Professional Documents
Culture Documents
Edisi Khusus
Menyambut :
LIMA WINDU FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20 Agustus 1952 — 20 Agustus 1992
KUMPULAN MAKALAH
PAKET KEGIATAN ILMIAH :
ABSTRAK
Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH), bukan merupakan alat diagnostik bar'.
Di negara Barat metode ini dipergunakan sebagai prosedur diagnostik rutin tumor.
Di Indonesia, BAJAH semakin banyak dipergunakan dalam pelayanan onkologik.
Pengetrapan BAJAH sebagai diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor, mempunyai
dampak positif pada aspek deteksi dini kanker, menejemen tumor, pengelola rumah
sakit dan bagi pasien sendiri. Keberadaan alat canggih berguna membantu diagnosis
kanker, tetapi sifatnya selektif. Untuk memperoleh basil yang optimal dari biopsi
aspirasi diperlukan kerja sama kelompok klinis, radiologis dan patologis.
Teknik biopsi aspirasi sederhana, murah, cepat dan akurat dan dapat
dipergunakan hampir pada semua tumor baik yang letaknya superfisial maupun yang
terletak di rongga tubuh.
I
banyak membantu dalam diagnosis berbagai tumor, namun tumor, maju lebih pesat dibandingkan dengan negara asalnya.
sifatnya selektif karena biaya mahal( 2 ). Franzen, Soderstorm, Zajicek dari Swedia dan Cardozo dari
ABSTRAK
Sebagian besar kanker payudara ditemukan oleh penderita sendiri, yang berarti
pads kondisi stadium lanjut inoperabel. Oleh karena ukuran tumor umumnya berpengaruh
terhadap prognosis, maka penanggulangan diprioritaskan pads upaya menemukan
tumor ini dalam ukuran kecil asimtomatik dengan cara : (1) pemeriksaan payudara
sendiri (SARARI) dan (2) pemeriksaan payudara secara klinik (SARANIK) oleh
dokter, bidan ataupun paramedis yang terlatih. Apabila pada kedua pemeriksaan ini
ditemukan nodul, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan (3) sitologi biopsi aspirasi
dengan/tanpa (4) mamografi ataupun (5) biopsi bedah. Prosedur, teknik dan peralatan
sitologi biopsi aspirasi sangat sederhana dan murah dengan ketepatan diagnosis yang
tinggi. Kombinasi sitologi biopsi aspirasi dan mamografi memberikan ketetapan diagnosis
alternatif, apabila biopsi aspirasi tidak dapat dilakukan atau gagal memberi informasi
yang akurat.
ABSTRAK
PENDAHULUAN rumah sakit Pertamina, rumah sakit ABRI dan lain-lain, terlihat
Kita mengetahui pada dasarnya pelayanan visum et pula adanya kecenderungan pelayanan visum dilakukan oleh
repertum (selanjutnya disebut visum) dapat dibagi atas dua rumah sakir-rumah sakit di atas. Pada waktu ini sebagian
bagian besar yaitu : visum untuk orang hidup dan visum untuk visum orang hidup telah banyak diterbitkan oleh rumah sakit-
orang yang telah meninggal. Yang terakhir ini disebut visum rumah sakit yang dikemukakan di atas, dan begitu pula telah
mayat atau visum jenazah yaitu visum yang dibuatoleh dokter ada visum jenazah yang diterbitkan oleh sebagian rumah sakit
atas permintaan yang berwenang pada orang yang meninggal tersebut biarpun visum jenazah yang diterbitkannya tidak
karena kekerasan, luka-luka, keracunan/diduga keracunan, berdasarkan pemeriksaan yang lengkap melalui bedah mayat
kematian yang sebabnya mencurigakan dan lain-lain makar (otopsi). Dalam undang-undang memang tidak diatur ke mana
yang membinasakan nyawa manusia. Hal ini telah berlangsung permintaan visum harus dimintakan/ditujukan. Yang ada hanyalah
sejak dahulu diatur dalam undang-undang ayat 2 dan Staatsblad peraturan yang menyatakan anal visum dibuat oleh dokter, visum
tahun 1937 No. 350. itu sudah merupakan alat bukti yang sah di pengadilan, tanpa
Pada dasarnya setiap dokter yang bekerja di Indonesia membedakan kedudukan dokter tersebut maupun keahliannya.
dapat dimintakan bantuan untuk membuat visum baik untuk Agaknya semua orang memahami bahwa tidak mudah
orang hidup maupun untuk jenazah. Umumnya pembuatan melakukan bedah mayat untuk visum jenazah. Banyak hambatan
visum jenazah dilakukan oleh dokter rumah sakit Pemerintah. yang harus diatasi. Pada kertas kerja ini kami akan mengemuka-
Selanjutnya dengan makin berkembangnya pelayanan kese- kan beberapa masalah yang dihadapi dokter dalam menerbitkan
hatan kepada masyarakat dimana makin banyak pula muncul visum jenazah, berikut masalah yang dihadapi dokter sesudah
rumah sakit-rumah sakit bare di samping rumah sakit swasta, visum diterbitkan.
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang me- dan khusus. Bila penderita tidak sadar atau terlalu sakit bisa di-
nunjukkan adanya keadaan darurat dalam abdomen yang dapat lakukan anamnesa keluarga (allo-anamnesa).
berakhir dengan kematian bila tidak ditanggulangi dengan
pembedahan.
Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena Tabel 1. Diagnosis Banding Akut Abdomen
perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pen-
cemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencer-
naan seperti pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pen-
cemaran peritoneum karena perforasi tukak lambung, perforasi
dari Payer's patch,pada typhus abdominalis atau perforasi akibat
trauma.
Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama
yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-
kadang penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma abdo-
men berupa vulnus abdominis penetrans namun kadang-kadang
diagnosis akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemerik-
saan fisik serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan labo-
ratorium serta pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa
observasi yang ketat.
Ditinjau dari lokasi nyeri dapat dibuat tabel diagnosis ban-
ding (Tabel 1).
Nyeri abdomen dan perdarahan merupakan suatu malape-
taka yang sangat besar bagi seorang penderita yang menderita
akut abdomen alat pencernaan pada orang dewasa. Oleh karena
itu dokter yang memberikan pertolongan pertama harus me-
mastikan dengan segera 1. diagnosis kerja sementara, 2. meng-
ambil langkah-langkah untuk membuktikan kebenaran diagno-
sis dan 3. mengambil langkah-langkah penanggulangan yang
tepat selama pembuktian kebenaran diagnosis.
Untuk penegakan diagnosis diperlukan pengumpulan data
dengan mengadakan penelitian terhadap penderita melalui pe-
meriksaan fisik penderita secara sistematis yang dimulai dengan
anamnesis penderita ditambah dengan pemeriksaan tambahan
ro\< 0
)
-u
n .)*o IT1 pU 11C)
---
Penatalaksanaan
Demam Berdarah Dengue
Syahril Pasaribu
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan
dengan derajat dehidrasi sedang. b) Kortikosteroid masih kontroversial, akan tetapi dapat dibe-
c) Adanya perdarahan spontan, kesadaran menurun, kejang, rikan pada DBD dengan ensefalopati untuk mengurangi edema
pre-syok. otak, meninggikan ambang kejang dan diharapkan dapat men-
2) Obat-obatan : cegah pulmonary leakage, mempunyai efek inotropik positip
a) Anti piretika : Golongan Acetaminophen 10 mg/kgBB/kali. terhadap jantung dan adanya vasodilatasi.
b) Anti konvulsan : Apabila timbul kejang, diatasi dengan Jenis obat yang dapat diberikan adalah : Deksametason 1
pemberian : mg/kgBB dilanjutkan dengan 0.2 mg/kgBB/6 jam, atau Hidro-
- Diazepam 0.5 mg/kgBB/kali/IV dan dapat diulang bila kortison 25-50 mg/kgBB/hari( ). I.3
atau pada anak >1 tahun 50 mg dan <1 tahun 30 mg, namun harus d) Oksigen untuk mencegah hipoksia dan terjadinya oksidasi
diperhatikan apakah ada depresi pernafasan. yang tidak lengkap, yang mengakibatkan lakto-asidosis. Pem-
3) Pemantauan - keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, berian melalui masker 5 - 8 liter/menit, atau melalui kateter
pernafasan dan monitoring Hemoglobin, Hematokrit dan trom- sampai di nano-faring 3 - 5 liter/menit° .
3 7>
•
sehingga perlu diberikan nutrisi parenteral total. < : 20 > 4x < 1:2560 Infeksi primer
– Pemberian cairan, jenis dan jumlahnya. Frekuensi dan < : 20 > 4x > 2560 Infeksi sekunder
2.3. )
keluaran kencing perlu dicatat( ' . > : 20 > 4x Infeksi sekunder
> : 1280 tetap atau naik Infeksi sekunder
(baru terjadi)
PERA'WATAN
1) Indikasi rawat nginap :
DBD derajat II, III dan IV. 3b) Pemeriksaan serologi dengan Dengue Blot
-
DBD derajat I dengan hiperpireksia, kejang, intake tidak Merupakan modifikasi dari ELIS A dan hanya membutuhkan
-
cukup, serta kecenderungan kenaikan hematokrit. waktu 3 jam untuk mengetahui hasilnya. Pemeriksaan ini dapat
2) Hal-hal yang perlu diperhatikan : dilakukan sekali saja pada fase akut atau dua kali bersamaan
a) Tempat/kamar perawatan diusahakan terpisah dengan dengan fase konvalesen. Hasil pemeriksaan dua kali adalah lebih
ABSTRAK
Diare Infeksius Akut dapat disebabkan oleh sejumlah virus, bakteri dan parasit.
Untuk dapat menimbulkan diare, mekanisme apapun yang digunakan oleh mikro-
organisme patogen tersebut, haruslah terjadi gangguan absorpsi/reabsorpsi cairan yang
terdapat di lumen usus dan meningkatnya secara berlebihan sekresi kelenjar-kelenjar
saluran cerna atau kombinasi keduanya.
Karena itu tanpa memandang penyebab diare, umumnya akibat yang terjadi adalah
oleh karena kehilangan cairan, elektrolit, basa dan makanan melalui tinja penderita.
