You are on page 1of 38

BAB V SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Sejalan dengan Teori-teori perdagangan klasik (Adam Smith, David Ricardo dan HeckscherOhlin)

bahwa dalam dunia tanpa hambatan perdagangan, pola perdagangannya akan ditentukan oleh produktivitas relatif dan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Implikasinya negara akan menspesialisasikan dalam memproduksi suatu produk yang mereka dapat produksi secara paling efisin, sementara mereka akan melakukan impor untuk barang yang jika mereka produksi sendiri produksi tersebut dilakukan secara kurang efisien (Hill. 2000) Perdagangan bebas merujuk pada suatu situasi dimana sebuah pemerintah tidak berupaya untuk membatasi apa yang dapat dibeli atau mereka jual oleh warganya dari dan ke negara lain. Smith, Ricardo Ohlin memprediksikan bahwa konsekuensi dan perdagangan bebas adalah peningkatan ekonomi yang statis (karena perdagangan bebas mendukung tingkat konsumsi domestik yang lebih tinggi dan penggunaan sumbersumber secara lebih efisien) dan peningkatan ekonomi yang dinamis (karena perdagangan bebas merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kemakmuran). Realitas politik perdagangan internasional menunjukkan bahwa banyak negara yang tampaknya komitmen terhadap perdagangan bebas, tetapi pada praktiknya mereka sedapat mungkin memproteksi pasar dalam negeri mereka dari persaingan sejatan dengan itu secara simultan pula

mencoba untuk memperoleh keuntungan dari pasar lain atas barang barang yang diekspornya. Pada suatu kasus digambarkan bagaimana ketidakseimbangan perdagangan antara Amerika Senikat dan jepang telah menimbulkan pertentangan perdagangan dalam waktu yang lama antara kedua negara. Dalam pertentangan ini, pihak Amerika Serikat mengklaim bahwa pemerintah Jepang membatasi akses luar negeri ke pasar Jepang, sementara jepang memanfaatkan hambatan perdagangan yang rendah di Amerika. Pihak pemerintah Jepang membantah hal ini. Sebaliknya pemerintah Jepang mengklaim bahwa pihak Amerika mengajukan demand yang tidak rasional yang tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah yang berada pada suatu sistem pasar yang bebas. Jadi, kedua belah pihak secara implisit saling menuduh bahwa mereka mengadopsi praktik neo inerkantilisme. Kedua belah pihak barangkali memiliki atasannya sendiri. Dalam perdagangan bebas muncul pula masalah politik dan ekonomi ketika pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam

perdagangan internasional. Ketika pemerintah melakukan intervensi (membatasi Impor barang dan jasa) mereka juga mengadopsi politik untuk mempromosikan ekspor. Secara normal motif mereka dalarn vensi adalah untuk melindungi produsen dan pekerjaan domestik dari kompetisi luar negeri sementara mereka ingin meningkatkan produk mereka untuk dapat masuk dan bersaing di pasar luar negeri. Kita mulai dengan menjelaskan

instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk mengintervensi luar negeri. Hal ini diikuti dengan kajian yang terinci tentang beberapa motif politik dan ekonomi yang melatarbelakangi intervensi pemerintah. Dalam praktik perdagangan bebas dapat dipandang dari

pembenaran yang diberikan oleh pemerintah sehubungan intervensi yang dilakukannya. Dalam praktik perdagangan global modern, lahir lembaga internasional yang mengatur pola perdagangan global tersebut, yaitu General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan organisasi penggantinya World Trade Organization (WTO). GATT berdiri tanggal 31 Oktober 1947, dengan tujuan menekan hambatan perdagangan diantara 23 negara anggotanya. Setelah 8 putaran negosiasi antara 1947 - 1994, masing-masing telah berhasil menekan hambatan perdagangan lintas batas secara progresif, GATT digantikan oleh WTO pada tanggal 1 Januari 1995. Dengan lebih dari 126 anggota dan kekuatan untuk mempengaruhi aturan perdagangan global, WTO telah tumbuh sebagai pemain utama dalam berlangsungnya transformasi dalam ekonomi global. Secara umum perdagangan global pada dasarnya membentuk suatu sistem yang cukup kompleks, dimna di dalamnya ada berbagai kepentingan, yaitu keentihgan suatu negara untuk bertahan sehingga instrumen pedagangan diberlakukan, tuntutan dari luar negeri, perubahan ekonomi dunia dan berbagai kepentingan regional, lokal dan global yang saling tarik menarik. 5.1 Instrumen-lnstrumen Kebijakan Perdagangan

Setidaknya

terdapat

instrumen

utama

dalam

kebijakan

perdagangan yaitu tarif, subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export Restrain/VER), syarat kandungan lokal, dan kebijakan administratif. Tarif merupakan instrumen kebijakan perdagangan tertua dan paling sederhana. Jatuhnya hambatan tariff sejak tahun 1960-an telah diikuti dengan tumbuhnya hambatan non tariff seperti subsidi, kuota dan pembatasan ekspor sukarela. Selain itu dalam hambatan non tarif terdapat pula embargo dan dumping (Rugman & Hodget, 1995:165) yang akan turut dibahas dalam uraian berikut. 5.1.1 Tarif Tarif adalah pengerjaan pajak atas barang yang diimpor. Tarif merupakan bentuk paling awal dan kebijakan perdagangan dan terdiri dari dua kategori (Hill, 2000): (1) Specific tariffs (tariff khuus) adalah tarif yang dikenakan sebagai beban tetp untuk setiap unit baran yang diimpor (contoh: $3 per barrel minyak), (2) Ad valorem tariff adalah tarif yang dikenakan sebagi suatu proporsi nilai barang yang diimpor. Sebagai contoh, adalah tariff sebesar 25% yang dikenakan oleh pemerintah Amerika atas impor light truck (pick up trucks, esin 4 tax, minivans) pada akhir tahun 1980-an. Sedangkan Griffin dan Pustay (1995) menggolongkan tarif menjadi 3 yaitu:

