Professional Documents
Culture Documents
........................................................................... (2.3)
dimana :
q
c
(side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
F
s
= Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
F
b
= Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor F
b
dan F
s
diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik
s
diberikan
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Faktor empirik F
b
dan F
s
(Titi & Farsakh, 1999 )
Tipe Tiang Pancang F
b
F
s
Tiang Bor 3,5 7,0
Baja 1,75 3,5
Beton Pratekan 1,75 3,5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda (Titi & Farsakh, 1999 )
Tipe Tanah
s
(%)
Tipe Tanah
s
(%) Tipe Tanah
s
(%)
Pasir 1,4 Pasir berlanau 2,2
Lempung
berpasir
2,4
Pasir kelanauan 2,0
Pasir berlanau
dengan lempung
2,8
Lempung
berpasir
dengan lanau
2,8
Pasir kelanauan
dengan
lempung
2,4 Lanau 3,0
Lempung
berlanau
dengan pasir
3,0
Pasir
berlempung
dengan lanau
2,8
Lanau
berlempung
dengan pasir
3,0
Lempung
berlanau
4,0
Pasir
berlempung
3,0
Lanau
berlempung
3,4 Lempung 6,0
Pada umumnya nilai
s
untuk pasir = 1,4 persen, nilai
s
untuk lanau = 3,0 persen dan
nilai
s
untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian
sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (q
c
x A
p
)+(JHL x K
11
) ........................................................ (2.4)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
q
c
= Tahanan ujung sondir.
A
p
= Luas penampang tiang.
Universitas Sumatera Utara
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K
11
= Keliling tiang.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus :
Q
ijin
=
5 3
11
JHLxK xA q
c c
+ ............................................................... (2.5)
dimana :
Q
ijin
= Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
q
c
= Tahanan ujung sondir.
A
p
= Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K
11
= Keliling tiang.
2.9. Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi kapasitas
ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang
bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok
masih tetap dalam batas-batas toleransi.
e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam
batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-pengujian beban
tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm),
penurunan akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk
faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
Universitas Sumatera Utara
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Q
a
) dengan
memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Q
u
) dibagi
dengan faktor aman (SF) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak
digunakan untuk perancangan pondasi tiang pancang, sebagai berikut :
Q
a
=
5 , 2
u
Q
....................................................................................... (2.6)
2.10. Data Kalendering
Untuk perencanaan daya dukung tiang pancang dari hasil kalendering yaitu digunakan
metode Modified New ENR.
Modified New ENR
Qu = .. (2.7)
Ket:
E = Effisiensi hammer
C = 0.254 cm untuk unit S dan h dalam cm
W
p
= Berat tiang
W
R
= Berat hammer
n = koef. Restitusi antara ram dan pile cap
h = tinggi jatuh
W
R
x h = Energi palu
SF yang direkomendasikan = 6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi
Tipe Hammer Efficiency, E
Single and double acting hammer 0.7 - 0.8
Diesel Hammer 0.8 - 0.9
drop Hammer 0.7 - 0.9
Pile Material Coefficient of restitution, n
Cast iron hammer and concrette pile ( whitout cap ) 0.4 - 0.5
Wood cushion on steel pile 0.3 - 0.4
Wooden pile 0.25 - 0.3
2.11. Penurunan Tiang
Dalam bidang teknik sipil ada dua hal yang perlu diketahui mengenai penurunan,
yaitu :
a. Besarnya penurunan yang akan terjadi.
b. Kecepatan penurunan.
Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu
pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Umumnya, penurunan yang tidak seragam
lebih membahayakan bangunan dari pada penurunan totalnya. Contoh-contoh bentuk
penurunan dapat dilihat pada Gambar 2.9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 Contoh kerusakan bangunan akibat penurunan
a. Pada gambar (a), dapat diperhatikan jika tepi bangunan turun lebih besar dari
bagian tengahnya, bangunan diperkirakan akan retak-retak pada bagian tengahnya.
b. Pada gambar (b), jika bagian tengah bangunan turun lebih besar, bagian atas
bangunan dalam kondisi tertekan dan bagian bawah tertarik. Bila deformasi yang
terjadi sangat besar, tegangan tarik yang berkembang dibawah bangunan dapat
mengakibatkan retakan-retakan.
c. Pada gambar (c), penurunan satu tepi/sisi dapat berakibat keretakan pada bagian c.
d. Pada gambar (d), penurunan terjadi berangsur-angsur dari salah satu tepi
bangunan, yang berakibat miringnya bangunan tanpa terjadi keretakan pada
bagian bangunan.
Selain dari kegagalan kuat dukung (bearing capacity failure) tanah, pada setiap proses
penggalian selalu dihubungkan dengan perubahan keadaan tegangan didalam tanah.
Perubahan tegangan pasti akan disertai dengan perubahan bentuk, pada umumnya hal ini
yang menyebabkan penurunan pada pondasi (Hardiyatmo, 1996).
2.11.1 Perkiraan penurunan tiang tunggal
Menurut Poulus dan Davis (1980) penurunan jangka panjang untuk pondasi tiang
tunggal tidak perlu ditinjau karena penurunan tiang akibat konsolidasi dari tanah relatif kecil.
Hal ini disebabkan karena pondasi tiang direncanakan terhadap kuat dukung ujung dan kuat
dukung friksinya atau penjumlahan dari keduanya (Hardiyatmo, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Perkiraan penurunan tiang tunggal dapat dihitung berdasarkan :
a. Untuk tiang apung atau tiang friksi
S =
D Es
I Q
.
.
............................................................................... (2.8)
dimana : I = I
o
. R
k
. R
h
. R
b. Untuk tiang dukung ujung
S =
D Es
I Q
.
.
............................................................................... (2.9)
dimana : I = I
o
. R
k
. R
b
. R
dengan :
S = Penurunan untuk tiang tunggal.
Q = Beban yang bekerja
I
o
= Faktor pengaruh penurunan untuk tiang yang tidak mudah mampat (Gambar
2.7).
R
k
= Faktor koreksi kemudah mampatan tiang (Gambar 2.8).
R
h
= Faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras
(Gambar 2.9).
R
dengan :
K = Faktor kekakuan tiang.
E
p
= Modulus elastisitas dari bahan tiang.
E
s
= Modulus elastisitas tanah disekitar tiang.
E
b
= Modulus elastisitas tanah didasar tiang.
Perkiraan angka Poisson () dapat dilihat pada Tabel 2.5 Terzaghi menyarankan nilai
= 0,3 untuk tanah pasir, = 0,4 sampai 0,43 untuk tanah lempung. Umumnya, banyak
digunakan = 0,3 sampai 0,35 untuk tanah pasir dan = 0,4 sampai 0,5 untuk tanah
lempung.
Tabel 2.4 Perkiraan angka poisson ( ) ( Hardiyatmo. H.C., 1996 )
Macam Tanah
Lempung jenuh
Lempung tak jenuh
Lempung berpasir
Lanau
Pasir padat
Pasir kasar
Pasir halus
0,4 0,5
0,1 0,3
0,2 0,3
0,3 0,35
0,2 0,4
0,15
0,25
Berbagai metode tersedia untuk menentukan nilai modulus elastisitas tanah (E
s
),
antara lain dengan percobaan langsung ditempat yaitu dengan menggunakan data hasil
pengujian kerucut statis (sondir). Karena nilai laboratorium dari E
s
tidak sangat baik dan
Universitas Sumatera Utara
mahal untuk mendapatkan (Bowles, 1977). Bowles memberikan persamaan yang dihasilkan
dari pengumpulan data pengujian kerucut statis (sondir), sebagai berikut :
E
s
= 3q
c
(untuk pasir)............................................... (2.11a)
E
s
= 2 sampai 8q
c
(untuk lempung)......................................... (2.11b)
Dari analisa yang dilakukan secara mendetail oleh Meyerhoff, untuk nilai modulus
elastisitas tanah dibawah ujung tiang (E
b
) kira-kira 5-10 kali harga modulus elastisitas tanah
di sepanjang tiang (E
s
).
Rumus untuk penurunan tiang elastis adalah :
S =
Ep A
L Q Q
s
.
) ( +
..................................................................... (2.12)
dimana :
Q = Beban yang bekerja
Q
s
= Tahanan gesek
= Koefisien dari skin friction
Ep = Modulus elastisitas
Nilai tergantung kepada unit tahanan friksi ( kulit ) alami pada sepanjang tiang
terpancang di dalam tanah. Nilai = 0,5 adalah dimana bentuk unit tahanan friksi
( kulit ) alaminya berbentuk seragam atau simetris, seperti persegi panjang maupun parabolic
seragam, umumnya pada tanah lempung atau lanau. Nilai = 0,67 adalah jika bentuk unit
tahanan friksi ( kulit ) alaminya berbentuk segitiga, umumnya pada tanah pasir.
2.12 Data Loading Test
Loading test biasa disebut juga dengan uji pembebanan statik. Cara yang paling dapat
diandalkan untuk menguji daya dukung pondasi tiang adalah dengan uji pembebanan statik.
Interprestasi dari hasil benda uji pembebanan statik merupakan bagian yang cukup penting
untuk mengetahui respon tiang pada selimut dan ujungnya serta besarnya daya dukung
Universitas Sumatera Utara
ultimitnya. Berbagai metode interprestasi perlu mendapat perhatian dalam hal nilai daya
dukung ultimit yang diperoleh karena setiap metode dapat memberikan hasil yang berbeda.
Yang terpenting adalah agar dari hasil nilai uji pembebanan statik, seorang praktisi
dalam rekayasa pondasi dapat menentukan mekanisme yang terjadi, misalnya dengan melihat
kurva beban penurunan, besarnya deformasi plastis tiang, kemungkinan terjadinya
kegagalan bahan tiang, dan sebagainya.
Pengujian hingga 200% dari beban kerja sering dilakukan pada tahap verifikasi daya
dukung, tetapi untuk alasan lain misalnya untuk keperluan optimasi dan untuk control beban
ultimit pada gempa kuat, seringkali diperlukan pengujian sebesar 250% hingga 300% dari
beban kerja.
Pengujian beban statik melibatkan pemberian beban statik dan pengukuran
pergerakan tiang. Beban beban umumnya diberikan secara bertahap dan penurunan tiang
diamati. Umumnya definisi keruntuhan yang diterima dan dicatat untuk interprestasi lebih
lanjut adalah bila di bawah suatu beban yang konstan, tiang terus menerus mengalami
penurunan. Pada umumnya beban runtuh tidak dicapai pada saat pengujian. Oleh karena itu
daya dukung ultimit dari tiang hanya merupakan suatu estimasi.
Sesudah tiang uji dipersiapkan ( dipancang atau dicor ), perlu ditunggu terlerbih
dahulu selama 7 hingga 30 hari sebelum tiang dapat diuji. Hal ini penting untuk
memungkinkan tanah yang telah terganggu kembali keadaan semula, dan tekanan air pori
akses yang terjadi akibat pemancangan tiang telah berdisipasi.
Beban kontra dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan
menggunakan system kentledge seperti ditujukan pada gambar. Selain itu juga dapat
digunakan kerangka baja atau jangkar pada tanah seperti diilustrasikan pada gambar.
Pembebanan diberikan pada tiang dengan menggunakan dongkrak hidrolik.
Pergerakan tiang dapat diukur dengan menggunakan satu set dial guges yang
terpasang pada kepala tiang. Toleransi pembacaan antara satu dial gauge lainnya adalah 1
mm. Dalam banyak hal, sangat penting untuk mengukur pergerakan relative dari tiang.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari interaksi tanah dengan tiang,
pengujian tiang sebaiknya dilengkapi dengan instrumentasi. Instrumentasi yang dapat
digunakan adalah strain gauges yang dapat dipasang pada lokasi lokasi tertentu
disepanjang tiang. Tell tales pada kedalaman kedalaman tertentu atau load cells yang
ditempatkan di bawah kaki tiang. Instrumentasi dapat memberikan informasi mengenai
pergerakan kaki tiang, deformasi sepanjang tiang, atau distribusi beban sepanjang tiang
selama pengujian.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.15 Pengujian dengan sistem kentledge ( Coduto,2001 )
Gambar 2.16 Pengujian dengan tiang jangkar ( Tomlinson,1980 )
a. Metode Pembebanan
Metode pembebanan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1) Prosedur Pembebanan Standar ( SML ) Monotonik
Slow Maintained Load Test ( SML ) menggunakan delapan kali pengingkatan beban.
Prosedur standar SML adalah dengan memberikan beban secara bertahap setiap 25%
dari beban rencana. Untuk tiap tahap beban, pembacaan diteruskan hingga penurunan (
settlement ) tidak lebih dari 254 mm/ jam, tetapi tidak lebih dari 2 jam. Penambahan
beban dilakukan hingga dua kali beban rencana, kemudian ditahan. Setelah itu beban
diturunkan secara bertahap untuk pengukuran rebound.
Universitas Sumatera Utara
2) Prosedur Pembebanan Standar ( SML ) siklik
Metode pembebanan sama dengan SML monotonik, tetapi pada tiap tahapan beban
dilakukan pelepasan beban dan kemudian dibebani kembali hingga tahap beban
berikutnya ( unloading reloading ). Dengan cara ini, rebound dari setiap tahap beban
diketahui dan perilaku pemikulan beban pada tanah dapat disimpulkan dengan lebih
baik. Metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada metode SML
monotonik.
3) Quick Load Test ( Quick ML )
Karena prosedur standar membutuhkan waktu yang cukup lama, maka para peneliti
membuat modifikasi untuk mempercepat pengujian. Metode ini kontrol oleh waktu dan
penurunan, dimana setiap 8 tahapan beban ditahan dalam waktu yang singkat tanpa
memperhatikan kecepatan pergerakan tiang. Pengujian dilakukan hingga runtuh atau
hingga mencapai beban tertentu. Waktu total yang dibutuhkan 3 hingga 6 jam.
Gambar 2.16 Contoh hasil uji pembebanan statik aksial tekan ( Tomlinson,2001 )
4) Prosedur Pembebanan dengan Kecepatan Konstan ( Constant Rate of Penetration
Method Atau CRP )
Metode CRP merupakan salah satu alternative lain untuk pengujian tiang secara
statis. Prosedurnya adalah dengan membebani tiang secara terus menerus hingga
kecepatan penetrasi ke dalam tanah konstan. Umumnya diambil patokan sebesar 0.245
cm/ menit atau lebih rendah bila jenis tanah adalah lempung.
Hasil pengujian tiang dengan metode CRP menunujukkan bahwa beban runtuh
relative tidak tergantung oleh kecepatan penetrasi bila digunakan batasan kecepatan
Universitas Sumatera Utara
penurunan kurang dari 0.125 cm/menit. Kecepatan yang lebih tinggi dapat
menghasilkan daya dukung yang sedikit. Beban dan pembacaan deformasi diambil
setiap menit. Pengujian dihentikan bila pergerakan total kepala tiang mencapai 10%
dari diameter tiang bila pergerakan ( displacement ) sudah cukup besar.
Pengujian dengan metode CRP umumnya membutuhkan waktu sekitar 1 jam
(tergantung ukuran dan daya dukung tiang). Metode CRP memberikan hasil serupa
dengan metode Quick ML, dan sebagaimana metode Quick ML, metode ini juga dapat
diselesaikan dalam waktu 1 hari.
b. Interprestasi Hasil Uji Pembebanan Statik
Dari hasil uji pembebanan, dapat dilakukan interprestasi untuk menentukan
besarnya beban ultimit. Ada berbagai metode interprestasi, namun dalam Tugas
Akhir hanya akan dibahas Metode Davisson.
1) Metode Davisson
Prosedur penentuan beban ultimit dari pondasi tiang dengan menggunakan
metode ini adalah sebagai berikut:
Gambarkan kurva beban terhadap penurunan.
1. Penurunan elastik dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
.. (2.13)
Dimana :
Se = Penurunan elastik
Q = Beban uji yang diberikan
L = Panjang Tiang
Ap = Luas Penampang Tiang
Ep = Modulus elastisitas tiang
2. Tarik garis OA seperti gambar berdasarkan persamaan penurunan elastik ( Se ).
3. Tarik garis BC yang sejajar dengan garis OA dengan jarak X, dimana X adalah:
X = 0.15 + D/120 .. ( dalam inchi )
dengan D adalah diameter atau sisi tiang dalam satuan inchi.
Universitas Sumatera Utara
4. Perpotongan antara kurva beban penurunan dengan garis lurus merupakan daya
dukung ultimit.
Gambar 2.18 Interpretasi daya dukung ultimit dengan metode Davisson M.T
Universitas Sumatera Utara
paftar Personillntj
No Nama ,abatan Dalam Proyek
Pengalaman Dalam
Jabatan Yang Sarna
(Tahun)
Pro(esljKeahlian (SKAjSKT)
I
-
2
1 Alias, ST
3
General Supcritendcy
4
S
5
Ahli Madya Teknik Sipil
6
Terlampir
2 Kaidah, ST Site Manager 4 Ahli Madya Teknik Sipil TerJampir
3 Ilham Material Engineer 3 Logi5tik Terlampir
4 Firman,ST Quality Engineer 3
-.
Ahli Madya P.k.
Struktur
TerlClmpir
5 Yufita Triyani, ST Safety Engineer 3 K3 Terlampir
6 Sujono'sT
"
Bridge Enginer 3
- .
Ahli Madya Pek. J<ll an Tcrlampir
Samarinda.13 Februari 2012
PT. CADIKA UTAMA
1. Posisi yang diusulkan : General Supertendent
2. Nama Perusahaan : PT. CADIKA UTAMA
3. Nama Personil : ALIAS, ST
4. Tempat/Tanggal Lahir : Pare-pare, 21 Oktober 1965
5. Pendidikan (Lembaga pendidikan, : Universitas Muslim Indonesia (UMI),
tempat dan tahun tamat belajar, Makassar, 1993
6. Pendidikan Non Formal : Ahli Madya Teknik Sipil
Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia
7. Pengalaman Kerja :
Tahun
a. Nama Proyek : Peningkatan dan pemeliharaan Jalan Palopo-Tator
b. Lokasi Proyek : Palopo, Sulawesi Selatan
c. Nama Perusahaan : PT. Tuju Wali-wali
d. Posisi Penugasan : Pelaksana
e. Pemberi Tugas : Dinas Pekerjaan Umum Prov. Sulawesi Selatan
f. Alamat : Makassar
Tahun
a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung PUSKUD 3 Unit
b. Lokasi Proyek : Makassar, Sulawesi Selatan
c. Nama Perusahaan : PT. Diar Karu Graha
d. Posisi Penugasan : Pelaksana
e. Pemberi Tugas : PUSKUD, Makassar
f. Alamat : Makassar
Tahun
a. Nama Proyek : Pembangunan Perumahan DOLOG 27 Unit
b. Lokasi Proyek : Makassar, Sulawesi Selatan
c. Nama Perusahaan : PT. Duta Sarana
d. Posisi Penugasan : Site Engginer
e. Pemberi Tugas : DOLOG, Sulawesi selatan
f. Alamat : Makassar
Tahun
a. Nama Proyek : Peningkatan Taxi way Bandara Manday
b. Lokasi Proyek : Makassar, Sulawesi Selatan
c. Nama Perusahaan : PT. Indek
d. Posisi Penugasan : Quality Kontrol
e. Pemberi Tugas : PT. Angkasa Puri, Sulawesi Selatan
f. Alamat : Makassar
2000
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1993
1996
1998
Tahun
a. Nama Proyek : Pembangunan Jalan & Drainase Minasa Upa
b. Lokasi Proyek : Makassar, Sulawesi Selatan
c. Nama Perusahaan : PT. Amala Sejahtera
d. Posisi Penugasan : Site Engginer
e. Pemberi Tugas : Pemkot Makassar
f. Alamat : Makassar
Tahun
a. Nama Proyek : Pembangunan Kantor Kejaksaan Bontang
b. Lokasi Proyek : Bontang, Kalimantan Timur
c. Nama Perusahaan : PT. Multi Anugrah Utama
d. Posisi Penugasan : Site Engginer
e. Pemberi Tugas : Pemkot Bontang
f. Alamat : Bontang, Kalimantan Timur
Tahun
a. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Bt. Reddi Sangatta
b. Lokasi Proyek : Sangatta, Kalimantan Timur
c. Nama Perusahaan : PT. Mitra Utama Selaras
d. Posisi Penugasan : Site Engginer
e. Pemberi Tugas : Pemkab. Sangatta
f. Alamat : Sangatta, Kalimantan Timur
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan Lingkar Luar Nunukan
b. Lokasi Proyek : Nunukan, Kalimantan Timur
c. Nama Perusahaan : PT. Gerbang Borneo
d. Posisi Penugasan : Site Engginer
e. Pemberi Tugas : Pemkab. Nunukan
f. Alamat : Nunukan, Kalimantan Timur
dan seterusnya.
2009
2002
2001
Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Jika
terdapat pengungkapan keterangan yang tidak benar secara sengaja atau sepatutnya diduga maka
saya siap untuk digugurkan dari proses pelelangan ini.
2006
1. Posisi yang diusulkan : Site Engineer
2. Nama Perusahaan : PT. CADIKA UTAMA
3. Nama Personil : KAIDA, ST
4. Tempat/Tanggal Lahir : Salimpus, 16 November 1980
5. Pendidikan (Lembaga pendidikan, : S.1 Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin (UNHAS)
tempat dan tahun tamat belajar, Makassar, 2005
6. Pendidikan Non Formal : Ahli Muda Pelaksana Jalan
Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia
7. Pengalaman Kerja
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan & Maintenance
b. Lokasi Proyek : Areal Tambang Ds. Santan
c. Nama Perusahaan : PT. Kaltim Wiraputra Bontang
d. Posisi Penugasan : Surveyor
e. Pemberi Tugas : PT. Indominco Mandiri
f. Alamat : Bontang
Tahun
a. Nama Proyek : Peningkatan Jalan dan Drainase
b. Lokasi Proyek : Kanaan, Bontang Barat
c. Nama Perusahaan : PT. Eva Emilia
d. Posisi Penugasan : Surveyor
e. Pemberi Tugas : Dinas P.U Bontang
f. Alamat : Bontang
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan dan maintenance
b. Lokasi Proyek : Areal Tambang Tandung Mayang
c. Nama Perusahaan : PT. Kaka Rahayu
d. Posisi Penugasan : Surveyor
e. Pemberi Tugas : PT. Kitadin
f. Alamat : Bontang
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan Lingkar Luar Nunukan
b. Lokasi Proyek : Nunukan, Kalimantan Timur
c. Nama Perusahaan : PT. Gerbang Borneo
d. Posisi Penugasan : Surveyor
e. Pemberi Tugas : Pemkab. Nunukan
f. Alamat : Nunukan, Kalimantan Timur
Bontang, 09 Januari 2012
Mengetahui : Yang membuat pernyataan,
PT. CADIKA UTAMA
S A F R I KAIDA, ST
Direktur
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2006
2007
2008
Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Jika
terdapat pengungkapan keterangan yang tidak benar secara sengaja atau sepatutnya diduga maka saya
siap untuk digugurkan dari proses pelelangan ini.
