You are on page 1of 5

Perjanjian Internasional

Carolina/XI-IPA2/3 1. Pengertian perjanjian internasional a. Pengertian secara umum Perjanjian internasional adalah perjanjian yang dibuat antara subjek hukum internasional yang satu dengan subjek hukum internasional yang lainnya, adanya persetujuan penyesuaian kehendak yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban dalam hubungan internasional. b. Pengertian menurut: y Mochtar Kusumaatmadja Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa, bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu. y Oppenheim-Lauterpacht Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antarnegara yang menimbulkan hak dan kewajiban di antara negara. y G. Schwarzenberger Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan antara subjek hukum internasional yang menimbulkan kewajiban yang mengikat dalam hukum internasional baik dalam bentuk bilateral maupun multilateral. y Konvensi Vina (1969) Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan yang dibuat antarnegara dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional. y UU No. 37 Tahun 1999 Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun yang diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis oleh pemerintah RI dengan satu atau lebih negara, organisasi internasional, atau subjek hukum internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada pemerintah RI yang bersifat hukum publik. y UU No. 24 Tahun 2000 Perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur dalam hukum internasional, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik. y Konferensi Wina(1969) Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih, yang bertujuan untuk mengadakan akibat hukum tertentu. y Academy of Science of USSR Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan yang dinyatakan secara formal antara dua atau lebih negara-negara mengenai pemantapan, perubahan atau pembatasan daripada hak-hak dan kewajiban mereka secara timbal balik. 2. Bentuk dan istilah perjanjian internasional

a. Bentuk perjanjian internasional y Perjanjian bilateral Perjanjian bilateral melibatkan dua negara atau dua subjek hukum internasional. Sifatnya tertutup dan hanya menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua negara saja. Perjanjian ini juga disebut treaty contract. Apabila pada perjanjian bilateral memerlukan ratifikasi, biasanya diadakan pertukaran piagam ratifikasi antara dua negara yang mengadakan perjanjian. y Perjanjian multilateral Perjanjian multilateral melibatkan lebih dari dua negara atau subjek internasional. Sifatnya terbuka dan berlaku bagi subjek hukum internasional yang tidak turut serta dalam perjanjian yang dimaksud. Biasanya, diperuntukan untuk mengatur kepentingan masyarakat internasional. Perjanjian ini juga disebut law making treaty. b. Istilah perjanjian internasional y Traktat: perjanjian paling formal yang merupakan persetujuan dari dua negara atau lebih, mencakup bidang politik dan ekonomi. y Kovensi: persetujuan formal yang bersifat multilateral dan tidak berurusan dengan kebijaksanaan tingkat tinggi. y Protokol: persetujuan tidak resmi dan pada umumnya tidak dibuat oleh kepala negara, mengatur masalah tambahan seperti penafsiran klausul tertentu. y Persetujuan: perjanjian yang bersifat teknis atau administratif. y Perikatan: transaksi yang bersifat sementara. y Proses verbal: catatan atau ringkasan atau kesimpulan konferensi diplomatik, atau catatan suatu permufakatan. y Piagam: himpunan peraturan yang ditetapkan oleh persetujuan internasional. y Deklarasi: perjanjian internasional yang berbentuk traktat dan dokumen tidak resmi. y Modus Vivendi: dokumen untuk mencatat persetujuan internasional yang bersifat sementara. y Pertukaran nota: metode yang tidak resmi dan banyak digunakan akhirakhir ini. y Ketentuan penutup: ringkasan hasil konvensi yang menyebutkan negara peserta, nama utusan yang turut diundang, serta masalah yang disetujui konferensi dan tidak memerlukan ratifikasi. y Ketentuan umum: traktat yang dapat bersifat resmi dan tidak resmi. y Charter: pendirian badan yang melakukan fungsi administratif. y Pakta: persetujuan yang lebih khusus dan membutuhkan ratifikasi. y Covenant: anggaran dasar Liga Bangsa-Bangsa(LBB). 3. Penggolongan perjanjian internasional a. Menurut subjek y Perjanjian antara negara dengan yang merupakan subjek hukum internasional.