(1) Specific tariffs (tariff khusus) adalah tarif yang dikenakan sebagai beban tetap untuk setiap unit barang yang diimpor (contoh: $3 per barrel minyak), (2,) Ad valorem tarif adalah tarif yang dikenakan sebagi suatu proporsi nilai barang yang diimpor. (3) Compound tariff sebagai cam puran dan kedua jenis tarif di atas. Dampak dari tarif adalah meningkatkan biaya produk barang yang diitnpor secara relatif terhadap produk domestik. Jadi, 25% tarif yang dikenakan tersebut meningkatkan harga light truck Eropa dan Jepang yang diimpor ke Amerika Serikat secara relatif terhadap lights truck buatan Amerika. Dampak dari tarif ini memproteksi pangsa pasar industri otomotif Amerika. Pengenaan tarif pada dasarnya bertujuan untuk melindungi produsen dan karyawan domestik dan kompetisi luar negeri, selain juga untuk memberikan keuntungan kepada pemerintah. Sebagai contoh, sebelum diberlakukannya pajak pendapatan, sebagian besar keuntungan yang diperoleh oleh pemerintah Amerika Serikat adalah berasal dari tarif. Hal penting yang harus dipahami tentang tarif adalah siapa yang menerima keuntungan dan siapa yang menderita kerugian. Pemerintah memperoleh keuntungan karena tarif meningkatan pendapatan

pemerintah. Produsen domestik juga memperoleh keuntungan, karena tarif melindungi mereka dari pesaing luar negeri dengan meningkatnya biaya impor atas barang-barang luar negeri yang diimpor. Para konsumen dirugikan karena mereka harus membayar Iebih banyak atas barang

barang yang diimpor. Kentungan yang dinikmati pemerintah dan produsen serta kerugian yang dilami konsumen akan tergantung pada beberapa aktor seperti jumlah tarif, pentingnya barang yang diimpor ke konsumen domestik, jumlah pekerjaan yang dihemat dalam industri yang diproteksi dan sebagainya. Di Indonesia masalah pengenaan tarif atas beras impor juga menjadi polemik di DPR. Ketika tahun 1999 pemerintah memutuskan untuk akan mengenakan tarif bea masuk beras impor riol persen, maka saat itu Komisi III DPR menegaskan bahwa tarif nol persen tersebut mengancam petani, terutama pada saat panen raya. Bagaimanapun tarif tersebut merupakan katup pengaman bagi para petani (Merdeka 5 Maret 1 999 dan Republika 17 Maret 1 999). Dengan demikian terjadi tarik menarik dua kepentingan produsen untuk dilindungi produknya dan kepentingan konsumen untuk dapat memperoleh barang dengan harga murah. Fenomena dari pengenaan tarif ini dapat dianalisis lebih jauh. Pertama, tarif bersifat ambiguitas yaitu pro produsen dan anti konsumen. Sementara mereka melindungi diri dari kompetitor luar negeri, pembatasan atas suplai ini akan meningkatkan harga di dalam negeri. Jadi, sebagaimana ditunjukkan pada studi ekonom Jepang yang baru baru ini dilakukan, menghitung bahwa pada pembatasan impor makanan, kosmetik dan kimia ke Jepang yang terjadi sejak tahun 1989 biaya kemahalan yang dikeluarkan oleh konsumen Jepang adalah sekitar $ 890

per tahun. Hampir seluruh studi telah membuktikan bahwa tarif impor meningkatkan biaya konsumen domestik secara signifikan. Hal kedua yang perlu ditekankan adalah bahwa tarif mengurangi efisiensi ekonomi dunia. Tarif mengurangi efisiensi karena tarif yang protektif rnemaks perusahaan domestik untuk memproduksi produk di dalam negeri yang secara teori dapat diproduksi secara lebih efisien di luar negeri. Sebagai contoh tarif yang dikenakan atas beras impor ke Korea Selatan telah menyebabkan lahan petani di Korea Selatan telah dipergunakan secara tidak produktif. Akan lebih masuk akal bagi Korea Selatan untuk membeli beras dari produsen luar negeri yang biayanya lebih rendah dan untuk menggunakan lahan yang sekarang digunakan untuk bertanam padi untuk keperluan lain, seperti tanaman yang tidak dapat diproduksi secara lebih efisien di tempat lain (misalnya gingseng) atau untuk keperluan industri. 5.1.2 Subsidi Subsidi adalah pembayaran yang dilakukan pemerintah kepada produsen domestik. Subsidi ada beberapa bentuk, termasuk cash grant (bantuan tunai), pinjaman bunga rendah, pengurangan pajak, dan keikutsertaan pemerintah dalam perusahaan-perusahaan domestik. Akibat biaya yang rendah, subsidi ini membantu produsen domestik dengan dua cara (Hill, 2000): (1) Membantu mereka untuk berkompetisi dengan produk impor luar negri (dari sisi biaya) dan

(2) Membantu mereka untuk memperoleh keuntungan dari pasar ekspor Pada kebanyakan negaranegara industri jumlah subsidi yang diberikan selama akhir tahun 1980-an berkisar antara 2 - 3,5 % dan nilai output industri (tidak termasuk subsidi untuk pertanian dan jasa publik). Rata-rata subsidi di Amerika Serikat adalah 0,5% di Jepang 1 %, dan di Eropa berkisar di bawah 2 % (lnggris dan Jerman Barat) dan 6 - 7 % di Swedia dan Irlandia. Bagaimanapun gambaran tersebut tidak memperhitungkan subsidi bentuk lain (partisipasi atau kredit dengan bunga lunak). Studi yang lebih rinci tentang subsidi di Uni Eropa dilakukan oleh Komisi Eropa. Studi ini menemukan bahwa subsidi kepada perusahaan manufaktur di tahun 1990 berkisar yang paling rendah di Inggris yaitu kurang dari 2% dan total nilai tambah dan tertinggi di Yunani yaitu mencapai 14,6%. Diantara 4 negara terbesar Eropa, Italia adalah yang tertinggi memberikan subsidi yaitu 3 kali lebih besar dari lnggris, dua kali lebih besar dari Jerman dan 1,5 kali Iebih besar dari Perancis. Manfaat utama subsidi dirasakan oleh produsen domestik, karena nilai kompetitif internasionalnya menjadi meningkat. Dukungan

kebijaksanaan perdagangan strategik membantu penggunaan subsidi untuk menolong perusahaan domestik mencapai posisi dominan di industrinya, dimana skala ekonomi merupakan hal penting dan pasar dunia tidak cukup besar untuk memberikan dukungan. Berdasarkan pendapat ini, subsidi dapat menolong perusahaan untuk mencapai

langkah awal dalam meraih keunggulan dalam perkembangan dunia Industri. Jika ini dapat dicapai, keuntungan lebih jauh akan dirasakan oleh ekonomi domestik sebagai akibat dan terserapnya tenaga kerja dan pemasukan pajak. Di sisi lain, subsidi juga harus dibayar. Subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah adalah diperoleh dari pajak individu. Itulah sebabnya, apakah subsidi menghasilkan manfaat nasional atau subsidi

menyebabkan biaya nasional yang tinggi adalah masih diperdebatkan. Lebih jauh, dalam praktiknya banyak subsidi yang tidak berhasil meningkatkan keunggulan kompetitif dari para produsen produsen dosmetik. Bahkan subsidi tersebut cenderung menimbulkan inefisiensi daripada menciptakan efisiensi. Di Indonesia fenomena penghapusan subsidi seiring diikuti dengan protes dan penolakan dari masyarakat karena masyarakat cenderung belum siap untuk menerima akibatnya, yaitu tingginya harga barang yang tidak disubsidi lagi. Seperti halnya pada penghapusan subsidi pupuk pada 1 Desember 1998 yang ditentang keras oleh petani (Pikiran rakyat, 14 Desember 1998). Menurut pakar ekonomi penghapusan subsidi mungkin saja diberlakukan (1) Kredit Usaha Tani dikucurkan dengan segera, (2) Pupuk harus benar-benar tersedia di pasaran, (3) Tata niaga disederhanakan dan

