You are on page 1of 11

UAS LANDASAN PENDIDIKAN

1.

Kemukakan pandangan saudara mengenai pendidikan sebagai proses pemanusiaan manusia. menilik pemikiran dari ki hajar dewantara bahwa pendidikan adalah suatu proses pemanusiaan manusia, maka pada dasarnya manusia itu adalah pribadi yang memiliki akal budi, pemikiran, nurani, tindakan yang jauh di atas makhluk - makhluk lain ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Jika tidak dibina maka sifat-sifat yang menjadi hakekat manusia ini akan memudar, dengan kata lain seseorang akan menjadi kasar, tidak memiliki pemikiran cerdas dan lain-lainnya. Jadi Pendidikan sebagai proses pemanusiaan manusia adalah bukan semata-mata hanya menjadikan manusia itu cerdas dibandingkan makhluk lain ciptaan-Nya, namun pendidikan merupakan suatu upaya untuk membimbing seseorang untuk mampu memunculkan apa yang menjadi hakekatnya sebagai manusia yang seutuhnya dan selaras dengan segala aspek kemanusiaannya, memiliki rasa cinta kasih, memiliki pemikiran cerdas serta berkepribadian tinggi nurani yang mulia yang dengan kemampuannya tersebut mau menghormati dan menghargai sesamanya serta berguna bagi sesamanya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

2.

Kemukakan pandangan saudara mengenai transformasi nilai berbasis pada indinamic integrated. transformasi nilai berbasis pada indinamic integrated juga dikenal dengan istilah dynamic integrated norm yaitu suatu perubahan (transformasi) nilainilai di masyarakat untuk menjawab tantangan dalam perubahan jaman tertentu sehingga mampu hidup dalam situasi yang harmonis dan bahagia. Nilai-nilai yang berubah pada masyarakat ini pada dasarnya tetap bersumber dan terintegrasi dengan nilai asli yang merupakan nilai luhur bangsa, maupun nilai yang bersumber pada kearifan lokal. Nilai-nilai ini akan nampak pada perilaku sehari-hari dari masyarakat, serta kegiatan-kegiatan profesionalnya.

Perubahan-perubahan ini terjadi tidak lain merupakan suatu upaya untuk menata kehidupan bangsa dalam berbagai aspek karena hadirnya sejumlah perubahan yang terjadi karena perubahan jaman yang semakin pesat dan dinamis, yang beberapa diantara perubahan-perubahan ini sangatlah fundamental bagi perkembangan jaman yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan nilai yang masyarakat dimasa lalu tidak lagi tepat pada perkembangan jaman tersebut.

3.

Bagaimana pandangan saudara tentang keterkaitan antara Pendidikan berbasis teknohumanistik dengan pendidikan sistem among ki hajar dewantoro. Jika dimaknai pengertian dari pendidikan berbasis teknohumanistik adalah suatu pendidikan yang di samping menuntut peserta didik menguasai sain dan teknologi tinggi, juga harus di dasarkan pada pemahaman dan penguasaan nilai dan moral yang kokoh. Sedangkan sistem among dari Ki Hajar Dewantoro yang dimaksud adalah metode pembelajaran yang berdasarkan asah asih asuh, yang mengandung makna suatu metode pembelajaran yang didalamnya didasarkan pada saling mempertajam (mengasah) , berbagi ilmu Silih asih yaitu saling mengasihi, saling mencintai satu sama lain baik itu antara siswa dengan siswa ataupun hubungan guru dengan siswa dengan cara memberi perhatian, afeksi dan kasih sayang. Satu sama lain menunjukan kepeduliannya, memberikan apa yang dibutuhkan dengan tulus dan yang terakhir adalah asuh yaitu dengan saling mengasuh, mengayomi,

membimbing satu sama lain. Sistem among ini mempertegas terjadinya proses penanaman nilai-nilai moral kepada peserta didik (siswa) dalam proses pendidikan. Jadi, nampaklah keterkaitan antara pendidikan teknohumanistik dan sistem among dari ki hajar dewantoro, dimana sistem among yang bertujuan untuk menanamkan nilai moral yang kuat pada peserta didik memberikan kontribusi yang nyata terhadap aspek penguasaan moral dan nilai pada pendidikan teknohumanistik yang menuntut siswa untuk memiliki pengetahuan sain dan teknologi serta didasarkan pada penguasaan nilai dan moral yang kokoh.

4.