2009
1. Posisi yang diusulkan : Pelaksana Logistik
2. Nama Perusahaan : PT. CADIKA UTAMA
3. Nama Personil : I L H A M
4. Tempat/Tanggal Lahir : Bontang, 31 Mei 1986
5. Pendidikan (Lembaga pendidikan, : Sekolah Menengah Kejuruan
tempat dan tahun tamat belajar, Bontang, 2004
6. Pendidikan Non Formal : Pelaksana Logistik
7. Pengalaman Kerja
Tahun 2005 - 2007
a. Nama Proyek : Trunkline Maintenance Service
b. Lokasi Proyek : Areal Vico Indonesia
c. Nama Perusahaan : PT. Novita Graha Mulia
d. Posisi Penugasan : Logistik
e. Pemberi Tugas : PT. Vico Indonesia
f. Alamat : Muara Badak
Tahun 2007 - 2009
a. Nama Proyek : Trunkline Maintenance Service
b. Lokasi Proyek : Areal Vico Indonesia
c. Nama Perusahaan : PT. Novita Graha Mulia
d. Posisi Penugasan : Adm. Logistik
e. Pemberi Tugas : PT. Vico Indonesia
f. Alamat : Muara Badak
Tahun 2010 - 2011
a. Nama Proyek : Maintenance Jalan dan drainase
b. Lokasi Proyek : Site Plant PT. Badak, NGL
c. Nama Perusahaan : PT. Tri Putra Mandiri Plus
d. Posisi Penugasan : Logistik
e. Pemberi Tugas : PT. Badak, NGL
f. Alamat : Kota Bontang
Bontang, 09 Januari 2012
Mengetahui : Yang membuat pernyataan,
PT. CADIKA UTAMA
MURSALIM DATJING I L H A M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Jika
terdapat pengungkapan keterangan yang tidak benar secara sengaja atau sepatutnya diduga maka saya
siap untuk digugurkan dari proses pelelangan ini.
Direktur
1. Posisi yang diusulkan : Quality Engineer
2. Nama Perusahaan : PT. CADIKA UTAMA
3. Nama Personil : FIRMAN FADILLAH, ST
4. Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 09 Maret 1985
5. Pendidikan (Lembaga pendidikan, : S.1 Teknik, Univ Islam Indonesia
tempat dan tahun tamat belajar, Yogyakarta, 2007
6. Pendidikan Non Formal : -
7. Pengalaman Kerja :
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. jalan Hauling
b. Lokasi Proyek : Areal Tambang Tandung Mayang
c. Nama Perusahaan : PT. Kaka Rahayu
d. Posisi Penugasan : Staff Logistik
e. Pemberi Tugas : PT. Kitadin, Site Tandung Mayang
f. Alamat : Kota Bontang
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan Lingkar Luar Nunukan
b. Lokasi Proyek : Nunukan, Kalimantan Timur
c. Nama Perusahaan : PT. Gerbang Borneo
d. Posisi Penugasan : Logistik
e. Pemberi Tugas : Pemkab. Nunukan
f. Alamat : Nunukan, Kalimantan Timur
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan dan drainase
b. Lokasi Proyek : Areal Pembangunan Pabrik Ammonium Nitrate
c. Nama Perusahaan : PT. Graha Mandala
d. Posisi Penugasan : Werehouse
e. Pemberi Tugas : PT. Rekayasa Industri
f. Alamat : Kota Bontang
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Rumah Layak Huni
b. Lokasi Proyek : Kab. Nunukan
c. Nama Perusahaan : PT. Novi Aurelia Perkasa
d. Posisi Penugasan : Logistik
e. Pemberi Tugas : Dinas PU TK. I Kaltim
f. Alamat : Samarinda
Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Jika
terdapat pengungkapan keterangan yang tidak benar secara sengaja atau sepatutnya diduga
maka saya siap untuk digugurkan dari proses pelelangan ini.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2009
2008
2010
2011
1. Posisi yang diusulkan : Safety Engineer
2. Nama Perusahaan : PT. CADIKA UTAMA
3. Nama Personil : YUFITA TRIYANTI
4. Tempat/Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 02 Juli 1972
5. Pendidikan (Lembaga pendidikan, : Universitas Tanjung Pura
tempat dan tahun tamat belajar, Tanjung Pura 2002
6. Pendidikan Non Formal : Sertifikat Computer
7. Pengalaman Kerja
Tahun
a. Nama Proyek : Pembangunan Kantor Kejaksaan Bontang
b. Lokasi Proyek : Bontang, Kalimantan Timur
c. Nama Perusahaan : PT. Multi Anugerah Utama
d. Posisi Penugasan : Logistik
e. Pemberi Tugas : Pemkot Bontang
f. Alamat : Kota Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d 11 Jun 2002
Tahun
a. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Bt. Reddi Sangtta
b. Lokasi Proyek : Sangatta
c. Nama Perusahaan : PT. Mitra Utama Selaras
d. Posisi Penugasan : Logistik
e. Pemberi Tugas : DPU Kab. Sangatta
f. Alamat : Sangatta
g. Waktu pelaksanaan : s/d 21 Nov 2005
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. SMP 1 Unggulan Nunukan
b. Lokasi Proyek : Kab. Nunukan
c. Nama Perusahaan : PT. Borneo Abadi Jaya Mandiri
d. Posisi Penugasan : Logistik
e. Pemberi Tugas : DPU Kab. Nunukan
f. Alamat : Kota Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d 07 Nov 2006
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan Lingkar Luar Nunukan
b. Lokasi Proyek : Nunukan, Kalimantan Timur
c. Nama Perusahaan : PT. Gerbang Borneo
d. Posisi Penugasan : Logistik
e. Pemberi Tugas : Pemkab. Nunukan
f. Alamat : Nunukan, Kalimantan Timur
g. Waktu pelaksanaan : s/d 28 Apr 2009
2002
2004
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2006
2009
15 Jul 2001
15 Jul 2004
03 Mei 2006
25 sep 2008
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Work Shop
b. Lokasi Proyek : Site Tandung Mayang
c. Nama Perusahaan : PT. Lam Hot Mauli
d. Posisi Penugasan : Pelaksana
e. Pemberi Tugas : PT. Pama Persada
f. Alamat : Kota Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d 10 Nov 2010
Bontang, 27 September 2011
Mengetahui : Yang membuat pernyataan,
PT. CADIKA UTAMA
Hj. SARI MEGAWATI YUFITA TRIYANTI
Direktur
Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Jika
terdapat pengungkapan keterangan yang tidak benar secara sengaja atau sepatutnya diduga maka saya
siap untuk digugurkan dari proses pelelangan ini.
2010
08 Feb 2010
1. Posisi yang diusulkan : Bridge Engineer
2. Nama Perusahaan : PT. CADIKA UTAMA
3. Nama Personil : SUJONO
4. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 16 Desember 1981
5. Pendidikan (Lembaga pendidikan, : SARJANA TEKNIK
tempat dan tahun tamat belajar, SAMARINDA
6. Pendidikan Non Formal : Kursus Komputer& Sertifikat Keterampilan Kerja
7. Pengalaman Kerja
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan Kawasan Pabrik Ammonium Nitrate
b. Lokasi Proyek : Area Pabrik PT. Kaltim Parna Industri
c. Nama Perusahaan : PT. Long Segar
d. Posisi Penugasan : Administrasi
e. Pemberi Tugas : PT. Kaltim Parna Industri
f. Alamat : Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d
Tahun
a. Nama Proyek : Peningkatan Jalan dan Drainase
b. Lokasi Proyek : Ds. Sekambing Bontang Lestari
c. Nama Perusahaan : PT. Eva Emilia
d. Posisi Penugasan : Administrasi
e. Pemberi Tugas : Dinas PU Bontang
f. Alamat : Kota Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d
Tahun
a. Nama Proyek : Pemb. Jalan dan maintenance
b. Lokasi Proyek : Areal Tambang Tandung Mayang
c. Nama Perusahaan : PT. Kaka Rahayu
d. Posisi Penugasan : Administrasi
e. Pemberi Tugas : PT. Kitadin, Site Tandung Mayang
f. Alamat : Kota Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d
Tahun
a. Nama Proyek : Service Jalan Area
b. Lokasi Proyek : Site Plant PT. Badak, NGL
c. Nama Perusahaan : PT. Nur Maulana
d. Posisi Penugasan : Administrasi
e. Pemberi Tugas : PT. Badak, NGL
f. Alamat : Kota Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
2007
2008
2005
2009
20 Apr 2005 21 Des 2005
09 Mar 2007 10 Nov 2007
09 Mar 2008 10 Apr 2008
09 Mar 2009 10 Nov 2009
Tahun
a. Nama Proyek : Peningkatan Jalan Cut Nyak Dien
b. Lokasi Proyek : Kec. Bontang Utara
c. Nama Perusahaan : PT. Lam Hot Mauli
d. Posisi Penugasan : Administrasi
e. Pemberi Tugas : Dinas PU Bontang
f. Alamat : Kota Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d
Tahun
a. Nama Proyek : Peningkatan Jalan Tembus Pupuk Kaltim
b. Lokasi Proyek : Kota Bontang
c. Nama Perusahaan : PT. Long Segar
d. Posisi Penugasan : Administrasi
e. Pemberi Tugas : Dinas P.U Bontang
f. Alamat : Bontang
g. Waktu pelaksanaan : s/d
Bontang, 27 September 2011
Mengetahui : Yang membuat pernyataan,
PT. CADIKA UTAMA
MURSALIM DATJING SUJONO
Direktur
2011
Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Jika
terdapat pengungkapan keterangan yang tidak benar secara sengaja atau sepatutnya diduga maka saya
siap untuk digugurkan dari proses pelelangan ini.
2010
08 Feb 2010 09 Mei 2010
26 Apr 2011 27 Jul 2011
.'
,
,
: -
ASOSIA51 TENAGA AHLI KONSTRUKSI INDONESIA
INDONESIAN SOCIETY OF CONSTRUCTION EXPERT
. . C-
,.1-.:--...... _,_
__ ,_, ._SOEMAI\JANTO. MM /.J..
OIREKTUR
Ir. MAN,\HAR. ... R.S IAHA..\N
I(ETUA
Satifikat ini bcrlaku sd ;; ;l'IiI .3 12hun scj;l.k unSf:11 dil ct:lphn
No_ Rcgistn.si ;
1.1.202.)!J7.09.081232
"
---.- ------ -
--
---
Daftar Peralatan Utama
No /enis Peralatan
1 2
1 Dumptruck
2 Pile Driver + Hammer
---.-
3 Crane on Track
4 Welding Set
5 Concrete Mixer
6 Water Tanker
/umlah
3
2 Unit
1Unit
lUni t
1 Unit
2Unit
1 Unit
Kapasitas
4
20 Ton
2,5 Ton
35 Ton
~ - -
40 Ton
500 Ltr
4000 Ltr
Sewa/Sewa
LokasiSekarang
BeJi/MiJik
,
6
"
Nunukan I Sewa/Kerjasama
I
Nunukan Sewa/Kerjasama
Nunukan Sewa/Kerjasama
Nunukan Sewa/Kerjasallla
Nunukan Sewa/Kerjasama
Nunukan Sewa/Kerjasama
I
Samarinda, 13 Februari. 2012
P T ~ CADIKA UTAMA
Direktur
..... PI1T1lA SENDIlll PIlllTAHA
1\iIUtu, eelVlWACi_ ft....... A'I'&UI '*
)1. A. YAN"I RT. 17 NO. 196 SAMARINDA
Telp.: 62.541.741767 HP. 08125327858
SURAT PERJANJIAN KERJASAMA
No. : 005jSPK/PSP-CUjNNK/llj2011
Yang bertanda tangan dibawah ini masing-masing :
I. N a m a : SUNOl SENORA
Jabatan : Direktur PT. PUTRA SENORA PRATAMA
Disebut sebagai PIHAK KESAIV
II.N a m a : MURSALIM OATJING
Jabatan : Direktur PT. CAOIKA UTA..,A
Dlsebut sebagai PIHAK KEOUA
lSI PERJANJIAN
Sehubungan dengan adanya Pelelangan Pekerjaan (Tender) Proyek APBD Tingkat I Provinsi
Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2012 di Samarinda, Nama Paket pekerjaan Pembangunan
Jembatan Lingkar Pulau Nunukan, Maka Pihak Kesatu dan Pihak Kedua sebagaimana tersebut
diatas sepakat mengadakan Perjanjian kerjasama sebagai berikut :
1. Pihak Kesatu memberikan bantuan kerjasama kepada Pihak Kedua untuk menyelesaikan
Pekerjaan tersebut diatas sesuai batas waktu yang ditetapkan apabila tender tersebut diatas
dimenangkan oleh Pihak Kedua .
2. Dalam menyelesaikan paket pekerjaan tersebut Pihak Kedua dapat mempergunakan alat
maupun peralatan yang dimiliki oleh Pihak Kedua (terlampir) sesuai dengan kebutuhan volume
pekerjaan pada ,pekerjaan Pembangunan Jembatan Lingkar Pulau Nunukan sampai
selesai.
Demikian surat perjanjian ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Nunukan, 08 Februari 2012
PIHAK KEOUA, PIHAK KESATU,
PT. CAOlKA UTAMA PT. SENORA PRATAMA
METERAI
Tr:MPEI
..' ~ ....... ~ '1
SUNOl SENORA
r\i,.ol,h .,.
PI. PIJ'I'IIA SENORA PRATAMA
QJDIDIlU. m ~ . 811....na IN..
JL. A. fANI RI. t7 N . t96 SANARINDA
Telp. : 62.541.741767 UP. 08t25327858
Lampiran Surat Perjanjian Kerjasama
No. : 005ISPK/PSP-CUINNKlIJI2011
DAFTAR PERALATAN
1. Dump Truck 20 ton 2 Unit
2. Pile Driver + Hammer 2,5 ton 1 Unit
3. Crane on Track 35 ton 1 Unit
4. Welding set 40 ton 1 Unit
5. Concrete Mixer 500 Itr 2 Unit
6. Water Tanker 4000 Itr 1 Unit
Nunukan, 08 Februari 2012
PT. PUTRA SENDRA PRATAMA
PAETAR BARANG YANG PIIMPOR
No Nama
1 2
Spesifikasi
3
Nil
~
r
I
I
Satuan
4
iii.
Jumlah Harga
S
Samarinda, 13 Februari 2012
PT. CADIKA UTAMA
Direktur
REKAPITULASI PERHITUNGAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (IKDN)
Uraian Pekerjaan
Nilai Gabungan Barang /Iasa (Rp)
KDN KLN
1 l
I
j
A Barang
I Material Langsung ( Baha n Baku) 2.539.814.400,00
II Perala tan (Barang ladi) 317.476.800,00
Sub Total Barang 2.857.291.200,00
lasa
III
Manajemen Proyek Dan
158.738.400,00
Perekeyasaan
IV Alat Kerja j Fasilitas Kerja 95.243.040,00
V lasa Umum 63.495.360,00
B Sub Total Barang 317.476.800,00
C TOTAL Biaya (A+B) 3.174.768.000,00
-
3.174.768.000,00
I
Total
I
4
2.539.814.400,00
- 317.476.800,00
2.857.291.200,00
- 158.738.400,00
- 95.243.040,00
- 63.495.360,00
317.476.800,00
- 3.174.768.000,00
TKDN
Gabungan
Barang jJasa
5 6
2.539.814.400,00
317.476.800,00
2.857.291.200,00
158.738.400,00
95.243.040,00
-
63,495.360,00
317.476.800,00
3.174.768.000,00
!
I
I
% TKD Gabungan Barang & lasa 3.174.768.000,00
Samarinda, 13 Februari 2012
PT. CADIKA UTAMA
Direktul'
Jenis Pekerjaan : Pembangunan Jembatan Lingkar Pulau Nunukan
Satuan/Unit : Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Timur
Nomor Pembayaran
No Uraian Satuan Kuantitas/Koefisien
1 2 3 4
I Upah/Tenaga Kerja
Pekerja Jam
Tukang Jam
Mandor Jam
Operator Jam
Pembantu Operator Jam
Sopir/ driver Jam
Mekanik Jam
Pembantu Mekanik Jam
Kepala Tukang Jam
II Bahan/ Material
Semen M3
Pasir M3
Kayu Perancah M2
Air Liter
Baja Tulangan Ulir D34 Kg
Agregat Kasar M3
Baja Tulangan Polos Ulir U233 Kg
Tiang Pancang M'
III Peralatan
Dumptruck Unit
Pile Driver + Hammer Unit
Crane On Track Unit
Welding Set Unit
Concrete Mixer Unit
Water Tanker Unit
ANALISA TEKNIS SATUAN PEKERJAAN
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
PENYEDIAAN TIANG PANCANG
PROYEK :
NAMA KEGIATAN : Jembatan Grider Bentang 20 m
NAMA PEKERJAAN : Pembangunan Jembatan Lingkar Pulau Nunukan
PROP / KAB / KODYA : KALIMANTAN TIMUR
ITEM PEMBAYARAN NO. : 7.6 (7)
JENIS PEKERJAAN : Penyediaan Tiang Pancang Baja
SATUAN PEMBAYARAN : Kg
PERKIRAAN HARGA JUMLAH
NO. KOMPONEN SATUAN KUANTITAS SATUAN HARGA
(Rp.) (Rp.)
A. TENAGA
1. Pekerja (L01) jam 0,0003 6.500,00 2,03
2. Tukang (L02) jam 0,0012 7.500,00 9,36
3. Mandor (L03) jam 0,0037 8.695,00 32,55
43,93
B. BAHAN
1. Pipa baja M52 Kg 1,0500 15.000,00 15.750,00
2. Plat Baja M48 Kg 0,2100 16.000,00 3.359,99
3. Kawat Las M51 Dos 0,0500 60.000,00 3.000,00
22.109,99
C. PERALATAN
1. Trailer (E29) jam 0,0001 325.133,87 36,37
2. Crane (E07) jam 0,0001 352.656,50 42,08
3. Genset (E12) jam 0,0004 216.085,90 96,29
4. Welding Set (E32) Ls 0,0004 58.126,68 25,90
5. Alat Bantu Ls 1,0000 10,00 10,00
210,64
D. JUMLAH HARGA TENAGA, BAHAN DAN PERALATAN ( A + B + C ) 22.364,57
E. OVERHEAD & PROFIT 10,0 % x D 2.236,46
F. HARGA SATUAN PEKERJAAN ( D + E ) 24.601,03
Note: 1 SATUAN dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan, volume dan/atau ukuran
berat untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu satuan pekerjaan dari nomor
mata pembayaran.
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis dipakai dan operator.
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
Analisa EI-767
JUMLAH HARGA TENAGA
JUMLAH HARGA BAHAN
JUMLAH HARGA PERALATAN
I - 1
BAB I
PERSYARATAN UMUM
Sebelum memulai pekerjaan pokok kontraktor terlebih dahulu harus menyiapkan
segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, kecuali atas
pertimbangan tertentu dan atas persetujuan pemberi tugas atau team pengawas.
Kontraktor harus sudah menyelesaikan perijinan pada lingkungan, pemerintah
daerah dan instansi-instansi lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini. Segala hal
biaya yang menyangkut perijinan ini adalah menjadi beban dan tanggung jawab,
kontraktor serta dianggap telah masuk dalam harga penawaran.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut meliputi :
1.1. MOBILISASI PERALATAN
Penyediaan pengangkutan, peralatan-peralatan, kendaraan-kendaraan / alat-
alat besar yang menunjang pelaksanaan proyek baik menyewa maupun milik
perusahaan.
Alat-alat yang harus disediakan antara lain
- Shovel loader
- Bulldozer
- Excavator
- Dumptruck
- Vibratory compactor / tamper
- Generator set
- Alat ukur TO / Theodolit TO /, waterpass dan rambu-rambunya
- Concrete Mixer
1.2. PENGUKURAN DAN PEMATOKAN
a. Kontraktor harus memasang dan mengukur secara teliti patok Bench Mark
(BM) pada lokasi tertentu sepanjang proyek untuk memungkinkan
perancangan kembali, pengukuran sipat datar dari perkerasan atau
penentuan titik dari pekerjaan yang akan dilakukan. Patok monumen yang
permanent harus dibangun di atas tanah yang tidak akan terganggu/
dipindahkan.
b. Kontraktor harus menentukan titik patok konstruksi yang menunjukkan garis
dan kemiringan kolam-kolam pengolahan serta prasarana penunjang
lainnya (jalan, lebar bahu, saluran, dan lain-lain) sesuai dengan penampang
rnelintang standar yang diberikan dalam gambar rencana dan harus
mendapatkan persetujuan Direksi/ Pengawas sebelum memulai konstruksi.
I - 2
Patok yang digunakan berukuran minimal (5 x 7) cm
2
. Patok harus keras,
dicat pakai meni dan posisinya tidak boleh berubah selama pelaksanaan
konstruksi. Sebelum pekerjaan fisik dimulai posisi-posisi patok tersebut
harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi / Pengawas Lapangan.
Jika menurut pendapat Direksi / Pengawas diperlukan perubahan dari garis
dan kemiringan, baik sebelum maupun sesudah penentuan patok, Direksi /
Pengawas akan mengeluarkan instruksi terperinci kepada Kontraktor untuk
perubahan tersebut dan kontraktor harus mengubah penentuan patok untuk
persetujuan lebih lanjut.
c. Khusus untuk pekerjaan jalan, sumbu jalan yang direncanakan ditentukan
di lapangan berdasarkan hasil gambar yang telah disetujui Direksi /
Pengawas dengan cara sebagai berikut :
1). Titik awal dan akhir sumbu jalan diikatkan kepada titik-titik polygon.
Masing-masing buah patok beton diletakkan di tepi daerah penguasaan
jalan sebagai titik penolong.
2). Titik-titik penting pada tikungan ditentukan di lapangan dengan
memasang patok-patok pembantu. Pada titik PI dipasang satu patok
beton.
3). Patok-patok tersebut diberi tanda dan nomor urut serta dibedakan dari
patok polygon.
4). Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung tidak boleh mengganggu
kelancaran aktivitas pekedaan lain disekitarnya.
d. Alat ukur yang digunakan antara lain :
1). Theodolit Wild TO atau yang sederajat beserta perlengkapannya
sebanyak 1 set.
2). Waterpas NAK-2 atau yang sederajat beserta perlengkapannya
sebanyak 1 set.
e. Semua alat ukur beserta perlengkapannya yang diperlukan untuk proyek
harus selalu siap di lapangan selama pelaksanaan berlangsung.
