You are on page 1of 122

Kongres Ke VI

Perhimpunan Rumah Sakit


Seluruh Indonesia
(PERSI)
dan
Hospital Expo Ke VII

Jakarta Hilton Convention Centre


21 - 25 Nopember 1993
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No . 90, 1994 1
Cermin
Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 - 913X

KETUA PENGARAH REDAKSI KEHORMATAN


Prof. Dr Ocn L.H.
- Prof.DR.B. Chandra
KETUA PENYUNTING - Prof. DR. Kusumanto Setyonegoro
Guru Besar Ilmu Kedoktcran Jiwa Guru Bcsar Ilmu Pcnyakit Saraf
Dr Budi Riyanto W Fakultas Kedoktcran Univcrsitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Jakarta Surabaya
PEMIMPIN USAHA - Prof. Dr. R.P. Sidabutar
Rohalbani Robi Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam - Prof. Dr. R. Budhi Darmojo
Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
PELAKSANA Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univcrsitas Diponegoro,
Sriwidodo WS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Scmarang
Jakarta
TATA USAHA
- Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo
Sigit Hardiantoro Guru Bcsar IImu Patologi Anatomi - Drg. I. Sadrach
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lembaga Penelitian Universitas Trisakti,
ALAMAT REDAKSI Jakarta
Majalah Cermin Dunia Kedokteran Jakarta
P.O. Box 3105 Jakarta 10002 Prof. DR. Sumarmo Poorwo Soe-
-
Tclp. 4892808 darmo - DR. Arini Scuawati
Fax. 4893549, 4891502 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Bagian Farmakologi
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
NOMOR IJIN Jakarta Jakarta
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976
Tanggal 3 Juli 1976
DEWAN REDAKSI
PENERBIT
Grup PT Kalbc Farma
PENCETAK DR. B. Setiawan Ph.D - Drs. Victor S. Ringoringo, SE, MSc.
-
PT Midas Surya Grafindo - DR. Ranti Atmodjo - Dr. P.J. Gunadi Budipranoto

PETUNJUK UNTUK PENULIS

Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang mcmbahas bcrbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penclitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedoktcran; bila telah pernah dibahas atau Index Mcdicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submittcd
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Joumals (Ann Intem Mcd 1979; 90 : 95-9). Contoh :
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. lst cd. Baltimore, London:
Naskah ditulis dalam bahasa lndonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984. Hal 174-9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa lndonesia yang Weinstein L., Swartz MN. Pathogenctic properties of invading microorganisms.
berlaku. lstilah medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa lndonesia Dalam: Sodeman WA Jr, Sodeman WA, cds. Pathologic physiology: Mccha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia . Redaksi berhak nisms of discascs. Philadclphia: WB Saundcrs, 1974 : 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati . Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa lndonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. 1990; 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa lndonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak se butkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa lnggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ PO Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, Iebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis Iengkap, disertai keterangan Iembaga/fakultas/institut te mpat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/i lustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direpruduksi , diberi nomor amplo p beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis


dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian e mpat
kerja si Penulis.
Cermin
Dunia Kedokteran
90. Edisi Khusus International Standard Serial Number: 0125 - 913X

(I)
Kongres Ke Vl Daftar Isi :
PERSI 5. Laporan Ketua Panitia

dan 6. Paparan Kenangan Dr. H. Amino Gondohutomo

Hospital Expo Makalah Sidang Pleno dan Panel Diskusi


7. Kebijaksanaan Pengembangan Rumah Sakit dalam Pembangunan Jangka
Ke Vll Panjang tahap II – Brotowasisto
16. Tinjauan Perkembangan Perumahsakitan dalam PJPT II – Samsi Ja-
cobalis
22. Current Issues and Future Trends in Health Care – Errol Pickering
28. Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit – Brotowasisto
Januari 1994 34. Aspek Ekonomi Pelayanan Kesehatan – Ascobat Gani
41. Program Cost Containment di Rumah Sakit –Amal C. Sjaaf
47. Ceramah Menteri Sosial Republik Indonesia
50. Hubungan Rumah Sakit dan Pasien dipandang dari Sudut Hukum dan
Etika – Emma Suratman
53. Etika Rumah Sakit dalam Perspektif UU no. 23/1992 – Kartono Mo-
hammad
56. Beberapa Masalah dalam Hubungan Rumah Sakit dan Pasien–J. Guwandi
61. Pengembangan Iptek PJPT II – Sudraji Sumapraja
64. Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 18 tahun 1986
67. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia no. 356/KMK.04/
1986
70. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia no. 796/KMK.04/
1993
72. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak no. SE-19/PJ.23/1989
75. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak no. SE.03/PJ.431/1990
77. Strategic Planning and Marketing – James E. Waworoendeng
85. Manfaat Alat Kedokteran Canggih dalam Pengembangan Iptek di Indo-
nesia – Karjadi Wirjoatmodjo
90. The Role of Marketing in Determining the Technology Investment
Karya Sriwidodo WS Strategy of a Hospital – John Popper
92. Rumah Sakit dan Asuransi Kesehatan – Suatu perbandingan – Sonja
Roesma
97. Penyusunan Amdal Rumah Sakit dan Penatalaksanaannya – Komisi
Amdal Departemen Kesehatan Republik Indonesia
103. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 51 tahun 1993 tentang
Analisis mengenai Dampak Lingkungan dan Penjelasannya
117. Pelayanan Lanjut Usia – persiapan rumah sakit dalam mengantisipasi
kasus lanjut usia – H. Ahmad Sanoesi Tambunan
121. Suplemen – Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam mewujudkan pe-
layanan kesehatan yang Islami bagi penderita lanjut usia di Rumah Sakit
Islam Jakarta
Laporan Ketua Panitia Kongres Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia ke VI
dan Hospital Expo ke VII
di Jakarta Hilton Convention Centre
21 - 25 Nopember 1993
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pertama-tama mari kita panjatkan pujisyukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas perkenanNya kita bersama-sama bisa menghadiri Kongres Perhimpunan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia ke VI dan Hospital Expo ke VII di Jakarta Hilton
Convention Centre.
Panitia mengucapkan selamat datang kepada para peserta Kongres dan Hospital
Expo dari seluruh tanah air.

Saudara-saudara sekalian,
Seperti sama-sama kita ketahui Pembangunan Jangka Panjang Tahap I telah kita lam-
paui dengan baik, telah banyak yang bisa dicapai selama ini. Jelas bahwa PJPT II tidak
bertambah ringan, karena selain mempertahankan hasil yang telah dicapai pada PJPT I,
diperlukan berbagai upaya pengembangan baru yang inovatif untuk mengejar ketinggalan
kita dalam pembangunan kesehatan.
Sesuai dengan tema Meningkatkan peran RS dalam menyongsong PJPT II
perkenankanlah kami melaporkan beberapa hal mengenai penyelenggaraan Kongres dan
Hospital Expo sebagai berikut :
1) Sidang organisasi sebagai pertemuan tertinggi organisasi akan dihadiri oleh seluruh
cabang PERSI yang ada dari seluruh tanah air (21 cabang).
Di dalam sidang akan dibahas masalah organisasi sehingga diharapkan organisasi
PERSI akan menjadi semakin baik, mantap dan sempurna.
Sidang akan diakhiri dengan pemilihan ketua baru PERSI untuk periode 1993 - 1996.
2) Seperti sama-sama kita ketahui rumah sakit memiliki kekhususan dalam manajemen-
nya dan tidak jarang dihadapkan pada masalah-masalah yang kompleks, karena rumah
sakit padat modal, padat ilmu dan teknologi serta padat karya.
Pada acara ilmiah kali ini kita pilihkan para pembicara yang terdiri dari pakar-pakar
bertaraf internasional dan nasional. Kami berbahagia sekali bahwa pada kesempatan ini
Errol Pickering Sekjen International Hospital Federation bisa hadir dan memberikan
ceramah mengenai kecenderungan rumah sakit di dunia.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menteri Ke-
sehatan, Menteri Sosial, Menteri Ristek, Menteri Lingkungan dan Bapak Dirjen maupun
para pakar di bidang perumah sakitan yang bersedia memberikan pada kita ceramah-
ceramah untuk bekal kita memasuki PJPT II dan bagi kita semua.

Saudara-saudara sekalian,
3) Kongres PERSI selalu diikuti oleh Hospital Expo, pameran peralatan rumah sakit
terbesar di Indonesia. Terdapat sekitar 70 perusahaan yang akan ikut memamerkan
peralatan-peralatan kedokteran canggih maupun peralatan-peralatan lain yang biasa
dipakai di rumah sakit. Peralatan-peralatan tersebut ada yang didatangkan khusus dari
pabrik-pabrik di luar negeri maupun perusahaan dalam negeri.
Diharapkan para peserta bisa melihat, bertanya, berdiskusi dengan perusahaan-
perusahaan tersebut bisa juga memesan dan membeli secara langsung sehingga peralatan
dan teknologi yang dipakai oleh rumah sakit bisa sesuai, berhasil guna dan berdaya guna.
4) Sebagai akhir dari Kongres akan diadakan Penataran Pasca Kongres di RS Kanker
Dharmais dengan topik-topik yang ditawatkan :

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 5


a) Manajemen keuangan.
b) Manajemen pemasaran.
c) Manajemen keperawatan.
Pembahasan dalam penataran ini berkisar pada pemecahan permasalahan yang
terjadi di lapangan.
Akhirul kata, sekali lagi kami mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas
kehadiran dan partisipasi saudara-saudara sekalian.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ketua Panitia

Dr. H.A.W. Budiarso, SKM, MBA.

Paparan Kenangan DR H Amino Gondohutomo


(Amino Gondohutomo Memorial Lecture)
Pengurus Pusat PERSI memutuskan dalam Kongres ke-6 ini diadakan paparan
pemikiran untuk mengenang sosok almarhum DR H. Amino Gondohutomo. Beliau
adalah salah seorang tokoh yang telah memprakarsai kelahiran PERSI. Beliau pulalah
yang kemudian bersama-sama dengan tokoh-tokoh lain sangat giat dan dengan penuh
dedikasi mengembangkan PERSI menjadi organisasi yang menyatukan semua rumah
sakit di Indonesia, baik milik pemerintah maupun swasta. Beliau pulalah yang telah
membuka jalan sehingga PERSI menjadi anggota Asian Hospital Federation dan In-
ternational Hospital Federation.
Kiranya pantaslah nama beliau dibadikan dalam bentuk PAPARAN KENANGAN
seperti ini. Diharapkan kongres ke-6 ini nanti dapat menghasilkan keputusan yang
menetapkan PAPARAN KENANGAN DR H. AMINO GONDOHUTOMO sebagai
tradisi baru dalam kegiatan tahunan kongres-kongres PERSI selanjutnya.
Saya merasa mendapat kehormatan besar menjadi pemapar pertama. Bagi saya
pribadi hal ini mempunyai arti khusus. Almarhum adalah atasan saya dalam dinas di
waktu yang lalu. Saya mengenal pribadinya cukup dekat ketika bekerja sama dengan
beliau sebagai Sekjen PERSI, ketika beliau menjabat sebagai ketua eksekutif.
Semoga arwah beliau mendapat tempat yang sebaik-baiknya di sisi Allah yang
maha penyayang.

Samsi Jacobalis

6 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


Artikel

Kebijaksanaan
Pengembangan Rumah Sakit
dalam Pembangunan Jangka Panjang
Tahap II
Dr. Broto Wasisto, MPH
Direktur Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN memasuki masa Pembangunan Jangka Panjang Kedua, yang


Pembangunan Kesehatan bertujuan agar setiap penduduk pelaksanaannya perlu dipersiapkan bersama secara matang.
mampu hidup sehat sehingga dapat mewujudkan derajat ke- Mengingat sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam pem-
sehatan masyarakat yang optimal, yang merupakan salah satu bangunan kesehatan sangat terbatas, perlu digali dan dikem-
unsur kesejahteraan umum dari tujuan Pembangunan Nasional. bangkan berbagai pola pemikiran serta kebijaksanaan-kebijak-
Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang Pertama merupa- sanaan yang baru, yang akan mampu mencari terobosan-tero-
kan bagian integral dari Pembangunan Nasional. Pembangunan bosan baru untuk mengatasi keterbatasan tersebut dan sekaligus
Jangka Panjang Pertama yang meliputi jangka waktu 25 tahun mempercepat laju pertumbuhan pembangunan kesehatan, se-
telah dilaksanakan sejak 1968 dengan pentahapan lima tahunan, laras dengan meningkatnya kesejahteraan, derajat kesehatan,
yang dikenal dengan Pelita, dan yang kini telah memasuki tahun serta tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan paripurna
terakhir Pelita V. yang lebih bermutu dan terjangkau.
Pelita I lebih menekankan pembangunan sarana kesehatan, Walaupun derajat kesehatan penduduk telah membaik se-
Pelita 11 telah meningkat kepada pembangunan kesehatan, cara bermakna dalam 25 tahun terakhir, tetapi keadaannya ma-
sedangkan sejak Pelita III strategi pembangunan kesehatan men- sih ketinggalan jika dibanding dengan negara-negara tetangga di
jadi lebih jelas dengan diterimanya pendekatan Primary Health ASEAN. Hal ini tampak dari masih tingginya tingkat kematian
Care (PKMD). Upaya pelayanan kesehatan yang semula hanya bayi yakni sebesar 58/1000 kelahirar hidup pada tahun 1990,
berupa upaya penyembuhan telah berkembang menjadi kesatu- tingkat kematian ibu hamil/bersalin pada tahun 1986 sebesar
an upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat, serta dengan 4, 5/1000 kelahiran hidup.
peran serta masyarakat yang meliputi upaya-upaya peningkatan, Rendahnya anggaran sektor kesehatan serta prioritas untuk
pencegahan, penyembuhan serta pemulihan secara menyeluruh, menurunkan angka kematian dan angka kesakitan di Indonesia
terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kese- mempunyai dampak terhadap anggaran sektor perumahsakitan
hatan yang sangat luas dan rumit ini dirasakan perlu dikelola yang sangat terbatas.
secara berhasil guna dan berdaya guna. Untuk itu, pada tahun Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan
1982 telah diberlakukan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), yang semula hanya melaksanakan upaya penyembuhan dan
yang memberikan kejelasan arah dan tujuan pembangunan ke- pemulihan, dengan perubahan orientasi, nilai dan pemikiran
sehatan. yang berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu penge-
SKN telah memuat rencana pembangunan kesehatan tahuan dan sosial budaya juga melaksanakan upaya peningkatan
sampai akhir Repelita VI. Pada saat itu, diharapkan bahwa kita dan pencegahan secara terpadu. Upaya kesehatan di rumah sakit
akan berada dalam tahap tinggal landas, yang sesuai dengan mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tersendiri. Karakteristik
Kesehatan Bagi Semua pada Tahun 2000 yang dicanangkan ini diakibatkan oleh karena rumah sakit merupakan organisasi
WHO pada tahun 1978. Menjelang Pelita VI, kita juga akan yang unik dan kompleks. Kompleksitas atau karakteristik pela-

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta ,
21 - 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokleran, Edisi Khusus No. 90, 1994 7


yanan rumah sakit perlu diketahui dan dipahami oleh setiap banyak dana untuk upaya kesehatan. Penduduk akan semakin
orang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pem- mampu membeli pelayanan yang tersedia terutama melalui sis-
binaan dan penyelenggaraan rumah sakit. ti m asuransi.
Jumlah penduduk dan struktur demografi sangat erat kaitan-
KECENDERUNGAN DETERMINAN KESEHATAN nya dengan kesehatan karena ia akan mempengaruhi volume
Determinan kesehatan atau faktor-faktor yang dapat ber- pelayanan dan pola pelayanan kesehatan. Dalam 30 tahun ter-
pengaruh terhadap tingkat derajat kesehatan penduduk adalah akhir jumlah penduduk Indonesia meningkat sangat cepat yakni
faktor-faktor sosial, ekonomi, demografi, Iingkungan dan upaya dari 97 juta pada tahun 1961, menjadi 118 juta pada tahun 1971,
kesehatan. Dari sekian banyak faktor yang dapat berpengaruh 147,33 juta pada tahun 1980 dan 179,32 juta pada tahun 1990.
tadi, empat faktor pertama mempunyai peran yang lebih penting. Yang cukup menggembirakan adalah bahwa angka pertumbuh-
Pada hakekatnya determinan kesehatan tersebut saling berkaitan an menurun dengan pesat yakni dari 2,31% pada dekade 70-an
dan saling mempengaruhi. turun menjadi 1,9% pada dekade 80-an. Angka kematian yang
Keadaan sosial masyarakat Indonesia terutama tingkat pen- menurun lebih cepat dari angka kelahiran menyebabkan Indo-
didikannya akan terus membaik. Bila pada tahun 1980 hanya nesia mengalami ledakan penduduk antara tahun-tahun 60 – 80.
85% anak umur-sekolah (7 – 12 tahun) dapat memasuki sekolah Dalam 25 tahun mendatang jumlah penduduk Indonesia
dasar, maka pada tahun 1990 ia telah meningkat menjadi lebih masih akan bertambah dengan tingkat pertumbuhan yang se-
dari 95%. Diduga bahwa pada tahun 2015 rata-rata tingkat makin menurun. Pada tahun 2005 diduga jumlah penduduk
pendidikan masyarakat Indonesia sudah mencapai SLTA, Indonesia sekitar 223,18 juta dengan angka pertumbuhan yang
sedangkan buta huruf di kalangan wanita dewasa dapat dikatakan akan mendekati 0%. Menurunnya angka kelahiran dan angka
tidak ada lagi. Tingkat pendidikan yang meningkat ini menye- kematian serta mengecilnya jumlah anggota keluarga menye-
babkan masyarakat Indonesia menjadi lebih berpengetahuan babkan struktur umur penduduk Indonesia menjadi lebih tua;
dan lebih pandai memilih alternatif yang baik bagi dirinya serta mereka yang berumur lebih dari 16 tahun jumlahnya akan lebih
lebih mudah menyerap informasi. banyak daripada yang berumur kurang dari 15 tahun. Persentase
Walaupun tingkat pendidikan menjadi lebih baik, dikhawa- kelompok lanjut usia (>65 tahun) semakin lama semakin tinggi,
tirkan bahwa pada sebagian masyarakat akan timbul sikap hidup sedangkan rata-rata harapan hidup waktu lahir pada tahun 2015
yang tak menguntungkan seperti misalnya kenakalan remaja, akan lebih dari 70 tahun. Dengan demikian beban dan pola pe-
kecanduan obat, alkoholisme, merokok, permissiveness dan lain layanan kesehatan akan sangat berubah.
sebagainya. Keadaan ini dapat meluas dengan semakin tingginya Urbanisasi akan meningkat. Pada tahun 2000, sekitar 40%
tingkat urbanisasi yang tak seimbang dengan tingkat pertum- penduduk Indonesia tinggal di kota-kota dan pada tahun 2015
buhan ekonomi masyarakat tadi. meningkat sampai lebih dari 50%. Akan timbul kantong-kantong
Keadaan ekonomi Indonesia dalam 20 tahun terakhir telah kumuh di banyak kota. Migrasi penduduk dari Jawa masih akan
semakin membaik. Hal ini tidak lepas dari tersedianya sumber- terjadi terutama menuju pulau-pulau Kalimantan, Sulawesi dan
daya alam yang melimpah, penduduk yang semakin mampu Irian. Migrasi keluar pulau Jawa masih lebih besar daripada
mengolah dan mengelola sumberdaya alam tadi dan perkem- imigrasi, tetapi lebih dari 50% penduduk Indonesia masih
bangan teknologi serta kebijaksanaan pembangunan. Meskipun tinggal di pulau Jawa yang kepadatannya mungkin akan men-
mengalami krisis pada tahun 1982 dan 1987, GNP dan penda- capai 1000 per km 2 . Kota metropolitan dengan penduduk lebih
patan per kapita terus meningkat. Begitu pula pemerataan pen- dari l juta akan semakin banyak dan Jakarta akan menjadi mega
dapatan semakin membaik walaupun dirasakan agak lambat. metropolitan.
Pendapatan perkapita penduduk Indonesia akan meningkat Lingkungan hidup khusus lingkungan fisik mempunyai arti
menjadi $ 1000 pada akhir Repelita VI dan $ 2500 pada akhir penting bagi kelangsungan keadaan kesehatan dan kesejahtera-
PJPT II. an manusia. Persediaan air minum bersih seinakin tinggi ca-
Kecenderungan membaiknya keadaan ekonomi tadi akan kupannya dalam 25 tahun mendatang. Sebagian besar penduduk
tetap berlangsung dalam 25 tahun mendatang. Krisis ekonomi yang hidup di kota-kota akan menikmati air minum yang lebih
dunia masih dapat terjadi tetapi dampaknya terhadap Indonesia layak, namun demikian di beberapa tempat air minum bersih
mungkin akan terbatas. Pada dekade 90-an ini, Indonesia akan masih menjadi masalah. Pulau Jawa dapat mengalami kesulitan
masuk dalam kelompok negara-negara industri baru (NIC). air minum bila pengelolaan sumber-sumber yang ada tidak
Timbulnya konglomerasi akan tetap berlangsung karena ke- cermat. Pemanfaatan jamban keluarga akan lebih meningkat.
adaan pasar dan kebijaksanaan ekonomi yang memungkinkan- Industrialisasi yang akan berkembang cepat pada masa
nya. Namun demikian gerakan koperasi yang timbul dari bawah mendatang dapat menyebabkan timbulnya polusi udara, air,
akan dapat semakin memperkuat ketahanan ekonomi masyara- suara dan thermal. Polusi limbah rumah tangga terhadap air
kat strata menengah ke bawah. Harus diakui kantong-kantong sungai akan tetap terjadi meskipun sudah diambil langkah-
kemiskinan masih akan dijumpai terutama di kota-kota dan langkah program kali bersih. Pengelolaan sampah akan semakin
daerah terpencil. baik tetapi pengotoran kimiawi yang berasal dari insektisida,
Perbaikan ekonomi yang menggembirakan tadi akan me- pupuk dan bahan lain dapat lebih sering terjadi.
mungkinkan bangsa dan negara Indonesia memobilisasi lebih Krisis energi yang terjadi menyebabkan Indonesia harus

8 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


mencari sumber energi alternatif. Pada dekade pertama tahun asuransi kesehatan. Namun demikian perlu diperhatikan pula
2000 Indonesia akan memiliki sebuah Pembangkit Tenaga Lis- bahwa asuransi kesehatan yang tidak dikelola dengan baik akan
trik Nuklir (PLTN). Walaupun PLTN sebenarnya sangat aman mendorong ongkos-ongkos pelayanan untuk meningkat pula.
namun kewaspadaan akan bencana tetap akan harus dipersiap- Tingkat employment-rate pada sektor formal yang meninggi dan
kan. Ada kemungkinan PLTN akan bertambah lagi menjelang pendapatan per kapita yang semakin meningkat serta kesadaran
tahun 2015, begitu juga penggunaan zat-zat radioaktif akan akan perlunya jaminan yang pasti di masa mendatang akan me-
meningkat, baik untuk kebutuhan industri maupun kesehatan. numbuhkan asuransi kesehatan yang dapat menjangkau lebih
Bertambah baiknya komunikasi dan transportasi akan banyak penduduk. Pada saatnya, asuransi kesehatan harus di-
mempunyai dampak positif maupun negatif terhadap keadaan tetapkan menjadi suatu kewajiban.
kesehatan. Masalah pelayanan kesehatan yang dapat lebih rumit pada
25 tahun mendatang adalah hal-hal yang berhubungan dengan
KECENDERUNGAN KEADAAN KESEHATAN pelanggaran etik, malpractice serta tuntutan di pengadilan ter-
Keadaan kesehatan yang dimaksud di sini adalah status hadap para dokter.
kesehatan penduduk dan pelayanan kesehatan. Tinggi rendah- Berkembangnya pelayanan kesehatan akan diikuti oleh ber-
nya status kesehatan penduduk merupakan hasil pengaruh multi- kembangnya tenaga kesehatan yang jumlah dan jenisnya akan
faktorial dari determinan kesehatan dan faktor-faktor tersebut meningkat dalam 25 tahun mendatang. Dokter dan perawat yang
dapat berubah atau berkembang. spesialistik, sarjana elektromedik, hospital pharmacist, clinical
Pelayanan kesehatan di Indonesia dalam 20 tahun terakhir epidemiologist, ahli industrial health, occupational health, dan
berkembang sangat pesat sehingga pada tahun 1990 telah ter- spesialisasi lainnya akan lebih banyak dibutuhkan. Tenaga ke-
dapat 15.000 Puskesmas Pembantu, sekitar 6000 Puskesmas dan sehatan wanita akan melebihi pria sedangkan penyebarannya
1500 RS swasta dan pemerintah. Sarana tersebut telah tersebar akan cenderung mengelompok di kota-kota. Ketimpangan
lebih merata sampai ke kabupaten, kecamatan dan desa-desa. distribusi tenaga tetap akan terjadi sedangkan rasio tenaga ter-
Dan umumnya sarana-sarana ini telah dilengkapi dengan tenaga hadap populasi akan membaik.
dokter, dokter spesialis, dokter gigi, apoteker, paramedis pe- Bila dilihat kualifikasi pendidikan, tenaga kesehatan lulus-
rawatan, paramedis non perawatan dan tenaga non medik. Ke- an D3, S1 dan S2 jumlahnya akan lebih dominan pada masa
semuanya tadi telah dijalin dalam sistem rujukan timbal balik mendatang baik pada sarana pemerintah maupun swasta. Tenaga
dari bawah ke atas. fungsional pada rumah sakit pemerintah akan semakin banyak
Dalam 25 tahun mendatang jumlah dan jenis pelayanan ke- jumlah dan ragamnya, sedangkan golongan II dan III akan
sehatan akan sangat berkembang karena jumlah populasi yang merupakan kelompok yang paling besar jumlahnya. Kantor
meningkat, permintaan (demand) yang meninggi, transportasi administrasi kesehatan (Depkes, dan lain-lain) akan lebih banyak
dan komunikasi yang mudah, berubahnya pola penyakit dan lain diisi oleh tenaga fungsional yang profesional sedangkan tenaga
sebagainya. Pelayanan kuratif akan semakin menonjol karena pendukung akan minimal jumlahnya. Desentralisasi kepada
permintaan akan pelayanan preventif sudah menyatu (ter- Daerah Tingkat II akan lebih luas. Career planning tenaga
integrasi) dalam kehidupan sehari-hari. kesehatan menjadi lebih terbuka antara swasta dan pemerintah
Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta serta antara sektor yang satu dengan yang lainnya. Keadaan tadi
derasnya arus informasi menyebabkan timbulnya sofistikasi semuanya menyebabkan berubahnya sistem pendidikan dan
pada banyak rumah sakit dan sarana pelayanan. Akan timbul latihan tenaga serta sistem rekrutmen.
fenomena seperti home-care, day-care, diagnostic center, dan Teknologi kedokteran akan tetap meningkat kemajuannya,
lain-lain. Rumah sakit yang spesialistik akan lebih banyak tetapi kemajuan dalam teknologi diagnostik akan jauh melebihi
jumlahnya. Perkembangan ini dapat mengubah fungsi Puskes- kemajuan dalam teknologi terapeutik. Bioteknologi semakin
mas menjadi consultative center, sedangkan Posyandu secara berperan terutama dalam produksi vaksin, obat dan prosedur
alamiah akan berkurang. Puskesmas yang berada pada tempat diagnostik. Penggunaan obat juga cenderung meningkat baik
dengan lingkungan sosial ekonomi yang sangat berkembang, jumlah maupun jenisnya. Obat-obatan baru untuk penyakit-
dapat berubah menjadi rumah sakit. penyakit menahun akan semakin banyak jenisnya. Penggunaan
Pelayanan kesehatan swasta akan Iebih banyak daripada pe- analgetika, vitamin dan obat adjuvan (penguat) akan terus me-
merintah menjelang tahun 2000 nanti, dan rumah sakit pemerin- ningkat, sedangkan penggunaan antibiotika relatif akan menu-
tah akan cenderung menjadi swadana. Rumah sakit pemerintah run atau menetap sesudah tahun 2000. Namun demikian anti-
akan tampil bersaing terhadap swasta dalam artian penampilan biotika baru tetap akan bermunculan dan yang lama ditinggalkan.
fisik, pelayanan (service) dan kualitas. Perlunya pelayanan yang Bioteknologi akan meningkat peranannya dalam produksi obat-
bermutu dan persaingan yang ketat mengakibatkan rumah sakit obatan. Kapasitas produksi obat jadi dan bahan baku obat Indo-
harus dikelola oleh direktur-direktur yang profesional yang di- nesia akan meningkat terus, sesuai dengan kemajuan ekonomi
dukung oleh staf middle-management yang tangguh. secara umum dan kenaikan permintaan akan obat-obatan. Mutu
Ongkos-ongkos umum yang meningkat dan introduksi produk akan bertambah baik dan kompetetif di dunia inter-
teknologi baru menyebabkan ongkos pelayanan kesehatan akan nasional. Arus globalisasi ekonomi yang masuk Indonesia akan
semakin mahal. Keadaan ini dapat mempercepat tumbuhnya menyebabkan harga obat-obatan akan tetap meningkat.

Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 90, 1994 9


Distribusi obat di Indonesia akan tetap bertambah baik yang cukup tajam pada perbandingan rumah sakit umum peme-
sehingga cakupannya lebih merata. Konsumsi obat per kapita rintah dan swasta. Prosentase rumah sakit umum swasta dari
juga akan meningkat karena pola penyakit yang berubah dan 19,4% pada awal Pelita I menjadi 31,9% pada tahun 1990.
masyarakat yang lebih mampu membelinya. Dikhawatirkan Jumlah rumah sakit umum pemerintah pada tahun 1990
penjualan obat di pasar gelap akan bertambah begitu pula obat adalah 525 buah dengan 66.259 tempat tidur, sehingga rata-rata
tentengan dan selundupan. Dengan demikian incidence dan tempat tidur perrumah sakit umum pemerintah adalah 126 tem-
intoksikasi dan efek samping obat dapat meningkat, karenanya pat tidur. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka
dibutuhkan pusat informasi obat untuk mengatasi hal ini. rasio tempat tidur terhadap jumlah penduduk membaik yaitu 1:
Obat-obat tradisional masih tetap akan dikonsumsi oleh 1.579 pada akhir Pelita I menjadi 1 : 1.515 pada awal Pelita V.
sebagian masyarakat Indonesia tetapi jumlahnya tak akan (Bandingkan pada tahun 1985: Malaysia 1 : 370, Singapura 1:
meningkat dan relatif mungkin menurun. Kedokteran alternatif 247, USA 1 : 170, Jepang 1: 86).
dapat timbul. Apabila kita melihat rasio tempat tidur terhadap penduduk
berdasarkan wilayah terlihat perbaikan yang cukup besar untuk
RUMAH SAKIT DI INDONESIA wilayah Jawa-Bali yaitu 1 : 1.900 pada Pelita I menjadi 1 : 1.586
Bidang perumahsakitan di Indonesia diwarnai dengan pe- pada awal Pelita V. Hal ini berbeda dengan wilayah luar
layanan kesehatan yang sangat luas dan kompleks dengan ber- Jawa-Bali yang semula 1 : 200 pada akhir Pelita I menurun
bagai jenis rumah sakit dan kepemilikannya. menjadi 1 : 414 pada awal Pelita V.
Kegiatan upaya kesehatan yang menyangkut rumah sakit Dalam bidang ketenagaan khususnya tenaga dokter rumah
termasuk di dalam upaya rujukan kesehatan dan rujukan medis. sakit umum Departemen Kesehatan dan Pemda terjadi pening-
Rujukan kesehatan terutama berkaitan dengan upaya promotif katan dari 5.951 pada akhir Pelita III menjadi 8.491 pada akhir
dan preventif yang mencakup bantuan teknologi, sarana dan Pelita IV (kenaikan 43%). Dengan demikian rasio dokter ter-
operasional. Sedangkan rujukan medik adalah rujukan pelayan- hadap tempat tidur membaik keadaannya dari 0.14 menjadi 0.18.
an terutama meliputi upaya kuratif dan rehabilitatif. Demikian pula dengan tenaga paramedis perawatan yang
meningkat dari 23.892 pada akhir Pelita III menjadi 29.018 pada
a) Keadaan Perumahsakitan akhir Pelita IV. Rasio paramedik perawatan terhadap tempat
Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari berbagai
tidur membaik dari 0.56 menjadi 0.63.
jenis pelayanan yaitu dari pelayanan yang sederhana sampai
Bila kita melihat rasio tenaga yang bekerja pada rumah
yang canggih sesuai dengan kemampuan dan kelas rumah sakit.
sakit kelas A, B, C dan D terutama tenaga medis terdapat ketim-
Di rumah sakit milik pemerintah ada pembagian klas yakni A, B,
pangan. Pada tahun 1988 rasio tenaga medis terhadap tempat
C, D yang mencerminkan fasilitas pelayanannya. Sedangkan di
tidur pada rumah sakit pemerintah adalah 0.13 dengan rasio
rumah sakit swasta ada pembagian pratama, madya dan utama. tenaga medis terhadap tempat tidur pada rumah sakit kelas A
Tetapi pembagian klas tersebut hanya bisa mencerminkan fasi- adalah 0.70, kelas B 0.28, kelas C 0.09 dan kelas D 0.11. Se-
litas pelayanan secara kasar, karena walaupun sama-sama ru- dangkan rasio ini hanya 0.06 pada rumah sakit-rumah sakit
mah sakit klas C fasilitas pelayanannya bisa berbeda. Data yang swasta. Terlihat di sini kekurangan tenaga medis terutama pada
menggambarkan fasilitas pelayanan yang sesungguhnya di rumah rumah sakit-rumah sakit swasta dan juga rumah sakit pemerintah
sakit masih susah ditemui. Padahal dengan adanya data tersebut
kelas C.
sangat membantu pengembangan konsep rujukan. Distribusi tenaga medis pada rumah sakit pemerintah ku-
Perkembangan rumah sakit di Indonesia dari Pelita ke Pelita
rang merata, 70% dokter bertugas di rumah sakit di wilayah
cukup menggembirakan dalam berbagai segi. Pada akhir Pelita I
Jawa-Bali, dan sebaliknya 70% tenaga paramedis perawatan
rumah sakit di Indonesia berjumlah 1.116 buah dengan 81.753
bertugas di luar Jawa-Bali.
tempat tidur, sedangkan pada tahun I Pelita V telah mencapai
1.532 rumah sakit dengan 118.565 tempat tidur. Dengan demi- b) Tingkat pemanfaatan dan mutu pelayanan
kian dalam kurun waktu tersebut jumlah rumah sakit meningkat Tingkat pemanfaatan rumah sakit (BOR) secara nasional
± 37% dan tempat tidur meningkat 45%. Dari 1.532 rumah sakit dari Pelita ke Pelita tidak menunjukkan kenaikan yang berarti.
756 di antaranya adalah rumah sakit umum dengan kepemilikan Hal ini disebabkan peningkatan jumlah tempat tidur rumah sakit
16 rumah sakit umum vertikal, 316 rumah sakit umum daerah, sejajar dengan peningkatan jumlah penderita yang dirawat.
112 rumah sakit umum ABRI, 81 rumah sakit umum milik BOR rumah sakit umum yang pada Pelita I 54.1% justru
Departemen lain dan 231 rumah sakit umum swasta. turun menjadi 52.3% pada awal Pelita V, yang selanjutnya naik
Jumlah rumah sakit umum meningkat 30%, dari 581 pada menjadi 54.2% pada tahun 1990. Hal ini menunjukkan bahwa
akhir Pelita I menjadi 756 pada awal Pelita V dengan tempat tidur pemanfaatan rumah sakit belum sebagaimana diharapkan, apalagi
meningkat 44%, dari 63.643 pada akhir Pelita I menjadi 91.338 bila dikaitkan dengan efisiensi dan efektifitasnya. Berdasarkan
pada awal Pelita V. Kenaikan jumlah rumah sakit umum ter- kepemilikannya pada tahun 1990 BOR rumah sakit milik Depar-
banyak adalah pada sektor swasta yaitu sebanyak 104%, dari 113 temen Kesehatan tertinggi, yaitu 65.8%, diikuti dengan Rumah
pada akhir Pelita I menjadi 231 pada awal Pelita V, sedang pada Sakit Swasta 55.4%, rumah sakit Pemda 53.0%. Departemen
akhir tahun 1990 menjadi 244. Hal ini menyebabkan pergeseran lain 47.7% dan rumah sakit ABRI 42.1%. Sedangkan pada tahun

