You are on page 1of 13

TUGAS TERSTRUKTUR ILMU NUTRISI TERNAK

METABOLISME KALSIUM (Ca)

OLEH ARIF SUGIANTO NIM. P2DA10010

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011

ABSTRAK

Kalsium merupakan salah satu mineral yang paling penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan reproduksi tubuh manusia maupun hewan, serta bahan yang penting dalam banyak proses metabolisme tubuh. Lebih dari 70 persen mineral dalam tubuh terdiri dari kalsium dan fosfor. Tingginya kandungan kalsium di dalam tubuh menempatkan kalsium sebagai mineral terbanyak yang dibutuhkan tubuh. Fungsi utama kalsium adalah mengatur iritabilitas neuromuskuler, kontraksi otot, pembekuan darah, permeabilitas membran, dan beberapa pembentukan tulang serta ko-faktor beberapa sistim enzim dan memelihara keseimbangan cairan tubuh. Fisiologi metabolisme kalsium terutama diatur untuk menjaga konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler. Disisi lain, keseimbangan kalsium ditentukan oleh hubungan antara asupan kalsium dan absorpsi serta ekskresi kalsium. Kalsium banyak diserap di bagian duodenum dan jejunum dengan mekanisme absorpsi pasif dari lumen usus kedalam sel. Meski Jumlah kalsium yang diabsorpsi sesuai dengan proposi intake kalsium, hanya sebagian kecil kalsium yang tercerna. Selebihnya, 70% kalsium yang diabsorpsi diekskresi dalam urin, feses maupun keringat. Kalsium yang diabsorpsi secara berlebihan dan tidak dapat disimpan dalam tulang. Tidak adanya keseimbangan kalsium dalam tubuh mengakibatkan semua kalsium yang diabsorpsi, diekskresi. Faktor hormonal banyak berpengaruh pada metabolisme kalsium. Ada tiga hormon utama yang berperan dalam mengatur metabolisme kalsium, yaitu : (1) Hormone Paratiroid, (2) Hormon Kalsitriol, dan (3) Hormon Kalsitonin. Fungsi hormon paratiroid meningkatkan absorpsi dan reabsorpsi kalsium dalam tubuh. Kemudian secara homeostasis kesimbaangan konsentrasi kalsium tubuh diatur oleh hormone kalsitonin. Sedangkan hormone kalsitriol berfungsi memacu kinerja hormone paratiroid meresorpsi kalsium dalam tubulus ginjal. Mekanisme yang kompleks melibatkan ketiga substansi ini dalam memastikan homeostasis kalsium dalam tubuh dan pemeliharaan klasifikasi jaringan.

I. PENDAHULUAN

Mineral merupakan unsur nutrisi yang penting untuk diamati. Meskipun di dalam tubuh hanya diperlukan dalam jumlah yang relative sedikit yaitu 3-5% dari komposisi tubuh, namun jika terjadi defisiensi atau kelebihan maka akibatnya dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan. Oleh karena itu, mineral di dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup dengan perbandingan yang seimbang. Kebutuhan mineral dan vitamin merupakan unsur nutrisi yang sering terabaikan. Ada kecenderungan untuk lebih memusatkan perhatian pada zat makanan energy dan protein, dengan anggapan bahwa jika dalam menyusun ransum kebutuhan energy dan proteinnya sudah cukup maka kebutuhan mineral dan vitamin menyesuaikan kecukupannya. Disisi lain, ternak tidak dapat membuat mineral sendiri jika tidak tersedia dalam makanan yang dikonsumsi. Mineral dalam makanan mempunyai peranan yang khas dalam utilisasi energy dan protein serta biosintesis zat makanan dalam tubuh . Mineral dapat dibagi menjadi mineral makro dan mikro. Mineral makro yaitu mineral yang diperlukan atau didapatkan dalam jumlah yang relative besar sekitar 3-4% di dalam tubuh ternak. Kalsium (Ca) dan Phospor (P) merupakan mineral makro yang umum mendapatkan perhatian besar untuk dicukupi kebutuhannya. Dalam menyusun ransum, ketersediaan kedua mineral ini mendapat prioritas perhatian terlebih dahulu dengan rasio 1:1 atau 2:1. Mineral Ca dan P merupakan dua unsur yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh ternak. Mineral Ca dan P juga dikenal sebagai pasangan senyawa yang berproses metabolisme secara sejoli. Hal ini karena kedua senyawa Ca dan P selalu berinteraksi secara sinergis dalam pakan mulai dari saluran pencernaan, proses absorpsi, proses metabolisme hingga proses sekresi (Suwandyastuti, 2011). Oleh karenanya perhitungan kebutuhan Ca dan P selalu berimbang. Disamping itu mineral P mempunyai peranan yang penting dalam proses faali tubuh diantaranya bersama-sama dengan Ca membentuk jaringan-jaringan kerangka, tulang dan gigi; berperan dalam metabolisme karbohidrat, penyerapan gula, dan metabolisme lemak; sebagai komponen fosfolipid yang terdapat dalam semua jaringan terutama jaringan syaraf; dan dalam mengatur pH tubuh (Kosnayani, 2007).

