You are on page 1of 14

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kayu merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sedang mengalami penurunan produksi saat ini. Jumlah penduduk yang terus bertambah membuat permintaan terhadap kayu juga ikut meningkat, namun keadaan ini tidak diikuti dengan ketersediaan kayu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat juga disebabkan oleh sifat kayu yang mudah untuk dibentuk sesuai dengan produk yang diinginkan, seperti kayu konstruksi, meubel, alat-alat rumah tangga dan sebagainya. Frick dan Moediartianto (2004), menyatakan bahwa dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat utama yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan manusia. Papan partikel merupakan salah satu produk alternatif pengganti kayu solid. Menurut Maloney (1993), papan partikel merupakan salah satu produk komposit atau panil kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat menggunakan perekat sintetis atau bahan pengikat lainnya dan dikempa panas. Pemanfaatan kelapa sawit hingga saat ini ditujukan hanya untuk

memproduksi buah yang digunakan untuk bahan baku pembuatan minyak kelapa sawit yang berupa CPO (Crude Palm Oil) maupun KPO (Kernel Palm Oil). Tanaman kelapa sawit mempunyai umur produktif yaitu 25 - 30 tahun. Hal ini berarti bahwa setelah umur tersebut produksi buah kelapa sawit yang merupakan hasil utama kelapa sawit menurun dan pohonnya sudah terlalu tinggi sehingga menyulitkan dalam pemanenan buah kelapa sawit. Setiap pemanenan buah kelapa sawit harus dilakukan pemotongan pelepah sebanyak 2 sampai dengan 3 buah per tandan kelapa sawit. Pemotongan ini dilakukan untuk mempermudah pengambilan buah (tandan kelapa sawit). Pelepah yang merupakan hasil ikutan pemanenan tersebut dibiarkan menjadi limbah di kebun. Limbah lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah plastik, dimana

penanggulangan limbah plastik saat ini masih mengacu pada daur ulang yang pada

akhirnya tetap menimbulkan limbah plastik. Salah satu peluang penggunaan limbah plastik tersebut adalah sebagai perekat, karena plastik memiliki elastisitas yang tinggi. Pada dasarnya, plastik dapat mengalami penurunan kekuatan terutama jika sudah mencapai tahap limbah. Mehdi et al. ( 2004) menyatakan, bahwa untuk meningkatkan kekompakan antara dua unsur yaitu plastik dan filler dalam komposit perlu ditambahkan compatibilizer. Mempertimbangkan potensi pelepah dan limbah plastik yang cukup besar dan belum termanfaatkan secara optimal, perlu dilakukan penelitian pembuatan papan partikel dari pelepah kelapa sawit menggunakan perekat dari limbah plastik. Pemanfaatan bagian pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) terutama pelepahnya yang dicampur dengan perekat dari limbah plastik dapat menjadi potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan papan komposit dengan melakukan analisis sifat fisik dan mekanik dari papan tersebut. 1.2. Tujuan Penelitian ini dirancang untuk menghasilkan papan komposit berkualitas tinggi ditinjau dari pengujian sifat fisik dan mekanis. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan modifikasi perekat yang digunakan serta

penambahan compatibilizer MAH dalam proses pembuatan papan komposit. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui pengaruh komposisi perekat dari limbah plastik PP dan compatibilizer MAH terhadap kualitas papan komposit berbahan baku limbah pelepah kelapa sawit yang dihasilkan. 2) Menentukan komposisi perekat dari limbah plastik dan compatibilizer MAH terbaik pada pembuatan papan komposit.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Papan Partikel Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan peiekat sintetis atau bahan pengikat lain dan dilakukan pengempaan (Maloney, 1993). Partikel telah banyak digunakan seluruh dunia untuk pembuatan mebel dan rumahkonstruksi, termasuk sistem lantai, dan sebagainya

