan daun pisang memiliki banyak manfaat. Pisang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik sebagai buah atau obat (Thomas, 1992:95). Buah pisang adalah buah yang melimpah di Indonesia dan harganya relatif murah. Buah pisang merupakan buah yang selalu tersedia di pasar, karena bukan buah musiman, dan produksinya cukup melimpah (Ashari, 1995:382). Buah pisang saat ini tidak hanya sekedar dimakan saja, tetapi juga diolah terlebih dahulu menjadi keripik dan sale pisang. Selama ini bagian dari pisang yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya saja, sedangkan bagian yang lain, terutama kulitnya, umumnya belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai sampah belaka (Munadjim, 1984:63). Penelitian yang dilakukan Das Salirawati MSi, Eddy Sulistyowati Apt MS, dan Retno Arianingrum MSi yang semuanya adalah dosen Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam telah sukses menjadikan kulit pisang menjadi nata (www.kompas.com). Maka, melalui makalah ini, penulis ingin pula memanfaatkan kulit pisang dengan mengolahnya menjadi manisan, sehingga kulit pisang dapat lebih dimanfaatkan. Rumusan masalah Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah kulit pisang dapat dijadikan bahan baku pembuatan manisan? 2. Bagaimanakah cara untuk menghilangkan rasa sepat pada kulit pisang? Tujuan Berdasarkan dari rumusn masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui apakah kulit pisang dapat dijadikan bahan baku pembuatan manisan.

3 2. Untuk mengetahui cara menghilangkan rasa sepat pada kulit pisang. Hipotesis 1. Kulit pisang dapat dijadikan bahan baku manisan. 2. Untuk menghilangkan rasa sepat pada kulit pisang adalah dengan perendaman dengan air kapur sirih. Kajian Teori Tanaman Pisang Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman pisang mempunyai nama Latin Musa paradisiaca. Nama Musa diambil dari seorang nama dokter kaisar Romawi Octavianus Augustus yang bernama Antonius Musa. Antonius Musa selalu menganjurkan pada kaisarnya untuk makan pisang setiap harinya agar tetap sehat, kuat, dan segar (Munadjim, 1998:1). Tanaman pisang merupakan herba yang hanya berbuah sekali (monokarpik), kemudian mati (Ashari, 1995:377). Tanaman pisang menghendaki iklim panas, terutama iklim tropis (Ashari, 1995:378). Di Indonesia tanaman pisang berada di mana-mana (Munadjim, 1984:5). Tanaman pisang mudah berkembang biak, setiap pohon induk beranak tiga sampai empat buah. Oleh sebab itu, dalam tahun berikutnya panenan pisang dapat berlipat ganda tiga sampai empat kali. Tanaman pisang dapat bertahan terhadap segala cuaca, panas dingin, hujan kering maupun angin. Bila pohon pisang mengalami kerusakan akan mudah baik kembali.Tanaman pisang cepat merusak kesuburan tanah, tetapi pohon dan daun pisang merupakan pupuk kompos yang sangat baik (Munadjim, 1984:7). Buah pisang Buah pisang bersifat mendinginkan. Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. (www.susybastians.com). Secara umum pisang dapat dibedakan menjadi 3 golongan besar yaitu (Thomas, 1992:94), a. golongan pertama, adalah pisang yang dimakan buahnya setelah masak. Bahasa Latinnya Musa paradisiaca var. sapientum, Musa nona laus, Musa cavendishii. b. golongan kedua, adalah pisang yang dapat dimakan buahnya setelah direbus atau digoreng. Bahasa Latinnya Musa paradisiaca forma typica. c. golongan ketiga, yaitu Musa brochycarpa, adalah pisang dengan banyak biji. Pisang bersifat mendinginkan. Zat tanin pada buah pisang bersifat antiseptik dan zat saponin berkhasiat untuk mengencerkan dahak (Intisari, 1999:91). Kandungan buah pisang sendiri terdiri dari mineral, vitamin, karbohidrat, serat, protein, lemak, dan lain-lain. Nutrien yang terdapat di dalam setiap 100 gm pisang matang adalah kalori 27 kcal, protein 1.6 g, lemak 0.45 g, karbohidrat 5.4 g, serat 3.4 g, gula 1.95 g, kalsium 14 mg, besi (ferrum) 0.5 mg, magnesium 17 mg, fosfor 32 mg, potasium 256 mg, sodium 13 mg