1.3. PEMBUATAN DIREKSI KEET
Untuk setiap proyek, Kontraktor harus menyediakan akomodasi kantor yang
cocok dan dan fasilitas yang memenuhi untuk kebutuhan proyek.
I - 3
Ruangan yang diperlukan untuk keperluan tersebut adalah ruang pengawas
dari Direksi/ Konsultan, minimum 4m x 6m, dengan perlengkapan 4 buah meja
tulis kursi kerja, 1 buah lemari Arsip, 1 set meja kursi tamu, 1 (satu) Unit
Komputer & Printer, Soft/ White Board, sebuah ruangan untuk keperluan rapat
kemajuan pekerjaan (minimum 6m x 6m) serta air dan listrik kerja.
Direksi Keet ini dibuat untuk jangka waktu penggunaan minimal sama dengan
lama pelaksanaan pekerjaan, terbuat atas konstruksi semi permanent dan
seluruhnya akan menjadi milik Pemberi Kerja setelah pelaksanaan proyek
berakhir, kemudian Kontraktor wajib memelihara kebersihan
halaman/bangunan dan melakukan perbaikkan-perbaikkan direksi keet selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung, sesuai dengan petunjuk-petunjuk Direksi.
1.4. BENGKEL DAN GUDANG KONTRAKTOR
Di lapangan Kontraktor harus memiliki bengkel yang diperlengkapi secukupnya
dan dilengkapi pula dengan listrik yang dapat dimanfaatkan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Harus disiapkan pula sebuah gudang untuk penyimpanan suku
cadang peralatan dan material.
1.5. PHOTO PROYEK
a. Kontraktor diwajibkan membuat photo proyek sesuai dengan kemajuan
pekerjaan (pada saat 0 %, 50 %, 100 %) pada titik yang sama dan arah
yang sama, disusun di dalam album, dibuat 3 (tiga) rangkap dan diserahkan
kepada Direksi / Konsultan Pengawas.
b. Photo proyek dibuat berwarna, dicetak yang jelas dan bersih ukuran post
card.
1.6. JADWAL PELAKSANAAN
a. Sebelum memulai pekerjaan nyata di lapangan, kontraktor wajib membuat
Rencana Kerja Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar
Chart dan S Curve bahan/tenaga.
b. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari Direksi/ Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari
kalender setelah Surat Keputusan Penunjukkan (SPK) diterima kontraktor.
Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas akan
disahkan oleh Pemberi Tugas.
c. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 3 (tiga)
kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Satu salinan rencana kerja harus
ditempel pada dinding di kantor kontraktor di lapangan yang selalu diikuti
dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi kerja).
I - 4
d. Direksi/Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor
berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
1.7. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
a. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang milik
proyek, Direksi/Konsultan Pengawas dan milik pihak ketiga di lapangan.
b. Untuk maksud-maksud tersebut, kontraktor harus membuat pagar
pengaman dari kayu atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan
kontraktor.
c. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Direksi
Konsultan Pengawas, baik yang telah dipasang maupun yang belum,
menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam
biaya pekerjaan tambah.
d. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya,
baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu
kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang
siap dipakai yang ditempatkan di tempat-tempat yang akan ditetapkan
kemudian oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan dianjurkan untuk
mengasuransikan terhadap bahaya kebakaran.
1.8. JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
a. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dan pekerja lapangan.
b. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi
syarat kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada di bawah
kekuasaan kontraktor.
c. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak
dan bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan
di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali
untuk penjaga keamanan.
Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja
wajib diberikan oleh kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
I - 5
1.9. PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
a. Semua bahan material yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan.
b. Direksi/Konsultan Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan
kontraktor wajib memberitahukan.
c. Semua bahan material yang akan digunakan harus diperiksakan dulu
kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
d. Bahan material yang telah didatangkan oleh kontraktor di lapangan
pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi/Konsultan Pengawas,
harus segera dikeluarkan dalam waktu 2 x 24 jam terhitung dari jam
penolakan.
e. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor ternyata
ditolak Direksi/Konsultan Pengawas, harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
Apabila Direksi/Konsultan Pengawas merasa perlu meneliti suatu bahan lebih
lanjut, Direksi/Konsultan Pengawas berhak mengirimkan bahan tersebut
kepada Balai Penelitian Bahan-bahan (Laboratorium) yang terdekat untuk
diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian menjadi tanggungan Kontraktor,
apapun hasil penelitian bahan tersebut.
1.10. PEMERIKSAAN PEKERJAAN
a. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini
telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Direksi/Konsultan
Pengawas, Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan kepada
Direksi/Konsultan Pengawas. Baru apabila Direksi/Konsultan Pengawas
telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya.
b. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam
diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/raya,
tidak dipenuhi oleh Direksi/Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap
telah disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Hal ini dikecualikan bila
Direksi/Konsultan Pengawas minta perpanjangan waktu.
Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Direksi/Konsultan Pengawas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk
I - 6
diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggungan
Kontraktor.
1.11. KUALITAS PEKERJAAN
a. Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaan yang terbaik dan
hanya tenaga-tenaga kerja terbaik dalam tiap jenis pekerjaan diijinkan
untuk melaksanakan pekerjaan bersangkutan. Kualitas pengerjaan maupun
kualitas hasil pekerjaan yang kurang memenuhi syarat akan ditolak dan
dilarang untuk diteruskan kegiatannya.
b. Selama pekerjaan berlangsung Direksi/Konsultan Pengawas berhak
sewaktu-waktu memerintahkan secara tertulis kepada kontraktor :
1 . Untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan dalam waktu tertentu
bahan-bahan/materiil yang dianggapnya tidak sesuai dengan kontrak.
2. Penggantian baban-baban material yang cocok dan sesuai.
3. Pembongkaran serta pembuatan baru yang sesuai (terlepas dari test-
test terdahulu atau pembayaran di muka) dari sembarang pekerjaan
yang menurut Direksi/Konsultan Pengawas secara material maupun
keahliannya tidak cocok dengan kontrak.
Kegagalan Wakil Direksi/Konsultan Pengawas untuk menolak pekerjaan
atau material tidak menutup kemungkinan Direksi untuk di kemudian hari
menolak sesuatu pekerjaan atau material yang dianggap tidak cocok
dengan kontrak serta memerintahkan untuk membongkarnya atas
tanggungan kontraktor.
c. Pengujian hasil pekerjaan
1. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan
akan diuji dengan cara dan tolok ukur pengujian yang dipersyaratkan
dalam referensi yang ditetapkan.
2. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang
akan melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Direksi/Konsultan
Pengawas dari Badan/Lembaga Pengujian milik Pemerintah atau yang
diakui Pemerintah atau badan lain yang dianggap memiliki objektifitas
dan integritas yang meyakinkan. Atas hal yang terakhir ini,
Kontraktor/Supplier tidak berhak mengajukan sanggahan.
3. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan
menjadi beban Kontraktor.
I - 7
4. Dalam hal dimana salah satu pihak tidak dapat menyetujui hasil
pengujian dari bahan penguji tersebut, maka pihak tersebut berhak
mengadakan pengujian tambahan pada Badan/Lembaga lain yang
memenuhi persyaratan badan penguji tersebut di atas.
5. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua badan
tersebut memberikan kesimpulan yang sama, maka semua biaya untuk
pengujian tambahan menjadi beban pihak yang mengusulkan.
6. Apabila ternyata kedua hasil pengujian dari kedua badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk :
a. Memilih Badan/Lembaga penguji ketiga atas kesepakatan bersama.
b. Melakukan pengujian ulang pada Badan/Lembaga penguji pertama
atau kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :
(1). Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi/
Konsultan Pengawas dan Kontraktor/Supplier ataupun wakil-
wakilnya.
(2) Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari
alat-alat penguji.
(3) Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final kecuali
bilamana kedua belah pihak sepakat untuk tidak
menganggapnya demikian.
(4) Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan
dari hasil pengujian yang pertama, maka semua biaya untuk
semua pengujian ulang menjadi tanggung jawab pihak yang
mengusulkan diadakannya pengujian tambahan.
Bila ternyata pihak Direksi/Konsultan Pengawas yang mempunyai
pendapat salah, maka atas segala penundaan pekerjaan akibat
adanya penambahan/pengulangan pengujian akan diberikan
tambahan waktu pelaksanaan pada bagian pekerjaan bersangkutan
dan bagian-bagian lain yang terkena akibat-akibatnya,
penambahan besarnya sesuai dengan penundaan yang terjadi.
1.12. GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)
a. Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (construction
drawing) belum cukup memberikan petunjuk untuk mencapai keadaan
terlaksana, maka Kontraktor wajib untuk membuat gambar kerja (shop
drawing) yang memperlihatkan secara terperinci cara pelaksanaan
pekerjaan yang dimaksud.
I - 8
b. Gambar kerja tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan
Pengawas.
Persetujuan tersebut tidak melepaskan Kontraktor dari tanggung jawab atas
kesalahan yang dilakukan Kontraktor.
1.13. GAMBAR HASIL REVISI (AS BUILT DRAWING)
a. Semua yang belum terdapat dalam Gambar Kerja baik karena
penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas/Direksi/Konsultan
Pengawas ataupun tidak, Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang
sesuai dengan apa yang dilaksanakan, yang jelas memperlihatkan
perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 berikut termasuk
Kalkirnya (gambar asli) dan semua biaya pembuatannya ditanggung
sepenuhnya oleh Kontraktor.
1.14. PEMELIHARAAN PEKERJAAN
a. Jangka waktu pemeliharaan adalah 60 (enam puluh) hari kalender dihitung
dari tanggal penyerahan pekerjaan pertama (pekerjaan selesai 100 %).
Dalam jangka waktu tersebut, Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan
yang tidak baik dan melengkapi kekurangan-kekurangannya yang dilakukan
oleh Kontraktor akibat tidak baiknya pelaksanaan pekerjaan dan kurangnya
mutu bahan seperti tertulis dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan ini atas biaya Kontraktor
b. Bila dalam jangka waktu pemeliharaan atas perintah Direksi/Konsultan
Pengawas Kontraktor tidak melaksanakan pekerjaan perbaikan tersebut,
maka Pemimpin Proyek berhak menyuruh pihak ketiga (Kontraktor lainnya)
untuk mengerjakan atas beban Kontraktor.
Penyerahan pekerjaan kedua kalinya (terakhir) harus dilakukan sesudah habis
jangka waktu pemeliharaan dan sampai berakhinya pekerjaan perbaikan yang
harus dilaksanakan.
1.15. PENYERAHAN PEKERJAAN
Penyerahan pekerjaan terakhir kepada Pemberi Tugas hanya dapat
dilaksanakan apabila seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara sempurna
dan dapat diterima oleh Pemberi Tugas.
II - 1
BAB II
PEKERJAAN TANAH
2.1. PEMBERSIHAN DAN PEMBONGKARAN
1. Uraian Umum
a. Bab ini mencakup semua pekerjaan pembersihan dan
pembongkaran yang tercakup dalam Pekerjaan Tanah. Pekerjaan
tanah akan terdiri dari pembersihan semua pohon, kayu-kayu yang
jatuh, pecahan benda, semak, tumbuh-tumbuhan lain, sampah dan
semua bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki, berikut
dengan pembongkaran tunggul dan akar, dan bangunan yang
berada pada permukaan tanah pengupasan tumbuh-tumbuhan
permukaan dan tanah humus dan pembuangan semua bahan
galian sisa yang berasal dari pekerjaan ini untuk menyediakan yang
bersih dan jelas sebelum pekerjaan tanah, drainase atau pekerjaan
konstruksi lainnya dimulai.
b. Jalan-jalan yang ada, perbaikan jalan, fasilitas tanah milik yang
berdampingan, bangunan utilitas, pelayanan umum, pohon,
tanaman, dan sebagainya yang tidak ditunjuk untuk pembersihan
dan pembongkaran harus dilindungi dari cacat dan kerusakan yang
mungkin timbul dari operasi kontraktor.
2. Tingkat Pekerjaan
a. Pembersihan akan dilaksanakan di atas sebuah daerah yang luas
sampai batas akhir dari semua pekerjaan permanen atau
sebagaimana diarahkan lain oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
Pekerjaan ini akan terdiri dari pembongkaran dan pembuangan
segala sesuatu diatas permukaan tanah termasuk dahan yang
bergantungan kecuali benda tersebut diperintahkan
Direksi/Konsultan pengawas untuk ditinggalkan tanpa diganggu.
Bahan-bahan yang dibersihkan akan termasuk, tetapi tidak perlu
dibatasi pada pohon, tanggul, balok, semak, belukar, rumput,
tembolok bagian-bagian tumbuhan yang lepas dan struktur, kecuali
ditentukan untuk ditempat lain.
b. Semua pohon dan tumbuhan lain harus dikeluarkan dari daerah
yang akan ditempati oleh jalur pekerjaan yang baru. Pohon-
pohon pada jalur tanaman dan sebagainya juga harus ditebang
dikeluarkan jika terlalu dekat tepi jalur. Bila menurut pendapat
Direksi/Konsultan pengawas, merupakan suatu hal yang dapat
mengganggu kelancaran pelaksanaan.
II - 2
c. Pada daerah galian dan di bawah timbunan yang kurang dari 1,00
m, maka semua tunggul, akar dan benda lain yang tidak
dikehendaki harus dibongkar sampai suatu kedalaman yang
ditentukan sesuai gambar rencana.
d. Patok pengukuran, instalasi pelayanan umum, dan benda lainnya
serta pohon dan tumbuh-tumbuhan yang ditunjuk Direksi/Konsultan
pengawas untuk ditinggalkan, harus dilindungi dari kerusakan yang
dapat diakibatkan oleh operasi kontraktor.
e. Tanah milik dan setiap benda yang ditunjuk untuk diselamatkan
harus dipindahkan dengan hati-hati dan ditempatkan sebagaimana
diarahkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
f. Semua bahan-bahan dan puing yang ditunjuk oleh
Direksi/Konsultan Pengawas untuk digunakan lagi dalam Pekerjaan
Kontrak atau untuk diselamatkan, harus dibuang agar membusuk
sebagaimana disetujui oleh Direksi/ Konsultan Pengawas.
Kontraktor harus membuat semua pengaturan yang diperlukan olch
para pemilik dan menanggung semua biaya untuk memperoleh
lokasi yang layak.
g. Lubang bekas tunggul dan lubang lainnya dimana penghalang
tersebut dihilangkan harus ditimbun kembali dan dipadatkan dan
daerah yang sudah dibersihkan harus ditinggalkan dalam suatu
keadaan permukaan yang layak dan kondisi yang rapih untuk
kepuasan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
2.2. PEKERJAAN GALIAN
1. Uraian Umum
a. Pekerjaan ini akan terdiri dari galian, penanganan, pembuangan
atau penumpukan dari tanah atau batuan atau bahan-baban lainnya
dari badan jalan atau berdekatan yang diperlukan untuk
pelaksanaan yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini.
b. Pekerjaan tersebut biasanya diperlukan untuk pembangunan
saluran air dan selokan, untuk pembentukan parit atau pondasi atau
pipa, gorong-gorong, saluran atau struktur kecil lainnya, untuk
pengeluaran bahan-bahan yang tidak terpakai dan tanah humus,
untuk pekerjaan stabilisasi dan pengeluaran longsoran, untuk
bahan-bahan konstruksi galian tambahan atau pembuangan bahan-
balian sisa galian dan pada umumnya untuk pembentukan tempat
kerja yang sesuai dengan spesifikasi ini dan memenuhi garis,
kelandaian dan penampang melintang yang terlihat pada gambar
atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
II - 3
c. Galian biasa akan terdiri dari semua galian yang tidak
diklasifikasikan sebagai galian batu.
2. Toleransi Dimensional
a. Ketinggian akhir, garis dan bentuk setelah galian tidak boleh
berbeda dari yang ditentukan yaitu lebih dari 20 mm pada setiap
titik
b. Permukaan akhir galian yang telah selesai, yang terbuka terhadap
aliran air permukaan harus cukup halus dan rata, dan mempunyai
cukup kemiringan, guna menjamin kelancaran drainase permukaan
sehingga tidak terjadi genangan.
3. Keamanan Pekerjaan Galian
a. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk menjamin
keselamatan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan galian dan
masyarakat umum.
b. Selama pekerjaan galian, maka harus dipertahankan sepanjang
waktu lereng galian sementara yang mantap yang mampu
menunjang pekerjaan yang berdampingan menjadi kurang stabil
atau rusak oleh pekerjaan galian.
c. Alat-alat berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau maksud
lain tidak diperkenankan untuk berada atau beroperasi lebih dekat
dari 1,5 m dari tepi parit terbuka galian pondasi kecuali pipa atau
bangunan telah dipasang dan ditutupi dengan sekurang-kurangnya
600 mm urugan kembali dipadatkan.
d. 'Coffierdam' tembok ujung atau sarana lain untuk menghindar air
dari galian harus direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk
menjamin tidak akan terjadi reruntuhan secara tiba-tiba dan mampu
menghindari banjir yang datang dengan cepat pada tempat
pekerjaan.
e. Pada setiap saat sewaktu para pekerja atau lainnya berada didalam
galian dan bahkan bila hanya sekali-sekali, harus merendahkan
kepala mereka dibawah permukaan tanah disekitarnya, maka
kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan dan
kemajuan. Setiap saat peralatan galian yang tidak digunakan
(cadangan) dan perlengkapan pertolongan pertama (P3K) harus
tersedia pada tempat pekerjaan galian.
f. Semua galian terbuka harus dipasang berikade secukupnya untuk
mencegah para pekerja atau lainnya jatuh ke dalamnya.
II - 4
4. Pembetulan Pekerjaan yang Kurang Memuaskan
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi kriteria toleransi diatas harus
dibetulkan oleh kontraktor sebagai berikut :
a. Bahan-bahan yang berlebihan harus dibuang dengan galian lebih
lanjut
b. Daerah yang telah digali secara berlebihan, atau daerah yang retak
berlebihan, atau longsor harus diurug kembali dengan timbunan
bahan-bahan pilihan atau agregat lapis pondasi atau sebagaimana
diarahkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
5. Bangunan Utililitas
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh setiap
informasi yang ada tentang keberadaan serta lokasi bangunan
utilitas di bawah tanah dan untuk memperoleh serta membayar
setiap perijinan yang diperlukan atau pemberian hak lainnya untuk
melaksanakan galian yang disyaratkan oleh Kontrak.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemeliharaan dan
perlindungan setiap saluran pipa dibawah tanah yang masih
berfungsi, kabel, pipa penyalur atau lainnya di atas tanah dan jalur-
jalur pelayanan atau struktur cabang yang mungkin ditemukan, dan
untuk memperbaiki setiap kerusakan yang disebabkan oleh
operasinya.
6. Penggunaan dan Pembuangan Bahan-bahan Galian
a. Semua bahan-bahan yang sesuai yang digali dalam batas-batas
proyek, kapan saja mungkin, harus digunakan dalam cara yang
paling efektif untuk pembentukan timbunan dan urugan kembali.
b. Setiap bahan-bahan galian yang berlebihan untuk kebutuhan
timbunan, atau bahan-bahan yang tidak disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas sebagai bahan-bahan timbunan yang
sesuai harus dibuang keluar dari daerah pekerjaan.
c. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua pengaturan dan
biaya untuk pernbuangan bahan-bahan yang berlebih atau tidak
memenuhi syarat, termasuk pengangkatan dan perolehan ijin dari
pemilik atau penghuni tanah tersebut, dimana pembuangan itu
dilaksanakan.
7. Pemulihan Tempat Kerja dan Pembuangan Pekerjaan Sementara
a. Semua struktur sementara seperti 'cofferdam' atau skor dan turap
harus dibongkar oleh Kontraktor setelah penyelesaian struktur
permanen atau pekerjaan lainnya untuk mana galian telah
II - 5
digunakan, kecuali sebaiknya diarahkan lain oleh Direksi/Konsultan
Pengawas. Pembongkaran harus dikerjakan dengan cara yang
sedemikian rupa hingga tidak menganggu atau merusak struktur
atau formasi yang telah selesai.
b. Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam suatu saluran
air tetapi harus segera dibuang.
c. Semua lubang galian tambahan, tempat galian batu atau daerah
sisa galian yang digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan
dalam kondisi yang rapih dan teratur.
8. Prosedur Penggalian
a. Prosedur umum
Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan
ketinggian yang ditentukan dalam Gambar atau diperintahkan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan harus meliputi
pembuangan semua bahan-bahan yang ditemukan, termasuk
tanah, batuan, batu-bata batu beton, pasangan batu dan bahan-
bahan perkerasan jalan lama.
Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang
seminimal mungkin terhadap bahan- bahan dibawah dan diluar
batas galian
Bila bahan-bahan yang tak terlindungi pada garis pembentukan
atau tanah dasar atau permukaan pondasi adalah bahan-bahan
lepas atau lunak atau berlumpur atau tidak memenuhi syarat
menurut pendapat Direksi/ Konsultan Pengawas, maka bahan-
bahan tersebut harus dipadatkan secara menyeluruh atau sama
sekali dikeluarkan untuk dibuang dan diganti dengan timbunan
yang memenuhi syarat sebagaimana diarahkan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.
Galian batuan harus dilaksanakan, baik dengan mekanis atau
lainnya, sehingga sisi galian harus ditinggalkan pada suatu
kondisi yang aman dan serta mungkin dan praktis. Batuan lepas
atau menggantung yang dapat menjadi tidak stabil atau
merupakan suatu bahan lainnya terhadap orang harus dibuang
baik ini terjadi padas galian batuan baru maupun lama yang ada.
b. Galian untuk pembersihan dan pembongkaran.
Pekerjaan galian untuk pembersihan dan pembongkaran harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan untuk pekerjaan
Pembersihan dan Pembongkaran.
II - 6
Ketentuan dari persiapan tanah dasar harus diterapkan seperti
ketentuan dalam Bab ini.
c. Galian untuk Struktur dan Pipa
Parit untuk pipa, gorong kecil dan saluran beton, pasangan batu
atau pasangan batu adukan encer harus berukuran cukup untuk
memungkinkan pemasangan, yang layak dari bahan-bahan,
pemeriksaan pekerjaan dan pemadatan urugan kembali
dibawah dan disekeliling pekerjaan yang ditempatkan.
Skor, turap dan cofferdam atau tindakan lainnya untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk memberikan ruang
gerak yang cukup untuk pelaksanaan dan pemeriksaan
kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari tepi
luar acuan. Cofferdam atau skor yang bergeser atau bergerak
secara lateral selama pekerjaan galian harus dibetulkan atau
diperbesar untuk menjamin ruang bebas yang diperlukan dalam
pelaksanaan.
Dimana gorong-gorong atau parit lain akan digali dalam
timbunan baru, timbunan harus dibangun sampai tinggi
permukaan yang disyaratkan dengan suatu jarak dengan jarak
pada masing-masing sisi lokasi parit tidak- kurang dari 5 kali
ukuran lebar parit dan setelahnya parit akan digali dengan sisi
sisi hampir vertikal sebagaimana kondisi tanah mengizinkan.