II.

PEMBAHASAN

2.1 Peranan Kalsium Kalsium merupakan mineral terbanyak dalam tubuh yaitu kurang lebih 1000 gram (Kosnayani, 2007). Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan mineral tulang dan penting untuk pengaturan proses fisiologik dan biokimia. Kalsium banyak dibutuhkan dalam tubuh manusia dan hewan, 99% Ca berada dalam tulang dalam bentuk hydroxyapatit [3Ca3 (PO4)2Ca(OH)2] (Munawaroh, 2006).

Gambar 1. Peranan Kalsium

Kalsium mempunyai peranan penting dalam beberapa proses faali tubuh. Ion kalsium yang bebas diperlukan Untuk pembekuan darah, yaitu sebagai kofaktor enzim trombokinase didalam perubahan protombin menjadi thrombin, Serta berperan sebagai penyusun sel dan jaringan (McDonald et al., 2002). Kalsium juga mengkatalisis pelepasan energi dari ATP (Adenosin Tri Phosuhate), mengatur kontraksi normal otot jantung, otot kerangka dan menghantar rangsangan syaraf (Piliang, 2002). Kalsium juga memiliki beberapa fungsi pendukung dalam perkembangan dan pemeliharaan tubuh khususnya tulang dan gigi. Tulang tidak hanya struktur

pendukung fisik yang paling dasar, tapi juga gudang kalsium utama. Sebagian besar mineral berada dalam keadaan berfungsi dan aktivitas yang dinamis, dimana kalsium dalam tulang dapat ditambahkan dan dipindahkan tergantung pada keseimbangan kalsium dalam tubuh (Rinda, 2007). Tulang menyediakan kalsium untuk darah dan jaringan lain ketika tidak mendapatkan jumlah yang cukup dari makanan. Vitamin D, hormon paratiroid dan kalsitonin bertanggung jawab terhadap penjagaan keseimbangan tersebut (Munawaroh, 2006). Sirkulasi kalsium juga melakukan banyak fungsi vital yang lain. Ion kalsium (Ca+) dibutuhkan untuk kontraksi otot (Setiawan, 2007), sebagaimana dalam aktivitas muskular dan dalam pengaturan detak jantung. Fungsi jantung diperantarai oleh beberapa mineral: kalsium merangsang kontraksi, magnesium mendukung fase relaksasi, natrium dan kalium juga penting dalam menghasilkan impuls elektrik. Berkenaan dengan sistem syaraf, kalsium penting dalam transmisi syaraf. Ionion kalsium mempengaruhi syaraf dan membran sel dan pelepasan neurotransmitter (Setiawan, 2007). Kalsium mengaktivasi beberapa sistem enzim, seperti kolin asetilase, yang membentuk asetilkolin, suatu neurotransmitter yang penting. Kalsium memegang peranan penting dalam sel, seperti: kalsium berguna untuk pembelahan sel. Kalsium dibutuhkan untuk mengaktifkan protrombin, yang membantu merubah fibrinogen menjadi fibrin, dan berguna untuk koagulasi darah ((Setiawan, 2007; Munawroh, 2006).

2.2 Metabolisme Kalsium Metabolisme adalah serentetan proses biokimia yang berlangsung dalam organisme hidup. Beberapa diantara proses itu melibatkan perombakan senyawa kompleks menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana (katabolisme), sedangkan anabolisme adalah proses sintesa senyawa kompleks dari bahan-bahan yang lebih sederhana (Manalu, 1999). Pada umumnya metabolisme dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) Katabolisme, dimana dalam katabolisme terjadi penguraian materi dengan melepaskan energi, (2) Anabolisme, meliputi proses dimana bahan-bahan yang kompleks dibangun dari prekursor yang sederhana, dan proses ini menggunakan banyak energi yang dilepaskan selama rangkaian katabolisme. (3) Antara pola anabolik dan katabolik
3

