You are on page 1of 4

KECERDASAN SPIRITUAL MEMACU PRESTASI BELAJAR*

Ingin Pintar? Ingin sukses? Ingin jadi dokter? Ingin punya rumah mewah? Belajar sungguhsungguh ya nak!!!! Belajar sungguh-sungguh. Inilah kalimat yang sering kita dengarkan diantara sekian banyak nasihat yang disampaikan oleh orang tua di rumah dan juga guru kita di sekolah. Diucapkan hampir oleh seluruh orang di dunia, Kalimat ini terdengar sederhana, tetapi memiliki makna yang Dasyat! Lantas, apakah sesederhana itu yang harus kita lakukan??? Dalam perjalananannya, ternyata kegiatan belajar sungguh-sungguh tidak sesederhana yang kita bayangkan. Berangkat pagi, duduk mendengarkan penjelasan guru, berfikir keras menyelesaikan soal-soal ulangan, pulang siang menjelang sore ditambah les dan privat sanasini, malam hari mengerjakan rutinitas pekerjaan rumah (PR), menjadi sebuah ritual yang selalu kita lakukan. Dalam proses pembelajaran inilah kemudian kita kadang kadang (atau sering) mengalami kebosanan bahkan cenderung mengarah pada kemalasan untuk belajar. Faktor lingkungan, orang tua serta usia pubertas (terjebak dalam cinta monyet) merupakan beberapa penyebab selain factor internal kita sendiri. Lantas apa solusinya? Kecerdasan Spiritual: Menjadi Manusia Terbaik Setelah beberapa lama Kecerdasan Intelektual yang lebih dikenal dengan IQ menjadi peranan penting, muncul Kecerdasan Emosional ( EQ ) yang diperkenalkan oleh Daniel Goleman. Orang mulai menyadari bahwa kesuksesan dapat dicapai bila ada keseimbangan antara Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional . Tapi tahukah anda, bahwa untuk menemukan makna kehidupan dan kebahagiaan diperlukan kecerdasan spiritual? Psikolog Danah Zohar (Harvard University) dan suaminya Ian Marshall (Oxford University) memunculkan Q yang ketiga yaitu SQ atau lebih tepat disebut Kecerdasan Spiritual yang merupakan landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Danah dan Ian dalam bukunya yang berjudul SQ: Spiritual Intelligence The Ultimate Intelligence mengatakan bahwa kita hidup dalam budaya yang bodoh secara spiritual . Maksudnya, kita telah kehilangan pemahaman terhadap nilai-nilai mendasar. Kehidupan yang bodoh secara spiritual ini ditandai dengan materialisme, egoisme, kehilangan makna dan komitmen (hal 14). Bahkan dikatakan, kekeringan spiritual terjadi sebagai produk dari IQ manusia yang tinggi (hal 20). Oleh karena itu, penting sekali kita meningkatkan SQ. Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient ) sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas, kaya dan mendalam; kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Menurut Munandir (2001 : 122) kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu kecerdasan dan spiritual . Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Selanjutnya Munandir menyebutkan bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru. Sementara spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai

adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral. Menurut Tony Buzan kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan segala sesuatu yang lebih besar, meliputi melihat suatu gambaran secara menyeluruh . Sementara itu, kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki. SQ menjadi landasan yang diperlukan untuk memfungsikan dan mensinergikan IQ dan EQ secara integral, efektif dan menyeluruh. Melalui SQ, pemikiran, perilaku dan perihidup manusia diberi makna dan bermuatan makna spiritual. Kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient ) menyadarkan kita akan tujuan hidup dan pemaknaan kehidupan yang kita jalani. Bahwa hidup memiliki arah dan tujuan hidup, bahwa setiap kehidupan memiliki pemaknaan yang tidak sekedar makna-makna bersifat duniawi. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar Pada umumnya individu yang memiliki motivasi belajar tinggi, maka individu tersebut akan terdorong untuk menaruh perhatian pada situasi atau aktifitas tertentu (Mahmud, 1979:59). Sedangkan Hudgins (1983:103) berpendapat bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi akan berusaha keras demi suksesnya belajar. Individu mempunyai harapan yang besar untuk suksesnya sikap positif terhadap pencapaian tujuan. Apabila usaha ini telah membuahkan hasil, individu akan merasa puas sebab semua itu diperoleh, karena suatu usaha bukan keberuntungan. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi selalu berusaha secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai respon yang cukup kuat untuk menyelesaikan setiap persoalan yang kelihatannya harus membutuhkan konsentrasi pikiran. Mc. Clelland (1991:69) berpendapat bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai kesenangan terhadap pekerjaannya dan akan berusaha menemukan pemecahan masalah dengan pengerahan upaya kemampuan sendiri. Ia juga berpendapat bahwa individu yang memiliki minat belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran untuk giat belajar. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan prestasi belajar siswa adalah kecerdasan. Dalam dekade terakhir ini muncul adanya Kecerdasan Spiritual yang diyakini sebagai puncaknya kecerdasan karena tidak hanya hanya mengandalkan penalaran maupun emosi saja namun juga menekankan aspek spiritual dalam mengarahkan manusia menuju kesuksesan dalam menjalani hidup. Dalam perkembangannya kecerdasan ini disinyalir juga mampu menghidupkan motivasi siswa dalam belajar sehingga membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Ginanjar Agustian (2001:60) mengemukakan dalam kecerdasan spiritual terdapat prinsipprinsip dalam membangun mental, diantaranya yaitu prinsip bintang (star principle) yang di

dalamnya dipaparkan bahwa manusia sebenarnya memiliki energi dahsyat dalam pikiran bawah sadarnya yang bisa dijadikan sebagai sumber motivasi dalam segala hal. Dalam kecerdasan spiritual juga memuat prinsip pembelajaran (learning principle), yang menuntun manusia untuk senantiasa mencari dan mengembangkan pengetahuan yang seluasluasnya. 5 Pilar meningkatkan kecerdasan spiritual Dalam Rukun Islam yang lima kalau dikaji dari aspek psikologi sangat mengajarkan prinsipprinsip dan teknik-teknik untuk mencapai kecerdasan spiritual atau aktualisasi diri. Seringkali kita banyak mengalami bahwa kita menganggap ritual ibadah sebagai tujuan bukan sebagai cara. Kita melakukan ibadah sebagai sebuah kewajiban yang harus dilakukan, karena jika tidak kita takut akan menerima hukuman dari Tuhan (azab dan neraka), dan jika kita lakukan kita akan menerima pahala dan surga. Menjalankan ibadah agama dengan motivasi karena rasa takut saja (fear motivation) menunjukkan kecerdasan spiritual yang paling bawah, kalau dengan motivasi karena hadiah (reward motivation) - supaya dapat pahala - sebagai kecerdasan spiritual yang lebih baik. Tingkatan ketiga adalah motivasi karena memahami bahwa kitalah yang membutuhkan untuk menjalankan ibadah agama kita (internal motivation), dan tingkatan kecerdasan spiritual tertinggi adalah ketika kita menjalankan ibadah agama karena kita mengetahui keberadaan diri kita sebagai makhluk spiritual dan kebutuhan kita untuk selalu dekat dengan Sang Pencipta yaitu Allah SWT berdasarkan rasa cinta kita kepada Allah SWT (love motivation). Kalau kita resapi sebenarnya Rukun Islam yang lima yang diajarkan oleh agama itu, akan membantu kita meningkatkan kecerdasan spiritual . Cobalah kita resapi urutan Rukun Islam tersebut : Pertama, iman atau keyakinan. Dalam Ajaran Agama Islam ada Rukun Islam pertama adalah membaca Syahadat. Dalam Syahadat, kita harus menyadari dan meyakini bahwa kita sebagai manusia adalah ciptaan Tuhan dan memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi dan memiliki apa pun yang kita harapkan. Potensi dan peluang yang tidak terbatas inilah yang harus kita eksplorasi dan kembangkan dalam rangka mewujudkan impian-impian kita serta misi hidup kita bagi sesama dan dunia pada umumnya. Kedua, ketenangan dan keheningan, yaitu suatu upaya usaha untuk menurunkan frekuensi gelombang otak kita sehingga mencapai alpha (relaks) sampai tahap meditatif pada keheningan yang dalam. Rukun kedua dalam Islam mengajarkan untuk Solat 5 waktu yang merupakan alat untuk berhubungan dengan Sang Pencipta Allah SWT. Dalam Sholat, sebenarnya merupakan tahap di mana otak kita membutuhkan istirahat untuk mencapai kejernihan dan ketenangan. Solat lima waktu merupakan kebutuhan kita untuk memasuki frekuensi gelombang otak yang rendah, untuk mencapai kecerdasan yang lebih tinggi, kreativitas, intuisi dan tuntunan Ilahi. Solat yang khusyuk akan membawa kita pada suatu kondisi dimana pikiran kita pada posisi gelombang frekuensi yang rendah . Pada posisi ini terjadi peremajaan sel -sel tubuh (rejuvenation) sehingga kita menjadi lebih tenang, lebih terasa sehat dan awet muda. Ketiga, pembersihan diri, berupa detoksifikasi yaitu pembuangan racun-racun. Dalam agama Islam kita mengenal Rukun Islam ketiga yaitu kewajiban menjalankan ibadah puasa. Sewaktu berpuasa , kondis tersebut merupakan sebuah proses bagi kita untuk membersihkan tubuh dari segala racun-racun dan sisa pembuangan metabolisme tubuh, serta memberi waktu bagi tubuh kita untuk beristirahat. Jadi terlihat jelas bahwa berpuasa adalah kebutuhan mutlak seseorang untuk memelihara kesehatannya, selain bahwa puasa membantu kita untuk mencapai ketenangan (frekuensi