Sebagai calon pendidik, coba saudara kemukakan bagaimana saudara mengkonsepsikan implementasi dari pendidikan moral [moral knowing, moral feeling, moral action] dalam profesi anda. Untuk mampu mengimplementasikan pendidikan moral dalam profesi, maka sangat perlu untuk mengetahui konsep-konsep yang terkandung dari pendidikan moral ini. Adapun komponen-komponen utama karakter yang baik yang harus ditanamkan kepada peserta didik dalam implementasi pendidikan moral adalah moral knowing, moral feeling, dan moral action. Komponen moral knowing (pengetahuan moral) memiliki enam aspek, yaitu : 1. kesadaran moral (kesadaran hati nurani), 2. Knowing moral values (pengetahuan nilai-nilai moral), terdiri atas rasa hormat tentang kehidupan dan kebebasan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keterbukaan, toleransi, kesopanan, disiplin diri, integritas, kebaikan, perasaan kasihan, dan keteguhan hati. 3. Perspective-taking (kemampuan untuk memberi pandangan kepada orang lain, melihat situasi seperti apa adanya, membayangkan bagaimana dia seharusnya berpikir, bereaksi, dan merasakan). 4. Moral reasoning (pertimbangan moral) adalah pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan bermoral dan mengapa kita harus bermoral. 5. Decision-making (pengambilan keputusan) adalah kemampuan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah-masalah moral. 6. Self-knowledge (kemampuan untuk mengenal atau memahami diri sendiri), dan hal ini paling sulit untuk dicapai, tetapi hal ini perlu untuk pengembangan moral. Komponen kedua adalah moral feeling (perasaan moral), memiliki enam aspek penting, yaitu 1. conscience (kata hati atau hati nurani), yang memiliki dua sisi, yakni sisi kognitif (pengetahuan tentang apa yang benar) dan sisi emosi (perasaan wajib berbuat kebenaran).

2. Self-esteem (harga diri), dan jika kita mengukur harga diri sendiri berarti menilai diri sendiri; jika menilai diri sendiri berarti merasa hormat terhadap diri sendiri. 3. Empathy (kemampuan untuk mengidentifikasi diri dengan orang lain, atau seolah-olah mengalami sendiri apa yang dialami oleh orang lain dan dilakukan orang lain). 4. Loving the good (cinta pada kebaikan), ketertarikan dengan kebaikan yang sejati. Jika orang cinta pada kebaikan, maka mereka akan berbuat baik dan memiliki moralitas. 5. Self-control yang berfungsi untuk mengekang kesenangan diri sendiri. 6. Humility (kerendahan hati) Komponen ketiga adalah moral action (tindakan moral), memiliki tiga aspek penting di antaranya: 1. competence (kompetensi moral), yaitu kemampuan untuk

menggunakan pertimbangan-pertimbangan moral dalam berperilaku moral yang efektif, 2. will (kemauan), yaitu pilihan yang benar dalam situasi moral tertentu, 3. habbit (kebiasaan), yakni kebiasaan untuk bertindak secara baik dan benar. Implementasinya dalam profesi adalah: 1. Guru bersikap terpuji, arif sebab ialah panutan bagi peserta didik dalam berperilaku hormat-menghormati dan cinta kasih. 2. Menghadirkan sikap demokratis, sebagai realisasinya adalah guru mengikut sertakan peserta didik dalam mengambil keputusan dan memberikan tanggung jawab untuk membuat kelas sebagai tempat yang baik untuk belajar, sebagai suatu tindakan awal untuk menanam nilai demokratis serta tanggung jawab dari peserta didik. 3. Mewujudkan suasana kelas yang menunjukkan sikap bermoral dalam bermasyarakat dalam pembelajaran berkelompok, sehingga dapat mendorong siswa untuk menumbuhkan sikap saling menghormati satu sama lain, saling membantu, perhatian satu sama lain, dan merasakan setiap anggota bernilai di dalam kelompok. Gunakan cara belajar

kooperatip untuk mengajar peserta didik tentang karakter dan keterampilan-keterampilan untuk saling membantu dan bekerjasama. 4. Penerapan disiplin moral dengan menekankan pada sikap peserta didik yang taat dengan aturan-aturan, sehingga dapat memacu pemikiran moral, pelaksanaan pengendalian diri, dan

menggeneralisasi perhatian dan hormat kepada orang lain. 5. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, gunakan subjek akademik sebagai wahana untuk menguji isu-isu kesusilaan. Hal Ini terkait dengan pendidikan karakter 6. Senantiasa berusaha membangkitkan refleksi moral peserta didik melalui membaca, menulis, berdiskusi, latihan pengambilan

