You are on page 1of 19

Minyak bumi adalah salah satu sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaruhi.

Maka dari itu dalam pengambilan minyak bumi tidak boleh sembarangan, tidak boleh di eksplor berlebihan. Selain itu juga dalam proses pengeboran untuk mendapat minyak bumi tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan prosedur yang berlaku. Berikut ini Proses Pengeboran Minyak Bumi sesuai dengan standard internasional : 1.seismic

proses ini bertujuan untuk mencari t4 yang memiliki kandungan gas/ minyak bumi. Dengan menggunakan gelombang akustik (acoustic waves) yang merambat ke lapisan tanah. Gelombang ini direfleksikan dan ditangkap lagi oleh sensor. Dari proses perambatan gelombang ini akan diolah dan terlihatlah lapisan-lapisan tanah untuk diolah manakah lapisan yang berpotensi mengandung gas/oil. 2.drilling and well construction Proses ini disebut juga proses "pengeboran minyak". Biasanya pake rig (tempat untuk mensupport proses pengeboran, dsb).simpel nya, kita membuat lubang di tempat yang diidentifikasi ada kemungkinan sumber minyak/gas di tempat tersebut. Perlu di ketahui dalam proses ini ada kemungkinan blow out (pressure yang ga bisa di kontrol, langsung ke surface), jadi harus ada pengendalian pressure dari dalam tanah. Pressure downhole / dalam tanah lebih besar dari pressure atmosferik, untuk mengimbanginya biasanya pake mud a.k.a lumpur dengan spesific gravity (berat jenis) tertentu. Mud ini akan menciptakan hydrostatic pressure yang bisa menahan pressure dari dalam. Setelah "lubang" siap, maka selanjutnya akan di cek apakah ada kandungan minyak/ gas nya.

3.well logging

proses ini yang paling mahal. Tool nya mahal, karena harus tahan pressure dan temperature yang tinggi. Di samping memetakan lapisan tanah, proses ini juga mengambil sample untuk nantinya d cek kandungannya (minyak, gas, ato cuma air). Dari sini ketahuan lapisan tanah dan batuan. Mana yang mengandung air, manayang ada gas, dan lapisan tanah mana yang "mungkin" ada kandungan minyaknya. 4. Well testing proses ini adalah proses dimana lapisan yang diperkirakan mengandung oil/gas di "tembak", dengan explosif. Setelah itu minyak yang terkandung diantara pori-pori batuan

akan mengalir menuju tempat yang pressure nya lebih kecil (ke atmosferik a.k.a ke permukaan tanah).

Untuk mengontrol pergerakan ini, sumur diisi dengan liquid tertentu untuk menjaga under balance (sumur masih bisa di "kendalikan" dan tidak blow out), contoh liquid: Brine, diesel, ato air aja. Gas, minyak, air, ataupun berbagai macam zat yang keluar akan dicari rate nya. Untuk minyak berapa bopd(barrell oil per day) yang bisa dihasilkan. Untuk gas, berapa mmscfmm/d (million metric standart cubic feet per day atau berapa juta cubic feet) yang bisa dihasilkan sumur tersebut. Proses testing ini juga mengambil sample liquid maupun gas, dan juga data-data tentang pressure, temperature, specific grafity, dll untuk selanjutnya diolah oleh reservoir engineer. Data ini akan menunjukan seberapa besar dan seberapa lama kemampuan berproduksi dari reservoir sumur tersebut. gas/minyak dibakar agar tidak mencemari lingkungan. Sistem pembakarannya sudah sangat maju, dengan mixture gas, minyak, angin, dan air untuk menjadikan pembakaran yang optimal 5. Well completion

proses ini adalah proses instalasi aksesoris sumur sebelum nantinya sumur siap diproduksi. Fungsi utamanya adalah menyaring "pasir" yang dihasilkan setelah proses penembakan dalam well testing. Pasir yang sampai ke surface dengan pressure diibaratkan "peluru" yang nantinya akan membahayakan line produksi. Pipa produksi akan terkikis oleh pasir dan akhirnya burst (pecah). dengan completion ini (alatnya gravel pack), akan menangkap pasir di dalam sumur dan menyaringnya sehingga tidak ikut ke surface.

6. Production inilah proses yang membahagiakan, dimana sumur siap untuk berproduksi dan nantinya akan diolah lagi ke tempat penyulingan untuk diolah dalam berbagai bentuk. Contoh: Minyak tanah, bensin, solar,kerosin, lpg, dll.