yang ditetapkan secara jelas terdapat daerah tengah metabolisme dimana berbagai komponen sederhana dapat dipertukarkan. Pola tersebut disebut amphibolik karena mempunyai dua fungsi dan menyediakan materi yang digunakan baik untuk sintesis maupun penguraian (Munawaroh, 2006). Semua pola metabolisme melibatkan penggunaan ataupun pelepasan energi. Dalam hal cara kerja secara tepat, keseimbangan kalsium ditentukan oleh hubungan antara asupan kalsium dan absorpsi serta ekskresi kalsium. Bagian yang menyolok dari sistem adalah bahwa perubahan kecil secara relatif dalam absorpsi dan ekskresi kalsium dapat menetralkan asupan yang tinggi atau mengganti asupan yang rendah (Agriculture, 2002). Konsentrasi kalsium cairan ekstraseluler (atau plasma) dikontrol secara ketat oleh mekanisme homeostatik yang kompleks melibatkan aliran kalsium antara cairan ekstraseluler dan ginjal, tulang serta usus. Apabila sistem homeostatik ini terganggu dapat menyebabkan kekacauan metabolisme kalsium yang mempunyai akibat yang dapat dianggap berasal dari akibat fungsi-fungsi seluler (Mundy and Guise, 1999).

Gambar 2. Lintasan Metabolisme Kalsium (Ca) (Munawaroh, 2006)

2.2.1 Absorpsi dan Ekskresi Kalsium

Gambar 3. intake, uptake and excretion of Calcium (Fathy, 2007)

Intake Kalsium Intake kalsium orang dewasa berkisar sekitar 900-1000mg per hari.

Absorpsi Kalsium Absorpsi kalsium dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk umur, jumlah yang dibutuhkan dan makanan apa yang dimakan pada waktu yang sama. Absorpsi merupakan hasil dari dua proses, transpor aktif melalui sel-sel, terutama di duodenum dan yeyenum bagian atas, dan difusi pasif yang berlangsung sepanjang usus halus tapi terutama di ileum dan sangat sedikit di usus besar (Gueguen and Pointillart, 2000). Kalsium yang diabsorpsi relatif sangat sedikit dari usus dan 70 % dari kalsium yang dicerna diekskresi dalam feses (Rinda, 2006). Dalam kondisi normal, usus hanya mengabsorpsi kalsium sebesar 30-40% dari total intake kalsium. Kalsium banyak diserap di bagian duodenum dan jejunum, walaupun di ileum dan colon tetap terjadi penyerapan kalsium. Absorpsi kalsium selesai dalam waktu 4 jam setelah intake. Mekanisme penyerapan kalsium terjadi secara pasif dari lumen usus ke dalam sel. Setelah di dalam sel, kalsium harus
5

dipompa secara aktif keluar melewati membran basolateral dan membutuhkan energi. Setelah itu juga terjadi proses simultaneous secretory flux kalsium, sehingga ada sebagian kalsium yang tadinya sudah diabsorpsi oleh lumen usus kembali keluar. Proses ini terjadi secara pasif. Jumlah kalsium yang diabsorpsi oleh usus meningkat sesuai dengan proposi intake kalsium (Setiawan, 2007) Ekskresi Kalsium Kalsium yang diabsorpsi secara berlebihan dan tidak dapat disimpan dalam tulang, diekskresikan dalam urin, feses dan keringat. Tidak adanya keseimbangan kalsium dalam tubuh mengakibatkan semua kalsium yang diabsorpsi, diekskresi. Kalsium yang tercerna masuk ke dalam tulang, kemudian selebihnya dibebaskan dari tulang dan diekskresi. Ginjal memiliki kemampuan mengontrol kadar kalsium darah melalui fungsi filter dan reabsorpsi. Ekskresi kalsium terutama dari ginjal, ginjal menyaring kalsium sebanyak 9000mg per hari dalam keadaan GFR normal (150L/hari). Tetapi sekitar 97-98% yang tersaring akan kembali di reabsorpsi, sehinggal total yang diekskresi sekitar 200mg per harinya. Sepanjang tubulus proksimal, akan terjadi reabsorpsi dari kalsium sekitar 60% dari jumlah kalsium yang tersaring. Mekanisme reabsorpsi kalsium sendiri dominan berlangsung secara pasif. Hormon PTH sendiri tidak memiliki pengaruh di tubulus proksimal. Lalu sepanjang lengkung Henle ascending, terjadi penyerapan kalsium sebanyak 30%, proses reabsorpsi dominan berlangsung secara pasif, tetapi proses aktif juga terjadi. Dalam tubulus distal terjadi penyerapan sebesar 8%. Mekanisme reabsorpsi disini berlangsung dengan cara bertukarnya 1 Ca2+ dengan 3 Na+, sehinggal proses disini banyak dipengaruhi oleh Na. PTH juga memiliki peranan di segmen ini. Jumlah ekskresi kalsium melalui urin dipengaruhi oleh: Jumlah kalsium yang tersaring (juga dipengaruhi oleh GFR) Volume dalam ekstrasel (dipengaruhi oleh kalsium yang direabsorpsi di tubulus proksimal) PTH (mempengaruhi reabsorpsi di tubulus distal)