Setiap pemompaan dari galian harus dikerjakan dengan cara
sedemikian rupa untuk menghindari kemungkinan setiap bagian
bahan-bahan konstruksi yang baru ditempatkan dapat terbawa
keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan selama
penempatan beton atau untuk suatu prioda sekurang-kurangnya
24 jam sesudahnya harus dikerjakan dari suatu pompa yang
sesuai yang terletak diluar acuan beton, dan air dipompa ke
dalam sistem drainase yang telah ditetapkan.
2.3. PEKERJAAN URUGAN/TIMBUNAN
1. Uraian
a. Pekerjaan ini akan terdiri dari perolehan, pengangkutan,
penempatan dan pemadatan tanah atau bahan - bahan yang
disetujui untuk pembangunan timbunan tanggul, untuk pengurugan
kembali padat parit atau galian di sekeliling pipa atau daerah luar
struktur. Galian dan urugan kembali untuk struktur dan untuk
penimbunan pada umumnya sebagaimana diperlukan untuk
pembentukan tempat proyek menurut garis, kelandaian dan
ketinggian yang ditentukan atau disetujui.
II - 7
b. Timbunan yang tercakup oleh ketentuan dari pekerjaan ini akan
dibagi dalam 2 jenis yaitu timbunan dengan bahan-bahan terpilih.
Timbunan dengan bahan-bahan terpilih akan digunalan pada
saluran air dan lokasi serupa dimana bahan-bahan timbunan biasa
yang lebih plastis akan lebih sukar untuk dipadatkan secara
memuaskan. Timbunan dengan bahan-bahan terpilih juga. akan
digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran
timbunan bila lereng diperlukan karena ruang atau pembatasan
lainnya, dan untuk pekerjaan timbunan lainnnya dalam hal kekuatan
timbunan adalah suatu faktor penting.
c. Pekerjaan tersebut tidak termasuk timbunan yang ditempatkan
sebagai alat untuk pipa atau saluran beton, juga untuk bahan-bahan
drainase porous yang ditempatkan untuk maksud drainase bawah
permukaan atau untuk mencegah penggerusan butir-butir halus
tanah dengan penyaringan.
2. Toleransi Dimensional
a. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan
tidak boleh lebih tinggi 10 mm, atau 20 mm lebih rendah dari yang
ditentukan atau disetujui.
b. Semua permukaan akhir tanggul yang tak terlindung harus cukup
halus dan rata, dan mempunyai kemiringan yang cukup, untuk
mcnjamin pengaliran bebas dari air permukaan.
c. Permukaan akhir lereng tanggul tidak boleh berbeda dari garis profil
yang ditentukan lebih dari 10 cm tebal.
3. Penjadwalan Kerja
Agar dibuat penjadwalan kerja yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan sehingga tidak menghambat proses pekerjaan.
4. Kondisi Tempat Kerja
a. Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan selalu kering sebelum
dan selama pekerjaan penempatan dan pemadatan, bahwa
timbunan selama pembangunan harus mempunyai kemiringan yang
cukup untuk menunjang drainase dari aliran air hujan dan bahwa
pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase yang baik. Air
dari tempat kerja harus dikeluarkan kedalam sistem drainase. Cara
yang layak untuk menjebak lumpur harus disediakan pada sistem
drainase sementara.
II - 8
5. Pembetulan Pekerjaan yang Memuaskan
a. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang melintang
yang ditentukan atau harus diperbaiki dengan menggaru
permukaan tersebut dan membuang atau menambah bahan-bahan
sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan dan
pemadatan kembali.
b. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir atau hal
lainnya setelah dipadatkan secara memuaskan sesuai dengan
spesifikasi ini, pada umumnya tak akan memerlukan pekerjaan
perbaikan asalkan sifat bahan-bahan dan kerataan permukaan
masih memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini.
c. Perbaikan yang tidak memenuhi persyaratan, sifat atau kepadatan
bahan-bahan dari spesifikasi ini harus sebagaimana diarahkan
Direksi/Konsultan Pengawas dan dapat meliputi pemadatan
tambahan, penggaruan kemudian disusul dengan pengaturan kadar
air dan pemadatan kembali atau pembuangan dan penggantian
bahan-bahan.
6. Bahan-bahan timbunan yang digunakan harus :
Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku
Sesuai dengan ukuran, kebutuhan, tipe dan mutu yang
dipersyaratkan dalam Gambar, atau yang secara khusus disetujui
secara tertulis oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
a. Timbunan Biasa
Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan
terdiri dari tanah atau bahan-bahan batuan yang digali yang
disetujui oleh Direksi/ Konsultan Pengawas sebagai bahan-
bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan dalam
pekerjaan permanen.
Tanah yang mempunyai sipat mengembang (meretak) sangat
tinggi yang mempunyai nilai aktivitas lebih besar daripada 1,25
atau sederajat pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO
T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak boleh
digunakan sebagai bahan-bahan timbunan. Nilai aktivitas harus
diukur dengan ratio dari plastisitas (AASHTOT 90). Prosentase
ukuran tanah liat (AASHTO T 88)
Timbunan hanya akan digolongkan sebagai Timbunan pilihan
jika digunakan pada lokasi atau untuk tujuan dimana timbunan
pilihan telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Sernua timbunan lainnya yang
digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa.
II - 9
Bila digunakan dalam situasi pemadatan dengan kondisi jenuh
atau banjir tidak dapat dihindari, maka timbunan pilihan harus
terdiri dari pasir bahan-bahan butiran bersih lainnya. dengan
suatu Indeks Plastisitas maksimum 6%.
b. Peralatan
Tipe peralatan pemadatan lainnya mungkin diperbolehkan sesuai
kondisi lapangan dan sesuai Standar Proctor Energy.
7. Penempatan dan Pemadatan Timbunan
a. Persiapan Tempat Kerja
Permukaan tanah yang akan berfungsi sebagai pondasi tanggul
haruslah dipersiapkan sedemikian rupa agar antara permukaan
pondasi dan alas tanggul terjadi bidang kontak yang menyatu.
Dengan demikian pada bidang kontak tersebut haruslah bebas
dari rumput-rumput dan pohon-pohon serta akar-akarnya.
Permukaan pondasi harus dikupas hingga mencapai lapisan
tanah asli dan dikasarkan dengan alat penggaruk.
Bila tanggul diatas permukaan tanah yang miring, guna
mencegah kemungkinan terjadinya gelincir pada bidang kontrak
antara tubuh tanggul dan kontak pondasinya, maka permukaan
tanah pondasi dibuat terturap.
b. Penempatan Timbunan
Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang
dipersiapkan dan disebarkan merata serta bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang ditentukan, dimana
lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan, maka lapisan
tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian
tambahan ke permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan
cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan diizinkan
selain musim hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir
atau bahan-bahan drainase porous lainnya, maka harus
diperhatikan untuk menghindari pencampuran adukan dari
kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase
vertical, maka suatu pemisah yang luas antara kedua bahan-
bahan tersebut harus dijamin dengan menggunakan acuan
II - 10
sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan drainase
porous dilaksanakan.
c. Pemadatan
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan
maka setiap lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh
dengan alat pemadat yang cocok dan layak serta disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas sampai suatu kepadatan yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air
bahan-bahan berada dalam batas antara 3 % kurang dari pada
kadar air optimum sampai 1% lebih daipada kadar air optimum.
Kadar air optimum tersebut harus ditentukan sebagai kadar air
dimana kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah
tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T 180.
Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan
sebagaimana ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima
oleh Direksi/Konsultan Pengawas, sebelum lapisan berikutnya
ditempatkan.
Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan
dilanjutkan kearah sumbu jalan dengan suatu cara yang
sedemikan sehingga setiap bagian menerima jumlah
pemadatan yang sama. Dimana mungkin, lalu lintas alat
konstruksi harus dilewatkan diatas pekerjaan timbunan dan jalur
yang digunakan dirubah secara. terus menerus untuk
menyebarkan pengaruh pemadatan dari lalu lintas.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat/dicapai dimasuki oleh
alat pemadat yang biasa, harus ditempatkan dalam lapisan
horizontal dari bahan-bahan lepas tidak lebih dari 150 mm tebal
dan seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat
mekanis (mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian khusus
harus diberikan guna menjamin pemadatan yang memuaskan di
bawah dan di tepi pipa untuk menghindari rongga-rongga dan
guna menjamin bahwa pipa ditunjang sepenuhnya.
III - 1
BAB III
PEKERJAAN STRUKTUR
A. PEKERJAAN BETON
1. UMUM
a. Uraian
1). Pekerjaan ini akan terdiri dari pembuatan semua struktur beton
termasuk, beton tak bertulang, beton bertulang dan beton
Pratekan ditambah bagian beton dari struktur komposit, sesuai
dengan Spesifikasi ini dan garis ketinggian kelandaian dan
ukuran yang tampak pada gambar atau sebagaimana diarahkan
oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
2). Kelas beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian
pekerjaan harus sebagaimana dikehendaki dalam Gambar atau
pasal-pasal yang relevan dari spesifikasi ini atau sebagaimana
diarahkan oleb Direksi Teknik/Konsultan Pengawas Teknik.
Semua beton harus dari kelas (karakteristik) sebagai berikut :
K 400 : Untuk digunakan pada elemen beton pratekan
seperti gelegar jembatan, pilar jembatan sumuran
pondasi, abutment fotting, wing wall, approach
slab, tiang pancang, lantai jembatan, beton (rigrid
pavement).
K250-225 : Untuk digunakan pada struktur beton bertulang
seperti gorong-gorong pipa beton bertulang,
gorong-gorong persegi, gorong-gorong pelat,
jembatan-jembatan, kab beton pra cetak, elemen
seperti pilar jembatan, sumuran pondasi, abutment
fotting, wing wall, approach slab, saluran drainase,
dinding penahan tanah (retaining wall), beton
pengaman (parapet).
K125-175 : Untuk digunakan pada semua struktur beton tidak
tertulang seperti halnya trotoar, pasangan batu,
telapak dan pasangan batu beton, tonggak beton
bertulang dan lain-lain.
Bo : Untuk digunakan dalam landasan beton tumbuk
untuk pondasi dan untuk pengisian kembali dan
sekitarnya.
III - 2
3). Ketentuan dari BS, CP 114 (lihat 3.(1).e). dibawah) akan
ditetapkan keseluruhannya pada pekerjaan beton, kecuali bila
bertentangan dengan ketentuan dari Spesifikasi ini, dalam hal
mana ketentuan dari Spesifikasi ini harus menentukan.
b). Pekerjaan yang berhubungan dan ditetapkan dibagian lain
1). Drainase
2). Galian dan urugan kembali untuk struktur
3). Baja tulangan untuk beton
1. Jaminan Kualitas
Kualitas bahan-bahan yang disediakan dari campuran yang
dihasilkan dan kecakapan kerja serta hasil akhir harus dimonitor
dan dikendalikan sebagaimana dirinci dalam Standard rujukan
dalam Standar rujukan.
2. Toleransi Dimensi
1). Toleransi menurut ukuran :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 in + 5 mm
Panjang keseluruhan melebihi 6 in .+ 15 mm
Panjang balok, pelat lantai mm, kolom, dinding
Atau antara tembok kepala 0 dan + 10 mm
2). Toleransi menurut bentuk :
Siku-siku (perbodaan panjang/diagonal) + 10 mm
Kelurusan atau Basur (penyimpangan dari garis yang
dimaksud) untuk panjang sampai dengan 3 m...+ 12 mm
Kelurusan atau Busur untuk panjang
3 in smpai 6 in .+ 15 mm
Kelurusan atau Busur untuk panjang
Lebih besar dari 6 in + 15 mm
3). Toleransi menurut posisi (dari titik rujukan) :
Posisi rencana dari kolom pracetak .. 10 mm
Posisi rencana dari permukaan horizontal ... 10 mm
Posisi rencana dari permukaan vertical 20 mm
4). Toleransi menurut kedudukan tegak :
Penyimpangan ketegakan untuk
Kolom dan dinding ... 10 mm
III - 3
5). Toleransi menurut ketinggian :
Puncak beton penutup dibawah pondasi . 10 mm
Puncak beton penutup dibawah pelat injak . 10 mm
Puncak kolom, tembok kepala dan
Balok melintang .... 10 mm
Puncak pelat lantai ... 10 mm
6). Toleransi menurut kedudukan datar :
10 mm dalam ukuran panjang horizontal 4 m
7). Toleransi untuk selimut beton diatas baja tulangan
Selimut beton sampai dengan 3 cm ...+ 5 mm
Selimut beton dari 3 cm - 5 cm .....+ 10 mm
Selimut beton dari 5 cm - 10 cm....+ 10 mm
3. Standar Rujukan
BS CP 114 : Kode Praktek Inggris untuk
Penggunaan Struktur Beton Bag. 1.
desain. bahan-bahan dan Kecakapan
kerja.
AASHTO M 85 - 75 : Semen Portland
AASHTO T 11 - 78 : Jumlah bahan-bahan yang lebih halus
dari ayakan 0,075 mm dalam agregat
AASHTO T 21 - 78 : Kotoran Organik dalam Pasir untuk
Beton
AASHTO T 22 - 74 : Kuat Tekan dari Contoh Beton
Silindris
AASHTO T 23 - 76 : Pembuatan dan Perawatan contoh
untuk Pengujian Kuat tekan dan Kuat
Lentur di lapangan.
AASHTO T 26 - 72 : Kualitas air untuk digunakan dalam
Beton
AASHTO T 96 - 77 : Abrasi dari agregat Kasar dengan
penggunaan mesin Los Angeles
AASHTO T 104 - 77 : Penentuan Kualitas agregat dengan
penggunaan Sodium Sulfat.
AASHTO T 11 2 - 78 : Gumpalan Tanah Liat dan Partikel
yang dapat Pecah dalam Agregat.
AASHTO T 126 - 76 : Pernbuatan dan Perawatan Contoh
untuk Pengujian Beton di
laboratorium.
AASHTO T 141 - 74 : Pengambilan Contoh-Beton Baru
PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia
N.1-2
III - 4
AASHTO 153 - 75 : Karat Busa Penyumbat sebagai
Pengisi "Expansion Joint-
perkerasan Bahu dan Bangunan
Struktur.
AASHTO 173 - 60 : Campuran Panas Jenis Elastis untuk,
Sambungan Perkerasan Bahu.
AASTHO 213 - 74 : Bahan-bahan Pengisi untuk
Expansion Joint untuk Perkerasan
Bahu dan Bangunan Struktur.
4. Pengajuan
1). Kontraktor harus, mengajukan contoh semua bahan-bahan
yang hendak digunakan bersama dengan data pengujian,
yang menegaskan bahwa semua sifat bahan-bahan yang
dirinci dalam seksi Bab. 3.1.(2) dari spesifikasi ini, dipenuhi.
2). Kontraktor harus mengajukan desain campuran untuk
setiap jenis pekerjaan pengecoran beton.
3). Kontraktor harus mengajukan secara tertulis hasil seluruh
pengujian kualitas yang terinci dengan segera setelah
tersedia atau bila diminta oleh Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas. Hasil pengujian kuat tekan 3 hari, 7 hari dan 28
hari berturut-turut setelah tanggal pencampuran.
4). Kontraktor harus mengajukan Gambar terinci dari semua
perancah yang akan digunakan mendiskusikan metoda
konstruksi dan program kerjanya serta memperoleh
persetujuan Direksi Teknik/Konsultan Pengawas sebelum
memasang setiap perancangan atau memulai pekerjaan
beton lainnya. Persetujuan tersebut tidak akan
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab untuk setiap
struktur.
5). Kontraktor harus memberitahu Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas secara tertulis paling tidak 24 jam sebelum
memulai untuk mencampur atau mengecor beton, seperti
dirinci dalam pasal 3.1.(4) a) di bawah.
5. Penyimpanan dan pengamanan bahan-bahan
Untuk penyimpanan semen Kontraktor harus menyediakan
gudang yang tahan cuaca, kedap air dan mempunyai lantai
kayu yang dapat dinaikan, serta ditutupi dengan lembaran
plastik (polytheylene). Sepanjang waktu, tumpukan kantung
semen harus diselubungi dengan lembaran plastik.
III - 5
Penumpukan harus diatur untuk menjamin bahwa semen yang
diterima, terdahulu selalu digunakan yang pertama kali. Semen
yang rusak oleh kelembaban harus dibuang dan dipindahkan
dari pekerjaan.
6. Kondisi Pekerjaan
Kontraktor harus menjaga suhu dari semua bahan-bahan
terutama agregat kasar, pada tingkatan yang serendah mungkin
dan harus menjaga suhu dari beton di bawah 30
o
C pada waktu
pengocoran. Sebagai tambahan, maka Kontraktor tidak akan
mengecor beton apabila :
1). Kecepatan penguapan melebihi 1,0 kg/m
2
/jam.
2). Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.
3). Diperintahkan tidak melakukannya oleh Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas, selama periode hujan atau
bila udara penuh debu atau tercemar.
7. Perbaikan - Pekerjaan yang kurang memuaskan
1). Pembentukan dan pekerjaan beton yang tidak memenuhi
kriteria toleransi atau yang tidak mempunyai hasil akhir
permukaan yang memuaskan, atau tidak memenuhi
persyaratan sifat campuran yang dirinci dalam pasal 5.1.(3)
c), harus sebagaimana diarahkan oleh direksi
Teknik/Konsultan Pengawas dan dapat meliputi :
(i). Perubahan dalam perbandingan campuran untuk sisa
pekerjaan;
(ii). Penguatan atau pembuangan seluruh dan
penggantian bagian pekerjaan yang dianggap kurang
memuaskan;
(iii). Tambahan pada cacat kecil;
(iv). Bahan tambahan diberikan untuk campuran beton
yang mengalami kegagalan alam pengujian untuk
perbaikan produksi selanjutnya.
2). Dalam hal adanya perselisihan mengenai kualitas
pekerjaan beton atau setiap keraguan mengenai kelayakan
data pengujian yang tersedia, maka Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor
untuk melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa suatu penilaian yang cukup baik
mengenai kualitas pekerjaan dapat dibuat. Pengujian
tambahan tersebut harus atas biaya sendiri dari Kontraktor.
III - 6
3). Pembetulan pekerjaan beton yang retak atau bergeser
harus sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi.
2. MATERIAL
a. Semen
1). Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus
merupakan jenis semen Portland yang memenuhi AASTHO M
85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV zat campuran pemasak
udara harus tidak boleh digunakan kecuali diizinkan lain oleh
Direksi Teknik/Konsultan pengawas.
2). Kecuali diizinkan lain oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas
maka hanya produk dari satu pabrik untuk setiap jenis semen
Portland harus digunakan diproyek.
b. Air
Air yang digunakan dalam mencampur, merawat atau penggunaan
lain yang direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat-zat
yang merugikan seperti lemak, garam, asam, basa, gula dan zat
organik. Air harus diuji sesuai dan memenuhi persyaratan AASHTO
T 26, air dengan kualitas sebagai air minum dapat digunakan tanpa
pengujian.
c. Persyaratan gradasi agregat
1). Gradasi agregat kasar dan halus harus sesuai dengan
persyaratan yang diberikan dalam tabel 3.(2).c). bahan-bahan
yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini tidak perlu ditolak
dengan syarat bahwa Kontraktor dapat menunjukkan bahwa
persyaratan yang dirinci dalam pasal 3.(3) c). dapat dipenuhi
jika menggunakan bahan-bahan tersebut.
Tabel 3.1.(2).c) Persyaratan Gradasi Agregat
Ukuran Ayakan Presentase Berat yang Lolos
Standar
(mm)
Inch
(in)
Agregat
Halus
Pilihan Agregat Kasar
50 2 - 100 - - -
37 1,5 - 95-100 100 - -
25 1 - - 95-100 100 -
19 - 35-70 - 90-100 100
13 - - 25-60 - 90-100
10
3
/
8
100 10-30 - 20-55 40-70
4.75 No.4 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15
2.36 No.8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 No.16 45-80 - - - -
0.3 No.50 10-30 - - - -
0.15 No.100 2-10 - - - -
III - 7
2). Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran
partikel terbesar tidak lebih besar daripada dari jarak
minimum antara batang tulangan atau antara batang tersebut
dengan acuan atau antara perbatasan lainnya dalam jarak
dimana pekerjaan beton harus ditempatkan.
d. Sifat Agregat
1). Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang
bersih dan keras yang diperoleh dan pemecahan batu padas
atau batu besar bulat, atau dengan menyaring dan mencuci
(bila perlu) kerikil dan pasir sungai.
2). Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti dirinci
dalam AASHTO T 21 dan seperti diberikan dalam tabel
3.1.(2).d). bila contoh dan diuji sesuai dengan ketentuan B5-CP
114 dan prosedur AASHTO yang relevan.
3). Agregat bahan-bahan yang berukuran sama dari berbagai
sumber harus ditimbun dalam timbunan terpisah dan hanya
akan digunakan dalam struktur yang terpisah.
Tabel 3.1.(2).d) Sifat Agregat Beton
Sifat
Pegujian
AASHTO
Batas Maksimum Yang
Diizinkan
Agregat
Halus
Agregat
Kasar
Kehilangan akibat abrasi pada
500 putaran dengan Mesin Los
Angeles
T 96 - 40%
Kehilangan akibat penentuan
kualitas dengan Sodium Sulfat
setelah 5 putaran
T 104 10% 12%
Presentase gumpalan tanah liat
dan partikel yang dapat pecah
dalam agregat
T 112 0,5% 0,25%
Bahan-bahan yang lolos ayakan
# 200
T 11 3% 1%
e. Zat Campuran
Zat campuran atau setiap tambahan lainnya, atau semen yang
mengandung aditif tidak boleh digunakan kecuali dengan
persetujuan dari Direksi Teknik/Konsultan Pengawas Teknik. Zat
campuran bila dirinci atau diizinkan harus sesuai dengan
persyaratan dari AASHTO M 194-74.
III - 8
3. PENCAMPURAN DAN PENAKARAN
a. Rencana Campuran
Proporsi bahan-bahan dan berat takaran ditentukan dengan
menggunakan metoda yang dirinci dalam BS CP 114 dan batas-
batas yang diberikan dalam Tabel 3.1. (3).a.