ABSTRAK
PENDAHULUAN
4) Faktor yang berhubungan dengan kebidanan dan gineko-
Infeksi merupakan penyakit yang sering menyerang ibu,
logi, seperti : multigravida, pernah mengalami KPD pada per-
baik pads masa kehamilan maupun pada saat persalinan. Infeksi
salinan yang lalu, perdarahan antepartum, hamil ganda, hi-
ini dapat terjadi oleh karena faktor penanganan persalinan yang
dramnion, malposisi, disproporsi sefalo-pelvik, umur lebih dari
kurang adekuat dan kurang bebas hama. Dilaporkan bahwa
35 tahun, trauma vagina, dan lain-lain.
infeksi merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian pads
5) Faktor sosio ekonomi yang rendah, seperti : defisiensi gizi,
ibu hamil dan bersalin, selain perdarahan dan tekanan darah
vitamin C.
tinggi.
6) Faktor antagonismus golongan darah A, B, O.
Pada makalah ini dibatasi pembicaraan mengenai ketuban
7) Faktor merokok.
pecah dini dan partus terlantar yang sering di jumpai pada bagian
8) Faktor keturunan.
Kebidanan RS Dr. Pirngadi Medan.
Diagnosis
KETUBAN PECAH DINI Diagnosis ditegakkan dengan :
1) Anamnesis : keluar air dari vagina.
Definisi
2) Pemeriksaan klinis, antara lain :
Ketuban Pecah Dini (KPD; Premature Rupture of the
- Pemeriksaan klinis langsung yaitu melihat air ketuban ke-
Membrane = PROM; Amniorrhexis) ialah robeknya selaput
luar.
ketuban pads setiap saat sebelum persalinan mulai atau sebelum
- Pemeriksaan inspekulo, air ketuban mengalir keluar dari
in partu.
kanalis servikalis (bila perlu dengan tekanan ringan pada fundus
Insidens uteri).
- RS Dr. Pirngadi Medan (1982) : 2,27% dari seluruh persa- - Periksa dalam, secara asepsis meraba tidak adanya selaput
linan. ketuban.
RS Hasan Sadikin Bandung (1979) : 5,05%. 3) Pemeriksaan laboratorium :
RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (1988) : 11,22%. Tes kristalisasi/tes arborisasi air ketuban.
-
Etiologi/Faktor Predisposisi - Tes pH air ketuban dengan kertas indikator (air ketuban
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, bersifat alkalis dengan pH 7,0 - 7,5).
tetapi berbagai penulis menyebutkan beberapa faktor predis- - Suntikan zat warna intraamnion, pengecatan lemak, lanugo,
posisi, antara lain : pengukuran kadar glukosa dan fruktosa, pemeriksaan sitologi sel
1) Faktor selaput ketuban. skuamosa janin).
2) Faktor infeksi. 4) Pemeriksaan dengan ultrasonografi, menilai banyaknya air
3) Faktor perubahan tekanan intrauterin yang mendadak. ketuban, umur kehamilan, dan posisi janin.
ETIOLOGI
1) Abortus
2) Mola hydatidosa
3) Kehamilan ektopik terganggu
4) Kelainan di serviks uteri (trauma, polip, karsinoma)
5) Kelainan di vagina (trauma, varises, karsinoma)
6) Kelainan vulva (trauma, varises, karsinoma).
GAMBARAN KLINIS
Perdarahan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat,
akan mengakibatkan volume darah intravaskular berkurang;
untuk menjaga aliran darah ke organ-organ vital (otak, jantung,
pare), pembuluh darah ke organ usus, uterus, ginjal, otot, kulit PENANGANAN
mengalami konstriksi (vasokonstriksi) dan frekuensi denyut Jika perdarahan (pervaginam) sudah sampai menimbulkan
jantung semakin meningkat. Perdarahan yang berkepanjangan gejala klinis syok, tindakan pertama ditujukan untuk perbaikan
tanpa penanganan yang baik akan menimbulkan hipoksi pem- keadaan umum. Tindakan selanjutnya adalah untuk menghenti-
buluh darah organ-organ. Pembuluh darah yang mengalami kan sumber perdarahan.
Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit
Jantung Koroner di Indonesia
H.A. Adin St Bagindo DTM&H
Divisi Kardiologi Bagian/UPF llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit Dr Pirngadi, Medan
HASIL
Dan 852 penderita yang diteliti terdapat 526 orang pria
(61.74%) dan wanita 326 orang (38.26%). Umur penderita ber-
kisar antara 15—84 tahun dengan umur rata-rata 55± 14 tahun dan
dengan kelompok usia terbanyak : 55 — 64 tahun (32.9%).
Urutan distribusi payah jantung menurut penyebabnya da-
pat dilihat pads gambar 1. Dari berbagai penyebab payah jan-
tung pada penelitian ini didapatkan bahwa penyakit jantung
Status Epileptikus
LBM Sitorus
Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit Dr Pirngadi, Medan
ABSTRACT
Status epilepticus is a medical emergency. Recent experimental studies have shown
that permanent brain damage can occur after only 60 minutes of uncontrolled seizure
activity. Cardiac arrythmias are a common cause of death. Other complications, include
rhabdomyolysis, acute tubular necrosis and neurogenic pulmonary edema. The manage-
ment is divided into three phases : stabilization of the patient, termination of the seizures
and diagnostic evaluation.
PENDAHULUAN sebagai suatu off-on switch, untuk menjaga korteks serebri tetap
Kira-kira 10% kasus-kasus gawat darurat yang dijumpai sadar (awake). Maka apapun yang dapat mengganggu interaksi
dalam praktek sehari-hari di RSU adalah kasus gawat darurat ini, apakah lesi supratentorial, subtentorial dan metabolik akan
saraf, dan tersering (3%) adalah koma. Maka penyakit saraf mengakibatkan menurunnya kesadaran.
mempunyai reputasi dalam penanganan kasus-kasus gawat da- Karena ARAS terletak sebagian di atas tentorium serebeli
rurat. dan sebagian lagi di bawahnya, maka ada tiga mekanisme
Gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan patofisiologi timbulnya koma : 1. Lesi supratentorial, 2. Lesi
fungsi otak yang berat, yang dapat membahayakan kehidupan. subtentorial, 3. Proses metabolik.
Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya Koma supratentorial
mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat di- 1) Lesi mengakibatkan kerusakan difus kedua hemisfer se-
sebabkan beraneka ragam penyebab baik primer intrakranial rebri, sedang batang otak tetap normal. Ini disebabkan proses
ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktu- metabolik.
ral/metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak atau kedua- 2) Lesi struktural supratentorial (hemisfer).
nya. Bergantung pada kerusakannya, gejala utama yang timbul Adanya massa yang mengambil tempat di dalam kranium
dapat berupa : obtundasi, stupor, semicoma dan coma. (hemisfer serebri) beserta edema sekitarnya misalnya tumor
Penanggulangan koma sangat tergantung pads patologi otak, abses dan hematom mengakibatkan dorongan dan per-
dasarnya serta patofisiologi gangguan kesadaran. Hal ini sangat geseran struktur di sekitarnya; terjadilah : 1. Hemiasi girus
sulit, apalagi jika riwayat penyakit dan perkembangan gejala singuli, 2. Hemiasi transtentorial sentral, 3. Herniasi unkus.
fisik sebelumnya tak jelas diketahui.
1. Herniasi girus singuli
PATOFISIOLOGI Hemiasi girus singuli di bawah falx serebri ke arah kon-
Gangguan kesadaran dapat dibagi dua : tralateral menyebabkan tekanan pads pembuluh darah serta
1. Gangguan derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesa- jaringan otak, mengakibatkan iskemi dan edema.
daran.
2. Gangguan isi (kualitas, awareness, alertness) kesadaran. 2. Herniasi transtentorial/sentral
Hemiasi transtentorial atau sentral adalah basil akhir dari
Kesadaran ditentukan oleh interaksi kontinu antara fungsi
proses desak ruang rostrokaudal dari kedua hemisfer serebri dan
korteks serebri – termasuk ingatan, berbahasa dan kepintaran
nukli basalis; secara berurutan mereka menekan diensefalon,
(kualitas), dengan ascending reticular activating system (ARAS)
mesensefalon, pons dan medula oblongata melalui celah ten-
(kuantitas) yang terletak mulai dari pertengahan bagian atas
pons. ARAS menerima serabut-serabut saraf kolateral dari torium.
jaras-jaras sensoris dan melalui thalamic relay nuclei dipancar- 3) Herniasi unkus
kan secara difus ke kedua korteks serebri. ARAS bertindak Hemiasi unkus terjadi bila lesi menempati sisi lateral fossa
ABSTRACTS
Hemoptisis Masif
H. Luhur Soeroso, H. Sugito, R.S. Parhusip, Sumarl, Usman
Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utaral
UPF, Paru Rumah Sakit Dr Pirngadi, Medan
ABSTRAK
PENDAHULUAN BATASAN
Hemoptisis atau batuk darah adalah ekspektorasi darah Dalam menetapkan kriteria sedang hemoptisis masif, masih
atau dahak mengandung darah, berasal dari saluran nafas di dijumpai perbedaan di antara satu pusat medis dengan pusat
bawah pita suara( o . Hemoptisis harus dibedakan dengan epis- medis lainnya, terutama dalam hal menentukan volume darah
taksis atau hematemesis, baik secara anamnesis, pemeriksaan yang dikeluarkan dalam periode tertentu. Menurut Edward dkk
fisik atau pemeriksaan laboratorium. dan J.A. Wedzicha, hemoptisis masif adalah batuk disertai darah,
Hemoptisis merupakan salah satu gejala yang menyebab- dengan volume darah antara 200 ml s/d 600 ml yang berlangsung
kan penderita segera datang berobat, karena bagi masyarakat 16 jam s/d 24 jam t2.3t .
awam hemoptisis merupakan pertanda bahwa penyakit yang Di bagian Paru FK-UI/RS. Persahabatan Jakarta dipakai 3
dideritanya cukup membahayakan dan akan membawa maut kriteria untuk menyatakan hemoptisis masif yang memerlukan
baginya. tindakan bedah karena akan mengancam kelangsungan hidup
Dalam tulisan ini akan dijelaskan hemoptisis masif, karena penderita( l ).
hemoptisis masif merupakan keadaan gawat dalam bidang 1) Bila penderita mengalami batuk darah lebih dari 600 ml per
medis dan perlu segera ditanggulangi. Komplikasi yang sering 24 jam - dan dalam pengamatan batuk darah tidal( berhenti.
terjadi adalah asfiksia, kehilangan darah yang banyak dalam 2) Bila penderita batuk darah kurang dari 600 ml per 24 jam dan
waktu singkat, serta penyebaran penyakit ke bagian paru yang pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar Hb kurang
sehat. Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak dari dari 10 g%, sedangkan batuk darah masih berlangsung terus.
hemoptisis masif. Dalam tulisan ini akan dibahas batasan, 3) Penderita dengan batuk darah kurang dari 600 ml per 24 jam,
etiologi, kekerapan, patofisiologi dan diagnosis serta penang- tetapi lebih dari 250 ml per 24 jam, kadar Hb lebih dari 10 g%,
gulangan hemoptisis masif. dan pada pengamatan selama 48 jam dengan pengobatan konser-
KEKERAPAN
Untuk negara yang mempunyai kekerapan tuberkulosis
tinggi, maka penyakit ini merupakan penyebab tersering ter-
jadinya hemoptisis masif. Kekerapan batuk darah penderita
ABSTRAK
Efusi Pleura Masif masih sering dijumpai, dan untuk menetapkan diagnosisnya
tidaklah begitu sukar. Namun demikian mencari penyebabnya tidaklah mudah, karena
memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang agak banyak.