(Laemlaksakul, 2010). Material komposit dapat didefinisikan sebagai bahan yang memiliki dua atau lebih yang berbeda komponen atau fase dan komponen mereka memiliki sifat fisik yang berbeda (Othman, 2007). Sumber baku papan komposit di masa

mendatang sangat bervariasi. Bagi negara-negara yang memiliki sumberdaya kayu yang cukup banyak dapat mengandalkan kayu sebagai bahan bakunya, tetapi bagi negara-negara yang tidak atau kurang memiliki potensi kayu, dapat menggunakan bahan baku kayu selain kayu. Penggunaan berbagai macam bahan baku dalam satu bentuk produk komposit sangat memungkinkan di masa mendatang seiring dengan timbulnya berbagai desakan seperti isu lingkungan, kelangkaan sumberdaya, tuntutan konsumen akan kualitas produk yang semakin tinggi, imajinasi, pengetahuan dan penguasaan ilmu yang semakii tinggi serta berbagai faktor lain yang merangsang terciptanya produk komposit berkualitas tinggi dari bahan baku yang berkualitas rendah (Rowell, 1998). Pada dasarnya sifat papan partikel dipengaruhi oleh bahan baku kayu pembentuknya, jenis perekat, dan formulasi yang digunakan serta proses pembuatan papan partikel tersebut mulai dari persiapan bahan baku,

pembentukan partikel, pengeringan partikel pencampuran perekat dengan partikel, proses kempa dan finishingnya. Haygreen dan Bowyer (1989), menyatakan bahwa sifat bahan baku kayu sangat berpengaruh terhadap sifat papan partikelnya. Sifat kayu tersebut antara lain jenis dan kerapatan kayu, bentuk dan ukuran bahan baku kayu, penggunaan kulit kayu, tip, ukuran dan geometri partikel kayu,

kadar air kayu, dan kandungan ekstraktifnya. Dalam pembuatannya, papan partikel sebagian besar masih menggunakan perekat sintetis yang mengandung formaldehida. 2.1.2. Plastik PP Plastik adalah nama yang luas diberikan kepada polimer yang berbeda dengan berat molekul tinggi, yang dapat terdegradasi oleh berbagai proses (Tokiwa et al, 2009). Polipropena (PP) adalah sebuah polimer termo-plastik yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan, tekstil (contohnya tali, pakaian dalam termal, dan karpet), alat tulis, berbagai tipe wadah terpakaikan ulang serta bagian plastik, perlengkapan labolatorium, pengeras suara, komponen otomotif, dan uang kertas polimer Simangunsong (2002), menyebutkan plastik adalah adalah polimer dari berbagai senyawa monomer. Pada pembuatan monomer-monomer biasanya ditambahkan bahan-bahan lain sebagai aditif, ekstender, dan stabilizer. Penggunaan MAH sebagai stabilizer dapat meningkatkan adhesi atau daya ikat terhadap plastik PP (Lopes dan Sousa, 2001). Setyawati (2003) menyebutkan sifat-sifat plastik antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air maupun tidak dapat berkarat, yang pada akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. 2.1.3. Karakteristik Pelepah Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang termasuk dalam Class Monocotyledoneae, Famili Arecaceae (Palmae), Subfamili Cocoidea dan Genus Elaeis. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), memberikan hasil minyak tertinggi per hektar dari setiap tanaman penghasil minyak. Minyak kelapa sawit, digunakan dalam produksi minyak goreng, margarin, sabun, dan deterjen (Gorret et al, 2004). Pelepah adalah tempat menempelnya daun kelapa sawit. Daun ini mempunyai sirip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri dan bulu-bulu halus sampai kasar. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai tua membutuhkan waktu 7 tahun dan pada satu pohon jumlah pelepah dapat mencapai 60 buah dengan panjang pelepah daun mencapai 9 m. Helai anak daun yang terletak ditengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan

panjangnya dapat melebihi 120 cm. Jumlah anak daun dalam satu pelepah daun dapat mencapai 100 160 pasang. Pertumbuhan pelepah daun tiap tahun