4 (www.mysweetstory.wordpress.com). Selain itu buah pisang mengandung kolesterol, lemak, dan garam yang rendah sehingga baik untuk diet. Buah pisang kaya akan vitamin A, B6, C, thiamin, riboflavin, dan niacin (Ashari, 1995:377) . Niacin berguna melancarkan buang air besar (www.sinarharapan.co.id). Pisang juga mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa (www.mysweetstory.wordpress.com). Buah pisang telah banyak diolah. Pisang mentah dapat dibuat tepung. Buah pisang matang dapat dimakan langsung atau diolah menjadi buah kaleng, minuman berakohol, sale, dan keripik. Kulit pisang Kulit buah pisang merupakan limbah industri pengolahan pisang yang selama ini hanya sebagian dimanfaatkan untuk makanan ternak dan selebihnya dibuang begitu saja. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kulit pisang banyak mengandung pektin, sehingga kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri seperti jelly, selai, dan marmalade (www.dikti.org). Selain itu pektin dapat menurunkan kolesterol. Berdasarkan analisis kimia komposisi kulit pisang adalah 68,90% air, 18,50% karbohidrat, 2,11% lemak, 0,32 % protein, 715 miligram kalsium, 117 miligram fosfor, 1,6 miligram besi, 0,12 miligram vitamin B, 17,5 miligram vitamin C . Karena kulit pisang mengandung 18, 50% karbohidrat, kulit pisang telah dijadikan salah satu pembuatan minuman berakohol (Munadjim, 1998:64). Kulit pisang juga telah dimanfaatkan untuk pembuatan cuka pisang, nata, dan dimanfaatkan untuk keperluan medis, yaitu sebagai obat kulit. Manisan Manisan adalah buah-buah yang diawetkan dengan gula. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain untuk memberikan rasa manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (jamur, kapang). Dalam proses pembuatan manisan buah ini juga digunakan air garam dan air kapur untuk mempertahankan bentuk (tekstur) serta menghilangkan rasa gatal atau getir pada buah. Ada 2 macam bentuk olahan manisan buah, yaitu manisan basah dan manisan kering. Manisan basah diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula, sedangkan manisan kering diperoleh bila manisan yang pertama kali dihasilkan (manisan basah) dijemur sampai kering (www.warintek.com). Gula banyak sekali digunakan pada pengawetan makanan yang berasal dari buah-buahan. Sari buah, sirup, anggur, manisan buah, jam (selai) adalah contoh-contoh makanan awet yang banyak menggunakan gula. Gula dalam hal ini berfungsi ganda, memberi rasa manis, mempertahankan warna dan kekerasan dan menarik air dari sel-sel buah-buahan sehingga mikroba tak cocok tumbuh disana. Penggunaan gula selalu dikombinasikan misalnya dengan pengeringan, dengan bahan pengawet, canning dan fermentasi (www.silabus.upi.edu.com).

5 Ada dua jenis manisan yaitu manisan basah dan manisan kering. Manisan basah tidak dapat disimpan lama dan penyimpananya dianjurkan didalam lemari pendingin (kulkas). Sedangkan manisan kering dapat disimpan lama, dan dapat disimpan pada suhu ruang (www.warintek.com). Tetapi, dalam pembuatan manisan ini, bahan yang dipakai adalah kulit pisang. Dan akan dijadikan manisan kering.