Ansyari M Irianto Kompensasi untuk Petani-Nelayan Akibat Pengeboran Minyak Belum Jelas Jumat, 17 Juli 2009 | 01:33 WITA Mamuju, Tribun - Kompensasi dan anti rugi untuk petani dan nelayan yang mata pencahariannya terganggu atau hilang akibat aktivitas pengeboran minyak di Sulbar hingga saat ini belum jelas. Makanya, DPRD Sulbar mengundang seluruh pemerintah kabupaten dan juga instansi terkait di Pemprov Sulbar untuk membicarakan hal tersebut di Kantor DPRD Sulbar, Mamuju, Kamis (16/7). Rapat dengar pendapat tersebut dimoderatori oleh anggota Komisi III DPRD Sulbar, Kalvin Kalambo. Hadir Wakil Bupati Majene Itol Syaiful Tonra, Plt Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulbar Agussalim Tamadjoe, dan perwakilan dari Pemkab Mamuju, Mamuju Utara, dan Polman. Pemkab Polman diwakili oleh Assiten Bidang Administrasi dan Umum Sukirman, Pemkab Mamuju diwakili oleh Kepala Bapedalda Iqbal Syakur, Pemkab Matra diwakili oleh Kepal Dinas Koperindagtamben M Natsir. Juga hadir perwakilan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang selama ini mengadvokasi para petani dan nelayan. Menurut perwakilan LSM, Sukri, adalah kesalahan persepsi tentang petani dan nelayan pada nota kesepahaman (MoU) antara pemerintah dengan perusahaan yang melakukan pengeboran. "Di situ tertulis yang menerima ganti rugi adalah petani dan nelayan. Tapi, kenyataan di lapangan hanya punggawa nelayan atau pemilik rumpon yang mendapat ganti rugi, sementara nelayan yang mencari ikan atau menggantungkan hidupnya dari rumpon itu tidak mendapat apa-apa," kata Sukri. Menurut Agussalim Tamadjoe, ia tidak mengetahui secara persis MoU dengan perusahaan yang melakukan ekplorasi dan eksploitasi tersebut, tapi secara umum yang tertulis adalah kompensasi untuk di darat dang anti rugi untuk pemutusan rumpon di laut. "Sekarang kan belum ada aktivitas pengeboran di darat, baru dalam tahap mencari data seperti pengukuran di sejumlah lahan pertanian yang diduga ada kandungan minyak di bawahnya. Nah, lahan yang ditempati mengukur inilah yang diberikan kompensasi," jelas Agus. Sedangkan di laut, tidak ada kompensasi karena tidak ada yang memiliki lahan di laut. Yang ada hanyalah pengganti rumpon yang telah diputus untuk keperluan pengukuran. Wakil Bupati Majene mengemukakan, cukup wajar jika punggawa atau pemilik rumpon yang mendapat ganti rugi karena dia yang membuat rumpon tersebut. Di Majene pun belum ada gejolak yang berarti dari masyarakat yang merasa tidak puas dengan aktivitas eksplorasi minyak di daerah tersebut. Semua masalah yang muncul langsung difasilitas oleh pihak Pemkab Majene untuk dicarikan solusi. Tapi, menurut Kalvin Kalambo, pertemuan pada hari itu tidak bisa memberikan solusi karena pemerintah tidak begitu memahami persis kontrak kerja pengeboran minyak, yang tahu hanyalah pihak perusahaan. "Bukan saya katakana jika pembicaraan kita hari ini sia-sia tapi memang tidak bisa dcari solusi karena tidak ada yang tahu persis tentang MoU itu. Makanya, untuk pertemuan selanjutnya pihak perusahaan harus dihadirkan agar mereka bisa memberikan penjelasan kepada kita semua," jelasnya.(rus) Pengeboran di Matra Belum Ada Informasi SEMENTARA itu, pengeboran minyak di lepas pantai Mamuju Utara yaitu di Blok Surumana yang

terletak di perbatasan Sulbar-Sulteng, hingga saat ini belum ada informasi jika ditemukan titik minyak atau tidak. Perusahaan yang mengebor di blok ini adalah Exxon Mobil dari Amerika Serikat. Menurut Kepala Dinas ESDM Sulbar Agussalim Tamadjoe, pihaknya belum mendapat informasi tentang perkembangan aktivitas pengoboran di Blok Surumana. "Mereka belum memberikan informasi tentang hasil yang mereka dapatkan. Tapi, sekarang sudah pindah ke Blok Mandar di Majene," kata Agus. Pengeboran di Blok Surumana mulai berlangsung pada bulan Januari 2009 dan diperkirakan akan berlangsung selama tiga bulan. Ada empat blok minyak di Matra yang akan dibor. Demikian pula di Majene terdapat empat blok minyak. Di Mamuju ada dua blok minyak dan di Polman ada satu blok minyak. Hanya di Mamasa saja yang tidak ditemukan blok minyak.(rus)

Limbah minyak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut.[1] Limbah minyak bersifat mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.
[1]

Limbah minyak merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), karena sifatnya,

konsentrasi maupun jumlahnya dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.[2]

[sunting]Minyak

bumi

Pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya pencemaran laut.

[sunting]Pengeboran

di laut

Pada umumnya, pengeboran minyak bumi di laut menyebabkan terjadinya peledakan (blow aut) di sumur minyak.[3] Ledakan ini mengakibatkan semburan minyak ke lokasi sekitar laut, sehingga menimbulkan pencemaran.[3] Contohnya, ledakan anjungan minyak yang terjadi di teluk meksikosekitar 80 kilometer dari Pantai Louisiana pada 22 April 2010.[3] Pencemaran laut yang diakibatkan oleh pengeboran minyak di lepas pantai itu dikelola perusahaan

minyak British Petroleum (BP).[3] Ledakan itu memompa minyak mentah 8.000 barel atau 336.000 galon minyak ke perairan di sekitarnya.[3] [sunting]Tumpahan

minyak

Tumpahan minyak di laut berasal dari kecelakaan kapal tanker.[4] Contohnya tumpahan minyak terbesar yang terjadi pada tahun 2006 di lepas pantaiLibanon.[4] Selain itu, terjadi kecelakaan Prestige pada tahun 2002 di lepas pantai Spanyol.[4] Bencana alam seperti badai atau banjir juga dapat menyebabkan tumpahan minyak.[4] Sebagai contoh pada tahun 2007, banjir di Kansas menyebabkan lebih dari 40.000 galon minyak mentah dari kilang tumpah ke perairan itu.[4] [sunting]Efek

Surf scoter yang terendam dalam laut yang tercemar limbah minyak bumi.

Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut adalah:[5] 1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai. 2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya. 3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi. 4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan

minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati. [sunting]Penanganan di laut [sunting]Pemantauan Tindakan pertama yang dilakukan dalam mengatasi tumpahan minyak yaitu dengan melakukan pemantauan banyaknya minyak yang mencemari laut dan kondisi tumpahan.
[6]

Ada 2 jenis pemantauan yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan

penginderaan jauh (remote sensing).[6] Pengamatan secara visual

Pengamatan secara visual merupakan pengamatan yang menggunakan pesawat. Teknik ini melibatkan banyak pengamat, sehingga laporan yang diberikan sangat bervariasi. Pada umumnya, pemantauan dengan teknik ini kurang dapat dipercaya. Sebagai contoh, pada tumpahan jenis minyak yang ringan akan mengalami penyebaran (spreading), sehingga menjadi lapisan sangat tipis di laut. Pada kondisi pencahayaan ideal akan terlihat warna terang. Namun, penampakan lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan permukaan laut, sehingga laporannya tidak dapat dipercaya. Pengamatan penginderaan jauh

Metode penginderaan jarak jauh dilakukan dengan berbagai macam teknik, seperti Sidelooking Airborne Radar (SLAR). SLAR dapat dioperasikan setiap waktu dan cuaca, sehingga menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil penginderaan lebih detail. Namun,teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang tebal. Teknik ini tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dalam kondisi laut yang tenang. Selain SLAR digunakan juga teknik Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner, dan Landsat Satellite System. Berbagai teknik ini digunakan untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat. [sunting]Penanggulangan

Booms digunakan untuk menghambat perluasan limbah minyak di laut.

Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil.[6] In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk

mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol. Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan. Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent) danabsorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen,polipropilen dan serat nilon). Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan. Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.

[sunting]Peralatan

Pembersihan limbah minyak di kawasan pantai.

Alat-alat yang digunakan untuk membersihkan tumpahan minyak:[6] Booms merupakan alat untuk menghambat perluasan hambatan minyak. Skimmers yaitu kapal yang mengangkat minyak dari permukaan air. Sorbent merupakan spons besar yang digunakan untuk menyerap minyak. Vacuums yang khusus untuk mengangkat minyak berlumpur dari pantai atau permukaan laut.

Sekop yang khusus digunakan untuk memindahkan pasir dan kerikil dari minyak di pantai.

[sunting]Pengeboran

di darat

Pencemaran tanah oleh kegiatan pengabaran minyak bumi di darat telah menimbulkan pencemaran lngkungan. Tanah yang terkontaminasi minyak bumi dapat merusak lingkungan serta menurunkan estetika. [sunting]Penanganan di darat Pemulihan lahan tercemar oleh minyak bumi dapat dilakukan secara biologi dengan menggunakan kapasitas kemampuan mikroorganisme. Fungsi dari mikroorganisme ini dapat mendegradasi strukturhidrokarbon yang ada dalam tanah, sehingga minyak bumi menjadi mineral-mineral yang lebih sederhana dan tidak membahayakan lingkungan. Teknik seperti ini disebut bioremediasi. Teknik bioremediasi dapat dilaksanakan secara in-situ maupun cara ex-situ. Pada umumnya, teknik bioremediasi in-situ diaplikasikan pada lokasi tercemar ringan, lokasi yang tidak dapat dipindahkan, atau karakteristik kontaminan yang volatil. Bioremediasi ex-situ merupakan teknik bioremediasi di mana lahan atau air yang terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan diproses pada lahan khusus yang disiapkan untuk proses bioremediasi. Penanganan lahan yang tercemar minyak bumi dilakukan dengan cara memanfatkan mikroorganisme untuk menurunkan konsentrasi atau daya racun bahan pencemar. Penanganan semacam ini lebih aman terhadap lingkungan karena agen pendegradasi yang dipergunakan adalah mikroorganisme yang dapat terurai secara alami. Ruang lingkup pelaksanaan proses bioremediasi tanah yang terkontaminasi minyak bumi meliputi beberapa tahap yaitu: Treatibility study merupakan studi pendahuluan terhadap kemampuan jenis mikroorganisme pendegradasi dalam menguraikan minyak bumi yang terdapat di lokasi tanah terkontaminasi. Site characteristic merupakan studi untuk mengetahui kondisi lingkungan awal di lokasi tanah yang terkontaminasi minyak bumi. Kondisi ini meliputi kualitas fisik, kimia, dan biologi. Persiapan proses bioremediasi yang meliputi persiapan alat, bahan, administrasi serta tenaga manusia. Proses bioremediasi yang meliputi serangkaian proses penggalian tanah tercemar, pencampuran dengan tanah segar, penambahan bulking agent, penambahan inert material, penambahan bakteri, nutrisi, dan proses pencampuran semua bahan.

Sampling dan monitoring meliputi pengambilan gambar tanah dan air selama proses bioremediasi. Kemudian, gambar itu dibawa ke laboratorium independen untuk dianalisa konsentrasi TPH danTCLP.

Revegetasi yaitu pemerataan, penutupan kembali drainase dan perapihan lahan sehingga lahan kembali seperti semula.

ASURANSI DAN ENERGI (MINYAK DAN GAS BUMI)


Indonesia adalah negara pengekspor terpenting minyak bumi di kawasan asia dan pengekspor gas bumi terbesar di dunia. Premi yang dibayar Pertamina sebagai perusahaan milik pemerintah yang berwenang mengelola sektor pertambangan minyak dan gas bumi atas seluruh asetnya mencapai 42 juta dolar AS. Jumlah ini sangat besar, namun belum sepenuhnya dapat kita nikmati dan merupakan peluang besar bagi perkembangan industri asuransi di Indonesia. Minyak dan Gas Bumi Minyak (petroleoum: petro=batu, leoum=minyak), merupakan campuran molekul karbon dan hidrogen yang terbentuk dari sedimen sisa-sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan yang terperangkap selama jutaan tahun. Akibat kombinasi efek temperatur dan tekanan di dalam kerak bumi maka terbentuklah reservoir-reservoir minyak dan gas yang berada jauh di bawah permukaan tanah. Minyak bumi sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, masyarakat Yunani kuno dan Indian Amerika menggunakan minyak bumi untuk membakar kapal-kapal musuh dengan menumpahkan minyak ke lautan dan menggunakan minyak mentah untuk mencegah air merembes ke dalam perahu, dan juga sebagai campuran cat dan obat-obatan. Jika semula minyak hanya digunakan untuk penerangan, pupuk, dan pelumas, sekarang sudah tidak terhitung banyaknya kegunaan yang dapat diberikan oleh minyak. Meningkatnya kebutuhan akan produk-produk minyak ini memacu metoda-metoda baru dalam proses penyulingannya untuk meningkatkan jumlah bahan bakar minyak dan produk lainnya dalam satu barel minyak. Produksi Minyak dan Gas Kegiatan sektor minyak dan gas dapat dibagi menjadi kegiatan hulu (upstream) yang meliputi eksplorasi dan eksploitasi serta kegiatan hilir (downstream) yang meliputi pengolahan, penyulingan, pemasaran, dan distrubusi. Proses eksplorasi dimulai dengan pencarian wilayah yang mengandung cadangan minyak dan gas. Pemetaan geologi dan survey geofisika dan seismik dilakukan untuk mengetahui daerah-daerah mana saja yang mempunyai kandungan minyak dan gas. Berdasarkan letak sumber minyak dan gas bumi tersebut, kita mengenal 2 jenis pertambangan minyak dan gas bumi yaitu di darat (on shore) dan di lepas pantai (off shore). Setelah ditemukan daerah yang mempunyai cadangan minyak maka dimulailah pemasangan fasilitas produksi dan pengeboran/drilling, kemudian pengangkatan minyak, penyulingan, proses produksi dan distribusi. Saat ini negara yang mempunyai cadangan minyak terbesar di dunia adalah Arab Saudi dengan cadangan minyak mencapai 265 milyar barrel. Sementara di Indonesia diperkirakan mempunyai cadangan minyak sebesar 907,3 juta barrel dengan produksi 1.5 juta barel per hari. Pengeboran sumur minyak pertama di Indonesia dimulai tahun 1885 dengan perusahaan yang dibentuk untuk mengambil dan mengolahnya adalah Royal Dutch atau Shell Group yang kemudian menjadi produsen minyak utama di Indonesia hingga Perang Dunia II. Saat ini pun Shell masih merupakan perusahaan dengan kapasitas penyulingan terbesar di dunia dengan 4.230.000 barrel per hari. Setelah masuknya Caltex dan Stanvac, ketiga perusahaan ini menjadikan Indonesia negara penghasil minyak terbesar di Timur Jauh dengan produksi 63 juta barel per tahun di tahun 1940. Wewenang pengaturan kegiatan hulu biasanya diberikan kepada perusahaan minyak milik pemerintah seperti Petronas di Malaysia, Pamex di Meksiko, dan di Indonesia diberikan kepada Pertamina (Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara). Setelah kemerdekaan, Shell, Stanvac dan Caltex bekerjasama dengan pihak Indonesia untuk mengatur eksplorasi dan eksploitasi minyak di Indonesia yang lambat laun dilepaskan sepenuhnya kepada pihak Indonesia. Saat ini