Akibat adanya carian yang cukup banyak dalam rongga pleura, maka kapasitas paru
akan berkurang dan di samping itu juga menyebabkan pendorongan organ-organ me-
diastinum, termasuk jantung. Hal ini mengakibatkan insufisiensi pernafasan dan juga
dapat mengakibatkan gangguan pada jantung dan sirkulasi darah.
Diperlukan penatalaksanaan yang bail( dalam menanggulangi efusi pleura masif
ini, yaitu pengeluaran cairan dengan segera serta pengobatan terhadap penyebabnya
sehingga hasilnya akan memuaskan.
PENDAHULUAN
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rorigga kurang lebih 10-20 ml cairan dengan konsentrasi protein
pleura yang disebabkan oleh proses eksudasi atau transudasi rendah, terdapat di antara pleura viseralis dan parietalis yang
yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura bukanlah berfungsi sebagai pelicin agar gerakan kedua pleura tidak
merupakan suatu diagnosis penyakit , tetapi suatu gejala pe-
(o terganggu. Cairan ini dibentuk oleh kapiler pleura parietalis
nyakit serius yang dapat mengancam jiwa .
' (2) dan direabsorsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura
Efusi pleura masif adalah penumpukan cairan pleura yang viseralis. Keseimbangan ini tergantung pada tekanan hidrostatik,
mencapai lebih 2/3 hemitoraks( ). Berbagai penyakit bisa me-
3 dan direabsorpsi oleh kapiler dan pembuluh getah bening pleura
nimbulkan efusi pleura masif, namun yang paling sering dan penyaluran cairan pleura oleh saluran getah bening ' ). Pada
o 4
ditemukan karena proses keganasan dan tuberkulosis. keadaan patologis rongga pleura dapat menampung beberapa
Diagnosis efusi pleura masif pada umumnya dapat ditegak- liter cairan dan udara " )
( 3
kan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, tetapi Efusi pleura dapat timbul bila terjadi peningkatan tekanan
kadang-kadang memerlukan pemeriksaan foto toraks. Untuk hidrostatik sistemik, penurunan tekanan osmotik koloid darah
diagnosis pasti perlu dilakukan tindakan torakosentesis, evaluasi akibat hipoproteinemia, kerusakan dinding pembuluh darah atau
,3.0)
cairan pleura, biopsi pleura dan prosedur diagnostik lainnya ' ( . dalam rongga pleura pada atelektasis yang luas, gangguan pe-
Berikut akan dibahas mekanisme terjadinya efusi pleura, nyerapan kembali carian pleura oleh saluran pembuluh getah
diagnosis dan penatalaksanaan efusi pleura masif. bening, hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, robeknya
pembuluh darah atau saluran getah bening dan carian asites dapat
MEKANISME mengalir melalui pembuluh getah bening diafragma atau defeks
Dalam keadaan normal rongga pleura mengandung makroskopik pada diafragma '"3
( • 0
Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai yang tinggi dalam
mendiagnosis efusi pleura, tetapi tidak mempunyai nilai apapun
dalam menentukan penyebabnya. Secara radiologis jumlah
cairan yang kurang dari 100 ml tidak akan tampak dan baru jelas
bila jumlah cairan di atras 300 ml ( ' .5)
Foto toraks dengan posisi Posterioe Anterior akan memper-
jelas kemungkinan adanya efusi pleura masif. Pada sisi yang sakit
tampak perselubungan masif dengan pendorongan jantung dan Di samping pemeriksaan di atas diperiksa juga kadar pH
mediastinum ke sisi yang sehat° . (normal 7,64). pH < 7,30 dapat dijumpai pada penyakit TBC,
infeksi non TBC, penyakit kolagen, dan neoplasma". Kadar
TORAKOSENTESIS glukosa yang rendah (40mg%) ditemukan karena proses
Tujuan torakosentesis (punksi pleura) di samping sebagai infeksi dan keganasan( 9).
diagnostik juga sebagai terapeutik o). Akhir-akhir ini diperkenaikan pemeriksaan biokimia diag-
nostik antara lain pemeriksaan Cytokine yang meliputi
PEMERIKSAAN CAIRAN PLEURA Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-2 (IL-2) serta gamma Inter-
Makroskopis dan bau ferop (IFN-Y) dan nemeriksaan Adenosine Deaminase (ADA)"•"'
Cairan efusi berwarna serous (jarang serohemoragis), ini -Ribera dkk" 3) di Spanyol mendapatkan kadar gamma inter-
biasanya karena infeksi tuberkulosis, bila keruh kekuning- feron yang tinggi pada efusi pleura tuberkulosis sebesar 91,2
kuningan akibat infeksi non tuberkulosis, keruh susu dengan U/ml (rata-rata 2,4-413 u/ml), sedangkanShimokata dkk(" ) di
endapan di dasar karena empiema, keruh susu dengan krim di Nagoya mendapatkan 73/ml rata-rata 1,5 - 410 U/ml untuk efusi
bagian atas karena chylotoraks, keruh kehijau-hijauan karena pleura tuberkulosis dan sebesar < 1,0 U/ml untuk efusi pleura
arthritis rematoid, kental karena mesothelioma, merah tengguli karena karsinoma (p < 0,01). Banales dkk' di Mexico
karena sindrom hepatopulmonal, hemoragis karena karsinoma, mengemukakan peranan pemeriksaan Adenosine Deaminase
truma dan infark paru dan bau busuk umumnya karena infeksi sebagai marker dengan sensitifitas 98% dan spesifisitas 96%
anaerobik°.0) untuk efusi pleura tuberkulosis dengan batasan 70 lU/liter.
Torakoskopi atau pleroskopi dapat secara langsung
Mikroskopis melihat pleura dan dapat melakukan biopsi pada permukaan
Kumpulan lebih kurang 10 ml, cairan untuk pemeriksaan pleura yang abnormal. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
mikroskopik. Bila ditemukan dominan neutrofil polimorf me- mempergunakan torakoskop kaku atau dengan bronkoskopi
nunjukkan suatu inflamasi bakterial dan bila jumlahnya sangat serat optik dengan anestesi topikal. Torakoskopi baru dikerjakan
banyak menunjukkan empiema. Efusi dengan sel limfosit per- bila pemeriksaan sitologi cairan pleura maupun biopsi pleura
dominan merupakan tanda khas untuk tuberkulosis tapi dapat tidak memberikan hasil"). Demikian juga tindakan prosedur di-
juga dijumpai pada efusi pleura kronis dengan sebab apapun. agnostik lainnya yang bersifat invasif seperti biopsi pleura ter-
Eosinofil yang banyak sekali biasanya menunjukkan adanya buka dikerjakan bila pemeriksaan sitologi cairan dan biopsi
perdarahan dalam rongga pleura, karena keganasan atau pe- pleura tidak menemukan tanda keganasan°).
ABSTRAK
Kasus III
Seorang anak laki-laki berumur 31/2 tahun dikonsulkan
dari Bagian THT RS. Pirngadi Medan dengan keluhan sesak
nafas. Sesak nafas ini timbul setelah kakak os. memberikan
sepotong jambu klutuk. Di Bagian THT telah dilakukan
laringoskopi tetapi tak berhasil dikeluarkan.
Pads pemeriksaan os. sesak dan terdengar wheeze pada
parunya. Terdapat gambaran emfisematous pada paru kanan
dalam pemeriksaan foto thoraks.
Pads pemeriksaan bronkhoskopi tampak mukosa trakhea
dan bronchus hiperaemis dan sedikit edematous. Terlihat
adanya benda asing pada bronkhus utama kanan, dan diambil
dengan scoop. Benda asing tersebut temyata sepotong jambu
klutuk, seperti keterangan yang didapat dari anamnesis. Beberapa
hari kemudian penderita berangsur balk.
KASUS Kasus IV
{ Dari tahun 1977 - 1982 terdapat 5 kasus anak yang dikirim Seorang anak laki-laki berumur 10 bulan, dikonsulkan
ke Bagian Paru FK USU/R.S Pirngadi/B.P.4 Medan. Dan basil dari Bagian Anak RS. Pirngadi ke BagianParu dengan keluhan
pemeriksaan didapati basil sebagai berikut : batuk dan sesak nafas. Dari anamnesis didapat keterangan
j) Hiperparasitemia 1. WHO Regional Publications South East Asian series no. 9. Clinical
Management of Acute Malaria, 1990.
Exchange tranfusion dilakukan pads penderita dengan pa-
2. Soeharyo Hadisaputro, Ketut Ardana, Abdul Djamil. Pole Klinik dan
rasitemia > 10% dan ada gejala komplikasi berat seperti black Pengelolaan Malaria Berat di RSU RA Kanini Jepara, Jawa Tengah.
water fever, DIC dan memburuknya gejala neurologis. Diper- Kumpulan makalah simposium malaria, Jakarta, 2 Mei 1991.
lukan darah segar 5—10 liter. 3. Hoffman SL, Rustama D, Punyabi NH, et al. High-Dose Dexamethasone in
Quinine-Treated Patients with Cerebral Malaria. J Infect Dis 1988.