pada tanaman muda yang berumur 4 6 tahun mencapai 30 40 helai dan pada tanaman yang lebih tua berjumlah antara 20 25 helai. 2.2. Hipotesis Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Diduga bahwa pelepah nipah dapat dijadikan sebagai bahan baku papan partikel dengan kualitas yang baik. 2. Diduga pelepah nipah memiliki sifat fisik dan mekanik papan partikel yang baik. 2.3. Kerangka Konsep Melihat kondisi hutan Indonesia menunjukkan produktifitas yang semakin menurun, padahal kebutuhan kayu semakin meningkat maka timbullah sebuah permasalahan, bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan kayu di tengah menurunnya produktifitas hutan. Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan berbagai alternatif usaha antara lain efesiensi pemanfaatan kayu melalui pengembangan teknologi pengolahan kayu dan bahan berlignoselulosa menjadi produk papan partikel. Pemanfaatan kelapa sawit hingga saat ini ditujukan hanya untuk

memproduksi buah yang digunakan untuk bahan baku pembuatan minyak kelapa sawit yang berupa CPO (Crude Palm Oil) maupun KPO (Kernel Palm Oil). Penelitian ini memanfaatkan bagian dari pohon kelapa sawit yaitu pelepahnya yang masih menjadi limbah, belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal menjadi papan komposit. Penelitian ini bertujuan untuk menduga potensi pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku papan komposit. Papan komposit dari pelepah ini menggunakan 3 ulangan dan akan direkatkan menggunakan perekat dari limbah plastik PP dan pemberian compatibilizer MH dengan tingkat konsentrasi tertentu, serta dikempa untuk diuji sifat fisik dan mekanik dari papan yang dihasilkan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian akan dilaksanakan selama 3 minggu, mulai dari pemgambilan bahan baku, pembuatan papan komposit, pengujian dan analisa datanya. Tempat penelitian akan menggunakan Laboratorium Workshop Fakultas Kehutanan untuk pembuatan papan sampai dengan pengujian sifat fisik dan Laboratorium milik PT. Duta Pertiwi Nusantara untuk menguji sifat mekanik dari papan yang dihasilkan. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat Alat yang digunakan untuk membuat papan partikel dari pelepah nipah adalah: 1. Parang, untuk mentatal kulit kayu. 2. Struder, untuk membuat serbuk. 3. Ayakan, ukuran 10 mesh dan 80 mesh, untuk mengayak serbuk. 4. Cetakan dengan ukuran 30 x 30 x 20 cm. 5. Plat alumunium ukuran 42 x 42 x 2 mm. 6. Alat kempa, untuk mengempa. 7. Oven, untuk mengeringkan papan partikel. 8. Timbangan Analitik, untuk menimbang perekat. 9. Gelas Piala, sebagai tempat perekat. 3.2.2. Bahan 1. Pelepah kelapa sawit sebagai bahan baku papan partikel diperoleh dari kebun kelapa sawit di areal Universitas Tanjungpura. 2. Plastik yang digunakan pada penelitiana ini adalah plastik yang umumnya limbah plastik masyarakat berupa gelas plastik jenis polyprophylene (PP) warna bening. Plastik diperoleh dari tempat pengumpul sampah plastik yang berlokasi di Kecamatan Sungai Raya Pontianak. 3. Compatibilizer yang digunakan adalah maleic anhydride atau MAH. MAH dilarutkan ke dalam air suling (pelarut organik) dengan konsentrasi 23%. Konsentrasi diperoleh berdasarkan pelarutan MAH pada air yang merupakan konsentrasi terendah hingga semua MAH larut dalam air.

4. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air hujan dan air hasil penyulingan di lokasi penelitian PT. Duta Pertiwi Nusantara. Air hujan digunakan untuk pencucian plastik PP, sedangkan air hasil penyulingan digunakan sebagai pelarut MAH. 3.3. Metode Kerja Metode kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 3.3.1. Pembuatan Bahan Baku Papan Partikel. 3.3.1.1. Serbuk pelepah kelapa sawit a. Pelepah kelapa sawit yang telah diperoleh ditatal. b. Perlakuan awal terhadap pelepah kelapa sawit berupa pengeringan yang dilakukan dengan metode penjemuran kering angin. c. Pelepah yang telah kering digiling dengan mesin penggiling (struder) untuk memperoleh serbuk. d. Serbuk yang diperoleh diayak dengan ayakan 10 mesh dan 8 mesh. e. Serbuk dicampur dengan perekat urea formaldehyde ke dalam plastik packing. f. Serbuk yang telah tercampur dengan perekat dimasukkan dalam cetakan yang telah diberi alas seng, kemudian dimasukkan ke dalam mesin kempa selama 13 menit. g. Bila papan telah terbentuk maka papan dikondisikan dengan mengeringanginkannya. 3.3.1.2. Plastik Penggilingan plastik menggunakan mesin penggiling limbah plastik. Keseragaman dimensi hasil penggilingan dibuat seragam mungkin dengan besaran 1 cm x 0,5 cm yang diperoleh melalui pengayakan lolos 4 mesh. 3.3.1.3. MAH a. MAH kristal terlebih dahulu dicacah atau dihaluskan hingga dalam bentuk serbuk. b. MAH dilarutkan menggunakan air suling dengan konsentrasi 23%.

3.3.1.4. Komposisi Bahan Target dari penelitian ini adalah pembuatan papan partikel berupa komposit dengan kerapatan sedang yaitu 0,7 gr/cm3. Papan partikel berupa komposit mengacu pada standar papan partikel JIS A 5908 (1994), ukuran contoh yang akan dibuat adalah 30 cm x 30 cm x 1 cm. A. Berikut komposisi bahan yang digunakan : Berat papan partikel berupa komposit : = panjang x lebar x tebal x kerapatan = 30 cm x 30 cm x 1 cm x 0,7 gr/cm3. = 630 gr Komposisi bahan baku : = serbuk pelepah : plastik PP = 40% : 60%, 50% : 50%, dan 60% : 40%, dengan penambahan MAH masing-masing 2%, 3% 3.3.2. Pembuatan Contoh Uji Pada penelitian ini standar yang digunakan adalah standar Papan Partikel JIS A 5908-1994. 3.3.3. Pengujian Sifat Fisik a. Kerapatan Pada uji kerapatan, contoh uji dalam keadaan kering udara ditimbang beratnya dan kemudian diukur panjang, lebar dan tebalnya lalu dihitung volumenya (panjang x lebar x tebal). Berdasarkan JIS A 5908-1994, nilai kerapatan dihitung dengan rumus : Kerapatan (gr/cm3 ) = Dimana : m1 = Berat contoh uji (gr) V = Volume contoh uji (cm3 ) b. Pengujian Kadar Air. Contoh uji yang digunakan merupakan contoh uji yang telah digunakan untuk menguji kerapatan. Contoh uji dikeringkan dalam oven dengan suhu 103 2C sampai mencapai berat yang konstan.

Berdasarkan JIS A 5908-1994, kadar air dihitung dengan rumus : Kadar Air (%) =( ) x 100%

Dimana : m1 = Berat setelah kering oven (gr) m2 = Berat sebelum pengeringan oven (gr) c. Pengujian Pengembangan Tebal. Tahap awal dilakukan pengukuran tebal contoh uji, kemudian direndam dalam air suling selama 24 jam. Tahap selanjutnya setelah perendaman selesai dilakukan pengukuran dimensi yang keduakalinya. Nilai pengembangan contoh uji dihitung menggunakan rumus: Pengembangan Tebal (%) = ( ) x 100%

Dimana : t1 = Tebal contoh uji sebelum perendaman (cm) t2 = Tebal contoh uji setelah perendaman (cm) 3.3.4. Pengujian Sifat Mekanik a. Uji MOE. Tahap awal dilakukan pengukuran dimensi panjang, lebar, dan tebal contoh uji, kemudian ditentukan jarak sanggah pada alat uji. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan pengujian pada contoh uji untuk menentukan kekakuan dari papan yang dihasilkan. Nilai MOE diukur menggunakan rumus : MOE (kg/cm2 ) = Dimana : S L T = Jarak sanggah (cm) = Lebar (cm) = Tebal (cm) B = Selisih beban (B1-B2 ) dinyatakan dalam (kg) D = Defleksi yang terjadi (D1-D2 ) dinyatakan dalam (cm) b. Uji MOR. Pengujian menggunakan alat penguji, dimana contoh uji diberi beban sampai batas patah. Nilai MOR dihitung dengan menggunakan rumus : MOR (kg/cm2 ) =( )