(4) Penghapusan ketentuan harga dasar. Demikian pula yang dialami dalam kasus pencabutan subsidi BBM. Subsidi pemerintah yang mencapai Rp 22,4 triliun resmi dicabut untuk dialihkan ke sektor lain (1 April 2000) dan dampaknya adalah pada naiknya harga BM 1 2 % serta harga komoditas di dalam negeri juga praktis turut naik. Dengan demikian pemberian subsidi atau pencabutannya

memberikan dampak lokal dan juga dampak global. Karena jika subsidi dicabut, maka harga akan naik dari produk jelas menjadi sulit bersaing. 5.l.3 Kuota Impor dan Pembatasan Ekspor Sukarela Suatu kuota impor adalah pembatasan langsung atas kuantitas barang yang dapat diimpor ke suatu negara. Pembatasan impor ini biasanya diperkuat dengan lisensi impor pada kelompok individual atau perusahaan. Jika kuota ditetapkan not maka disebut embargo (Rugman & Hodgett, 1 995). Sebagai contoh, Amerika Serikat memberlakukan kuota impor atas keju, Perusahaan yang boleh mengimpor keju hanya beberapa

perusahaan dagang tertentu saja, masing-masing perusahaan tersebut hanya diperkenankan mengimpor keju ke Amerika setiap tahunnya sampai jumlah tertentu. Pada beberapa kasus hak untuk menjual diberikan langsung kepada pemerintah dari negara pengekspor. Kasus ini terjadi pada impor gula dan tekstil di Amerika Serikat. Suatu altenatif kuota impor adalah Voluntary Export Restraint (VER). VER merupakan suatu kuota perdagangan yang ditetapkan negara

pengeksor, biasanya atas permintaan pemerintah dari negara tujuan ekspor. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah batasan ekspor mobil ke Amerika Serikat yang diberlakukan oleh produsen otomotif Jepang pada tahun 1981. Suatu respon atas tekanan dan pemerintah Amerika Serikat, VER ini membatasi impor mobil jepang yaitu tidak lebih dari 1,68 juta buah per tahun. Perjanjian ini direvisi pada tahun 1984 dan mengijinkan produsen untuk mengimpor hingga 1,85 buah per tahun. Pada tahun 5 perjanjian diakhiri, tetapi pemerintah jepang tetap membatasi mobil ke Amerika Serikat yaitu hanya 1,85 juta per tahun. Produsen luar negeri setuju pada VER karena mereka takut bahwa jika mereka tidak mematuhi, maka tarif dan pembatasan yang lebih buruk akan dialami. Sejalan dengan tarif dan subsidi, baik kuota impor maupun VER juga memberikan manfaat kepada pengusaha domestik yaitu dengan membatasi persaingan dengan barangbarang impor. Kuota ini tidak memberikan keuntungan kepada konsumen. Kuota impor atau VER selalu menyebabkan harga barangbarang impor di pasar domestik menjadi mahal. Pada kasus industri otomotif VER meningkatkan harga barangbarang Jepang yang diimpor ke Amerika. Akibatnya, sesuai dengan studi yang dilakukan oleh US Federal Trade Commision, VER atas industri otomotif membebani konsumen Amerika Serikat sekitar $ 1 miliar per tahun (antara tahun 19811 995). $ 1 miliar tersebut pergi ke produsen Jepang dalam bentuk harga yang lebih mahal.

GATT tahun 1994 dan aturari WTO yang baru berisi persyaratan bahwa ukuran yang tidak jelas seperti VER akan dihilangkan oleh negaranegara anggota dalam 4 tahun terhitung sejak 1 januari 1995 yaitu saat berdirinya WTO. Apakah ini akan benar-benar terjadi, tetapi sejak tahun 1994 memang tidak ada lagi VER yang baru. Dewasa ini Indonesia tengah menghadapi serbuan produk khususnya untuk produk elektronik, sepatu, tekstil dan otomotif. Lima mata dagangan Cina yang mengancam industri lokal dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Lima Mata Dagangan Cina yang Mengancam Industri Lokal Komoditas Tekstil Elektronik Kulit dan sepatu Makanan dan minuman Otomotif, baja dan mesin 1997 59,7 29,6 8,0 14,1 481,2 1998 47,8 9,8 4,9 128,7 218,1 1999 54,7 23,5 14,4 285 154,6 2000 17,6 13,2 4,2 26,8 70,4

Sumber: Deperindag (Kontan, 17 Juli 2000).

Salah satu cara yang tengah direncanakan Indonesia adalah menerapkan kuota atas barang impor dari Cina, tetapi perlu diingat bahwa Cina dapat saja melakukan hal yang sama terhadap Indonesia, padahal sampai tahun 1999 perdagangan Indonesia dengan Cina masih mencatat surplus US $ 652 juta. Dengan demikian kuota sampai saat ini masih

dipikirkan sebagai cara melindungi produsen lokal, walaupun bukan tidak mungkin tanpa risiko. Untuk akses ke luar negeri dewas ini Indonesia juga dihadapkan pada pembatasan kuota tekstil oleh Uni Eropa, karena isu impor tekstil ini selalu dikaitkan dengan masalah upah dan buruh anakanak. Lobi yang dilakukan melalui Prancis juga membuktikan bahwa telah terjadi diskriminasi karena Perancis misalnya memberikan kuota berlebih bahkan bebas kuota pada negaranegara bekas jajahannya seperti negaranegara di Afrika, Kepulauan Karibia dan Pasific (Bisnis Indonesia, 10 Februari 2000).

5.1.4 Persyaratan Kandungan Lokal Suatu persyaratan kandungan lokal (PkL) mensyaratkan bahwa beberapa bagian spesifik dan barang-barang adalah diproduksi di dalam negeri. Persyaratan tersebu dapat dinyatakan baik secara fisik (contoh 75% dan komponen produk harui diproduksi secara lokal) atau dalam istilah nilai (contoh: 75% dari nilai produk harus diproduksi secara lokal). PKL sudah secara luas digunakan oleh negaranegara berkembang untuk mengubah dasar manufaktur mereka dan produk rakitan sederhana yang dihasilkan dan tempat lain menjadi komponen yang dihasilkan oleh manufaktur tokal. Kondisi terbaru isu PKL dimunculkan oleh beberapa negara maju. Sebagai contoh di Amerika Serikat, yaitu menekankan bahwa 75% komponen yang digunakan dalam produksi mobil jepang yang

dibuat di Amerika (Toyota dan Honda) harus diproduksi di Amerika Serikat. Bagi produsen domestik yang menghasilkan bagian-bagian

komponen, PKL, memberikan proteksi seperti halnya pada kuota impor; yaitu dengan membatasi kompetisi luar negeri. Agregat efek ekonomi juga sama; yaitu perusahaan domestik memetik manfaat, sedangkan menjadi