10 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


1988 Rumah sakit Dep.Kes dan Pemda BORnya mencapai kesehatan pada umumnya adalah untuk upaya kuratif. Di-
57.6% dengan wilayah DKI mempunyai BOR tertinggi yaitu perkirakan sekitar 97% dari seluruh biaya yang dikeluarkan
62.6%. Jawa-Bali 61.7% dan luar Jawa-Bali 48.6%; berdasarkan adalah untuk pengobatan dan hanya 3% untuk pendidikan dan
kelas rumah sakit pada tahun 1989, ternyata rumah sakit kelas A lain-lain. Prosentase pembiayaan dari masyarakat/swasta untuk
mempunyai BOR tertinggi, yaitu 72.5%, selanjutnya kelas B pelayanan rumah sakit pada tahun 1985/86 cukup tinggi, yaitu
60.6%, kelas C 57.7% dan kelas D masih rendah. 37.9%, sedang pembelian obat-obatan tertinggi, yaitu 40.5%.
LOS rumah sakit DepKes dan Pemda rata-rata 6 hari; dengan Dapat diperkirakan di sini bahwa pembiayaan oleh masyarakat/
LOS rumah sakit di DKI terpanjang yaitu 7 hari, sedangkan untuk swasta sebagian besar adalah untuk pelayanan rumah sakit ka -
daerah lain 6 hari. LOS rumah sakit swasta rata-rata 6 hari dengan rena sebagian pembelian obat-obatan juga merupakan akibat dari
LOS terendah 5 hari untuk wilayahJawa-Bali, sedangkan wilayah pelayanan rumah sakit.
lain 6 hari. LOS rumah sakit kelas A tertinggi, yaitu 10 hari, Selain dari pemerintah dan masyarakat, rumah sakit me-
selanjutnya rumah sakit kelas B 7 hari, dan rumah sakit kelas C nerima biaya dari bantuan luar negeri. Bantuan luar negeri ini
serta D sama yaitu 5 hari. pada umumnya untuk pembiayaan investasi, akan tetapi akhir-
Jika dikaitkan antara BOR dan LOS wilayah DKI yang akhir ini juga ada kecenderungan bantuan dalam biaya peme-
tinggi hal ini dimungkinkan karena adanya rumah sakit top liharaan dan operasional. Besarnya pembiayaan pelayanan RSU
referral, yang pada umumnya merawat pasien rujukan. pemerintah yang berasal dari bantuan luar negeri dalam kurun
waktu 1982/83 – 1986/87 rata-rata 4.9%.
c) Pembiayaan Berdasarkan uraian di atas maka nyatalah bahwa pelayanan
Pembiayaan kesehatan di Indonesia, khususnya rumah rumah sakit merupakan salah satu komponen yang paling banyak
sakit, berasal dari berbagai sumber yaitu : menyerap biaya, yang meliputi biaya investasi, pemeliharaan
1) Pemerintah Pusat dan Daerah dan operasional, termasuk gaji dan upah. Jumlah alokasi dana
2) Badan Swasta rumah sakit pada tahun 1985/86 adalah 34.1% dari seluruh
3) Bantuan Luar Negeri biaya, 27.7% berasal dari pemerintah dan 72.3% dari masyara-
4) Asuransi kat/swasta.
5) Masyarakat Besarnya alokasi tersebut belum dapat menjamin terlak-
Anggaran kesehatan yang bersumber dari pemerintah, dari sananya pelayanan yang baik karena dana yang tersedia baru
tahun ke tahun relatif tetap dan kecil jika dihitung prosentasenya 56.1 % dari biaya yang dibutuhkan. Dana pelayanan rumah sakit
dari seluruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Prosen- sebagian besar (79.3%) dimanfaatkan untuk pelayanan kuratif,
tase anggaran kesehatan terhadap anggaran pemerintah pada sedangkan untuk pelayanan preventif hanya 6%. Dari alokasi
tahun 1982/1983 hanya 3.4% dan tahun 1986/1987 3.3%. biaya rumah sakit ternyata jumlah subsidi pemerintah cukup
Demikian pula prosentase pembiayaan kesehatan bersum- besar.
ber dari pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (GDP) Untuk dapat mengurangi jumlah subsidi tersebut dapat di-
sangat kecil dan cenderung tidak berubah selama kurun waktu lakukan dengan dua pendekatan :
lima tahun (0.8% tahun 1982/83 dan 0.8% tahun 1986/87). a) menurunkan unit cost/biaya satuan Iayanan dengan me-
Anggaran kesehatan perkapita yang bersumber dari pe- ningkatkan pemanfaatan fasilitas yang saat ini masih rendah;
merintah dari tahun 1982/83 sampai dengan 1986/87 naik dari b) meningkatkan tarif layanan rumah sakit yang disesuaikan
Rp. 3.198,90 pada tahun 1982/83 naik menjadi Rp. 4.300,70 dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
pada tahun 1986/87 atau sebesar 34.4%. Namun bila dihitung Sanpai saat ini masih banyak rumah sakit, khususnya rumah
dengan harga tetap tahun 1983, ternyata anggaran pada tahun sakit pemerintah yang menerapkan sistem akuntansi secara cash
1982/83 dan 1986/87 tersebut relatif tetap. Prosentase pem- basis. Walaupun sistem ini mudah dalam pelaksanaannya namun
biayaan kesehatan di rumah sakit dari anggaran kesehatan me- biaya sesungguhnya tidak dapat diketahui secara tepat. Untuk
nurun sesuai dengan perubahan-perubahan dalam pola peman- mendapatkan informasi yang baik dan aktual dalam proses
faatan dana, yang pada tahun 1982/1983 mencapai 32.8% dan pengambilan keputusan, maka sistem akuntansi harus dilengkapi
selanjutnya tahun 1983/1984 naik menjadi 36.3%, dengan per- dengan sistem akuntansi akrual. Sistem ini sudah dilaksanakan
ubahan pola pemanfaatan dana, menurun terus sehingga pada pada sebagian rumah sakit swasta, dan juga akan diterapkan pada
tahun 1986/87 tinggal 30.8%. rumah sakit lembaga swadana.
Dengan keterbatasan kemampuan pemerintah maka perlu Bilamana biaya satuan diketahui, maka tarip rumah sakit
adanya penambahan dana dari pihak swasta, yang sejalan dengan yang sesuai dapat ditetapkan dengan tetap memperhatikan ke-
keinginan pemerintah agar pihak swasta lebih aktif berperan mampuan dan kemauan masyarakat untuk membayar. Dengan
serta dalam pembangunan bidang kesehatan, khususnya dalam makin berkembangnya asuransi kesehatan maka biaya satuahn
bidang perumahsakitan. Diharapkan peran serta swasta dalam sangat diperlukan untuk negosiasi penetapan premi. Selain itu,
perumahsakitan dapat meningkat, sehingga pada tahun 2000 untuk meningkatkan efisiensi perlu diketahui pusat-pusat biaya
jumlah rumah sakit/tempat tidur pemerintah dan swasta ber- agar dapat dilaksanakan intervensi yang diperlukan. Perhitung-
imbang. an biaya satuan saat ini sudah merupakan suatu keharusan,
Penggunaan dana oleh masyarakat/swasta daiam upaya banyak rumah sakit swasta yang telah menetapkan tarip ber-

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 11


dasarkan biaya satuan. Oleh karena itu diperlukan pengem- investasi yang ditanam dapat dimanfaatkan secara bersama dengan
bangan manajemen keuangan rumah sakit yang baik. optimal.
4) Pengembangan pelayanan
TANTANGAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT DALAM Pola penyakit dalam PJPT II secara berangsur-angsur akan
PJPT II berubah begitu pula permintaan (demand ) akan pelayanan kese-
Tantangan-tantangan penting dalam manajemen pelayanan hatan. Masyarakat akan menuntut pelayanan yang lebih bermutu
rumah sakit pada masa mendatang antara lain : dan efektif. Keadaan ini mengharuskan manajemen rumahsakit
1) Pembiayaan mulai memikirkan pola pelayanan yang perlu dikembangkan
Ongkos-ongkos pelayanan rumahsakit sudah pasti akan pada masa mendatang. Ada jenis-jenis pelayanan yang mungkin
meningkat karena : ongkos-ongkos umum untuk services (misal secara berangsur-angsur harus diciutkan tetapi sebaliknya ada
listrik, air dan lain-lain) akan meningkat, teknologi modern juga pelayanan-pelayanan yang perlu dikembangkan bahkan
untuk diagnostik dan terapetik lebih banyak digunakan; dokter mungkin perlu ada pelayanan baru yang harus mulai ditampil-
cenderung menggunakan prosedur-prosedur yang semakin kan. Pembagian tempat-tempat perawatan menurut penyakit
banyak untuk menangani penyakit-penyakit kronik, bayaran atau disiplin ilmu kedokteran perlu ditinjau lagi dan mungkin
untuk dokter dan perawat harus dinaikkan. perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian agar pemanfaatan
Keadaan tersebut mengharuskan manajemen rumah sakit rumah sakit menjadi lebih efisien. Dibutuhkan kemampuan dari
dapat mengembangkan pelayanan yang efektif tetapi dengan manajemen rumah sakit untuk melihat masa depan guna mem-
ongkos yang realistik yakni ongkos yang sesuai dengan nilai dari buat pembaharuan-pembaharuan dalam pelayanan kesehatan di
jasa dan barang yang diberikan kepada pasien ditambah dengan rumah sakit.
profit yang layak.
5) Permintaan masyarakat
2) Tenaga Pada periode PJPT II rumah sakit akan dihadapkan kepada
Pada saat ini hampir semua rumah sakit pemerintah dan masyarakat yang lebih terdidik dan lebih mampu membeli pela-
swasta sangat kekurangan tenaga perawat. Selain jumlahnya yanan yang ditawarkan atau yang dibutuhkan. Masyarakat
kurang, mutunyapun sering dikeluhkan masyarakat. Jumlah mengingini pelayanan yang mudah dan nyaman serta akhirnya
lulusan perawat diduga mencukupi, tetapi formasi di rumahsakit memberikan kepuasan dalam arti penyakit sembuh dalam waktu
pemerintah sangat terbatas karena ada kecenderungan mem- yang cepat dengan service yang baik. Untuk ini rumah sakit harus
batasi pengangkatan pegawai negeri baru. Sebagian rumah sakit memberikan informasi yang akurat dan tepat tentang service
swasta tak mampu mengangkat perawat baru apabila dari lulus- yang dapat diberikan kepada setiap pasien. Perlu dikembangkan
an sekolah-sekolah perawat yang dianggap bermutu. Keadaan suatu sistim pelayanan yang didasari pada QCT (quality, cost,
dokter spesialis lebih kompleks lagi terutama pada rumah sakit time of delivery) yakni pelayanan dengan kualitas yang baik (Q)
swasta. Hampir semua rumah sakit swasta, kira-kira 80% dari dan dengan ongkos yang dapat dipertanggung jawabkan (C) serta
tenaga spesialisasi direkrut dari rumah sakit pemerintah sebagai diberikan pada waktu yang cepat dan tepat (T).
tenaga paruh waktu (part time) dalam bentuk honorer atau Keadaan tersebut perlu juga mendorong manajemen
visiting-doctor atau on contract basis. Ini berarti, secara tidak rumahsakit untuk memikirkan tentang kemungkinan perlu di-
langsung rumah sakit swasta menikmati subsidi dari pemerintah. perpanjangnya lama buka poliklinik rumah sakit (termasuk
Dengan kecenderungan rumahsakit pemerintah akan diubah rumahsakit pemerintah) dan dikembangkannya sistem janji
menjadi RS unit swadana maka pada masa mendatang RS swasta (appointment) menurut hari dan jam pelayanan, paling tidak
harus lebih mandiri dalam merekrut tenaga dokter spesialis purna untuk service-service tertentu. Sistem appointment akan men-
waktu. didik health providerdan health consumer menj adi lebih disiplin
dalam mematuhi waktu.
3) Teknologi kedokteran
Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 6) Hukum dan Etik
secaraumum, maka teknologi kedokteran pun berkembang sangat Dengan semakin majunya sebuah bangsa maka akan se-
cepat dalam duapuluh tahun terakhir ini. Teknologi (termasuk makin tertib pula tata hukum di negara tersebut. Namun harus
alat) kedokteran untuk diagnosis maupun terapi berkembang diakui bahwa pada masyarakat yang sedang berubah, tidak
sangat cepat dan ditawarkan secara sangat intensif. Rumah sakit jarang penerapan tata hukum yang baru dapat menimbulkan
dihadapkan dengan suatu dilema apakah akan menggunakan masalah.
teknologi baru yang ditawarkan dengan implikasi naiknya ong- Pada bulan September 1992 Indonesia telah memberlaku-
kos pelayanan ataukah tetap menggunakan cara-cara konven- kan undang-undang baru dalam bidang kesehatan yakni UU
sional yang masih efektif dengan risiko akan kehilangan pangsa No. 23 tahun 1992. Tujuan UU tersebut adalah memberikan
pasar. Manajemen rumah sakit dituntut untuk pandai memilih kepastian hukum terhadap pembangunan dan pelayanan kese-
alternatifdalam memanfaatkan teknologi yang ditawarkan. Suatu hatan, perlindungan terhadap penerima pelayanan kesehatan dan
koordinasi antar rumah sakit perlu dikembangkan untuk meman- perlindungan terhadap pemberi pelayanan kesehatan. Dengan
faatkan secara bersama teknologi tertentu. Dengan cara ini, diberlakukannya UU tersebut tuntut-menuntut (lawsues) antara

12 Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 90 1994


pasien dengan rumah sakit atau dokter akan lebih sering terjadi 1) Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
pada waktu-waktu mendatang. Untuk menghindari hal ini kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia
manajemen rumah sakit harus menyiapkan informasi-informasi harapan hidup manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga
umum tentang pelayanan rumah sakit. Begitu pula standar- dan masyarakat, serta untuk mempertinggi kesadaran masya-
standar dan prosedur-prosedur teknis dan administrasi harus rakat akan pentingnya hidup sehat. Perhatian khusus diberikan
dibuat secara tertulis mengikuti referensi resmi yang dikem- pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, daerah
bangkan oleh pemerintah dan atau ikatan profesi. Perubahan- kumuh perkotaan, daerah pedesaan, daerah terpencil dan kelom-
perubahan yang tengah terjadi akan dapat pula menimbulkan pok masyarakat yang hidupnya terasing, daerah transmigrasi,
benturan-benturan norma yang dapat mengakibatkan timbulnya serta daerah pemukiman baru.
pelanggaran-pelanggaran etik terutama pada rumah sakit-rumah 2) Pengelolaan kesehatan yang terpadu perlu lebih dikem-
sakit swasta. Suatu sistem untuk mencegah dan mengawasi bangkan agar dapat lebih mendorong peran serta masyarakat,
pelanggaran etik ini perlu diperketat oleh manajemen rumah termasuk dunia usaha, dalam pembangunan kesehatan. Kualitas
sakit. Persaingan yang semakin ketat antar rumah sakit-rumah pelayanan kesehatan ditingkatkan dan jangkauan serta kemam-
sakit, terutama di kota-kota besar, mengharuskan manajemen puannya diperluas agar masyarakat, terutama yang berpeng-
rumah sakit untuk memperbaiki rumahsakitnya masing-masing hasilan rendah, dapat menikmati pelayanan yang berkualitas
disamping perlu ada koordinasi dan kerja sama antar rumah dengan terus memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan
sakit. teknologi kedokteran secara serasi dan bertanggung jawab.
3) Pengadaan dan peningkatan sarana kesehatan perlu terus
7) Sistem Informasi Manajemen dikembangkan. Tenaga kesehatan dan tenaga penunjang kese-
Dalam pelaksanaan sehari-hari, manajemen tidak lain suatu hatan lainnya ditingkatkan kualitas dan kemampuannya serta
rangkaian pengambilan keputusan dengan mengikuti aturan main persebarannya terus diupayakan agar merata dan menjangkau
yang sudah ditetapkan menuju suatu tujuan tertentu. Maju masyarakat di daerah terpencil. Penyediaan obat dan alat kese-
mundurnya atau baik buruknya satu manajemen sangat dipe- hatan yang makin merata dengan harga yang terjangkau oleh
ngaruhi oleh mutu pengambilan keputusan dan hal terakhir ini rakyat banyak ditingkatkan melalui pengembangan industri
sangat tergantung dari mutu informasi yang diperoleh dan ke- peralatan kesehatan dan industri farmasi yang makin maju dan
pandaian dari manajer untuk menggunakan informasi. Dengan mandiri, yang didukung oleh industri bahan baku obat yang
demikian menjadi jelas bahwa bila rumah sakit mengingini andal melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
manajemen yang baik sehingga dapat memberikan pelayanan 4) Upaya perbaikan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan
yang bermutu, ia harus mengembangkan cara pengumpulan data antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit
dan informasi yang akhirnya bisa memberi input kepada menular, penyediaan lingkungan pemukiman, perbaikan gizi,
manajemen untuk mengambil keputusan guna pembaikan pe- penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan, serta pelayanan
layanan. Sistem tersebut disebut sebagai : sistem informasi kesehatan ibu dan anak. Perlindungan terhadap bahaya pe-
manajemen rumah sakit, semakin besar dan semakin kompleks nyalahgunaan obat, zat adiktif, dan narkotika, terutama bagi
sebuah rumah sakit semakin perlu ia suatu sistem informasi generasi muda, serta pencemaran lingkungan perlu diberikan
manajemen yang komprehensif. perhatian khusus; juga pengawasan ketat terhadap obat, ma-
Ada empat informasi yang dianggap prioritas untuk dikum- kanan dan minuman. Penelitian dan pengembangan kesehatan
pulkan dan dianalisis yakni : keuangan dan pembiayaan, tenaga, perlu terus dilanjutkan antara lain untuk meningkatkan kualitas
logistik (terutama obat) dan pelayanan (besarnya inpatient-outpa- pelayanan kesehatan.
tient). Semuanya ini harus dikaitkan secara integratif sehingga 5) Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun peran
mempunyai makna bagi pengambilan keputusan manajemen. serta masyarakat harus mengindahkan prinsip kemanusiaan dan
kepatutan dengan memberikan perhatian khusus kepada fakir
KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT miskin, anak-anak dan penduduk usia lanjut yang terlantar.
Rumah Sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan Semua usaha untuk mewujudkan jaminan pemeliharaan kese-
sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui ren- hatan masyarakat perlu dikembangkan dengan upaya mema-
cana pembangunan kesehatan sehingga pengembangan Rumah syarakatkan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat berdasar-
Sakit pada saat ini tidak lepas dari Kebijaksanaan Pembangunan kan prinsip gotong royong.
Kesehatan yaitu harus sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan 6) Pengobatan tradisional yang secara medis dapat diper-
Negara, Sistem Kesehatan Nasional dan Repelita bidang Kese- tanggungjawabkan terus dibina dalam rangka perluasan dan
hatan serta peraturan dan perundang-undangan lain. Sedangkan pemerataan pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa
arah dan kebi jaksanaan dari pembangunan telah ditetapkan dal am terus ditingkatkan dan didorong usaha pengembangannya me-
kebijaksanaan pokok pembangunan kesehatan seperti di bawah lalui penggalian, penelitian, pengujian, dan pengembangan serta
ini. penemuan obat-obatan, termasuk budidaya tanaman obat tra-
disional yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan.
KEBIJAKSANAAN POKOK PEMBANGUNAN KESE- Pengembangan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh faktor-
HATAN

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No.90, 1994 13


faktor demografi, epidemiologi, sosial ekonomi, permintaan yang berasal dari masyarakat yang dimobilisasi melalui sistem
akan pelayanan, sistem pembiayaan dan kemajuan iptek. Ka- asuransi/JOKM. Rumah sakit pemerintah secara berangsur-
renanya, suatu kebijaksanaan dalam pengembangan rumah sakit angsur dikembangkan menjadi unit swadana sedangkan sumber
harus memperhatikan kecenderungan faktor determinan di atas. dana yang berasal dari pemerintah dan yang dimobilisasi dari
Selain itu pengembangan rumah sakit juga tidak dapat lepas dari swasta dan masyarakat harus digunakan secara efisien dan di-
kebijaksanaan pokok pembangunan kesehatan. alokasikan secara cermat menurut prioritas dan masalah yang
Dengan melihat kecenderungan determinan kesehatan, dihadapi.
kecenderungan keadaan kesehatan, keadaan rumah sakit dan • Setiap orang yang menikmati pelayanan kesehatan di rumah
hasil-hasil yang telah dicapai pada saat ini serta tantangan sakit akan dikenai kewajiban membayar sesuai dengan nilai jasa
manajemen rumah sakit pada PJPT II maka perlu ditetapkan yang diterimanya. Untuk ini perlu dikembangkan sistem tarif
kebijaksanaan pengembangan rumah sakit dalam PJPT 11. berjenjang yang mendasarkan kepada pengeluaran yang ber-
imbang dengan pemasukan (cost recovery), satuan biaya (unit
KEBUAKSANAAN PENGEMBANGAN RUMAH-SAKIT cost) dan kemampuan daya beli masyarakat. Agar terjamin
DALAM PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP adanya pemerataan pelayanan, tarif dikembangkan dengan asas
II : subsidi bersilang (cross subsidy) sehingga mereka yang tak
mampu tetap terlindungi dan dapat menikmati pelayanan kese-
1) Pembangunan Rumah Sakit baru hatan yang dibutuhkan.
• Pembangunan rumah sakit baru dan penambahan tempat
tidur dari rumah sakit yang ada akan dijalankan terus sesuai 4) Peran Serta Masyarakat dan Swasta
dengan permintaan yang ada (mekanisme pasar). Penambahan- • Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
penambahan rumah sakit baru terutama dijalankan dengan perlu dikembangkan sistem yang insentif termasuk kemudahan
memperhatikan perkembangan sosial ekonomi masyarakat. dalam perizinan, rumah sakit boleh didirikan oleh badan hukum
• Pemerintah tetap bertanggung jawab terhadap pembangun- (termasuk PMDN dan PMA) disamping oleh yayasan. Pemerin-
an rumah sakit di daerah-daerah yang kurang mampu guna tah akan tetap memberikan bantuan dan perlindungan terhadap
menjamin pemerataan untuk menikmati hasil-hasil pembangun- rumah sakit.
an. • Masyarakat dan swasta akan diberikan peran yang semakin
• Setiap pembangunan rumah akit baru harus didahului oleh besar dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan
studi kelayakan untuk menjamin tetap berjalannya rumah sakit rumah sakit. Pemerintah akan lebih banyak berperan dalam
tadi pada masa-masa mendatang dan dipenuhinya kaidah serta merumuskan kebijaksanaan (termasuk menetapkan standar-
standar rumah sakit. standar), pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan rumah
• Jumlah rumah sakit di suatu tempat akan dikendalikan sakit. Ikatan profesi akan membantu pemerintah dalam peru-
dengan memperhatikan rasio tempat tidur terhadap penduduk musan kebijaksanaan dan pengawasan serta peningkatan mutu
dan sistem pembiayaan serta pricing policy (misal asuransi), pelayanan dan mutu tenaga kesehatan.
pembangunan rumah sakit dilaksanakan dengan menyertakan 5) Ketenagaan
peran serta masyarakat dan swasta yang semakin besar. • Penempatan dan penyebaran tenaga kesehatan yang bekerja
2) Pelayanan Rumah Sakit di rumah sakit akan terus ditingkatkan sehingga jumlah dan
• Pelayanan rumah sakit harus mendukung pelayanan ke- susunan tenaga kesehatan di rumah sakit mencapai standar yang
sehatan dasar seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan sudah ditetapkan. Penempatan dokter spesialis akan ditingkat-
Posyandu. Dukungan ini dijalin dalam suatu sistem rujukan kan dengan prioritas melengkapi rumah sakit kelas C di seluruh
medik dan rujukan kesehatan yang selaras dengan pembangunan Indonesia sesuai dengan pemerataan penempatan tenaga.
sistem pembiayaan melalui asuransi kesehatan/JPKM. • Guna mengatasi kekurangan pelayanan spesialistik di tem-
• Rumah sakit dikelola secara efisien untuk menjamin me- pat-tempat terpencil yang membutuhkan, dokter-dokter umum
ningkatnya mutu dan cakupan pelayanan yang akhirnya mem- terpilih akan dilatih secara khusus dalam bidang spesialisasi
punyai dampak nyata terhadap perbaikan derajat kesehatan tertentu (semi spesialis).
masyarakat. Untuk itu perlu diterapkan dan dijalankan pengguna- • Rumah sakit swasta diberikan kemudahan untuk memper-
an standar pelayanan, dalam rangka peningkatan mutu dan oleh dokter-dokter spesialis khususnya para dokter spesialis
akreditasi rumah sakit disamping penggunaan obat secara ra- yang sudah menyelesaikan masa bakti ke-2. Secara berangsur-
sional dengan memanfaatkan obat generik. angsur rumah sakit swasta akan diberi bantuan agar mempunyai
• Menjalankan fungsi sosial yang tercermin dalam pelayanan dokter dan dokter spesialis yang full time. Rumah sakit swasta
bagi mereka yang tak mampu, kegiatan pelayanan di luar rumah diperkenankan mengirimkan dokter umumnya untuk mengikuti
sakit, penyuluhan kesehatan, turut serta dalam sistem asuransi pendidikan spesialisasi. Prioritas diberikan kepada rumah sakit
kesehatan/JPKM, dan lain sebagainya. di periferi.

3) Pembiayaan 6) Manajemen
• Pembiayaan rumah sakit mengutamakan sumber-sumber • Rumah sakit secara berangsur-angsur harus dikelola dengan

14 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit menuju pembentukan career-planning
sebagai bentuk produksi jasa, dapat ditingkatkan mutunya. Da- dalam manajemen atau administrasi rumah sakit.
lam kaitan ini, rumah sakit akan dilengkapi dengan perangkat 7) Teknologi Kedokteran
organisasi yang lebih sesuai sebagai institusi sosial-ekonomi. Pemanfaatan teknologi kedokteran akan digalakkan terus

• Dengan semakin meningkatnya hubungan kerja dan se- dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan menuju perbaikan
makin beragamnya jenis pelayanan, perlu dikembangkan sistem derajat kesehatan yang merupakan bagian dari kesejahteraan
informasi manajemen rumah sakit yang menyangkut informasi umum masyarakat. Teknologi kedokteran yang digunakan harus
sumber daya, pelayanan dan kegiatan rumah sakit. Untuk ini disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan yang ada dan
rumah sakit secara berangsur-angsur harus meningkatkan peng- kemampuan pembiayaan pemerintah dan masyarakat.
olahan data secara elektronik (electronic data processing). • Pemanfaatan teknologi kesehatan harus dikaitkan dengan
• Staf manajemen rumah sakit perlu memperoleh pendidikan upaya mengefisiensikan kegiatan-kegiatan rumah sakit.
dan latihan yang menunjang perubahan-perubahan sistem

Kalender Kegiatan Ilmiah

March 19–20, 1994 – Instructional Course & Video-Urogynecology Update


Singapore
Information : Secretariat, Society for Continence (Singapore),
c/o Division of Urology, Department of Surgery,
Toa Payoh Hospital, Toa Payoh Rise, Singapore
1129.

April 29 – May 2, 1994 lst IFSSH Western Pacific Regional Workshop


Hong Kong
Information : Dr LK Hung, Secretary, lst IFSSH Western
Pacific Regional Workshop, Department of
Orthopaedics and Traumatology, Prince of
Wales Hospital, Shatin, Hong Kong.

May 21–24, 1994 – 11th Regional Conference of Dermatology


Singapore
Information : Secretariat,
1 lth Regional Conference of Dermatology,
c/o Conference and Exhibition Management
Services Pte Ltd, #09-43 World Trade Centre,
Singapore 0409.

June 16-18, 1994 International Conference on Biomedical Periodicals


Beijing
Information : c/o Dr Jiang Yongmao, International Conference
on Biomedical Periodicals, Chinese Medical
Association, 42 Dongsi Xidajie, Beijing 100710,
China.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 15


Tinjauan
Perkembangan Perumah-Sakitan
dalam PJPT 11
Samsi Jacobalis
Jakarta

Paul Samuelson :"........ akhirnya harus kita sadari bahwa ekonomi bukanlah ilmu
eksakta, dan tidak ada di antara kita yang dapat melihat lebih jauh daripada dua tahun
ke muka" (Algemeen Dagblad, 17 April 1993).
George R. Terry :"The future begins with the present; it is not an immense and sudden
jump to a distant destination" (Bukunya : Principles of Management).

MEREKA MASA DEPAN rang masih hidup), tidak ada orang yang dapat melihat terlalu
Pendapat dua pakar di atas agaknya bertentangan satu de- jauh ke depan. Apalagi kebutuhan kesehatan masa depan itu di-
ngan yang lain. Jika bersandar pada pendapat Samuelson tidak pengaruhi oleh begitu banyak variabel yang sebagian besar tidak
ada yang dapat memprakirakan bagaimana perkembangan eksak sifatnya.
ekonomi Indonesia (dan searah dengan itu bagaimana perkem-
bangan perumah-sakitan kita) nanti dalam PJPT II (1994–2019). AKHIR PJPT I, IDAMAN DALAM PJPT II
Sebaliknya jika mengandal pada Terry, PJPT II bukanlah lon- Selama 25 tahun terakhir Indonesia telah menikmati per-
catan mendadak ke sasaran yang jauh di depan. PJPT II adalah tumbuhan ekonomi yang cukup kuat. Pembangunan kesehatan
sinambung dengan PJPT I. PJPT II adalah era tinggal landas, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi itu. Dalam naskah Garis-
setelah landasnya sendiri (PJPT I) cukup kokoh untuk menjamin Garis Besar Haluan Negara 1993 diikhtisarkan tentang penca-
keselarriatan "penerbangan" selanjutnya. Artinya hari esok dalam paian sektor kesehatan sebagai berikut :"Dalam PJPT I pelayan-
pembangunan adalah kelanjutan hari ini. Masa depan dibangun an kesehatan telah meningkat dan telah mampu menjangkau
sehari demi sehari sejak masa lalu. Masa depan dapat direka hampir seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan di bidang
berdasarkan kenyataan hari ini dan hari-hari yang sudah dilewati. kesehatan serta keluarga berencana telah berhasil meningkatkan
Kita mencoba sepakat dengan Terry dengan membuat usia harapan hidup dan menekan laju pertumbuhan penduduk
proyeksi tentang transisi kesehatan di masa depan bertolak dari yang didukung oleh perumahan dan pemukiman yang layak".
data perkembangan selama PJPT I. Dari proyeksi itu dicoba di- Ikhtisar yang dinyatakan hanya dalam beberapa kalimat itu
buat tinjauan tentang kemungkinan perkembangan rumah sakit kedengarannya sederhana sekali. Padahal untuk mencapai itu
dalam PJPT II, sebagai rekaan respons terhadap tantangan sangat besar modal manusia (human capital) dan sumberdaya
memenuhi kebutuhan kesehatan di waktu itu nanti. Iain yang sudah dikerahkan. Keberhasilan lain yang juga secara
Namun demikian disadari sepenuhnya proyeksi itu dapat tidak langsung besar dampaknya pada status kesehatan bangsa
meleset sama sekali, karena seperti kata Samuelson (pemenang adalah :
hadiah Nobel yang dianggap ahli ekonomi terbesar yang seka- – Kita sudah swasembada dalam kebutuhan paling pokok,

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo , Jakarta .
21 — 25 November 1993.

