You are on page 1of 7

Peranan Ilmu-Ilmu Sosial dan Pembangunan

Oleh : Prof. Dr. A.A. Loedin PENDAHULUAN Makalah ini ditulis khusus untuk seminar Peran ilmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan1. Isi makalah dimaksud sebagai masukan untuk pembahasan yang akan dilakukan dalam seminar dan oleh karena itu dengan sengaja masalahmasalah tidak dibahas secara tuntas. Makalah ini sebaiknya dibaca bersama buku kecil Pendekatan baru dalam Penelitian Kesehatan2. MASUKAN UNTUK SEMINAR Dua dasawarsa sesudah perang dunia kedua dikenal sebagai masa emas Ilmu Pengetahuan & Tehnologi. Semua ilmu, yang keras maupun yang lunak, mengalami perkembangan yang luar biasa pesatnya. Hal ini adalah akibat dari pengakuan kegunaan Ilmu Pengetahuan & Teknologi, karena hasil ilmu pengetahuan dan tehnologi dapat langsung dinikmati oleh masyarakat luas. Dana dapat dikerahkan dalam jumlah besar dari pemerintah maupun pihak swasta dan lebih banyak tenaga muda berbakat mencari masa depannya selaku peneliti. Dalam dasawarsa ketujuh abad ini timbul keragu-raguan karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu dibanggakan ternyata tak mampu memecahkan masalah besar di dunia ini dan lebih lagi menyebabkan masalah-masalah baru akibat penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini. Kekecewaan dan rasa cemas yang timbul mendorong ke suatu reorientasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi dan pembangunan. Pembangunan yang lebih banyak berorientasi pada pembangunan ekonomi diubah dengan mengambil manusia / masyarakat sebagai sasaran dan kesejahteraan sebagai tujuannya. Di Indonesia pembangunan mengambil sasaran manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya dengan tujuan nasional sebagai tertera dalam pembukaan UUD 45. Pembangunan Indonesia dibagi dalam banyak sector, yang bersama berupa satu kesatuan. Pembangunan sektor kesehatan ialah bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan demikian pembangunan kesehatan juga bertujuan pada kesejahteraan dan tidak lagi
1

Diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan di Jakarta tgl 1-4 Februari 1982. 2 Oleh Prof. Dr. A.A.Loedin, diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes 1981

berorientasi pada penyakit saja, tetapi mencakup semua aspek kehidupan manusia. Pembangunan kesehatan ikut dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia dengan cara meningkatkan derajat kesehatan. Derajat kesehatan adalah suatu hasil yang keluar dari permainan 3 faktor yaitu manusia/masyarakat, perilaku/lifestyle, dan lingkungan. Tiga faktor ini berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga membentuk suatu ketergantungan. Di Negara maju, manusia sudah memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang cukup tinggi, lingkunganya bersih dan sudah menunjang hidup sehat. Hidup sehat sudah menjadi cara hidup yang membudaya. Oleh karena itu derajat kesehatan masyarakat di Negara maju sudah tinggi sekali. Berlainan keadaannya di Negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Masyarakat masih sederhana tingkat kecerdasannya, cukup banyak yang masih buta aksara. Kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan masih terbatas pula. Lingkungan masih belum menunjang, belum terdapat pengelolaan air dan kotoran secara baik. Cara hidup pun belum mendorong ke tingkat kesehatan yang lebih tinggi. Untuk meningkatkan derajat kesehatan, pembangunan kesehatan mengadakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan di Negara maju sudah tak dapat berbuat banyak untuk lingkungan, cara hidup dan masyarakatnya. Manusia itu sudah mampu mengurus kesehatannya sendiri, namun demikian manusia tersebut masih perlu bantuan dalam keadaan dimana diperlukan keterampilan khusus. Keterampilan khusus ini terdapat dalam upaya medis yang condong ke spesialisasi. Berlainan halnya dengan Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Upaya kesehatan harus masih mempengaruhi ketiga factor dan hubungan antaranya. Perlu diperhitungkan keadaan sosiobudayanya, segi yang baik didayagunakan dan yang kurang menguntungkan diubah atau dihindari. Dari gambaran di atas jelas bahwa upaya kesehatan ialah suatu usaha multisektoral yang membutuhkan bermacam-macam masukan. Salah satu masukan ialah Ilmu Pengetahuan & Teknologi yang bersifat penelitian dan pengembangan. Masukan ini dipakai dalam penentuan masalah, tindakan pemecahannya serta cara pengelolaan upaya. Jelas sekali bahwa ilmu social memegang peran yang besar, karena pembangunan kesehatan mencakup upaya kesehatan yang membantu manusia / masyarakat memperoleh kesejahteraan dengan peningkatan derajat kesehatan.