Kelas Beton
Perbandingan
Maksimum
Air/Semen
(berdasarkan Berat)
Kadar Semen
(kg/m3 dari
campuran)
Minimum
K-400/37
K-400/25
K-400/19
0,45
350
370
400
K-350/37
K-350/25
K-350/19
0,45
315
335
365
K-250/37
K-250/25
K-250/19
0,50
290
310
340
K-225 0,50 340
K-175 0,57 220
K-125 0,60 220
BO 0,65 180
Catatan : Angka /37, /35, /19 menunjukan ukuran agregat
maksimum
b. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran dan bahan-bahan
yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan
dengan kehadiran Direksi Teknik/Konsultan Pengawas, dengan
menggunakan jenis instruksi dan peralatan yang sama seperti yang
akan digunakan untuk pekerjaan. Campuran percobaan harus
dianggap dapat diterima asal memenuhi semua persyaratan sifat
campuran yang dirinci dalam Pasal 3.1.(3).c. dibawah.
c. Persyaratan Sifat Campuran
1). Semua beton yang digunakan harus memenuhi persyaratan
kekuatan dan slump yang dirinci dalam Tabel 3.1.(3).c., atau
disetujui oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas, bila diambil
contoh, dirawat dan diuji sesuai dengan AASHTO T 141, T 23,
T 126 dan T 22.
III - 9
Tabel 3.1.(3).c. Persyaratan Sifat Campuran
Kelas
Beton
Kekuatan Karakteristik (kg/cm2)
Slump (mm) *)
Contoh Kubus
15 cm
Contoh Silinder
15 x 30 cm
7 hr 28 hr 7 hr 28 hr Digetarka
n
Tidak
Digetarka
n
K-400 285 400 240 330 20-50 -
K-350 250 350 210 290 20-50 -
K-250 180 250 150 210 20-50 -
K-225 150 225 125 190 20-50 -
K-175 115 175 95 145 30-60 50-80
K-125 85 125 70 105 30-60 50-80
BO - - - - - -
Catatan : *) Dalam hal ini dipakai pompa beton untuk menaruh beton,
slump dari beton dapat berada diantara 75-25 (mm)
2). Bila Kontraktor bermaksud menggunakan satuan beton
pracetak buatan pabrik, maka campuran percobaan boleh
ditiadakan dengan syarat bahwa diberikan bukti untuk
memuaskan Direksi Teknik/Konsultan Pengawas, bahwa pabrik
secara teratur menghasilkan beton yang mengikuti Spesifikasi.
Bukti tersebut harus memuat perincian dari proporsi campuran,
perbandingan air-semen, Slump dan kekuatan yang diperoleh
pada 28 hari.
3). Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump pada umumnya
tidak ditempatkan pada pekerjaan, kecuali bahwa Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas dalam beberapa hal boleh
menyetujui penggunaan yang terbatas dari sejumlah kecil beton
tersebut dalam beberapa bagian pekerjaan tertentu yang sedikit
dibebani Sifat mudah dilaksanakan dan susunan campuran
harus sedemikian rupa hingga pada pembongkaran acuan
menghasilkan suatu permukaan yang halus, rata dan padat.
4). Contoh yang diuji kuat tekannya harus diuji di laboratorium yang
dilengkapi secara layak dan disetujui oleb Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas. Kontraktor harus bertanggung
jawab untuk mengangkut contoh pengujian dari tempat kerja ke
laboratorium dan harus mengambil tindakan pencegahan untuk
mencegah kerusakan terhadap contoh selama penanganan,
pengangkutan dan penyimpanan.
III - 10
5). Bila hasil pengujian 7 hari kekuatan beton di bawah yang dirinci
dalam tabel 5.1.(3).c., maka Kontraktor tidak boleh mengecor
beton selanjutnya hingga penyebab dari hasil yang rendah
tersebut telah diketahui dengan pasti dan sampai diambil
langkah-langkah untuk menjamin produksi beton memenuhi
spesifikasi hingga memuaskan Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas.
6) Direksi Teknik/Konsultan Pengawas dapat juga menunda
pekerjaan dan/atau memerintahkan Kontraktor untuk
mengambil tindakan perbaikan guna meningkatkan kualitas
campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan 3 hari. Dalam
keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan
pengecoran beton tersebut, tetapi dapat memilih untuk
menunggu sampai hasil pengujian 7 hari tersedia sebelum
melaksanakan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas akan meninjau kembali kedua
hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera
memerintahkan pelaksanaan tindakan perbaikan yang
dipandang perlu.
7). Kekuatan karakteristik berbagai kelas beton ditentukan
berdasarkan serangkaian hasil pengujian tekan yang ada
contoh pengujian yang diambil dari contoh-contoh yang sama.
Kekuatan karakteristik beton diperoleh sebagai suatu fungsi dari
nilai percobaan kekuatan rata-rata, jumlah pengujian
dilaksanakan dan pemencaran dari hasil-hasil dengan
menggunakan rumus berikut :
fc = fav ks = kekuatan beton yang sebenarnya
rata - rata percobaan kekuatan
n
"
l i
i
av Dimana
standar n penyimpana
1 n
2
av - i
"
l i
S
fl = kuat tekan contoh
n = jumlah contoh yang diuji
k = angka koefisien yang memperkirakan nilai-nilai yang
terlihat dalam tabel berikut
III - 11
N 4 6 8 10 12 14 16
K 1.17 0.83 0.67 0.58 0.52 0.48 0.44
Untuk maksud-maksud pemenuhan :
(i). Kekuatan rata-rata yang ditentukan dari setiap kelompok hasil
pengujian yang harus melampaui kekuatan karakteristik yang
ditetapkan dengan tidak melebihi dari 5 N / mm2.
(ii). Setiap hasil pengujian harus lebih besar dari. 90 % dari
kekuatan karakteristik yang ditetapkan.
8). Perbaikan pekerjaan beton yang kurang memuaskan termasuk
pembongkaran dan penggantian seluruh beton harus
didasarkan hanya pada hasil kuat tekan 3 hari kecuali
Kontraktor dan Direksi Teknik/Konsultan Pengawas menyetujui
bersama pembetulan tersebut.
d. Penyesuaian campuran
1). Bila sifat mudah dikerjakan dari beton tidak dapat diperoleh
dengan proporsi semula direncanakan oleh Direksi
Teknik/Konsutan Pengawas, maka ia akan membuat perubahan
berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal
bagaimanapun kadar semen yang direncanakan semula tidak
diubah, juga tidak pada perbandingan air/semen yang
ditetapkan dengan pengujian kuat tekan yang mengakibatkan
kekuatan yang memadai harus ditingkatkan.
2). Pengadukan beton yang sudah dicampur dengan
menambahkan air atau dengan cara lain tidak akan
diperbolehkan. Zat campuran untuk meningkatkan sifat mudah
dikerjakan hanya akan diizinkan jika ditemukan secara terinci
dalam kontrak.
3). Jika beton tersebut tidak mencapai kekuatan yang ditetapkan
atau disetujui, maka kadar semen harus ditingkatkan
sebagaimana diarahkan oleh Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas.
4). Tidak ada perubahan pada sumber atau sifat bahan-bahan
akan dibuat tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas, dan tidak ada bahan-bahan baru
akan digunakan sampai Direksi Teknik/ Konsultan Pengawas
telah menerima bahan-bahan tersebut secara tertulis dan telah
merencanakan proporsi baru berdasarkan pada pengujian pada
campuran percobaan baru yang dilaksanakan oleh Kontraktor.
III - 12
e. Penakaran Agregat
1). Semua beton harus ditakar berdasarkan berat. Jika digunakan
semen kantung, maka jumlah penakaran harus sedemikian
hingga jumlah semen yang diperlukan adalah sama dengan
satu kantung semen utuh atau lebih. Agregat harus diukur
secara terpisah berdasarkan berat. Ukuran setiap penakaran
tidak akan melebihi kapasitas kecepatan alat pencampur.
2). Mesin pencampur harus dilengkapi dengan penampungan air
yang memadai dan suatu alat untuk mengukur dan
mengendalikan jumlah air secara otomatis dalam setiap
penakaran.
3). Mesin pencampur harus terlebih dahulu diisi dengan agregat
dan semen yang telah ditakar, dan kemudian mesin pencampur
dijalankan sebelum ditambahkan air.
4). Waktu pencampuran harus diukur dari saat air mulai
dimasukkan kedalam bahan-bahan campuran kering. Semua air
pencampuran baru dimasukkan sebelum waktu
pencampuran berlalu. Waktu pencampuran untuk mesin
berkapasitas meter kubik atau kurang harus, 1,5 menit, untuk
mesin yang lebih besar, maka waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk setiap penambahan 0,5 m
3
dalam ukuran.
5). Dimana tidak mungkin untuk menggunakan mesin pencampuran
maka Direksi Teknik/Konsultan Pengawas, boleh menyetujui
pencampuran beton dengan tenaga manusia, sedekat mungkin
dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton
dengan tenaga manusia harus diatasi pada beton non
struktural.
4. PENGECORAN
a. Persiapan Tempat Kerja
1). Kontraktor harus membongkar setiap struktur yang ada, yang
harus diganti dengan pekerjaan beton baru atau yang harus
dibongkar untuk memberi tempat bagi pekerjaan beton baru.
Pekerjaan pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini.
2). Kontraktor harus menggali atau mengurug kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton pada garis-garis yang
III - 13
terlihat pada gambar atau ditunjukkan oleh Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas sesuai dengan ketentuan dalam
spesifikasi ini dan harus membebaskan serta membongkar
suatu daerah yang cukup luas disekitar tapi pekerjaan beton
untuk menjamin dapat dicapainya seluruh bagian pekerjaan
tersebut. Tempat berjalan yang mantap harus disediakan bila
perlu untuk menjamin bahwa, semua bagian dari pada
pekerjaan dapat diawasi dengan mudah dan aman.
3). Semua telapak, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton
harus dijaga agar kering dan beton tidak boleh dicor di atas
tanah yang mengandung Lumpur, puing atau bahan-bahan
asing lainnya, atau dalam air.
4). Sebelum pengecoran beton mulai, semua acua tulangan dan
benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti
pipa-pipa atau saluran) harus ditempatkan dengan tepat dan
diikat dengan kuat serta ditunjang terhadap pergeseran oleh
pekerjaan pengecoran beton.
5). Bila ditetapkan atau diperintahkan oleh Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas, bahan-bahan alas untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini.
6). Direksi Teknik/Konsultan Pengawas harus memeriksa semua
galian dan pondasi yang disiapkan sebelum menyetujui
penempatan acuan atau baja tulangan atau beton dan boleh
meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian penetrasi
penyelidikan yang mendalam pengujian kepadatan dan
pemeriksaan lainnya untuk menegaskan daya dukung yang
memadai dari tanah di bawah pondasi. Dalam hal bahwa
ditentukan kondisi yang kurang memuaskan, maka Kontraktor
dapat diperintahkan untuk merubah ukuran atau kedalaman
pondasi dan/atau untuk menggali dan mengganti daerah yang
lunak, memadatkan tanah pondasi atau melaksanakan tindakan
stabilitasi lainnya sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Teknik/ Konsultan Pengawas.
b. Acuan dan Perancah
1). Perancah/Scaffolding harus direncanakan dan dibangun untuk
mendukung beban yang diperlukan dan untuk mendukung
beban-beban tanpa lenturan atau deformasi yang berarti
sehingga mencegah kerataan dalam beton yang dicor. Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas dapat meminta agar Kontraktor
menggunakan dongkrak sekrup atau baji kayu keras untuk
mengencangkan setiap penurunan acuan baik sebelum
III - 14
maupun sewaktu pengecoran beton. Perancah harus didirikan
diatas telapak yang memadai dengan cara yang disetujui
Direksi Teknik/Konsultan Pengawas. Perancah dapat dalam hal
tertentu ditunjang pada struktur yang sudah dibangun. Dalam
hal tersebut, maka Kontraktor harus mengajukan kepada
Direksi Teknik/Konsultan Pengawas secara tertulis semua
informasi beban perancah terhadap struktur. Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas harus memberikan persetujuan
secara tertulis untuk rencana, memulai pekerjaan.
2). Perancah harus dipasang untuk memberikan lendutan pada
stuktur yang telah selesai sebagaimana ditetapkan oleh Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas dengan toleransi yang diberikan
dalam 3.1.(1).e.
3). Semua bahan-bahan yang digunakan dalam konstruksi
perancah tersebut harus sesuai dengan AASHTO standar yang
relevan. Pengujin dan serfifikat bahan-bahan mungkin
diperlukan oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
4). Acuan tanah, dimana. disetujui oleh Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas, harus dibentuk dengan galian, sisi dan dasar harus
dipotong dengan tangan menurut ukuran yang diperlukan.
Semua tanah lepas harus dihilangkan sebelum pengecoran
beton.
5). Acuan yang dibuat dapat berupa dari kayu atau baja, dengan
sambungan yang kedap terhadap adukan dan cukup kaku
untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan.
6). Acuan untuk permukaan yang terbuka harus ditutupi baik oleh
kayu dengan ketebalan yang merata dengan papan acuan
pemisah scbagaimana diperlukan dan disetujui, maupun oleh
logam keras tanpa cacat yang akan merusak kualitas
permukaan akhir beton. Tidak akan digunakan bentuk logam
yang menekuk dan berkarat. Acuan harus ditumpukan pada
semua tepi yang tajan dan harus diberikan siku-siku dalam hal
semua ketidakrataan. Kayu kasar boleh digunakan untuk
permukaan yang tidak tampak pada struktur akhir.
7). Sernua kayu harus padat, beban dari lengkung, puntir, getah,
goncangan, simpul besar dan lepas, tepi bergelombang atau
kerusakan lainnya yang mempengaruhi kekuatan atau
penampilan dari stuktur akhir.
III - 15
8). Semua bentuk haruslah dipasang dan dipertahankan benar-
benar menurut garis-garis yang. ditunjukkan hingga beton
cukup mengeras. Bila bentuk tampak kurang memuaskan
dalarn segala hal, baik sebelum atau selama pengecoran beton,
maka Direksi Teknik/Konsultan Pengawas boleh
memerintahkan agar pekerjaan dihentikan sampai kerusakan
telah diperbaiki.
9). Bentuk, kekuatan, kekerasan, kekedapan, kehalusan
permukaan dari acuan yang digunakan kembali harus dipelihara
sepanjang waktu. Setiap kayu yang melengkung dan menonjol
harus diukur lagi sebelum digunakan kembali. Acuan yang
kurang memuaskan dalam segala hal seharusnya tidak
digunakan lagi.
10). Begel atau angker logam di dalam bentuk tersebut harus
dikonstruksi sedemikian sehingga memungkinkan untuk
dikeluarkan sampai suatu jarak sekurang-kurangnya 50 mm
dan permukaan tanpa melukai beton. Semua pemasangan
begel logam harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga
lubang-lubang yang tertinggal pada waktu pemotongan akan
merupakan ukuran yang paling kecil. Lubang harus diisi dengan
adukan semen. Permukaan tersebut harus dibiarkan dalam
keadaan padat halus, rata dan uniform dalam warna.
11). Acuan harus dikonstruksi sedemikian rupa hingga setiap bahan-
bahan asing dapat dibersihkan tanpa mengganggu pekerjaan
yang sudah diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas. Sebelum pengecoran beton,
semua serutan, kawat pengikat yang longgar, tanah, kotoran
dan semua bahan-bahan asing harus dikeluarkan dari acuan
dan acuan tersebut harus dicuci secara hati-hati menyeluruh
dengan air.
12). Acuan harus dikonstruksi sedemikian rupa hingga dapat dibuka
tanpa merusak beton.
c. Pengecoran
1). Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum ia
bermaksud untuk memulai dengan pengecoran beton, atau
untuk melanjutkan pengecoran beton bila operasi telah ditunda
untuk perioda waktu lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi pekerjaan, sifat pekerjaan, kelas beton serta
tanggal dan waktu pencampuran beton, Direksi Teknik/
Konsultan Pengawas akan mensahkan penerimaan dan
III - 16
pemberitahuan tersebut dan harus memeriksa acuan dan
tulangan baja. Kontraktor tidak boleh mengecor beton tanpa
persetujuan Direksi Teknik/Konsultan Pengawas secara tertulis.
2). Meskipun terdapat masalah mengenai persetujuan untuk
melanjutkan maka tidak ada beton boleh dicor bila Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas atau wakilnya benar-benar tidak
hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
3). Segera sebelum beton dicor, maka acuan harus dibasahi
dengan air atau dilapisi disebelah dalam dengan suatu minyak
mineral tak akan membekas.
4). Tidak ada beton boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi
akhir dalam bagian acuan dalam waktu 30 menit setelah air
ditambahkan pada campuran tersebut.
5). Pengecoran beton harus diteruskan tanpa henti sampai suatu
sambungan konstruksi yang diadakan sebelumnya disetujui
atau sampai pekerjaan tersebut selesai.
6). Beton harus dicor dengan cara tertentu untuk menghindari
pemisahan partikel halus dan kasar dalam campuran. Beton
harus dicor dalam bagian acuan sedekat mungkin sampai posisi
akhir untuk menghindari pengaliran dan tidak boleh mengalir
lebih dari 1 meter setelah pengecoran.
7). Bila dicor kedalam struktur yang mempunyai acuan sulit dan
tulangan baja yang rapat, maka beton harus dicor dalam
lapisan horizontal yang tidak lebih dari 15 cm.
8). Beton tidak boleh dijatuhkan secara beban kedalam bagian
acuan dari ketinggian melebihi 150 cm. Bila operasi pengecoran
meliputi ketinggian jatuh beton lebih dari 150 cm, maka beton
harus dicor melalui logam atau pipa lainnya yang disetujui. Pipa
harus tetap penuh dengan beton selama pengecoran dan ujung
bawah tetap terbenam dalam beton yang baru dicor.
9). Beton harus dicor pada suatu kecepatan yang sedemikian
hingga beton yang telah dicor kedalam acuan masih bersifat
plastis bila beton baru dicor diatasnya.
10). Air tidak diizinkan melimpah atau naik pada pekerjaan beton
dalam waktu pengecoran 24 jam.
III - 17
11). Segera sebelum pengecoran beton, maka Kontraktor harus
memeriksa semua perancah dan baji-baji serta harus membuat
semua penyesuaian yang diperlukan. Perhatian harus diberikan
untuk menjamin bahwa penurunan dan lendutan minimum yang
disebabkan berat beton. Cara-cara yang sesuai seperti papan
penunjuk harus disiapkan oleb Kontraktor sehingga Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas dapat dengan mudah mengukur
penurunan atau pergeseran acuan lainnya timbul, dimana dapat
mengakibatkan tidak dapat memenuhi rencana, maka
pengecoran beton tidak boleh diteruskan sampai tindakan
perbaikan disediakan hingga memuaskan Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas. Bila tindakan yang tidak
memuaskan tidak disediakan sebelum pembentukan awal dan
beton pada daerah yang dipengaruhi, maka pengecoran beton
tidak boleh diteruskan dan suatu turap harus dipasang pada
suatu lokasi yang ditentukan oleh Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas. Semua beton cor diluar turap tersebut harus
dipindahkan.
d. Sambungan Konstruksi
1). Sambungan konstruksi harus dicor seperti terlihat pada gambar.
Bila sambungan tersebut tidak terlihat, maka kontraktor harus
mempersiapkan suatu jadwal pembetonan untuk setiap struktur
untuk disetujui oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
Sambungan konstruksi tidak boleh terletak pada pertemuan dari
bagian konstruksi kecuali sebaiknya ditetapkan.
2). Sambungan konstruksi melalui tembok sayap harus dihindari.
Seperti sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis-
garis utama tegangan dan pada umumnya harus diletakkan
pada titik dengan gaya geser minimum.
3). Bila sambungan vertical diperlukan, maka baja tulangan harus
diperpanjang melampaui sambungan tersebut sehingga
membuat struktur tetap monolit.
4). Alur sambungan paling sedikit sedalam 4 cm harus disediakan
pada semua sambungan konstruksi dalam dinding, pelat, dan
antara telapak dengan dinding. Untuk pelat yang berada diatas
sambungan harus diletakkan sedemikian sehingga membagi
pelat kedalam bagian-bagian yang lebih besar tidak lebih dari
120 % daripada bagian yang lebih kecil.
5). Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja dan bahan-bahan
tambahan sebagaimana diperlukan untuk membuat sambungan
konstruksi tambahan dalam hal setiap penangguhan pekerjaan
III - 18
yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh hujan atau
kemacetan persediaan beton atau penangguhan pekerjaan oleh
Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
e. Pemadatan
1). Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang
disetujui untuk dioperasikan dalam beton tersebut. Bila
diperlukan, penggetaran harus ditambah dengan pamadatan
adukan beton dengan tangan dan menggunakan alat-alat yang
sesuai untuk menjamin pemadatan yang layak dan memadai.
Penggetar tidak boleh digunakan untuk mengangkut beton dari
satu titik ke titik lain didalam bagian acuan.
2). Intensitas getaran harus sedemikian rupa untuk mempengaruhi
secara nyata suatu massa beton dengan slump 20 mm pada
suatu radius yang sekurang-kurangnya 450 mm.
3). Penggunaan penggetar harus pada titik yang tersebar marata
dan tidak lebih jauh terpisah daripada 2 kali radius dimana,
getaran efektif secara nyata.
4). Kontraktor harus menyediakan sejumlah penggetar yang
memadai untuk memadatkan secara layak setiap takaran
segera setelah dicor dalam bagian acuan.
5). Penggetar harus digerakkan sedemikian rupa untuk
mengerjakan beton sepenuhnya sekitar tulangan dan peralatan
tetap dan tertanam serta pada tepi dan sudut bagian acuan.
6). Getaran harus dilaksanakan pada titik penimbunan dan tempat
timbunan beton yang baru. Penggetar harus didorong dan
ditarik dari beton secara perlahan-lahan. Getaran harus
dilaksanakan pada perioda waktu intensitas yang cukup untuk
memadatkan beton dengan sepenuhnya. Tetapi tidak
diteruskan sedemikian rupa hingga menyebabkan pemisahan.
Getaran tidak akan diteruskan pada suatu titik secara meluas
sampai terbentuknya tempat adukan beton yang dilokalisir.
5. PEKERJAAN PENYELESAIAN
a. Pembongkaran Acuan
Bagian acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa izin Direksi
Teknik/ Konsultan Pengawas. Izin Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas tidak akan membebaskan Kontraktor dari tanggung
jawab untuk keamanan pekerjaan. Pada waktu acuan dibongkar
dan tanpa kecuali setiap bagian acuan kayu boleh tertinggal dalam
III - 19
beton. Pembongkaran perancah untuk struktur menerus atau konsol
harus diarahkan oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas atau
harus sedemikian rupa hingga struktur tersebut secara bertahap
mencapai tegangan izinnya. Bila pengujian kekuatan beton
digunakan untuk pembongkaran bagian acuan dan penunjang,
maka pembongkaran tersebut harus boleh dimulai sampai beton
mencapai 70 % dari kekuatan rencana yang ditentukan.
Bagian tepi acuan yag tidak menunjang beban tidak akan dibongkar
selama 3 hari berlalu setelah pengecoran beton kecuali untuk
memberikan kemudahan penyelesaian.