16 Cermin Dunia Kedokteran . Edisi Khusus No. 90, 1994


yaitu pangan dan sandang. PERUBAHAN DALAM LINGKUNGAN LAYANAN KE-
- Selama 25 tahun bangsa Indonesia sudah belajar dan ber- SEHATAN
pengalaman membangun di segala bidang. Kurva belajar ini Perkembangan kebutuhan kesehatan di masa depan diten-
sangat besar artinya sebagai modal untuk meneruskan pem- tukan oleh transformasi dan transisi dalam lingkungan layanan
bangunan. Pengalaman ini meningkatkan harkat dan harga diri kesehatan yang sudah berlangsung sejak dua dekade terakhir dan
sebagai bangsa. akan berlanjut.
Beberapa bulan lagi kita akan mengawali PJPT II. Hal Di antara perubahan berlanjut yang akan besar dampaknya
khusus dalam PJPT II adalah dijadikannya manusia lndonesia pada kebutuhan kesehatan kita dalam PJPT II adalah :
sebagai fokus pembangunan, baik sebagai insan maupun se- • Transformasi ekonomi dan sosial
bagai sumberdaya untuk pembangunan itu sendiri, termasuk • Transisi demografi
pembangunan kesehatannya. Dengan pengembangan manusia • Transisi epidemiologi
yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang mantap, • Perkembangan ilmu dan teknologi
diidamkan bangsa Indonesia akan menjadi maju dan mandiri. • Perubahan dalam tatanan global.
Dalam PJPT II pembangunan sektor kesehatan dimasukkan Dinamika perubahan dalam unsur-unsur tersebut di atas sudah
dalam kelompok pembangunan bidang kesejahteraan rakyat . berlangsung sejak bagian terakhir Repelita I, sejak ekonomi kita
pendidikan
meang dan kebudayaan. Ini tepat sekali, karena mulai ditata kembali dan diangkat dari tepi jurang keambrukan.
masalah kesehatan bangsa pada dasarnya adalah masalah eko- Transisi dan transformasi dalam unsur-unsur itu saling terkait
nomi, sosial dan budaya, tidak semata-mata masalah mencegah dan mempengaruhi satu terhadap yang lain. Hal-hal yang pokok
dan mengobati penyakit. Memecahkan masalah kesehatan se- tentang beberapa transisi itu akan ditinjau, dengan tujuan men-
cara nasional adalah soal keluar dari lingkaran kemiskinan yang coba memprakirakan keadaan pada akhir transisi demografi dan
ditandai oleh kurang makan, penyakit rakyat, lingkungan hidup akhir transisi epidemiologi nanti, yaitu proyeksi tentang pen-
yang tidak sehat, kebodohan dan jumlah anak yang terlalu duduk Indonesia dan pola penyakit serta status kesehatannya
banyak. Keadaan ideal yang diidamkan (menurut GBHN 1993) dalam PJPT II. Dari proyeksi keadaan itu akan diprakirakan
adalah : meningkatnya derajat kesehatan masyarakat serta me- kebutuhan kesehatan kita sebagai bangsa waktu itu nanti. Dari
ningkatnya mutu dan kemudahan pelayanan kesehatan yang prakiraan perkembangan kebutuhan itu akan dicoba diantisi-
harus makin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, serta pasikan perkembangan perumah-sakitan kita.
meningkatnya gizi dan membudayanya sikap hidup bersih dan
sehat, didukung dengan pembangunan perumahan dan TRANSFORMASI EKONOMI DAN SOSIAL
pemukiman yang layak. Sebagai kelanjutan kegiatan pembangunan sebelumnya,
Semua itu tidak sesederhana seperti yang dirumuskan di Indonesia diharapkan sudah menjadi negara industri dalam PJPT
atas. Masih sangat besar modal manusia dan sumberdaya lain II. Di waktu itupun nanti titik berat pembangunan (masih) dile-
yang dibutuhkan untuk mendukungnya. Dalam arti luas banyak takkan pada pembangunan bidang ekonomi, yang merupakan
variabel ekonomi, sosial dan budaya yang akan berpengaruh penggerak utamapembangunan bidang-bidang lainnya, termasuk
dalam mencapai idaman nasional itu. Dalam arti lebih sempit sektor kesehatan.
pencapaian idaman itu akan tergantung dari perkembangan Titik berat pada pembangunan ekonomi berarti transisi dari
sistim ;layanan kesehatan nasional, termasuk perkembangan pe- ekonomi yang didominasi oleh pekerjaan di sektor pertanian ke
rumah-sakitan. Perkembangan itu tergantung pada beberapa pekerjaan di sektor industri dan jasa akan berlanjut. Transisi ini
faktor utama : akan lebih terpacu karena lahan bertani untuk petani perorangan
1. Perkembangan kebutuhan kesehatan bangsa (health need). akan semakin sempit, dan orang-orang muda akan semakin
2. Kemampuan sumberdaya untuk mendukung pemenuhan enggan meneruskan tradisi bertani. Mereka akan lebih tergiur
kebutuhan itu (health recources). oleh lapangan kerja di sektor industri dan jasa. Pendapatan dari
3. Kebijakan kesehatan nasional (health policy). bertani umumnya kebih kecil dibandingkan dengan upah mem-
"Health policy" adalah kebijakan pemerintah yang hcrtuiu- buruh di pabrik atau proyek pembangunan. Dampak sosialnya
an menyediakan dan menyampaikan layanan kesehatan yang adalah berlanjutnya proses urbanisasi, yaitu persentase pen-
bermutu kepada setiap warga negara tanpa membedakan ke- duduk kota akan makin meningkat dibandingkan dengan persen-
dudukan sosial dan kemampuan ekonominya. tase penduduk desa. Para ahli kependudukan memproyeksikan
Kebijakan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dalam tahun 2020 lebih daripada separuh penduduk Indonesia
dalam PJPT II sukar diperkirakan sekarang. Garis-garis ke- tinggal di perkotaan, belum terhitung mereka yang tinggal di
bijakan itu ditentukan 5 tahun sekali dalam GBHN dan dirinci pedesaan tetapi pergi-pulang ke perkotaan (Ananta dan Sirait).
dalam Repelita, didasarkan pada perkembangan kebutuhan ke- Industrialisasi dan urbanisasi besar dampaknya pada ling-
sehatan dan perkembangan kemampuan sumberdaya untuk kungan, yang pada gilirannya berarti meningkatnya masalah
mendukungnya waktu itu nanti. Yang mungkin dapat dipastikan kesehatan dan potensi bertambahnya jumlah dan jenis penyakit.
dari sekarang adalah bahwa pemerintah akan membuka Kepadatan penduduk kota tentu mengakibatkan masalah ling-
ykesm-patn ang makin luas bagi swasta, termasuk seasta asing, untuk kungan hidup. Pemukiman padat menimbulkan masalah.
herperan dalam industri kesehatan kita. Sampah dan limbah akan makin sukar untuk ditanggulangi. Air

Cermin Dunia Kedokteran,Misi KhususNo. 90, 1994 17


bersih sebagai kebutuhan primer akan semakin kritis. Pengen- sekalipun angka pertambahan penduduk suatu waktu nanti sudah
dalian penyakit yang dapat ditularkan harus semakin ketat. dapat ditekan sampai di bawah satu persen.
Masalah-masalah psiko-sosial sebagai akibat kepadatan Dari aspek kualitatif hal yang dapat dipastikan akan terjadi
pemukiman akan besar pula pengaruhnya pada kesehatan jiwa adalah bahwa penduduk Indonesia akan semakin menua, karena
banyak orang. Demikian juga kasus kelainan kejiwaan akan akan semakin panjangnya usia harapan hidup pada waktu lahir
meningkat sebagai akibat ketegangan kehidupan kota yang dan meningkatnya mutu kehidupan.
semakin kompetitif. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indo-
Narkotika dan ketergantungan obat akan pula menjadi nesia memproyeksikan penduduk Indonesia dalam tahun 2015
masalah global yang makin sukar dikendalikan. Diperkirakan akan berstruktur sebagai berikut :
akan meningkat juga masalah sosio-medik yang terkait dengan Jumlah 245 388 204
alkoholisme yang tahun-tahun terakhir makin tampak di per- Usia s/d 19 th 79 028 429 = 32.21%
mukaan, terutama di antara orang-orang muda. Usia 60 s/d 75+ 24 446 290 = 9.97%
Di sisi lain pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan akan Angka-angka yang diproyeksikan di atas menunjukkan
tetap tinggi (6 – 6,5% s/d tahun 2000) akan makin meningkatkan bahwa pada akhir PJPT II nanti diperkirakan :
derajat kesejahteraan masyarakat, sekalipun tidak merata. Go- • Penduduk Indonesia akan menjadi hampir 1/4 milyar
longan yang sejahtera akan makin berubah gaya hidup dan pola • 1 di antara setiap 3 orang adalah balita sampai remaja (belum
budayanya. Sistem nilai mereka akan sangat berubah. Tingkat produktif)
pendidikan masyarakat akan makin meningkat. Informasi akan • 1 di antara setiap 10 orang adalah berusia lanjut (tidak
semakin global. Transformasi dan mobilisasi semakin mudah. produktif lagi dan cenderung tidak sehat). Kelompok ini akan
Telekomunikasi makin lancar, sehingga jarak geografis makin meruipakan beban sosial dan beban ekonomi yang tidak kecil
menjadi tidak penting. Menteri Ketua Bappenas Ginanjar Karta- artinya. Tuntutan kelompok ini akan sumberdaya untuk layanan
sasmita yakin setelah dua Pelita pertama PJPT 11 tidak akan ada kesehatan akan cukup besar.
lagi rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan (Suara Pem- (Angka-angka di atas berasal dari penghitungan Ananta dan
baruan, 20 September 1993). Arifin: Projection of Indonesian Population 1990–2020).
Semua itu akan berakibat kebutuhan dan tuntutan secara
umum akan makin meningkat, juga terhadap layanan kesehatan. TRANSISI EPIDEMIOLOGI
Harga pemeliharaan kesehatan (atau harga mengobati penyakit) Dalam PJPT II pola penyakit diperkirakan sudah beralih
akan semakin mahal. Harga itu bukan ditentukan oleh biaya kepada pola penyakit masyarakat sejahtera : penyakit kardio-
pemeliharaan kesehatan an sich, melainkan juga oleh biaya- vaskuler, kanker, korban kecelakaan lalu limtas, stroke, penyakit
biaya lain di luar kebutuhan kesehatan dalam arti sesungguhnya: degeneratif dan usia lanjut, alkoholisme, ketergantungan obat,
Dapat dibandingkan dengan penentuan harga untuk menginap di risiko karena pekerjaan. Para ahli memperkirakan sekitar tahun
hotel berbintang tiga dengan di hotel berbintang lima. Kegiatan 2000 episenter ledakan epidemi penyakit AIDS akan berada di
yang dilakukan di 2 hotel itu adalah sama, yaitu menumpang Asia, yang bukan hanya akan merupakan masalah kesehatan,
tidur, tetapi harga tidur di 2 tempat itu jauh berbeda. Untuk namun juga masalah sosial dan ekonomi yang berat. Sukar di-
masyarakat yang semakin sejahtera tingkat hidupnya, harga ramalkan bagaimana dampak pemanasan global dan kerusakan
pemeliharaan kesehatan akan semakin meningkat karena di- ekologi lainnya terhadap kesehatan manusia nanti.
tambah dengan tuntutan kemudahan dan kenyamanan. Semua
itu diperkirakan akan mengakibatkan polarisasi yang semakin PERKEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
tajam dalam sistem layanan kesehatan; layanan untuk golongan Perkembangan ilmu kedokteran sangat cepat. Dikatakan
mampu akan semakin berbeda dengan layanan untuk masyarakat orang sekitar 60% dari tingkat perkembangan saat ini telah
golongan bawah. Akan terjadi apa yang dinamakan two tiers terjadi dalam 2–3 dekade terakhir, termasuk tindakan-tindakan
health care system. Kesenjangan yang terlalu jauh antara 2 kelas heroik seperti transplantasi jantung dan organ-organ vital lain.
layanan kesehatan itu perlu dicegah sejak jauh-jauh; dampak Semua itu dimungkinkan karena didukung oleh perkembangan
sosial dan politiknya akan dapat merunyamkan. teknologi yang juga sangat menakjubkan.
Teknologi kedokteran adalah himpunan pengetahuan, ke-
TRANSISI DEMOGRAFI terampilan dan prosedur melakukan tindakan medis. Sebenarnya
Situasi kependudukan di Indonesia (dan hampir di semua alat hanyalah salah satu aspek saja dari pengertian teknologi
negara berkembang) sedang mengalami perubahan secara dra- secara luas itu. Namun saat ini teknologi diidentikkan orang
matis, secara kuantitatif maupun kualitatif. Angka kematian bayi dengan alat untuk diagnosis dan terapi, malahan akhir-akhir ini
(IMR) dan angka kematian ibu (MMR) sangat menurun. Harapan cenderung lebih disempitkan lagi dalam pengertian alat bertekno -
hidup waktu lahir sudah jauh meningkat. Dari aspek kuantitatif logi tinggi (hi-tech).
sasaran yang ingin dicapai dalam PJPT 11 tentulah zero-growth Sikap umum terhadap teknologi dalam bidang medis saat
atau minimal growth, entah dalam tahun berapa dan pada jumlah ini masih bermuka dua. Di satu pihak ingin dimiliki dan dikuasai
penduduk berapa juta. Sebelum itu tercapai jumlah penduduk untuk mengejar ketertinggalan, di pihak lain masih besar ke-
Indonesia akan tetap bertambah tiap tahun dengan angka jutaan, curigaan terhadapnya. Terutama karena masih sangat tingginya

18 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


investasi untuk itu dan kekuatiran kemungkinan terjadinya be- benar menjadi kenyataan.
berapa dampak negatif, antara lain penyalah-gunaan teknologi Salah satu ciri utama daripada pasar bebas demikian adalah
(technology abuse). Dalam banyak negara memang terbukti persaingan yang keras untuk memperebutkan konsumen. Indo-
bahwa teknologi tinggi adalah salah satu penyebab makin nesia yang nanti akan berpenduduk seperempat milyar, dengan
melonjaknya biaya layanan kesehatan. tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan terus kuat, akan
Teknologi tentu akan makin berkembang dan canggih. merupakan pasar yang sangat diincar, termasuk oleh bisnis
Namun dalam PJPT II diharapkan sudah tercapai secara wajar kesehatan transnasional dengan jaringan global. Jaringan pe-
keseimbangan antara kebutuhan dan pemanfaatan teknologi se- rumah-sakitan mereka akan menancapkan cabang atau satelitnya
cara tepat. Dengan health policy yang tepat saat itu nanti diha- di negara kita. Dalam kaitan ini perlu dikaji secara teliti saran
rapkan teknologi akan menentukan tingkat layanan kesehatan World Bank dalam laporannya tahun 1993 : harus ada persaingan
yang dapat diberikan secara optimal, teknologi akan menjadi bebas dalam layanan kesehatan dan jangka ada proteksi untuk
lebih efektif-biaya. Di samping itu kecanggihan teknologi ke- industri kesehatan domestik terhadap kompetisi internasional
dokteran akan membuat asuhan medis menjadi lebih aman dan Rupanya Bank Dunia yang didominasi oleh negara-negara kaya
Iebih menyenangkan bagi pasien. Sekarang pun orang sudah ini benar-benar berorientasi pasar bebas, yang dalam banyak hal
membuat antisipasi bahwa 70% dari pembedahan yang sekarang berarti bebas bagi yang kuat, kematian bagi yang lemah ! Itu
dilakukan di rumah sakit, berkat dukungan teknologi dalam semua jika tatanan global dikaji hanya dari pendekatan sosial-
waktu tidak terlalu lama lagi akan lazim dikerjakan tanpa pasien ekonomi dan bisnis secara sederhana. Di samping itu masih
perlu dirawat. Ini berarti efisiensi dan kemudahan bagi pasien, banyak variabel lain yang dapat sangat besar pengaruhnya,
serta kebutuhan tempat tidur rumah sakit akan berkurang. namun sukar diantisipasikan sekarang. Semua rekaan di atas
Ilmu kedokteran akan semakin maju, didukung oleh per- tidak ada nilainya sama sekali jika terjadi kejutan-kejutan hebat
kembangan biologi molekuler, bioteknologi, rekayasa genetik, dalam tatanan global (dan juga tatanan nasional atau regional)
pengertian yang lebih mendalam tentang ensim, hormon dan yang menyangkut perimbangan kekuatan senjata, gangguan
lain-lain. Dalam PJPT II banyak penyakit diperkirakan sudah stabilitas dan keamanan, pergeseran kekuatan politik nasional
dapat dideteksi sebelum gejala paling dini terasa. Ini akan berarti dan internasional, krisis ekonomi dan keuangan, perang, desin-
lebih lagi pergeseran perhatian pada upaya prevensi. Kanker pun tegrasi suatu blok kekuatan atau suatu negara adikuasa. Ingat :
diharapkan sudah akan dapat dicegah dengan imunisasi , dan dua puluh tahun yang lalu tidak ada yang berpikir salah satu blok
pengobatannya akan menjadi lebih efektif. Berbagai penyakit adikuasa dapat runtuh berkeping-keping.
yang sampai sekarang dianggap tidak dapat disembuhkan (se- Perlu juga diikuti dengan seksama perkembangan Cina
perti beberapa penyakit turunan, gangguan sistem immun, cystic sebagai negara adikuasa baru, dengan segala dampaknya ter-
fibrosis) berkat teknologi terapi gen akan dapat dicegah dan hadap kita, juga terhadap industri kesehatan dan perumah-sakit-
diatasi. Semua itu akan mengakibatkan hidup manusia dapat an.
diperpanjang. Konsekuensi lain adalah biaya sosial untuk layan-
an kesehatan juga akan meningkat. PENINGKATAN KEBUTUHAN KESEHATAN DALAM
Hal-hal yang terkait dengan perkembangan ilmu dan tekno- PJPT II
logi di atas akan besar dampaknya terhadap kebutuhan dan profil Transisi kesehatan karena dinamika dalam unsur-unsur
rumah sakit dalam PJPT II. Hospitalisasi terutama hanya untuk lingkungan kesehatan seperti dipaparkan di atas akan meng-
kasus-kasus gawat darurat, kasus yang memerlukan tindakan akibatkan peningkatan kebutuhan kesehatan dalam PJPT II. Pe-
"berat" seperti transplantasi organ, penyakit menahun dan pe- menuhan kebutuhan yang meningkat itu harus dapat didukung
nyakit karena usia lanjut. oleh keberhasilan pembangunan ekonomi, sosial dan budaya
Diharapkan dalam PJPT II Indonesia tidak lagi hanya se- yang berlanjut (sustainable development). Ini antara lain harus
. bagai konsumen ilmu dan teknologi kedokteran yang diimpor berarti keberhasilan mengentas rakyat paling bawah ke atas garis
dari negara lain. Dengan pengembangan sumberdaya manusia kemiskinan dengan menyediakan lapangan kerja yang layak,
dan peningkatan kemampuan penelitian Indonesia sudah akan meningkatkan mutu gizi, meningkatkan pendidikan minimal,
lebih mandiri. memperbaiki lingkungan hidup, memperbaiki pemukiman dan
perumahan, membudayakan gaya hidup sehat, membudayakan
PERUBAHAN TATANAN GLOBAL keluarga berencana. Hal-hal itu adalah sarana dasar untuk
Dunia akan menjadi semakin sempit. Batas-batas negara hidup sehat.
akan semakin tidak ada artinya dalam lalu lintas uang, barang Dalam arti lebih sempit pemenuhan kebutuhan itu akan
dan jasa, termasuk jasa kesehatan. Budaya dan gaya hidup berarti :
dengan segala dampak positif dan negatifnya menjadi global, 1. Peningkatan volume layanan karena jumlah manusia yang
berkat keterbukaan informasi yang tidak mungkin dibendung dilayani akan bertambah dengan sekitar 50 juta orang.
dengan cara apapun. Jika kecenderungan seperti sekarang akan 2. Peningkatan mutu layanan disesuaikan dengan tuntutan
berlanjut seluruh dunia akan menjadi satu pasar bebas yang obyektif (transisi demografi dan epidemiologi, perkembangan
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan transnasional raksasa. il mu dan teknologi, persaingan) dan tuntutan subyektif (karena
Ungkapan global village atau global supermarket akan benar . peningkatan pendidikan, kesejahteraan, gaya hidup, sistem nilai

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 19


masyarakat). berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pem-
Memenuhi semua kebutuhan tadi dalam PJPT II (atau kapan biayaan yang dilaksanakan secara praupaya. Kecenderungan
saja) pada dasarnya adalah masalah penyediaan sumberdaya badan penyelenggara JKPM dimonopoli oleh satu badan usaha
(sumberdaya manusia, sarana, dana, teknologi, dan lain-lain) saja hendaknya dicegah.
yang memadai. Pembiayaan layanan kesehatan di masa yang
akan datang mau tidak mau harus menjadi beban bersama RINGKASAN
antara pemerintah dan swasta menurut komposisi bauran Telah disampaikan tinjauan tentang kemungkinan perkem-
(public-private mix) yang disesuaikan dengan perkembangan bangan sistem layanan kesehatan, termasuk rumah sakit, dalam
keadaan nanti. Melihat kecenderungan privatisasi yang seka- PJPT II. Tinjauan perkembangan adalah perkiraan strategic
rang terjadi secara global, besar kemungkinan dalam PJPT II response yang mungkin terjadi didasarkan pada proyeksi kebu-
peran serta swasta dalam pembiayaan kesehatan akan menjadi tuhan kesehatan waktu itu nanti. Dengan asumsi dan analisis
lebih besar lagi ketimbang peran pemerintah. Untuk mengurangi yang terutama bersifat kualitatif (yang tentu saja mungkin saja
beban anggaran pemerintah bagi layanan kesehatan, pemerintah meleset sama sekali), diperkirakan perkembangan perumah-
perlu menyesuaikan kebijakan kesehatannya. Yang mungkin sakitan akan ke arah :
dilakukan antara lain adalah mengurangi secara drastis peran- • Peran pemerintah sebagai pemilik dan penyelenggara rumah
nya sebagai penyelenggara rumah sakit. Seperti diketahui sam- sakit akan berkurang. Pemerintah dapat bekerja sama atau ber-
pai sekarang sekitar 60% anggaran belanja pemerintah untuk patungan dengan swasta (termasuk swasta asing) untuk investasi
kesehatan terserap oleh subsektor rumah sakit. Ini tidak meng- rumah sakit.
herankan karena rumah sakit adalah konsentrasi tenaga ahli dan • Pemerintah terutama membiayai atau mengsubsidi rumah
teknologi yang mahal. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah sakit pendidikan, rumah sakit khusus tertentu dan rumah sakit
mengurangi jumlah rumah sakit yang dimiliki dan dioperasikan- untuk masyarakat kurang mampu.
nya sendiri. Rumah sakit yang dibiayai atau disubsidi oleh • Pemerintah terutama mengsubsidi atau membiayai penye
pemerintah sebaiknya hanya tinggal rumah sakit pendidikan dan lenggaraan Puskesmas yang akan menjadi makin bermutu. Dengan
penelitian, rumah sakit khusus tertentu dan rumah sakit untuk demikian pemerataan dan keterjangkauan layanan kesehatan
masyarakat tidak mampu. Rumah sakit jenis lain seyogyanya akan terjamin. Puskesmas dijadikan unit swadana.
diserahkan kepada swasta penyelenggaraannya. Pemerintah • Sektor swasta (termasuk swasta asing) akan lebih berperan
jangan sampai menjadi pesaing bagi swasta dalam penyelengga- dalam penyelenggaraan rumah sakit untuk tujuan pelayanan dan
raan rumah sakit. Orang-orang pemerintah hendaknya meng- rujukan. Fungsi layanan rumah sakit akan berubah, terutama
hilangkan paradigma bahwa "swasta mau enaknya saja, peme- untuk layanan kasus gawat darurat, rujukan diagnostik dan tin-
rintah kebagian yang tidak enak". Untuk "yang tidak enak itu" dakan teknologi tinggi, perawatan intensif, perawatan penyakit
masyarakat (termasuk sektor swasta) ikut membiayai melalui menahun dan penyakit usia lanjut.
pajak dan iuran langsung maupun tidak langsung yang lain. • Persaingan akan meningkat, bukan hanya antara rumah
Pemerintah hendaknya membatasi diri hanya dalam menjalan- sakit (di dalam dan di luar negeri) tapi juga dengan hospitals
kan fungsi legislasi, perizinan, akreditasi, pengawasan dan pengen- without beds, diagnostic centers, treatment centers, nursing
dalian. Regulasi hendaknya tidak kaku dan keras, namun pe- homes, dan lain-lain. Sebagai akibat persaingan akan terjadi
rumah-sakitan tidak juga boleh sampai dilepaskan seluruhnya konglomerasi rumah sakit (hospital chains) atau bentuk usaha
pada mekanisme pasar bebas. Harus ada regulasi terbatas atau lain yang lebih menjanjikan efisiensi dan efektifitas.
regulated deregulation. • Dana untuk penyelenggaraan kesehatan akan berasal dari
Di samping itu pemerintah sebaliknya terutama menyedi- gabungan:
akan layanan kesehatan primer yang semakin bermutu melalui Anggaran pemerintah
Puskesmas. Layanan Puskesmas tidak boleh lagi cuma-cuma, Dana masyarakat (pajak, user fee)
tapi sudah harus ditetapkan user fee untuk jasa yang dinikmati Investasi modal swasta (PMDN, PMA)
masyarakat. Puskesmas diselenggarakan sebagai unit swadana — Sistem-sistem JKPM (managed care) yang masih harus
yang disubsidi pemerintah. Dana pemerintah yang dapat dialih- dikembangkan.
kan dari anggaran untuk penyelenggaraan rumah sakit ditambah
dengan dana dari user fee hendaknya dapat meningkatkan ke- KEPUSTAKAAN
mampuan layanan kuantitatif dan kualitatif oleh Puskesmas.
1. Ananta A, Sirait H. Transisi Demografi, Transisi Kesehatan dan Pem-
Dengan demikian keterjangkauan, pemerataan, dan mutu layan- bangunan Ekonomi, Lembaga Demografi FEUI, Jakarta, 1992.
an kesehatan primer akan makin terjamin. 2. Ananta A, Antm bN. Projection of lndonesian Population, Lembaga
Penghimpunan dana masyarakat dan sektor swasta untuk Demografi FEUI Population Series No. 2, Jakarta, 1991.
layanan kesehatan akan sangat bertumpu pada sistem Jaminan 3. Black M. An Emerging Crisis: AIDS in Asia, Indonesian Observer, 25 Sept
1993.
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM, managed care) 4. Gani A. Alternatif Pembagian Peran antara Pemerintah dan Swasta dalam
seperti yang didefinisikan dalam Undang-undang no. 23 tahun Pembangunan Kesehatan, Semiloka Peranan Pemerintah dan Swasta dalam
1992, yaitu penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang pari- Pembangunan Kesehatan Menghadapi PJPT 11, Ciloto, 7—8 Mei 1993.
purna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, yang 5. Lewis MA. User Fees in Public Hospitals : Comparison of Three Country

2 0 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


Case Studies, World Bank, 1993. 10. Djisman S. Medium-term trends in the lndonesian Economy and Impli-
6. Marzolf J. Comparison of lndonesian and United States Health Care cated upon the Health Sector, One Day Seminar on lnnovations in the
Financing Reforms, lnternational Science and Technology lnstitute, Jakarta, Financing of the Health Sector Perspective on PJPT 11, Jakarta, 22 October
1993. 1993.
7. Newbrander W et al. Hospital Economics and Financing in Developing 11. Tangcharoensatien V. Health Transition, its impact on Health Sector
Countries, WHO, Geneva, 1992. Financing in Thailand, Health Planning Division, Ministry of Public
8. Said Amin Tabish. Healthcare Finance and Economics, World Hospitals, Health, Bangkok, 1993.
Vol 29, No 2, 1993. 12. Tjiptoherijanto P. lndonesia Economic : Present and Near Future, FEUI,
9. Sukirman. Beberapa pokok pikiran dalam pembangunan sumberdaya Jakarta, 1993.
manusia dalam PJPT 11 dan Repelita V1, One day Seminar on Innovations 13. Garis-garis Besar Haluan Negara, 1993.
in the Financing of the Health Sector Perspective on PJPT 11, Jakarta, 22 14. Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
October 1993. 15. World Bank Report 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No.90, 1994 21


Current lssues and Future Trends
in Health Care
Errol Pickering
Director General, International Hospital Federation

INTRODUCTION b) Over supply of high technology


It is a pleasure to bring greetings to our Indonesian colleagu- c) Poor community health systems and status and
es from the 21 members of the Council of Management of the d) Denial of access based on ability to pay of 37 million
International Hospital Federation, which in turn represents 21 Americans.
nations. The federation has members in all five continents and in In the last few weeks I have been in the United States
90 nations. I, therefore, have the great privilege of seeing and discussing the US President's proposed reforms with my
hearing of health services developments around the world. Today, American colleagues. It is too early to say what will be the
I will review some of the important trends and ideas I see ultimate outcome of the reform movement in health care in the
emerging in health services delivery. I have identified 8 trends US but some elements of the President's package will clearly
which I wish to describe. While I will identify them as trends 1 remain intact. Firstly, for the first time 100% of the American
to 8, I don't wish to imply that one is any more significant than population will have access to health care irrespective of their
the other. ability to pay. Secondly, employers both in large industries and
in small businesses will be forced to carry health insurance for
TREND 1 — CONTROLLED COMPETITION their staff and families and thirdly, that health care financing will
Throughout the history of health care organisation, there be organised on a state level through insurance alliances in each
has been a debate about the role of government versus private state. The final essential of President Clinton's programme is
initiative in health care provision. Until recently the United that there be community-wide managed care systems at the local
States and the United Kingdom have been at opposite ends of this level. This will in turn lead to a system of controlled competition
spectrum. Britain has had a government dominated health service of purchasing and providing care.
whilst in the United Sates private initiative has been the driving The United Kingdom has already moved to controlled
force. It may be of interest then to reflect on one of the outcomes competition through its internal market approach. This involves
of these approaches. The United States spends presently 13% of hospitals and other health care facilities competing for govern-
its Gross National Product on health care. In the United ment funds to provide local services. The system has now been
Kingdom that figure is only half of that, 6.5%. If one considers in operation for some two years and the impact of the reforms are
the difference in the per capita income of citizens of the United becoming evident.
States and the United Kingdom, you can see what a dramatic Firstly, there has been improved productivity in hospital and
difference there is. However, in both countries there is major health services. This has had the impact of reducing usage of big
change under way. The United States has found that competition city teaching hospitals. This is likely to result in the near future
which is promoted by a system based on private initiative has in the closure of some of London's great, world famous hospitals.
resulted in, inter alia Another hoped for impact of the government was that there
a) Service duplication would be a reduction in waiting lists for elective surgery. The
Presented at the Vlth Congress of the lndonesian Hospitals Association&
Hospital Expo, Jakarta 21 — 25 November 1993

22 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


results in fact have been mixed. The overall analysis suggests diseases and health promotional activities. So for example,
that there has been no real benefit in this context. The other un- governments or regions are setting targets for reductions in
expected outcome has been that increase in productivity has infectious diseases of various kinds and in coronary disease etc.
brought with it rapid patient throughput which has meant that In some way it can be seen that there is a re-definition of
hospitals have often spent their elective surgery budgets within quality which expands the focus from the clinical level to the
the first half of the year and have no funds remaining to continue patient level and to the community level.
their elective surgery for the remainder of the year.
It is of concern to me that many countries are beginning to TREND 3 – MANAGING WITH DATA
copy the UK model. New Zealand has completely moved to this Some years ago I visited Cuba to examine their health
model and Sweden is in the midst of its implementation and system. They have a very advanced system of community health
many countries are about to adopt the system. My concern is that mapping. That is, that they are able to identify morbidity not only
all the evidence on the system is not yet in. Governments should in every community but in every house in their cities. They then
be more cautious about adopting such radical reforms. use this information to get a basis for the organisation of their
health services and for developing priorities.
TREND 2 – RE-DEFINING QUALITY In the United States there are sophisticated community-
Quality has become a central focus for nations in organising oriented information systems being developed with the use of
their health services. This is because poor quality health care is
a waste of resources. Our communities are also becoming better Attachment 1
British Patient's Charter Rights
educated and so demand a better quality of health care. It used to
National Standards
be that health service providers thought of quality as a lesser
priority but now it is one of the major driving porces of health care 1. Respect for privacy, dignity and religious and cultural beliefs.
delivery. 2. Arrangements to ensure everyone, including people with special needs, can
use services.
We can see this move focusing on quality in the expansion
3. lnformation to relatives and friends.
of accreditation systems throughout many countries. Existing 4. Waiting time for an ambulance service.
accreditation systems are also becoming more sophisticated. In 5. Waiting time for initial assessment in accident and emergency departments.
the United States the Joint Commission on Accreditation of 6. Waiting time in outpatient clinics.
7. Cancellation of operations.
Hospitals and Health Facilities has spent many millions of dollars
8. A named qualified nurse, midwife or health visitor responsible for each
on identifying patient care outcomes as a means of measuring patient.
standards of health care. 9. Discharge of patients from hospital.
Around the world we see hospitals adopting continuous
Attachment 2
quality improvement and Total Quality Management Systems as British Patient's Charter Rights
apart of the central core of their management. That is, their total Existing
organisational structure and their information systems are being
re-designed to focus on quality. 1. To receive health care on the basis of clinical needs regardless of ability to
pay.
One of the interesting developments in this regard is the 2. To be registered with a GP.
increasing use by American hospitals of what have been called 3. To receive emergency medical care at any time, through your GP or the
Standard Treatment Protocols. These protocols set out what is emergency ambulance service and hospital accident and emergency depart-
ments.
necessary to be done for each diagnosis at each phase of care and
4. To be referred to a consultant, acceptable to you, when your GP thinks it
identifying what diagnostic and treatment services are required necessary, and to be referred for a second opinion if you and your GP agree
and how the patient's treatment should be scheduled. this is desirable.
The British approach has been different; they have focused 5. To be given a clear explanation of any treatment proposed, including any
risks and any alternatives, before you decide whether you will agree to the
their standards on attempting to determine the patient's perspec-
treatment.
tive on quality and service. We can see from the listing which 6. To have access to your health records, and to know that those working for the
follows that the British definition of quality is quite different to NHS are under a legal duty to deep their contents confidential.
that of the United States (see attachment 1). This concept of the 7. To choose whether or not you wish to take part in medical research or medical
studcnt training.
patient's charter of rights is a personal initiative of the British
prime minister, Mr. Major. This charter of rights has been Attachment 3
distributed widely through hospitals and thecommunity and each British Patient's Charter Rights
patient has access to the patient's charter booklet which sets out New

what they may expect of the health service provider. The listings 1. To be given detailed information on local health services, including quality
which follow provide more detail of the patient's charter in standards and maximum waiting times.
Britain (see attachments 2 & 3) . 2. To be guarantecd admission for treatment by a specific date no later than two
Another approach that governments are using to define years from the day when your consultant places you on a waiting list.
3. To have any complaint about NHS services — whoever provides them —
quality in health services is to look at the health status of the investigated and to receive a full and prompt written reply from the chief
community. In particular they are setting targets for preventable executive or general manager.