pembatasan tersebut

menyebabkan harga barang

impor

meningkat. Sehingga sejalan dengan seluruh kebijakan perdagangan, PKL cenderung menguntungkan produsen lokal bukan konsumen. Tetapi masalah kandungan lokal produk ini dapat menjadi jalan ke luar di saat krisis, seperti yang dialami oleh Indonesia. Pada saat krisis moneter semakin memperburuk pasar permintaan kabel dalam negeri yang mengakibatkan produsen kabel hanya memanfaatkan sepertiga kapasitas produksi nasional, maka produsen kabel dapat memanfaatkan pasok tembaga bekas yang selanjutnya dilebur di dalam negeri. Hal tersebut merupakan siasat untuk mengatasi biaya produksi yang tinggi akibat impor bahan baku (Bisnis Indonesia, 27 Mei 1998). 5.1.5 Kebijakan Administratif Sebagai tambahan salah instrumeri informal kebijakan

perdagangan yang biasanya ditetapkan pemerintah adalah kebijakan administratif untuk membatasi atau meningkatkan ekspor. Kebijakan administratif perdagangan adalah aturan birokrasi yang dirancang untuk mempersulit barang-barang impor memasuki pasar dalam negeri. Jepang

adalah contoh negara yang paling sering memberlakukan kebijakan ini. Dewasa ini hambatan berupa tarif dan non tarif resmi yang diberlakukan oleh Jepang dinilai terendah diantara negaranegara di dunia, tetapi kebijakan administratifnya dapat menjadi penghambat yang efektif. Sebagai contoh adalah yang dialami oleh Federal Express (Fed Ex), yaitu Fed Ex tidak dapat mernenuhi target express akibat inspeksi di Jepang membongkar paket terlebih dahulu untuk mengecek

kemungkinan adanya pornografi. Selain Jepang, Perancis juga agak keras mengenakan kebijakan administrative, yaitu dengan mensyaratkan

seluruh videocassette recorder yang diimpor harus melalui suatu daerah yang terpencil dan hanya memiliki sedikit staf. 5.2 Kasus Intervensi Pemerintah Secara umum, terdapat dua jenis alasan tentng campur pemerintah ini, yaitu politik dan ekonomi. Alasan politik untuk melindungi kepentingan kelompok tertentu dalam negara (biasanya produsen) dan pengeluaran masyarakat (biasanya konsumen). Alasan Ekonomi adalah untuk mempercepat pencapaian kemakmuran negara (seluruh pihak, yaitu produsen dan konsumen). 5.2.1 Alasan Politik (a) Memproteksi Pekerjaan dan Industri Memproteksi Pekerjaan dan Industri, yaitu melindungi kerjaan dan industri yang ada di dalam negeri terhadap kompetisi dari luar. VER

menawarkan proteksi pada industri otomotif Amerika Serikat, mesin mesin, dan industri baja selama tahun 1980an. Demikian pula, kuota Jepang pada impor beras ditujukan untuk rnemproteksi pekerjaan dalam negeri khususnya di sektor pertanian. Uni Eropa memberlakukan Common Agricultural Policy (CAP) yang didesain untuk memproteksi pekerjaan para petani dengan membatasi impor dan menjamin harga. Walaupun pada akhirnya CAP membebani konsumen, tetapi semua ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi pekerjaan dan industri melalui intervensi. Intervensi ini kadang merugikan pula kepada pihak produsen. Sebagai contoh, akibat pembatasan impor mesin dan Taiwan dan jepang, industri Amerika harus membeli mesin dengan harga yang tinggi dan akibat peningkatan biaya ini maka secara umum kemampuan industri Amerika akan menurun di dalam kompetisi internasional. (b) Keamanan nasional Negara kadang berpendapat bahwa perlu untuk memproteksi industri karena industriindustri tersebut memang penting untuk

keamanan nasional. industri-industri yang berkaitan dengan aktivitas pertahanan keamanan biasanya mendapat perhatian penting (mis: aerospace, elektronik canggih, semikonduktor dli). industri semikonduktor Amerika sangat dijaga dan kompetisi luar negeri, karena semikonduktor ini merupakan komponen penting dalam produkproduk pertahanan dan keamanan sehingga adalah berbahaya jika menyandarkan kebutuhan semikonduktor ke luar negeri. Pada tahun 1986 argumeritasi ini membantu

meyakinkan pemerintah Federal untuk mendukung pemberian subsidi $ 100 juta tahun kepada Sematech, sebuah konsorsium 14 perusahaan semikonduktor Amerika. (c) Pembalasan Beberapa pendapat mengemukakan bahwa pemerintah sebaiknya menggunakan ancaman intervensi dalam kebijakan perdagangan sebagai alat perundingan untuk membuka menolong pasar luar negeri dan memaksa mitra dagang untuk bermain sesuai aturan. Amerika menggunakan ancaman untuk mengenakan sangsi kepada jepang, yaitu tarif penalty untuk membuka pasar telepon selular jepang. Cara yang sama dilakukan Amerika kepada Cina untuk menegakkan hukum kepemilikan (property law), karena Microsoft dirugikan $ 100 juta / tahun akibat pembajakan software Microsoft. Strategi ini sebenarnya. berisiko karena bagaimanapun negara yang sedang ditekan mungkin tidak menerima ancaman dan bahkan merespon dengan meningkatkan hambatan perdagangan di wilayahnya. Dalam kasus Cina, walaupun Cina menerima ancaman mereka merespon membalas dengan cara lain yang bahkan hambatan yang diciptakan lebih sulit. 5.2.2 Alasan Ekonomi (a) Argumentasi Industri Baru Argumen ini pertama kali diajukan oleh Alexander Hamilton 1 792, yaitu bahwa banyak negara berkembang memiliki potensi keunggulan bersaing dalam industri manufaktur, tetap. Industri manufaktur tersebut

tidak dapat dikomptisikan dengan industri yang sudah well establish yang ada di negaranegara maju, Untuk memungkinkan manufaktur tersebut mapan, maka pemerintah harus mendukung industri baru secara berkala (dengan tarif, kuota impor dan subsidi) hingga mereka cukup kuat untuk terlibat dalam kompetisi internasional. Argumentasi ini menarik untuk pemerintah-pemerintah di negara berkembang selama 50 tahun terakhir. Karena tekanan dan negara berkembang pula, argumentasi untuk melindungi industri baru juga disetujui oleh GATT sebagai alasan yang sah untuk nllakukan proteksionisme. Aturan WTO yang baru mengijinkan negara maju setidaknya menggunakan pembatasan impor secara kuantitaif dan memberikan subsidi ekspor Untuk keperluan mempromosikan industri yang baru. Para ahli ekonomi mengkritik argumentasi ini, karena: (1) Proteksi manufaktur dan komptisi luar negeri akan membuat industri tidak efisien. Sebagai contoh Brazil menjalankan industri otomotif dan selama 10 tahun memberlakukan tarif dan kuota untuk melindunginya, pada kenyataannya impor terus meningkat dan industri tersebut harus menghadapi kenyataan bahwa setelah 30 tahun diproteksi, industri Brazil adalah industri yang paling tidak efisien di dunia. (2) Argumen ini mendasarkan pada asumsi bahwa industri baru tidak dapat membuat investasi yang efisien dalam jangka panjang jika mereka meminjam uang dan domestik atau pasar modal iriternasional.