4. Harianto PN, Alwi Datau E. Presentasi klinik komplikasi dan mortalitas
RINGKASAN Malaria Serebral di RS Bethesda, Minahasa. Naskah Lengkap Kopapdi
Malaria berat biasanya disebabkan infeksi Plasmodium VIII di Yogyakarta, 1990.
falciparum dengan parasitemia > 5% dan atau disertai kom- 5. Buku Pedoman Pemberantasan Malaria no. 16. Penatalaksanaan Malaria
Beret di RS dan Puskesmas. Dirjen P3M dan PLM, 1991.
plikasi malaria serebral, anemi berat, ikterik, gagal ginjal akut, 6. Harianto PN. Malaria Berat, manifestasi klinik dan penatalaksanaannya.
udema paru, dan hemoglobinuria. Penatalaksanaan malaria berat 7. Geoffrey Gill. Modem drug therapy. Malaria. Medicine Digest Asia. (May)
tergantung dari komplikasi yang menyertainya. Pertimbangkan 1986; 4(5): 28-34.
diagnosis banding. 8. K. Thimasam, S. Pinichpongse, S. Malikul dkk. Double blind comparative
study of Fansimef and Larian for the curative treatment of P. falciparum
Pengobatan anti malaria bertujuan untuk mengurangi para- infections in Thailand. Southeast Asian J Trop Med Publ Health 1990
sitemia secara cepat. Pemberian kinin per infus merupakan obat (Sept.); 21(3).
pilihan utama. Kinin tidak dipakai pads Black water fever dan 9. Harinasuta, Bunnog, Lassere. Southeast Asian J Trop Med Publ Health
dosisnya diturunkan bila ada gagal ginjal dan kelainan fungsi (Des.) 1990; 21(4).
10. Warrel DA, Looareesuwam S, Warrell MJ et al. Dexamethasone proves
hati. deleterious in Cerebral Malaria. N. Engl J. Med. 1982.
Penanganan yang segera dan tepat merupakan kunci keber- 11. White NJ, Deborah W, Crawley J, dkk. Comparison of artemether and
hasilan dari pengobatan malaria berat. chloroquine for severe malaria in Gambian children. Lancet 1992; 339.
(Seneca)
ABSTRACK
ABSTRAK
Oksigen dibutuhkan untuk kehidupan sel, akan tetapi ironisnya oksigen dapat pula
menyebabkan kematian sel. Bila jaringan yang mengalami hipoksia diberi perfusi
oksigen, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan yang lebih berat. Hal ini disebabkan
oleh terbentuknya superoksida (OZ) suatu oksigen radikal bebas yang sangat sitotoksik.
Sumber-sumber yang memungkinkan terbentuknya superoksida ini, mekanisme
bagaimana superoksida mengadakan perusakan sel Berta beberapa senyawa kimia yang
dapat digunakan sebagai scavenger superoksida akan dibicarakan dalam tulisan ini.
PENDAHULUAN
Oksigen dibutuhkan oleh tubuh akan tetapi oksigen juga
dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. Bila oksigen (0 2)
mengalami reduksi univalen maka akan terbentuk superoksida
yaitu ion oksigen radikal (OZ) yang sangat sitotoksik (Friedo-
vich, 1975). Superoksida terbentuk apabila Flavin tereduksi
(reduced Flavin) mengalami reoksidasi univalen oleh molekul
02. Flavin dalam bentuk FAD (Flavin Adenin Dinukleotida) dan
FMN (Flavin Mono Nukleotida) terutama dijumpai sebagai
koenzim untuk enzim-enzim erobik dehidrogenase seperti Xan-
thine dehidrogenase (oksidase).
Dalam keadaan jaringan mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia), maka jumlah Flavin tereduksi akan meningkat. Bila
jaringan seperti ini mendapat suplai oksigen yang cukup banyak
secara tiba-tiba maka suiperoksida dapat terbentuk dalam jumlah
yang cukup banyak untuk menyebabkan terjadinya kerusakan
pada jaringan dengan akibat-akibatnya.
METABOLISME OKSIGEN (0 2)
Oksigen di dalam tubuh diperlukan :
PENDAHULUAN yang patah tepat pads permukaan kulit atau di bawah permukaan
Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi kulit kepala.
di Indonesia, khususnya Medan, oleh karena negara. kita ber•- c) Kerion Selsi : dimulai dengan ruam eritematosa, skuama,
iklim tropis dan kelembabannya tinggi. Dermatofitosis adalah papel, disertai rambut yang putus, dapat disertai peradangan
infeksi jamur superfisial yang disebabkan genus dermatofita, akutberupa indurasi yang mengeluarkan pus, keadaan ini disebut
yang dapat mengenai kulit, rambut dan kuku. Manifestasi klinis sebagai kerion selsi. Pada penyembuhan akan menimbulkan
bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga jaringan parut yang menetap.
selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam Diagnosis Banding
penataklaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis Alopesia areata, dermatitis seboroik, pioderma, psoriasis
dan identifikasi laboratorik. dan trichotilomania.
Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik.
Pada masa kini banyak pilihan obat untuk mengatasi dermatofi- 2) Tinea Korporis
tosis, baik dari golongan antifungal konvensional atau antifungal Suatu infeksi jamur pads kulit halus tanpa rambut (glabrous
terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya skin) di daerah leher, wajah, lengan dan bokong. Sering dijumpai
tahan seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab. pads orang dewasa.
Manifestasi klinis berupa lesi anuler dengan tepi polisiklis.
DIAGNOSIS Pada daerah tepi tampak vesikel-vesikel kecil dengan skuama
Untuk menegakkan diagnosis dermatofitosis dapat dilakukan halus dan aktif. Di sini dijumpai daerah penyembuhan sentral.
dari manifestasi klinis, lampu wood dan identifikasi laboratorik. Rasa gatal bertambah pads waktu berkeringat.
Bentuk lain tinea korporis ialah tinea imbrikata. Lesi berupa
GAMBARAN KLINIS plakat, polisiklis atau bulat dengan susunan skuama membentuk
Berdasarkan lokalisasi, dermatofitosis terdiri dari : lingkaran konsentris tersusun seperti atap genting dan meng-
I) Tinea Kapitis hadap ke sentral.
Merupakan infeksi jamur pada kulit kepala dan rambut. Diagnosis Banding
Penderita terbanyak anak-anak usia sekolah dan biasanya Pitiriasis rosea, psoriasis vulgaris, pemfigus foliaseus dan
menghilang setelah pubertas. Penularan dapat melalui hewan eksema numuler.
peliharaan dan dapat dari manusia ke manusia.
Ada tiga bentuk manifestasi klinis : 3) Tinea Kruris
a) Bentuk Gray patch : lesi inflamasi ringan multipel dan Lesi dijumpai pads daerah Bela paha, anogenital dan pubis.
bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abu-abu, Ruam letaknya simetris pada lipatan paha kin dan kanan, berupa
mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia. makula atau plak yang eritema, pinggir aktif, bentuk polisiklis
b) Bentuk Black Dot ringworm : tampak alopesia dengan dengan penyembuhan sentral. Ruam dapat meluas sampai ke
titik-titik hitam di tengahnya, yang terdiri dari batang rambut skrotum, pubis, bokong dan paha.
manifestasi AIDS tidak jelas diketahui. Sebagian besar penderita terjadi pada istri dari penderita hemophilia ataupun wanita pa-
-PGL nampaknya tidak menunjukkan manifestasi AIDS selama sangan seksual dari penderita AIDS telah membuktikan bahwa
observasi 3-4 tahun. Jadi sebenarnya perjalanan penyakit tidak hubungan seksual melalui vagina dapat menularkan virus dari
jelas diketahui, terutama disebabkan infeksi ini mengalami masa pria kepada wanita" .63).
laten" .6). Infeksi oportunistik merupakan gambaran umum tidak Penularan virus dari wanita ke pria mungkin terjadi secara
adanya kesanggupan penderita untuk mengatasi infeksi secara epidemiologis tetapi belum dapat dibuktikan secara virologis' 7 .
normal. Jadi penderita AIDS dapat menderita infeksi virus her-
pes simpleks dengan ulkus yang persisten, sedangkan pads orang AIDS
normal lain terbatas dengan ruam berupa vesikel yang segera Masalah klinis AIDS disebabkan oleh immunodefisiensi
menghilang U.63 ) selular yang menyebabkan timbul infeksi oportunistik dan tu-
Keadaan yang sama akan menyebabkan plak Candidiasis di mor°'6)
dalam rongga mulut~' 6~
A. Kelainan pare )
AIDS hams diingat/dipertimbangkan bila seseorang pasien Merupakan salah satu manifestasi AIDS, sehingga diperlu-
gagal mengatasi infeksi, yang dalam keadaan normal akan segera kan upaya menegakkan diagnosa yang tepat karena merupakan
dapat diatasi"". dasar penatalaksanaan penderita AIDS".
[ )
PCP (Pneumocystic Carinii Pneumonia) '
PERJALANAN INFEKSI HIV
PCP merupakan masalah infeksi yang umum pads AIDS
Infeksi dapat terjadi akut dengan serokonversi. Setelah me-
dan merupakan diagnosis kemungkinan utama setiap kelainan
lewati masa laten akan timbul PGL (Persistent Generalized
pam yang berupa infiltrat difus dalam hubungan AIDS. Keluhan
Lymphadenopathy) yang diikuti munculnya ARC (AIDS Related penderita biasanya dyspnoe yang bertambah, disertai bentuk
Complex) dan akhirnya menjadi AIDS dengan disertai infeksi tanpa dahak. Lama keluhan dari beberapa minggu hingga bebe-
oportunistik. Tetapi hams diingat bahwa tidak semua penderita
rapa bulan. Variasinya berhubungan erat dengan tingkat imuno-
AIDS akan didahului oleh manifestasi dini dan banyak penderita
supresi dari penderita.