Bagian acuan untuk telapak yang dibangun pada cofferdam atau
kirb dapat ditinggalkan ditempat bila pembongkarannya akan
membahayakan keamanan dari cofferdam atau krib, dan bila bagian
acuan yang ditinggalkan utuh terlindung dari pandangan pada
struktur akhir. Semua bagian acuan lainnya harus dibongkar baik
diatas maupun dibawah permukaan tanah atau air.
b. Penyelesaian Permukaan
1). Permukaan beton harus diselesaikan segera setelah
pembongkaran bagian acuan, semua perlengkapan logam yang
telah digunakan untuk menahan bagian acuan dan bagian
acuan yang melalui badan beton, harus dipindahkan atau
dikurangi.
2). Direksi Teknik/Konsultan Pengawas akan memeriksa
permukaan beton segera pada pembongkaran bagian acuan
dan dapat memerintahkan penambalan dari cacat kecil, yang
tidak akan mempengaruhi secara struktural atau fungsi lainnya
dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian
lubang kecil dan penurunan dengan adukan semen.
Penambalan dan perbaikan lainnya pada beton tidak akan
dikerjakan sebelum pemeriksaan.
3). Bila Direksi Teknik/Konsultan Pengawas menyetujui pengisian
lubang besar atau keropok, maka beton tersebut harus dipahat
di belakang tulangan sampai bahan-bahan yang keras
membentuk permukaan tegak lurus pada permukaan benda
kerja. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus dicampur
dalam proporsi yang digunakan dalam beton yang sedang
diselesaikan. Penggosokan harus dilanjutkan sehingga semua
tanda acuan, proyeksi dan tidak keteraturan telah dihilangkan
semua rongga telah terisi dan suatu permukaan yang merata
diperoleh. Pasta yang dihasilkan dengan penggosokan ini harus
ditinggalkan ditempat.
III - 20
4). Persyaratan tambahan untuk penyelesaian permukaan
diberikan dibawah secara umum penyelesaian yang dibentuk
yang tidak terlihat harus merupakan kelas F1 dan penyelesaian
yang dibentuk F2, penyelesaian lainnya yaitu kelas F3, seperti
penyelesaian yang berusuk untuk bergerigi harus sebagai
ditunjukan pada gambar. Kontraktor, bila diperintahkan oleh
Direksi Teknik/Konsultan Pengawas, harus menyiapkan papan
percobaan dan penyelesaian yang terbuka sebelum
pembetonan. Papan itu harus berisi tulangan untuk mewakili
bagian terpadat terdapat dari suatu bagian dan akan dicetak
dari beton yang akan digunakan dalam pekerjaan. Beton harus
dipadatkan dengan metoda yang digunakan dalam pekerjaan.
5). Penyelesaian yang dibentuk harus diperlakukan. Persyaratan
tambahan untuk berbagai kelas penyelesaian adalah :
Kelas Fl - tidak ada
Kelas F2 - Ketidakrataan dalam penyelesaian tidak boleh lebih
besar daripada yang didapatkan dari penggunaan papan-papan
persegi untuk membuat ketebalan yang disusun dalam pola
yang seragam. Penyelesaian dimaksudkan untuk ditinggalkan
sebagai cetakan tetapi cacat seperti sirip-sirip dan perubahan
warna permukaan harus diperbaiki dengan metoda yang
disetujui oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
Kelas F3 - acuan harus diatur dengan bahan-bahan yang
disetujui oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas untuk
memberikan penyelesaian yang halus dari tekstur dan
penampilan yang seragam. Bahan-bahan ini harus dan tipe
yang sama dan didapat seluruhnya dan hanya satu sumber
untuk setiap sebuah struktur. Kontraktor harus memperbaiki
setiap cacat dalam penyelesaian seperti yang diminta oleh
Direksi Teknik/Konsultan Pengawas. Ikatan dalam dan bagian
logam yang tertanam tidak diperbolehkan.
Semua sambungan pada acuan untuk penyelesaian Kelas F2
dan Kelas F3 harus membentuk pola yang tetap dengan garis
horizontal dan vertical menerus keseluruh tiap-tiap struktur.
Semua sambungan konstruksi harus tepat dengan garis-garis
ini.
6). Permukaan yang tidak berbentuk harus diselesaikan sebagai
berikut :
III - 21
Kelas Ul - Beton harus dibuat dengan ketinggian dan kerataan
yang seragam untuk menghasilkan suatu bidang dengan
permukaan yang bersusun atau berbukit seperti diuraikan
dalam kontrak, tidak boleh ada pekerjaan yang lebih lanjut yang
dilakukan pada permukaan kecuali jika digunakan sebagai
tahap pertama untuk penyelesaian Kelas U2 dan Kelas U3.
Kelas U2 - setelah beton cukup mengeras, permukaan beton
kelas U1 harus diapungi dengan tangan atau mesin
secukupnya hanya untuk menghasilkan suatu permukaan yang
seragam dan bebas dari tanda bekas perataan.
Kelas U3 - bila lapisan kelembaban sudah hilang dan beton
telah mengeras dengan secukupnya untuk menghindari
terjadinya lapis buih semen/laitance pada permukaan beton,
suatu pemukaan Kelas U1 harus ditepuk dengan sendok semen
pada tekanan yang tetap untuk menghasilkan suatu permukaan
yang padat, halus dan seragam serta bebas dan tanda sendok
semen.
c. Perawatan
1). Setelah pengecoran, maka beton harus dilindungi dari
pengeringan awal, suhu yang terlampau tinggi, angin keras dan
gangguan mekanis. Beton harus dipelihara dengan kehilangan
kelembaban yang minimal dan suhu yang relatif tetap untuk
suatu perioda khusus guna menjamin hidrasi yang layak dari
semen dan pengeras beton.
2). Beton harus dirawat segera setelah mengeras. Dengan
menutupinya dengan selimut yang menyerap air yang harus
selalu basah untuk suatu perioda sekurang-kurangnya 7 hari.
Semua lembaran atau selimut perawatan harus dibebani
secukupnya atau dibungkus sampai kebawah untuk menjaga
agar permukaan beton tertutup dan untuk mencegah
permukaan terbuka terhadap aliran udara. Bila digunakan
acuan kayu, maka perlu dijaga agar basah sepanjang waktu
sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan
dan pengeringan beton.
6. PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN
a. Umum
Kontraktor harus mcnganggap mempunyai tanggung jawab penuh
untuk menjamin bahwa kualitas beton sesuai dengan spesifikasi ini
dan tanggung jawab ini tidak akan dibebaskan dengan pengujian
III - 22
yang dilakukan dan disetujui oleh Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas.
b. Pengujian untuk sifat mudah dikerjakan
Suatu pengujian Slump atau lebih sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas harus dilaksanakan pada
setiap penakaran beton yang dihasilkan dengan pengujian tersebut
tidak akan dianggap telah dilaksanakan kecuali disaksikan oleh
Direksi Teknik/Konsultan Pengawas atau wakilnya.
c. Pengujian kuat tekan
1). Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu
pengujian kuat tekan untuk setiap 20 meter kubik atau bagian
dan beton yang dicor dan dalam segala hal tidak kurang dari
satu pengujian untuk setiap kelas beton yang dicor dan untuk
setiap jenis terpisah dari komponen struktur yang dicor pada
satu hari. Setiap pengujian harus termasuk pembuatan tiga
contoh yang sama yang pertama harus ditujukan pada
pengujian kuat tekan setelah 3 hari, yang kedua setelah 7 hari
dan yang ketiga setelah 28 hari.
2). Bila seluruh jumlah kontrak dari satu kelas beton tertentu yang
frekuensi pengujian yang ditetapkan pada (a) di atas
menyediakan kurang dari lima pengujian untuk suatu kelas
beton tertentu, maka pengujian tersebut harus dilaksanakan
pada contoh, sekurang-kurangnya lima penakaran terpilih
secara sembarang.
d. Pengujian Tambahan
Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang mungkin
diperlukan untuk menetapkan kualitas bahan-bahan campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana disarankan oleh Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas. Pengujian tambahan demikian dapat
meliputi:
1). Pengujian yang tidak merusak dengan menggunakan suatu
sclerometer atau alat pengujian lainnya
2). Pengujian beban struktur atau elemen struktural yang
ditanyakan.
3). Pengambilan dan pengujian contoh beton.
III - 23
4). Pengujian lainnya sebagaimana ditetapkan oleh Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas.
B. BAJA TULANGAN UNTUK BETON
1. UMUM
a. Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja
tulangan sesuai dengan spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
b. Penerbitan Detail-detail Konstruksi
Detail konstruksi untuk baja tulangan yang tidak disertakan pada
waktu lelang akan diserahkan oleh Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas setelah peninjauan kembali rancangan awal telah
selesai.
c. Standar rujukan
A.C.1. 315 Buku Pegangan Standar praktis untuk detail
struktur beton bertulang, Institut beton Amerika.
AASHTO M31-77 Baja tulangan beton yang polos dan yang
berulir.
AASHTO M32-78 Kawat baja yang dibentuk dalam keadaan
dingin (cold drawn stell wire) untuk tulangan
beton.
AASHTO M55 Anyaman kawat baja dilas di pabrik untuk
tulangan beton.
AWS D 2.0 Persyarataan standar untuk jembatan jalan raya
dan kereta api dengan sambungan yang dilas.
N1.2 - 1971 Peraturan Beton Indonesia.
SII 0136 - 84 Standar Industri Indonesia mengenai Baja
Tulangan Beton.
d. Toleransi
1). Toleransi untuk pembuatan (fabrikasi) harus seperti yang
disyaratkan dalam ACI 315.
III - 24
2). Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut
beton yang menutup bagian luar dari baja tulangan adalah
sebagai berikut :
(i) 3.5 crn untuk beton yang tidak terbuka langsung terhadap
udara atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya
kebakaran.
(ii) Seperti yang ditunjukkan dalam tabel. 3.2. (1).d). untuk
beton yang terendam/tertanam atau terbuka langsung
terhadap cuaca atau urugan tanah tetapi masih dapat
diamati untuk pemeriksaan.
Tabel 3.2.(1).d). Selimut beton minimum dari baja tulangan
untuk beton yang tak terlindungi tetapi mudah
dicapai.
Ukuran batang baja
tulangan yang akan
diselimuti (mm)
Tebal selimut
Beton minimum (cm)
Batang 16 mm dan lebih
kecil
Batang 19 mm dan 22 mm
Batang 25 mm dan lebih
besar
3,5
5
6
(iii) 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam yang
tidak bisa dicapai atau untuk beton yang tak bisa dicapai
bila kehancuran karena karat dari tulangan dapat
menyebabkan kerusakan atau kehancuran struktur, atau
untuk beton yang ditempatkan langsung diatas tanah
karang, atau untuk beton yang berhubungan langsung
dengan kotoran pada selokan atau saluran roil serta cairan
korosif lainnya.
e. Penyimpanan dan Penanganan
1). Kontraktor harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam
ikatan, diberi label, dan ditandai dengan label metal yang
menunjukkan ukuran batang, panjang dan informasi lainnya
sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada diagram
tulangan.
2). Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja
tulangan sedemikian untuk mencegah distorsi, pengotoran
korosi, atau kerusakan. Baja tulangan tersebut harus selalu
III - 25
disimpan tanpa menyentuh tanah dan dilindungi dari
pengkaratan atau pelapisan bahan-bahan yang merusak.
f. Pelaporan
1). Sebelum memesan material, seluruh daftar pesanan dan
diagram pembengkokan harus disediakan oleh Kontraktor untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas, dan tidak ada material yang dipesan sebelum daftar
tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.
2). Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus
menunjukkan kepada Direksi Teknik/Konsultan Pengawas
Daftar disahkan dan pembuat pabrik baja yang memberikan
berat satuan nominal dalam kilogram dari tiap ukuran dan kelas
batang tulangan atau anyaman baja dilas yang akan digunakan
dalam pekerjaan.
g. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari pekerjaan yang tak memuaskan
(1) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan
dalam segala hal tidak membebaskan kontraktor atas tanggung
jawabnya untuk memastikan ketelitian dari daftar dan diagram
tersebut. Revisi material yang disediakan sesuai, dengan daftar
dan diagram untuk memenuhi gambar rencana, harus atas
biaya kontraktor.
(2) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan
dalam pekerjaan :
a. Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi
toleransi pembuatan yang diisyaratkan dalam ACI 315.
b. Bengkokan atau tekukan yang tidak ditujukkan pada
gambar atau Gambar kerja akhir.
(3) Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan,
batang tidak boleh dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa
persetujuan Direksi Teknik/Konsultan Pengawas atau yang
akan merusak atau melemahkan material. Pembengkokan
kembali dari batang harus dilakukan dalam keadaan dingin
terkecuali disetujui lain oleh Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas. Dalam segala hal batang tulangan yang telah
dibengkokan kembali lebih dari satu kali pada tempat yang
sama tidak diijinkan digunakan pada pekerjaan. Kekeliruan
yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali tidak
disetujui oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas harus
III - 26
diperbaiki dengan mengganti menggunakan batang yang baru
yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai dengan bentuk
dan ukuran yang diisyaratkan.
(4) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk
pemotongan dan pembengkokkan tulangan, baik bila
melakukan pemesanan biaya tulangan yang telah
dibengkokkan maupun tidak, dan harus menyediakan stok yang
cukup dan batang lurus ditempat, untuk pemnbengkokan yang
dibutuhkan untuk memperbaiki kekeliruan atau penggantian.
h. Penggantian ukuran batang
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila
secara jelas disahkan oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
Bila baja diganti haruslah dengan luas penampang yang sama
dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar. Jarak antara
batang-batang baja tidak akan diperlebar.
2. MATERIAL
a. Baja Tulangan
1). Baja tulangan harus baja polos atau berulir kelas 40 yang
memenuhi persyaratan AASHTO M31 - 77, atau lainnya yang
disetujui oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
2). Bila anyaman tulangan baja diperlukan seperti untuk tulangan
pelat, anyaman tulangan yang dilas yang memenuhi AASHTO
M 55 dapat digunakan.
3). Baja tulangan mempunyai penampang yang sama rata.
4). Baja tulangan harus bebas dari kotoran-kotoran, lapisan
lemak/minyak, karat dan tidak cacat (retak-retak), mengelupas,
luka, patah dan sebagainya.
b. Tumpuan untuk tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dan batang besi ringan
atau blok beton cetak dari kelas II/K275 seperti yang disyaratkan
dalam pasal 3.1 (3) a) dan pasal 3.1 (3) c) dari spesifikasi ini,
terkecuali disetujui lain oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas.
Kayu, bata, batu material lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
c. Pengikat untuk tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja yang
telah dilunakkan yang memenuhi AASHTO M 32-78.
III - 27
3. PEMBUATAN DAN PENEMPATAN
a. Pembengkokan
1). Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknik/Konsultan
Pengawas, seluruh tulangan harus dibengkokkan dalam
keadaan dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari
tekukan-tekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila
penggunaan panas untuk pembengkokan di lapangan disetujui
oleh Direksi Teknik/Konsultan Pengawas tindakan pengamanan
harus diambil untuk menjamin bahwa sifat fisik dari baja tidak
banyak berubah.
2). Batang dari diameter 13 cm dan yang lebih besar harus
dibengkokan dengan mesin pembengkok.
b. Penempatan dan Pengikatan
1). Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat, dan kerak,
percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau
merusak pelekatan dengan beton.
2). Tulangan harus secara tepat ditempatkan sesuai dengan
Gambar dan dengan kebutuhan selimut penutup minimum yang
disyaratkan dalam 3.2(l) d) diatas, atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik/ Konsultan Pengawas.
3). Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan
kawat pengikat sehingga tidak tergeser sewaktu operasi
pengecoran. Pengelasan dari batang melintang atau pengikat
terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
4). Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang
keseluruhan yang ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan
(spiling) dari batang, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak
akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Teknik/Konsultan Pengawas. Setiap peyambungan yang dapat
disetujui harus dibuat bertahap sejauh mungkin dan harus
diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimal.
5). Bila sambungan (spiling) yang menumpang disetujui maka
panjang yang menumpang haruslah 40 diameter batang dan
batang tersebut, harus diberikan kait pada ujungnya.
III - 28
6). Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali
diperinci dalam Gambar atau secara khusus diijinkan oleh
Direksi Teknik/ Konsultan Pengawas secara tatulis. Bila Direksi
menyetujui pengelasan dari penyambungan, maka sambungan
dalam hal ini adalah las tumpu ujung yang menembus penuh
yang memenuhi kebutuhan dari AWS D 2.0. pendinginan bend
alas dengan air tidak diijinkan.
7). Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan
permukaan beton sehingga tidak akan tampak dari luar.
8). Anyaman baja yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin,
dengan bagian sambungan harus menumpang paling sedikit
satu kali jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk
mengikuti bentuk pada keterbukaan, dan harus dihentikan pada
sambungan antara pelat.
9). Bila tulangan tetap dibiarkan terbuka untuk suatu periode yang
cukup panjang, maka harus secara keseluruhan dibersihkan
dan dipulas dengan adukan semen.
10). Tidak boleh ada bagian tulangan yang telah ditempatkan boleh
digunakan untuk memikul perlengkapan penghantar beton,
jalan pendekat, lantai kerja atau beban konstruksi lainnya.
C. PEKERJAAN BAJA
1. PENJELASAN UMUM
1). Pekerjaan stuktur baja adalah bagian-bagian yang dalam Gambar
rencana dinyatakan sebagai struktur baja, juga bagian-bagian yang
menurut sifat strukturnya memakai baja, seperti kolom, balok,
rangka atap, rangka dinding dan lain-lain.
2). Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut kontraktor harus membuat
gambar kerja (shop drawing) dari baja dan bila perlu dilengkapi
dengan struktur seperlunya. Gambar kerja meliputi detail-detail
pemasangan, pemotongan, penyambungan, lubang baut, las,
pengaku, ukuran-ukuran dan lain-lain yang secara teknis
diperlukan, terutama untuk fabrikasi dan pemasangan. Detail
sambungan harus dibuat secara lengkap oleh kontraktor.
2. MATERIAL
III - 29
1). Baja-baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut
PPBBI atau ASTM A-36, dengan tegangan. leleh. sebesar 3600
kg/cm2.
2). Baut baja biasa sesuai ASTM A-307
3). Baut baja tegangan tinggi sesuai dengan ASTM A-325 F (High
Strenght Friction Grip).
a. Elektroda las mengikuti AWS E-60XX atau mutu lebih tinggi.
3. PABRIKASI
1). Umum
Tukang-tukang yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada
bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai
dengan petunjuk-petunjuk Direksi Teknik/Konsultan Pengawas dan
ketelitian utama diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh bagian
dapat cocok satu dengan lainnya pada waktu pemasangan. Direksi
Teknik/Konsultan Pengawasan mempunyai kebebasan sepenuhnya
untuk setiap waktu melakukan pemeriksaan pekerjaan, tidak satu
pekerjaan dibongkar atau disiapkan untuk dikirim sebelum diperiksa
dan disetujui.
Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak sesuai dengan Gambar
rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera
diperbaiki. Kontraktor pabrikasi harus menyediakan atas biaya
sendiri semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya yang
diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
Kontraktor pabrikasi harus memperkenankan kontraktor Montase
untuk sewaktu-waktu memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan
keterangan mengenai cara-cara dan lain-lain yang berhubungan
dengan waktu pemasangan di tempat pekerjaan. Kontraktor
Montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi-
instruksi mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi.
2). Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang
dibutuhkan untuk menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan
oleh Kontraktor Pabrikasi. Semua pengukuran harus dilakukan
dengan menggunakan pita-pita yang telah disetujui. Ukuran-ukuran
dari pekerjaan baja yang tertera pada Gambar rencana dianggap
ukuran pada 25 derajad C.
III - 30
3). Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat
harus diperiksa kerataanya, semua batang-batang diperiksa
kelurusannya, harus bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki
sehingga bila pelat-pelat disusun akan terlihat rapat seluruhnya.
4). Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting, menggergaji
atau dengan las pemotong permukaan yang diperoleh dari hasil
pemotongan harus diselesaikan siku terhadap bidang yang
dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.
5). Pekerjaan mesin perkakas dan Geranda yang diperkenankan
Kalau pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong
maka pada pemotongan diperkenankan terbuangnya metal
sebanyak-banyaknya 3 mm, sebanyak-banyaknya 6 mm pada pelat
yang tebalnya lebih besar dari 12 mm
6). Memotong dengan Las Pemotong
Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan
sebuah mal serta bergerak dengan kecepatan tetap, Pinggir yang
dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta lurus dan untuk
menghaluskan tepi yang dipotong itu harus digunakan gerinda.
Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi harus,
diselesaikan sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas
kotoran besi.
7). Pekerjaan Las dan Pengawasan Pekerjaan Las
Pekerjaan las harus dikerjakan oleh tukang las, dibawah
pengawasan langsung seorang yang menurut anggapan Direksi
Teknis mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk
penyelenggaraan pekerjaan semacam itu.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/ Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, maka cara itu tidak
akan diubah tanpa persetujuan lebih lanjut. Detail-detail khusus
menyangkut cara persiapan sambungan, cara pengelasan jenis dan
ukuran elektrodanya, tebal bagian bagian, ukuran dari las serta
kekuatan arus listrik untuk las tersebut harus diajukan kontraktor
untuk mendapatkan persetujuan Direksi Teknis/ Konsultan
Pengawas terlebih dahulu sebelum pekerjaan las listrik dilakukan.
Ukuran elektroda, arus dan tegangan listrik dan kecepatan busur
Iistrik yang digunakan pada listrik harus seperti yang dinyatakan
oleh pabrik las listrik tersebut dan tidak akan dibuat penyimpangan
tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Teknis/ Konsultan Pengawas.
III - 31
Pelat-pelat yang akan dilas harus bebas dari kotoran-kotoran besi,
minyak cat, karet atau lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu
las. Las dengan retak susut, retak pada bahan dasar, berlubang
dan kurang tepat letaknya harus disingkirkan
8). Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan
sebagainya harus dijepit bersama-sama untuk- membuat lubang
dan dibor menembus seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan
baut pas pada salah satu lubang maka lubang ini dibor lebih kecil
dan kemudian baru diperbesar untuk mencapai ukuran sebenarnya.
Cara lain adalah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri
dengan menggunakan mal.
Setelah mengebor, seluruh kotoran besi harus disingkirkan dan
pelat-pelat dan dapat di lepas bila perlu. Diameter lubang untuk
baut, kecuali baut pas, adalah 1,50 mm lebih besar dari pada
diameter yang tertera pada gambar rencana. Diameter lubang-
lubang untuk baut pas harus dalam toleransi yang diberikan. Dalam
hal ini menggunakan pas lubang yang tidak dibor menembus
sekaligus untuk seluruh tebal elemen-elemennya maka lubang
dapat dibor dengan ukuran yang lebih kecil dahulu dan diperbesar
kemudian pada saat montase percobaan.