2.2.2 Pengaturan Hormonal Metabolisme Kalsium Faktor hormonal juga sangat berpengaruh dan memiliki peran penting dalam proses metabolisme kalsium. Terdapat beberapa hormon yang mengatur metabolisme dan keseimbangan kalsium darah, yaitu hormon paratiroid, kalsitriol dan kalsitonin (Granner, 1993). Secara umum pengaturan hormonal pada metabolisme kalsium tersaji pada gambar metabolisme hormonal berikut.

Gambar 4. Metabolisme Hormonal Kalsium

Pada saat konsentrasi kalsium dalam cairan extraseluler menurun, maka terjadi sekresi hormone paratiroid. Hormon ini meningkatkan absorpsi kalsium dari filtrate glomerus dan menurunkan absorpsi pospat.

Sekresi Hormon Paratiroid juga mampu mengaktivasi vitamin D dalam tubuh. Vitamin ini akan merangsang pengeluaran kalsium dari tulang dan meningkatkan transport aktif kalsium dari intestinal ke plasma darah.

Sebaliknya, Pada saat konsentrasi kalsium dalam cairan ekstraseluler meningkat, justru akan merangsang sekresi hormone kalsitonin. Hormon ini mampu menurunkan kalsium plasma karena penurunan resorpsi kalsium pada tulang dan peningkatan pengeluaran kalsium melalui urin.

2.2.2.1 Hormon Paratiroid Hormon ini diproduksi oleh chief cells yang berada di kelenjar paratiroid (Setiawan, 2007). Hormon paratiroid mengembalikan kadar kalsium cairan ekstraseluler dengan bekerja langsung pada tulang dan ginjal, dan secara tidak langsung pada usus yaitu dengan menstimulasi sintesis kalsitriol. Sekresi hormon paratiroid sangat tergantung pada kadar kalsium plasma. Selama hipokalsemia, kelenjar paratiroid secara cepat bereaksi melepaskan hormon paratiroid untuk meningkatkan kadar kalsium plasma menjadi normal. Ketika kadar kalsium plasma kembali normal, sekresi hormon paratiroid juga kembali normal (Samba and Adam, 2003). Hormon paratiroid dapat mencegah hipokalsemia pada waktu terjadi kekurangan kalsium melalui pengaruhnya pada substansi tulang, yaitu yang merangsang osteoklas untuk meresorpsi tulang.

2.2.3 Hormon Kalsitriol (Vitamin D) Vitamin D (cholecalciferol-CC) dianggap sebagai prohormon, dalam pengertian yang sama seperti yodium merupakan prohormon untuk tiroksin. Vitamin D merupakan prohormon steroid, bentuk aktifnya tampak sebagai suatu hormon. Prohormon vitamin D melalui berbagai perubahan metabolik di dalam tubuh akan diubah menjadi hormon kalsitriol. Hormon ini memiliki peran sentral pada metabolisme kalsium (Ca) dan fosfat (P) (Setiawan, 2007). Secara umum fungsi dari 1,25-dihidroksi-D3 adalah untuk

mempertahankan kadar kalsium plasma, dengan cara: 1. Meningkatkan uptake kalsium di usus 2. Menurunkan ekskresi kalsium melalui ginjal 3. Menstimulasi resorpsi tulang (bila perlu)

Kalsitriol atau 1,25(OH)2D3 meningkatkan konsentrasi fosfat dan kalsium plasma dengan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari saluran gastrointestinal, dan juga meningkatkan resorpsi tulang dan meningkatkan pengaruh hormon paratiroid di nefron untuk mendukung reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal. Vitamin D penting untuk aktivitas kalsitonin yang menghambat resorpsi tulang maupun hormon paratiroid yang mendukung terjadinya resorpsi. Mekanisme yang kompleks melibatkan ketiga substansi ini dalam memastikan homeostasis kalsium dalam tubuh dan pemeliharaan kalsifikasi jaringan (Mundy and Guise, 1999).