PGL atau ARC tidak akan berkembang menjadi AIDS" .6 )
Sebagian penderita (± 30%) mempunyai keluhan nyeri
pleura di bagian tengah dada dan pads umumnya disertai keluhan
ARC (AIDS Related Complex) ketidaksanggupan menarik napas panjang akibat rasa nyeri dan
ARC ialah infeksi dengan tanda-tanda infeksi HIV tanpa batuk. Sering disertai demam tingkat rendah dan menonjol pads
adanya infeksi oportunistik ataupun tumor; diuraikan sebagai sore hari serta banyak keringat waktu malam.
kesatuan dari tanda-tanda dengan kelainan laboratorium. Hal Pemeriksaan sering tidak menunjukkan kelainan kecuali
penting yang memisahkan pembagian antara PGL dan ARC ialah peningkatan frekuensi pernapasan, akan tetapi stigmata lain dari
mengenai perbedaan prognosis antara PGL yang relatif jinak AIDS hams diperhatikan terutama Candidiasis rongga mulut,
dengan ARC yang mempunyai kemungkinan berkembang
Sarcoma kaposi, leukoplakia.
menjadi AIDS. Pemeriksaan Rontgen dada menunjukkan karakteristik
Tanda-tandanya berupa lemah sekali, malaise, berat badan berupa kelainan perihilar sebagai manifestasi dini; kemudian
turun > 10%, diarhea > 1 bulan, demam, berkeringat waktu disusul kelainan berupa gambaran bayangan pada bagian (zona)
malam hari; disertai gejala-gejala Candidiasis rongga mulut,
tengah dan bawah, kadang-kadang disertai kelainan pads daerah
Leukoplakia, PGL, Splenomegali dan Eczema/folliculitis.
supra diafragma pads fase lanjut. Bayangan pads umumnya
Kelainan laboratorium yang dijumpai berupa Limfopeni,
simetris dan efusi pleura jarang terlihat.
trombositopenia, T helper menurun
Penting diketahui bahwa basil pemeriksaan sinar tembus
Diagnosis ARC ditegakkan cukup bila penderita mempu-
menunjukkan keadaan yang normal pads tingkat dini PCP.
nyai satu tanda dan satu gejala serta satu kelainan laboratorium.
Defisiensi imunitas dapat menunda munculnya respons infla-
Infeksi HIV masi sehingga infeksi pulmonal hanya disertai tanda-tanda yang
HIV ternyata menginfeksi .T helper lymphocyte dan mung- minimal pads pemeriksaan sinar tembus.
kin virus terns menerus membentuk tunas pada permukaan set, Untuk memeriksa serta menegakkan diagnosis PCP, pilihan
yang menyebabkan viremi yang persisten" 5.6) utama ialah menggunakan FOB (Fibre Optic Bronchoscopy),
Virus dapat diisolasi dari semen dan saliva, daya meng- dengan TBB (Trans Bronchial Biopsy) dari jaringan alveolar. Di
infeksi dari semen mungkin dapat terjadi, sedangkan saliva be- samping itu juga BAL (Broncho Alveolar Lavage) dapat di-
lum dapat dibuktikan" ). Dianggap bahwa virus ditularkan me- gunakan untuk pemeriksaan sitologi terhadap bahan alveolar.
lalui pemindahan sedikit darah pada waktu hubungan seksual. Penggunaan FOB dapat menopang diagnosis sebagian besar
Perdarahan yang lebih banyak sebagai yang terjadi pada pria kasus. Kegagalan melaksanakan bronchoskopi mengakibatkan
ABSTRAK
Jika dilihat sepintas alergi dan iritasi kulit dapat mirip satu dengan lainnya. Dan
sudut dermatologi terdapat perbedaan di antara keduanya yang dapat membantu klta
menangani pasien-pasien yang menderita alergi dan iritasi kulit.
Dalam makalah ini dibicarakan beberapa contoh alergi dan iritasi kulit yang
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
1. Alergi terhadap perhiasan
2. Reaksi kulit terhadap sabun dan detergensia
3. Kepekaan terhadap sepatu, bahan pengawet, pakaian dan cat rambut.
PENDAHULUAN nikel yang banyak terdapat dalam benda-benda logam antara lain
Istilah alergi menunjukkan suatu reaksi yang berubah jam Langan, perhiasan, jepitan rambut, penggulung rambut,
(alergi) terhadap suatu bahan tertentu (alergen) yang melibat- gunting, cincin, mata uang, kepala ikat pinggang, bingkai kaca,
kan sistem imun tubuh; hanya terjadi pads orang-orang tertentu. mata dan sebagainya. Di Amerika diperkirakan kepekaan
Iritasi kulit disebabkan oleh suatu bahan dapat terjadi pads terhadap nikel ini mencakup± 10% dari penduduk dan terdapat
setiap orang, tidak melibatkan sistem imun tubuh dan ada be- lebih banyak pads wanita dari pads pria dengan perbandingan
berapa faktor-faktor tertentu yang memegang peranan seperti 2 : 1. Hal ini disebabkan oleh karena wanita lebih banyak
keadaan permukaan kulit, lamanya bahan bersentuhan dengan memakai perhiasan dibandingkan dengan pria.
kulit, usia pasien, adanya oklusi dan konsentrasi dari bahan. Keringat dapat memperhebat dermatitis oleh nikel ini,
Adakalanya suatu bahan kimiawi mempunyai kedua sifat gejala berupa rasa gatal dan mencucuk dapat timbul 15-20
ini yaitu dapat menyebabkan reaksi alergis dan suatu respons menit setelah bersentuhan dengan kulit dan gejala-gejala kulit
iritasi pads kulit; sebagai contoh : sabun yang berisi zat warns dapat timbul dalam waktu satu jam. Apabila tidak berkeringat,
atau parfum sebagai alergen jika disertai dengan mencuci beru- pasien yang sama dapat memakai perhiasan yang mengandung
lang-ulang dapat menyebabkan iritasi kulit. nikel ini untuk beberapa jam tanpa adanya gejala.
Untuk membedakan reaksi kulit yang alergis dan iritasi kulit Diagnosis dermatitis oleh nikel ini amat mudah oleh karena
dapat dilakukan percobaan tempel. is timbul pada tempat kulit berkontak dengan logam tersebut.
Apabila kontak dihilangkan maka gejala pada kulit akan sembuh
ALERGI TERHADAP PERHIASAN DAN LOGAM LAIN dalam beberapa hari. Di samping itu untuk memperkuat diagno-
Pads orang-orang tertentu dapat terjadi kelainan kulit setelah sis dapat dilakukan uji tempel.
mernakai perhiasan tertentu misalnya anting-anting, kalung, Untuk mendeteksi apakah suatu perhiasan berisi nikeldapat
jam tangan dan sebagainya. Kemungkinan penyebabnya adalah dilakukan tes dengan dimetil-glioksim. Di samping itu jika
Oloan SM Siahaan
UPF Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Suniatera Utara
Rumah Sakit Umum Pusat Dr Pirngadi Klas A, Medan
PENDAHULUAN sangat berguna dan lebih balk memberikan resusitasi pada orang
Tidak semua penderita yang mengalami cardic arrest di- yang "sedang meninggal" daripada yang "telah ineninggal".
resusitasi, melainkan hanya yang mungkin untuk hidup lama
tanpa meninggalkan kelainan-kelainan di otak. Jadi resusitasi FASE-FASE RESUSITASI KARDIO PULMONER
ialah usaha mengembalikan fungsi pernafasan dan/atau sirkulasi RKP dibagi, terutama untuk memudahkan latihari dan
dan penanganan akibat henti nafas (respiratory arrest) dan/atau mengingat, dalam fase dan langkah sebagai berikut :
henti jantung (cardiac arrest) pads orang, di mana fungsi terse- FASE I : Tunjangan hidup dasar (Basic Life Support) yaitu
but gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup prosedur pertolongan darurat mengatasi obstruksi jalan nafas,
normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali. henti nafas dan henti jantung, dan bagaimana melakukan RKP
Jadi bukan pada akhir suatu stadium agonal, di mana karena secara benar.
memburuknya keadaan umum, pusat penting dan organ semakin Terdiri dari :
buruk dan akhirnya gagal total; atau pada orang yang pusat di A (airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka.
otaknya sudah mengalami kerusakan karena sebab-sebab per- B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.
nafasan/sirkulasi sehingga tidak ada lagi kemungkinan untuk C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kom-
hidup. presi jantung paru (KJL),
Keberhasilan resusitasi dimungkinkan oleh adanya waktu FASE II : Tunjangan hidup lanjutan (Advance Life Support);
tertentu diantara mati klinis dan mati biologis. Mati klinis terjadi yaitu tunjangan hidup dasar ditambah dengan :
bila dua fungsi penting yaitu pernafasan dan sirkulasi mengalami D (drugs) : pemberian obat-obatan termasuk cairan.
kegagalan total. Jika keadaan ini tidak cepat ditolong, maka akan E (EKG) : diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin
terjadi mati biologis yang irreversibel. Setelah tiga menit mati setelah dimulai KJL, untuk mengetahui apakah ada fibrilasi
klinis (jadi tanpa oksigenisasi), resusitasi dapat menyembuhkan ventrikel, asistole atau agonal ventricular complexes.
75% kasus klinis tanpa gejala sisa. Setelah empat menit persen- F (fibrillation treatment) : tindakan untuk mengatasi fibrilasi
tase menjadi 50% dan setelah lima menit 25%. Maka jelaslah ventrikel.
waktu yang sedikit itu harus dapat dimanfaatkan sebaik mung- FASE III : Tunjangan hidup terus-menerus (Prolonged Life
kin. Support).
Di camping mati klinis dan biologis dikenal juga istilah mati G (Gauge) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring
sosial yaitu keadaan di mana pernafasan dan sirkulasi terjadi penderita secara terus menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan
spontan atau secara buatan, namun telah mengalami aktifitas kemudian mengobatinya.
kortikal yang abnormal (perubahan EEG), penderita dalam H (Head) : tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan
keadaan sopor atau koma tanpa kemungkinan untuk sembuh; sistim saraf dari kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti
jadi dalam keadaan vegetatif. jantung, sehingga dapat dicegah terjadinya kelainan neurologik
Agar suatu resusitasi berhasil maksimal tentu saja me- yang permanen.
merlukan operator yang cekatan dan trampil. Waktu satu menit H (Hipotermi) : Segera dilakukan bila tidak ada perbaikan
Selama henti jantung, KJL yang dilakukan dengan baik bih tinggi di bawah tulang dada bawah dan xifoid. Tekanan : Pada bayi 1 – 2 cm,
dapat menghasilkan tekanan sistolik sampai 100 mm Hg, tapi pada tulang dada, anak kecil 2 – 4 cm. Jumlah kompresi : antara 80 – 100 kali/
menit dengan napas buatan secepat mungkin tiap 5 kali kompresi.
diastolik not, dan tekanan rata-rata di a. carotis jarang melebihi Penarikan kepala bayi dan anak ke belakang akan mengangkat punggung-
40 mm Hg; aliran darah a. carotis akibat KJL pada penderita nya. Jadi bilamelakukan kompresi maka punggung si anak hams diganjal dengan
henti jantung hanya mencapai sampai dari normal. Langan, sedang Langan yang lain melakukan kompresi jantung.