Perjanjian antara negara dengan subjek hukum internasional lainnya (contoh: organisasi internasional) y Perjanjian antarsubjek hukum internasional (contoh: antara organisasi internasional dengan organisasi internasional) b. Menurut isi y Segi politis: fakta pertahanan dan keamanan, contoh: NATO, ANZUS, SEATO, dll. y Segi ekonomi: bantuan ekonomi dan bantuan keuangan, contoh : CGI, IMF, IBRD, dll. y Segi hukum: status kewarganegaraan(contoh: Indonesia-RRC), ekstradisi, dll. y Segi batas wilayah: laut teritorial, batas alam daratan, dll. y Segi kesehatan: masalah karantina, penanggulangan wabah penyakit, dll. c. Menurut proses/tahap terbentuknya y Bersifat penting: dibuat melalui proses perundingan, penandatanganan dan ratifikasi. y Bersifat sederhana: dibuat melalui proses perundingan dan penandatanganan. d. Menurut fungsi y Membentuk hukum: meletakkan ketentuan-ketentuan hukum bagi masyarakat internasional secara keseluruhan dan bersifat terbuka bagi pihak ketiga (perjanjian multilateral). y Bersifat khusus: menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang mengadakan perjanjian saja (perjanjian bilateral). y 4. Pembuatan perjanjian internasional Pembuatan perjanjian internasional diatur dalam pasal 11 UUD 1945 yang berisi Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain . 5. Tahap-tahap dalam perjanjian internasional a. Akreditasi petugas perundingan Akreditasi menetapkan status petugas tersebut sebagai perutusan beserta wewenang yang dipunyainya. Wewenang tersebut antara lain: y Untuk menghadiri perundingan y Untuk ikut serta berunding y Untuk menetapkan keputusan yang diperjanjikan y Untuk menandatangani perjanjian Akreditasi berupa surat resmi yang disebut kuasa penuh dari kepala negara atau menteri luar negeri dan diberitahukan kepada pihak lawan berunding. Pada bentuk bilateral, kedua pihak saling menukarkan surat tersebut. Pada bentuk mutilateral pemberitahuan dilakukan melalui panitia dan dilaporkan kepada konferensi. b. Perundingan Pada bentuk bilateral, perundingan dilakukan dengan berembug saling berbicara. Sementara pada bentuk multilateral dilakukan dalam konferensi diplomatik.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Perundingan diharapkan dapat ditutup dengan penetapan keputusan. Pada bentuk bilateral, dilakukan berdasarkan persetujuan kedua pihak yang berjanji. Sementara pada bentuk multilateral, berdasarkan dua pertiga suara dari negara yang hadir dan memberi suara atau berdasarkan cara lain yang ditetapkan suara mayoritas itu. Penandatanganan keputusan hasil perundingan Keputusan hasil perundingan ditandatangani kepala perutusan negara yang berunding, dilakukan di tempat dan waktu yang sama dalam kehadiran pihak lawan yang berjanji. Penandatanganan merupakan otentikasi naskah keputusan hasil perundingan dan berakibat terikatnya negara penandatanganan (bagi negara yang tidak memerlukan ratifikasi). Ratifikasi Ratifikasi adalah perbuatan negara yang dalam taraf internasional menetapkan persetujuannya untuk terikat pada suatu perjanjian internasional yang sudah ditandangi perutusannya. Pelaksanaannya tergantung pada hukum nasional negara yang bersangkutan. Dasar pembenaran ratifikasi adalah negara berhak meninjau kembali hasil perundingan perutusannya sebelum menerima kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian internasional yang bersangkutan dan negara tersebut mungkin memerlukan penyesuaian hukum nasionalnya dengan ketentuan yang dijanjikan. Tukar-menukar naskah ratifikasi Pada bentuk bilateral, nasakah ratifikasi dipertukarkan dengan negara pihak lawan berjanji. Sedangkan pada bentuk multilateral, diserahkan kepada negara penyimpan yaitu departemen luar negeri di mana tempat ditandatanganinya perjanjian. Saat mulai mengikatnya perjanjian internasional Saat mulai mengikatnya perjanjian internasional yang diratifikasi terjadi pada saat penukaran naskah ratifikasi kepada pihak lawan berjanji atau penyerahan naskah ratifikasi kepada negara penyimpan ratifikasi. Perjanjian internasional yang tidak memerlukan ratifikasi umumnya berlaku mulai tanggal penandatanganan perjanjian tersebut atau tergantung pada ketentuan dalam perjanjian internasional tersebut. Pendaftaran dan pengumuman perjanjian internasional PBB mewajibkan anggotanya untuk mendaftarkan semua perjanjian dan persetujuan internasional yang dibuatnya kepada sekretariat PBB dan akan diumumkan dalam United Nations Treaties Series . Akibat dari adanya pendaftaran itu adalah perjanjian internasional dapat digunakan sebagai dasar hukum di hadapan organ PBB. Tujuannya adalah untuk mencegah dibuatnya perjanjian internasional rahasia. Sahnya perjanjian internasional Perjanjian internasional adalah sah apabila memeuhi ketentuan hukum yang berlaku baik yang mengatur wewenang pihak yang berjanji maupun yang mengatur proses pembuatan perjanjian internasional yang bersangkutan. Konferensi Wina tahun 1969 menetapkan prinsip yang diterima umum tentang 6 unsur yang dapat menjadi dasar sahnya perjanjian internasional yaitu: y Ketidakwenangan perutusan y Kekhilafan