Cermin Dunia Kedokteran,Edisi KhususNo. 90, 1994 23


Attachment 4
Appendix A. Sample Surgical Clinical Path-DRG 104: Valve Procedure with Catheterization

Critical Preadmit: Tele Unitl OR POD 1 POD 2 POD 3 POD 4 POD 5 POD 6 POD 7
Occurances Tele Unit Cath Day

LOS Day 0 LOS Day 1 LOS Day 2 LOS Day 3 LOS Day 4 LOS Day 5 LOS Day 6 LOS Day 7 LOS Day 8 LOS Day 9

Consults SS Respiratory Cardiac


Home Therapy rehab
nursing CNS
Dietician
Diabetic
Cardiac

Tests ECG. CXR. Pre-op Labs Post-op DC ECG DC CXR D/C labs
Labs. ECG, CXR, except PT GXT Done
labs, VS, continue scheduled prior 9a
Neuro
checks

Treatments Client lists IV Monitor D/C


(includes home needs Sheath Ventilator D/C 2-4L 02 NC 02 pm D/C 02
needs) Old records removal 1.5./C&D8
to unit Artline/CVP D/C
NG D/C
T. pacer D/C box D/C wires
Chest tubes D/C
, IV HL (Change D/C
site)
DC Central
Lines
Foley D/C
Skin Care/
incision
I & O/wt DCI + O if at
pre-op wt.
Analgesics
Anti-
conguiartis

Activity UP BR —> UP Turn q 4 hr. Dangie X 2 Ambulate tid and


ROM tid ad lib

Diet NPO 6 hrs NPO p MN NPO Liquid diet Cardiac Diet


before or diet as at
procedure home-fluid
restriction
(DC when at
pre-op wt)

Discharge Assess Physician Predischarge D/C before


home order on orders, 12 Noon
support chart for DC scripts, med
health habits mg nereds sheet on
coping chart
ability

Transfer Complete
record
Discuss D/C
plans
I
Teaching Cath Begin post-op Review
Booklet Tcaching tcaching meds,
and tour activity
level , S&S
to report,
diet, labs,
appts.

Pre-op

2 4 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No . 90, 1994


computers these link hospitals to community health services, to Another aspects of community orientation of health services
local GPs; One example is in San Diego where half the population is our growing research base on health care screening economics.
is covered through this network of information. It has now been cleariy shown that cervical cancer, colon cancer,
The most obvious example, of course, of managing health breast cancer, hypertension and hypercholesterolemia are all
services through the use of data is that of "DRGS" (Diagnosis targets for cost beneficial national screening programmes.
Related Groups). This system means that hospitals are reim- The World Health Organisation has long recognised that the
bursed on the basis of the average cost of dealing with a particular health of a country is not primarily related to the nation's health
diagnosis. This system which began in the United States about a services. The health of the citizens of a country of course relates
decade ago has now reached Australia, Spain, Sweden and I to the standard, or the environment, transport, education, welfare
understand parts of Asia. However, DRGS have now been and housing. This can all be distilled into one word –"poverty".
extended, as indicated early, to standard protocols but further to I think we in health services often forget the need to coordinate
the concept of developing patient critical paths for dealing with with our colleagues in other sectors to help to improve the health
aparticular diagnosis. The attached appendix (i.e. attachments status of our peoples.
4 & 5) gives an indication of what is involved. You can see not
only what will occur in each phase of care but when each phase TREND 5 – RATIONING
ofcare will take place. You can see, from the chart setting out the The Paris-based organisation – OECD, the Organisation for
"cardiac path" for the treatment of three types of surgery, the Economic Cooperation and Development, estimates that hos-
potential cost saving implications of using these systems. I think pital cost inflation is primarily caused by medical technology
we will hear much more of this new concept. developments. The study which demonstrated this is now a few
years old but it can be said that it is known that investment in bio-
TREND 4 – COMMUNITY ORIENTATION medical research has increased to 4 billion dollars a year. It is
Australia has been a leader for many years in orienting its estimated that through new bio-genetic techniques that some four
health services to the community. Many of its hospitals have thousand previously unmanageable diseases will become treat-
been carrying out community outreach programmes for more able. Health care economists around the world are recognising
than a decade. Many European countries also have a regional the likely impact of these great leaps of medical science and
basis for their health service delivery which puts an emphasis on putting them into the context of an already cash-starved health
care at the community level. Sometimes this extends beyond systems. Are we then heading into a period of rationing of health
health care workers, for example in Sweden that postmen have care?
been given a responsibility to ensure that the house-bound elderly Let's examine the situation a little more deeply. We can see
in the community are "okay". that while bio-genetics has as potential for increasing costs it is
Concepts of health promotion have also been with us for at likely that new vaccines will become available through this
least two decades. It must be reported, however, that the results technology and therefore reduce infectious disease. Presently
of these programmes have been, in large part, disappointing. pharmaceutical products account for some 40% of a reduction of
Hospitals are still filled with the problems associated with mobility in our communities and therefore there is the increased
lifestyle. Research I think is beginning to show us that what we potential for further reduction as medical research proceeds also
mustdo in regard to influencing of lifestyles is to start withhealth in terms of techniques, we already know that day surgery and
promotion programmes for our children. In this context I have diagnostic approaches have reduced costs.
been delighted to find outMickeyMouse is coming to our aid in Further we can see that most nations are now setting up
that the Disney Corporation is beginning to produce health national programmes of technology assessments to ensure the
promotion materials for children around the world. appropriate introduction of high technology on a rational basis.

Attachment 5
Figure 4. CardiacPath'"' —Paticnt and Financial Outcomes Comparison
Pre-CardiacPath Post-CardiacPath
Procedure
Avcragc Total Avcragc % Averagc Total Avcragc %
Charges * LOS Mortality Charges * LOS Mortality

Valve Surgcry 10,6


$54,017 13.4 10.2 $4O,122 4.3
( DRG 104-105)

CABG Surgcry
$37,648 11.1 2.7 $33,913 9.9 2.7
( DRG 106-107)
PTCA
$17,566 3.8 0.9 $15,738 2.4 0.7
(DRG 112)

* Includes anethesia fees


.Source : Borgess Medical Center , Kalamazoo , Michigan

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 25


Another interesting dimension of this question is that of also cost savings have been demonstrated, ranging to as much as
appropriate utilization of resources; we can see from the attached 5% of operating costs.
data (attachment 6), emanating from the Rand Corporation in There are also developments concerning staff training. That
Los Angeles, that we have far to go in eliminating waste. Rand is there is a belief that a multi-skilled staff a more effective way
have also identified the impact of the health financing system on of dealing with patients. That is, there is a new level of professio-
the utilization of services. You can see from their data on nal which can carry out many of the basic professional functions.
caesarian sections what this impact is. The following chart This multi-skilling has also occurred at the low level of em-
demonstrates the phenomenon (attachment 7). ployee, whereby for example the ward cleaner takes on a broader
In summary I think we can say that much can be done to function of food delivery to the patients and messages around the
reduce costs and pressures on services in health care but it is my hospital as well as providing a patient comforting role.
personal view that rationing will have to come. The British There is also a world wide trend to educate the patient
research on "qualies" has clearly demonstrated that health concerning their condition and their health in general; there is
services can be delivered on a more rational basis by allocating also a trend to sharing information with the patient particularly
resources relating to the quality of life expected following the patient's records. In many countries it is now the law that
particular medical procedures. That is, for example, any rational the record belongs to the patient and they have access to it at all
health system would lower the priority of fund allocation to by- ti mes.
pass surgery because of its rather doubtful long-term benefits yet The other dimension of patient focusing is in regard to
it would increase resources allocated to say, hip replacement medical ethics where it is now recognised that questions concern-
because of the profound improvement of the quality of life of the ing the patient's fate or that of their family must be discussed with
reciopient of this particular procedure. You will be aware, I'm them and that the patient and his family take a major role in the
sure that the State of Oregon in the United States has developed decision-making concerning further medical procedures. The
this "quality" system into an operational programme which has most obvious example of this is Euthanasia in the Netherlands.
just cleared the courts and is to be put in place in that state for Another new patient-directed development is that of the
Medicare patients. It would seem to me that it is a model which non-smoking hospital. Many us hospitals are now totally non-
we must all examine in a future where health care rationing seems smoking, that is neither patients nor staff may smoke in the
imminent. buildings or in the immediate surroundings of the hospital. This
idea is also spreading internationally and is evident now in parts
Attachment 6 of Australia and in Britain and is gaining hold as a concept
Hospital Wastage (Rand Corporation Studies)
everywhere.
1 in 4 hospital days unnecessary.
1 in 4 clinical procedures unnecessary. TREND 7– DEPRIVATION AND DISASTER
2 out of 5 medications unnecessary. Among all of the exciting developments in health care there
Attachment 7 is also a dark side and that of course is so evident in Africa and
Financial Disincentives in the former Yugoslavia. In Africa of course the problem is
Caesarian Sections US Data deprivation. I was.staggered to read recently that the health
budget for some African countries is as little as 50 American
Rate
In government hospitals 21% cents per person per annum. This means that they have no
In voluntary not-for-profit hospitals 23% possibility of importing drugs or equipment and as a result their
In for-profit hospitals 31% pharmacies remain empty and their professionals helpless.
In Yugoslavia we have seen the grotesque sight of hospitals
TREND 6– FOCUSING ON PATIENTS being targeted as military objectives. Many hospitals have been
We in hospitals and health care have always put emphasis on destroyed and health service professionals have been killed and
patient care but experiments are going on in health service tortured. The Geneva Convention whereby hospitals are
delivery facing a renewed examination of a health service from sanctuaries of peace, has not held up in this horrible civil war.
a patient's point of view. For example in the United States there
are several hospitals which have been restructured to become TREND 8– HEALTH SERVICE RESEARCH BASE
what are called "patient-focused hospitals". This involves the POLICY
decentralisation of many of the allied health professional One of the truly hopeful signs of health services develop-
services so that they actually operate at ward level. That is in ment around the world in the establishment of National Health
each ward there will be a physiotherapist, a laboratory techno- Service Research Institutes. These research institutes can
logist, a pharmacist, a social worker etc. This means that a true provide information on the health of the country and the impact
patient care team is developed at ward level. of its health service systems through their research activities.
The result of this restructuring has been shown to, not only That is for the first time countries are obtaining facts to base
improve the patient's perspective of care, in that they truly obtain their health policy on rather than what has been in the past purely
the sense of being cared for by a small team of professionals, but ideology or supposition.

26 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


This development is long overdue particularly when we Attachment 8
make comparisons with industry where they spend very substan- Rational Health Policy Development

tial proportions of their budget on research and development; in Community health status data
some industries this is as high as 30% of their input whereas in ↓
health care we tend to spend nothing or very little. The establish- Health morbidity geographic and social data
ment of these Health Service Research Institutes and the use of ↓

data can result in rational health policy development. This means Present resource allocation information

that health policy can be developed based on the following flow Planned policy initiative
chart (attachment 8). ↓
Community and professional feedback

CONTEMPLATIONS
Pilot initiative
Indonesia has been one of the success stories of health status ↓
improvement over recent years. Indeed it is true to say that you Evaluation of impact
have much to show the world in regard to how to rapidly improve ↓
Policy amendment, abandonment or implementation
the health status of a nation. Can I then say that whilst all of the
trends I've outlined today are of great interest, all countries need
to carefully assess new trends before they take action to imple-
ment them. My advice would be to keep in touch with the world problem is one which requires a priority solution. In short to
through reading and attendance at conferences but to digest the develop Indonesian solutions to Indonesian problems.
information carefully. Ask yourself whether what you've just Thank you for the honour of being invited to speak at your
read or heard relates to a problem in your country and whether the conference and may I wish the rest of your deliberations well.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 27


Peningkatan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit
Dr Broto Wasisto, MPH
Direktur Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN program peningkatan mutu pelayanan.


Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama yang akan Makalah ini akan membahas manajemen mutu dengan
berakhir dengan berakhirnya Repelita V ini, telah menunjukkan sistematika sebagai berikut : Pendahuluan, Sejarah perbaikan
hasil yang menggembirakan. Keadaan sosial-ekonomi dan pen- mutu, Mutu Pelayanan RS, Perbaikan Mutu Pelayanan Kese-
didikan 'masyarakat semakin tinggi sehingga orientasi sistem hatan di Indonesia.
nilaipun telah berubah. Masyarakat semakin menginginkan
pelayanan umum lebih baik, termasuk pula pelayanan kesehat-
an. Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan kesehatan SEJARAH PERKEMBANGAN
yang bermutu semakin terasa. Namun disadari ada perbedaan Upaya peningkatan mutu pelayanan, sebenarnya bukanlah
persepsi mutu antara konsumen dan provider. Konsumen yang baru. Sekitar 20 abad sebelum Masehi pada zaman
mengartikan pelayanan yang bermutu apabila pelayanan ter- Hammurabi dari Babilon telah dikenal upaya-upaya peningkatan
sebut ramah, nyaman dan menyenangkan sedangkan provider mutu pelayanan, demikian pula pada zaman Hippocrates sekitar
mengartikan mutu apabila pelayanan sesuai dengan standar. 25 abad sebelum Masehi. Di Inggris, Florence Nightingale
Perbedaan persepsi tersebut sering mengakibatkan keluhan akan (1820— 1910) melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan
pelayanan. terutama pelayanan keperawatan. Di Amerika Serikat, Ameri-
Selain persepsi yang berbeda, istilahpun sering menjadi can Medical Association (1876) mulai melakukan pembenahan
topik yang menarik untuk diperdebatkan. Banyak istilah yang pendidikan dokter, dimanahasil penelitian Carnegie Foundation
dipakai dalam program mutu ini seperti antara lain program (Flexner Report) yang dipublikasikan pada tahun 1910, diikuti
menjaga mutu, program pengawasan mutu, program peningkat- dengan ditutupnya beberapa fakultas kedokteran yang tidak
an mutu, manajemen mutu, peningkatan mutu berkesinam- memenuhi syarat.
bungan, dan lain sebagainya. Walaupun banyak istilah yang Sebelum tahun 1950, program peni ngkatan mutu pada umum-
digunakan namun pada dasarnya program peningkatan mutu nya berupa penyusunan standar tenaga, pelayanan atau sarana.
adalah "keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensifdan Pada tahun 1912 Joint Committee for Consideration of Stan-
integratif yang memperbaiki struktur, proses dan outcome dari dardization of Visiting Nurse menyusun standar ketenagaan
pelayanan kesehatan yang dilakukan secara obyektif, sistema- perawat sedangkan Kongres Ahli Bedah Amerika Utara
tik dan berlanjut serta memantau dan menilai mutu dan ke- menyusun standar pelayanan bedah pada tahun 1915. Setelah itu
wajaran pelayanan, dan memecahkan masalah-masalah yang pada tahun 1917 telah disusun standar minimum staf inedik
terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di rumah rumah sakit, tahun 1918 standar minimum saranaRS, tahun 1946
sakit berdaya guna dan berhasil guna." Oleh karena tujuan akhir di Amerika Serikat dikeluarkan Hill Burton Act yang mengatur
adalah meningkatkan mutu pelayanan maka Departemen Ke- tata laksana perluasan (termasuk biaya) rumah sakit.
sehatan telah menetapkan istilah untuk program mutu adalah Setelah tahun 1950 sampai tahun 1970, program peningkatan

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta ,
21 - 25 November 1993 .

28 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


mutu semakin aktif diselenggarakan. Hal tersebut terlihat dengan komial, penggunaan obat secara rasional dan yang akhir-akhir
dibentuknya Joint Commision on the Acreditation of Hospital ini mulai berkembang di rumah sakit adalah penerapan gugus
pada tahun 1950, dimana pada tahun 1952 komisi ini telah kendali mutu dan manajemen mutu terpadu.
berhasil menyusun standar pelayanan terutama tentang tindakan Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa ke-
pembedahan. Dengan telah disusunnya standar tersebut maka sadaran untuk meningkatkan mutu sudah cukup meluas walau-
pada tahun 1953 dilakukan akreditasi rumah sakit. Upaya lainnya pun dalam penerapannya sering ada perbedaan. Untuk itu agar
dalam peningkatan mutu pelayanan adalah dilakukan medical ada persamaan persepsi maka Departemen Kesehatan telah
audit (1956), utilization review (1960) dan peer review (1970). mengeluarkan buku pedoman program peningkatan mutu pela-
Perkembangan program peningkatan mutu semakin pesat yanan yang kemudian dilanjutkan dengan pengadaan pelatihan
setelah tahun 1970. Hal tersebut karena adanya pengaruh dari peningkatan mutu.
program yang sama yang diterapkan pada sektor industri dan
dimotori terutama oleh negara Jepang. Program yang berkem- ANALISIS SITUASI MUTU PELAYANAN RUMAH
bang setelah tahun 1970 adalah diperkenalkan Professional SAKIT
Standard Review Organization di Amerika pada tahun 1972. a) Gambaran umum rumah sakit
Kemudian tahun 1975 mulai diperkenalkan cost containment. Pada tahun 1990 terdapat 938 rumah sakit umum dengan
Diagnostic Related Group System, kegiatan outcome audit dan 108.133 jumlah tempat tidur. Dari jumlah rumah sakit tersebut
risk management. Tahun 1976 infection control standard, tahun 36% adalah rumah sakit swasta, 44,4% rumah sakit pemerintah,
1979 quality assurance standard dan tahun 1983 peer review 11,9% rumah sakit ABRI dan 7,7% rumah sakit milik BUMN.
organization. Setelah tahun 1983 mulai diperkenalkan quality Dibandingkan 10 tahun sebelumnya, keadaan tersebut merupa-
improvement program, continuous quality improvement pro- kan perbaikan yang bermakna.
gram dan total quality management, yang prinsip-prinsip dasar-
nya sebenarnya tidaklah berbeda dengan program peningkatan b) Tenaga
mutu pelayanan rumah sakit. Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
Apabila di luar negeri program peningkatan mutu dimulai maka dilakukan penyebaran dokter 4 spesialis dasar ke rumah
sebelum tahun 1950, maka di Indonesia langkah awal yang sakit-rumah sakit pemerintah khususnya rumah sakit umum di
sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan Departemen kabupaten dan kotamadya. Namun disadari sampai saat ini
Kesehatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan adalah banyak rumah sakit masih kekurangan tenaga medik demikian
penetapan kelas rumah sakit pemerintah melalui SK Menkes No. pula untuk tenaga paramedik. Permasalahan umum mengenai
033Birhup/1972. Pada awalnya ditetapkan kriteria dari masing- tenaga adalah jumlah dan mutu yang tak memenuhi serta dis-
masing kelas yang kemudian berkembang menjadi standar- tribusi yang tidak merata.
standar. Untuk rumah sakit swasta telah dikeluarkan Keputusan Tenaga yang merisaukan jumlahnya adalah tenaga para-
Menteri Kesehatan No. 806b/Menkes/SK/XII/1987 , yang medis. Pada tahun 1990 secara umum dokter yang bekerja di
selain menetapkan kelas rumah sakit, juga dilengkapi dengan sarana-sarana pelayanan kesehatan jumlahnya sudah cukup
standar berdasarkan kemampuan pelayanan. memadai, hanya distribusinya masih timpang. Hampir 70%
Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik dokter bertugas di pulau Jawa-Bali dan 23% di DKI. Tenaga
menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk perawat penyebarannya lebih baik: DKI 17,5% dan Jawa-Bali
masing-masing kelas rumah sakit. Selain itu Departemen Kese- 58%. Keadaan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap-
hatan juga mengeluarkan berbagai pedoman (guidance) untuk mutu pelayanan yang diberikan.
meningkatkan penampilan rumah sakit. Pada tahun 1984 De- Dari pengkajian diagnosis rumah sakit oleh HSF Usaid
partemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator secara umum dapat dikemukakan bahwa rumah sakit kelas A dan
untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan rumah sakit pe- B memiliki tenaga paramedik perawatan dan non medik yang
merintah kelas C dan rumah sakit swasta yang setara yaitu dalam cukup jumlahnya sedangkan tenaga medik nampaknya ber-
rangka Hari Kesehatan Nasional. Indikator ini setiap dua tahun lebihan. Di rumah sakit kelas C dan D pada umumnya keku-
ditinjau kembali dan disempurnakan. Untuk tahun 1991 telah rangan tenaga untuk semua katagori, namun standar kepega-
dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiban rumah waian yang digunakan sekarang masih perlu dievaluasi kembali
sakit dan yang dievaluasi kelas B, C, D, dan rumah sakit swasta dan komposisi tenaga medik masih kurang serasi. Temuan lain-
setara. Program peningkatan mutu yang lainnya adalah pe- nya adalah banyaknya tenaga dokter rumah sakit pemerintah
menuhan standar ketenagaan yaitu dengan mengirim dokter yang bekerja sebagai tenaga parttimerdi rumah sakit swasta dan
empat spesialis dasar untuk rumah sakit kelas C, mengadakan banyaknya tenaga honorer di semua rumah sakit. Hal ini tentu-
pelatihan dan bimbingan teknis petugas rumah sakit. nya juga akan mempengaruhi mutu pelayanan.
Selain hal di atas secara sendiri-sendiri beberapa rumah sakit Mutu pelayanan tak terlepas dari mutu keperawatan, di
telah mengadakan monitoring dan evaluasi pelayanan rumah mana masih banyak permasalahan yang dijumpai. Sampai saat
sakit. Ada yang melakukan penilaian mutu berdasarkan derajat ini belum ada standarisasi tenaga perawat yang sesuai dengan
kepuasan pasien, penilaian mutu berdasarkan penilaian perilaku peran dan fungsinya. Upaya peningkatan kemampuan dan ketram-
dan penampilan kerja perawat, penilaian melalui infeksi noso- pilan tenaga perawat melalui pelatihan-pelatihan belum mampu

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 29


mengatasi kesenjangan antara tuntutan peningkatan mutu pe- sangat sulit dapat memelihara sarana fisik dan kegiatan-kegiat-
layanan keperawatan dan kemajuan IPTEK kesehatan/ke- annya. Dengan konversi beberapa rumah sakit menjadi unit
perawatan. Pengembangan karier tenaga perawat ke arah pro- swadana maka kendala-kendala di atas untuk sebagian dapat
fesionalisme, melalui penyelenggaraan pendidikan berjenjang dikurangi.
belum terarah jelas. Tanpa melalui pendidikan berkelanjutan, d) Fasilitas
pengembangan profesionalisme sulit diwujudkan.
Gedung rumah sakit pemerintah maupun swasta kebanyak-
Pemahaman terhadap budaya melayani dirasakan masih
an dirancang tidak tuntas dan banyak yang belum mengikuti
kurang, hal tersebut terlihat dalam melakukan tugasnya perawat
kaidah-kaidah rumah sakit, seperti zoning yang baik, flow of
kadang-kadang kurang tanggap dan kurang ramah. Selain itu patients yang efisien dan etis, pembuangan limbah, erosi, dan
uraian tugas, peran dan fungsi setiap katagori perawat berdasar-
lain sebagainya. Selain itu, lingkungan rumah sakit banyak yang
kan jenjang pendidikan belum ditetapkan secara jelas dan kuali-
masih kotor terutama di rumah sakit pemerintah. Hal ini menu-
fikasi tenaga perawat untuk jenjang dan jenis keperawatantertentu
runkan citra pelayanan pada banyak rumah sakit. Diharapkan
masih perlu ditetapkan. Kesemuanya itu tentunya akan mem-
secara bertahap citra ini akan menjadi lebih baik.
pengaruhi mutu pelayanan khususnya mutu asuhan keperawatan
Alat-alat di rumah sakit sangat bervariasi. Perbaikan sosial
di RS. Managerial skill dan technical skill perawat masih kurang.
ekonomi dan kemajuan iptek kedokteran akan mempengaruhi
Keadaan tersebut sering menjadi keluhan khalayak ramai.
perkembangan rumah sakit seperti misalnya penyediaan fasilitas
c) Dana dan alat di rumah sakit.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembiayaan kese- Dengan berkembangnya iptek kedokteran, maka banyak
hatan antara lain : keterbatasan biaya, penggunaan biaya yang ditemukan alat-alat canggih. Walaupun alat canggih tersebut
kurang efisien dan distribusi yang kurang merata. Bila di- dapat meningkatkan mutu pelayanan, namun banyak masalah
bandingkan Produk Domestik Bruto (PDB), maka total biaya yang dihadapi dengan banyaknya alat canggih yang ada misalnya
kesehatan secara relatif menunjukkan kecenderungan menurun. biaya kesehatan yang dapat meningkat. Selain itu, diperlukan
Untuk kurun waktu lima tahun (1982–1987) persentase biaya tenaga yang profesional untuk dapat menerapkan teknologi ter-
kesehatan terhadap PDB berturut-turut adalah 2,78%, 2,48%, sebut. Alat canggih, macam dan jenisnya sangat banyak. Depar-
2,23%, 2,39% dan 2,51%. Angka tersebut belum pernah men- temen Kesehatan mencoba menginventarisir alat-alat canggih
capai 3% PDB, apalagi mencapai 5% PDB seperti direkomen- dan didapatkan data sementara (tahun 1990) bahwa alat canggih
dasikan oleh WHO. Di Thailand pengeluaran untuk kesehatan lebih banyak di rumah sakit swasta dari pada rumah sakit pe-
mencapai 5,1% GNP (1985), RRC mengeluarkan 3,1% (1985), merintah. Sebagai contoh di rumah sakit pemerintah MRI = 1,
Korea 4,3% (1986) dan Philipina 2,4% (1985). CT scan = 5 dan ESWL = 1, sedangkan di rumah sakit swasta
Bila dirinci lebih jauh mengenai anggaran pemerintah, maka MRI = 2, CT scan = 10, ESWL = 9. Ternyata utilisasi (peman-
anggaran yang dialokasikan oleh Departemen Kesehatan untuk faatan) alat-alat canggih tersebut masih cukup rendah (35%).
rumah sakit hanya sekitar 45%, dan hampir 95% di antaranya Hasil rangkuman pengkajian diagnosis rumah sakit yang
untuk kegiatan kuratif. dibiayai oleh Usaid mendapatkan data bahwa pada umumnya
Sistem pembayaran di rumah sakit kebanyakan masih fee rumah sakit telah memiliki perangkat kemampuan maupun
for service dan out of pocket, sedangkan pembayaran melalui pengetahuan teknis untuk memberikan pelayanan kesehatan
sistem asuransi masih terbatas. Keseluruhan pendapatan rumah sesuai dengan kelasnya, meskipun perangkat di rumah sakit
sakit pemerintah (revenue) harus disetor kepada kas negara pada tersebut masih sederhana.
hari yang sama. Akhir-akhir ini beberapa RS Pemerintah telah Pelayanan dengan menggunakan alat-alat kadang-kadang
ditingkatkan menjadi RS Unit Swadana yang berarti RS dapat terganggu, sebab-sebab gangguan adalah :
menggunakan langsung pendapatnya. • Pemeliharaan sarana tidak memadai, di antara rumah sakit
Biaya rumah sakit pemerintah dapat berasal dari berbagai yang dikaji, tidak satupun yang melaksanakan preventive
sumber yang disalurkan pemerintah, melalui jalur yang cukup maintenance.
banyak dan terpecah-pecah. Keadaan ini mencerminkan ku- • Keterpaduan antara tenaga dan peralatan kurang serasi.
rangnya koordinasi dan integrasi dalam perencanaan dan pe- • Alat pembantu seperti reagensia tidak tersedia pada waktu-
laksanaan. Akibatnya penggunaannya menjadi kurang efisien. nya.
Di samping itu terjadi pula ketidak seimbangan antara biaya Pengkajian ini juga menemukan bahwa kemampuan
pembangunan dan biaya operasional dan pemeliharaan. Kenaik- manajemen sangat menentukan mutu pelayanan yang dicer-
an anggaran pembangunan tidak selalu disertai dengan kenaikan minkan dari lama tunggu untuk memperoleh pelayanan. Con-
yang memadai dari anggaran operasional dan pemeliharaan. tohnya ialah lama perawatan pra-bedah di rumah sakit kelas B
Biaya operasional dan pemeliharaan pada RS Pemerintah hanya ditemukan berkisar antara 5,8 dan 9,4 hari. Lama perawatan pra-
dialokasikan sebesar 50%. Subsidi pemerintah untuk rumah sakit bedah ini menunjukkan kurangnya koordinasi antara pelayanan
pemerintah sangat besar karena tarif yang terlalu rendah. penunjang seperti laboratorium, radiologi, ruang rawat dan ruang
Adanya kendala dana tadi akhirnya akan mempengaruhi bedah.
upaya peningkatan mutu pelayanan. Rumah sakit pemerintah Selain itu, pengkajian diagnosis rumah sakit juga men-

30 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


dapatkan data bahwa kelengkapan catatan medik masih terbatas di Sumatera Barat ditemukan bahwa penilaian masyarakat ter-
sekali. Misalnya catatan mengenai penyakit terdahulu yang hadap citra rumah sakit pemerintah lebih rendah dibanding
pernah diderita dan working diagnosis sering tidak ada. Telah dengan rumah sakit swasta. Kesemuanya ini tentunya mem-
dicoba untuk menilai mutu pelayanan terhadap penyakit-penya- pengaruhi pemanfaatan rumah sakit.
kit tertentu (tracer conditions). Upaya ini tidak berhasil karena
tidak lengkapnya catatan medik. f) Peraturan
Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa Beberapa peraturan menyebabkan pula terj adinya inefisiensi
mutu catatan medik belum memadai untuk dapat digunakan dalam pengelolaan biaya-biaya yang ada. Sebagai contoh per-
sebagai alat penilai mutu pelayanan medik di rumah sakit. aturan ICW mengharuskan agar semua penerimaan dari fasilitas
kesehatan milik pemerintah disetorkan ke kas negara dan kemu-
e) Pemanfaatan dian akan dikembalikan lagi ke fasilitas termaksud dalam bentuk
Pemanfaatan rumah sakit masih rendah. Hal ini ditunjuk- anggaran rutin pemerintah pada tahun berikutnya. Cara ini
kan dengan angka tingkat pemanfaatan tempat tidur yang masih memakan waktu dan birokrasi yang cukup rumit. Belum lagi
rendah, yakni secara keseluruhan di bawah 55%, baik untuk biaya yang akan diterima kembali kadang-kadang jumlahnya
rumah sakit pemerintah maupun swasta. Lima tahun terakhir lebih kecil dari yang disetorkan, di samping jadwal waktunya
pemanfaatan tempat tidur (BOR) rumah sakit pemerintah se- terlambat. Begitu pula anggaran yang sampai ke RS Pemerintah
kitar 57%, swasta 54%, sedangkan ABRI dan Departemen lain hanya boleh digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sudah
sangat rendah yaitu 45-50%. Menurut hasil penelitian Bank sangat dirinci. Akibatnya penggunaan anggaran menjadi sangat
Dunia di Indonesia (1988) menunjukkan bahwa salah satu pe- kaku.
nyebab rendahnya pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat
disebabkan mutu pelayanan yang rendah. Khususnya bilamana PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
hal ini dikaitkan dengan ketenagaan yang tersedia dan pelayanan Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan ke-
spesialistik yang ada. seluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif
Data menunjukkan bahwa rumah sakit yang memberikan memantau dan menilai mutu pelayanan kesehatan, memecahkan
pelayanan bedah angka pemanfaatannya 42% lebih tinggi jika masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya, se-
dibandingkan dengan rumah sakit yang tingkatannya sama hingga mutu pelayanan kesehatan diharapkan akan lebih baik.
tetapi tidak memberikan pelayanan bedah. Penempatan seorang Tinggi rendahnya mutu sangat dipengaruhi oleh faktor-
dokter ahli dapat meningkatkan angka pemanfaatan sebesar faktor :
83%. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa mutu pelayanan yang 1) Sumber daya rumah sakit, termasuk antara lain tenaga,
rendah merupakan faktor yang menonjol penyebab rendahnya pembiayaan, sarana dan teknologi yang digunakan.
tingkat pemanfaatan rumah sakit di Indonesia. 2) Interaksi kegiatan yang digerakkan melalui proses dan pro-
Penempatan seorang dokter spesialis dan penyediaan fasili- sedur tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
tas bedah di rumah sakit kabupaten dapat meningkatkan secara untuk menghasilkan jasa atau pelayanan.
bermakna mutu dan juga kuantitas pelayanan. Total biaya dapat Berhasil tidaknya peningkatan mutu sangat tergantung dari
meningkat tetapi satuan biaya dapat menjadi rendah oleh karena monitoring faktor-faktor di atas dan juga umpan balik dari hasil-
pemanfaatan meningkat. hasil pelayanan yang dihasilkan untuk perbaikan lebih lanjut
Selama kurun waktu lima Pelita LOS dan NDR mengalami terhadap faktor-faktor dalam butir 1 dan 2. Dengan demikian
penurunan. Pada akhir Pelita I LOS =10 dan NDR = 50 dan pada nampak bahwa peningkatan mutu merupakan proses yang kom-
tahun I Pelita V LOS = 6 dan NDR = 21. Dengan semakin pleks yang pada akhirnya menyangkut managemen rumah sakit
rendahnya LOS dan NDR dapat diartikan bahwa mutu pelayan- secara keseluruhan.
an di rumah sakit (diukur dengan output) bertambah baik. Adanya berbagai aspek dan faktor yang terkait dan berperan
Pada tahun 1985, di beberapa tempat telah dilakukan dalam menentukan mutu pelayanan maka definisi yang tepat
evaluasi pemanfaatan rumah sakit oleh penduduk dan didapatkan tentang mutu sangat sukar. Karena itu ada beraneka definisi yang
angka hari rawat penduduk per tahun adalah 80 hari rawatper 100 dikemukakan dalam kepustakaan, tergantung dari sudut pende-
penduduk. Sebagai perbandingan di Sri Langka adalah 161 hari katan mana yang dipilihnya. Joint Commision on Accreditation
rawat, di China 476 hari rawat, dan di Inggris 2000 hari rawat per of Healthcare Organizations mendefinisikan mutu pelayanan
1000 penduduk. Rendahnya pemanfaatan rumah sakit di banyak kesehatan adalah dipenuhinya standar profesi yang baik dalam
tempat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kemampuan pelayanan medik dan terwujudnya hasil akhir (outcome) seperti
membayar dari masyarakat, sikap dan perilaku penduduk, mutu yang selayaknyadiharapkan yang menyangkut : perawatan pasien,
pelayanan rumah sakit, sikap dan perilaku petugas rumah sakit diagnosis, prosedur atau tindakan dan pemecahan masalah
dan lain sebagainya. klinis. Dari definisi tersebut jelas kemudian untuk mengukur
Pada pengkajian diagnosis rumah sakit ditemukan bahwa di mutu diperlukan standar, kriteria dan indikator. Ada perbedaan
Jawa Timur dan Bali tingkat kepuasan terhadap dokter di antara yang relatif di antara ketiganya dalam arti konsep, namun se-
penderita asuransi kesehatan lebih rendah dibanding tingkat ringkali dalam praktek istilah-istilah itu dipakai secara berbaur
kepuasan penderita non peserta asuransi kesehatan. Sedangkan untuk maksud yang sama. Indikator tak lain adalah ukuran atau