KJL selalu harus disertai pernapasan buatan. Memeriksa efektifitas KPR
Selama melakukan KPR maka reaksi pupil harus diperiksa
Teknik KJL
Agar KJL efektif, tulang dada bagian bawah hams ditekan minimal 3'/ z secara periodik, karena ini adalah petunjuk yang paling balk dari
sampai 5 cm (pada dewasa), dan korban hams diletakkan pada alas yang keras dan oksigenisasi dan aliran darah yang adekuat terhadap otak. Bila
datar. Bila korban di tempat tidur, gunakan papan sebagai alas; tetapi jangan pupil dilatasi tapi masih ada refleks cahaya, maka keadaannya
tertunda karena menunggu alas. Kompresi hams teratur, lancar (smooth) dan
lebih baik.
tidak terputus-putus.
Karena sirkulasi buatan selalu hams disertai dengan pemapasan buatan, Denyut a. karotis harus diperiksa secara periodik selama
maka lebih baik ada 2 orang penolong. Tapi dapat juga dilakukan den gan 1 orang KPR untuk mengetahui efektifitas KJL atau kembalinya denyut
i
sel tersebut dinamakan pseudokista dan dapat ditemukan dalam edema dan infiltrasi leukosit dan menyebabkan kerusakan fokal;
waktu lama. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila trofozoid pads proses penyembuhan terjadi sikatriks dengan atrofi retina
yang membelah telah membentuk dinding. dan koroid disertai pigmentasi.
Ukuran kista berbeda-beda, yang kecil mengandung bebe-
rapa organisme, yang besar 200 u mengandung kira-kira 3000 ASPEK KLINIS
organisme. 1) Toxoplasmosis akuisita
a) Toxoplasmosis akuisita pada orang sehat asimptomatis,
TRANSMISI PENYAKIT (CARA INFEKSI) biasanya sembuh sempurna; dapat dijumpai non febrile dissemi-
a) Toxoplasmosis kongenital, transmisi Toxoplasma gondii nated lymphadenopathy yang menyerupai infeksi mononukleo-
ke janin in utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi sis; gejala berat seperti ensefalitis, miokarditis dan pneumonia
primer waktu hamil. jarang terjadi.
b) Toxoplasmosis akuisita; infeksi terjadi bila makan daging b) Toxoplasmosis akuisita pada orang menderita immuno-
mentah atau kurang matang (sate), kalau daging tersebut me- defisiensi; keadaan ini menyebabkan penyakit menjadi berat dan
ngandung kista atau trofozoid Toxoplasma gondii. fatal, disebabkan oleh infeksi primer atau reakti vasi infeksi laten.
c) Infeksi di laboratorium binatang percobaan yang mengan-
2) Toxoplasmosis Kongenital
dung Toxoplasma gondii, melalui jarum suntik dan alat laborato-
Terjadi akibat masuknya Toxoplasma melewati sawar
rium lain yang terkontaminasi. Wanita hamil tidak dianjurkan
plasenta pada 20—30% wanita hamil dengan infeksi primer.
bekerja di lingkungan yang mengandung Toxoplasma gondii
Ada 4 bentuk :
hidup.
Pernah dilaporkan adanya infeksi dengan Toxoplasma gon- a) Neonatus dilahirkan dengan gejala
dii waktu mengerjakan autopsi. b) Gejala timbul dalam minggu atau bulan-bulan pertama
Walaupun infeksi dengan Toxoplasma gondii banyak c) Gejala sisa atau relaps penyakit yang tidak terdiagnosis
selama anak dan remaja
ditemukan pada manusia dan berbagai spesies mamalia lainnya,
tetapi hanya kucing dan binatang sejenisnya (Felidae) yang d) Infeksi subklinis°.
Kuman TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalo
dapat mengeluarkan ookista melalui tinjanya. Transmisi melalui
bentuk ookista menyerahkan infeksi Toxoplasma gondii pada virus, Herpes simplex virus) merupakan salah satu penyebab
Penyakit Radang Panggul (PRP) pada wanita; wanita dengan
orang yang tidak senang makan daging atau terjadi pada binatang
PRP tanpa keluhan disebut subklinis, tetapi akibat yang ditim-
herbivora. Serangga, moluska dan cacing tanah dapat berperan
bulkan adalah kemandulan (infertilitas). Pengalaman di Makmal
sebagai transport host.
Terpadu Immunoendokrinologi FK-UI pada tahun 1989—1990
membuktikan bahwa hampir 70% wanita infertil, terutama in-
PATOGENESIS
fertil sekunder ternyata terinfeksi dengan kuman TORCH.
Invasi kista atau ookista terjadi di usus; parasit memasuki sel
Banyak wanita infertil tidak mempunyai keluhan, tidak
atau difagositosis, berkembang biak dalam sel dan menyebabkan
mempunyai riwayat infeksi, tetapi pada pemeriksaan labora-
sel hospes pecah dan menyerang sel-sel lain. Dengan adanya
torium terdapat positif terinfeksi kuman TORCH, sehingga di-
parasit di dalam makrofag dan limfosit, maka penyebaran secara
perkirakan bahwa banyak kasus infeksi subklinis berlalu tanpa
hematogen dan limfogen ke seluruh tubuh mudah terjadi.
terdiagnosis.
Trofozoid dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh
Perlu diduga adanya infeksi subklinis, bila :
hospes (manusia) yaitu semua sel yang berinti termasuk garnet,
a. Dijumpai adanya penyumbatan/perlengketan tuba, meski-
bahkan zygote sehingga terjadi kegagalan fertilisasi.
pun tidak ada riwayat infeksi.
Kistadibentuk j ika sudah ada kekebalan dan dapat ditemukan
b. Riwayat kehamilan ektopik.
di berbagai alat dan jaringan, mungkin untuk seumur hidup.
c. Ditemukan perlengketan genitalia interna pada saat la-
Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh, tergantung
paraskopi maupun laparatomi.
pada :
d. Wanita dengan fluor vagina mukopurulen tanpa keluhan
1. Umur; pada bayi kerusakannya lebih berat dari orang de-
PRP.
wasa
Wanita yang seksual aktif.
2. Virulensi strain Toxoplasma
Wanita yang sistitis berulang.
3. Jumlah parasit
Wanita dengan riwayat adneksitis.
4. Organ yang diserang.
Lesi susunan saraf pusat (S SP) dan mata biasanya lebih berat
dan permanen, oleh karena jaringan ini tidak mempunyai kemam- DIAGNOSIS
puan untuk ber-regenerasi. Kelainan SSP berupa nekrosis yang 1. Pemeriksaan trofozoit langsung.
disertai dengankalsifikasi; penyumbatanakuaduktus Sylviikarena 2. Isolasi parasit.
ependimitis mengakibatkan hidrosefalus pada bayi. 3. Pemeriksaan fetus.
Pada infeksi akut retina terdapat reaksi radang fokal dengan 4. Histologis.
TERAPI EPIDEMIOLOGI
Indikasi pengobatan : Toxoplasma gondii tersebar luas di seluruh dunia, tetapi
- Wanita hamil dengan infeksi aktif variasi serokonversi adalah sesuai dengan geografi dan kebiasa-
- Toxoplasmosis kongenital, simptomatik atau asimptomatik an makan. Secara alami ditemukan pada herbivora, omnivora
— Toxoplasmosis dengan immunodefisiensi dan karnivora, termasuk semua mamalia dan beberapa jenis bu-
- Toxoplasmosis yang mendapat terapi immunosupresi rung. Hospes definitif kucing dan Filidae mengeluarkan ookista
- Toxoplasmosis dengan neoplasma, kelainan vaskuler ko- melalui tinja. Jumlah kucing mempengaruhi tinggi rendahnya
lagen, atau transplantasi organ prevalensi zat anti Toxoplasma gondii di daerah tersebut. Pada
— Wanita dengan silent infection oleh kuman TORCH. daerah yang tidak ditemukan kucing, tidak ditemukan infeksi
Obat-obat yang digunakan : toxoplasma pads manusia dan binatang Iainnya. Di Irian Jaya
1. Pyrimethamine . kelihatan adanya korelasi tersebut; Di daerah yang tidak ditemu-
2. Sulfonamide : Sulfadiazine/Trisulfa kan kucing prevalensinya 2% sedangkan yang ada kucing 14 —
3. Kombinasi 1 dan 2 34%(3 ).
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Kanker pare merupakan penyakit modern dan universal. adanya cacat paru.
Sebelum perang dunia ke dua karsinoma paru jarang dijumpai. Pengamatan klinis yang cermat dan pemeriksaan
Setelah perang dunia ke dua (1950) karsinoma pare semakin radiologik yang teliti dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
meningkat terutama pads pria. Di negara maju, di antara bronkhoskopi sekaligus biopsi ataupun sitologi brush merupakan
penyakit kanker, karsinoma paru merupakan penyebab cara yang optimal untuk diagnosis karsinoma paru. Cara ini
kematian terbanyak pads pria, sedang pads wanita merupakan diperkirakan dapat menemukan karsinoma sedini mungkin.
urutan ke tiga setelah karsinoma buah dada dan kolorektal. Kemajuan teknologi diagnostik dan terapetik diharapkan
Di Indonesia, karsinoma paru semakin meningkat dan dapat meningkatkan angka harapan hidup pasien. Pada
sebagian besar menimbulkan kematian. Insiden karsinoma makalah ini dikemukakan berbagai aspek yang berkaitan
paru berhubungan erat dengan perokok, polusi udara dan dengan diagnosis dini karsinoma paru.
5. Perdarahan Kapiler
Teori Wintemitz (1938) menerangkan bahwa lipid pads lesi
aterosklerotik berasal dari perdarahan berulang pads plak akibat
ruptur kapiler lumen pembuluh darah maupun vasa vasorum.
Walaupun mekanisme ini tidak ada hubungannya dengan per-
mulaan pembentukan lipid akan tetapi mekanisme ini dapat me-
nambah penimbunan lipid dan fibrosis pads plak yang sudah
terbentuk.