y y y y

Penipuan Penyalahgunaan wewenang Paksaan Bertentangan dengan ius cogens (ius cogens: prinsip hukum yang memaksa, yang tidak dapat dilingkari atau disampingi ketentuan hukum yang lain)

6. Persyaratan perjanjian internasional Persyaratan perjanjian internasional adalah harus dinyatakan secara formal/resmi untuk membatasi, meniadakan atau mengubah akibat hukum dari ketentuan yang terdapat dalam perjanjian itu. 7. Berlakunya perjanjian internasional Berlakunya perjanjian internasional menurut Konvensi Wina tahun 1969 pasal 24: a. Sesuai dengan tanggal yang ditentukan dalam naskah perjanjian tersebut b. Pada saat peserta mengikatkan diri pada perjanjian bila dalam naskah tidak disebut saat berlakunya c. Pada saat ditandatangani/ratifikasi 8. Perubahan perjanjian internasional a. Kesepakatan peserta perjanjian b. Keinginan salah satu peserta c. Perubahan teknis/administrasi 9. Pembatalan perjanjian internasional a. Negara peserta atau wakil kuasa penuh melanggar ketentuan hukum nasionalnya b. Adanya unsur kesalahan pada saat perjanjian dibuat c. Adanya unsur penipuan dari negara peserta tertentu terhadapa negara peserta lain waktu pembentukan perjanjian d. Terdapat penyalahgunaan atau kecurangan e. Adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara peserta f. Bertentangan dengan suatu kaidah dasar hukum internasional umum 10. Berakhirnya perjanjian internasional a. Telah tercapainya tujuan dari perjanjian internasional itu b. Masa berlaku perjanjian internasional itu habis c. Salah satu pihak peserta perjanjian menghilang d. Adanya persetujuan dari peserta untuk mengakhiri perjanjian itu e. Adanya perjanjian baru antara peserta yang kemudian meniadakan perjanjian yang terdahulu f. Syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan perjanjian sudah dipenuhi g. Perjanjian secara sepihak diakhiri oleh salah satu peserta dan pengakhiran itu diterima oleh pihak lain

You might also like