METODE PENELITIAN Metode penelitian a. Populasi Pisang yang digunakan dalam pembuatan manisan kulit pisang ini adalah pisang candi yang dibeli di Pasar Blimbing Malang. b. Sampel Dari buah pisang candi tersebut diambil kulitnya untuk dibuat manisan. Alat a. 3 buah baskom atau kotak kedap udara. Baskom atau kotak ini digunakan sebagai tempat merendam kulit pisang dalam larutan gula. Baskom atau kotak kedap udara dimaksudkan agar tidak ada bakteri atau jamur yang masuk saat perendaman. b. Panci. Panci digunakan sebagai tempat untuk merebus larutan gula. c. Kompor d. 3 buah sendok e. Penyaring. Penyaring digunakan untuk menyaring larutan gula yang akan dipanaskan. f. Gelas ukur g. Timbangan h. Pisau Bahan a. b. c. d. e. Kulit pisang candi Gula Air Air kapur sirih Garam

Prosedur kerja Dalam pembuatan manisan pisang ini diadakan tiga perlakuan, yaitu kulit pisang yang langsung direndam dan tanpa perlakuan apa pun, diberi label A, kulit pisang yang direndam air garam selama 15 menit terlebih dahulu, diberi label B, dan kulit pisang yang terlebih dahulu direndam air kapur sirih selama 6 jam, diberi label C. Dan untuk setiap perlakuan dicobakan sebanyak 2 kali.

6 Pembuatan manisan kulit pisang dengan perlakuan A a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, untuk langkah pertama ini yang diperlukan adalah gula, kulit pisang, panci, kompor, sendok dan baskom atau kotak kedap udara. b. Memotong kulit pisang 2 x 3 cm. c. Mencuci bersih kulit pisang yang sudah dipotong. d. Menimbang 100 gram kulit pisang. e. Menimbang 100 gram gula. f. Merebus 100 gram gula dengan 200 ml air. g. Setelah gula benar-benar larut, larutan gula didinginkan. h. Setelah larutan dingin, kulit pisang dapat dimasukkan ke larutan gula. i. Merendam kulit pisang dalam larutan gula selama sehari semalam dalam baskom atau kotak tertutup (gambar 1). j. Setelah merendam kulit pisang selama sehari semalam, larutan gula disaring menggunakan penyaring, sehingga hanya didapatkan larutan gulanya saja, lalu merebusnya kembali (gambar 2). k. Setelah itu, larutan gula yang telah dipanaskan sambil diaduk-aduk (gambar 3), lalu didinginkan kembali. l. Langkah selanjutnya mengulang langkah h-k m. Langkah h-k diulang sebanyak 7 kali berturut-turut. n. Setelah kulit pisang direndam dalam larutan gula selama 7 hari, kulit pisang diangkat dan dijemur di bawah sinar matahari, hingga kadar air dalam kulit berkurang (gambar 4). o. Setelah itu manisan kulit pisang siap untuk dikonsumsi (gambar 5). Perlakuan B a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, untuk langkah pertama ini yang diperlukan adalah gula, kulit pisang, panci, kompor, sendok dan baskom atau kotak kedap udara. b. Memotong kulit pisang 2 x 3 cm. c. Mencuci bersih kulit pisang yang sudah dipotong. d. Menimbang 100 gram kulit pisang. e. Setelah itu kulit pisang direndam terlebih dahulu di larutan garam. Larutan garam terdiri dari 10 gram garam yang dilarutkan dalam 250 ml air. f. Setelah 15 menit direndam dalam larutan garam, kulit pisang diangkat lalu dibilas. g. Menimbang 100 gram gula. h. Merebus 100 gram gula dengan 200 ml air. i. Setelah gula benar-benar larut, larutan gula didinginkan. j. Setelah larutan dingin, kulit pisang dapat dimasukkan ke larutan gula. k. Merendam kulit pisang dalam larutan gula selama sehari semalam dalam baskom atau kotak tertutup (gambar 1). l. Setelah merendam kulit pisang selama sehari semalam, larutan gula disaring menggunakan penyaring, sehingga hanya didapatkan larutan gulanya saja, lalu merebusnya kembali (gambar 2). m. Setelah itu, larutan gula yang telah dipanaskan sambil diaduk-aduk (gambar 3), lalu didinginkan kembali.