keputusan, dan berdebat dalam diskusi.Hal ini diharapkan akan menghasilkan generasi yang cerdas, brani, bertanggung jawab, memiliki nilai moral yang tinggi serta berguna bagi masyarakat. 5. Kemukakan pendapat saudara, bagaimana saudara dapat menjadikan sekolah sebagai a caring community Dalam menjadikan sekolah sebagai a caring community dimana sekolah sebagai suatu komunitas yang perduli dalam pembangunan moral bangsa ini, yang terutama harus dilakukan adalah upaya refleksi diri pihak-pihak dalam sekolah tersebut seberapa jauhkah sudah mampu memberikan panutan dalam bersikap, bertindak berdasarkan nilai-nilai luhur dan moral yang dijunjung tinggi, serta segera berbenah diri sehingga dari sinilah sekolah mampu memberikan citra positif bagi masyarakat yakni sekolah tersebut adalah lembaga pendidikan yang memiliki kwalifikasi dan menjunjung nilai baik di mata masyarakat. Ini terjadi apabila semua komponen warga sekolah mampu berperan sebagai masyarakat bermoral dan mampu berperan sebagai pembimbing bagi siswa (peserta didiknya) untuk menumbuhkan nilai-nilai positif dalam diri seperti diantaranya adalah menumbuhkan rasa cinta kasih \ siswa, serta mengembangkan rasa hormat dan kasih sayang siswa sesama, orang tua, guru serta orang lain di mayarakat sekitarnya dari sejak dini. Membimbing siswa untuk mengembangkan rasa kasih sayang, menumbuhkan rasa hormat dan nilai-nilai positif lain yang ada dari diri siswa ini terkait

dengan usaha sekolah dalam menanamkan suatu pendidikan karakter yang mana bertujuan menumbuh kembangkan moral peserta didik sehingga menjadi warga bangsa yang percaya diri, tahan uji, bermoral tinggi, demokratis, bertanggung jawab serta survive dalam kehidupan bermasyarakat.

6.

Dengan di-undang-kannya UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI, dan diikuti dengan dsyahkannya produk hukum lain yang menunjang seperti UU No. 14/2003, PP No.19/2005 dll, menandakan bahwa paradigma pendidikan guru di Indonesia berubah. Coba deskripsikan pendapat saudara mengenai hal tersebut. Perubahan paradigma pendidikan yang ada di Indonesia pada awalnya disebabkan karena ditetapkannya visi dan misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional menyampaikan bahwa terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia, berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dalam realisasinya maka ditetapkanlah serangkaian prinsip yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan serangkaian reformasi pendidikan di Indonesia. Salah satu prinsip di antaranya adalah bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pada prinsip ini menekankan bahwa segala bentuk pendidikan yang dilaksanakan di setiap lembaga kependidikan membiasakan siswa untuk senantiasa proaktif dalam menggali

pengetahuannya. Jadi di sini dapat dilihat bahwa prinsip ini berimplikasi pada terjadinya perubahan paradigma pelaksanaan pendidikan di Indonesia, yakni paradigma proses pendidikan yang berorientasi pada pengajaran dimana guru lebih menjadi pusat informasi, bergeser pada proses pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran dimana peserta didik menjadi sumber (student center).

Dengan disahkannya UU No. 20/2003 mengenai pendidikan nasional yang menyatakan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara secara sah telah menyatakan bahwa saat ini paradigma pembelajaran yang saat ini sedang berlangsung sudah mengalami perubahan dari guru sebagai pusat pembelajaran (Teacher Centered Learning) menjadi siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered learning) Sehubungan dengan hal di atas, Dalam PP No 19/2005 pasal 25 (4) dinyatakan bahwa: standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan sikap untuk menentukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kemanusian Peraturan pemerintah ini, menegaskan bahwa agen pembelajar harus memiliki standar kompetensi untuk membimbing peserta didik dalam pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran.

7.

Kemukakan

konsepsi

saudara

mengenai

implementasi

kompetensi

kepribadian dalam pendidikan guru Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang tenaga pendidik berdasarkan pasal 28 ayat 3 PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah memiliki kompetensi kepribadian. Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki

karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian disebut sebagai sesuatu

yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Kompetensi kepribadian guru meliputi beberapa hal yaitu : 1. Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yaitu bertindak berdasarkan pada norma hukum, norma sosial, bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 2. Memiliki kepribadian yang dewasa, ditandai dengan tercerminnya kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja. 3. Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 4. Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 5. Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius, dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

8.

Coba saudara buat rancangan usulan konstelasi kurikulum LPTK yang mengakomodasi antara pendidikan akademik S1 dengan program PPG. Secara eksplisit dalam penjelasan pasal 15 UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Salah satu terobosan pemerintah adalah dengan mencanangkan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan profesi untuk mengahasilkan profesi guru yang bisa diikuti oleh semua kandidat yang telah menyelesaikan program sarjana baik itu dengan latar belakang kependidikan

maupun non kependidikan. Pada pasal 10 UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa kompetensi profesional guru diperoleh melalui pendidikan profesi. Hal di atas berimplikasi cukup serius bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) yang selama ini menyelenggarakan pendidikan guru dengan model bersama (concurrent).