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 31


cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Ia suatu 3) Strategi
variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indika- Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya
tor yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik, sedangkan rumah sakit maka disusunlah sebagai berikut :
kriteria adalah spesifikasi dari indikator dan standar adalah 1) Rumah sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar
spesifikasi yang eksak dan kwantitatif daripada kriteria, dan prinsip mutu pelayanan rumah sakit yang telah ditetapkan
Dengan akan berakhirnya Repelita V, dimana kita akan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik sehingga dapat
memasuki tahap tinggal landas pembangunan, salah satu pra- menyusun upaya peningkatan mutu di masing-masing rumah
kondisi yang harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayan- sakit.
an kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang nyata. Peningkatan 2) Memberi prioritas kepada peningkatan sumber daya manusia
mutu pelayanan merupakan prioritas, terutama di Rumah sakit di rumah sakit termasuk di dalamnya meningkatkan kesejahtera-
Kelas C. an karyawan, memberikan imbalan yang layak, program kesela-
Untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut, Departemen matan dan kesehatan kerja, program diklat, dan sebagainya.
Kesehatan semenjak Pelita I hingga sekarang, telah melaksana- 3) Menciptakan budaya mutu di rumah sakit. Termasuk di da-
kan upaya peningkatan mutu pelayanan secara bertahap. Upaya lamnya menyusun program mutu rumah sakit, menyusun tema
tersebut dilaksanakan melalui pembangunan sarana, prasarana, yang akan dipakai sebagai pedoman, memilih pendekatan yang
pengadaan peralatan dan ketenagaan serta perangkat lunak lain- dipakai (quality assurance, GKM, TQM, dan lain-lain). Kemu-
nya, sejalan dengan pembangunan rumah sakit pada umumnya. dian juga menetapkan mekanisme monitoring dan evaluasi.
Namun demikian, disadari pula masih banyak kendala yang 4) Intervensi pada 9 bidang pelayanan.
dihadapi, terutama yang berkaitan denhgan standar kebutuhan Dalam upaya meningkatkan efisiensi manajemen dan mutu
dan tuntutan sistem pelayanan yang masih belum selaras dengan pelayanan serta meningkatkan cost recovery rumah sakit,
perkembangan iptek kedokteran yang semakin pesat dimana maka pada tahun 1989 Departemen Kesehatan telah mengada-
pelayanan spesialistik dan sub spesialistik cenderung semakin kan survei diagnosis di rumah sakit kelas B, C, D dan swasta yang
berkembang. terletak di tiga propinsi yaitu Bali, Sumatera Barat dan Jawa
Mengingat masih adanya kendala dalam peningkatan mutu Timur. Berdasarkan hasil survei, untuk meningkatkan mutu pe-
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan rumah sakit maka layanan rumah sakit perlu dilakukan intervensi pada 9 pelayan-
dalam rangkapeningkatan mutu pelayanan kesehatan diperlukan an yaitu :
perumusan tujuan, sasaran, program dan strategi di rumah sakit. penyempurnaan rekam medis
penyempurnaan sistem informasi manajemen
1) Tujuan
penyempurnaan sistem akuntansi
Umum
penyempurnaan sistem pembiayaan
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui program pe-
– penyempurnaan konsep pola penetapan tarif
ningkatan mutu pelayanan secara efektif dan efisien agar ter-
– penyusunan standar pelayanan rumah sakit
capainya derajat kesehatan yang optimal.
– penyusunan standar pelayanan farmasi
Khusus
– penyempurnaan organisasi rumah sakit
Tercapainya peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara
– penyempurnaan peraturan dan perundangan
efektif dan efisien melalui :
Sembilan intervensi ini telah mulai dilaksanakan di rumah
– Optimasi tenaga, sarana dan prasarana.
sakit terutama yang dikonversi menjadi unit swadana.
– Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan
standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan 4) Langkah-langkah kegiatan
terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien. a) Di tingkat nasional
– Pemanfaatan teknologi, hasil penelitian dan pengembang- 1) Perizinan
an pelayanan kesehatan. • Sesuai dengan PP No. 1/1988 dan Permenkes No. 385/1988
tentang pelaksanaan masa bakti dan izin praktek bagi dokter dan
2) Sasaran dokter gigi, tenaga medis dalam melaksanakan tugas harus
Sasaran utama dalam peningkatan mutu pelayanan kesehat- mempunyai Surat Penugasan (SP) dan Surat Izin Praktek (SIP).
an adalah secara umum tercapainya derajat kesehatan masya- SP ini merupakan pengganti dari SID.
rakat yang setinggi-tingginya melalui pelayanan kesehatan. • Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 ten-
Secara khusus, sasarannya adalah : tang Kesehatan, setiap sarana kesehatan baik milik pemerintah
– Menurunkan angka kematian maupun swasta harus mempunyai izin. Pelanggaran dari keten-
– Menurunkan angka kesakitan (re admission rate untuk rumah tuan tersebut akan mendapat sangsi bisa berupa kurungan atau
sakit) denda sebesar 15 juta rupiah.
Menurunkan angka kecacatan 2) Ketenagaan
Penggunaan obat secara rasional • Pemberian ijasah bagi dokter yang baru lulus dan brevet
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keahlian kepada dokter spesialis yang telah lulus merupakan
Efisiensi penggunaan tempat tidur, dan lain-lain. salah satu program menjaga mutu. Sedangkan untuk dokter

32 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No . 90, 1994


lulusan luar negeri harus melakukan adaptasi dulu dan untuk ketenagaan, standar sarana, prasarana dan keperawatan.
dokter dari Fakultas Kedokteran swasta harus ikut ujian negara Setiap rumah sakit pemerintah maupun swasta secara ber-
dulu sebelum dapat ijasah. Sedangkan sertifikat diberikan ke- tahap diharapkan dapat menerapkan standar dan kriteria tersebut.
pada tenaga medis dan paramedis yang telah selesai mengikuti Standar pelayanan rumah sakit merupakan langkah awal dari
penataran, seminar dan latihan-latihan lainnya. Semuanya tadi pelaksanaan akreditasi.
dapat memberikan gambaran tingkat pengetahuan dari berbagai • Klasifikasi
macam tenaga kesehatan. Telah disusun standar penetapan kelas rumah sakit baik
• Mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk tenaga medis untuk rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta.
maupun paramedis perawatan dan non perawatan. Pendidikan Dengan adanya klasifikasi rumah sakit ini diharapkan dapat
dan pelatihan tersebut meliputi managerial skill dan technical meningkatkan mutu rujukan pelayanan secara berjenjang.
skill. Misalnya : HMT, PKMRS, infeksi nosokomial, medicaU • Akreditasi
surgical ICCU, PICU, UGD, koroner, cancer unit, perawatan Untuk meningkatkan mutu pelayanan telah dipersiapkan
ortopedi, ASI, hematologi, dialisis, teknik kamar bedah, dan standar dalam rangka akreditasi rumah sakit dan dipersiapkan
lain-lain. instrumen dan uji coba. Direncanakan rumah sakit yang akan
• Untuk meningkatkan mutu pelayanan maka penempatan dikonversikan ke dalam unit swadana harus melalui akreditasi
dokter spesialis 4 dasar di RSU kelas C lebih ditingkatkan. Juga terlebih dahulu atau setidak-tidaknya menggunakan dasar-dasar
dilakukan penempatan tenaga dokter spesialis radiologi, pato- akreditasi.
Iogi klinik, patologi anatomi dan forensik, anestesi dan tenaga b) Di tingkat sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit)
apoteker. Selain itu dokter spesialis mata, THT, saraf, gigi ortotik 1) Program Quality Assurance/Quality Improvement
prostetik, rehabilitasi medik ditempatkan untuk melengkapi RSU Pada umumnya yang telah dilaksanakan adalah case
kelas C, disertai dengan tenaga paramedik perawatan dan para- review, menilai atau me-review mutu dan kelayakan pemberian
medik non perawatan sesuai dengan kebutuhan. pelayanan kepada pasien. Kegiatan ini terutama telah dilakukan
3) Sarana, Prasarana, Peralatan dan Penampilan di rumah sakit pendidikan. Misalnya review kasus bedah, review
• Rumah sakit Pemerintah dilengkapi dengan sarana, pra- penggunaan obat, dan lain-lain.
sarana dan peralatan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya: per- 2) Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
alatan mata dan THT untuk RS Kelas C. TQM merupakan suatu sistem manajemen yang melibat-
• Untuk meningkatkan mutu penampilan rumah sakit maka kan seluruh lapisan organisasi dalam mengendalikan dan
setiap memperingati Hari Kesehatan Nasional diadakan lomba meningkatkan mutu secara terpadu. Falsafah dasar TQM adalah
penilaian penampilan rumah sakit Pemerintah maupun rumah perbaikan terus menerus. Perbaikan terus menerus akan terjadi
sakit swasta. Dalam tahun anggaran 1991/1992 lomba tersebut kalau setiap orang melakukan usaha secara terus menerus dalam
ditambah dengan lomba Gerakan Rumah Sakit Bersih. memecahkan masalah yang timbul. Walaupun manajemen mutu
4) Pembiayaan terpadu tersebut Iebih cocok untuk perusahaan manufaktur, na-
• Untuk meningkatkan citra rumah sakit Pemerintah maka mun ada rumah sakit yang pernah melaksanakan TQM ini.
rumah sakit Pemerintah mendapat biaya operasional dan peme- 3) Gugus Kendali Mutu (GKM)
liharaan rumah sakit (OPRS). Merupakan salah satu bentuk penerapan falsafah dasar
• Untuk mengatasi keterbatasan biaya operasional maka se- manajemen mutu terpadu yaitu melakukan perbaikan terus
cara bertahap rumah sakit pemerintah akan dikonversikan men- menerus. Namun berlainan dengan TQM, dalam GKM masalah
jadi unit swadana. Rumah sakit unit swadana akan diberi ke- yang dibahas adalah masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari
wenangan mengelola penerimaan fungsionalnya sehingga dalam bekerja di tingkat pelaksana atau operator. Kegiatan GKM
diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya. ini telah dilaksanakan di beberapa rumah sakit yang akan dikon-
5) Program-program versikan menjadi rumah sakit unit swadana yaitu RS Pasar Rebo,
• Penggunaan obat secara rasional RS Tegalyoso, dan lain-lain. .
Dalam rangka meningkatkan mutu pengobatan maka obat 4) Program-program khusus
yang ada harus digunakan secara rasional. Untuk itu ada ke- Program khusus ini dilaksanakan di rumah sakit sesuai
wajiban penggunaan obat generik di sarana kesehatan peme- dengan kebutuhannya. Misalnya : Rumah Sakit Dr. Soetomo
rintah. Juga ditetapkan adanya Komite Farmasi dan Terapi, for- Surabaya telah melaksanakan pengendalian infeksi nosokomial,
mularium rumah sakit, dan lain-lain. Selain itu dilakukan pula RS Husada melaksanakan pengukuran derajat kepuasan pasien.
penelitian ulang manfaat obat yang beredar. 5) Pengembangan standar profesi
• Standarisasi Penyusunan dan evaluasi terus menerus standar profesi di
Telah disusun standar pelayanan rumah sakit yang meru- rumah sakit.
pakan integrasi dari standar pelayanan medik dan terapi, standar

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 33


Aspek Ekonomi
Pelayanan Kesehatan
Ascobat Gani
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN CIRI SEKTOR KESEHATAN


Selamaini dimensi ekonomi dalamperencanaan, manajemen Seperti dikemukakan di atas, aplikasi ilmu ekonomi pada
dan evaluasi pelayanan kesehatan jarang atau sedikit sekali sektor kesehatan perlu memperhatikan sifat atau ciri khusus
mendapat perhatian. Perubahan mendasar terjadi selama sektor kesehatan. Sifat atau ciri khusus tersebut, seperti akan
dua dekade terakhir, yaitu ketika sektor kesehatan menghadapi ke- diuraikan berikut ini, menyebabkan asumsi-asumsi tertentu dalam
nyataan bahwa sumberdaya yang tersedia (khususnya dana) ilmu ekonomi tidak berlaku atau tidak seluruhnya berlaku apa-
semakin hari jumlahnya semakin jauh dari mencukupi. bila diaplikasikan untuk sektor kesehatan. Ciri khusus tersebut
Keterbatasan sumberdaya tersebut mendorong masuknya adalah sebagai berikut :
disiplin il mu ekonomi dalam perencanaan, manajemen dan 1) Kejadian penyakit tidak terduga
evaluasi sektor kesehatan. Ilmu ekonomi sendiri pada dasarnya Berbeda dengan pengetahuan orang tentang kebutuhannya
adalah ilmu tentang pilihan, yaitu pilihan tentang komoditi apa akan berbagai komoditi ekonomi seperti makanan, pakaian,
yang perlu diproduksi (kebutuhan manusia), bagaimana mem- rumah, dan lain-lain, umumnya orang tidak banyak bisa men-
produksinya, bagaimana distribusinya, dan bagaimana kon- duga tentang penyakit apa yang akan dialaminya di masa yang
sumsinya serta berapa besar manfaatnya, yaitu dalam rangka akan datang. Oleh. sebab itu juga tidak diketahui secara pasti
keterbatasan sumberdaya. pelayanan kesehatan apa yang ia butuhkan. Adanya ketidak
Ekonomi kesehatan jugamenyangkutpertanyaan-pertanyaan pastian (uncertainty) ini berarti seseorang menghadapi suatu
tersebut, yaitu : (1) pelayanan kesehatan apa yang perlu dipro- risiko (risk) akan sakit dan oleh karenanya juga risiko harus
duksi, (2) berapa besar biaya produksinya, (3) bagaimana mobili- mengeluarkan biaya pengobatan. Kesadaran akan adanya risiko
tasi dana kesehatan (siapa yang membayar dan berapa besar), (4) inilah yang mendorong orang untuk mau secara bersama-sama
bagaimana utilisasi pelayanan kesehatan (siapa yang menanggungnya, yaitu dalam suatu bentuk asuransi.
menggunakan dan berapa banyak) dan (5) berapa besar manfaat
(benefit) investasi pelayanan kesehatan tersebut. 2) Consumer ignorance
Makalah ini khusus menyoroti aspekproduksi dan konsumsi Ciri yang sangat khusus adalah besarnya ketergantungan
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan rumah sakit. Oleh konsumer pada penyedia (provider) pelayanan kesehatan. Ini
karena sektor kesehatan mempunyai ciri khusus yang menon- disebabkan karena umumnya konsumer tersebut tidak tahu ba-
jol, banyak asumsi-asumsi yang lazim dipergunakan dalam nyak tentang jenis pemeriksaan dan pengobatan yang diper-
telaah ekonomi tidak berlaku untuk sektor kesehatan. Oleh lukannya. Providerlah (profesional) yang menentukan jenis dan
sebab itu, dalam bagian pertama dibahas tentang ciri-ciri khusus volume pelayanan yang perlu dikonsumsi (jadi juga dibayar)
tersebut. Ciri-ciri khusus inilah yang membuat aplikasi ilmu oleh konsumer. Seringkali keputusan p;rofesional tersebut sama
ekonomi pada sektor kesehatan muncul sebagai sub-disiplin sekali lepas dari pertimbangan biaya dan kemampuan membayar
il mu baru. si pasien.
Dalam bagian ke dua disampaikan aspek produksi (supply)
dan konsumsi (demand) pelayanan kesehatan (khususnya RS), 3) Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak
yang merupakan inti pokok makalah ini. Para politisi dan pakar ilmu sosial termasuk ekonom dan

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo , Jakarta,
21 — 25 November 1993.
34 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994
profesional kesehatan berpendapat bahwa makan, pakaian, hatan. Pendapat umum yang secara tradisional dianut adalah
tempat tinggal dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan dasar "orang tidak layak mengambil keuntungan dari penyakit orang
manusia yang harus senantiasa diusahakan untuk dipenuhi, ter- lain". Memang umumnya pelayanan kesehatan pada mulanya
lepas dari kemampuan seseorang untuk membayarnya. Ini diselenggarakan dengan motif sosial, misalnya dalam bentuk
menyebabkan distribusi pelayanan kesehatan sering sekali Yayasan. Namun sekarang ini terjadi perubahan orientasi, ter-
dilakukan atas dasar kebutuhan (need) dan bukan atas dasar utama setelah pemilik modal dan dunia bisnis melihat sektor
kemampuan membayar (demand). kesehatan sebagai peluang investasi yang menguntungkan.
Ini menyebabkan issu pemerataan (equity) sangat menonjol
dalam penyediaan pelayanan kesehatan. Kebijaksanaan dan 6) Padat karya
program untuk menyesuaikan tarif pelayanan kesehatan seperti Otomatisasi ternyata tidak membuat pelayanan kesehatan
sekarang ramai dilakukan, senantiasa mempertimbangkan semakin bebas dari input tenaga manusia. Kecenderungan spe-
implikasinya terhadap issu equity tersebut. Misalnya, dalam sialisasi dan superspesialisasi menyebabkan komponen tenaga
pentarifan RS berkembang pemikiran perlunya cross subsidy dalam pelayanan kesehatan semakin besar, seperti misalnya
untuk pemerataan. Demikian pula, kebijaksanaan subsidi adalah pelayanan RS. Analisis biaya RS misalnya menunjukkan bahwa
dalam rangka menjamin hak tersebut, yaitu bagi penduduk yang komponen tenaga tersebut bisa mencapai antara 40-60% dari
tidak mampu. keseluruhan biaya. Ini berarti bahwa sektor kesehatan adalah
sektor yang bersifat padat karya.
4. Eksternalitas
Ciri khusus lainnya adalah efek eksternal yang ada dalam 7) Mix outputs
penggunaan pelayanan kesehatan. Seperti diketahui, efek eks- Cirilain adalahbanyaknya ragam "komoditi" yang dihasilkan
temal adalah dampak (positif atau negatif) yang dialami orang daari berbagai program kesehatan. Yang dikonsumsi oleh pasien
lain sebagai akibat perbuatan seseorang. Sebagai misal, immu- adalah satu paket pelayanan: sejumlah pemeriksaan diagnosis,
nisasi yang dilakukan seseorang untuk mencegah penyakit perawatan, terapi dan nasihat kesehatan. Paket tersebut ber-
menularjuga akan memberi manfaat kepada masyarakat banyak. variasi antar individu dan sangat tergantung pada jenis penyakit.
Bahkan manfaat yang diterima orang banyak tersebut secara Keadaan ini menyebabkan analisis demand terhadap pelayanan
kumulatif jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk kesehatan menjadi kompleks. Di samping pelayanan kesehatan,
immunisasi individu bersangkutan. upaya kesehatan bisa juga menghasilkan output lain, yaitu hasil-
Dalam ekonomi dikatakan bahwa social marginal benefit hasil penelitian serta pendidikan dan latihan tenaga kesehatan.
yang diperoleh dari immunisasi j auh lebih besar dari pada private
marginal benefit bagi individu tersebut. Itulah sebabnya, 8) Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi
menurut perhitungan ekonomi, pemerintah perlu menjamin Dalam jangka pendek, upaya kesehatan terlihat sebagai
agar program-program semacam immunisasi betul-betul dapat sektor yang konsumptif, tidak memberikan return on investment
terlaksana, oleh karena bisa terjadi keadaan demand seseorang secaza jelas. Oleh sebab itu, sering kali sektor kesehatan ada pada
(dalam arti kemauan membayar) tidak tinggi dibandingkan dengan urutan bawah dalam skala prioritas pembangunan, terutama
demand untuk pelayanan kuratif yang tidak mempunyai efek kalau titik berat pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi.
eksternal. Namun kalau orientasi pembangunan pada akhirnya adalah
Memang efek eksternal tersebut bervariasi antar berbagai pembangunan manusia, maka pembangunan sektor kesehatan
jenis pelayanan kesehatan. Pelayanan yang tergolong pen- sesungguhnya adalah suatu investasi, paling tidak untuk jangka
cegahan umumnya mempunyai eksternalitas besar, sehingga di- panj ang. Untuk jangka pendek pun, kalau penduduk employed di
golongkan sebagai "komoditi masyazakat" atau public good. usaha produktif, pembangunan kesehatan jelas memberikan re-
Sedangkan pelayanan kuratif, lebih-lebih pelayanan yang ber- turn on investment yang dapat diukur.
tujuan kosmetika, eksternalitasnya umumnya kecil. Pelayanan
ini sering disebut sebagai private good. 9). Restriksi berkompetisi
Ada pendapat yang mengatakan bahawa pelayanan ke- Ciri khusus selanjutnya adalah pembatasan praktek kom-
sehatan yang bersifat public goodseyogyanya mendapat subsidi petisi. Ini menyebabkan mekanisme pasar dalam pelayanan
ataubahkan disediakan oleh pemerintah secara gratis. Sebaliknya kesehatan tidak bisa sesempurna mekanisme pasar untuk komoditi
pelayanan kesehatan yang tergolong sebagai private good lain. Dalam mekanisme pasar (intervensi pemerintah kecil),
hendaknya dibayar atau dibiayai sendiri oleh penggunaannya wujud kompetisi adalah kegiatan pemasaran (promosi, iklan,
atau oleh pihak swasta. dll.). Dalam sektor kesehatan tidak pernah terdengar adanya
promosi discount atau bonus atau "banting harga" dalam pela-
5) Motif non-profit yanan kesehatan.
Walaupun dalam praktek ada industri kesehatan yang
memperoleh untung, seperti misalnya rumah sakit tertentu EKONOMI PELAYANAN KESEHATAN
milik swasta, secara ideal memperoleh untung maksimum
(profit maximization) bukanlah tujuan utama pelayanan kese- Aspek Produksi (Supply)

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 35


Ada beberapa issu pokok yang menonjol akhir-akhir ini tersebut.
sehubungan dengan produksi atau supply pelayanan kesehatan, Bagaimana gambaran perkembangan industri pelayanan
khususnya rumah sakit. Berikut ini disampaikan perkembangan kesehatan selama periode adjustment policy tersebut ?
situasi penyediaan pelayanan kesehatan (supply) pelayanan
kesehatan yang tidak lepas dari perkembangan kebijaksanaan di 2) Perkembangan sarana pelayanan kesehatan
bidang ekonomi. Industri pelayanan kesehatan di Indoensia ditandai oleh
1) Situasi sejak kebijaksanaan penyesuaian ekonomi dominasi pemerintah sebagai penyedia pelayanan kesehatan
Selama dua dekade yang lalu terjadi perbaikan derajat kese- primer (Puskesmas dan Puskesmas Pembantu) serta kombinasi
hatan yang sangat mengesankan di Indonesia. Angka kematian seimbang antara pemerintah dan swasta untuk pelayanan kese-
bayi, yang pada akhir tahun 1960'an adalah 132/1000, turun hatan sekunder (RS).
menjadi 71/1000 pada tahun 1985 dan kini diperkirakan telah Sampai tahun 1988 tercatat 5549 Puskesmas dan 12913
turun lagi sampai 56/1000. Perbaikan tersebut tidak terlepas dari Puskesmas Pembantu yang sudah didirikan oleh pemerintah. Ini
keberhasilan Indonesia memperluas jangkauan pelayanan kese- menunjukkan bahwa untuk pelayanan primer, terutama di pede-
hatan sampai ke pedesaan, yaitu melalui Puskesmas dan Pus- saan, peran pemerintah memang sangat dominan. Untuk RS
kesmas Pembantu, di samping berbagai program kesehatan situasi pada tahun 1985 menunjukkan bahwa dari total 683 RS
masyarakat seperti imunisasi, pemberantasan malaria, kesehatan yang ada di Indonesia, 313 (45.8%) adalah RS pemerintah dan
lingkungan, penyuluhan kesehatan dan lain-lain. Bahkan sejak sisanya sebanyak 370 (54.2%) adalah milik swasta. Dari segi
1983, gerakan masyarakat dalam menyelenggarakan Posyandu jumlah tempat tidur, dari total 95.450 TT, ada sebanyak 43.140
mempercepat naiknya cakupan program-program pencegahan TT (45.25%) yang disediakan oleh pemerintah dan sisanya se-
penyakit. Perluasan jangkauan ini sangat menonjol semasaboom banyak 52.310 TT (54.75%) disediakan oleh fihak swasta.
minyak pada tahun 1970 sampai awal tahun 1980'an. Keadaan tahun 1985 tersebut sudah menunjukkan bahwa
Namun sejak turunnya harga minyak pada tahun 1982 dan fihak swasta memang lebih tertarik melakukan investasi di bi-
meningkatnya beban hutang, alokasi anggaran pemerintah untuk dang pelayanan RS. Di bidang pelayanan primer, pihak swasta
kesehatan menjadi semakin ketat. Anggaran pusat untuk kese- akan sulit bersaing karena subsidi yang diberikan oleh pemerin-
hatan turun sebesar 45% antara 1982/83 sampai 1987/88. Ini tah untuk pelayanan primer tersebut sangat tinggi. Sebagai con-
sangat besar dampaknya terhadap program kesehatan pemerin- toh, biaya satuan pengobatan rawat jalan di Puskesmas adalah
tah, karena memang peranan anggaran pusat cukup dominan, Rp 1700, sedangkan tarif yang dikenakan kepada pasien hanya
yaitu rata-rata 59.6% dibandingkan dengan peranan propinsi Rp 300 sampai Rp 500.
(19.4%) dan Dati II (15.4%), dan peranan BLN sebesar 5.6%. Dalam Tabel 1 disajikan data perkembangan jumlah
Di sini masyarakat, juga tidak terjadi peningkatan yang RS, jumlah TT dan Ratio TT/100.000 penduduk untuk seluruh
berarti. Secara nominal, pengeluaran masyarakat untuk kese- Indonesia dan untuk masing-masing propinsi. Data tersebut
hatan pada tahun 1982/83 adalah Rp. 8.072/kapita/tahun, naik mencakup waktu dari tahun 1984 sampai 1988.
menjadi Rp. 10.085/kapita/tahun dan akhirnya naik lagi menjadi Dari data tersebut dapat dihitung bahwa selama kurun waktu
sekitar Rp. 19.000/kapita/tahun pada tahun 1992. Namun kalau tersebut jumlah RS bertambah rata-rata sebesar 3.2%/ tahun.
dihitung menurut harga konstan, kenaikan tersebut hampir tidak akan tetapi pertambahan jumlah TT hanya mencapai 1.9%l
berarti. tahun. Pertumbuhan jumlah TT ini boleh dikatakan sama dengan
Dampak krisis ekonomi terhadap sektor kesehatan, ter- laju pertumbuhan penduduk, yakni 1.9%/ tahun. Maka dapat
masuk industri pelayanan kesehatan, terjadi karena adanya dimengerti bahwa ratio TT 100.000 penduduk selama kurun
strategi yang dianut banyak negara berkembang untuk mengu- waktu tersebut hampir tidak berubah, yakni antara 66-67 TTI
rangi peranan pemerintah dalam memberikan subsidi untuk 100.000 penduduk.
sektor sosial, seperti pendidikan dan kesehatan.
Bentuk operasional pertama kebijaksanaan tersebut adalah 3) Pergeseran peran pemerintah dan swasta
penyesuaian tarif pelayanan, atau users fee, guna meningkatkan Dalam industri pelayanan kesehatan, ada dua peran pokok
cost recovery rate pelayanan. Dengan cara ini diharapkan beban yang dapat dilakukan oleh semua fihak, baik pemerintah mau-
pemerintah untuk memberikan subsidi berkurang, sehingga pun swasta, yaitu (1) peran dalam menyelenggarakan pelayanan
ancaman defisit neraca neraca pembayaran juga bisa dikurangi. kesehatan dan (2) peran dalam menyelenggarakan pembiayaan
Bentuk operasional kedua adalah memberi peluang dan men- kesehatan. Hal tersebut dapat digambar dalam matriks sebagai
dorong pihak swasta untuk turut serta dalam penyediaan dan berikut:
pembiayaan pelayanan kesehatan. Seperti nanti dijelaskan, pihak
swasta pada umumnya tertarik pada pelayanan kesehatan yang Pelaksana program
menjamin kesinambungan usahanya. Artinya, swasta akan dan Pelayanan Pemerintah Swasta
memilih jenis pelayanan yang memungkinkan diperolehnya Pembiayaan
pemasukan paling tidak sama dengan biaya, atau kalau bisa lebih
dari biaya yang dikeluarkan. Jelas bahwa jenis pelayanan kese- Pemerintah A B
hatan primer tidak memberi peluang banyak untuk maksud Swasta C D

36 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Tabel 1. Jumlah Rumah Sakit, Tempat Tidur dan Ratio TT/100.000 Penduduk Menurut Propinsi di Indonesia,1984 -1988.

Jumlah Rumah Sakit Jumlah Tempat Tidur Ratio TT/100.000 Penduduk


Propinsi 1984 1985 1986 1987 1988 1984 1985 1986 1987 1988 1984 1985 1986 1987 1988

1. Aceh 19 19 19 19 19 1485 1508 1600 1600 1612 50.9 50.3 52 50.4 50.2
2. SumatraUtara 129 130 130 129 132 12247 12193 11080 11141 11022 132.7 129.1 114.6 112.7 108.8
3. SumatraBarat 57 62 62 66 59 2939 3160 3338 3504 3431 79.3 83.6 86.7 89.3 88.2
4. Riau 30 34 34 39 37 1302 1487 1528 1566 1600 53.3 59.2 59.1 59.1 56.9
5. Jambi 21 21 21 21 21 918 965 1005 999 893 54.3 55.1 55.2 52.9 50.4
6. SumatraSelatan 37 37 37 37 55 4162 4071 3940 4152 4391 79.1 75.1 70.5 72.1 74.8
7. Bengkulu 7 7 7 7 7 307 354 364 394 394 33.8 37.4 36.9 38.4 36.8
8. Lampung 30 28 28 31 31 1780 1814 1811 1885 1892 30.8 29.8 28.2 27.8 27.7
9. DKIJaya 169 188 188 203 214 13592 14162 14643 15196 15644 179.2 179.9 179.4 179.5 179.8
10. JawaBarat 113 119 119 143 144 11039 11231 11950 12546 12876 36.3 36.1 37.5 38.5 38.9
11. JawaTengah 193 199 199 223 225 15232 15451 15660 16066 16523 56.4 56.4 56.4 57.1 59.1
12. DI.Yogyakarta 35 37 37 38 42 3018 3137 3217 3337 3493 105.3 108.5 110.4 113.6 114.4
13. JawaTimur 158 157 157 160 166 16671 16988 17236 17384 17609 54.1 54.3 54.5 54.3 54.1
14. Bali 22 22 22 22 25 2214 2156 2207 2278 2361 84.1 80.7 81.5 82.9 85.2
15. NTB 14 14 14 14 14 762 786 816 783 843 25.6 25.8 25.5 24.7 26.6
16. -NTT 25 25 25 25 25 1537 1579 1600 1682 1756 52.5 52.7 52.5 54.3 53.5
17. KalimantanBarat 23 25 25 26 26 1992 1974 1988 1980 2010 73.4 71.2 70.3 68.7 66.1
18, KalimantanTengah 14 14 14 14 13 552 477 533 534 524 50.7 40.5 46.1 44.7 42.6
19. KalimantanSelatan 25 25 25 25 24 1369 1422 1585 1592 1644 61.1 62.2 68.1 67.1 68.2
20. KalimantanTimur 22 22 22 24 25 1828 1865 1950 1944 2032 120.2 116.3 115.3 109.1 118.1
21. Sulut 31 33 33 32 31 3171 3103 3035 2914 2902 137.3 103.9 126.1 118.8 118.9
22. Sulteng 14 14 14 17 17 749 951 992 1090 1149 50.1 61.4 61.8 65.6 69.2
23. Sulsel 73 73 73 78 79 5455 5387 5465 5639 5726 84.3 81.9 81.9 83.4 82.2
24. Sultra 12 13 13 13 13 575 659 624 680 715 54.2 60.4 55.6 58.9 57.7
25. Maluku 20 21 21 21 21 1404 1460 1433 1584 1646 89.1 90.3 86.4 93.1 94.6
26. IrianJaya 23 23 23 23 24 1545 11539 1470 1521 1539 118.9 115.5 107.8 109.1 101.9
27. Timor Timur 5 5 5 5 10 464 439 386 335 510 82.6 72.2 62.4 53.3 75.1

Indonesia 1312 1367 1367 1456 1499 108307 110318 111456 114318 116757 67.2 66.8 66.1 66.7 66.7

Sumber : Ditjen, Yanmedik, Depkes R1.