Konsekuensinya, pemerintah perlu mensubsidi investasi janigka panjang. Dewasa ini, jika sebuah negara berkembang memang memiliki industri manufaur yang berpotensi untuk memilik keunggulan bersaing, maka perusahaan di negara tersebut harus dapat meminjam uang dan pasar modal untuk membiayai investasi yang diperlukan. (b) Kebijakan Perdagangan Strategik Argumen ini diajukan oleh ahli teori perdagangan baru yang berpendapat bahwa dalam industri dimana skala ekonomi tempat industri tersebut berada menyebabkan pasar dunia hanya dapat mendukung beberapa perusahaan, maka negara dapat mendominasi dalam ekspor produkproduk tertentu karena mereka diharapkan memiliki keuntungan sebagai first mover. Dominasi Boeing di industri pesawat terbang ditandai oleh faktorfaktor tersebut. Sejalan dengan uraian di atas, terdapat dua komponen untuk argumen perdagangan strategik. (1) Argumentasi bahwa pemerintah dapat membantu meningkatkan pendapatan nasional jika mampu meyakinkan bahwa perusahaan dapat memperoleh kuntungan selaku first mover adalah perusahaan domestik dan pada perusahaan luar negeri. Jadi, berdasarkan argumental tersebut, pemerintah seharusnya menggunakan subsidi untuk mendukung perusahaan yang menjanjikan. Dukungan terhadap argumentasi ini adalah bantuan R & D yang diberikan Amerika Serikat kepada Boeing selama tahun 1950 dan 1960 menolong meningkatkan

Boeing untuk berkompetisi di dalam pasar pesawat penumpang bermesin jet. (2) Intervensi pemerintah di dalam suatu iridustri dimungkinkan jika untuk mengatasi hambatan yang diciptakan oleh pasar luar negeri yang sudah dikuasai first mover. Hal ini seperti yang dialami Airbus rbui dilam menghadapi Boeing. Airbus berdiri pada tahun 1956 sebagai perusahaan konsorsium 4 negara Inggris, Perancis, Jerman dan Spanyol. Ketika mulai berproduks) pada pertengahan tahun 1970 pangsa pasarnya kurang dari 5%. Tahun 1990 pangsa pasar Airbus sudah mencapai 30% dan mulai menjadi ancaman bagi Boeing. Bagaimana Airbus mencapai hal ini?Jawabannya adalah pada subsidi dari 4 pemerintah penghasil Airbus sebesar $ 13,5 miliar. Tanpa subsidi ini tidak mungkin Airbus akan menembus pasar dunia.

5.3 Pembangunan Sistem Perdagangan Global Sementara banyak pemerintah telah menyadari nilai argumentasi ekonomi, mereka tampak belum ingin menurunkan hambatan

perdagangan mereka karena ketakutan bahwa negara lain tidak akan melakukan hal yang sama. Bagaimana memecahkan masalah ini? Salah satu jawaban adalah kedua negara harus nenetapkan seperangkat aturan yang akan mengatur perdagangan lintas batas dan menurunkan tingkat hambatan perdagangan. Tetapi apa yang mengawasi pemerintah untuk

meyakinkan bahwa mereka tidak menghianati? Dan siapa yang berhak untuk memberikan sangsi atas penghianatan tersebut? Maka kedua negara tersebut dapat lembaga Independen yang memonitor

perdagangan diantara negara-negara, meyakinkan bahwa memang tidak ada penghianatan, dan mengenakan sangsi pada negara yang melanggar aturan. Sejak PD II sebuah kerangka kerja perdagangan internasional telah menjalankan hal di atas. 5 tahun pertama kerangka kerja ini dikenal sebagai General Agreement on Tariffs and Trade (GATT). Sejak tahun 1995 dikenal sebagai World Trade Organization. Selanjutnya kita tinjau sejarah perkembangannya. 5.3.1 Dari Smith ke Great Deppresion Perdagangan bebas sebagai kebijakan pemerintah diawali secara resmi oleh Inggris pada tahun 1846, ketika parlemen lnggris membatalkan Corn Laws. Corn Laws ini memberlakukan tarif yang tinggi atas impor jagung dan luar negeri dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dan melindungi produsen jagung lokal. Di Inggris terjadi semacam gerakan tahunan di parlemen untuk membantu perdagangan bebas sejak tahun 1820- an yaitu ketika David Ricardo menjadi anggota parlemen. Bagaimanapun, proteksi pertanian mengakibatkan debat yang berkepanjangan ketika pengaruh kegagalan panen di Inggris dibarengi dengan terjadinya ancaman kekurangan pangan di Irlandia.

80 tahun kemudian, Inggris sebagai salah satu kekuatan dagang dunia, mendorong terjadinya liberalisasi perdagangan. Akan tapi kebijakan perdagangan bebas unilateral tidak diikuti oleh mitra dagangnya. Inggris dapat memelihara kebijakan ini sangat lama, karena sebagai negara pengekspor terbesar ia Iebih banyak dirugikan dalam perang dagang daripada negara lain. Pada tahun 1930, lnggris berusaha untuk merangsang

perdagangan bebas dengan mengubur Great Deppresion (GD). GD rakar dan kegagalan ekonomi dunia untuk mencapai perbaikan onomi setelah PD I berakhir tahun 1918. Segala sesuatu menjadi buruk pada tahun 1929 dengan hancurnya bursa efek Amerika Serikat. Masalah ekonomi mulai diperbaiki tahun 1930 ketika kongres Amerika Serikat mengeluarkan UndangUndang Smoot Hawley. Undang-undang ini ditujukan untuk menghindari meningkatnya pengangguran dengan melindungi industri domestik dan menghindarkan konsumen mengkonsumsi produk luar negeri. Undang-Undang ini selanjutnya yang melahirkan kenaikan tarif. Undang-undang ini menyebabkan pengangguran di luar negeri. Negara lain turut bereaksi dengan meningkatnya tarif.