7 n. Langkah selanjutnya mengulang langkah h-k o. Langkah h-k diulang sebanyak 7 kali berturut-turut. p. Setelah kulit pisang direndam dalam larutan gula selama 7 hari, kulit pisang diangkat dan dijemur di bawah sinar matahari, hingga kadar air dalam kulit berkurang (gambar 4). q. Setelah itu manisan kulit pisang siap untuk dikonsumsi (gambar 5). Perlakuan C a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, untuk langkah pertama ini yang diperlukan adalah gula, kulit pisang, panci, kompor, sendok dan baskom atau kotak kedap udara. b. Memotong kulit pisang 2 x 3 cm. c. Mencuci bersih kulit pisang yang sudah dipotong. d. Menimbang 100 gram kulit pisang. e. Setelah itu kulit pisang direndam terlebih dahulu di air kapur sirih. f. Setelah 6 jam direndam dalam air kapur sirih, kulit pisang diangkat lalu dibilas. g. Menimbang 100 gram gula. h. Merebus 100 gram gula dengan 200 ml air. i. Setelah gula benar-benar larut, larutan gula didinginkan. j. Setelah larutan dingin, kulit pisang dapat dimasukkan ke larutan gula. k. Merendam kulit pisang dalam larutan gula selama sehari semalam dalam baskom atau kotak tertutup (gambar 1). l. Setelah merendam kulit pisang selama sehari semalam, larutan gula disaring menggunakan penyaring, sehingga hanya didapatkan larutan gulanya saja, lalu merebusnya kembali (gambar 2). m. Setelah itu, larutan gula yang telah dipanaskan sambil diaduk-aduk (gambar 3), lalu didinginkan kembali. n. Langkah selanjutnya mengulang langkah h-k o. Langkah h-k diulang sebanyak 7 kali berturut-turut. p. Setelah kulit pisang direndam dalam larutan gula selama 7 hari, kulit pisang diangkat dan dijemur di bawah sinar matahari, hingga kadar air dalam kulit berkurang (gambar 4). q. Setelah itu manisan kulit pisang siap untuk dikonsumsi (gambar 5).

Gambar 1. Pisang direndam dalam larutan gula

Gambar 2. Penyaringan larutan gula

Gambar 3. Pemanasan larutan pisang

Gambar 4. Manisan kulit pisang siap dijemur

Gambar 5. Manisan kulit pisang Rancangan penelitian Tabel 1. Rancangan Penelitian Aspek Rasa Warna Kekerasan Aroma Sepat Analisis data Analisis data yang digunakan penulis dalam makalah ini adalah analisis deskriptif. A1 A2 Perlakuan B1 B3 C1 C2