Dalam dunia ilmiah ini telah disadari dan usaha yang telah diadakan tercermin dalam bidang-bidang ilmu baru, yang berupa semacam jembatan antara dua atau beberapa ilmu. Contohnya, antara lain, ialah medical sociology, medical anthropology, clinical psychology, health economics, social psychiatry dan social pediatrics. Penelitian sendiri atau bersama pun sudah dilakukan. Melihat keadaan yang sudah sedemikian lengkap timbul pertanyaan, kenapa ilmu social belum dapat memberi dampak yang berarti pada upaya kesehatan? Masalah ini yang perlu dibicarakan dalam seminar ini. Sesudah pembahasan keadaan dan masalah perlu disusun suatu rencana kerja yang realistis, sehingga peran ilmu social dapat ditingkatkan dan hasilnya digunakan dalam pembangunan kesehatan. Kendalanya terdapat di tiga bidang, yaitu : 1. ilmu kesehatan dan ilmuwannya 2. ilmu social dan ilmuwannya 3. hubungan antara 1 dan 2 Pembahasan akan dilakukan untuk setiap tiga bidang tersebut di atas. Tentu saja pembahasan ini dilakukan dengan pandangan dari sudut ilmu kesehatan. Mungkin kalau dipandang dari sudut ilmu social akan berlainan. I. Ilmu Kesehatan dan Ilmuwannya Sejarah ilmu kesehatan dapat dibagi dalam tiga tahap: A. Tahap Mistik Religius B. Tahap Kedokteran C. Tahap Kesehatan A. Tahap Mistik Religius Sejak manusia hidup di dunia ini terdapat orang sakit dan terdapat pula orang yang ingin membantu sesame manusia yang menderita itu. Usaha kesehatan ialah setua manusia berada di dunia ini. Karena pada masa itu pengetahuan manusia masih terbatas maka untuk penyakit yang begitu mencemaskan dicari penyebabnya dari dunia luar. Pengobatan terdiri dari bermacam cara untuk mengambil hati dunia luar tsb. Setelah pengertian setan terdapat di pelajaran agama maka dianggap sebagian dari penyakit disebabkan oleh karena kemasukan setan dan gereja menyediakan caracara untuk mengusir setan dari tubuh penderita tersebut.

Penambahan pengetahuan berpindah ke tahap B.

manusia

menyiapkan

B. Tahap Kedokteran Pada tahun 1850 ditemukan untuk pertama kalinya penyebab penyakit. Dengan penemuan bacil tubercolosa oleh Robert Koch untuk pertama kalinya manusia sadar bahwa penyebab bukan dari dunia luar, tetapi dari sesuatu yang ada di dunia ini secara nyata dan kemudian masuk tubuh manusia. Ilmu kedokteran ini mulai dengan titik berat perhatian di laboratorium. Seluruh kemampuan berpikir dan keterampilan dikerahkan dan mikrobiologi berkembang dengan pesat. Dalam perkembangan ini mulai dilupakan bahwa tujuan sebenarnya adalah membantu sesame manusia yang sakit. Pada peralihan abad terakhir ini ilmu kedokteran kembali ke manusia yang sakit. Perhatian terpaku pada penderita yang sakit dan fase ini menjadi zaman emas spesialis klinik. Tak lama kemudian disadari bahwa manusia berasal dari suatu masyarakat dengan lingkungan tertentu, dimana dia dijangkiti oleh penyakitnya dan dia akan kembali sesudah sembuh. Tentu saja kemungkinan ia akan jatuh sakit lagi cukup besar. Atas kenyataan ini, dan juga dengan timbul kemampuan untuk memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu, perhatian berpindah dari rumah sakit ke masyarakat. Namun demikian, perlu ditekankan bahwa pendekatan masih tetap pada penyakit dan masih banyak bertujuan pada orang sakit. Pada tahun 1960 timbul aliran baru yaitu: Community medicine, yang berpandangan lebih luas ke masyarakat tetapi masih sedikit banyak terikat pada penyakit. Sengaja digunakan perkataan sedikit banyak karena tahap B ini secara berangsur-angsur masuk ke tahap C. C. Tahap Kesehatan Dengan konsep baru pembangunan yang membicarakan manusia/masyarakat dan kesejahteraan, maka kesehatan menjadi lebih luas lagi dengan batas-batas yang makin kurang jelas. Kesehatan menjadi bagian dari proses pembangunan seluruhnya dan tidak sesuatu yang terpisah lagi. Tujuan kesehatan tidak hanya bebas dari penyakit, cacat dan pernderitaan, tetapi harus memberi manusia