Yang termasuk dalam kategori (A) dalam matriks tersebut kemungkinan-kemungkinan yang paling menarik, sesuai dengan
misalnya adalah RS, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, pro- motivasi masing-masing.
gram-program kesehatan masyarakatan yang baik pembiaya- 4) Inflasi biaya
annya maupun penyelenggaranya adalah fihak pemerintah. Elemen biaya RS secara garis besar dibagi dalam (1) biaya
Peranan swasta bisa berbentuk penyediaan pelayanan yang operasionaldan pemeliharaan dan (2) biaya investasi. Tabel 2
biayanya ditanggung oleh pemerintah. Misalnya adalah pela- dan Tabel 3 menyajikan daftar elemen biaya tersebut, berikut
yanan-pelayanan yang dikontrakkan kepada fihak swasta, seperti contoh hasilnya dari sebuah RS-X.
cleaning service, pemeliharaan alat dan lain-lain, yang tergolong Angka biaya investasi yang disampaikan pada Tabel 3
kategori (B) dalam matriks di atas. adalah nilai sekarang (present value) biaya investasi untuk satu
Selanjutnya, pelayanan atau pelaksanaan upaya kesehatan tahun (annualized fixed cost), di mana harga beli, tahun beli,
dapatdilakukan oleh pemerintah sedangkan biayanyadari swasta, masa pakai dan laju inflasi dihitung.
yaitu kategori (C). Contohnya adalah pembayaran langsung oleh Angka-angka untuk RS tersebut adalah tipikal; untuk RS di
pasien di fasilitas Pemerintah, pengoperasian pavilun swasta di Indonesia, seperti juga ditemukan pada banyak RS lain. Tampak
RS Pemerintah, atau pelayanan kesehatan untuk peserata asu- bahwa perbandingan antara biaya investasi tahunan dengan
tansi kesehatan swasta oleh fasilitas pemerintah. biaya operasional dan pemeliharaan 1:8.7 (atau 224.500.000
Akhirnya ada pula kategori (D), yaitu baik pembiayaan banding Rp. 1.962.397.013). (Tabel 2 dan 3)
maupun pelayanan kesehatan dilakukan oleh swasta. Contohnya Tabel 2 . Biaya Investasi Tahunan, RS-X
adalah pembayaran oleh pasien atau perusahaan swasta kepada
fasilitas swasta (RS, laboratorium klinik, praktek dokter dan Gedung 140.776.067 62.70%
Alat Non-medis 8.736.149 3.89%
bidan, rumah bersalin, dan lain-lain. Pembiayaan tersebut bisa Alat Medis + Penujang Medis 74.999.566 33.41%
juga dilakukan oleh sebuah asuransi kesehatan.swasta.
Dari matriks tersebut dapat dilihat bahwa pergeseran peran 224.511.782 100.00%
antara pemerintah dan swata dapat terjadi dalam berbagai
kemungkinan. Nampaknya dalam tahun-tahun mendatang, baik Dalam kelompok biaya operasional dan pemeliharaan,
pemerintah maupun swasta akan melakukan eksplorasi tampak bahwa biaya personil dan biaya obat merupakan kompo-

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No . 90, 1994 37


Tabel 3. Biaya Operasional dan Pemeliharaan RS-X Tabel 4. Biaya Satuan, Tarlf dan Cost Recovery Rawat Jalan , RS-X

Klasifkasi Besar Biaya Persen Unit Unit Unit Cost Recovery


Cost Cost Cost Tarif %
Personalia 1.121.579.133 57.15 Nama Unit Opera- Inves- Total (Rp) Thd. OP Th. Tot
Farmasi 401.248.348 20.45 sional tasi
Gizi 91.366.384 4.66
Gedung Lingkungan 93.543.580 4.77 Poli Umum 1920 231 2151 1500 78.13 69.74
Administrasi 68.572.485 3.49 PoliMata 1845 198 2043 2500 135.50 122.37
Lab. Klinik 46.084.529 2.35 Poli THT 722 99 821 2500 346.26 304.51
Rontgen 33.555.639 1.71 Poli Kulit 929 178 1107 2500 269.11 225.84
Umum 30.051.650 1.53 Poli Jiwa 9618 894 10512 2500 25.99 23.78
Tranfusi Darah 25.407.050 1.29 Poli Anak 1598 146 1744 2500 156.45 143.35
Rumah Tangga 24.854.400 1.27 Poli P. Dalam 13276 1149 14425 2500 18.83 17.33
Lab. Patologi Anatomi 10.246.500 0.52 Poli Jantung 3766 1001 4767 2500 66.38 52.44
EKG 716.160 0.04 Poli Gigi Mulut 1661 494 2155 2500 150.51 116.01
Lain-lain 15.171.115 0.77 Poli Syarat 2994 507 3501 2500 83.50 71.41
Poli Orthopedi 2050 298 2348 2500 121.95 106.47
Total 1.962.397.013 100.0 Poli Bedah 1570 196 1766 2500 159.24 141.56
Poli Kebidanan 1269 110 1379 2500 197.01 181.29
& KB
nen biaya terbesar (masing-masing sebesar 57.15% dan 20,45% Poli Kandungan 3117 166 3283 2500 80.21 76.15
atau keduanya sudah mencakup 77.60% dari keseluruhan biaya).
Angka ini juga menunjukkan bahwa industri RS memang Rata- 134.93 118.02
rata ->
bersifat padat karya.
Yang unik dalam hal biaya kesehatan adalah laju inflasinya Tabel 5. Biaya Satuan, Tarif dan Cost Recovery Rawat Nginap, RS-X
yang sangat tinggi, jauh lebih tinggi daripada inflasi ekonomi
secara keseluruhan. Di USA, inflasi tersebut mencapai 18% Cost Recovery
pertahun, yaitu 3 sampai 4 kali laju inflasi ekonomi. Di Indone- UC UC UC Tarif %
sia, diperkirakan laju inflasi tersebut mencapai 12 sampai 14%, Nama Unit Opera- Inves- Total (Rp) Thd. OP Th. Tot
sional tasi
yaitu sekitar 2 kali laju inflasi ekonomi. Banyak faktor yang
menyebabkan inflasi tinggi tersebut. Antara lain adalah R. Post Partum 8265 1884 10149 10000 120.99 98.53
meningkatkan demand sejalan dengan pertambahan jumlah Ruang Bayi 17941 691 19632 7500 41.80 40.25
penduduk dan kenaikan pendapatan serta pendidikan. Di sam- Anak Kelas 11 20202 2531 22733 25000 123.75 109.97
Anak Kls . 111 13532 1048 14580 6000 44.34 41.15
ping itu perkembangan teknologi canggih dan penggunaan fasili- . a&b
tas non medis dalam pelayanan RS juga merupakan faktor 3000 15.43 14.46
pendorong inflasi. Obgyn Kls. 11 27698 12285 39983 25000 90.26 62.53
Obgyn Kls. 111 19557 1195 20752 6000 30.68 28.91
5) Pentarifan dan cost recovery Bedah Kls. 11 17926 2275 20201 25000 139.46 123.72
Umumnya tarif RS pemerintah di Indonesia sangat rendah. Bedah Kls. 111 8539 444 8983 6000 70.27 66.79
Bahkan tarif tersebut masih lebih rendah dari pada biaya satuan a&b 3000 35.13 33.40
3000 35.13 33.40
operasional dan pemeliharaan (biaya satuan tanpa biaya in- P. Dlm. Kls. 11 1888 1-5795
13907 25000 179.77 158.28
vestasi). P. Dlm Kls. 111 10709 709 11418 6000 56.03 52.55
Studi biaya operasional dan pemeliharaan pada 12 RS a&b 3000 28.01 26.27
pemerintah yang dilakukan oleh Unit Analisis Kebijaksanaan VIP/Kls. I Utama 25540 7022 32562 75000 293.66 230.33
Kelas I/b 20868 1946 22814 60000 287.52 263.00
Depkes RI menunjukkan bahwa biaya satuan operasional dan ICU/ICCU 42930 5824 48754 75000 174.70 153.83
pemeliharaan (tanpa biaya investasi) untuk Rawat Nginap Kmr. Partus I 55136 3581 58717 75000 136.03 127.73
kelas III rata-rata berkisar antara Rp. 4.000 - Rp. 8.000. Sedang- II 60000 108.82 102.19
kan tarif yang berlaku adalah antara Rp. 2.000 sampai Rp. 3.000. IIIa 30000 54.41 51.09
IIIb 10000 18.14 17.03
Tarif rendah tersebut juga terdapat pada beberapa RS
swasta, yang tarifnya ditentukan melalui PeraturanDaerah (Perda) Rata- 102.49 89.96
di daerah RS tersebut berada. Pada Tabel 4 dan Tabel 5 di- rata
sampaikan angka-angka yang menunjukkan biaya satuan, tarif
dan cost recovery rate rawat jalan di RS tersebut adalah tarif rawat nginap di RS tersebut lebih rendah daripada biaya
118%. Namun ini bukan berarti pelayanan rawat jalan secara satuannya.
keseluruhan memberikan profit, karena adanya surplus atau Rendahnya tarif tersebut, yang berarti adanya subsidi bagi
defisit ditentukan oleh tingkat penggunaan masing-masing po- pengguna pelayanan kesehatan, menimbulkan beberapa per-
liklinik tersebut. masalahan. Pertama, karenamasyarakatyang lebih mampu umum-
Untuk rawat nginap, ternyata cost recovery ratenya lebih nya lebih memiliki akses ke RS tersebut, maka merekalah yang
kecil dari 100% (rata-rata sekitar 89%). Dengan perkataan lain, lebih potensil menikmati subsidi dibandingkan dengan ma-

38 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


syarakat yang kurang mampu, yang bertempat tinggal umumnya tahun terakhir, di mana terjadi (juga sedang terjadi) pemba-
di luar kota. ngunan rumah sakit mewah di kota-kota besar seperti Jakarta,
Kedua, pihak penyelenggara Asuransi Kesehatan atau Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, dan lain-lain. Dalam
Badan Pengelola Sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan skenario ini, kejenuhan pasar nampaknya tidak lama akan terjadi.
akan me"maksa" RS bersangkutan untuk menggunakan tarif Dengan perkataan lain, pihak investor swasta akan sangat ber-
yang rendah tersebut. Diketahui bahwa peserta asuransi atau saing satu sama lain.
jaminan pemeliharaan kesehatan secara umum adalah ke- Skenario kedua, pemerataan pendapatan akan mengalami
lompok yang tingkat sosial-ekonominya sudah lebih baik. percepatan. Katakanlah segmen 70 juta penduduk yang berada di
Diketahui pula bahwa tingkat penggunaan pelayanan kesehatan sekitar garis kemiskinan dan yang ada di bawah garis kemis-
oleh peserta asuransi atau jaminan pemeliharaan kesehatan ada- kinan, akan berkurang sebanyak 50% dari keadaan sekarang
lah lebih tinggi. Dengan demikian, terjadi pula fenomena selama 5 - 10 tahun mendatang. Keadaan ini akan memacu
penggunaan subsidi oleh kelompok yang lebih mampu. perkembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM), karena makin banyak penduduk bekerja di sektor for-
ASPEK KONSUMSI (DEMAND) mal dan makin banyak pula penduduk yang mampu dan mau
1) Gambaran umum penggunaan RS membayar premi JPKM. Kalau ini terjadi, maka investor di
Data Susenas 1990 memungkinkan analisis tentang pola bidang perumah sakitan akan mempunyai posisi berbeda. JPKM
penggunaan RS oleh penduduk Indonesia. Hasil analisis tersebut akan muncul sebagai sosok kekuatan baru dalam transaksi-
disampaikan pada Tabel 6 berikut. transaksi penawaran danpermintaan pelayanan kesehatan. JPKM
misalnya akan datang dengan standar prosedur dan standar mutu
Tabel 6. Pola Rawat Nginap, Kota dan Desa, 1990 pelayanan, sekaligus standar harga. Provider pelayanan kese-
Urban Rural Total hatan tidak lagi berhadapan dengan individu (yang umumnya
Tempat Tidur Jml. % Jml. % Jml. % ignorant dan dalam posisi lemah di hadapan profesional), akan
tetapi provider tersebut akan berhadapan dengan JPKM yang
RS Pemerintah 371.884 49 510.359 36 882.2432 41 "menguasai" sistem pembiayaan. Di sisi lain, berkembangnya
RS Swasta 262.446 34 204.530 15 466.976 22 JPKM dan asuransi kesehatan sebetulnya memberikan semacam
Puskesmas 56.899 7 417.421 30 474.320 22
Rumah Petugas 69.666 9 275.671 20 345.337 16 assurance bagi industri pelayanan kesehatan, yaitu jaminan
Total 760. 895 100 1.407.981 100 2.168.876 100 pembayaran jasa pelayanan. Jadi perkembangan tersebut,
walaupun akan menghambat perkembangan swasta ke arah
Penduduk 535.541.655 123.230.414 176.772.069
1.2 industri kesehatan yang bersifat profit maximization, juga
% 1.4 1.1
akan menjga kelangsungan hidup investasi swasta tersebut.
Sumber : Ridwan Malik. Unit AKEK, Depkes RI Skenario ke tiga, yang sebetulnya bisa inklusif baik dalam
skenario pertama maupun kedua, adalah terjadinya proses
Angka dalam Tabel 6 menunjukkan bahwa bila pendapatan transisi epidemiologis yang lebih cepat mengikuti peningkatan
pendudukmembaik, seperti misalnya terjadi di kota dibandingkan pendapatan penduduk. Transisi tersebut akan menghasilkan
di desa, masyarakat kemudian cenderung menggunakan fasilitas bertambahnya kebutuhan (need) terhadap pelayanan RS. Sta-
pelayanan swasta. Ini terlihat misalnya dari angka bahwa 34% tistik RS menunjukkan makin banyaknya kasus-kasus kardio-
penduduk kota yang pernah dirawat memilih RS swasta, di- vaskuler, diabetes, renal failure, dan lain-lain yang dirawat.
bandingkan dengan hanya 15% di pedesaan. Dalam skenario ini tidak berlebihan kalau juga disebut tentang
kemungkinan meledaknya wabah AIDS. Pengalaman Thailand
2) Dampak pertumbuhan GNP patut ditelaah, bagaimana sekarang ini tempat tidur RS milik
Implisit dari uraian butir 1 di atas adalah kesimpulan bahwa pemerintah sampai tingkat kabupaten sebagian besar dihuni oleh
efektivitas dan kesinambungan investasi pelayanan kesehatan penderita AIDS. Kalau hal yang sama terjadi di Indonesia,
oleh swasta (khususnya rumah sakit), sangat dipengaruhi oleh gambaran seperti di Thailand bukan tidak mungkin akan terlihat
adanya demand masyarakat, yang ditentukan oleh tingkat pen- juga di Indonesia.
dapatannya. Ada beberapa skenario yang bisa diproyeksikan
untuk masa yang akan datang. 3) Konsumsi pelayanan alat canggih
Skenario pertama, pertumbuhan GNP tidak diikuti dengan Sehubungan dengan aspek konsumsi pelayanan kesehatan,
proses pemerataan pendapatan secara cepat. Situasi sekarang, menarikuntuk disampaikan issu penggunaan alat-alatkedokteran
ada 15% (sekitar 27 juta) penduduk hidup di bawah garis ke- canggih. Ada asumsi yang menyatakan bahwa investasi alat
miskinan. Kalau batasnya dinaikkan menjadi Rp. 1000 di kota canggih tersebut memang diperlukan karena makin banyaknya
dan Rp. 700 di desa, maka ada sekitar 70 juta penduduk yang penyakit-penyakit degeneratif dan kardiovaskuler yang memang
sebetulnya berada di sekitar garis kemiskinan tersebut. Kalau . memerlukan teknologi tinggi. Perkembangan dan aplikasi per-
distribusi pendapatan ini tidak cepat berubah, maka pangsa alatan medis tersebut memang berlangsung sangat cepat, lebih-
pasar bagi pelayanan RS swasta akan terbatas di kota-kota lebih alat elektromedik yang semakin efektif dengan presisi
besar. Tampaknya inilah yang sedang terjadi selama 5 - 10 tinggi karena memanfaatkan sistem komputer. Dari kacamata

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 39


ekonomi pelayanan kesehatan, issu pokoknya adalah : alat-alat canggih dan mahal, yang dapat dikoordinir sendiri oleh
1) apakah suatu alat lebih cost effective dibandingkan alat otoritas perumahsakitan, misalnya oleh organisasi perhimpunan
terdahulu lain yang sudah ada, RS.
2) khusus untuk alat diagnostik, apakah hasil diagnosis diikuti 2) Pelaksanaan studi kelayakan, termasuk kelayakan eko-
dengan tersedianya teknologi atau kemampuan pengobatan, nomis, sebelum suatu alat canggih mahal diadakan oleh sebuah
3) apakah tersedia cukup demand untuk menjamin operasio- RS. Termasuk dalam studi kelayakan ini adalah Break Even
nalisasi alat tersebut serta menjamin pengembalian modal in- Analysis, yang antara lain akan mengungkapkan berapa tahun
vestasi plus keuntungan. diperlukan untuk mencapai titik Break Even tersebut, apakah
Studi tentangpemanfaatan alat kedokteran canggih di Jakarta waktu tersebut terlalu lama sehingga alat yang bersangkutan
yang dilakukan oleh Unit Analisis Kebijaksanaan dan Ekonomi menjadi obsolete, karena suku cadangnya tidak lagi ada di pasar.
KesehatanDepkes RI pada tahun 1991 yang lalu menunjukkan 3) Cost effectiveness analysis suatu alat canggih yang mahal
bahwa sebagian besar alat yang diteliti yang berada di beberapa dibandingkan dengan alat lama yang bertujuan atau berfungsi
RS besar di Jakarta ternyata mempunyai idle capacity sangat sama. Ini hendaknya dilakukan oleh suatu badan penelirian,
besar. bukan oleh RS. Hasilnya bermanfaat sebagai dasar pengaturan
Tabel 7. Kapasitas terpakai beberapa alat canggih, Jakarta, 1991 pembelian alat canggih tertentu oleh suatu RS.

Kapasitas terpakai
Jenis alat (%)
PENUTUP
1. Hemodialisis 96.3 Dalam makalah ini telah disampaikan secara ringkas ten-
2. Bronchoscopy 33.2 tang (1) ciri khusus sektor kesehatan, (2) produksi atau supply
3. Gastroscopy 31.5 pelayanan kesehatan, khususnya RS dan (3) konsumsi atau
4. MRI 20.7
demand terhadap pelayanan RS.
5. Body CT Scan 61.5
6. Head CT Scan 18.5 Dari segi supply dan demand, nampak bahwa laju pertam-
7. Lithotriptor 50.5 bahan penyediaan pelayanan RS tertinggal dibanding dengan
8. Biochemical analyzer 46.4 laju pertambahan penduduk serta peningkatan kebutuhan akan
9. USG 53.6
pelayanan RS (akibat transisi epidemiologis, perbaikan tingkat
10. Endoscopy 67.9
pendapatan dan ekonomi). Keadaan ini akan lebih memacu laju
Sumber : inflasi, yaitu karena demand melebihi supply.
Tafal, Z: Studi Pemanfaatan Alat Kedokteran Canggih, 1991. Khusus tentang alat-alat canggih di RS, sebuah studi terbatas
menunjukkan bahwa investasi alat-alat tersebut secara ekonomis
Keadaan penggunaan yang rendah membawa dampak besar
umumnya tidak efisien. Inipun akan mendorong terj adinya inflasi
terhadap sistem pembiayaan fasilitas bersangkutan. Karena biaya
biaya yang lebih tinggi.
investasi alat tersebut mahal, maka annualized fixed cost (pres-
ent value biaya investasi tahunan) secara keseluruhan akan naik. KEPUSTAKAAN
Dalam keadaan demikian RS bersangkutan menghadapi tekanan 1. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia, 1992. Pusat Data Kesehatan. Jakarta,
untuk menaikkan revenue. Kondisi ini bisa mendorong kebijak- 1993.
sanaan pelayanan yang tidak profesional, misalnya (1) menaik- 2. G. Ascobat. Ekonomi Kesehatan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat.
Proceeding Semiloka "Penggunaan Ilmu Ekonomi di bidang Kesehatan
kan tarif penggunaan alat setinggi-tingginya yang akan sangat Masyarakat", Pertemuan Tahunan PPEKI, Jakarta 7 - 8 Nopember 1990.
memberatkan pasien dan (2) memperlonggar indikasi profesi 3. G. Ascobat. Ekonoimi Kesehatan. Lokakarya Ekonomi Kesehatan. Unit
medis yang sesungguhnya. Dengan perkataan lain, keadaan ini Analisa Kebijaksanaan Depkes RI, Cimacan, Oktober 1989.
bisa menyebabkan meningkatnya unnecessary procedures. Se- 4. G. Ascobat. Pendekatan Ekonomi Makro dan Mikro Pelayanan Kesehatan.
Seminar Ekonomi Kesehatan. FKM-UI. Jakarta Agustus 1993.
lanjutnya, studi tersebut j uga mengungkapkan bahwa pengadaan 5. Jacobs, The Economics of Health and Medical Care. Univ. Park. Press.
alat canggih di suatu RS lebih banyak didasarkan pada pertim- Baltimore, 1980.
bangan profesional daripada pertimbangan ekonomis. 6. Klarman E. The Economics of Health. Columbia Univ. Press. N.Y, 1965.
7. Malik R. Pola Pencarian Pelayanan dan Pengeluaran Masyarakat untuk
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka ada beberapa Kesehatan Berdasarkan Susenas 1990. Badan Litbang Depkes, September
kebijaksanaan atau langkah penting yang pelu dilakukan di masa 1992.
yang akan datang, yaitu sebagai berikut : 8. Tafal Z. et al : Studi Pemanfaatan Alat Kedokteran Canggih. Unit Analisis
1) Pelaksanaan utilization review (UR) secara berkala terhadap Kebijaksanaan Depkes RI, Jakarta, 1991.

40 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Program Cost Containment
di Rumah Sakit
Tanggapan dalam Mengantisipasi
Perkembangan Teknologi Kesehatan di lndonesia
Amal C. Sjaaf
Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Jakarta

LATAR BELAKANG dan tersier maka dapat dipahami bahwa rumah sakit secara relatif
Rumah sakit sebagai salah satu mata rantai pelayanan dalam akan ada di daerah urban dan semi-urban. Sebagai contoh, pada
Sistim Kesehatan Nasional di Indonesia akhir-akhir ini menun- awal Pelita V hampir 9% dari RSU di Indonesia berada di Jakarta
jukkan pertumbuhan yang cukup bermakna. Dalam kurun waktu yaitu sebanyak 71 RSU. Jumlah ini kemudian meningkat pesat
15 tahun ini (akhir Pelita I sampai awal Pelita V) angka pertum- dengan tingkat pertumbuhan sekitar 11,8% per tahun sehingga
buhan rumah sakit umum dan khusus adalah 37% atau rata-rata pada tahun 1991 terdapat 86 RSU di Jakarta.
2,1% per tahun (dari 1.116 menjadi 1.533 RS). Sedangkan angka Ditinjau dari jumlah tempat tidur yang sebanyak 11.591
pertumbuhan tempat tidur di rumah sakit menunjukkan pertum- maka dapat dikatakan bahwa sekitar 12,7% dari seluruh tempat
buhan yang lebih tinggi yaitu 45% dalam 15 tahun atau 2,5% per tidur RSU di negeri ini berada di Jakarta. Tetapi, dengan angka
tahun (dazi 81.753 TT menjadi 118.565 TT). pertumbuhan tempat tidur RSU per tahun sebesar 0,96% maka
Rumah sakit umum sendiri, yang jumlahnya relatif sama dapat dilihat bahwa di Jakarta terjadi kecenderungan tumbuhnya
besar dengan rumah sakit khusus, menunjukkan pertumbuhan RSU dengan jumlah tempat tidur 50–100 buah per RS, di bawah
sekitar 30% selama kurun waktu tersebut (dari 581 RSU menjadi rata-rata nasional yang sekitar 125–150 tempat tidur per RS.
756 RSU). Sedangkan jumlah tempat tidurnya menampilkan Mengacu kepada angka pertumbuhan keadaan di daerah urban
pertumbuhan sekitar 44% dalam waktu yang sama yaitu dari atau semi-urban lainnya di Indonesia tersebut maka dapat
63.643 TT menjadi 81.888 TT. Ini menampilkan bahwa walau- dikatakan bahwa tingkat kompetisi antar RSU terutama swasta di
pun jumlah RSU dan RS Khusus hampir sama, tetapi jumlah daerah urban akan cukup tinggi. Dengan tingkat kompetisi yang
tempat tidur RSU adalah sekitar 78% dari seluruh rumah sakit tinggi adalah wajar bagi setiap rumah sakit untuk melakukan
yang ada. segala upaya yang diperlukan dalam mempertahankan keber -
Yang menarik untuk diperhatikan adalah jumlah rumah adaannya.
sakit umum swasta pada kurun waktu 15 tahun menampilkan
angka pertumbuhan sekitar 104% (dari 113 menjadi 231 rumah KOMPETISI DAN ECONOMIES OF SCALE LAYANAN
sakit). Angka ini, pada akhir tahun 1990 ternyata bertambah DI RUMAH SAKIT
menjadi sebesar 244 rumah sakit swasta di Indonesia. Dari Dalam situasi kompetisi yang ketat, tidak dapat disangkal
pertumbuhan ini berarti jumlah rumah sakit umum swasta yang bahwa peranan pembiayaan dalam menyediakan layanan di
pada akhir Pelita I hanya sekitar 19% dari seluruh RSU, pada rumah sakit menjadi sangat penting. Hanya rumah sakit yang
akhir 1990 tumbuh menjadi sekitar 32% dari seluruh RSU di dapat menyediakan layanan yang bermutu dengan pembiayaan
Indonesia. yang relatif rendah dapat unggul dapatkompetisi ketat tersebut.
Sesuai dengan sifat layanan kesehatan di rumah sakit yang Untuk itu maka perlu diketahui beberapa faktor yangdiasumsi-
terutama diarahkan pada jenjang layanan kesehatan sekunder kan terkait erat dengan biaya layanan rumah sakit.

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 41


Secara spesifik, Feldstein (1983) menggambarkanhubung- telah mengalami diseconomies ofscale. Dikaitkan dengan situasi
an antara biaya rata-rata layanan di rumah sakit dengan faktor- kompetisi yang ketat maka jelas hanya rumah sakit dengan
faktor tertentu sebagai berikut : economies of scale yang akan tetap bertahan hidup. Atau dengan
BRL = f (TT, FL, JP, M, DP, PU, E, P, L) kata lain, bila suatu rumah sakit mengalami diseconomies of
di mana : scale tetapi masih tetap ingin hidup maka ia harus berusaha
BRL = biaya rata-rata layanan yang dapat diukur dengan biaya melakukan upaya pembenahan pembiayaannya (cost contain-
per hari rawat atau biaya per admisi ment).
TT = jumlah tempat tidur terpasang Tetapi, perlu juga diperhatikan bahwa rumah sakit selalu
JP = jenis penderita menurut klasifikasi diagnosis memberikan jenis pelayanan yang tidak sama walaupun mereka
M = mutu layanan yang dapat diukur dengan tindakan dan/ klasifikasinya sama. Misalnya, sebuah rumah sakit umum de-
atau pemeriksaan penunjang yang dilakukan ngan rumah sakit umum lainnya akan berbeda jenis layanan yang
DP = derajat beratnya penyakit yang dapat diukur dengan diberikan oleh karena jenis penderita yang dilayani juga tidak
jumlah operasi yang dilakukan sama. Adanya perbedaan ini memungkinkan rumah sakit dengan
PU = penyesuaian rumah sakit berdasarkan upah yang diberi- jumlah tempat tidur yang akan menampilkan biaya rata-rata
kan kepada tenaga RS layanan yang berbeda. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
E = tingkat efisiensi layanan economies of scale dari rumah sakit dengan jumlah tempat tidur
p = program pendidikan yang dilakukan di RS yang sama dapat berbeda tergantung dari faktor-faktor lain, di
L = faktor lain seperti jumlah penderita rawat jalan, dan antaranya jenis penderita yang dilayani (Gambar 2).
lain-lain.
Gambar 2. Variasi Hubungan Jumlah Tempat Tidur dengan Biaya Rata-
Dengan memanfaatkan model ini, melalui analisis regresi ganda, rata Layanan di Rumah Sakit
diharapkan dapat ditentukan faktor-faktor yang berpengaruh
pada biaya rata-rata layanan rumah sakit di suatu daerah.
Lebih jauh dikatakan bahwa hubungan antara faktor-faktor
tersebut dengan biaya rumah sakit secara teoritis dapat digam-
barkan dengan bentuk kurva U. Sebagai contoh, rumah sakit
dengan jumlah tempat tidur sedikit akan memiliki biaya rata-rata
layanan lebih tinggi daripada rumah sakit yang memiliki tempat
tidur lebih banyak. Tetapi, biaya ini akan meningkat lagi pada
rumah sakit yang memiliki tempat tidur yang paling banyak.
Dikatakan bahwa hal ini sebagian terjadi karena pengaruh biaya
tetap (fixed cost) dalam kegiatan layanan. Hubungan tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1 .

Gambar 1. Hubungan Jumlah Tempat Tidur dengan Biaya Rata-rata


Layanan di Rumah Sakit

Dari bahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pema-


haman terhadap terjadinya economies dan diseconomies of scale
padarumah sakitharus dilihatdalamlingkup yang relatif majemuk.
Artinya, apabila hasil analisis biaya rata-rata layanan rumah sa-
kit dilakukan untuk menentukan faktor yang akan diintervensi
untuk cost containment maka hal ini harus dilakukan dengan
cukup cermat. . Tanpa memperhatikan kemajemukan faktor-
faktor tersebut bukannya tidak mungkin intervensi yang di-
lakukan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
Memperhatikan faktor-faktor dengan cermat, sukar untuk
ditolak adanya asumsi bahwa hampir pada semuanya akan terkait
langsung atau tidak langsung dengan pemanfaatan teknologi
kesehatan. Sebagai contoh, makin banyak jumlah tempat tidur
Dari bentuk kurva U di atas maka dapat dikatakan bahwa yang terpakai akan terkait dengan makin meningkatnya peman-
economies of scale terjadi pada rumah sakit dengan jumlah faatan kamar bedah maupun penunjang medik seperti radiologi,
tempat tidur yang paling besar tetapi dengan biaya rata-rata laboratorium, dan lain-lain. Makin majemuk jenis penyakit yang
layanan yang paling kecil. Untuk rumah sakit yang memiliki dierita maka makin tinggi pula pemeriksaan penunjang yang
tempat tidur sedikit dengan biaya tinggi dan yang memiliki dibutuhkan maupun kecanggihan tindakan invasifnya.
banyak tempat tidur dengan biaya yang juga tinggi dikatakan Kesemuanya ini akan mengarahkan rumah sakit untuk me-

42 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


lengkapi dirinya dengan teknologi kesehatan yang dibutuhkan. secara global akan terjadi perkembangan teknologi canggih ke-
Dorongan yang terjadi seperti ini tidak jarang membawa sehatan yang relatif lebih cepat dari masa sebelumnya. Inovasi-
rumah sakit ke arah pengertian yang kurang menguntungkan. inovasi "baru" akan cepat bermunculan walaupun "baru" di sini
Yaitu, tanpa adanya teknologi canggih seperti ini maka mereka harus lebih banyak diartikan sebagai "penambahan yang non
akan tertinggal dalam kompetisi yang ketat dalam menyediakan esensial tetapi peningkatan kemudahan fungsional".
pelayanan yang ber"mutu" bagi masyarakat. Lebih jauh, hal ini Untuk Indonesia yang secara murni masih jauh dari keikut
tanoa disadari dapat mendorong rumah sakit untuk memaksakan sertaan dalam tahapan inovasi perkembangan teknologi kese-
dirinyamenjadi "pusat unggulan" agar tetap dapat bertahan. Pada hatan canggih, hal ini perlu diantisipasi dengan hati-hati. Ketidak
gilirannya, akan dapat dipahami bahwa biaya untuk "bertahan" ikut sertaan dalam tahapan ini jelas akan menempatkan kita
tadi sebetulnya sudah melebihi kemampuan untuk bertahan itu dalam posisi hanya sebagai penerima dan pemakai teknologi
sendiri. Misalnya, hal terakhirdapat terjadi karenafaktortersedia canggih ini. Ditambah dengan cepatnya perubahan produksi ke
atau tidak tersedianya tenaga ahli yang akan menggunakan alat generasi berikutnya dan disertai dengan teknik percepatan ta-
canggih tertentu. hapan difusi oleh produsen, jelas akan menempatkan kita dalam
Sebagai ilustrasi, Joskow (1981) mengatakan bahwa sekitar kedudukan sebagai bagian dari percepatan tahapan difusi itu
60% biaya rumah sakit dihabiskan untuk mengadakan masukan sendiri. Ironisnya, karena adanya faktor prestise dan nilai tambah
atau input yang dibutuhkan bagi pelaksanaan kegiatan. Dari ekonomi di sini maka tidak jarang yang tumbuh adalah kebang-
biaya untuk input ini ternyata sekitaz 75% dihabiskan untuk gaan yang harus dibayar cukup mahal. Kalau dilanjutkan maka
kegiatan yang dikaitkan dengan peningkatan jumlah, kualitas jelas pembiayaan ini akan dibebankan kepadamasyarakatpeman-
dan lingkup jenis layanan. Apabila disepakati bahwa ketiga hal faat teknologi tanpa disertai dengan kesadaran yang cukup akan
terakhir ini sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan teknologi manfaatnya.
kesehatan maka dapat disebutkan bahwa biaya yang dihabiskan Sebenarnya tahapan difusi ini secara alamiah akan terham-
untuk pemanfaatan tadi cukup bermakna bagi layanan di rumah bat prosesnya apabila dana untuk pembiayaan pemanfaatan
sakit. teknologi juga terbatas. Dengan kata lain, tahapan berikutnya
Di lain pihak, sukar pula dibantah bahwa dorongan akan yaitu inkorporasi teknologi baru harus dapat diantisipasi untuk
pengadaan dan pemanfaatan teknologi kesehatan yang canggih dikembangkan secara seksama. Secara spesifik, apabila cara
ini merupakan daya tarik khusus. Daya tarik ini memiliki efek pembiayaan pemanfaatan tidak dapat ditentukan dengan tingkat
ganda yaitu daya tarik ekonomi bagi para administrator rumah kepastian yang tinggi, misalnya dengan cara pembiayaan out of
sakit dan daya tarik peningkatan kualitas bagi tenaga profesi pocket maka proses ini akan terjadi lambat. Pengembangan cara
medik. Di samping itu ada faktor lainnya yang juga terkait pendanaan pelayanan kesehatan baik yang disubsidi oleh peme-
dengan hal di atas yaitu faktor peningkatan sosio-ekonomi rintah atau murni oleh swasta apabila dilakukan tidak dengan
masyarakat yang dikaitkan dengan peningkatan demand ter- seksama dan tepat guna jelas akan mendorong penerimaan dan
hadap pemeriksaan dengan alat canggih. Dan tentunya, juga pemanfaatan teknologi ke arah yang merugikan seluruh masya-
sangat erat kaitannya dengan proses inovasi, difusi, inkorporasi, rakat. Dapat diasumsikan di sini kesalahan antisipasi dalam ta-
utilisasi luas serta pengabdian teknologi yang sangat diwarnai hapan inkorporasi ini bukannya tidak mungkin akan meng-
oleh interes produsen alat-alat tersebut. akibatkan biaya pelayanan kesehatan akan meningkat tajam
Memahami bahasan di atas, dengan tanpa mengabaikan seperti yang terjadi di Amerika Serikat.
peranan faktor lain dalam upaya cost containment, bahasan Antisipasi yang kurang tepat terhadap perkembangan tek-
berikut ini akan dibatasi pada aspek pembiayaan teknologi ke- nologi kesehatan pada tahapan difusi dan inkorporasi di atas
sehatan dan penyediaan tenaga ahli penggunanya. Walaupun akibatnya akan diikuti oleh tahapan utilisasi yang juga tidak
demikian, agar pemahaman tersebut dapat dilakukan secara tepat. Salahnya antisipasi pada dua tahapan sebelumnya akan
menyeluruh, pembahasan tentang cost containment di rumah mengakibatkan "banjirnya" teknologi canggih di rumah sakit
sakit perlu didahului dengan bahasan terhadap beberapa aspek masa datang tanpa dapat dicegah. Dikaitkan dengan biaya yang
penting di dalamnya. telah dikeluarkan oleh rumah sakit dan cepatnya tingkat perkem-
bangan yang terjadi maka wajar akan terjadi tingkat pemanfaat-
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KESEHATAN CANG- an yang juga tinggi. Ironisnya, tingginya tingkat pemanfaatan
GIH DAN COST CONTAINMENT DI RUMAH SAKIT (over utilization) tadi sukar untuk dapat disebutkan sesuai de-
Kalau disimak secara teliti dapat dilihat bahwa produsen ngan tingkat kebutuhan pemeriksaan itu sendiri.
teknologi kesehatan canggih sebenarnya merupakan produsen Keadaan ini akan lebih diperburuk lagi apabila teknologi
utama dari teknologi militer. Masuknya dunia ke era pasca pe- yang dimanfaatkan tadi belum dipastikan derajat keamanan
rang dingin agaknya sukar untuk ditolak oleh produsen tersebut penggunaannya di Indonesia. Hal ini terjadi karena evaluasi
untuk tidak menekan produksi teknologi militernya. Diversifi- teknis umumnya dilakukan di negara produsen pada tahapan
kasi yang relatif mudah dan tidak memerlukan biaya yang terlalu inovasi dan dengan tingkat reliabilitas yang relatif rendah. Perlu
tinggi adalah dengan memfokuskan produksi mereka pada ditambahkan di sini, adalah sukar bagi kita untuk menentukan
perkembangan teknologi canggih di bidang kesehatan. Dengan korelasi antara hasil evaluasi badan pengawas di negara pro-
demikian akan mudah dipahami bahwa pada era mendatang dusen dengan tingkat kepatuhan penggunaan teknologi tersebut