5.3.2 GATT, Liberailsasi Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi (Tahun 19471979) GATT berdiri tahun 1947 dengan 23 anggota, sebagian besar dari negara industri maju. GATT adalah perjanjian multilateral yang bertujuan untuk meliberalisasikan perdagangan dengan mengurangi tarif, subsidi,

kuota impor dan sejenisnya. Antara tahun 1 947 - 1 984 anggota GATT tumbuh menjadi lebih dari 120 negara. GATT tidak begitu saja dapat memberlakukan penurunan tarif. Penurunan tarif dibicarakan dalam 8 putaran. Pada Uruguay Round yang dilaksanakan tahun 1986 dan disempurnakan pada akhir Desember 1993 menghasilkan pengurangan tarif yang dirundingkan diantara seluruh anggota. Aturan GATT didukung oleh mekanisme monitoring terpadu. Jika suatu negara yakin bahwa salah satu mitra dagangnya melanggar aturan GATT, maka negara tersebut dapat GATT untuk menyelidiki. Jika penyelidik GATT menemukan bahwa pengaduan tersebut benar, maka negara-negara anggota dapat diminta untuk menekan negara tersebut untuk mengubah kebijakannya. Secara umurn, tekanan tersebut cukup untuk dapat menekan negara yang melanggar tersebut mengubah kebijakannya, jika tidak negara tersebut dapat dikeluarkan dan keanggotaan GATT. Pada awal berdirinya GATT dianggap sangat berhasil. Sebagai di Amerika Serikat, ratarata tarif menurun hampir 92%. Sesuai dengan teori Ricardo, maka gerakan perdagangan bebas di bawah GATT telah merangsang pertumbuhan ekonomi. Dari tahun 1953 - 1963 perdagangan dunia tumbuh 6,1 % per tahun dan pendapatan dunia juga tumbuh 4,3% per tahun. Performa dari tahun 1963 - 1973 bahkan lebih baik; pertumbuhan ekonomi mencapai 8,9% per tahun, dan pendapatan dunia tumbuh 5,1 %.

5.3.3 Munculnya Hambatan (Tahun 1980 1993) Selama 1980-an dan awal 1990 sistem perdagangan dunia yang dikembangkan oleh GATT mulai terganggu seiring dengan adanya tekanan dan para proteksionis di seluruh dunia. Tiga alasan utama yang melatarbelakangi tekanan proteksionis selama tahun 1980, yaitu: (1) Keberhasilan ekonomi Jepang merusak sistem perdagangan dunia. Jepang berada pada kondisi menurun ketika GATF dibentuk. Pada awal 1 980, jepang menjadi negara yang ekonominya terkuat kedua di dunia dan menjadi eksportir paling besar. Keberhasilan Jepang dalam industri seperti mobil dan semikonduktor dikatakan cenderung meruask ekonomi dunia. Segala sesuatunya menjadi lebih buruk karena pasar jepang cenderung tertutup untuk impor dan investasi luar negeri, (2) Sistem perdagangan dunia lebih jauh dirusak oleh defisit perdagangan yang terus menerus dialami oleh Arnerika Serikat. Walaupun puncak defisit terjadi pada tahun 1987 yaitu lebih dari $ 170 miliar, sampai akhir 1992 maih berkisar $ 80 miliar. Dari perspektif politik, hal tersebut diperburuk oleh fakta bahwa pada tahun 1992 Amerika Serikat mengalami defisit $ 45 miliar akibat perdagangannya dengan Jepang. Sehubungan dengan itu dilakukan penyesuaian dalam industriindustri seprti otomotif, mesin, semikonduktor, baja dan tekstil dimana produsen domestik kehilangan pangsa pasar akibat kompetitor luar negeri.

(3) Banyak negara yang menemukan cara untuk menghindari aturan GATT. Adanya VER antara kedua negara tidak sejalan dengan perjanjian GATT sebab kedua negara yang terlibat tersebut tidak mengadukan kepada GATT, sedangkan birokrasi GAIT hanya akan menangani permasalahan jika ada pengaduan. Negara pengeskpor kadang menyetujui VER karena menghindari tarif yang lebih buruk. 5.3.4 Putaran Uruguay, APEC dan World Trade Organization Sejalan dengan meningkatnya tekanan proteksionis, pada tahun 1986 anggota GATT mengadakan perundingan ke delapan untuk mengurang, tarif yaitu pada Uruguay Round. Perundingan ini adalah yang paling sulit, utamanya karena pertemuan ini dinilai paling ambisius. Hingga saat ini aturan GATT telah diterapkan hanya untuk perdagangan dalam barangbarang manufaktur dan komoditi. Pada Uruguay Round anggotaanggota GATT ingin memperluas aturan GATT dengan menambah cakupan aturan untuk bidang perdagangan jasa. Mereka juga menetapkan aturan tentang lindungan kepemilikan intelektual, pengurangan subsidi pertanian, menurunkan penghalang perdagangan non tarif seperti IER dan memperkuat pengawasan dan penegakkan mekanisme GATT. Putaran Uruguay berlangsung sangat alot dan memakan waktu selama 7 tahun dan memunculkan ketakutan bahwa dunia akan terjebak dalam perang dagang. Komponen yang paling penting dari perjanjian Uruguay Round dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Beberapa Hasil Utama Dari Uruguay Round Sampai dengan 1993 Perjanjian 1993 Tarif Industri Tarif barang-barang Negara kaya tariff akan Akses ke pasar dunia untuk untuk mengekspor Dampak Utama

industri ratarata 5% memotong di negara

industri barangbarang

industri barang-barang Industri mudah. Harga

turun dari 40% ada lebih dari 113. Potongan lebih akhir 1940-an tariff ini akan berlaku pada untuk

konsumen

lebih dari 40% barang menjadi lebih rendah. manufaktur Pertanian Subsidi tinggi untuk Subsidi dan hambatan lain Peluang perdagangan lebih pertanian pasar baik yang untuk makanan Harga untuk

pertanian dan pasar di untuk Amerika Masyarakat yang dan produk

akan produsen

eropa dipotong dalam 6 tahun. yang diproteksi Subsidi yang dipotong rendah

efisien.

menyebabkan

mencapai 20%. Seluruh konsumen. Membatasi impor akan perang subsidi

kelebihan produksi dan hambatan dumping

dikonversi menjadi tariff pertanian dan dipotong sampai 36%. Jasa

Aturan

GATT

tidak Aturan

GATT

tentang Peningkatan perdagangan

dalam jasa.

mencakup

prinsipprinsip

perdagangan Beberapa memproteksi jasa dan

jasa. perdagangan negara mencakup industri beberapa kompetisi Gagal

yang pula

fair Tampaknya kan ada untuk liberalisasi lebih jauh jasa dalam perdagangan

bidang

untuk

mencapai jasa jasa dan Akan

internasional.

perjanjian keuangan

dalam

telekomunikasi.