 

10

Dimana : P = Tekanan maksimum (kg) L = Jarak sanggah (cm) b = Lebar contoh uji (cm) t = Tebal contoh uji (cm) c. Uji Internal Bonding (IB) Contoh uji direkatkan pada dua lempeng besi yang terdapat pada alat contoh uji. Pengujian dilakukan dengan kedua lempeng tegak lurus sampai terjadi kerusakan. Nilai IB dihitung menggunakan rumus : IB (kg/cm2 ) =( Dimana : P = Beban maksimum (kg) b = Lebar contoh uji (cm) L = Panjang contoh uji (cm) d. Uji Kuat Pegang Sekrup Pengujian dilakukan arah tegak lurus permukaan. Menurut JIS A 59081994, prosedur pengujian yakni : tahap pertama dilakukan lubang pendahuluan pada contoh uji dengan kedalaman kira-kira 3 mm menggunakan mata bor dengan diameter 2 mm. Sekrup dimasukkan melalui lubang kira-kira 11 mm, diameter sekrup 2,7 mm dan panjang 16 mm. Contoh uji diklem pada sisi kanan dan kiri, lalu sekrup ditarik ke atas dengan kecepatan tetap hingga mencapai beban maksimum, yaitu sampai sekrup tercabut. 3.4. Analisa Statistik Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor perlakuan adalah komposisi serbuk pelepah dan plastik PP dengan penambahan MAH dengan perlakuan sebagai berikut : Pada penelitian ini, untuk mencapai keakuratan maka dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Jumlah keseluruhan contoh uji yang akan dibuat adalah 9 x 3 = 27 satuan unit contoh uji, bagan rancangan acak lengkap dapat dilihat pada Tabel 1. Model umum analisa statistik yang dipakai menggunakan model umum RAL menurut Gaspersz (1994), yaitu : )

Yij = +

ij

11

Dimana: Yij = Nilai pengamatan dari setiap contoh uji = Nilai tengah umum
i

= Pengaruh komposisi serbuk pelepah dan plastik dengan penambahan MAH

ij =

Pengaruh galat percobaan

Tabel 4. Bagan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan Perlakuan 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total (Yj) Rerata Total Adapun rumus yang digunakan untuk analisa data setelah semua data hasil pengamatan tersusun di dalam bagan, yaitu : a. FK b. JKT c. JKP d. JKG e. KTP = = =
 

Ulangan 2 3

Jumlah (Yi)

Rerata Yi

FK FK

= JKT =

JKP

f. KTG = g. Fhit =

Untuk mengukur besarnya variasi penyebaran digunakan rumus koefisien keseragaman (KK) yang dinyatakan dalam persen (%), yaitu :

12

KK = Dimana : KTG = Kuadrat tengah galat

x 100%

Rerata x = Rerata hasil pengamatan Berdasarkan rumus perhitungan di atas, tabel analisa sidik ragam seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Analisa Sidik Ragam Percobaan Rancangan Acak Lengkap Sumber Keseragaman Perlakuan Galat Total db (t-1) t (r-1) tr-1 JK JKP JKG JKT KT KTP KTG F hitung KTP/KTG KK (%) T tabel 1% 5%

Berdasarkan analisa keseragaman tersebut, maka hasil T dihitung dan dibandingkan dengan T tabel pada tingkat kepercayaan 1% dan 5%, yaitu : a. Jika F hitung < T tab 5%, berarti perlakuan tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap respon yang diamati. b. Jika T tabel 5% T tabel 1%, berarti perlakuan memiliki pengaruh yang nyata terhadap respon yang diamati. c. Jika F hitung > T tabel 1%, berarti perlakuan mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap respon yang diamati. Perlu dilakukan pengujian melalui uji BNJ (Beda Nyata Jujur) apabila perlakuan berpangaruh nyata dan sangat nyata, untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan yang berpengaruh. Uji BNJ adalah sebagai berikut : W = q (p, fe) SY Dimana : W = Beda Nyata Jujur, yaitu nilai yang dipakai untuk menilai setiap

perbedaan yang dilihat dalam penelitian. q p fe SY = Nilai rerata yang diperoleh dari tabel nyata 5% dan 1%. = Banyaknya perlakuan yang dibandingkan. = Derajat bebas galat. = Kesalahan baku.