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Aspek

A1

A2

Perlakuan B1 B3

C1

C2

9 Rasa manis Warna hitam Kekerasan lunak Aroma pisang Sepat Tabel 2. Hasil Penelitian Pembahasan Dalam pembuatan manisan kulit pisang ini, kulit pisang yang digunakan adalah kulit pisang candi. Pertimbangan utama penulis dalam memilih kulit pisang yang dipakai adalah kulit pisang yang harga pisang tersebut murah di pasaran serta bayak dikonsumsi atau banyak dijadikan sebagai bahan baku industri, misalnya pisang goreng atau keripik pisang, sehingga kulitnya banyak terbuang. Setelah melihat dari beberapa penjual gorengan, ternyata pisang yang banyak dijadikan bahan baku pembuatan pisang goreng adalah pisang candi. Maka, penulis memilih kulit pisang candi. Pada prosedur kerja, terdapat tiga perlakuan, yaitu, A, B, C. pada perlakuan B, kulit pisang direndam terlebih dahulu dengan air garam selama 15 menit. Pemberian garam dimaksudkan untuk menghilangkan rasa sengir (www.sinarharapan.co.id). Pada perlakuan C dimana kulit pisang direndam terlebih dahulu dalam air kapur sirih selama 6 jam dimaksudkan untuk memberikan tekstur yang kenyal dan memberikan bentuk yang tetap bagus. Perendaman selama 6 jam ini didasarkan pada pembuatan manisan buah, dimana, buah direndam selama 224 jam. Tetapi, berbeda dengan kulit pisang, kulit pisang mengandung pektin yang rasanya pahit (www.sinarharapan.co.id). Sehingga jika direndam terlalu lama akan membuat rasanya menjadi lebih pahit. Untuk mendapatkan air kapur sirih yang baik, taruh kapur sirih dalam baskom atau kotak, tuangi air dingin yang matang secukupnya lalu diamkan semalaman. Ambil air yang bening agak keputihan (www.upika.domainku.org). Terdapat pula dalam prosedur kerja, bahwa setiap hari setelah perendaman air gula harus dipanaskan, hal ini berguna untuk mencegah berkembangnya bakteri atau jamur sehingga manisan tidak busuk pada masa perendaman. Pedinginan larutan gula setelah dipanaskan dimaksudkan agar kulit teksturnya tidak menjadi terlalu lunak. Jika kulit pisang terlalu lunak, maka seratserat kulit pisang bagian dalam akan terkelupas. Perbandingan kulit pisang, gula, dan air yang digunakan adalah 1:1:2. Dimaksudkan agar rasa kulit pisang kurang atau terlalu manis. Perbandingan diatas dapat berubah sesuai dengan tekstur kulit pisang yang dipakai, jika kulit pisang yang digunakan tipis, misalnya seperti kulit pisang hijau, maka perbandingan gula dapat dikurangi. Warna manisan setelah dijemur, dalam perlakuan apapun akan menjadi hitam. Rasa yang dihasilkan juga pada umumnya sama, manis. Kekerasan manisan pada perlakuan A dan B lunak, sedangkan pada perlakuan C, manisan terasa renyah dan serat-serat kulit pisang masih terasa. Aroma manisan juga sama pada setiap perlakuan, aroma dari manisan kulit ini sama seperti aroma buah pisang sendiri. Rasa sepat pada perlakuan A masih sangat terasa, sedangkan pada perlakuan B dan C tidak. manis hitam lunak pisang manis hitam lunak pisang manis hitam lunak pisang manis hitam renyah pisang manis hitam renyah pisang -

10 Sehingga, berdasarkan analisis di atas manisan kulit pisang yang mempunyai rasa terbaik adalah dengan merendam kulit pisang dalam larutan garam selama 15 menit terlebih dahulu.

KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, ternyata kulit pisang dapat dijadikan bahan baku pembuatan manisan. Sehinga disimpulkan hipotesis untuk rumusan masalah yang pertama bahwa kulit pisang dapat dijadikan bahan baku pembuatan manisan benar. Untuk menghilangkan rasa sepat pada kulit pisang terdapat dua cara, yaitu merendamnya selama 15 menit dalam larutan garam dan merendamnya selama 6 jam dalam air kapur sirih. Sehingga disimpulkan hipotesis penulis untuk rumusan masalah yang kedua, bahwa untuk menghilangkan rasa sepat pada kulit pisang adalah dengan menggunakan air kapur sirih adalah benar. Tetapi, untuk mendapatkan rasa yang terbaik, bukanlah didapatkan dengan merendam kulit pisang dalam air kapur sirih, tetapi dengan merendam kulit pisang dalam larutan garam selama 15 menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kulit pisang dapat dijadikan bahan baku pembuatan manisan dan untuk menghilangkan rasa sepat yang terdapat dalam kulit pisang, serta untuk mendapat rasa yang terbaik adalah dengan merendam kulit pisang terlebih dahulu dalam larutan garam selama 15 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Makfoeld, Djarir. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Yogyakarta: Penerbit AGRITEC; 1982. Munadjim. Teknik Pengolahan Pisang. Jakarta: Penerbit PT Gramedia; 1984. Intisari. Jakarta: Penerbit PT Intisari Mediatama; 1999. A.N.S, Thomas. Tanaman Obat Tradisional 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 1992. Ashari, Semeru. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI press); 1995. www.kompas.com www.susybastians.com www.mysweetstory.wordpress.com www.dikti.org.com www.sinarharapan.co.id www.warintek.com www.silabus.upi.edu.com www.upika.domainku.org

11

You might also like