9). Montase di bengkel (montase percobaan)
Sebelum diangkat, pekerjaan baja harus dipasang sementara
(montase percobaan) pada halaman Kontraktor Pabrikasi yang
terlindung dan cuaca untuk diperiksa oleh Direksi Teknis mengenai
alinyemen serta tepatnya seluruh bagian dan sambungan. Kalau
terjadi perbedaan kedudukan, maka batang yang berdampingan
harus dimontase bersama-sama pada kedudukan yang dikehendaki
lengkap dengan perletakan-perletakannya, gelegar melintang dan
seluruh batang-batang penguat. Sambungan sementara harus
berhubungan betul menyeluruh dengan menggunakan cara yang
disetujui seperti wartel, jack, baut-baut. Pemahatan yang dilakukan
pada saat montase hanyalah untuk membawa bagian-bagian itu
pada posisi yang dikehendaki dan bukan untuk memperbesar
lubang atau merusak material.
Pemberitahuan harus diberikan kepada Direksi Teknis bila
pekerjaan siap untuk diperiksa dan semua fasilitas yang diperlukan
untuk maksud pemeriksaan itu harus disediakan o1eh Kontraktor.
Montase percobaan tidak akan dilepas dulu sebelum mendapat
persetujuan tertulis Direksi Teknis.
III - 32
10). Memberi tanda untuk pemasangan akhir
Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan
Direksi Teknik, tetapi belum dilepas setiap bagian harus diberi
tanda yang jelas (dengan pahatan dan cat). Cat dari warna yang
berbeda yang digunakan untuk membedakan bagian-bagian yang
sama. Dua copy dari gambar rencana yang menyatakan dengan
tepat, tanda-tanda itu, oleh kontraktor pabrikasi diberikan dengan
Cuma-Cuma kepada Direksi Teknis dan kontraktor Montase dari
bangunan itu pada saat pengiriman-pengiriman pekerjaan baja itu.
11). Pengecatan di bengkel
Setelah dibongkar sebagai kelanjutan berhasil baiknya montase
percobaan, maka permukaan dan seluruh pekerjaan baja, kecuali
pada bagian yang dikerjakan dengan mesin perkakas dan pada
perletakan, harus dibersihkan seluruhnya sehingga menjadi bagain
yang bersih dengan menggunakan penyemprot pasir (sand
blasting) atau dengan cara lain yang disetujui. Setelah semua
permukaan dalam keadaan bersih dan kering, kemudian di cat
dasar satu lapisan meni atau bahan-bahan pelindung lainnya kalau
disyaratkan khusus untuk pekerjaan tertentu.
D. PENYERAHAN UNTUK PEMASANGAN AKHIR (Montase Lapangan)
(1). PENYEDIAAN BAUT-BAUT DAN SEBAGAINYA
Kontraktor - kontraktor pabrikasi akan menyediakan jumlah sepenuhnya
dan mur-mur, baut-baut, cam baut dan sebaginya, yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan dengan tambahan 5 %
untuk setiap ukuran baut mur dan cincin baut. Kontraktor Pabrikasi
harus juga menyediakan baut stel lengkap dengan mur serta cincinya,
sebanyak 50 % dan jumlah keseluruhan dari baut baja keras yang
diperlukan di lapangan untuk satu benteng. Pada saat pengiriman,
Kontraktor Pabrikasi akan mengajukan/ penyerahan dengan cuma-
cuma untuk Direksi Teknis dan Kontraktor Montase, serta letaknya
dimana akan dipakai pada pekerjaan dari seluruh baut-baut yang
diserahkan.
(2). BAUT MUR DAN CINCIN BAUT (SELAIN DARI BAJA KERAS)
Semua baut dan mur, hitam atau pas harus mempunyai kepala yang
ditempa, tepat konsentris dan siku dengan batangnya dengan kepala
serta mur yang hexagonal (kecuali bila jenis kepala yang lain
disyaratkan pada gambar rencana). Batang baut haruslah lurus dan
baik. Bila dipakai baut pas, diameternya, harus seperti diameter yang
tertera pada gambar rencana dan harus dikelompokkan dengan cermat
sesuai dengan ukuran panjang batangnya yang tak berulir. Diameter
III - 33
lubang cincin baut adalah 1,50 mm lebih besar dari diameter baut. Baut
stel haruslah baut hitam yang 1,50 mm lebih kecil dari diameter baut.
Baut stel haruslah baut hitam yang 1,50 mm lebih kecil dari diameter
lubang dimana digunakan.
(3). BAUT BAJA KERAS, MUR DAN CINCIN BAUT
Baut baja keras, mur dan cincin baut, bila disyaratkan untuk disediakan
oleh Kontraktor Montase untuk dipakai dipekerjaan dengan ukuran-
ukuran seperti yang tertera pada gambar rencana.
(4). TRANSPORT DAN HANDLING
Cara transport dan handling pekerjaan besi harus sesuai dengan cara
yang telah disetujui oleh Direksi Teknis. Sebelum penyerahan untuk
menjamin terlindungnya dari kerusakan, maka perhatian khusus
diperlukan dalam pengepakan serta cara perkuatan pada saat
transport, handling dan montase percobaan pekerjaan besi itu.
(5). PENYERAHAN, PENERIMAAN DAN MENJAGA PEKERJAAN INI
Kontraktor Pabrikasi bertanggung jawab untuk menjaga keamanan
pekerjaan besi, dan memperbaiki semua kerusakan sampai diserahkan
dan diterima baik oleh Kontraktor Montase. Kontraktor Montase akan
menerima seluruh pekerjaan besi ditempat pekerjaan, atau ditempat
penyerahan lain seperti disyaratkan dan akan membongkar,
mentransport ketempat pekerjaan bila perlu dan menyimpannya dengan
aman bebas dari kerusakan-kerusakan hingga akhirnya terpasang.
Kontraktor Montase akan menyerahkan tanda terima dalam 2 (dua)
rangkap untuk semua penyerahan dan bertanggung jawab untuk setiap
kehilangan dan sewa gudang yang dapat terjadi disebabkan oleh
kelalaiannya dan kegagalannya untuk menerima pekerjaan besi bila
diminta demikian. Segera setelah menerima penyerahan pekerjaan besi
Kontraktor Montase, akan segera menyampaikan kepada Direksi Teknis
atau wakilnya, setiap kehilangan atau ketidakcocokan dari barang-
barang besi itu dan akan melaporkan juga secara tertulis keada Direksi
Teknis setiap kerusakan serta cacat tanpa ditunda-tunda, atau kalau
tidak melakukan demikian serta cacat yang terjadi sebelum dan
sesudah serta cacat yang terjadi sebelum dan sesudah penyerahan,
atas biayanya sendiri.
E. PEMASANGAN (Erection)
(1). UMUM
Kontraktor Montase harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat
yang diperlukan dan mendirikanya ditempat pekerjaan, memasang dan
mengeling dan atau baut dan atau las seluruh pekerjaan besi.
III - 34
Pekerjaan besi tidak boleh dipasang sebelum cara, alat dan sebagainya
yang akan digunakan telah mendapat persetujuan Direksi Teknis.
Semua pekerjaan harus dikerjakan secara hati-hati dan dipasang
dengan teliti. Drift yang dipakai mempunyai diameter yang lebih kecil
dari lubang baut, dan digunakan untuk membawa bagian-bagian pada
posisinya yang tepat seperti disyaratkan di bawah ini. Penggunaan
martil yang berlebihan yang dapat merusak atau mengganggu material
tidak diperkenankan
Setiap kesalahan pada pekerjaan bengkel yang menyulitkan pekerjaan
montase serta menyulitkan pengepasan bagian-bagian pekarjaan
dengan menggunakan pekerjaan dengan menggunakan drift secara
diisi dengan pendrift dan baut pernbantu sebanyak 50 % sebelum
dikeling atau dibaut secara permanent.
Pada pemasangan dan pengepasan ini sekurang-kurangnya dua
lubang pada tiap kelompok diisi paralel drift bila mungkin dan sekurang-
kurangnya 40 % dari lubang-lubang diisi dengan baut. Selanjutnya
sekurang-kurangnya 10 % dari lubang pada suatu kelompok dikeling
atau dibaut dengan permanent sebelum baut montase atau drift
diangkat (disingkirkan).
(2). DRIFT, BAUT STEL DAN SEBAGAINYA
Kontraktor Montase harus menyediakan untuk digunakan sendiri semua
parallel drift montase yang mungkin diperlukan dan akan tetap menjadi
miliknya dan disingkirkan dari tempat pekajaan setelah selesainya
peketjaan atau biaya sendiri.
Setelah selesai pekerjaan, akan diserahkan kepada Direksi Teknis/
Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor Montase.
(3). DRIFT PARALEL UNTUK MONTASE
Batang tak berulir dari drift parallel yang digunakan pada Montase
dibuat sesuai dengan diameter yang diperlukan, dan panjangnya tidak
kurang dari jumlah tebal material yang akan dilalui oleh Drift itu
ditambah satu kali diameter drift itu.
(4). KERANGKA BAJA
Satu batang kerangka baja dipasang atas tumpuan-tumpuan
sedemikian rupa sehingga kerangka baja itu dapat membentuk lawan
lendut seperti tertera pada gambar rencana.
Tumpuan-tumpuan itu tidak disingkirkan sebelum seluruh sambungan
(kecuali sambungan pendek pada puncaknya), telah dibuat permanent.
III - 35
Pemasangan permanent baut tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan
Direksi Teknis, dan pada umumnya sebelum bentang itu telah
terpasang dengan gelegar melintang, batang penguat, dan baut baut
stel seperti yang disyaratkan.
Setelah kerangka baja terpasang, baru sambungan batang atas dibuat
permanent.
(5). PENGGUNAAN BAJA KERAS, BAUT-BAUT UNTUK PEMASANGAN
1). Pemasangan
Setiap sambungan dibuat bersama-sama dengan baut stel
sehingga berbagai bagian serta berbagai pelat perhubungan rapat
satu sama lain secara menyeluruh. Sebanyak 50 % dari lubang
harus diisi dengan baut stel dan minimal 10 % atau pada setiap
potongan dan pelat minimal dua lubang diisi dengan drift pararel.
Baut baja keras harus dipasang dengan cincin baut yang
diperlukan, sebuah dibawah kepala baut, dan sebuah dibawah mur.
Harus diperhatikan bahwa. cincin baut itu terpasang dengan
cekungnya menghalang keluar. Memasukan dan mengencangkan
baut baja keras diatur sedemikian sehingga selalu rapat dan tidak
dapat dimulai sebelum sambungan telah diperiksa dan disetujui
oleh Direksi Teknis atau wakilnya. Mur harus dikencangkan hanya
terhadap bidang yang tegak lurus terhadap as lubang.
Bidang bawah kepala, baut tidak boleh menyimpang dari bidang
tegak lurus terhadap as baut lebih dari 3,50 derajat, memakai cincin
baut yang miring (taperd) dapat dilakukan bila perlu baut menonjol
melalui mur tidak kurang dari 1,5 mm tidak melebihi 4,5 mm. Baut
stel yang digunakan untuk membaut permulaan dapat seterusnya
digunakan pada sambungan.
2). Mengencangkan Baut
Baut baja keras dapat dikencangkan dengan tangan atau dengan
kunci-kunci baut yang digerakkan dengan mesin. Kunci pas harus
dari jenis yang telah disetujui dan dapat menunjukkan bils tercapai
torque yang disyaratkan. Kunci pas mesin harus dari jenis yang
telah disetujui yang akan slip bila tegangan atau torque yang tertera
pada label dibawah ini telah tercapai. Kunci pas harus sering dichek
dan harus disesuaikan untuk mencapai tegangan atau torque yang
disyaratkan atau seperti yang yang diperintahkan oleh Direksi
Tekniks.
3). Tegangan yang perlu pada baut
III - 36
Tabel berikut memberikan tegangan yang perlu dicapai pada baut
baja keras dengan berbagai-bagai diameter yang digunakan pada
pekerjaan .
Tabel 3.6
Diameter
Baut
85 % dari
beban
percobaan
Beban Calibration Torque
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 )
In Lbs Lbs Tons Lb.ft
24.000 27.540 12.59 315
7/8 30.400 34.960 15.61 465
1 39.900 45.880 20.48 700
11/8 47.650 54.800 24.46 940
nilai-nilai ini diperoleh sebagai berikut:
Kolom (2) menyatakan tegangan yang diperlukan pada masing-
masing baut yang dipasang pada pekerjaan, disyaratkan sebagai
85 % dari beban percobaan patah pada baut-baut.
Kolom (3) dan (4) adalah kolom (2) ditambah 15 % dan menyatakan
tegangan Yang harus dicapai dengan pemeriksaan kalibrasi dari
impact mekanis atau. kunci pas yang lain, sperling sebesar 15 %
utnuk teknik bermacam-macam haruslah dengan permintaan
Direksi Teknik Konsultan Pengawas.
Kolom (5) adalah angka kira-kira untuk torque yang diperlukan
untuk menggerakkan mur terhadap tegangan pada kolom (2), kira-
kira sebagai berikut :
Torgue = 0,0 175 x diameter baut x tegangan baut
(lbs.ft) (inches) (lbs)
Pengechekan hubungan tegangan / torque dilakukan oleh
Kontraktor Montose, dan Direksi Teknik akan melakukan test
pengechekan torque di lapangan. Setiap baut yang kendor harus
disesuaikan menurut kebutuhan. Perhatian khusus perlu diberikan
pada kelompok baut yang telah dikencangkan mungkin kendor, dan
dikencangkan kembali sehingga mencapai tegangan yang
diperlukan.
III - 37
F. PENGECATAN BAJA
1. UMUM
Sernua konstruksi baja yang akan dipasang perlu dicat di pabrik dengan
cat dasar yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang yang
dikerjakan dengan mesin perkakas misalnya pada perletakkan.
Cat lapangan terdiri dari :
1). Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang
yang telah dicat bengkel. Seperti diperintahkan o1eh Direksi Teknik
/ Konsultan Pengawas, yang telah rusak pada saat transport atau
pemasangan serta bidang-bidang lain yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik, dimana cat dasarnya telah rusak.
2). Pemakaian cat dasar dan bahan sejenis seperti yang disyaratkan
dalam "Pengecatan di bengkel" pada bidang-bidang yang tertera
pada I diatas.
3). Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan
tertentu, untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.
2. PEMBERSIHAN PERMUKAAN
Seluruh permukaan dari pekerjaan besi bangunan harus bersih dan
dikupas dengan blasting atau cara lain yang disetujui, agar menjadi
logam. yang bersih, dengan menyingkirkan seluruh gemuk, oli, karatan,
Lumpur atau lain-lain yang melengket padanya. Luas bidang
permukaan yang dibersihkan haruslah dapat sekaligus ditutup dengan
cat dasar dan cat segera setelah dibersihkan, sebelum terjadi oksidasi.
Bila terjadi oksidasi (karatan), permukaan harus dibersihkan kembali
sebelum pengecatan dasar dilakukan.
Cat dapat digunakan dengan kuas tangan yang disetujui atau dengan
cara yang disyaratkan oleh Direksi Teknis / Konsultan Pengawas.
Pengecatan tak dapat dilakukan pada cuaca berkabut, lembab, atau
berdebu, atau pada cuaca yang lain yang jelek, kecuali diusahakan
tindakan-tindakan seperlunya yang sesuai dengan pendapat Direksi
Tekink / Konsultan Pengawas, untuk melawan pengaruh-pengaruh
cuaca tersebut terhadap pekerjaan.
Permukaan yang akan dicat harus kering dan tak berdebu. Lapisan
berikutnya tidak diberikan sebelum lapisan cat terdahulu telah kering
betul. Lapisan penutup diberikan di atas cat dasar dalam tempo kurang
lebih enam bulan tetapi tidak boleh lebih cepat dari 49 jam setelah
pengecatan.
III - 38
Bila terjadi demikian maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali
atau di cat dasar lagi seperti diuraikan di atas. Cat (termasuk
penyemprotan bila diperintahkan oleh Direksi Teknik harus disapu
dengan kuat pada permukaan baja, baut-baut pada setiap sudut-sudut
sambungan pelat, tekuk-tekuk dan sebagainya. Kemudian diratakan
dengan baik.
Setiap bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air,
diisi dengan cat dasar yang tebal, atau, bila diperintahkan oleh Direksi
Teknik / Konsultan Pengawas, dengan menggunakan semen kedap air
atau bahan lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar. Setiap
lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata. Pemakaian cat
yang rata ialah 12,5 m2 sampai 15 m2 per liter untuk cat dasar, dan 15
sampai 20 m2 per liter untuk lapisan berikutnya.
III - 39
TATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud
Tata Cara Pengadukan dan, Pengecoran Beton ini dimaksudkan untuk digunakan
sebagai acuan dan pegangan bagi para. pelaksana dalam melaksanakan
pekerjaan beton.
1.1.2 Tujuan
Tujuan dari tata cara ini adalah untuk mendapatkan mutu pekerjaan beton sesuai
yang direncanakan.
1.2 Ruang Lingkup
Tata cara ini meliputi persyaratan, ketentuan dan cara pengerjaan pengadukan
dan pengecoran beton normal di lapangan.
1.3 Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, aregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk masa padat
2) Pengaduk beton adalah mesin pengaduk yang digerakkan dengan tenaga
penggerak, digunakan untuk mengaduk campuran beton;
3) Segregasi adalah peristiwa terpisahnya antara pasta semen dan agregat
dalam suatu adukan ;
4) Bliding adalah peristiwa terpisahnya air dari adukan;
5) Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai
beberapa saat, karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi
pengikatan) ;
6) Beton keras adalah campuran beton yang telah mengeras
7) Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari
batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 min;
8) Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi, alam, dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 - 40 mm ;
9) Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 - 2500 kg/m
3
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.
10) Slump adalah ukuran dari kekentalan adukan beton
11) Tremie adalah pipa berdiameter antara 150 - 300 mm, yang ujungnya
dilengkapi corong.
III - 40
BAB II
PERSYARATAN - PERSYARATAN
2.1 Bahan
Semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus dilengkapi
dengan :
1) Sertifikat mutu dari produsen, atau;
2) Jika tidak terdapat sertifikat mutu, harus tersedia data hasil uji dari laboratorium
yang diakui kecuali ;
3) Jika tidak dilengkapi dengan sertifikat mutu atau data hasil uji, harus
berdasarkan bukti hasil pengujian khusus atau pemakai nyata yang dapat
menghasilkan beton yang kekuatan, ketahanan dan keawetannya memenuhi
syarat.
2.2 Peralatan
Semua peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan alat kerja.
2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan kerja berikut :
1) Persyaratan administratif yang dinyatakan di dalam, rencana kerja dan syarat-
syarat (RKS) harus diikuti
2) Harus tersedia rencana beton dan rencana pelaksanaan pengecoran.
III - 41
BAB III
KETENTUAN KETENTUAN
3.1 Bahan
3.1.1 Air
Air harus memenuhi SK SNI. S-04-1989 - F tentang Spesifikasi Air Sebagai
Bahan Bangunan.
3.1.2 Semen
Semen harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Bahan Perekat
Hidrolis Sebagai Bahan Bangunan.
3.1.3 Agregat
Agregat harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Agregat
sebagai bahan bangunan.
3.1.4 Bahan Tambahan Untuk Beton
Bahan tambahan untuk beton harus memenuhi SK SNI S18-1990-03 tentang
Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
3.1.5 Bahan Tambahan Pembentukan Gelembung Udara Untuk Beton.
Bahan tainbahan pembentukan gelembung udara untuk beton harus
memenuhi SK SNI S-19-1990-03 tentang, Spesifikasi Bahan Tambahan
Gelembung Udara untuk Beton.
3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Semua peralatan untuk penakaran, pengadukan dan pengangkutan beton
harus dalam keadaan baik dan bersih;
2. Mesin pengaduk harus berputar pada kecepatan yang direkomeridasikan
oleh pabrik pembuat mesin tersebut;
3. Alat angkut yang digunakan dari tempat pengadukan ketempat
pengecoran harus marnpu menyediakan beton (di t empat
penyi mpanan akhi r) dengan l ancar t anpa mengakibatkan terjadinya
segregasi dan tanpa hambatan yang
,
dapat mengakibatkan hilangnya
plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan;
III - 42
4. Alat pemadat yang digunakan harus disesuaikan dengan bentuk dan
jenis pekerjaan.
3.3 Pelaksanaan
3.3.1 Persiapan
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, harus dilakukan pekerjaan persiapan
yang mencakup hal berikut :
1. Semua ruang yang akan diisi adukan beton 'harus bebas dari kotoran;
2. Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel
pada permukaan beton yang telah mengeras harus di buang sebel um
beton yang baru dituangkan pada permukaan beton yang telah
mengeras tersebut;
3. Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton baru,
harus dikasarkan dan dibasahi terlebih dahulu sebelum beton baru
dicorkan;
4. Pasangan dinding bata yang
,
akan berhubungan dengan beton baru,
harus dibasahi dengan air sampai jenuh;
5. Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam dari acuan
boleh dilapisi dengan bahan khusus, misalnya lapisan tipis minvak
mineral, lapisan bahan kimia, lembaran plastik, atau bahan lain yang
disetujui oleh pengawas bangunan;
6. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan
penutup yang dapat merusak beton auto mengurangi lekatan antara beton
dan tulangan.
7. Air yang terdapat pada semua ruang yang akan diisi adukan beton harus
dibuang, kecuali apabila pengecoran dilakukan dengan menggunakan
pengecoran tremie atau bila diizinkan oleh pengawas bangunan.
3.3.2 Penakaran
Penakaran bahan yang akan digunakan harus berdasarkan perbandingan
campuran yang direncanakan, dan memenuhi ketentuan sebagai berikut ;
1. Untuk beton dengan nilai f'c lebih besar atau sama dengan 20 MPa,
proporsi campuran harus didasarkan pada teknik penakaran berat;
2. Untuk beton dengan nilai f
c
lebih kecil dari 20 MPa, pelaksanaannya boleh
menggunakan teknik penakaran volume. Teknik penakaran volume ini
harus berdasafkan pada perhitungan proporsi campuran dalam berat
yang dikonversikan kedalam. volume melalui perhitungan berat satuan
volume dari masing- masing bahan.
3.3.3 pengadukan
Pengadukan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Beton harus diaduk sedemikian hingga tercapai penyebaran bahan yang
merata dan semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum mesin
pengaduk diisi kembali.