perusahaan asing tersebut mempunyai kontrak Production Sharing dengan pembagian rente ekonomi berdasarkan persentase yang besar untuk Pertamina. Timbulnya pemanasan global yang merupakan efek rumah kaca yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil menghasilkan kesepakatan antara negara-negara di dunia untuk mengurangi tingkat emisi rumah kaca. Berdasarkan Protokol Tokyo tahun 1997 yang merupakan kelanjutan dari kesepakatan bumi di Rio de Jeneiro, tingkat emisi rata-rata di tahun 2008 harus 5% dibawah tingkat emisi tahun 1990. Akibatnya penggunaan bahan bakar fosil akan berkurang dan tentu saja akan berdampak bagi negara pengekspor minyak dan gas bumi seperti Indonesia. Apalagi sebagian besar ekspor minyak dan gas kita di ekspor ke Jepang yang terikat Protokol Tokyo. Tapi hal ini tidak mempengaruhi investasi di sektor minyak dan gas, jika selama tiga tahun terakhir tren investasi di sektor ini menunjukkan kecenderungan menurun, maka di tahun 2003 ini diperkirakan akan naik sebesar 15%. Hal ini disebabkan dengan ditemukannya beberapa sumber cadangan minyak dan gas bumi di beberapa daerah, misalnya. Risiko-risiko yang dihadapi Kegiatan di sektor minyak dan gas bumi mempunyai karakteristik risiko frekuensi terjadinya kerugian tinggi dan kalau terjadi kecelakaan akan menyebabkan jumlah kerugian yang besar dan seringkali fatal. Perkembangan teknologi dan inovasi dalam sektor ini juga sangat cepat yang potensial menimbulkan risiko-risiko baru atau malah dapat menekan tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Salah satu cara untuk menekan tingginya tingkat risiko yang dihadapi adalah dengan adanya sistem manajemen keselamatan proses yang menjamin bahwa fasilitas industri perminyakan telah dirancang dan dioperasikan dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja. Objek dalam asuransi minyak dan gas adalah aset, antara lain fasilitas pengilangan minyak, sumur minyak, anjungan lepas pantai, alat pengeboran sumur, dan proyek konstruksinya serta orang-orang yang terlibat dalam kegiatan minyak dan gas, yang dapat menjadi objek asuransi kecelakaan kerja, asuransi kesehatan, asuransi jiwa, maupun dana pensiun. Objek berupa aset juga dapat diikuti dengan kerugian finansial dari perkiraan pendapatan yang akan diperoleh akibat terjadinya kerusakan (business interruption), dan kerugian atas timbulnya tanggung jawab hukum akibat tuntutan pihak ketiga yang menderita kerugian akibat kerusakan properti maupun terhadap jiwa manusia atau luka badan. Risiko-risiko yang mungkin dihadapi diantaranya adalah blowout yang disebablan oleh major peril (Fire, Lightning, Explosion) dan kesalahan manusia (human error), construction defect, design defect, subsidence, yang dihadapi selama periode konstruksi, dan tabrakan, kandas, dan tenggelam yang disebabkan oleh marine peril. Bayangkan berapa besar kerugian yang dapat dialami apabila suatu kilang minyak terbakar. Kerugian dari kerusakan propertinya saja mungkin sudah mencapai jutaan dollar AS belum ditambah dengan kerugian akibat kehilangan keuntungan (Business Interruption/Loss of Profit) akibat tidak berproduksinya kilang minyak tersebut. Kerugian tersebut dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Banyak cara yang dapat dilakukan perusahaan minyak dan gas bumi maupun para kontraktor dan operatornya dalam menjaga kondisi keuangannya terhadap risiko yang tidak diinginkan. Misalnya dengan konsep pemindahan risiko (risk transfer) melalui asuransi, atau dengan konsep pembiayaan risiko (risk funding) untuk risiko-risiko yang tidak dapat ditangani melalui pemindahan risiko. Risiko-risiko yang dapat dengan nyata dihitung berdasarkan parameter ekonomi, misalnya kerusakan aset akibat terjadinya kebakaran atau besarnya biaya ganti rugi yang harus diberikan akibat tuntutan pihak ketiga dapat diatasi melalui konsep pemindahan risiko. Tetapi untuk risiko yang belum dapat dihitung berdasarkan parameter ekonomi, misalnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan minyak dan gas, dapat diatasi melalui konsep pembiayaan risiko. Walaupun sudah ada peraturan yang mengharuskan industri tidak membuang limbah berbahaya dan beracun tanpa proses pengolahan terlebih dahulu sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan namun nyatanya masih banyak industri yang melakukan pelanggaran. Karena risiko kerusakan terhadap lingkungan ini bersifat gradual dan tidak bersifat tiba-tiba dan seketika (sudden and accidental) maka dimungkinkan untuk menjadi komponen pembiayaan dalam anggaran perusahaan. Tapi tidak tertutup kemungkinan akan adanya asuransi yang khusus menjamin hal ini, tentu saja setelah ada kekuatan pengawasan secara hukum yang mengharuskan suatu badan usaha mempunyai asuransi ini dan kesiapan industri asuransi dalam menentukan jumlah dan bentuk pengganti kerugian serta berapa besar premi yang harus dibayar. Pasar Asuransi Minyak dan Gas Saat ini suplai asuransi minyak dan gas untuk wilayah asia hanya 2% dari suplai asuransi minyak