13

DAFTAR PUSTAKA

Garret N, Rosli, Sheldon, Philip AL, Chokyun R, and Anthoni JS. 2004. Bioreactor culture of oil palm (Elaeis guineensis Jacq and effect of nitrogen source, inoculums size, and conditioned medium on biomass production. Journal of Biotechnology 108(2004)253 263. (18December2003). Haygreen JG dan JL Bowyer.1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar. Terjemahan Gadja Mada University Press. Yogyakarta. Maloney TM. 1993. Modern Particleboard & Dry-Process Fiberboard Manufacturing. Miller Freeman Inc.San Fransisco. Mehdi Behzad, M. Tajvidi and Ghambar Ehramini. 2003. Dynamic Mechanical Analysis of Compatibilizer Effect on The Mechanical Properties of Wood Flour-High Density. Iran. Forest Product Laboratory, USDA Forest Service WI, USA. Laemlaksakul, V. 2010. Physical and Mechanical Properties of Particleboard from Bamboo Waste. World Academy of Sience, Engineering and Technology. Bangkok. Thailand. Othman, N. 2007. Characterisation And Properties Of Bentonite/Polypropylene Composite. Universiti Sains Malaysia. P. E. Lopes, J. A. Sousa, Influence of Interphase Characteristics on Mechanical Properties of Polypropylene/Glass Fiber Composites with PP-g-MAH Interfacial Compatibilizer, SPE-ANTEC Tech. Papers, pp. 1359-1365 (2001). Rowel RM. 1998. the State of The art and Future development of Bio-Based Composite Science and Technology Towards The 21st Century. Procedings of The Forth Pacific Rim Bio-Based Composites Symposium. Bogor. Setyawati, D. Komposit Serbuk Kayu Plastik Daur Ulang : Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu dan Plastik. Program Pasca Sarjana/S3 Institut Pertanian Bogor (Makalah Falsafah Sains). http :tumoutu.net/702 07134/dina setyawati.htm. (Diunduh tanggal 10 Januari 2012). Simangunsong, T. 2002. Sifat Fisik dan Mekanik Papan Komposit dari Limbah Batang Kelapa Sawit (Elaeis sp.) dan Plastik Polyprophylene (PP). Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Pontianak (Skripsi). Tokiwa Y, Buenaventurada PC, Charles UU, and Seiichi A. 2009. Biodegradability of Plastics. Int. J. Mol. Sci. 10. (26 August 2009).

14

Jurnal Bahasa Asing


1. Judul Pengarang : Biodegradability of Plastics. : Yutaka Tokiwa, Buenaventurada P. Calabia, Charles

U. Ugwu, and Seiichi Aiba. Penerbit dan Vol : . Int. J. Mol. Sci. 10. 2. Judul : Influence of PP-g-MAH Compatibilizer

Characteristics on Interphase and Mechanical Properties of Glass Fiber Reinforced Polypropylene Composites. Pengarang : P. E. Lopes dan J. A. Sousa.

Penerbit dan Vol : SPE-ANTEC Tech. Papers, pp. 1359-1365 (2001). 3. Judul : Bioreactor culture of oil palm (Elaeis guineensis Jacq

and effect of nitrogen source, inoculums size, and conditioned medium on biomass production. Pengarang : Nathalie Gorret , Samsul Kamal bin Rosli, Sheldon F.

Oppenheimb, Laura B. Willis, Philip A. Lessard, ChoKyun Rha, Anthony J. Sinskey. Penerbit dan Vol : Journal of Biotechnology 108(2004)253263. (2003).

You might also like