dilanjutkan dengan dialog khusus Kepemilikan Intelektual Standar perlindungan Persetujuan yang lebih Peningkatan dan proteksi

untuk paten, copyright luas tentang patent; dan bervariasi. Penegakkan yang menjadi tumbuhnya perdagangan tidak trademark copyrights dan trademark. Penetapan standar hokum proteksi internasional dan efektif penjanjian untuk sumber penegakkan hukum. friksi

pengurangan

pembajakan kepemilikan intelektual akan memberikan kepada (computer

keuntungan produsen

software, produk sent, dl)), Hal ini

meningkatkan transfer teknologi. Tekstil Negara kaya Kuota MFA akan ditinjau Peningkatan

membatasi

impor dalam 10 tahun. Aturan perdagangan GATT akan menguntungkan

takstil

tekstil dan pakaian jauli normal

melalui kuota bilateral berlaku pada akhir tahun negara di bawa Multi-Fiber ke 10 Terjadi

berkembang. pengurangan

Agreement

harga bagi konsumen di manca negara. Aturan-aturan GATT

GATT memberlakukan Banyak aturan GATT yang Transparansi yang peraturan yang sama direvisi dan di up date. lebih luas, keamanan sejak didirikannya Peraturan tersebut dan kebijakan penyeragaman perdagangan yang dan lisensi lebih dapat

tahun 1947, walaupun termasuk banyak negara yang penilaian telah

memasuki impor, penggabungan dan diprediksikan dunia wilayah perdagangan

perdagangan

dan pola perdagangan bebas den aturanaturan telah berubah bagi yang mengabaikan peraturan GATT WTO Awalnya digambarkan bagian International Organization GTT GATT menjadi suatu Kebijakan sistem

sebagai badan perdagangan dunia perdagangan dari yang permanen dan internasional yang

Trade kepemilikan (ITO). dengan

intelektual lebih efektif. yang

prosedur

ITO

tidak dan

pernah diperdebatkan. GATT bertugas

WTQ untuk

disahkan diterapkan waktu

sewaktu- mengimplementasikan hash dan Uruguay Round.

Dan Putaran Uruguay menimbulkan dampak sebagai berikut: a. Tarif barangbarang indutri akan dikurangi lebih dari 1 /3-nya b. Subsidi pertanian akan dikurangi sacara substansial c. Perdagangan yang jujur dan aturan akses pasar pada GATT akan diperluas untuk bidang perdagangan jasa d. Aturan GATT akan diperluas untuk menyediakan proteksi bagi paten, copyright dan trademark (kepemilikan intelektual). e. Hambatan dalam perdagangan tekstil akan dikurangi secara signifikan dalam dari 10 tahun. f. Aturan GATT akan Iebih jelas dan lebih kuat. g. World Trade Organization (WTO) akan dibentuk untuk

mengimplementasikan persetujuan GATT. 5.3.5 Asia Pasific Economic Cooperation (APIC) Kerjasama ekonomi kawasan Asia Pasific atau APEC dibentuk bulan November tahun 1989 di Canberra atas usulan Bob Hawke, Perdana Menteri Australia pada saat itu. Latar belakang pembentukannya adalah:

(1) Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan dan aau hambatan dalam putaran Uruguay yang dapat berakibat meningkatnya

proteksionisme. (2) Munculnya kelompokkelompok perdagangan seperti pasar tunggal Eropa (ME) dan pasar bebas Amerika Utara (North American Free Trade Area! NAFTA). (3) Adanya perubahan besar di bidang politik dan ekonomi yang terjadi dan berlangsung di Uni Soviet dan Eropa Timur. (4) Adanya pemikiran bahwa kemajuan perekonomian suatu negara dapat tercapai bila didorong oleh pasar menuju ke suatu integrasi ekonomi baik regional maupun internasional. Tujuan pokok pembentukan APEC adalah perluasan perdagangan regional dan global serta perbaikan peraturan dan prosedur investasi dengan cara GATT yang konsisten. Pokok-pokok kerjasama APEC didasarkan atas hasil berbagai pertemuan-pertemuan antara pemimpin pemimpin negara yang terlibat maupun pertemuan tingkat menteri (KTM). Dalam pertemuan di Jakarta dan Bogor 3 - 5 November 1994 ditentukan batas waktu ralisasi perdagangan dan investasi bebas dan terbuka untuk kawasan APEC. Pelaksanaan ketentuan APEC tersbut diteritukan negara-hegara iaju batas waktunya yakni tahun 2010, bagi negaranegara industri baru tahun 2015 dan bagi negara-negara berkembang tahun 2020.

Pentingnya kerjasama perdagangan dan investasi bebas di kawasan Asia Pasific disebabkan beberapa faktor: (1) Kawasan Asia Pasific merupakan kawasan dunia yang mempunyai dinamika ekonomi yang terbesar. Lebih dari setengah output dunia berasal dari kawasan ini. Pada abad 21, kontribusi ekonomi dari kawasan ini akan mencapai 2/3 dari keluaran total dunia (Naisbitt, 1995 dan Joo 1995 dalam Firdausyi, 1996), (2) Konsentrasi penduduk di kawasan Asia Pasific relatif lebih dominan dibandingkan dengan kawasan lainnya, menuju kerjasama Asia Pasific yang lebih luas. (3) APEC akan membawa blok-blok kerjasama AFTA dan NAFTA menuju kerjasama Asia Pasific yang lebih luas (4) Liberalisasi pada tingkat regional dalam APEC dapat mengurangi masalah konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan Jepang (Baldwin, 1 994). Dibalik optimisme APEC kekhawatiran juga muncul, yaitu: (1) Adanya perbedaan tingkat kemajuan ekonomi negara APEC

dikhawatirkan akan cenderung menguntungkan negara-negara maju. Bahkan ada pemikiran bahwa perbedaan mencolok di bidang pendapatan, teknologi dan ketramilan di antara anggota APEC dapat mengarah pada ketantungan yang asiemtris, peningkatan ketegangan dan polarisasi antara Utara dan Selatan di tubuh AEC (Yam dkk, 1 992; Yann, 1 992).,

(2) APEC

bagi

negara-negara

yang

tergabung

dalam

ASEAN

dikhawatirkan lambat laun akan beralih menjadi lembaga /organisasi formal dan terstruktur. Apabila ini terjadi maka ASEAN akan tenggelam (Kompas, 1995), (3) Adanya persepsi yang berbeda dari peserta APEC terhadap deklarasi Bogor. Sebagian peserta APEC mengartikan tahun 2020 bukan suatu target waktu baku, sebagian peserta lain mengatakan bahwa dekiarasi Bogor sebagai hal yang tidak mengikat dan harus realistis dan sebagian lagi berpendapat agar langkah-langkah pelaksanaan

deklarasi Bogor harus dituangkan dalam blue print yang jelas, melalui jadwal yang transparan. Negara-negara angota APEC berdasarkan tingkat kemajuan ekonomi dapat dilihat padaTabel 5.3 sebagai berikut: Tabel 5.3 Negara-negara anggota APEC Berdaarkan Tingkat Kemajuan Ekonomi Tingkat Ekonomi Sangat Maju Amerika Serikat Jepang Maju Kanada Australia Selandia Baru NICs Korea Selatan Singapura Taiwan Hongkong Berkembang Indonesia Brunei Darussalam Malaysia Philipina Thailand RRC