dan gas global, dan Indonesia tidak termasuk sebagai negara penyuplai. Suplai asuransi minyak dan gas terbesar berasal dari negara Inggris (53%), diikuti oleh negar-negara Eropa lainnya (25%), Amerika Serikat (9%), dan Bermuda (10%). Bahkan negara-negara produsen minyak dan gas Asean seperti Malaysia dan Brunei juga mencari cover asuransi minyak dan gas ke Eropa. Di Indonesia sendiri, perusahaan asuransi yang menutup sektor ini hanya bisa menyerap tidak lebih dari 5% dan sisanya diserap oleh pasar global. Sebelum dibentuknya Konsorsium Pengembangan Industri Asuransi Indonesia Minyak dan Gas Bumi (KPIAI-Migas), hanya 2 perusahaan asuransi dalam negeri yang pernah menikmati premi dari sektor ini. Hal ini mengakibatnya rendahnya tingkat pengetahuan asuransi minyak dan gas pada industri perasuransian nasional dan tingginya ketergantungan reasuransi luar negeri karena keterbatasan kapasitas. Dengan dibentuknya Konsorsium Pengembangan Industrasi Asuransi Indonesia (KPIAI) Minyak dan Gas yang beranggotakan 33 perusahaan asuransi swasta nasional, 3 perusahaan asuransi BUMN, 5 perusahaan asuransi joint venture, dan 4 perusahaan reasuransi nasional, industrasi asuransi diharapkan dapat mengembangkan dirinya di sektor minyak dan gas. Ketergantungan pada asing masih sangat besar pada industri ini. Mulai dari dana investasi yang cukup besar, diperkirakan mencapai 1.34 milyar dollar AS dan hanya 10-15% saja yang dapat dibiayai sendiri sedang sisanya harus diperoleh dari luar atau menggandeng mitra asing, hingga penutupan asuransinya yang belum dapat ditutup oleh kapasitas asuransi nasional. Dengan adanya KPIAI-Minyak dan Gas diharapkan kapasitas asuransi dalam negeri dapat lebih ditingkatkan sehingga makin banyak premi yang dapat ditahan di dalam negeri. Jika daya serap premi dalam negeri makin besar maka akan memberikan manfaat langsung pada perekonomian nasional dengan tumbuhnya investasi dan terbukanya lapangan kerja. Bahkan bukan merupakan hal yang tidak mungkin dengan adanya aturan main yang jelas, peran industri asuransi di sektor minyak dan gas tidak hanya dapat ditingkatkan tapi juga dapat menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat menciptakan industri asuransi minyak dan gas yang kuat di tingkat nasional dan bahkan regional. (Gadis)

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN oleh Muhamad Shiroth, Jootje Polie, dan Nur Mohammad Amin Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, 1998 VISI, STRATEGI, DAN MISI PEMBANGUNAN Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berimbang haruslah berorientasi pada kebutuhan pokok hidup manusia, pemerataan sosial, peningkatan kualitas hidup, serta pembangunan yang berkesinambungan. Agar pembangunan yang berwawasan lingkungan ini dapat berjalan dengan baik, maka pembangunan tersebut perlu memiliki pandangan jauh ke depan yang dirumuskan sebagai visi pembangunan. Dan dapat diimplementasikan ke dalam pembangunan jangka panjang secara ideal serta berorientasi kepada kepentingan seluruh rakyat. Visi pembangunan yang dimaksud adalah tercapainya peningkatan kualitas hidup seluruh masyarakat melalui: pengembangan kecerdasan, pengembangan teknologi, ketrampilan dan moral pembangunan sumber daya manusia yang tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, serta seni untuk mengelola sumber daya alam secara bijaksana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, pembangunan harus mengandung makna perkembangan dan perbaikan kualitas hidup masyarakat melalui keadilan.