Paterson menjelaskan bahwa frekuensi dan adanya per-
darahan kapiler dalam plak merupakan mekanisme untuk ter- Jadi mekanisme pencetus yang mengubah status seorang
jadinya obstruksi akut arteri koroner. penderita dengan gejala klinis stabil menjadi gawat seperti infark
6. Migrasi Lipofag (Makrofag) miokard akut sangat berhubungan erat dengan patogenesis ate-
Teori ini diperkuat oleh Leary; penimbunan kolesterol rosklerosis, agregasi platelet,trombosis intra koroner serta vaso-
pads arteri adalah akibat lipofag yang beredar dalam darah me- spasme koroner.
lakukan penetrasi pads tunika intima. Sel ini diduga melakukan Maka bagi penderita penyakit koroner dengan aliran darah
penetrasi ke dalam endotelium atau melekat pads permukaan koroner terganggu, penanganan utamanya adalah revaskularisasi
sehingga menutupi endotelium. dan reperfusi, baik secara mekanik maupun medikamentosa.
It is not what you eat that causes ulcers, it is what 's eating you
It is not workthat kills men, it is worry
ABSTRAK
Tubuh memperoleh energi/kalori dari makanan yang dimakan. Untuk menjaga agar
jangan terjadi defisiensi ataupun gangguan kesehatan lainnya, makanan yang dimakan
haruslah sesuai dengan kebutuhan tubuh baik dalam jumlah kalori maupun komposisi
zatnya. Kelebihan kalori yang terdapat dalam makanan yang dimakan, terutama makan-
an yang dominan karbohidratnya dapat menyebabkan terjadinya kegemukan, sedangkan
makanan yang mengandung kadar lemak yang tinggi sering menimbulkan berbagai
kelainan kardiovaskuler.
Interkonversi antar zat-zat kimia di dalam tubuh yang berkaitan dengan hal-hal
tersebut di atas akan dibicarakan dalam makalah ini.
i
Tabel 1.Kebutuhan kalori menurut beratbadan (BB) dan aktivitas*) tertentu dan senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen, se-
perti purin, pirimidin dan hem.
Golongan Umur Kebutuhan
(tahun) Kalori Pada umumnya, energi yang dibutuhkan olch tubuh hanya
sekitar 12% raja yang berasal dari protein.
Laki-laki :
remaja, dewasa Kebutuhan vitamin dan mineral
10 – 12 2600 Vitamin dan mineral adalah nutrien yang dibutuhkan hanya
13–15 0.97MxA dalam jumlah yang sangat kecil, akan tetapi mempunyai peran
16–19 1.02MxA
20–39 1.00Mx A yang penting dalam proses metabolisme.
40 – 49 0.95 M x A Sebagian besar vitamin dan seluruh mineral harus diperoleh
50 – 59 0.90 M x A dari makanan.
60–69 0.80Mx A
70+ 0.70MxA Nutrien yang dikonsumsi haruslah sesuai dengan kebutuhan
tubuh untuk dapat mencegah terjadinya penyakit defisiensi dan
Wanita :
remaja, dewasa gangguan kesehatan. Ketidaktahuan dan keadaan ekonomi yang
10 - 12 2350 jelck merupakan penyebab utama kegagalan pemenuhan kebu-
13–15 1.13FxA tuhan nutrien yang wajar.
16-19 1.05FxA Di pihak lain beberapa penyakit tertentu string pula dise-
20-39 1.00Fx A
40-49 0.95FxA babkan oleh karena kelebihan pemasukan nutrien ke dalam
50–59 0.90FxA tubuh. Kegemukan (obesitas), disebabkan oleh karena kelebihan
60–69 0.80Fx A pemasukan energi dan sering disertai dengan gejala Diabetes
70+ 0.70FxA Mellitus yang non-insulin dependen. Atcrosklerosis dan pe-
Anak-anak : nyakit jantung koroner string disebabkan oleh makanan yang
<1 1090
1 –3 1360 mengandung kadar lemak dan asam lemak jenuh yang tinggi;
4–6 1830 kanker payudara, kanker usus besar, kanker prostat berhubungan
7-9 2190 erat dengan pemasukan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Hipertensidan penyakit-penyaki t serebrovaskuler berkaitan
Keterangan :
M = BB x46 kalori = kebutuhan kalori laki-laki pads BB tersebut. dengan pemasukan garam dan mineral yang terlalu tinggi.
F = BB x 40 kalori = kebutuhan kalori wanita pada BB tersebut.
A = indeks aktivitas : INTERKONVERSI BAHAN NUTRIEN
ringan = 0.90, sedang = 1.00 dan aktif = 1.17
Bahan makanan yang diabsorbsi dari usus akan mengalami
*) Sumber : FAO/WHO 1973; Energy and Protein Requirements No. 52/522
FAO Rome
metabolisme untuk menghasilkan energi dan zat-zat lain yang
dibutuhkan oleh tubuh.
memperlambat pengosongan lambung dan menyebabkan per- Glukosa
lambatan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan. Glukosa akan dimetabolisir melalui proses glikolisis dan
berlanjut ke Tri Carboxylic Acid (TCA) Cycle untuk meng-
Kebutuhan lemak
hasilkan energi dan zat-zat lainnya yang dibutuhkan.
Selain untuk memperbaiki rasa makanan, lemak mempu-
Dalam proses glikolisis akan terbentuk hasil antara seperti
nyai dua fungsi esensial; yaitu pertama bertindak sebagai pem-
Gliseraldehida-3-fosfat, asam piruvat dan dihidroksi-aseton-
bawa (vehicle) vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan ke
fosfat. Di dalam TCA Cycle terbentuk hasil antara seperti asetil-
dua, sebagai pemasok asam lemak esensial - asam linoleat, asam
co-A, asam sitrat dan oksaloasetat.
linolenat dan asam arakidonat (polyunsaturated fatty acid) yaitu
Zat-zat antara ini akan menjadi penghubung antara meta-
asam lemak yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh.
bolisme glukosa dengan metabolisme asam lemak (Gambar 1).
Lemak dalam nutrien yang mengandung kadar asam lemak
Dari Gambar 1 terlihat bahwa bila konsumsi hidrat arang ber-
tidak jenuh yang tinggi merupakan faktor utama dalam me-
lebihan dibandingkan dengan pemakaian energi di dalam tubuh
nurunkan kadar kolesterol darah dan dikatakan mempunyai arti
maka kelebihan tersebut dapat disalurkan ke jalur lipogenesis
penting dalam mencegah penyakit jantung koroner.
untuk disimpan dalam bentuk lemak.
Nutrien dengan kadar lemak terutama dengan kadar asam
Bila keadaan seperti ini torus berlanjut maka terjadilah
lemak jenuh yang tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung
kelebihan berat badan (obesitas).
koroner, kanker payudara dan kanker usus besar. Percobaan pada hewan menunjukkan bahwa binatang per-
Kebutuhan protein cobaan dengan cepat menjadi gemuk apabila diberi diit makan-
Protein dibutuhkan sebagai sumber nitrogen dan asam amino. an yang kandungan karbohidratnya dominan. Hal ini membukti-
Semua protein yang terkandung dalam nutrien diabsorbsi se- kan di dalam tubuh betapa mudahnya karbohidrat dikonversi
bagai asam amino. menjadi lemak.
Ada 20 jenis asam amino, (9 di antaranya tidak dapat Proses lipogenesis di dalam tubuh bahkan akan menjadi
disintesis oleh tubuh) yang dibutuhkan untuk sintesis protein lebih cepat apabila karbohidrat yang dikonsumsi adalah saka-
PENUTUP
Tclah dibahas tentang kebutuhan energi tubuh dan kaitan-
nya dengan komposisi zat di dalam makanan.
Juga dibicarakan interkonversi antara zat-zat di dalam tubuh
melalui proses metabolisme serta kemungkinan-kemungkinan
terjadinya gangguan kesetimbangan susunan zat-zat kimia tubuh
yang dapat menyebabkan keadaan yang abnormal.
Dianjurkan untuk pencegahan agar tidak terjadi keadaan
yang abnormal di dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan
komposisi bahan-bahan yang terdapat dalam makanan yang
dimakan.
KEPUSTAKAAN
1. Albertus Bet al. Molecular Biology of the Cell. New York: Garland Publ. Inc,
1983.
bahan bakunya adalah asetil-co-A di antaranya adalah kolesterol 2. Bagian Gizi R.S. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
Penuntun Diit. Jakarta: P.T. Gramedia, 1980.
serta hormon-hormon steroid. 3. Grundy SM. Cholesterol and Coronary Heart Disease, Future Directions;
Asam amino JAMA (SEA) 1991; 7(4): 47-53.
4. Harper HA. Review of Physiological Chemistry; Lange Medical Publ.
Asam-asam amino yang diabsorbsi dari usus akan meng- California: Los Altos, 1985.
alami metabolisme menurut jalur metabolismenya masing- 5. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harpers Biochemistry;
masing. Dari proses metabolisme asam amino ini akan dihasilkan Norwalk; Connecticut: Appleton & Lange, 1990.
kasus yang tidak dapat diselesaikan, jumlah kasus dengan efek Apakah ada pelayanan kunjungan ulang. Apakah pelayanan
sampingan/komplikasi, jumlah kasus dengan kegagalan serta yang diberikan telah benar.
jumlah kasus dengan kematian. Sekalipun ketiga faktor ini sama pentingnya, namun jika
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan diketahui bahwa pelayanan tersebut pada dasarnya adalah suatu
Baik atau tidaknya mutu pelayanan kontrasepsi mantap upaya yang dilakukan oleh manusia, jelaslah bahwa yang ter-
yang diselenggarakan oleh fasilitas pelayanan kontrasepsi man- penting adalah yang menyangkut tenaga pelaksananya yakni
tap, dipengaruhi oleh pelbagai faktor. Pelbagai faktor yang di- dokter serta paramedis yang menyelenggarakan pelayanan kon-
maksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni : tap tersebut.
a. Tenaga pelaksana Bertitik tolak dari keadaan yang seperti ini, segeralah mudah
Hal pertama yang harus diperhatikan pada pemantauan dipahami bahwa untuk dapat menjamin mutu pelayanan yang
adalah yang menyangkut tenaga pelaksana. Baik tidaknya mutu baik, persiapan yang menyangkut tenaga pelaksana haruslah
pelayanan sangat ditentukan oleh terlatih atau tidaknya tenaga dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Ditinjau dari sudut
pelaksana yang menyelenggarakan pelayanan tersebut. Standar manajemen, program pemantauan ini sekalipun dapat berdiri
yang berlaku ialah setiap fasilitas pelayanan sekurang-kurang- sendiri, namun secara keseluruhan merupakan bagian dari pro-
nya memiliki 1 orang dokter (umum, ahli kebidanan & kan- gram kontrasepsi mantap. Dengan perkataan lain, program pe-
dungan, ahli bedah) dan dua orang paramedik yang telah men- mantauan kontrasepsi mantap merupakan sub-sistem dari sistem
dapatkan latihan khusus dalam bidang kontrasepsi mantap dan program kontrasepsi mantap.
secara khusus ditugaskan mengelola program kontrasepsi Suatu program kontrasepsi mantap (sistem) yang tidak
mantap. memiliki program pemantauan (sub-sistem), tidaklah dapat di-
b. Sarana kerja sebutkan sebagai suatu program (sistem) yang baik.