2.2.4 Hormon Kalsitonin Hormon kalsitonin diproduksi oleh parafollicular cells yang berada dalam kelenjar tiroid. Jumlah kadar kalsium serum yang meningkat akan memicu terproduksinya kalsitonin (Setiawan, 2007). Hormon kalsitonin dan Paratiroid bekerja saling berlawanan (antagonis)

Gambar 5. Mekanisme kerja hormone kalsitonin dan Paratiroid

Kalsitonin adalah hormon hipokalsemik yang disekresikan ketika kadar ion kalsium plasma tinggi. Konsentrasi kalsium ionik merupakan pengatur paling penting dari sekresi kalsitonin. Peningkatan kalsium ionik menghasilkan peningkatan sekresi kalsitonin dan sebaliknya, menurunnya konsentrasi kalsium menghambat sekresi kalsitonin (Mundy and Guise, 1999). Pengaruh utama kalsitonin adalah menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas, dan pengaruhnya cepat, terjadi dalam beberapa menit. Sistem kontrol ganda diperankan oleh hormon paratiroid dan kalsitonin melakukan kontrol yang teliti pada konsentrasi kalsium plasma dan ini lebih efisien daripada hormon paratiroid yang beraksi sendiri. Kalsitonin penting bagi keseimbangan antara pembentukan dan resorpsi tulang.

Tabel 1. Mekanisme Kerja Tiga Hormon Utama

Hormon Paratiroid

Tulang Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat

Ginjal

Usus efek

Meningkatkan reabsorpsi Tidak ada kalsium, menghambat langsung reabsorpsi fosfat dan bikarbonat. Meningkatkan perubahan 25(OH)D3 menjadi l,25(OH)2D3 Mengurangi kalsium reabsorpsi

Kalsitriol (Vitamin D) Kalsitonin

Menjaga transportasi ion kalsium Menghambat absorpsi kalsium dan fosfat

Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat efek

Mengurangi reabsorpsi Tidak ada kalsium dan fosfat langsung Mempunyai efek pada metabolisme vitamin D

Sumber. Samba and Adam (2003)

10

DAFTAR PUSTAKA

Agriculture Department. 2002. Human Vitamin and Mineral Requirement. FAO and WHO. Bangkok : 1-35. Fathy, Henan. 2006. Calsium Metabolim And Its Disorders. Journal Article. Pediatrick Nephrology Unit. University of Alexandria. Granner, K D. 1993. Hormones the regulate calcium metabolism. In Murray RK, Granner KD, Mayers AP (eds). Victor Rodwell. Review of biochemistry. Stamford: Appleton & Lange : 539 - 46. Gueguen L, Pointillart A. 2000. The bioavailability of dietary calcium. Journal Am Coll Nutrition. Vol 19 Hal 119-36. Kosnayani, Ai Sri. 2007. Association Between Calcium Intake, Physical Activity, Parity, Body Mass Index And Bone Density On Postmenopausal Women. Thesis. Diponegoro University, Semarang. Manalu, W. 1999. Ilmu Nutrisi Hewan. Artikel Ilmiah Fisiologi dan Farmakologi. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor. McDonald, P., R. A. Edward., J. F. D. Greehalgh, & C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. Fifth Edition. Longman Scientific and Technical, Inc. New York. Munawaroh, I F. 2006. Studi Komparatif Metabolisme Kalsrum (Ca) Dan Fosfor (P) Antara Kambing Dan Domba Lokal. Thesis. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor Mundy GR, Guise TA. 1999. Hormonal Control of Calcium Homeostasis. Clinical Chemistry ; Vol.45 Hal 1347-52. Piliang, W. G., 2002. Nutrisi Mineral. Edisi kelima. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Riis, P. M. 1983. Dynamic Biochemistry of Animal Production. World animal science 3. Amsterdam, New York. Rinda, Marta. 2007. Peranan Kalsium terhadap Gigi dan Resiko Penyakit Periodontal. Thesis. Fakultas Kedokteran igi, Universitas Sumatera Utara. Medan. Samba AP, Adam JMF. 2003. Calcium, parathyroid hormone, and vitamin D metabolism in the elderly. Acta Medica Indonesian. Vol 35 : 95-9. Setiawan, Androniko. 2007. Metabolisme Kalsium. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran, universitas Trisakti. Jakarta Suwandyastuti, S N O. 2011. Nutrisi Mineral Pada Ruminansia. Universitas Jenderal Soedirman Press. Purwokerto.

11

You might also like