Berhasil atau tidaknya visi ini sangat tergantung pada misi pembangunan melalui strategi pembangunan yang dijalankan. Strategi pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam mendayagunakan sumber daya alam dengan segenap peluang serta kendalanya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala perencanaan yang baik dan layak. 2. Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi, yang berdampak positif bagi kelangsungan hidup pembangunan itu sendiri. 3. Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan, sehingga sesuai dengan rencana dan tujuannya. Selain itu pembangunan harus dilaksanakan sesuai misinya, seperti adanya rencana pembangunan dan pemantauan, harus dilakukan pengevaluasian serta pengauditan. Bertujuan untuk memberikan umpan balik yang diperlukan bagi penyempurnaan pelaksanaan maupun tahap perencanaan pembangunan berikutnya. Diagram 1 HUBUNGAN ANTARA VISI, STRATEGI, DAN MISI PEMBANGUNAN DENGAN PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN AUDIT ATAU EVALUASI PEMBANGUNAN ... diagram tidak dimasukkan dalam halaman web ini! Jadi berbagai kegiatan pembangunan akan mengalami dukungan maupun keterbatasan sumber daya manusia, sumber daya alam (fisik maupun hayati). Ilmu pengetahuan, teknologi, peraturan perundangan yang berbeda-beda, dan akhirnya juga kebutuhan akan modal yang berbeda pula. Pemrakarsa pembangunan, baik di sektor industri manufaktur, perumahan, sarana transportasi, pekerjaan umum, dan lainnya, pada umumnya lebih memperhatikan atau memperhitungkan teknologi yang hendak diterapkan, sedangkan faktor alam kurang mendapatkan perhatian, atau tidak cukup diperhitungkan, sehingga dampak atau resiko apa yang mungkin terjadi dari faktor alam dapat menimbulkan kerugian bahkan malapetaka yang besar. Disamping itu pemrakarsa pada umumnya mengeksploitasi sumber daya yang dibutuhkan untuk keuntungan yang sebesar-besarnya. Seringkali dalam hal ini, sumber daya manusia yang lemah secara ekonomi menjadi sasaran, terutama tanah, rumah, pekarangan, atau sawah yang kemudian menjadi korban, mulai dari campur tangan calo, oknum pejabat, dan pihak lainnya yang berkepentingan, secara wajar ataupun paksa. Padahal sikap-sikap seperti ini menimbulkan kerugian sosial ekonomi yang sedemikian besarnya, sehingga harus dibayar mahal. Sikap sosial yang diperhitungkan sejak awal akan jauh lebih baik, walupun menimbulkan biaya sosial, namun bermanfaat. Seperti: Melatih penduduk lokal untuk dipekerjakan atau mengalihkan ke pekerjaan yang lebih baik.

Diagram 2 PENGELOLAAN DAMPAK SOSIAL ... diagram tidak dimasukkan dalam halaman web ini! HUBUNGAN AMDAL, ANALISIS RESIKO, AUDIT LINGKUNGAN, DAN EKOLABEL Pada saat ini upaya pembangunan perlu melalui suatu analisa dan pengelolaan resiko, pelengkapan kegiatan dengan audit lingkungan, serta ekolabel. Hal tersebut bertujuan agar pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup dapat terlaksana dengan berhasil dan berkesinambungan. Perhatian pada dampak lingkungan dalam hubungan interaksi antara sumber daya, produsen, konsumen, perlu dikaitkan dengan perencanaan manajemen lingkungan dan perencanaan pengawasan lingkungan. Diagram 3 KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN DAMAPAK LINGKUNGAN .. diagram tidak dimasukkan dalam halaman web ini! Dalam pengevaluasian alternatif pembangunan perlu dilalui beberapa tahap penyaringan sehingga nantinya terpenuhi pilihan yang benar-benar sesuai. Tahaptahap penyaringan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penyaringan Teknologi Pada tahap ini dilihat apakah suatu alternatif pembangunan secara teknologi memadai. 2. Penyaringan Lingkungan Setelah melalui tahap I, alternatif pembangunan tersebut selanjutnya melalui penyaringan lingkungan, untuk melihat apakah secara lingkungan memadai. 3. Penyaringan Sosial-Ekonomi Setelah memadai dari segi teknologi dan lingkungan, selanjutnya melalui penyaringan sosial-ekonomis, untuk dikaji apakah alternatif tersebut memadai secara sosial-ekonomi. Pada setiap tahap tersebut terdapat umpan balik, sehingga bila suatu alternatif tidak memadai, akan disesuaikan kembali sehingga dapat memenuhi persyaratannya. Setelah melalui ketiga tahap tersebut sehingga suatu alternatif pembangunan layak secara teknologi, lingkungan, dan sosial-ekonomi, barulah kemudian alternatif tersebut menjadi pilihan untuk dijalankan. Kemampuan teknologi perlu ditingkatkan dengan mengacu kepada berbagai peluang, satu atau pun beberapa kombinasi beberapa peluang tersebut: 1. Penghematan Sumber Daya Berbagai sumber daya baik bahan maupun energi berada dalam kegiatan terbatas. Ini termasuk ruang, lahan, air, mineral, dan sebagainya. Teknologi yang menggunakan sumber daya yang hemat akan berdampak positif terhadap peningkatan daya dukung. Dalam kalangan industri dapat

2.

3.

4.

5.

6.

7.

diusahakan dengan mengembangkan sistem pertukaran limbah, karena sesuatu yang merupakan limbah bagi suatu industri mungkin masih merupakan suatu sumber daya bagi industri lainnya. Demikian pula gagasan untuk menjadikan kawasan industri sebagai taman industri, sehingga kecuali akan terjadi kebersihan dan keserasiannya sebagai taman, dapat juga berfungsi sebagai arena rekreasi. Jadi menghemat sumber daya lahan. Pemulihan Kembali Sumber Daya Berbagai sumber daya yang dapat pulih kembali diutamakan penggunaannya. Berbagai teknologi telah berkembang memanfaatkan sumber daya hayati yang pulih kembali, seperti biogas, energi surya, energi angin, kompos limbah organik, dan sebagainya. Pemakaian Ulang Bahan Berbagai teknologi dikembangkan untuk mengejar efisiensi, kepraktisan, kemudahan, dan sebagainya seringkali menjadi bumerang dengan pengurasan sumber daya dan limbah yang yang berlebihan, seperti penggunaan kaleng, kotak, atau plastik. Penggunaan botol sebagai kemasan minuman merupakan hal lebih bijaksana karena dapat diperguanakan ulang. Pendaurulangan Limbah Upaya pendaurulangan limbah yang tidak terhindarkan dalam produksi maupun konsumsi perlu dijadikan pegangan dalam berbagai kebijaksanaan pembangunan industri. Pendaurulangan ini akan menghemat biaya seperti pendaurulangan air limbah yang nantinya air hasil pendaurulangan akan dapat dipergunakan ketimbang menggunakan air baru yang harganya lebih mahal. Umur Produk Umur produk perlu diusahakan untuk diperpanjang dengan teknologi. Ada kecendrungan bahwa berbagai produksi saat ini berumur makin pendek dibandingkan dengan umur produk industri di masa lampau. Hal ini terjadi karena teknologi yang dikembangkan dituntut oleh orientasi ekonomi yang mengejar keuntungan sesaat lebih daripada memikirkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Misalnya pipa air yang berumur pendek akan memacu pertumbuhan pabrik pipa air tetapi akan mencemari lingkungan lebih daripada pipa air yang tahan lama. Hal ini menuntut orientasi pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dampaknya terhadap lingkungan. Substitusi Berbagai sumber daya banyak yang tidak terpulihkan, dalam hal ini teknologi dipaksa untuk menemukan substitusi bahan, materi, atau mineral tersebut. Penghindaran Manipulasi Selera Konsumen Konsumen seringkali menjadi korban perkembangan teknologi yang sepintas lalu canggih, memenuhi selera kemewahan dan kemudahan, tapi merangsang pola konsumsi yang berlebihan dan akhirnya memacu terbentuknya limbah. Gerakan konsumen hijau sebagai salah satu upaya menghadapi hal ini bertindak menolak produk yang merusak lingkungan.