Meksiko Papua Guinea Chile Sumber: Firdausyi, 1996. 5.3.6 Implikasi Uruguay Round Dengan demikian dengan GATT pasca Uruguay Round menjadikan sistem perdagangan dunia dewasa ini lebih aman dan ada kemungkinan bahwa ekonomi dunia dapat tumbuh lebih cepat daripada sebelumnya. Estimasi tentang dampak perjanjian GATT dapat dilihat dari hasil studi yang dilaksanakan pada pertengahan 1993. Ketiga studi tersebut mengestimasikan bahwa perjanjian tersebut akan menambah antara $US 213 miliar dab $US 274 miliar dan tahun 1 992 untuk menambah rata-rata pendapatan dunia pada tahun 2002 - atau sekitar 0,75 - 1% dan gross global income pada saat itu. Pendapat lain mengatakan bahwa estimasi tersebut tergolong underestimate dan karena liberalisasi tidak memperhitungkan aturan New

faktorfaktor

keuntungan

perdagangan,

perdagangan yang lebih kuat dan kepercayaan bisnis yang lebih tinggi . Diprediksikan bahwa sampai tahun 2002 pertumbuhan dapat mencapai lebih dan 8%. Bagaimanapun perjanjian GATT membantu untuk rnenghmndarkan dunia dan perang dagang. Studi di atas antaralain dilakukan oleh Goldin dan Knudsen pada tahun 1993 (Firdausyi, 1996:9899) yang lebih jauh mengemukakan

bahwa liberalisasi perdagangan dalam GATT dapat memberikan manfaat ekonomi bagi negaranegara yang terlibat dalam perjanjian putaran Uruguay. Namun sebaliknya, liberalisasi perdagangan juga menimbulkan kerugian ekonomi bagi beberapa negara yang terlibat seperti terlihat pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Dampak Liberalisasi Perdagangan Dunia Pasca Putaran Uruguay Sesudah Pengurangan Tarif dan Subsidi Sebesar 30 % Manfaat/Kerugian Ekonomi (dalam miliar US $) Asia Cina India Indonesia Negara Asia lainnya

Afrika Nigeria Afrika Selatan Magribi Negara Afrika Lainnya

Timur Tengah Negara laut Tengah Negara-negara Teluk

Amerika Latin

Brazilia Meksiko

Negara-Negara Maju Amerika Serikat Kanada Australia dan Selandia Baru Jepang MEE Negara Eropa lainnya Negara Bekas Uni Soviet

Jumlah Sumber: Goldin et.a/ 1994 (dalam Firdausyi 1996:99) Berdasarkan tabel 5.4 liberalisasi perdagangan putaran Uruguay menimbulkan dampak positif dan negatif bagi negara negara yang terlibat dalam GATT. Manfaat ekonomi total yang akan diperoleh oleh semua negara anggota GATT diproyeksikan akan bernilai sebesar US $ 213 miliar. Dari keseluruhan pertambahan manfaat ekonomi ini, sebesar US $ 141,8 miliar atau 67% akan jatuh ke negara-negara maju. Adanya kerugian ekonomi yang diderita oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia, misalnya disebabkan antara lain karena adanya hambatan-hambatan yang ditimbulkan oleh blok-blok

perdagangan yang ada dan terus meningkatnya defisit perkiraan berjalan sebagai akibat meningkatnya impor dan meningkatnya pembayaran jasa

dan repatriasi keuntungan investasi asing ke luar negeri (Arief, 1 993). Demikian pula bebasny perusahaanperusahaan asing dan ketentuan untuk memperbanyak kandungan lokal bukan saja akan menggagalkan pelaksanaan kebijakan pembinaan industri kecil dan menegah dan menengah yang selama ini sudah dijalankan oleh pemerintah disamping juga akan memperbesar biaya impor. Khusus bagi Indonesia

ketergantungan kepada input impor ini akan mempengaruhi arah program industrialisasi Indonesia yaitu kembali lagi ke situasi import dependent industrialization dan bersamaan dengan itu menutup kesempatan bagi tumbuhnya kekuatan ekonomi domestik yang berskala kecil dan menengah. Masuknya kekuatan ekonomi asing di berbagai sektor ekonomi tanpa adanya pembatasan lain jelas akan mengubah struktur penguasaan asset ekonomi Indonesia (Firdausyi,1996:1 00). 5.3.7 Pengalaman awal WTO Pada 18 bulan pertama berdirinya WTO, lembaga ini menekankan kebijakannya dan mekanisme penguatan yang dilaksanakannya

memberikan dampak positif. Sampai dengan 31 Juli 1996 51 perselisihan dagang sudah dibawa ke WTO untuk diselesaikan. Bandingkan dengan 1 96 kasus yang ditangani oleh ATT selama hampir setengah abad. Empat negara yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan Kanada, mendomiasi dalam masalah dagang, masing-masing terlibat hampir terlibat di 43 kasus baik sebagai pihak yang mengadu maupun yang diadukan. Sampai dengan Juli 1996 negara negara berkembang

mengajukan 21 masalah, termasuk di dalamnya 6 melawan Amenika Serikat dan 6 kasus melawan Uni Eropa. Pada dasarnya WTO telah dapat menjadi kekuatan dalam mengatur perdagangan dunia secara Iebih transparan, walaupun ada ketakutan bahwa Amerika Serikat akan mendominasi WTO. AmerIka Serikat memang banyak dissorot atas kasus-kasus yang dibawanya, walaupun pada akhirnya negara tersbut juga dapat menerima keputusan WTO. GATT tahun 1994 masih meninggalkan banyak pekerjaan tentang perdagangan dunia. Hambatan perdagangan secara substansial masih terdapat pada bidang-bidang pertanian, jasa keuangan, broadcast entertainment dan telekomunikasi - walaupun tampaknya hal tersebut dapat dikurangi secara bertahap. Penelitian tentang jasa ini dijadwalkan tahun 2000. Tiga hal yang paling penting dibicarakan untuk

perkembangan di masa yang akan datang adalah masalah lingkungan, hak pekerja dan investasi langsung luar negeri. Di samping itu dalam buku panduan WTO disebutkan bahwa prinsip utama dalam perdagangan bebas adalah tidak adanya diskriminasi untuk semua anggota WTO, seperti disebutkan dalam artikel I GATT. Akan tetapi terdapat pengecualian bahwa diskriminasi dapat dilakukan kepada anggota WTO jika ada perjanjian persatuan pabean seperti UE atau kawasan bebas dagang seperti North

America Free Trade Area (NAFTA) dan Asean Free Trade Area (AFTA), seperti terdapat pada artikel GATT XXIV. Pengecualian sikap diskriminasi juga dapat diberikan, menurut artikel XXVIII dan XXIX GAIT mengenal klausa penyelamatan bagi negara miskin atau negara yang sedang menghadapi masalah, maupun berdasarkan Artikel IV GATT tentang klausa pengecualian dan

pembenaran satu keadaan tertentu bagi negara dunia ketiga (Rofikob Rohim, Bisnis Indonesia 10 Februari 2000). Beberapa pengecualian tersebut bukan tidak mungkin dinilal menimbulkan perselisihan di kemudian hari.

You might also like