KEPENDIDIKAN

NON-KEPENDIDIKAN

semester I semester II semester III semester IV semester V semester VI semester VII semester VIII 36-40 sks profesi I=16 Bid. Studi=24 36-40 sks Bidang keilmuan bidang Studi 108-120 sks bidang Studi 108-120 sks

semester I semester II semester III semester IV semester V semester VI semester VII semester VIII

Total SKS : 144-160 sks


Setifikasi Profesi 20-24 sks Profesi II 36-40 Pendidikan Profesi Setifikasi Profesi

Keterangan : a) Untuk semua jenis kualifikasi (kependidikan maupun non kependidikan), dari semester I sampai dengan semester VI diberikan materi bidang studi dengan bobot SKS yang sama, yaitu berkisar antara 108 120 SKS.

b) Semester VII sampai dengan semester VIII, untuk jenis kualifikasi kependidikan diberikan mata kuliah bidang studi dan pendidikan profesi antara 36-40 SKS (16 SKS pendidikan profesi I, dan 24 bidang studi), sedangkan untuk jenis kualifikasi non kependidikan, diberikan materi bidang studi (keilmuan) antara 36-40 SKS. c) Total SKS yang harus diselesaikan oleh seorang mahasiswa untuk memperoleh gelar kesarjanaan, baik sarjana pendidikan maupun sarjana nonkependidikan berkisar antara 144-160 SKS. d) Bagi sarjana pendidikan, untuk menempuh pendidikan profesi II, mereka diwajibkan untuk mengikuti kuliah dengan beban 24 SKS untuk memperoleh pendidikan profesi II yang berujung dengan mendapatkan sertifikat profesi pendidik (prasyarat untuk dapat diterima sebagai pelamar tenaga pendidik (guru) sesuai dengan UU Guru dan Dosen, serta PP 19/2005, yang kisarannya kurang lebih 1 tahun. e) Bagi sarjana nonkependidikan, untuk memperoleh sertifikat profesi pendidik, mereka diwajibkan untuk mengikuti perkuliahan dengan beban 36-40 SKS. Sertifikat profesi ini akan menunjukkan bahwa seseorang berwenang sebagai guru bidang studi tertentu sesuai dengan kualifikasi keilmuannya, dan bidang studinya harus linier, yang ditempuh selama + 1,5 tahun. f) Bagi mahasiswa, baik yang awalnya berada pada jalur kependidikan maupun non kependidikan, bilamana mereka berhenti mengikuti program perkuliahan minimal setelah menyelesaikan pendidikannya selama 1 tahun (akhir semester 2, dengan tambahan beberapa SKS bidang keterampilan vokasi, dapat dirancang untuk mendapatkan sertifikat Diploma I atau disesuaikan dengan titik dimana mereka berhenti, dengan catatan bahwa mereka wajib mengikuti program praktek lapangan atau program lain yang dirancang oleh masing-masing Jurusan/Prodi. Setelah persyaratan itu dipenuhi, mereka berhak mendapatkan sertifikat Diploma tertentu. g) Bagi mahasiswa yang di awal masuknya memilih jenis kualifikasi kependidikan setelah mengakhiri semester VI (akhir tahun ke-3), dimungkinkan untuk pindah jalur ke non-kependidikan, sehingga mereka nantinya keluar sebagai sarjana nonkependidikan (keilmuan).

10

h) Pengorganisasian sebaran kompetensi ke dalam elemen kompetensi dirumuskan oleh masing-masing Jurusan/prodi sehingga sesuai dengan visi dan misi yang diembannya. i) Untuk standarisasi isi dan proses, perlu dibentuk tim khusus dari masing masing Jurusan/Prodi, sehingga akuntabilitas akademik dan sosialnya dapat ditinggikan serta sesuai dengan tuntutan ke depan. j) Adapun contoh sebaran kompetensi dan elemen kompetensi yang saat ini masih diberlakukan sesuai dengan kebijakan formal bidang pendidikan dapat dijabarkan sebagai berikut. Jumlah keseluruhan beban untuk pendidikan profesi, baik untuk jenis kualifikasi kependidikan maupun nonkependidikan adalah 36-40 SKS, namun sebaran dan waktu pemunculannya yang berbeda. Jika pada jalur kependidikan, dimunculkan pada semester VII, VIII, IX dan X dan bahkan mungkin sebelumnya, maka untuk jalur nonkependidikan dirancang dalam 3 (tiga) semester, yaitu pada semester IX, X, dan XI.

11

You might also like