Pengorientasian Teknologi pada Rakyat Banyak Tekonologi perlu berorientasi kepada rakyat banyak, berbagai upaya sosial dalam pembangunan industri, pendidikan dan pelatihan, sebagai upaya pengsosialisasian teknologi. 9. Penginsentifan Teknologi Lingkungan Citra pembangunan dengan teknologi yang bersih adalah dengan memperlakukan limbah sebagai insentif, perlunya suatu industri pengolahan limbah, sehingga limbah tidak lagi menjadi pencemar tetapi dapat dimanfaatkan kembali.
8.

USAHA MANAJEMEN MEMBANGUN DAN MEMPERTAHANKAN LINGKUNGAN Pada bagian berikut dicoba dipaparkan bagaimana usaha manajemen membangun dan mempertahankan lingkungan, dalam hal ini yang dilakukan oleh perusahaan minyak dan gas bumi. Beberapa usaha diupayakan dalam rangka menghilangkan dampak negatif dan mempertahankan pembangunan, yang dibuat pada setiap tahap kegiatan. 1. Operasi Eksplorasi dan Produksi Sumber-sumber dampak meliputi: seismik, pengeboran, dan operasi pengumpulan produksi. Operasi ini mengakibatkan dampak potensial lanjutan: penghilangan vegetasi, kebisingan, polusi air sehubungan dengan air formasi, kotoran lumpur, limbah konsentrat, tumpahan minyak karena kebocoran, dan emisi gas. Usaha manajemen terhadap hal ini adalah sebagai berikut: a. Penghilangan Vegetasi Vegetasi hilang dikarenakan penggundulan lahan untuk operasi seismik dan pengeboran, konstruksi jalan dan pipa, dan transportasi minyak mentah. Penerapan sistem cluster pada beberapa lokasi pengeboran merupakan salah satu upaya untuk mengekonomiskan penggunaan lahan, yang akan mengurangi penghilangan vegetasi dan perusakan hutan. Penerapan teknologi pengeboran langsung bisa digunakan untuk mengatasi masalah tanah sejak daerah target pengeboran dalam status terproteksi karena keberadaan sesuatu yang unik di daerah tersebut. Dalam operasi pengeboran, jika minyak tidak ditemukan, maka lokasi pengeboran dibatalkan dan dihijaukan kembali. Dalam pembangunan pipa transportasi sebagai sarana dipergunakan rel ketimbang truk yang membutuhkan jalan lebih lebar. Sebagai hasilnya penggundulan hutan bisa dikurangi. b. Kebisingan

Operasi eksplorasi dan produksi menimbulkan kebisingan di dalam dan disekitar area. Intensitas yang relatif tinggi dari kebisingan dapat terjadi pada operasi geothermal selama pengujian produksi. Karena itu peredam suara telah dipasang pada setiap lokasi geothermal untuk mengurangi kebisingan akibat operasi. c. Limbah Air Formasi dan Lumpur Pengeboran Dalam operasi pengeboran tidak hanya minyak yang diekstraksi tetapi juga air dari formasi batu. Dalam operasi pengeboran, lumpur pengeboran atau lumpur kimia digunakan dengan fungsi untuk stem tekanan formasi dan membantu mengangkat potongan ke permukaan. Ada dua jenis lumpiur pengeboran: lumpur air dan lumpur minyak. Lumpur minyak mempunyai pengaruh penting pada lingkungan. Untuk mencegah polusi, air formasi harus diperlakukan terlebih dahulu sebelum dibuang ke air tebuka. Air formasi dikumpulkan pada kolam tertentu untuk disaring dan dimonitor agar tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan. d. Limbah Konsentrat Limbah konsentrat biasanya terjadi di tanki penyimpanan minyak mentah. Tanki ini dibersihkan secara teratur, kotora yang terdapat di bawah tanki kemudian dikumpulkan, dan dibawa ke suatu tempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk untuk dibakar. e. Tumpahan Minyak Tumpahan minyak dapat terjadi karena kebocoran pipa, rusaknya segel pipa, adanya hujan akan menyebarkan minyak dan mencemari lingkungan. Dengan membangun sistem drainase yang dilengkapi alat kendali pencemaran dapat membantu mencegah hal tersebut. f. Emisi Gas Proses produksi minyak mentah menghasilkan gas sebagai hasil pemisahan gas dari minyak. Gas ini kemudian diproses terlebih dahulu sebelum dikeluarkan agar memenuhi standar lingkungan. 2. Operasi Pemrosesan Minyak Sumber dari dampak operasi pemrosesan minyak mentah menjadi minyak suling "bahan bakar" meliputi: pembangunan gedung dan proses produksi. Operasi ini mempunyai dampak potensial yang berakibat pada: penghilangan vegetasi, kebisingan yang berlebihan, polusi udara karena emisi gas seperti SO2.CO, H2S, NO2; partikel, hidrokarbon; polusi air karena buangan air limbah yang mengandung bahan kimia seperti phenol, sulfate, aromatis, minyak, logam berat; perubahan suhu, pH, konduktivitas, bau dan kontaminasi karena buangan limbah konsentrat. Usaha manajemen lingkungan terhadap hal ini adalah sebagai berikut: a. Penghilangan Vegetasi

b.

c.

d.

e.