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 43


di luar negara produsen. penderita. Dengan cara ini diharapkan penderita akan mengu-
Pada tahapan akhir, pengabaian yang perlu diantisipasi akan rangi demand terhadap layanan yang sebetulnya tidak diperlu-
terjadi di Indonesia adalah karena cepatnya perkembangan dan kan. Adanya pengurangan demand seperti ini akan jelas mengu-
mudahnya pengadaan teknologi terutama di kota besar maka rangi biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit.
besar kemungkinan akan terjadi dumping dari teknologi lama. Dari aspek supply tampaknya bentuk upaya yang dapat
Dumping ini akan terjadi relatif cepat dari kota besar ke tempat dilakukan cukup beragam dan majemuk yang secara sederhana
yang relatif jauh dari pusat pengembangan iptek kesehatan dan dapat dibagi dalam :
pusatpengembangan ekonomi. Apabila hal ini terjadi setidaknya a) Upaya Pengawasan Langsung Jangka Pendek yang men-
harus diantisipasi tiga hal pokok yaitu : cakup kegiatan-kegiatan:
a) Kekurangan relatif dari tenaga pelaksana yang pada giliran- Penetapan pagu anggaran
nya akan menyebabkan pemanfaatan teknologi yang kurang atau Perampingan jumlah sumber daya manusia
tidak tepat, Pengawasan terhadap remunerasi sumber daya manusia
b) Peningkatan pembiayaan layanan rumah sakit secara ke- Pengawasan terhadap pola tarif
seluruhan akibat adanya pemanfaatan pada butir a. di atas, dan Pengawasan terhadap jumlah layanan tertentu
c) Karena jauh dari pusat pengembangan ekonomi perlu di- Efek dari pelaksanaan upaya ini terhadappemanfaatan tekno-
antisipasi akan terjadinya subsidi pemerintah terhadap pelayan- logi kesehatan canggih relatif akan lebih tampak pada tarif yang
an dengan pemanfaatan teknologi tadi. relatif bersaing sebagai akibat dari terjadinya economies of scale
Berikutnya, hal yang perlu diantisipasi secara cermat adalah pemanfaatan teknologi tersebut.
yang dikaitkan dengan cepatnya pertumbuhan inovasi di negara b) Upaya Pengawasan Tidak Langsung Jangka Pendek yang
industri dan waktu yang diperlukan untuk didifusikan ke Indo- mencakup kegiatan-kegiatan :
nesia. Pada umumnya perkembangan teknologi canggih dan • Pembenahan skala nilai relatif dari produksi teknologi ke-
setiap suku cadang penggantinya (spare parts) setidaknya sehatan yang ada pada saat ini
disiapkan untuk produksi selama 5 tahun. Di beberapa negara • Pembuatan daftar positif dan negatif dari produk teknologi
industri secara resmi pemerintah menetapkan waktu produksi kesehatan canggih
teknologi canggih ini guna menghindari hilangnya perangkat • Pembatasan terhadap promosi teknologi kesehatan canggih
pengganti pada saat teknologi tadi habis masa hidupnya. kepada calon pemakai
Untuk negara berkembang dapat dipahami rentang waktu • Penyampaian daftar harga teknologi kesehatan canggih
seperti ini akan menjadi lebih sempit. Akibatnya, kebutuhan kepada calon pemakai
akan suku cadang untuk penggantian yang dibutuhkan agar da- • Pembuatan profil kegiatan dokter secara berkala terhadap
pat terus berfungsi jelas akan terancam. Sehubungan dengan hal teknologi kesehatan yang ada pada saat ini
ini perlu diantisipasi akan terjadi dua hal pokok : Efek dari kegiatan ini jelas lebih diarahkan untuk mencegah
a) Pemanfaatan teknologi akan terhenti sementara oleh karena terjadinya dua hal pokok: pengadaan teknologi yang tidak priori-
perangkat pengganti yang dibutuhkan perlu disediakan dari tas dan kemungkinan akan terjadinya pemanfaatan yang ber-
negara produsen, lebihan.
b) Bila masa hidup alat sudah selesai dan perangkat pengganti c) Upaya Pengawasan Langsung Jangka Menengah yang
tidak tersedia lagi akan terjadi kanibalisme dari teknologi ter- mencakup kegiatan-kegiatan :
sebut. • Pengawasan terhadap pembangunan dan pengembangan
Apapun yang terjadi dampaknya sudah jelas yaitu terjadi- fisik
nya peningkatan biaya pemanfaatan teknologi canggih tersebut • Pengawasan terhadap pengadaan alat kesehatan canggih
dan beban ini akan ditanggung oleh masyarakat luas baik yang • Pengawasan dan insentif bagi kegiatan inovasi
memanfaatkannya maupun yang tidak memanfaatkannya. d) Upaya Pengawasan Langsung Jangka Panjang yang men-
Menyimak siklus hidup teknologi kesehatan canggih seperti cakup kegiatan-kegiatan:
diuraikan di atas maka secara mendasar efektifitas upaya cost • Pengawasan terhadap jumlah mahasiswa baru kedokteran
containment harus dilakukan pada aspek demand terhadap la- • Pengawasan terhadap jumlah peserta program spesialisasi
yanan dan aspek supply dari layanan kesehatan di rumah sakit. Adanya kegiatan butir c. dan d. di atas akan mengarahkan
Pada aspek demand, yang erat kaitannya dengan tahapan inkor- rumah sakit untuk dengan teliti membuat perencanaan tentang
porasi dalam siklus hidup teknologi kesehatan canggih, maka pengadaan teknologi kesehatan canggih dengan melakukan per-
yang perlu diamati adalah bagaimana perilaku masyarakat ter- hitungan cermat terhadap tenaga ahli yang dibutuhkan untuk
hadap pemanfaatan teknologi tadi dikaitkan dengan tersedianya menggunakannya.
pembiayaan dari pihak ke tiga (asuransi kesehatan). Mengacu kepada uraian di atas maka jelas terlihat bahwa
Umumnya yang dilakukan adalah dengan menerapkan upaya cost containment yang dilakukan pada faktor teknologi
mekanisme pembiayaan layanan yang sebagian ditanggung oleh kesehatan dan tenaga ahli pemakainya dapat menampilkan hasil
penderita. Artinya, dalam menerima suatu layanan di rumah dalam waktu singkat dan juga lama. Dalam rentang waktu
sakit dan tidak seluruh pembiayaannya ditanggung oleh pihak ke singkat hal ini dibutuhkan agar rumah sakit dapat bertahan hidup
III (perusahaan dan/atau asuransi), sebagian harus dibayar oleh dalam kompetisi yang relatif ketat. Dalam rentang waktu me-

44 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


nengah dan lama di mana diperlukan perencanaan yang cermat mempengaruhi terjadinya economies atau diseconomies of scale
dan matang maka hasilnya akan menempatkan rumah sakit yang dari rumah sakit yang bersangkutan.
bersangkutan sebagai pimpinan dalam kompetisi yang ada. c) Terjadinya economies of scale suatu rumah sakit dikaitkan
Kalau uraian sebelumnya kelihatannya didasari atas aspek dengan pengadaan dan pemanfaatan teknologi kesehatan secara
rentang waktu pelaksanaan maka ditinjau dari aspek komponen tepat akan membuat kedudukan yang mantap bagi suatu rumah
pelaksanaan upaya cost containment dapat diuraikan dalam sakit dalam situasi kompetitif yang ada.
tahapan sebagai berikut : d) Untuk menghindari terjadinya diseconomies of scale akibat
a) Pengurangan Biaya Operasional : pengadaan dan pemanfaatan teknologi kesehatan canggih perlu
Pada tahapan ini pengamatan adalah terhadap pengeluaran dilakukan upaya cost containment secara berkala dengan pene-
yang dilakukan untuk membiayai kegiatan layanan. Adanya kanan pada efisiensi komponen biaya tetap.
pengeluaran yang dianggap terlalu besar akan secara langsung e) Upaya efisiensi komponen biaya tetap pengadaan teknologi
ditindak lanjuti dengan melakukan pengurangan/reduksi ter- yang dibutuhkan berdasarkan perencanaan matang sejauh
hadapnya. Tindakan ini akan menunjukkan manfaat langsung mungkin dapat ditransformasikan ke biaya tidak tetap (variable
dan segera sehingga dapat dikelompokkan dalam tindakan cost) misalnya dengan cara bagi hasil.
jangka pendek langsung. f) Dalam hal pengeluaran biaya tetap yang terkait dengan
b) Pembenahan Biaya Operasional : pendidikan dan pelatihan tenaga ahli perlu dikembangkan kerja-
Dalam lingkup yang diamati dan ditindak lanjuti adalah sama yang saling menguntungkan bagi setiap pihak. Komponen
adanya peningkatan pengeluaran operasional yang dijaga untuk biaya tetap seperti ini sewajarnya dikompensasikan dengan
tidak melebihi pertumbuhan inflasi pada kurun waktu yang mekanisme ikatan kerja bagi tenaga ahli dengan memperhati-
sama. Salah satu komponen pengeluaran yang cukup besar baik kan pengembangan jenjang karirnya.
nilai nominal maupun pertumbuhannya adalah biaya tenaga g) Dalam skala luas, pihak pemerintah, PERSI dan ikatan
kerja. Apabila hal ini dapat disubstitusi oleh alat/cara lain yang profesi kesehatan secara bersama harus mengembangkan regu-
relatif lebih murah maka hasilnya diharapkan akan timbul lasi dan/atau kesepatan formal tentang pengawasan perkem-
segera. Karena itu, tahapan ini sebenarnya dapat dikelompokkan bangan teknologi kesehatan yang dibutuhkan bagi peningkatan
ke dalam tindakan jangka pendek langsung dan tidak langsung. kualitas layanan bagi masyarakat.
c) Pengawasan Biaya Penggantian Teknologi : h) Pihak yang samadiharapkandapat mengembangkanlangkah-
Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti teknologi langkah pokok upaya cost containment pemanfaatan teknologi
seharusnya benar-benar dikeluarkan untuk penggantian alat baru kesehatan canggih secara nasional dan menyerahkan tetapi
bukan hanyamake-up dari yang lama. Pengertian make-up di sini mengarahkan pelaksanaannya di setiap daerah disesuaikan de-
harus dilihat dalam arti teknologi baru yang tidak sepenuhnya ngan situasi dan kondisi daerah masing-masing.
baru dan dalam arti teknologi lama dengan perangkat tambahan Apabila hal-hal di atas terutama butir g. dan h. tidak diper-
tertentu. Lebih jauh, perlu juga diwaspadai adanya efek dumping hatikan dan disertai dengan belum dikembangkannya regulasi
teknologi seperti dibahas sebelumnya. Dalam klasifikasi ber- tentang pembiayaan oleh pihak ke tiga terhadap pemanfaatan
dasarkan rentang waktu, upaya ini jelas termasuk dalam upaya teknologi ini maka dapat diasumsikan akan terjadi dua hal
langsung jangka menengah. penting yaitu :
d) Penghindaran terhadap Biaya yang tidak perlu : • Kompetisi layanan yang tidak sehat (termasuk dalam aspek
Dalam batasan tertentu dapat diambil sebagai contoh yaitu ketenagaan) dan cenderung mengganggu mutu layanan yang
tentang pendidikan atau pelatihan sumber daya manusia yang diberikan dikaitkan dengan efisiensi biaya, dan
diadakan dengan dalih pengembangan ilmu pengetahuan dan • Pelonjakan biaya layanan kesehatan di rumah sakit secara
teknologi. Peningkatan seperti ini dalam pengertian yang kurang menyeluruh yang akan melebihi lonjakan biaya yang terjadi
menguntungkan adalah dapat meningkatkan demand tenaga ahli secara umum.
yang sudah dilatih untuk mengadakan suatu alat kesehatan Kedua fenomena di atas jelas harus sekuat mungkin diupaya-
canggih. kan untuk tidak terjadi karena bukannya tidak mungkin akan
menghasilkan keadaan di mana masyarakat yang tidak mampu
KESIMPULAN DAN SARAN akan semakin jauh dazi jangkauan layanan kesehatan rumah sakit
Dari bahasan yang mengacu kepada aspek rentang waktu dan yang dapat menjangkaupun dikhawatirkan akan menerima
dan komponen pelaksanaan upaya cost containment di atas kualitas layanan yang relatif kurang baik.
maka dapat disimpulkan bahwa :
a) Proses perencanaan komprehensif mencakup aspek supply KEPUSTAKAAN
dan demand terhadap pengadaan teknologi kesehatan canggih
1. Broto Wasisto. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan di Bidang Pe-
merupakan upaya pokok dalam menghindari pembiayaan yang rumahsakitan dalam PJPT 11, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, De-
tinggi dari pemanfaatan teknologi yang dimaksud. partemen Kesehatan, 1993.
b) Dalam melakukan perencanaan di atas, hal yang perlu diper- 2. Cleverly WO. Essentials of Health Care Finance. Aspen System Corpora-
hatikan adalah adanya akibat pengadaan teknologi kesehatan tion, Rockville, Maryland, 1986.
3. Cleverly WO. Handbook of Health Care Accounting and Finance. Aspen
canggih terhadap peningkatan biaya tetap (fixed cost) yang akan System Corporation, Rockville, Maryland, 1983.

Cermin Duniu Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 45


4. WHO. Economic Support for National Health For A11 Strategies. Geneva: hatan Dalam Dasawarsa 90-an, akan diterbitkan dalam Jurnal Administrasi
World Health Organization, 1988. Rumah Sakit, Vol 1. No. 2, Oktober/Desember 1993.
5. Feldstein PJ. Health Care Economics. Second ed. New York: John Wiley 10. Sobak SJ. Cost Containment • Challenge to the Health Care Industry,
and Sons, 1983. unpublished, 1993.
6. Joskow PL. Controlling Hospital Costs; the Role of Government Regu- 11. Steinwald B, Sloan F. Regulatory Approaches to Hospital Cost Contain-
lation. Cambridge: Massachusetts: MIT Press, 1981. ment; a Synthetic of the Empirical Evidence, in A New Approach to the
7. Mansfield E. Microeconomics, Theory and Application. Shorter Fourth Economics of Health Care, edited by Mancur Olson, the American Enter-
Ed. New York: W.W. Norton & Co., 1982. prise Institute, 1981.
8. Miller R LeRoy. Intermediate Microeconomics; Theory-Issues-Applica- 12. Thakur M et al. Cost Containment in Small Hospitals: Targeting Strategies
tions, 2nd ed. New York: McGraw-Hill Inc., 1982. beyod this Decade, Hospital and Health Services Administration. May/
9. Sjaaf AC. Antisipasi Investasi Terhadap Perkembangan Teknologi Kese- June, 1986.

46 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Ceramah
Menteri Sosial Republik Indonesia
pada Kongres Nasional Vl
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia
di Jakarta, 23 Nopember 1993

Assallamu'alaikum Warokhmatullohi Wabarokatuh. Mereka memperoleh pelayanan sebagian melalui panti-


Yth. Sdr. Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh panti sosial yang ada dan sebagian dalam bentuk tidak melalui
Indonesia; panti, atau pelayanan non panti. Sekedar untuk memperoleh
Sdr. Moderator; Peserta Kongres Nasional VI PERSI; dan gambaran masalahnya, dapat dilihat dari jumlah panti pemerin-
Hadirin yang berbahagia. tah (baca Departemen Sosial) yang ada. Panti Cacat 36 buah;
Pertama-tama marilah kita bersama mengucapkan puji Panti Tuna Susila 23 buah; Panti Anak Nakal/bekas korban
syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas per- narkotika 12 buah; Panti Gelandangan dan Pengemis 6 buah;
kenan dan ridla-Nya hari ini kita dapat berkumpul di sini, untuk Lingkungan Pondok Sosial 10 buah; Panti Pengasuhan Anak 19
membahas Peranan Departemen Sosial dalam Penanganan Pasien buah; Panti Lanjut Usia 46 buah; jumlah berbagai jenis panti
Tidak Mampu di Rumah Sakit. tersebut belum meliputi yang ditangani oleh Pemerintah Daerah
Sebelum membahas masalahnya, perkenankan saya me- dan Swasta, yang jumlahnya jauh lebih besar daripada yang saya
nyampaikan selamat ber-Kongres Nasional VI, kepada seluruh kemukakan tersebut. Sebagai suatu misal, Panti Pengasuhan
peserta Kongres, dan selamat datang di Jakarta, khususnya bagi Anak yang dikelola oleh Pemerintah hanya 19 buah, yang dike-
para peserta Kongres yang datang dari luar Jakarta. lola swasta.903; belum jenis panti lainnya.
Kemudian, perkenankan saya mengucapkan terima kasih Di sini sebenarnya saya hanya akan memberikan gambaran,
dan merasa bahagia, karena mendapat kesempatan untuk mem- bahwa seluruh pelayanan yang diberikanoleh Departemen Sosial
bahas peranan Departemen Sosial dalam penanganan pasien tanpa dipungut imbalan biaya. Apabila pelayanan sosial yang
tidak mampu di rumah sakit. diberikan oleh Departemen Sosial dibandingkan dengan jumlah
Saya katakan terimakasih dan bahagia, karena Departemen penyandang masalah yang harus dilayani, sama sekali tidak
Sosial merasa mendapat perhatian dan dapat berbagi rasa tentang seimbang. Jumlah penyandang masalah yang harus dilayani
penanganan masalah orang tidak mampu. Saya katakan berbagi jumlahnya jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan ke-
rasa, karena tugas pokok Departemen Sosial memang pada mampuan pelayanan.
dasarnya menangani orang yang tidak mampu, kaitannya dengan Untuk mengatasi masalah tersebut, Departemen Sosial
masalah keberfungsian sosial dari orang-orang, kelompok, dan mengundang peran serta masyarakat. Tidak sedikit organisasi-
masyarakat. Mereka itu biasanya dicakup dengan sebutan fakir organisasi sosial masyarakat yang berperan aktif memberikan
miskin, anak terlantar, korban bencana, lanjut usia terlantar, anak pelayanan kepada masyarakat. Peran serta mereka ada yang
nakal, anak bekas korban penyalahgunaan obat dan narkotika, berupa tenaga, seperti pekerja sosial sukarela; pikiran berwujud
penyandang cacat, tuna susila, tuna sosial dan sebagainya. Pe - saran-saran; keuangan; bahkan tidak sedikit yang berwujud
nyandang masalah yang dilayani tersebut semuanya dalam pelayanan langsung, seperti panti-panti, dan sebagainya. Me-
keadaan tidak mampu. mang penanganan masalah sosial tidak akan mampu ditangani

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo , Jakarta .
21- 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No . 90, 1994 47


oleh Pemerintah sendiri; penanganannya harus bersama-sama Sosial kerjakan untuk turut memikirkan masalahnya.
dengan masyarakat. Dari ketentuan yang saya kutip tadi, satu di antaranya ada-
lah pelayanan Rumah Sakit diberikan secara terpadu, dan di-
Hadirin sekalian, mungkinkan adanya tenaga non medik yang dipekerjakan di
Dari uraian tersebut sebenarnya saya hanya akan berbagi Rumah Sakit.
rasa dengan Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Kita Saya kira untuk menangani masalah pasien tidak mampu,
sama-sama memberikan pelayanan kepada orang yang men- mungkin Rumah Sakit dapat mempekerjakan Pekerja Sosial.
derita. Rumah sakit memberikan pelayanan kepada orang yang Profesi Pekerja Sosial dalam perkembangan spesialisasinya ada
pada dasarnya menderita sakit fisik, sedangkan Departemen Pekerja Sosial Medik. Mungkin mereka tidak sekedar dapat
Sosial memberikan pelayanan kepada penderita sakit sosial. membantu bagaimana menangani pasien tidak mampu, melain-
Orang yang sakit fisik yang ditangani oleh rumah sakit, sebagian kan menangani pasien yang mampu pun pada saatnya tentu di-
ada yang tidak mampu, sebagian besar banyak yang mampu; butuhkan. Sebab pada dasarnya, begitu seseorang menderita
sedangkan yang ditangani Departemen Sosial, semuanya yang sakit, sakit apa pun, sebenarnya penderita tersebut termasuk
tidak mampu dan terlantar. Kini, saya dihadapkan pada per- penyandang masalah sosial. Namun kebiasaan penanganan se-
tanyaan "Peranan Departemen Sosial dalam Penanganan Pasien perti itu di Indonesia masih belum berkembang. Mungkin apa-
Tidak Mampu di Rumah Sakit". Permasalahan ini tentunya tidak bila hal itu dapat diuji cobakan, akan ada manfaatnya.
akan dapat saya jawab sendiri; melainkan saya akan mengajak Dari kepustakaan dan pengalaman yang dilaporkan, suatu
pihah Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia untuk men- contoh kasus yang dilaksanakan oleh salah satu rumah sakit
cari jawaban yang sebaik-baiknya. umum di Amerika, dapat saya angkat sebagai suatu model pen-
dekatan interdisipliner, yang sejalan dengan apa yang tersirat
Hadirin sekalian, dalam ketentuan mengenai Rumah Sakit tersebut. Kalau saya
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (No. 159 b/ kemukakan hal ini, saya mohon jangan buruk sangka, mengira
MEN.KES/PER/IU1988), pelayanan di Rumah Sakit berupa Pe- saya berkiblat ke luar negeri, anggap saja contoh tersebut me-
layanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Nginap, dan Pelayanan rupakan salah satu yang kebetulan saya ketahui.
Gawat Darurat, mencakup pelayanan medik dan penunjang Rumah Sakit Umum Beth Israel di Boston, Massachusetts,
medik. mempunyai 450 tempat tidur, memberikan pelayanan yang
Berdasarkan ketentuan tersebut, tugas Rumah Sakit melak- meliputi batas geografis yang tak terbatas di rumah sakit saja,
sanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan kegiatan penderita dari segala lapisan pendapatan, suku, warna kulit dan
penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan agama. Sekaligus rumah sakit ini memberikan kemudahan
jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkat- menjadi rumah sakit Fakultas Kedokteran Harvard ( Harvard
an (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan Medical School) untuk training pasca sarjana bagi berbagai
rujukan. spesialisasi ilmu, antara lain internis, kedokteran umum, bedah,
Sementara itu, dikatakan pula bahwa setiap Rumah Sakit ahli diet, gigi, gizi, laboratorium teknis dan berafiliasi dengan
mempunyai kategori ketenagaan yang terdiri dari tenaga medik, sekolah tinggi perawat dan sekolah tinggi pekerjaan sosial
paramedik, perawat, paramedik non perawat, dan tenaga non Simmons College dan Smith College.
medik. Dengan demikian memudahkan m gmberikan pelayanan se-
Selanjutnya mengenai fungsi sosial Rumah Sakit, diten- cara interdisipliner dengan memperkenalkan pelayanan melalui
tukan bahwa setiap Rumah Sakit harus melaksanakan fungsi total treatment team. Tujuan yang ingin dicapai adalah pe-
sosialnya dengan antara lain menyediakan fasilitas untuk me- ningkatan derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi pasiennya,
rawat penderita yang tidak/kurang mampu. Bagi Rumah Sakit dan penduduk di wilayah yang seluas-luasnya, yang dapat di-
Pemerintah sekurang-kurangnya 75% dari kapasitas tempat capai melalui program pelayanan "obat jalan", pelayanan di
tidur yang tersedia; sedangkan bagi Rumah Sakit Swasta se- rumah, di klinik-klinik yang tersebar di banyak daerah, yang
kurang-kurangnya 25% dari kapasitas tempat tidur yang ter- dapat dicapai penduduk dan mudah dikendalikan oleh rumah
sedia. sakit dan sebagainya. Hal itu dimungkinkan karena berbagai
Saya sangat mendukung pada ketentuan mengenai fungsi disiplin terlibatkan, termasuk profesi pekerjaan sosial.
sosial Rumah Sakit tersebut. Hal itu menunjukkan benar-benar Prinsip pencegahan/pengobatan (preventive medicine),
bahwa perhatian Pemerintah sangat besar kepada rakyatnya, mengobati penyakit dengan mencari sumber sebabnya dapat di-
khususnya yang masih membutuhkan uluran tangan. Sementara laksanakan, dan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat
angka kemiskinan adalah ± 15%; fasilitas untuk golongan yang dicapai oleh masyarakat seluas-Iuasnya melalui total treatment
tidak mampu tersedia ± 75% bagi Rumah Sakit Pemerintah dan team tersebut.
25% bagi Rumah Sakit Swasta dari kapasitas tempat tidur yang Sekiranya hal itu dapat dipikirkan, Departemen Sosial dapat
tersedia. memberikan bantuan tenaga Pekerja Sosial yang diperlukan.
Saya tidak tahu sejauh mana ketentuan itu dapat dilaksana- Saya yakin, pada tahap awal, apabila hal itu diuji cobakan, tentu
.kan, namun yang jelas kini pertanyaan dilemparkan kepada De- tidak akan dapat sekaligus memuaskan. Secara bertahap kita
partemen Sosial. Persoalannya kini apa yang bisa Departemen perbaiki bersama untuk mengembangkan total treatment, yang

48 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


interdisipliner, dan atau terpadu itu. di Rumah Sakit, dengan kesanggupan membayar semua biaya
Konsep yang saya kemukakan tersebut, saya yakin, telah yang ada. Sebab, di samping dana untuk itu tidak tersedia, saya
dipahami oleh seluruh Peserta Kongres. Sebab kerja team bagi juga khawatir akan memperkecil fungsi sosial Rumah Sakit.
tenaga-tenaga kesehatan sudah merupakan barang biasa, hanya Memang keberadaan Rumah Sakit, sesuai dengan peraturan
jangkauan pelibatan profesi lain masih belum meluas. yang ada adalah untuk orang yang menderita sakit, termasuk
orang yang tidak mampu.
Hadirin sekalian,
Apa yang saya ungkapkan tadi, baru apa yang bisa saya Hadirin sekalian,
pikirkan, sebab Departemen Sosial, sekarang ini dapat meng- Demikianlah sekedar arahan saya tentang Peranan Depar-
adakan, mengangkat, dan menetapkan Pekerja Sosial profesional temen Sosial menangani pasien tidak mampu di Rumah Sakit,
yang diperlukan. Rupanya bantuan semacam itu, dapat dijadikan Saya yakin, saudara-saudara telah memahami dengan jelas,
landasan awal untuk Departemen Sosial dapat berperan dalam bahwa peranan yang saya ungkapkan tidak jelas. Namun dapat
menangani pasien tidak mampu. kita perjelas bersama-sama, apabila diperlukan, waktu tersedia,
Selanjutnya perlu saya lemparkan juga, apabila masalah- kemauan dan kemampuan diarahkan untuk itu. Kesemuanya
nya dapat dianggap mendesak, perlu kiranya pihak Persatuan membutuhkan kerja sama, dan kerja sama membutuhkan ke-
Rumah Sakit Seluruh Indonesia bekerja sama dengan Depar- relaan.
temen Sosial, membahas masalahnya lebih mendalam, guna Akhirnya semoga uraian singkat tersebut bermanfaat ada-
mendapatkan konsep-konsep pemikiran penyelesaian. Mung- nya, dan selamat bekerja, dengan harapan semoga Kongres
kinkah kita mengembangkan semacam asuransi sosial bagipasien Nasional VI Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia berhasil
tidak mampu, atau bentuk-bentuk lain dukungan untuk dana dan membuahkan manfaat seperti yang kita harapkan.
sehat bagi yang tidak mampu. Terimakasih.
Hal tersebut saya tawarkan untuk kita pecahkan bersama, Wassallamu'alaikum Warokhmatullohi Wabarokatuh.
agar pengabdian kita kepada pasien yang tidak mampu dapat
kita laksanakan sebaik-baiknya. Menteri Sosial R.I.
Mengapa saya tidak dengan serta merta menjawab tentang
peranan Departemen Sosial dalam menangani pasien tidak mampu Dra. Inten Soeweno

Wisdom will add years to your life

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 49


Hubungan Rumah Sakit
dengan Pasien Dipandang dari Sudut
Hukum dan Etika
Ny. H. Emma Suratman, SH
Ketua Pengurus Pusat PERHUKI, Jakarta

PENDAHULUAN balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakitumum,


Sesuai dengan apa yang digariskan dalasm Sistem Kese- rumah sakit khusus dan seterusnya. Dengan demikian rumah
hatan Nasional (SKN), maka pembangunan kesehatan ditujukan sakit adalah tempat untuk menyelenggarakan salah satu upaya
pada tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap kesehatan yaitu upaya pelayanan kesehatan (health services).
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat Dalam pasal 58 dinyatakan pula bahwa sarana kesehatan
yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tertentu harus berbentuk badan hukum antara lain rumah sakit.
Tujuan Nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan kese- Ini berarti bahwa rumah sakit tidak dapat diselenggarakan oleh
hatan tersebut berbagai upaya harus diselenggarakan yang orang perorangan (individu, natuurlijk persoon), tetapi harus
meliputi upaya preventif (pencegahan), promotif (peningkatan), diselenggarakan oleh suatu badan hukum (rechts persoon) yang
kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif (pemulihan). Kesemua dapat berupa perkumpulan, yayasan atau perseroan terbatas.
upaya ini harus dilaksanakan secara terpadu serasi dan berke- Jelas disini bahwa rumah sakit tidak dapat diselenggarakan oleh
sinambungan. sebuah firma atau perseroan komanditer karena keduanya
Saat ini penyelenggara berbagai upaya tersebut telah secara bukanlah badan hukuin.
tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Dalam kenyataannya ada perbedaan pendapat mengenai
tentang Kesehatan. Salah satu unsur penyelenggaraan upaya yayasan, apakah yayasan suatu badan hukum atau bukan, karena
kesehatan tersebut adalah Sarana Kesehatah. Rumah Sakit se- memang pengaturan mengenai yayasan berupa peraturan per-
bagai sarana kesehatan memegang peranan penting untuk undang-undangan belum ada. Tetapi ada suatu yurisprudensi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun kadang- yang menyatakan bahwa yayasan adalah badan hukum.
kadang usaha mulia rumah sakit ini dapat membawa malapetaka DalamKetentuan Peralihan dari Undang-undang Nomor 23/
yang pada akhirnya akan berurusan dengan meja hijau. Salah 1992 dinyatakan dalam waktu 2 (dua) tahun sejak diundangkan-
satu aspek yang penting dalam kaitan ini adalah hubungan nya Undang-Undang ini, semua sarana kesehatan tertentu yang
pasien dengan Rumah Sakit dengan penekanan pada aspek etik belum berbentuk badan hukum harus menyesuaikan statusnya
dan hukum. menjadi badan hukum.

RUMAH SAKIT SEBAGAI SARANA KESEHATAN ETIKA RUMAH SAKIT (HOSPITAL ETHICS)
Dalam Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan Dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan ter-
Bab I Ketentuan Umum, diberi batasan mengenai sarana kese- dapat ikatan antara berbagai fihak yaitu pasien, dokter dan rumah
hatan yaitu :"Sarana kesehatan adalah tempat untuk menye- sakit yang kesemuanya diatur hak dan kewajibannya. Dalam
lenggarakan upaya kesehatan". Sedangkan dalam Bab VI Bagian makalah ini hanya akan dibicarakan hubungan antara dua
Ketiga Pasal 56 dikatakan bahwa Sarana kesehatan meliputi fihak saja yaitu pasien dan rumah sakit.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.