III - 43
2. Pengadukan harus dilakukan tidak kurang 11/2 menit untuk setiap
lebih kecil atau sama dengan 1m
3
adukan. Waktu pengadukan harus
ditambah 1/2 menit untuk satu penambahan kapasitas 1 m3 adukan ;
3. Pengadukan harus dilanjutkan minimal 11 /2 menit setelah semua bahan
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, (atau sesuai dengan spesifikasi
alat pengaduk)
4. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi
terus menerus dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran
beton vang
,
baru;
5. Kekental an beton harus di sesuai kan dengan j arak pengangkutan:
6. Bila produksi beton dilakukan oleh perusahaan beton siap pakai, maka
keseragaman pengadukan harus mengikuti ketentuan yang berlaku;
7. Perekaman data yang rinci harus dilakukan terhadap :
1. Waktu dan tanggal pengadukan dan pengecoran;
2. Proporsi bahan yang digunakan;
3. Jumlah batch-adukan yang dihasilkan;
4. Lokasi pengecoran akhir pada struktur;
3.3.4 Pengangkutan
Pengangkutan harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat
penyimpanan akhir sebelum dicor, harus sedemikian hingga dapat
mencegah terjadinya segregasi atau kehilangan bahan;
2. Pengangkutan harus dilakukan sedemikian hingga tidak mengakibatkan
perubahan sifat beton yang
,
telah direncanakan, yaitu perbandingan air
semen, slump, dan keseragaman adukan.
3. Pengangkutan harus berlangsung dalam waktu tidak melebihi dari
30 menit. Bila pengangkutan dilakukan dengan truk pengangkutan
beton waktu pengangkutan tidak boleh lebih dari 11/2 jam. Apabila
diperlukan jangka waktu yang lebih panj ang lagi, maka harus
dipakai bahan penghambat pengikatan.
3.3.5 Pengecoran dan Pemadatan
Pengecoran dan pemadatan beton harus mengikuti ketentuan berikut ;
1. Beton yang akan dicorkan harus pada posi si sedekat mungkin
dengan acuan untuk menceg
,
ah terjadinya segregasi yang disebabkan
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah keseluruh acuan;
2. Tingkat. kecepatan pengecoran beton harus diatur agar beton selalu
dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah kedalam
sela-sela diantara tulangan;
3. Beton yang telah mengeras sebagian atau yang seluruhnya tidak boleh
dipergunakan untuk pengecoran;
4. Beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh dituangkan
ke dalam struktur;
III - 44
5. Pengecoran beton harus dIlaksanakan secara terus menerus tanpa
berhenti hingga selesainya pengecoran suite panel atau
penampang yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas
penghentian pengecoran yang ditentukan untuk siar pelaksanaan;
6. Beton yang dicorkan harus dipadat kan secara sempurna dengan
alat yang tepat agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar
tulangan, alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam
beton dan daerah sudut acuan;
7. Dal am hal pemadat an bet on di l akukan dengan al at penggetar :
1. Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik, maksimal 15 detik;
2. batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian beton
yang sudah mengeras dan tidak boleh dipasang lebih dekat 100
mm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras serta
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh batang penggetar;
3. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang
batang penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. Untuk
bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi
lapis;
8. Dalam hal pengecoran yang menggunakan system cetakan/acuanyang
digeser keatas permukaan besi acuan harus terisi rata;
9. Bila diperlukan alatnya siar pelaksanaan, siar tersebut harus dibaut
sesuai dengan ketetuan yang berlaku.
3.3.6 Perawatan
Perawatan beton dilapangan harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Beton harus dipertahankan dalain kondisi lembab selama paling sedikit 7
hari setelah pengecoran;
2. Beton berkekuatan awal tinggi harus dipertaliankan dalam kondisi
lembab selama paling sedikit 3 hari pertama;
3. Bila diperlukan uji kuat tambahan harus diikuti ketentuan berikut :
1. Untuk memeriksa tingkat pelaksanaan perawatan dan perlindungan
dari beton dalam struktur di lapangan, pengawas dapat meminta
agar uji tekan atas benda uji yang dirawat dilapangan;
2. silinder yang dirawat di lapangan harus dirawat sesuai dengan
kondisi dilapangan berdasarkan SK SNI M-62-1990-03 tentang
Metode Pembuatan dan perawatan Benda uji Beton di
Laboratorium menurut ketentuan yang berlaku;
3. Benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicetak pada saat
yang bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda
uji silinder yang akan dirawat di laboratorium;
4. Cara untuk mel i ndungi dan merawat beton harus ditingkatkan
bila kekuatan dari silinder yang dirawat di lapangan pada umur uji
III - 45
yang telah ditetapkan kurang dari 85% dari kekuatan pasangan
silinder yang dirawat di laboratorium untuk penentuan kekuatan fc
3 . 3 . 7 P e me r i k s a a n
Pengambilan contoh uji beton segar untuk pemeriksaan mute beton
(slump, berat isi, analisa) harus dilakukan pada saat selesai pengadukan tapi
sebelum dicorkan, sesuai dengan SKSNI-M-26-1990-03 tentang Metode
Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar.
VII - 1
BAB VII
PEKERJAAN PANCANG ULIN / GALAM
7.1. Umum
Pekerjaan ini adalah pekerjaan pemancangan cerucuk kayu ulin sebagai
perkuatan untuk pekerjaan pasangan batu pada pondasi bangunan dan
atau dinding saluran yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
pergesaran bangunan yang dilaksanakan bila terjadi gerakan tanah di
sekitarnya.
7.2. Bahan Kayu
a) Mutu Kayu
Jika tidak ditentukan lain, maka semua bahan kayu yang digunakan
untuk pekerjaan ini harus dengan mutu A sesuai dengan PKKI. Semua
kayu harus bebas dari getah-getah, cacat kayu seperti : mata kayu,
retak-retak, bengkok dan sebagainya. Kayu harus sudah mengalami
proses pengeringan udara minimal selama 3 bulan dan mengalami
proses pengawetan.
b) Kadar Air
Kadar air dari semua kayu yang dipakai untuk pekerjaan adalah harus
lebih kecil atau sama dengan 15% sedangkan untuk pekerjaan-
pekerjaan yang kasar harus lebih kecil atau sama dengan 20%, harus
dijaga agar supaya kadar air tersebut konstan baik pada saat
penyimpanan, pengerjaan maupun sampai pada penyelesaian
pekerjaan.
c) Macam / Jenis Kayu
Macam kayu yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan ini adalah kayu
ulin kelas I atau kayu Galam 15 25 Cm
VII - 2
d) Ukuran-ukuran
Ukuran-ukuran kayu yang digunakan adalah 8/8, 10/10 dan 12/12
dengan panjang 2, 3 dan 4 meter serta harus sesuai dengan yang
diisyaratkan, atau batang kau galam 15 25 cm kecuali
penyimpangan-penyimpangan sedikit akibat penggergajian. Ukuran-
ukuran yang menyimpang harus disesuaikan seperti yang ditunjukan
dalam gambar rencana.
7.3. Pelaksanaan Pekerjaan
Badan saluran dan pondasi bangunan yang akan dibangun harus
dibersihkan dari segala macam rintangan dan kotoran-kotoran. Pekerjaan
pemancangan dilaksanakan pada bagian tengan pasangan batu pondasi
dan atau pasangan batu saluran. Pekerjaan pemancangan dilaksanakan
pada bagian sesuai dengan gambar rencana. Pemancangan dilakukan
menggunakan hammer hingga cerucuk kayu ulin yang dipancang mencapai
tanah keras. Pekerjaan pemancangan akan dihentikan setelah kedalaman
yang dicapai dan disetujui Direksi.
Pada saat pekerjaan telah selesai dilaksanakan, lokasi pekerjaan harus
dibersihan dari bongkaran-bongkaran, tanah galian dan kotoran lain akibat
pekerjaan.
Pada saat pekerjaan telah selesai dilaksanakan, lokasi pekerjaan harus
dibersihan dari bongkaran-bongkaran, tanah galian dan kotoran lain akibat
pekerjaan.
7.4. Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran untuk segala pekerjaan pemancangan cerucuk
kayu ulin yang dimintakan sesuai spesifikasi-spesifikasi ini akan dilaksanakan
menurut harga satuan yang ditawarkan dalam Bill of Quantities, dimana biaya-
biaya sudah harus mencakup, tidak terbatas pada biaya untuk kayu ulin,
pengangkutan, penyiapan untuk penempatan, perawatan, perlindungan,
penyempurnaan serta segala pelaksanaan pekerjaan lainnya, prosedur-prosedur
VII - 3
dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
pemancangan cerucuk kayu ulin sesuai spesifikasi ini.
PAKTA INTEGRITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama MURSALIM DAT/ING
labatan Direktur
Bertindak
lJntuk dan atas nama PT. CADIKA UTAMA
Dalam rangka pengadaan Pembangunan lembatan Lingkar Pulau Nunukan Pada Panitia
Pembangunan lembatall /Turap Drainase 2 Pada Dinas Pu Provo Kaltim dengan ini mellyatakan
hahwa:
l. Tidak akan melakukan praktek Korupsi, Klolusi, dan Nepotisme (KKN);
2. Akan melaporkan kepada Inspektorat Wilayah Provo Kaltim dan/ atau LKPP apabila mengetahui
ada indikasi KKN dalam Proses Pengadaan ini;
3. Akan mengikuti Proses Pengadaan secara bersih
j
transparan , dan profesional untuk memberikan
hasil kerja terbaik sesuai peraturan perundang- undangan ;
4. Apabila melanggar hal - hal yang dinyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, bersedia menerima
sanksi administratif. menerima sanksi pencantuman dalam Oaftar Hitam digugat secara perdata I
dan/ atau dilaporkan secara Pidana.
Samarinda, 13 Februari 2012
PT. CADIKA UTAMA
Direktur
Saya Yang Bertanda tangan di bawah ini :
Nama : MURSALIM DATJING
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk
dan atas nama : PT. CADIKA UTAMA
Alamat : Ir. H. Juanda RT. 37 No. 52 Bontang
No. Telepon : (0411) 881630
No. Fax : (0411) 881630
E- mail :
Menytakan dengan sesungguhnya bahwa :
2. Saya bukan sebagai pegawai K/L/D/I;
3. Saya tidak sedang menjalani sanksi Pidana;
7. Data - data saya / badan usaha yang saya wakili adalah sebagai berikut :
6. Salah satu dan/ atau semua pengurus badan usaha yang saya wakili tidak masuk dalam Daftar
Hitam;
1. Saya secara hukum mempunyai kapasitas menandtangani kontrak berdasarkan Akte Notaris Dedy
Ardiansyah Syam, SH, M.Kn nomor 02 tanggal 3 Juni 2011
4. Saya tidak sedang dan tidak akan terlibat pertentangan kepentingan dengan para PIHAK yang
terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan ini ;
5. Badan usaha yang saya miliki tidak masuk dalam Daftar Hitam , tidak dalam Pengawasan
Pengadilan , tidak Pailit, dan Kegiatan Usahanya tidak sedang dihentikan;
FORMULIR ISIAN KUALIFIKASI
UNTUK BADAN USAHA
A Data Adaminitrasi
1 Nama : PT. CADIKA UTAMA
2 Status : Pusat Cabang
3 Alamat Kantor Pusat : Ir. H. Juanda RT. 37 No. 52 Bontang
No. Telepon : (0411) 881630
No. Fax : (0411) 881630
E- mail :
4 Alamat Kantor Cabang : -
No. Telepon : -
No. Fax : -
E- mail : -
B Ijin Usaha
1 Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi
Nomor : Set.IUJK/153/KPT/XI/2009
Tanggal : 12 Nopember 2009
2 Masa Berlaku : 12 Oktober 2009
3 Instansi Pemberi Ijin : Pemerintah Kab. Gowa
C Ijin Lainnya
1 Surat Ijin Usaha Badan Usaha Sipil
Nomor : 0800/ASPEKINDO/20/5/08
Tanggal : 16 Juli 2009
2 Masa Berlaku : 27 May 2011
3 Instansi Pemberi Ijin : ASPEKINDO
1 Surat Ijin Usaha Badan Usaha Arsitektur
Nomor : 0896/ASPEKINDO/20/6/08
Tanggal : 09 Juni 2008
2 Masa Berlaku : 09 Juni 2011
3 Instansi Pemberi Ijin : ASPEKINDO
1 Surat Ijin Tempat Usaha ( SITU)
Nomor : 503/155/SITU/IA/2011
Tanggal : 11 Maret 2011
2 Masa Berlaku : 11 Maret 2014
3 Instansi Pemberi Ijin : Kantor Pelayanan Terpadu Kab. Gowa Sulawesi Selatan
1 Surat Ijin Usaha Perdagangan( SIUP)
Nomor : 510.01/1855/20-22/I/2008
Tanggal : 21 Januari 2008
2 Masa Berlaku : 21 Januari 2009
3 Instansi Pemberi Ijin : Pemerintah Kota Samarinda
D Landasan Hukum Pendirian Badan Usaha
1. Akta Pendirian PT
a. Nomor Akta : 46
b. Tanggal : 10 Oktober 2007
c. Nama : Anastasia Dian Christiant, SH
2. Akta Perubahan Terakhir
a. Nomor Akta : 02
b. Tanggal : 3 Juni 2011
c. Nama : Dedy Ardiansyah Syam, SH, M.Kn
E Pengelola Badan Usaha
1. Komisaris untuk Perseroan Terbatas (PT)
2. Direksi / Pengurus Badan Usaha
No Nama No. KTP Jabatan Dalam Badan Usaha
1 MURSALIM DATJING 6474923003680002 Direktur Utama
No Nama No. KTP Jabatan Dalam Badan Usaha
MURSALIM DATJING 6474923003680002 Direktur Utama 1
F. Data Keuangan
1. Susunan Kepemilikan Saham
No
1 200
%
2 -
4
4 -
2. Pajak
a Nomor Pokok Wajib Pajak : 01.562.842.2-801.00
b Bukti Laporan Pajak Tahunan
Terakhir
Nomor : Terlampir
Tanggal : Terlampir
Bulan November 2011
Pph Pasal 21 :
Pph Pasal 25/29 :
PPn :
Bulan Desember 2011
Pph Pasal 21 :
Pph Pasal 25/29 :
PPn :
Bulan Januari 2011
Pph Pasal 21 :
Pph Pasal 25/29 :
PPn :
Nama No. KTP Presentase
6474923003680002
-
MURSALIM DATJING
-
-
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
-
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
G. Data Pel'sonalia (Tenaga Ahli / Teknis Badan Usaha)
No. Nama Tgl/Bln/Thn Lahlr Tingkat Pendidikan
Jabatan Dalam
Pekerjaan
Pengalaman
Kerja (tahun)
Profesl/
Keahlian
Tahun
Sertiflkat/
Ijazah
No. Sertlfikat Keahlian &
Registrasi Sertifikat
Keahlian
1 2 :l 4 5 6 7 0 9
1 Ir SUDIOYO
23 Dcscmber 1965
Sl- Teknik Sipil General Supcrtendent 5
Ahli Madya Teknilc
Sipil
2009 Terlampir
2 Ir HERRY SOETIONO 06 januari 1')59
-.
51 Tcknlk Sipil Site Marwg'Cr
-
3
3
Ahli Madya Pel.
Jalan
Ahli Madya Pel.
falan
2010
2011
Terlampir
-
Terli:lmpir
-
3 SANNA,5T 19 Agustus 197H Sl - Teknik Sipil Highway Engineer
4
t-
S
ZAENALABIDIN,ST 12 lanuari 1972 Sl- Teknik Sipil Material Engineer 3
Ahll Muda Tcknik
Sipil
200') Terl<lmpir
FIRDAU5,5T 51 Teknik Sipil Quality Engineer 3
Ahli Muda Pel.
jalan
2006 Tcrl<lmpir
6 !DRIS,ST 30 D<.'scmber 1978 SLTA S<lfety Engineer 3 Ahli K3 2006 Tcrlampir
Samarl nda, 13 Februarl 2012
PT. CADIKA UTAMA
r
H Data Fasllitas / Peralatan/Perlengakapan
No
Jenis Fasilitas/Peralatan
Perlengakpan
Jumlah
Kapasitas atau
Output Pada
Saat ini
Merekdan
Tlpe
Tahun
Pembuatan
Kondisl
(%)
tokasi
Sekarang
Status
Kepemilikan/Dukungan
Sewa
No. Bukti
Kepemllikan/No.Rangka/No
.Mesln/No. Perlanllan Sewa
1 2 3 4 5 6 7 B 9 10
1
-
2
3
Gerobak Areo
Tangki 1000 liteI'
Genset
SUnit
2 Unit
2 LJnit
5200 liteI'
6000 Watt
Areo
AW
River
2011
2006
2009
100
100
100
Samarinda
Samari nda
Sa marinda
Milik
Milik
Milik
TerJampir
Terlampir
Terlampir
Teriampir
Teriampir
1
l-
S
Dumptruck
Gunting 8esi
1 Un it
1 Unit
6Ton
-
Mitshubi shi 2011
2011
100
100
Samarinda
Samarinda
Milik
Milik
6 Molen 3 Unit SO Kg Hercules 2011 100 Samari nda Milik
Terlampir
7 Waterpass 11!uah - Topeon 2011 100 Samarinda Milik
TerJampir
8 Pencetak Hatako 1 Unit - 2006 100 Samarinda Milik Terlampir
9 Mesin Las 111nit - Silenced 2009 100 Samarinda Milik Terlampir
Samarinda, 13 Fehruari 2012
PT. CADIKA UTAMA
I. lata Pengalaman Perusahaan
Pembert Tugas/Pe)abat Pelaksana
Sub Bidang
Teknis Keglatan
No Nama Paket Pekerjaan Lokasi
Pekerjaan
Nama Alamat Dan Telepon
1 2
"
5
,
1
2 - -
]
-
Kontrak
Nomor dan Tanggal Nllal (Rp)
7 B
1
Tanggal Selesal Menurut
BASerah
Kontrak
Terlma (PHO)
,
10
-
'I
I
,
Samal'inda, 13 Februari 2012
PT. CADIKA IJTAMA
J. Data Pekerjaan YanK SedanK Di laksanakan
Pemberl Tuga<i/Pejabat Pelaksana
Sub Oldang
Teknls Kegiatan
No Nama Paket Pekerjaan Lokasl
Pekerjaan
AlamatDan
Nama
Telepon
1
,
3
5 6
N
- 11-' H
-
Kontrak Progress Terakhir
Nomordan Kontrak
Tanggal
NlialIRp)
(Rencana)
7 a 9
~ I I L
Rencana
Tanggal
Presentasi
Kontrak
Kerla%
Oerakhlr
10 11
-
Samarlnda.13 Februari 2012
PT. CADIKA UTAMA
Oirektur
K Modal Kerja
Surat Dukungan Keungan dari Bank
Nomor 052/DK/BPD-MALL/II/2012
Tanggal 08 Februari 2012
Nama Bank Bank Kaltim
Nilai Rp 385.475.000,00
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab./ika
dikemudian hari ditemui bahwa data / dokumen yang saya sampaikan tidak benar dan / atau ada
pemalsuan , maka saya dan badan usaha saya wakili bersedia dikenakan sanksi berupa sanksi
adiminitratif, sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam, gugatan secara perdata, dan/ atau pelaporan
secara pidana terhadap pihak herwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan.
Samarinda, 13 Februari 2012
PT. CADIKA UTAMA
Direktur
bankaltim
Nomor
Perihal
Kcpada:
:
: Sural Dukungan Dana
Panitia Pembangunan Jembatan/ Turap/ Drainase 2
Dinas Pckcrjaan Vmum Kalimantan Timur
Di -
Samarinda
Samarinda, 08 Pchruari 2012
Schubungan dengan pde1angan proyek yang akan dilaksanakan oleh Saudara, dengan in;
diberitahukan bahwa bmi I3.ANK llPD KALll ... lANT AN TIMUR pada dasarnya dapat memberikan
dukungan dana kepada :
1. Nama Perusahaan
2. Nomor Rekening
3. Alamat
4. Kcpcrluan
S. iiai Dukungan
6. Pcngurus/ Pcnanggung jawab
: PT.CADlKA UTAMA
: 1081502508
JI. Ir.lljuflnd.'l Rt.37/52 Bukir Indah Rontang
Pcrnbangunan Jembatan LIDgkar Pulu Nunukan
Rp. 385.475.000,- ( Tiga r.I.tUS dclapan puluh cmpar juta crupat
mtus tujuh puluh lima ribu rupiah )
MURSALIM DATJING
(Direktur)
Dukungan pcmbiayaan Bank dapar diberikan sepanjang memcnuhi kelenruan dan t'eknis Perbankan yang
ada dan berlaku eli Bank BPD Kalcim (Bankable) secta Sural dukungan dana ini tidak bersifat mengikat Bank
BPD Kaltim (Nllcommifltd) .
Surat kcternngan dukungan Bank ini diberikan sesuai surat pcnnohonan dari PT.CADIKA Uf AMA No.
OOI / CU-BTG/ BPD/ Sf>,.ID/ n / 2012 ranggal 07 Pebmari 2012 untuk keperluan tersebut di alaS.
BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR
CABANG PEMBANfU MALL LEMBUSWANA SAMARINDA
.
NURSANfI YACOB
Bank Kebanggaan Kaltim
BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN TlMUR
Kantor Capem Lembuswona Samarlnda :
Pgs.Pemimpin
Komplek Malilembuswana Blok F No. 1 JI. Ruhui Rahayu Samorinda
Telp. (0541) 749275 - 749273
PT. CADIKA UTAMA
NERACA
31 Desember 2008
AKTIVA PASIVA
NO KETERANGAN NO PER 3122008
I
II
AKTIVA LANCAR
K<ls dan Sctara Kas
Piurang Usaha
Pekcrjaan D.:llam Proses
Perscdiaan Material
Jumlah Aktiv<l Lancilr
AKTIVA TETAP
Nilai Pcrolehan Aktiva Tetap
Aku. Pcny. Akti va Tetap
Nital Buku Akri va Tetap
01
02
03
Rp 435.882.500
Rp 234.000.000
Rp
.
RI'
Rp 669.882.500
Rp 13.419.490.000
RI' 3.689.659.000
Rp 17.109.149.000
III AKTIVA LAINLAIN
,UMLAH AK-.!IVA Rp 17.779.031.500
NO
III
IV
KETERANGAN
HUTANG LANCAR
f-!utang Usaha
Oiaya YMH . Dibayar
Hutang Lain -lain
Jumlah Hut;mg Lancon
EKUlTAS
Modal Dltempatkiln&Oisctor
L.b. (Rugi) Oltah.n
L.ba (Rugl) Tahun Ber/alan
Jumlah Ekuitas
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
,UMLAH
115.400.000
56.350.000
35.700.000
10.710.372.500
6.575.626.950
285.582.050
Rp
RI'
TOTAL
207.450.000
i
17.571.581 .500
,UMLAH KEWA,IBAN & EKUlTAS Rp 17.779.031.500
Sam<lrinda, 13 Fcbruari 2012
PT. CAOIKA UTAMA
Dirckrur Urama