Lahan dimana vegetasi menjadi hilang karena digunduli untuk pembangunan penyulingan, pabrik, dan fasilitas, yang atas kesemuanya itu dihijaukan kembali. Dalam area penyulingan pengebunan dilakukan. Kebisingan Operasi pabrik dan penyulingan juga menghasikan kebisingan yang berlebihan di dalam dan di sekitar area proses. Ada beberapa cara untuk mengurangi kebisingan, seperti i solasi pipa dan tabung, penerapan peredam bunyi, penyesuaian lay-out dan perwatan yang selayaknya terhadap mesin. Polusi Air Limbah dari penyulingan mengandung agen polusi seperti phenol, minyak, sulfida, krom, logam berat, atau polusi yang menyebabkan gangguan fisik seperti perubahan suhu, pH, konduktivitas, dan bau. Beberapa limbah dapat terjadi karena kebocoran pipa dan tumpahan minyak. Untuk mencegah dampak limbah ke perairan terbuka: Penangkap minyak, memisahkan minyak dengan air melalui gravitasi Perlakuan primer dan sekunder untuk proses limbah fisik,kimia, dan biologi Bak penampungan untuk mengurangi kandungan minyak dalam air dan mengembalikan dan meningkatkan kualitas air, seperti kandungan oksigen, minyak, dan suhu, sebelum di buang ke perairan terbuka. Penggunaan katalis untuk regenerasi dan pendaurulangan. Polusi Udara Emisi gas dari penyulingan minyak dibagi dalam tiga jenis: Emisi senyawa sulfur dan SO2 dari pembakaran minyak pada energi generator dan H2S dari unit air sour stripper Emisi dari senyawa nitrogen seperti Nox sebagai sampingan dari pembakaran minyak Emisi hidrokarbon dari evaporasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak mentah juga dalam tanki penyimpanan pada berbagai tahap operasi penyulingan Emisi gas dan hidrokarbon dalam partikel dikurangi dengan menggunakan tanki floating roof. Penggunaan jenis ini dapat mengurangi emisi hidrokarbon 5% ketimbang fixed roof. Karena jenis ini hampir menghilangkan ruang evaporasi. Limbah Konsentrat Proses penyulingan limbah pada dasarnya dilakukan untuk menjaga lingkungan dari kemungkinan penurunan kualitas lingkungan.

Penyulingan limbah konsentrat ada dalam bentuk oily sludge, activated sludge,drum kimia, office refuse, dan lain-lainnya. 3. Operasi Pemasaran dan Penyediaan Domestik Dampak yang potensial adalah penghilangan vegetasi, polusi udara, dan polusi air. Usaha manajemen lingkungan yang mungkin dilakukan pada operasi ini adalah sebagai berikut: a. Penghilangan Vegetasi Penugasan untuk melakukan penghijauan dan pengebunan lokasi. b. Polusi Air Limbah cair dihasilkan dari pekerjaan draining saat pembersihan tanki. Manajemen lingkungan untuk hal ini adalah dengan membangun penangkap minyak. c. Polusi Udara Emisi gas terjadi terjadi ketika hidrokarbon berevaporasi, terutama saat pengisian tanki, usaha yang dilakukan adalah dengan membuat tanki floating roof. d. Limbah Konsentrat Limbah konsentrat dalam bentuk simpanan oily sludge pada tanki penyimpanan dipindahkan saat pemindahan tanki. Penanganan selanjutnya adalah dengan menanamnya di lokasi tertentu. Untuk mencegah pencemaran air tanah, pemonitoran dilakukan atas lokasi operasi. 4. Operasi Pengapalan, Pelabuhan, dan Komunikasi Sumber dampaknya adalah dari operasi kapal tanki. Dampak potensial terutama adalah polusi air dari tumpahan minyak dan kecelakaan tanki. Usaha manajemen adalah dengan memasang alat pencegahan polusi pada tanki, seperti pemisah minyak air, tanki slops, pengawasan pembuangan minyak, dan lain sebagainya. Ada enam belas model pengendalian dampak lingkungan seperti tampak pada tabel berikut:
No Nama Peralatan 1 Oil Catcher API Corrugated Plate Interceptor PET-SET 2 Hydroclone 3 PET-SET 4 Holding Basin 5 Sour Water Penggunaan Memisahkan minyak mentah antara air dan minyak dengan gravitasi Memisahkan air dari minyak dengan gravitasi diatas permukaan Pemisahan sentrifugal minyak dan air Perlakuan air limbah dengan proses fisik, kimia, dan biologi Tempat pengumpulan air untuk mengurangi kandungan minyak, dan meningkatkan kualitas air sebelum dibuang ke perairan terbuka Memisahkan gas beracun dari air yang terproses sebelum dibuang ke

Stripper 6 Fin Fan Cooler 7 Ground Pit 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Oil Water Separator Incinerator Silencer Dumping Area Sulphur Recovery Plant Office Settling Chamber Oil Boom Skimmer Sprayer

holding basin Untuk mendinginkan air eks-refrigerasi dan steam kondensat Mengumpulkan air limbah dari operasi pengeboran untuk memisahkan minyak dengan partikel /suspensi Memisahkan air dan minyak dengan gravitasi Membakar limbah/sludge konsentrat Mengurangi kebisingan Mengumpulkan dan membuang limbah konsentrat Mengkonversi gas H2S menjadi sulfur konsentrat komersial Memasang katalis debu Melokalisasi tumpahan minyak di air Menyedot tumpahan minyak di air Menyemprotkan minyak dispersi

PENUTUP Aktivitas pembangunan secara umum dapat menimbulkan dampak pada lingkungan. Dampak ini bisa positif atau pun negatif. Dampak positif akan menguntungkan pembangunan nasional, sementara dampak negatif menimbulkan resiko bagi lingkungan. Dampak negatif tersebut dapat dikategorikan menjadi fisik dan non-fisik termasuk sosio-ekonomi. Manajemen lingkungan yang terpadu terhadap penanggulangan dampak lingkungan dari aktivitas pembangunan merupakan upaya untuk mencegah dan atau mengurangi dampak negatif yang timbul. Di masa datang diharapkan tumbuhnya kesadaran dari setiap individu terhadap lingkungan dalam melaksanakan aktivitas pembangunan, sehingga lingkungan atau sumber daya dapat dimanfaatkan dan dijaga dengan sebaik-baiknya bagi kemakmuran umat manusia.

You might also like