kesempatan untuk menikmati hidup yang ekonomis dan social produktif. Peranan ilmu social tidak hanya penting tetapi menentukan dan seringkali tampak bahwa masukan ilmu social lebih besar dari masukan ilmu kedokteran. Bagaimana keadaan di Indonesia?? Untuk ini kita harus melihat khusus ke dalam fakultasfakultas kedokteran karena disinilah ilmu dikembangkan. Di fakultas-fakultas kedokteran di Indonesia terdapat keadaan yang dapat merupakan suatu kendala, yaitu: 1. Konsep-konsep baru dalam pembangunan kesehatan belum diketahui secara luas dan sering masih kurang dipahami, 2. Pengembangan fakultas dalam beberapa segi lebih mementingkan mutu internasional dari pada kebutuhan pembangunan nasional. 3. Fakultas masih tetap mempertahankan zaman emas spesialis klinik, tak terjadi perubahan yang mendasar hanya beberapa kompromi saja. 4. Pandangan ilmu kedokteran seperti tertulis di no. 3, menyebabkan bahwa pendekatan ialah dominant monodisipliner. 5. Bagian kesehatan masyaraat tak mampu mengubah suasana di fakultas kedokteran sendiri karena masih berorientasi pada penyakit. Fakultas kedokteran masyarakat, selaku S2 dengan tugas membimbing pendidikan S1, kurang mempunyai hubungan dengan bagian kesehatan masyarakat. Perubahan memang pada umumnya berjalan lambat tetapi mungkin masuknya ilmu social secara wajar dapat memfasilitasi perubahan di fakultas kedokteran. II. Ilmu Sosial dan Ilmuwannya Di sini perlu diulangi bahwa yang diajukan pandangan dari sudut kesehatan dan mungkin tidak benar sepenuhnya. Seminar ini justru diadakan untuk menghilangkan perbedaan pandangan semacam ini. Penelitian dan pengembangan itu baru dapat disebut berhasil jika hasil penelitian dapat memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan. Dalam penelitian ilmu social terasa

beberapa kekurangan yang perlu dibahas kebenarannya dan jika benar perlu dipikirkan perbaikannya. Kekurangan yang ada ialah: 1. Belum semua ilmuwan social mengerti konsep-konsep baru yang dipakai dalam pembangunan kesehatan. 2. Penentuan masalah dan pemecahannya masih dilakukan tanpa pembicaraan yang mendalam dengan yang akan mengambil keputusan dalam upaya kesehatan. 3. Keputusan yang perlu diambil meminta masukan segera tetapi penelitian pada umumnya memakan waktu lama 4. untuk no. 3 perlu ditinjau kembali metodologi yang digunakan. Validitas perlu diperhatikan karena masih banyak digunakan questionnaire 5. Penelitian sering bersifat dsekripyif dan tdak dapat digunakan untuk pemilihan alternative secara prognostis. III. Hubungan Antara Ilmu Kesehatan dengan Ilmu Sosial Pertemuan antara pihak kesehatan dan social masih jarang sekali. Akibatnya ialah bahwa dalam penelitian yang dilakukan pihak kesehatan bertindak selaku client dan pihak social sebagai provider. Karena pertemuan jarang maka hubungan pronider-client ini tidak sehat dan timbul ketidakpuasan dari kedua belah pihak. Yang lebih mendasar ialah bahwa hubungan client-provider ini sudah salah. Client nya sebenarnya ialah upaya kesehatan dan ilmu kesehatan dan ilmu social bersama berupa providernya. Untuk itu perlu dikembangkan pendekatan interdisipliner dan hubungan erat dengan pelaksana upaya kesehatan. Sedapat mungkin para pelaksana harus ikut dalam penelitian supaya hasil langsung dipahami dan digunakan. PENUTUP Secara singkat diutarakan konsep pembagunan kesehatan dan peran yang perlu dimainkan ilmu-ilmu social. Beberapa masalah yang menghambat ilmu-ilmu social mendapat atau mengembangkan perannya diajukan. Karena makalah ini dimaksud sebagai masukan untuk pembahasan seminar, masalah-masalah tidak dibahas secara tuntas dan makalah ini ditulis secara singkat. Mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dalam seminar yang penting ini.

You might also like