Hal ke dua yang harus diperhatikan pada pemantauan adalah
menyangkut sarana kerja yang dimiliki. Baik atau tidaknya mutu FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
pelayanan sangat ditentukan pula oleh sarana kerja yang dimaksud. Berdasarkan pengertian dan indikator-indikator yang di-
Sarana tersebut secara umum dapat dibedakan atas dua macam uraikan di atas, serta informasi yang diperoleh mengenai situasi
yakni sarana medis dan sarana non medis. nyata yang ada di Pusdiklitbang dan fasilitas pelayanan kontap
Kumpulkan data tentang kelengkapan tersebut terutama saat ini, maka lokakarya mencoba mengidentifikasi faktor-
yang menyangkut sarana pertolongan pertama dan fasilitas pe- faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan kontap saat ini di
nunjangnya. Selanjutnya kumpulkan pula data tentang cara Indonesia, baik faktor-faktor pendukung, maupun faktor-faktor
menggunakan serta cara merawatnya. Adanya suatu sarana yang menghambat. Di bawah ini faktor-faktor tersebut diuraikan
belum berarti menjamin baiknya mutu pelayanan, kecuali jika secara singkat sebagai berikut :
sarana tersebut dapat dipergunakan secara tepat dan benar.
c. Tata cara KEBIJAKAN/DUKUNGAN POLITIS
Hal ke tiga yang harus diperhatikan pada pemantauan ada-
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
lah yang menyangkut tata cara pelayanan yang diselenggarakan;
baik atau tidak mutu pelayanan sangat ditentukan pula oleh tata — Pemerintah menyediakan — Jumlah akseptor masih se-
cara pelayanan ini. dana untuk kontap dikit (Vasektomi)
Secara umum tata cara pelayanan yang perlu diperhatikan – Sikap agamawan mem- – Tingginya alih tugas di ka-
dapat dibedakan atas 5 macam yakni : baik langan dokter penyedia pe-
1) Tata cara pelayanan konseling - PKMI merekomendasi- layanan kontap
Apakah pelayanan konseling ada atau tidak. Jika ada apakah kan anestesi lokal – Banyak ex-trainee tidak me-
dilaksanakan secara benar. Bagaimana tentang informed consent - Dukungan terhadap tim laksanakan pelayanan
apakah diisi secara benar dan lengkap. mobil – Koordinasi kurang
2) Tata cara pelayanan pra-bedah - Kontap belum masuk pro-
Apakah anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan labo- gram resmi Pemerintah
ratorium telah dilakukan secara benar. Apakah antisepsis telah – Cara seleksi talon trainee
dilakukan secara benar. Apakah diberikan nasehat pra-bedah. — Beban kerja Puskesmas
3) Tata cara pembedahan
Apakah pembedahan dilakukan secara benar, bagaimana SUMBER DAYA
aspek antisepsis selama pembedahan. Bagaimana premedikasi
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
dan anestesinya. Bagaimana pula dokter dan paramedisnya.
4) Tata cara pelayanan pasca bedah – Fasilitas pelayanan sudah – Tidak ada tenaga purnawaktu
Apakah pelayanan pasca bedah dilakukan secara benar. direnovasi dan dilengkapi untuk kontap di fasilitas pe-
Apakah diberikan nasehat pasca bedah. - Berbagai panduan sudah layanan
5) Tata cara pelayanan kunjungan ulang tersedia – Penyegaran kurang
— PKMI sudah mempunyai — Maintenance kurang Kerjasama petugas lapangan dengan konselor
cabang di seluruh Indo- - Pengisian rekam medik ku- - Identifikasi dini komplikasi yang mengancam nyawa.
nesia rang b) Pelatihan untuk paramedik
- Nasehat pasca tindakan
PENGELOLAAN Kemampuan dalam memberikan anestesi lokal
-
Teknik antiseptik yang betul
Faktor Pendukung Faktor Penghambat -
- Identifikasi komplikasi yang mengancam nyawa
- Banyak tenaga telah di- - Tidak ada jadwal khusus un- Membina hubungan interpersonal dengan akseptor
-
latih, program pemantau- tuk pelayanan kontap Sikap positif dalam masalah pencatatan dan pelaporan.
an dan supervisi sudah - Jumlah kasus untuk latihan c) Pelatihan untuk dokter
ada dan mempertahankan ke- - Pemeriksaan pra tindakan
- Sistem pencatat/pelapor- trampilan kurang - Mengutamakan anestesi lokal
an kontap sudah ada — Rumor negatif - Teknik antiseptik yang betul
— Reimbursement terlambat - Penanganan kedaruratan
- Fasilitas kurang dimanfaat- Membina hubungan interpersonal dengan akseptor.
-
kan d) Pelatihan untuk pelatih
- Panduan tidak dilaksanakan Metodologi yang relevan untuk pelatihan
-
dengan bail( Presentasi dengan video/film
-
- Rekam medik tidak diisi se- Melatih teknik yang sesuai dengan panduan
-
bagaimana mestinya. Metodologi untuk kunjungan setempat dan pemantauan.
-
e) Pelatihan tindak lanjut di fasilitas setempat
PELATIHAN Mengenal masalah pads setiap aspek pelayanan
-
Faktor Pendukung Faktor Penghambat - Observasi teknik antiseptik dan tindak bedah
- Jika perlu retraining
- Sudah ada 11 Pusdiklit- - Kurikulum tidak dilaksana- - Mengembangkan langkah-langkah untuk meningkatkan
bang kan twat azas mutu.
- Sudah ada panduan diklat - Prosedur standar tidak dilak- f) Rekomendasi untuk Pusdiklitbang
- Pelatihan konselor ada sanakan - Penyusunan standar pre dan post test
- Jumlah yang dilatih - Pemeriksaan pratindakan ti- - Kerjasama dan koordinasi lebih baik dengan BKKBN dan
cukup banyak dak memadai Departemen Kesehatan dalam masalah-masalah pelatihan, on-
- Prosedur antiseptik tidak site training, dan pengawasan.
dipenuhi
- Masih ada mortalitas
- Morbiditas cukup tinggi
- Tingkat kegagalan
- Keluhan akseptor
— Ex-trainee kurang mampu/
kurang percaya diri Untuk segala surat-menyurat,
- Konselor kurang berfungsi se- pergunakan Alamat lengkap Anda
bagaimana harusnya dengan mencantumkan Kode Pos
- Teknik bervariasi
- Rekam medik tidak diisi se- ke alamat kami :
bagaimana harusnya CERMIN DUNIA KEDOKTERAN
- Metodologi pelatihan kurang
P.O. Box 3105, JAKARTA 10002
relevan
- Bahanpelatihan,buku,audio
visual tidak ada.
PENUTUP
Untuk mencapai hasil yang memuaskan seperti apa yang
telah diuraikan di atas, perlu untuk memperbaiki dan mening-
katkan kemampuan para pelaksana pemberi pelayanan kontap
sebagai berikut :
a) Pelatihan untuk petugas lapangan
- Memperbaiki identifikasi dan seleksi calon akseptor
ABSTRAK
Sebagaimana diketahui pelayanan KB masa kini sudah bertambah luas dan salah
satu penyebabnya adalah makin diterimanya metode kontrasepsi oleh keluarga dan
masyarakat umumnya.
Di antara beberapa jenis metode kontrasepsi yang tersedia pada saat ini, MKET
( Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih) adalah kontrasepsi yang dianggap efektif, murah,
mudah didapat. Termasuk MKET adalah AKDR, Norplant dan Kontrasepsi Mantap
wanita (Tubektomi) dan pria (Vasektomi).
Namun demikian, agar kontrasepsi tersebut tidak menjadi bumerang pads masa
yang akan datang, perlu dijaga dan ditingkatkan mutu pelayanan kontrasepsi tersebut.
Khususnya jika ditinjau upaya yang ditujukan terhadap pelayanan kontrasepsi mantap
(tubektomi dan vasektomi) peranan menjaga mutu tersebut amatlah penting. Penye-
babnya bukan saja karena cara kontap merupakan tindakan pembedahan dan karena itu
dapat mengundang munculnya risiko, tetapi juga karena memang cara kontap yang
dimaksud sampai saat ini belum dapat diterima oleh sebagian anggota masyarakat.
Dengan demikian apabila pelayanan kontap dilaksanakan tanpa memperhatikan aspek
mutu, mudah diperkirakan akan munculnya pelbagai persoalan.
Salah satu faktor penting untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kon-
trasepsi adalah pencegahan infeksi. Dahulu perhatian hanya ditujukan kepada infeksi
pasca bedah. Sekarang perlu perhatian pencegahan infeksi antara akseptor, akseptor
petugas dan sebaliknya, mikro organisme, jasad penyebab infeksi termasuk bak1.c. i
(kuman), virus, fungus (jamur) dan parasit.
Dibicarakan cara-cara pencegahan infeksi, siklus transmisi penyakit, tujuan pen-
cegahan infeksi pada KB, jenis-jenis antiseptik dan penerapannya pads pelayanan KB
khususnya MKET.
PENDAHULUAN
Pelayanan KB bertambah luas, oleh karena itu perlu men- sekarang, perlu perhatian pencegahan infeksi antara akseptor,
jaga dan meningkatkan mutu. Salah satu faktor penting ialah akseptor-petugas dan sebaliknya.
pencegahan infeksi. Untuk itu dibicarakan pengetahuan dasar penyebaran
Dahuluperhatian hanyaditujukan pada infeksi pasca bedah; infeksi, dan pencegahannya pada pelayanan KB.