gelombang otak yang rendah) sehingga kita dapat mencapai kesadaran tertinggi (superconsciousness). Oleh karena itu dalam bulan puasa ada suatu malam yang dikenal sebagai lailatul qadar. Suatu malam yang diharapkan pada bulan puasa manusia mencapai tahapan meditatif ketika seseorang secara sempurna dan mencapai supra-sadar dengan kondisi jiwa yang bersih dan tenang. Ketika tahap pembersihan diri tercapai, maka umat Islam merayakannya sebagai Idul Fitri atau kembali ke fitrah (sebagai makhluk spiritual yang suci dan murni). Keempat, beramal dan mengucap syukur (Charity and Gratitude). Beramal bukan untuk kebutuhan orang lain semata. Justru kita butuh untuk melakukan amal karena terbukti dalam penelitian bahwa rasa iba dan kasih sayang menstimulasi pembentukan hormon yang meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan kita. Beramal dan mengucap syukur adalah sebuah pernapasan rohani, yang jika tidak kita lakukan maka kita akan mati secara spiritual dalam arti kita semakin tidak dapat mencapai tahapan aktualisasi diri atau pemenuhan diri yang sempurna. Dalam Rukun Islam yang keempat ada kewajiban membayar zakat. Membayar Zakat adalah beramal atau berbuat baik pada sesama merupakan ciri kecerdasan spiritual yang tinggi , amalan ini juga merupakan bentuk aktualisasi diri menurut istilah Maslow, di mana kita memiliki misi untuk menolong sesama kita. Kelima, penyerahan diri secara total. Ini adalah tahapan tertinggi dalam perjalanan spiritualitas seseorang, yaitu ketika dia sudah tidak punya rasa kuatir akan apa yang akan terjadi. Dia memiliki rasa pasrah secara total kepada Tuhan, karena sebagai makhluk spiritual, dia telah mencapai penyatuan dengan sang Pencipta. Dalam Rukun Islam yang kelima dikenal dengan ibadah Haji. Mungkin kita dulu selalu bertanya, mengapa orang naik Haji diberangkatkan dengan doa seperti orang mendoakan mereka yang meninggal dengan diiring Azan dan Qomat. Selain mungkin bahwa ada risiko meninggal dalam menjalankan ibadah haji, hal tersebut bermakna bahwa ketika seseorang berangkat haji, berarti dia sudah menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Menjalankan Rukun Islam secara baik sesuai tuntunan Rosululloh SAW adalah merupakan latihan (exercises) untuk mendapatkan Kecerdasan Spiritual yang tinggi. Yang ditandai dengan kemampuan kita dalam pengendalian diri, banyak beramal dan banyak mengucap syukur, rela memaafkan, pasrah, rendah hati, tidak cemas, menjalin hubungan baik dengan manusia dan lingkungannya dan mencintai pekerjaan kita.

You might also like