50 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Hubungan antara pasien dan rumah sakit diatur oleh dua aspek yang tercakup di dalamnya.
macam norma yaitu norma etika dan norma hukum. Norma etika 2) Dr. E. Utrecht dalam bukunya Pengantar dalam Hukum
rumah sakit telah diatur dalam Keputusan MenteriKesehatan No. Indonesia memberi definisi sebagai berikut :"Hukum adalah
924/Menkes/SK/XII/1986 yang menyatakan berlakunya Kode himpunan petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-la-
Etik Rumah Sakit Indonesia. Dalam Etik Rumah Sakit Indonesia rangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan
(PERSI) antara lain dinyatakan bahwa : seharusnya ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan oleh
1) Pancasila merupakan asas Etik Rumah Sakit Indonesia karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan
2) Rumah Sakit mengutamakan misi kemanusiaan berdasar- tindakan dari fihak pemerintah (penguasa) masyarakat tersebut".
kan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dari definisi tersebut jelaslah bahwa hukum bermaksud
3) Rumah Sakit telah berkembang menjadi unit sosio eko- mengatur tata tertib dalam masyarakat dan memberikan ke-
nomis yang makin kompleks dan oleh karena itu perlu dikelola damaian antara anggota masyarakat tersebut (handhaving van
secara profesional hingga dapat menjalankan tugasnya dengan rust en orde); dan untuk menjamin bahwa setiap anggota masya-
baik. rakat mentaati petunjukhidup tersebut, kaidah hukum dilengkapi
4) RumahSakitmembinahubungan kerjainterdan antarrumah dengan unsur yang memaksa (dwang element) yang lazim dise-
sakit dengan didasarkan rasa kebersamaan. but sanksi. Hukum dalam hal ini berbeda dengan etika; etika
Keempat butir aturan ini dijabarkan lebih lanjut dalam butir- hanya mengikat suatu kelompok orang saja, sedangkan hukum
butir yang lebih rinci. merupakan suatu norma yang mengikat seluruh masyarakat
Dalam penjabaran sehubungan Kode Etik Rumah Sakit (algemeen bindend) dan mengatur seluruh masyarakat (alge-
Indonesia terdapat suatu kejanggalan ditinjau dari segi ilmu meen regelend).
hukum, jika ditinjau arti dari kata "Etika" itu sendiri. Menurut
literatur terdapat beberapa definisi atau batasan mengenai Etika. PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM
1) Drs. H. Hasbullah Bakry, SH memberi definisi Etika sebagai Jika kita simak uraian di atas tentang Etika Rumah Sakit dan
berikut :"Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik Hukum Rumah Sakit maka terdapat beberapa perbedaan,
dan mana yang buruk dengan melihat pada amal perbuatan meskipun perbedaan tersebut tidak terlalu besar. Memang antara
manusia sejauh yang dapat diketahui akal fikiran". Etika dan Hukum tidak dapat dipisahkan meskipun keduanya
2) Kamus Umum Bahasa Indonesia memberi definisi sebagai dapat dibedakan (Ethiek en recht zijn niet te scheiden, maar wel
berikut :"Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang te ondercheiden). Jadi meskipun terdapat perbedaan antara
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)". keduanya, dalam keadaan sehari-hari ada kalanya tidak nyata.
Selanjutnya dikatakan bahwa :"Etika mengandung nilai Perbedaan yang jelas antara keduanya terlihat pada unsur sanksi.
mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau Dalam pelanggaran Etika maka sanksi diberikan oleh ke-
masyarakat". lompok itu sendiri atas dasar pelanggaran moral (kesusilaan)
3) Ensiklopedi Indonesia (hal 973) menyatakan :"Ei i ka adalah atau dignity (harga diri). Sanksi ini ditetapkan oleh kelompok itu
il mu tentang kesusilaan (moral) yang menentukan bagaimana sendiri dan penegakannya juga dilaksanakan oleh kelompok itu
patutnya manusia hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan sendiri. Pada pelanggaran hukum maka sanksi diberikan oleh
apa yang buruk : segala ucapan atau tindakan harus senantiasa fihak penguasa dan sanksi ini dapat berupa sanksi administratif,
berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan tentang peri keadaan hidup sanksi perdata (ganti rugi) atau sanksi pidana (denda atau penjara/
dalam arti kata seluas-Iuasnya." kurungan).
4) Kamus Bahasa Inggris Webster's Dictionary memberi de- Oleh karena antara kedua hal ini tidak ada perbedaan yang
finisi sebagai berikut : jelas, maka berlakunya Kode Etik sebaiknya tidak diatur dengan
• "Ethics is the science that treats of the principles of human suatu Keputusan Pemerintah karena penetapan berlakunya suatu
morals and duty : moral philosophy". Kode Etik dengan suatu Keputusan Penguasa akan mengubah
• The moral system of an individual, group etc". Kode Etik tersebut menjadi Hukum Positif yang algemeen bin-
• "Character or the ideals of character manifested by a race or dend dan algemeen regelend tadi.
people".
Dari definisi-definisi tersebut di atas, jelas bahwa etika HUBUNGAN RUMAH SAKIT DAN PASIEN
berhubungan erat dengan moral, dengan perbedaan antara baik Sebagaimana telah disebutkan di atas, rumah sakit adalah
dan buruk. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa etika me- sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
nyangkut suatu kelompok tertentu. masyarakat, khususnya pasien. Rumah sakit memberikan pe-
layanan kesehatan kepada pasien memerlukan tenaga kesehatan
HUKUM RUMAH SAKIT (HOSPITAL LAW) yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
Hukum Rumah Sakit adalah sebagian dari hukum kesehatan profesinya. Dalam memberikan pelayanan kesehatan/medis
(health law) yang merupakan pula bagian dari hukum pada kepada pasien, baik rumah sakit maupun tenaga kesehatan/
umumnya. medis harus memperhatikan norma etika dan hukum yang ber-
1) Van Apeldoorn menyatakan bahwa tidak mungkin mem- laku. Bagi rumah sakit berlaku Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
berikan definisi yang tepat tentang hukum mengingat banyak (ERSI) sedangkan bagi para dokter dan dokter gigi berlaku

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 51


KODEKI dan Kode Etik Dokter Gigi Indonesia. dilakukan tenaga kesehatan, misalnya seorang ahli bedah
Kalau kita amati hubungan rumah sakit dan pasien, maka meninggalkan gunting dalam perut pasien, maka yang dituntut
terlihat bahwa hubungan tersebut dikategorikan dalam sautu adalah ahli bedah tersebut. Tetapi jika pada operasi, listrik mati
Perikatan (Verbintennis) Sebagaimana diatur dalam Kitab Un- atau tabung oksigen meledak, jelas itu adalah tanggung jawab
dang-Undang Hukum Perdata. Perikatan antara rumah sakit dan rumah sakit, dalam hal ini Direksi.
pasien merupakan suatu therapeutiek kontrakt atau kontrak
terapeutik di mana rumah sakit mempunyai kewajiban me-
nyembuhkan pasien dan pasien berkewajiban membayar biaya PENUTUP
pelayanan tersebut. Dengan demikian, jika ada salah satu pihak Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat per-
yang melakukan wanprestatie atau ingkar janji, maka pihak bedaan antara Etika dan Hukum, meskipun antara keduanya
lainnya dapat menuntut lawannya ke depan pengailan. Jika tidak dapat dipisahkan.
wanprestatie tersebut berupa kerugian yang maka diajukan Kode Etik profesi ataupun rumah sakit berlaku di kalangan
tuntutan ganti rugi ke Pengadilan Perdata. Jika kerugian ter- profesi yang bersangkutan dan tidak perlu dikukuhkan dengan
sebut berupa cacat atau kematian, dan diduga ada unsur kriminal suatu keputusan dari pihak penguasa. Dengan adanya keputusan
(sengaja atau karena kelalaian menyebabkan mati atau cedera dari pihak pemerintah, maka Kode Etik akan berubah menjadi
pada orang lain), maka pasien dapat mengadukan hal tersebut Hukum Positif dengan segala sanksinya.
kepada pihak yang berwajib untuk diajukan ke depan Pengadilan Pelanggaran terhadap hukum positif, menyebabkan seseorang
Pidana. dapat dikenakan sanksi, baik administratif, perdata maupun
Dalam hal pelanggaran Etika, maka sebenarnya agak sukar pidana, sedangkan pelanggaran terhadap Kode Etik adalah suatu
menentukan wanprestatie terhadap kontrak terapeutik tersebut pelanggaran terhadap moral dan dignity yang harus dinilai oleh
karena pelanggaran etika menyangkut moral yang agak sukar kelompok atau profesi itu sendiri.
dijadikan obyek tuntutan di depan pengadilan. Untuk menegakkan etika rumah sakit pada tiap-tiap rumah
Dalam hal tuntutan ganti rugi, tuntutan dapat ditujukan sakit telah dibentuk Panitia Etika Rumah Sakit yang harus
kepada tenaga kesehatan yang menyebabkan kerugian bagi menegakkan etika dalam rumah sakit yang bersangkutan. Meng-
pasien dan dapat pula diajukan kepada rumah sakit. Sedangkan ingatbahwa dalam keadaan sehari-hari lebih banyak terjadi kasus
dalam tuntutan pidana harus dilihat pada siapa kesalahan tersebut pelanggaran hukum, maka sebaiknya Panitia Etika Rumah Sakit
dapat dituduhkan, pada tenaga kesehatan yang melanggar atau diganti menjadi Panitia Etika dan Hukum Rumah Sakit sehingga
pada rumah sakit. Karena obyek Peradilan Pidana adalah orang, dapat menangani baik pelanggaran etika maupun pelanggaran
maka dalam hal ini tuntutan ditujukan kepada Direksi, karena hukum.
rumah sakit merupakan Badan Hukum. Jika pelanggaran hukum

we triumph without glory when we conquer without danger

52 Cermin Duniu Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


Etika Rumah Sakit
dalam Perspektif UU Nomor 23/1992
Kartono Mohamad
Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta

Pelayanan kuratif, betapapun juga, memenuhi kriteria (memi- menggunakan uang negara (rakyat). Bahkan sejak sebelum pro-
liki eksternalitas) untuk dapat digolongkan sebagai private com- gram swadana pun rumah sakit pemerintah seharusnya sudah
modity. Dan selama ini pun baik dokter maupun masyarakat dikelola secara business, terutama rumah sakit daerah yang
memperlakukan pelayanan kuratif sebagai private commodity. dibebani untuk membantu target Pendapatan Asli Daerah
Pasien bersedia menunggu untuk dilayani dan bersedia mem- (PAD). Kembali di sini ada keengganan menggunakan kata
bayar untuk mendapatkan pelayanan kuratif, baik yang diberikan "bisnis" karena beranggapan bahwa "bisnis" identik dengan
oleh dukun maupun dokter. Keengganan kita untuk melihat berdagang, dan pelayanan kuratif tidak seharusnya diperda-
pelayanan kuratif sebagai private commodity hanyalah karena gangkan.
kata "komoditi" memberikan konotasi adanya unsur dagang, Karena betapa pun juga rumah sakit adalah lembaga bisnis,
sedangkan anggapan yang berlaku di masyarakat menghendaki maka etika rumah sakit pun lebih didasari oleh etika bisnis dan
agar dokter menjauhkan diri dari berdagang dalam memberikan harus dibedakan dari etika profesi kedokteran. Etika bisnis,
pelayanan kepada pasien. Kata "komoditi" dalam hal ini adalah menurut Thiroux', berkaitan dengan menegakkan dan menjaga
istilah dalam ilmu ekonomi, dan tidak perlu dikaitkan dengan hubungan baikdi antarapengusaha, pegawainya, dan konsumen.
masalah dagang. Artinya, kalau ada dokter yang mau mem- Demikian juga seharusnya etika bisnis rumah sakit, ditujukan
berikan pelayanan kuratif tanpa dibayar tentu boleh-boleh saja. untuk menegakkan dan menjaga hubungan baik antara peng-
Karena pelayanan kuratif adalah suatu private commodity, usaha (pemilik) rumah sakit, staf yang bekerja di sana, serta
maka penyedia pelayanan kuratif akan berhadapan dengan konsumen (khususnya pasien) yang menggunakan atau mem-
masalah tentang bagaimana memberikan pelayanan yang beli jasa pelayanan rumah sakit tersebut. Di sini tersirat bahwa
dapat memuaskan konsumen (dalam hal ini : pasien), dan dalam dalam etika bisnis pun (termasuk bisnis rumah sakit) dituntut
membuka tempat pelayanan akan selalu memperhitungkan adanya sikap jujur. Jujur terhadap konsumen (pasien) dalam
aspek need dan demand. Maka perhitungan bisnis, betapapun memberikan pelayanan, jujur dalam melakukan pemasaran
(diakui atau tidak) juga sudah masuk dalam pikiran para penyedia untuk mencari klien, dan jujur dalam bersaing. Kita perhatikan
pelayanan jasa kuratif. beberapa pasal etika rumah sakit di Amerika Serikat 2 , misal-
Rumah sakit adalah sebuah institusi penyedia jasa pe- nya :
layanan kuratif yang kompleks dan perlu dikelola secara pro- 1) Recognizing that the care of the sick is their first responsi-
fesional (baik yang for profit maupun yang non-profit). bility and a sacred trust, hospitals must at all times strive to
Pengertian pengelolaan profesional di sini mencakup pula per- provide the best possible care and treatment to all in need of
hitungan aspek ekonomi dan bisnis, meskipun itu rumah sakit hospitalization
pemerintah. Perhitungan tentang kelaikan suatu rencana dipan- 2) Hospitals should be fair, honest, and impartial in all their
dang dari segi cost and benefit pada rumah sakit pemerintah business relationship . . . .
justru harus lebih ketat karena rumah sakit pemerintah Kalau di Indonesia tampaknya terjadi kerancuan dalam

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospilal Expo, Jakarla,
21 - 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 53


masalah etika rumah sakit, hal itu terjadi antara lain karena ada melanggar kode etik profesinya dan mengutamakan mencari
keengganan untuk melihat rumah sakit sebagai suatu institusi pendapatan yang setinggi-tingginya bagi rumah sakit.
bisnis. Masalah ini berawal dari sejarah perkembangan perumah Ambivalensi pemerintah (melalui Permenkes 920-nya), dan
sakitan di Indonesia. Perkembangan rumah sakit di Indonesia ambivalensi para pengelola rumah sakit (yang malu menyebut
dimulai oleh VOC (rumah sakit perusahaan untuk melayani dirinya institusi bisnis) membuat semua itu tidak dikendalikan
karyawan VOC), lalu rumah sakit militer, rumah sakit perke- baik oleh etika PERSI maupun oleh peraturan pemerintah. Pada
bunan, dan rumah sakit milik zending atau missie, yang memang akhirnya yang menjadi korban adalah pasien (konsumen).
tidak menampilkan perilaku for profit. Tetapi tidak berarti Dalam kaitan seperti itu kita melihat bahwa UU no. 23/1992
bahwa semua itu tidak dilandasi oleh perhitungan ekonomis. tentang kesehatan cenderung hendak melindungi pasien sebagai
Perkembangan ini menanamkan anggapan bahwa rumah sakit konsumen jasa pelayanan medis. Dalam undang-undang tersebut
memang suatu lembaga yang bersifat non profit, terutama jika kita lihat ada :
ditambahi dengan persepsi bahwa orang sakit adalah orang 1) Ancaman untuk dokter yang melakukan "tindakan medik
yang perlu pertolongan dan perlu dikasihani. tertentu" (abortus) tanpa indikasi yang jelas (Pasa115).
Kemudian dalam tahap berikut rumah sakit di Indonesia 2) Ketentuan yang mengharuskan agarpelayanan medik tertentu
dikembangkan oleh pemerintah, perkumpulan keagamaan, lainnya (kehamilan di luar cara alami, pasal 161; transplantasi
perkumpulan sosial, dan dokter. Ciri perlaku for profit mulai organ, pasal 33 dan 34; bedah plastik, pasal 37) hanya boleh
tampak di sini, terutama pada rumah sakit yang dikembangkan dilakukan oleh tenaga ahli yang berwenang.
oleh beberapa perkumpulan sosial dan dokter. Tetapi karena 3) Pengamanan makanan dan minuman (Pasal 21), dan obat
sudah tertanam anggapan bahwa rumah sakit harus lembaga non (Pasal 40 dan 41).
profit, maka semua mengelak dari mengakui bahwa mereka 4) Pengamanan kegiatan penelitian dengan menggunakan
sebenarnya sudah mencari keuntungan finansial. Bahkan pe- manusia (Pasal 40 dan 41).
merintah pun mencoba mengelak mengakui kenyataan itu, yang 5) Keharusan bagi penyedia pelayanan medik untuk menghor-
tercermin dari ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam mati hak pasien (Pasal 53).
Permenkes 920/1986, baik yang lama maupun yang diperba- Pasal-pasal tersebut masih memerlukan peraturan pelak-
harui. Hal ini pula yang membuat etika rumah sakit di Indonesia sanaan yang lebih jelas, termasuk rincian tentang hak-hak pasien.
belum bersedia mengakui kenyataan-kenyataan dari perkem- New Hampshire, AS, misalnya mengeluarkan apa yang mereka
bangan tersebut. sebut sebagai Patients Bill of Rights yang isinya( 3 )
Sejarah perumah sakitan di Indonesia juga memunculkan 1) Pasien mempunyai hak untuk mendapat pelayanan yang
rumah sakit yang dimiliki oleh dokter, baik pribadi maupun layak dan terhormat.
kolektif. Rumah sakit semacam ini sebagian lagi memang me- 2) Pasien berhak mendapat informasi yang jelas tentang per-
rupakan usaha patungan di antara para dokter. Dari rumah sakit kembangan penyakitnya.
yang dimiliki oleh dokter ini, terutama, muncul hubungan 3) Pasien berhak mendapat informasi yang memadai tentang
dokter dengan rumah sakit yang tidak tegas. Dokter bekerja di hal-hal yang akan ia hadapi selama di rumah sakit.
sebuah rumah sakit berdasarkan atas hubungan kenal, dan sering 4) Pasien berhak , mengetahui nama dan kualifikasi tenaga
didasari perjanjian lisan. Maka etika rumah sakit dalam hu- kesehatan yang akan memberikan pelayanan kepadanya.
bungannya dengan karyawan serta personil yang bekerja di sana 5) Pasien berhak mengetahui rekam medis tentang dirinya, dan
pun tidak jelas. Dalam etika rumah sakit di Amerika Serikat ada mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang.
pasal yang berbunyi : 6) Pasien berhak mencari pendapat kedua atau menolak peng-
3) Hospitals should maintain and promote harmonious rela- obatan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
tionship within the organization to ensure the proper environ- 7) Pasien berhak dihormati privacy-nya yang mencakup juga
ment for the considerate and successful care and treatment of konfidensialitas diagnosis, tindakan, dan hal-hal lain tentang
patient. dirinya.
Dalam perilaku mencari untung beberapa rumah sakit di 8) Pasien berhak meminta agar segala komunikasi dan
Indonesia malah terjadi hal-hal yang lebih tidak etis, yaitu catatan tentang pelayanan dirinya dirahasiakan, sejauh dibo-
ketika : lehkan oleh undang-undang.
1) Dokter tidak dapat membedakan posisinya antara sebagai 9) Pasien berhak mendapat informasi yang memadai dan jelas
pemberi jasa pelayanan medik (yang berlandaskan pada etika jika ia harus dipindahkan dari ruangan semula atau dipindahkan
profesi), sebagai pemilik (pemegang saham) rumah sakit, dan ke rumah sakit lain.
'
sebagai manajer rumah sakit. Yang sering dimenangkan adalah 10) Pasien berhak mengetahui jika dirinya hendak dimasukkan
dirinya sebagai pemegang saham, sehingga pelayanan ditujukan dalam obyek penelitian.
untuk memperbesar keuntungan finansial semata-mata, serta 11) Pasien berhak untuk mengharapkan bahwa pelayanan
cenderung memanfaatkan ketidak tahuan pasien. lanjutan kepadanya akan tetap diberikan.
2) Manajer pemasaran atau keuangan, atau pemilik rumah 12) Pasien berhak mengetahui rincian dan jumlah tagihan
sakit, yang bukan dokter cenderung mendorong dokter agar terhadap perawatannya, meskipun bukan ia sendiri yang

54 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


membayar biaya tersebut. 3) Etika untuk menjaga mutu pelayanannya, yang harus ter-
13) Pasien berhak mengetahui peraturan yang berlaku di rumah cermin dalam sistem manajemennya.
sakit tersebut. Rumah Sakit yang berusaha untuk menjaga mutu pela-
14) Pasien berhak untuk mengadukan keluhannya jika ia merasa yanannya akan membentuk panitia-panitia yang dapat dijadikan
bahwa hak-haknya telah dilanggar. alat pemantau mutu oleh pimpinannya.
Jadi pada dasarnya kita melihat bahwa undang-undang Panitia-panitia itu adalah :
tersebut lebih banyak diarahkan untuk melindungi pasien dan a) Panitia Kredensial
masyarakat pemakai jasa pelayanan medik pada umumnya. b) Panitia Etika
Meskipun demikian, seharusnya pihak pengelola rumah sakit c) Panitia Jaringan
tidak menunggu sampai peraturan pelaksanaan keluar, jika benar- d) Panitia lnfeksi Nosokomial
benar mereka memang beritikad untuk berperilaku etis. Juga ada e) Panitia Kematian
hal-hal lain yang masih perlu diatur dalam etika perumah sakitan f) Panitia Farmasi dan Terapi
yang sebaiknya dibicarakan di dalam kongres PERSI.
Hal-hal yang masih perlu diatur dalam etikaperumah sakitan Rumah sakit yang membentuk panitia-panitia tersebut dan
dan tidak perlu diatur dengan peraturan perundang-undangan bersungguh-sungguh memanfaatkan panitia-panitia itu untuk
formal antara lain adalah : menjaga dan meningkatkan mutu pelayannya, adalah rumah
1) Etika persaingan sakit yang memahami etika bisnis.
Dalam kehidupan berbisnis, adanya persaingan tidak dapat Ketiga hal di atas sulit untuk dijadikan peraturan perundang-
dihindari dan tidak pula dapat dipungkiri. Bahkan rumah sakit undangan, tetapi penting untuk dijaga agar tidak menyimpang.
pemerintah pun tidak jarang melihat kehadiran rumah sakit Di sinilah PERSI kemudian perlu mengaturnya dalam Kode Etik
swasta sebagai pesaing. Etika persaingan yang perlu diperhati- Rumah Sakit, dan mengawasinya agar dilaksanakan.
kan adalah : Ada satu hal lagi yang seharusnya ditetapkan dengan pera-
a) Tidak boleh saling memburuk-burukkan pesaing, apalagi turan pemerintah, yaitu tentang peranan atau fungsi sosial rumah
melarang pasien untuk memilih rumah sakit lain. sakit. Pada waktu yang lalu, untuk menutupi kenyataan bahwa
b) Harus menghargai hak hidup sesama rumah sakit. rumah sakit memang harus dikelola secara business like dan
-
c) Rumah sakit pemerintah tidak boleh menggunakan kekua dapat mencari keuntungan, peranan atau fungsi sosial sebuah
saan dan wewenang yang melekat pada instansi pemerintah rumah sakit ditafsirkan sebagai fungsi charitative rumah sakit,
untuk menjegal pertumbuhan rumah sakit swasta. yaitu menetapkan agar 25% tempat tidur disediakan untuk orang
2) Etika pemasaran atau promosi. miskin. Seharusnya, terutama untuk masa yang akan datang,
Promosi atau pemasaran rumah sakit harus dianggap se- peranan sosial rumah sakit haruslah ditafsirkan secara lebih luas
bagai suatu yang wajar. Tetapi dalam melakukan pemasaran, ada dan ditujukan untuk menampilkan peranan rumah sakit (swasta)
hal-hal yang perlu diperhatikan : dalam pembangunan bangsa. Seharusnya peranan (fungsi)
a) Tidak boleh meremehkan atau menjelekkan rumah sakit sosial rumah sakit harus dijabarkan sebagai keharusan rumah
lain. sakit untuk menjalankan : (1) fungsi pelayanan, (2) fungsi
b) Memberikaninformasiyangjujurdan tidakberlebih-lebihan. pendidikan, dan (3) fungsi penelitian. Penjabaran seperti itu akan
c) Tidak menjanjikan sesuatu yang tidak mungkin diberikan. mendorong rumah sakit memperhatikan mutu pelayanan, serta
d) Memberi kesempatan kepada pasien atau calon pasien meningkatkan kemampuan sumber daya manusia lndonesia.
untuk bertanya dan dijawab dengan sejujur-jujurnya. Kalau ada rumah sakit swasta yang akan melakukan fungsi
e) Menghormati hak pasien untuk memilih rumah sakit yang charitative, hal itu dapat dijadikan sebagai nilai "plus" dalam
manapun juga. proses akreditasi, atau dapat diberi insentif dalam perpajakan.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 55


Beberapa Masalah dalam
Hubungan Rumah Sakit dan Pasien
J. Guwandi, SH
Jakarta

Marketplace medicine will become a medicine in the service of the rich and powerful,
while the poor and weak watch and pray.

Allen Verhey in "MORAL MEDICINE"

PENDAHULUAN beli, maka sifatnyapun sudah berlainan, sudah berwarna da-


Rumah Sakit makin bertambah kompleks. Berbagai di- gang. Masing-masing pihak sudah mempunyai hak dan ke-
siplin dan profesi kini bernaung di bawah satu atap. Mulanya wajiban. Wajib saling memberikan prestasi. Jika salah satu
hanya bidang Kedokteran dan Keperawatan saja yang me- pihak tidak memberikan prestasinya, maka menurut hukum
megang peran utama di rumah sakit. Kini ia dimasuki pula perdata ia dikatakan telah ingkar janji alias melakukan wan-
disiplin hukum, ekonomi dan manajemen, psikologi, sosiologi prestasi. Namun di bidang pemberian pelayanan medik hal
dan berbagai bidang lainnya. ini merupakan masalah pelik, karena sifatnya unik, berlainan.
Dalam satu dekade ini tampaknya falsafah, pandangan Wanprestasi pada pihak dokter tidak dengan begitu saja da-
dan fungsi rumah sakit telah mengalami perubahan yang pat terlihat dan dibuktikan. Karena bukankah rumah sakit
drastis. Faktor yang masih tetap adalah subjeknya, ialah sang (dokter) hanya berusaha sedapat mungkin untuk menyembuh-
manusia sebagai pasien. Namun sifat hubungan antara Ru- kan penyakitnya (inspanningsverbintenis) dan tidak menjamin
mah Sakit – Pasien turut berubah pula. Kalau dahulu pem- akan hasil (resultaats-verbintenis).
berian pelayanan rumah sakit melalui profesi kedokteran Kini rumah sakit tidak saja padat tenaga kerja, padat sa-
lebih bersifat paternalistik, kini hubungan antara rumah sakit – rana, padat ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga sarat
pasien menjadi hubungan yang seakan-akan bersifat zakelijk berbagai nilai dan etika, seperti:
antara pemberi jasa pelayanan medis (perumahsakitan) dan – Etika Rumah Sakit,
penerimanya (health provider - health receiver). Atau jika di- – Etika Kedokteran,
tinjau dari segi ekonomi: antara penjual dan pembeli (jasa ke- – Etika Keperawatan.
sehatan). – Etika Kebidanan,
Arnold S. Relman, seorang dokter menulis: As economics – Etika Farmasi,
pressures on hospitals grow and hospital managers are en- – Etika Biomedik,
couraged or forced to act like businessman concerned pri- – Etika Profesi Hukum,
marily with profit margins, more and more patients will be – Etika Bisnis (?), dan lain-lain.
denied access to urgently needed care simply because they Kesemua bentuk etika ini saling berjalinan satu sama lain,
cannot pay for it".(1)Kalau sudah berbicara tentang jual- namun juga bisa saling berhadapan dan berbenturan.

Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

56 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Sebagai antisipasi terhadap perubahan situasi dan kon- kum mengenai tanggungjawab medik negeri Belanda tidak
disi, maka dalam tahun 1993 ini tampaknya ada dua bentuk bisa berkembang tanpa perbandingan hukum. Negeri Belanda
etika mengalami penyesuaian. Sewaktu makalah ini dibuat, terlampau kecil untuk dapat membentuk dengan tenaga sen-
terdengar berita, bahwa terhadap Etika Kedokteran sedang di- diri suatu kepustakaan dan hukum yurisprudensi di dalam
lakukan evaluasi. Etika Rumah Sakit bahkan mengalami bidang tanggungjawab hukum ini yang cukup luas, bervariasi,
penggantian secara menyeluruh yang diusulkan 21-23 Nopem- terperinci dan mendalam. Perbandingan hukum sangat pen-
ber 1992. Konsep baru ini telah disetujui untuk disahkan di ting karena akan memberikan kesempatan untuk mengejar
dalam Kongres PERSI ke VI 1993 sekarang ini. ketinggalan kita terhadap negara besar lainnya dan membuat
Kini Rumah Sakit sedang dalam masa transisi. Globali- lompatan jauh ke depan. Kita bisa menghindari kesalahan-
sasi yang diikuti dengan erosi moral dan perubahan nilai- kesalahan yang telah dibuat di luar negeri dan mengambil
nilai (values) telah mendesak rumah sakit untuk mencari alih pemecahan persolaan yang baik. Bagi saya hukum negara
"wajah dan bentuk" baru yang sesuai dengan permintaan za- lain yang mengatur tentang tanggungjawab hukum di bidang
man. Kini selain rumah sakit yang bersifat IPSM, diperboleh- medik adalah penting dipelajari dan sangat bermanfaat dan
kan pula bentuk PT yang tentunya tujuannya adalah for profit. berharga untuk hukum medik negeri Belanda" ( 2)
Dengan demikian, maka tolok ukur yang lama pun harus (Het Nederlandse medische aansprakelijkheidsrecht kan zonder rechts-
turut berubah pula. Termasuk Etika Rumah Sakitnya yang vergelijking niet tot bloei komen. Nederland is eenvoudingweg te klein
harus ada penyesuaian. voor het genereren op eigen kracht van een litteratuur en
jurispdent-ch ver dit onderdeel van het aansprake lijkheidcrecht, die voldoende
o
Dalam menghadapi masalah ini, PERSI sebagai wadah omvangrijk, gevarieerd, gedetailleerd en diepgaand is. Die voor ons
tunggal rumah sakit di Indonesia dan sebagai mitra Peme- dringed noodzakelijke rechtsvergelijking geeft ons de gelegenheid een
rintah di bidang kesehatan seyogyanya diberi peranan yang achterstand ten opzichte van enkele grote ianden in te lopen en hier en
daar om te zeeten in een voorsprong. Wij kunnen trachlen de buiten-
lebih besar menjelang PJPT-II. Diberikan wewenang dan landse fouten te vermijden en de geode oplossingen over te neme. Voor
tanggungjawab terhadap perkembangan di bidang perumah- mij in elk geval bleek de studie van elk onderdeel van het Nederlandse
sakitan. medische aansprakelijkheidsrecht kennis van het vreemde recht nuttig en
Di samping itu hukumnya pun sudah jauh ketinggalan. waardevol).
Materi pembuatan hukum yang menyangkut perumah sakitan
terdapat pada dua sistem hukum yang berbeda, yaitu: sistem PEMBAHASAN
Anglo Saxon dan Eropa Kontinental. Namun menurut hemat
Agak sukar untuk memilah-milah segi Etik dan Hukum,
saya hal ini tidak merupakan kendala bagi perkembangan Hu-
karena kedua segi berjalinan satu sama lain (untuk memin-
kum Kedokteran Indonesia, termasuk Hukum di bidang pe-
jam istilah Roscam Abbing: intertwined and interconnected).
rumahsakitan. Yang beda terletak pada sistemnya, cara meng-
Yang bersifat murni Etik paling-paling adalah yang menyang-
adilinya, bukan materinya. Materi hukum dari kedua sistim,
kut sopan-santun yang tolok-ukumya dapat diambil dari
baik dari Anglo Saxon maupun Eropa Kontinental, dapat di-
ukuran etik, tata-cara beradab yang umum terdapat di dalam
ambil dan disaring dengan falsafah Pancasila kita. Sistimnya
masyarakat. Misalnya adalah tidak etis untuk menjelek-jelek-
tidak usah dihiraukan. Materinya yang cocok diambil dan
kan atau mendiskreditkan rumah sakit lain, atau mengkam-
yang tidak sesuai ditinggalkan atau disesuaikan dengan
binghitamkan rumah sakit lain, padahal kelalaiannya adalah
situasi dan kondisi. Hal ini tidak begitu sukar untuk dilak-
di rumah sakit sendiri.
sanakan, karena disiplin kedokteran berasal dari satu sum-
Di atas telah dikemukakan bahwa terdapat berbagai etik
ber yang sama, Hippocrates. Patut disayangkan bahwa belum
di rumah sakit. Sesuai dengan judul makalah, maka dalam
ada yang mengadakan studi komparatif di antara kedua sistim
kontek ini yang ditinjau adalah buhunghan rumah sakit –
hukum ini di bidang Hukum Kedokteran. Sistim Anglo Saxon
pasien dari sudut Kode Etik Rumah Sakit yang baru.
yang memakai peradilan juri yang berdasarkan Common law,
Di dalam Bab III tentang Kewajiban Rumah Sakit ter-
pembentukan peraturan hukumnya dapat dikatakan paralel
dengan apa yang dinamakan penemuan hukum di negara hadap Pasien di antaranya disebutkan bahwa:
yang memakai sistem kontinental. Hakim dari negara yang
Rumah sakit harus mengutamakan kepentingan pasien
menganut sistem kontinental yang sistim hukumnya menguta-
makan kondifikasi, peraturan hukumnya pun ada juga yang Hal ini bcrarti bahwa kepentingan pasien di rumah sakit
pembentukannya melalui keputusan pengadilan (Paul Schol- harus didahulukan dari kepentingan lainnya. Yang paling
ten: rechtsvinding). sukar adalah apabila kepentingan (baca: pengobatan) pasien
Literatur dan yudisprudensi di luar negeri mengenai Hu- berbenturan dengan kepentingan finansial rumah sakit. Ba-
kum Kedokteran sudah banyak diterbitkan. Kita dapat lang- gaimana jika pasien tidak mampu lagi membayar biaya rumah
sung mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga sakit dan dokter dan belum sembuh, sedangkan ia tidak ada
dari pengalaman mereka yang telah dibayarnya dengan ma- asuransinya? Atau masuk asuransi, tetapi yang di cover oleh
hal. Dalam kaitan ini ingin saya mengutip ucapan Prof. asuransi hanya sebahagian, schingga sisanya harus ditanggung
Sluyters dari negeri Belanda yang mengatakan bahwa: "Hu- sendiri olch pasien? Dokter yang menangani pasicn mcng-

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 57


hadapi dilema apabila ia mendapat "pesan sponsor" dari pihak nya juga dilakukan misalnya oleh seorang dokter? Bukankah
manajemen/pemilik. antara teman sejawat tidak ada rahasia? Mungkin hal ini
Urusan administrasi dan keuangan terpaksa menjadi biro- harus di clear kan, karena setiap kali dokter yang merawat-
kratis dan seringkali kurang "berperikemanusiaan", demi efi- nya direpotkan dengan hal-hal semacam ini yang sebenarnya
siensi rumah sakit secara keseluruhan. (3) Luis Bohigas pada terletak di bidang administratif dan hukum. Sebenarnya de-
tahun 1989 pemah menulis, bahwa ................ Thus, the medical ngan mudah masalah ini dapat diselesaikan asalkan pihak-
director faces a dilemma, either he "betrays" his medical o- pihak yang berkepentingan sudah mengetahui hukumnya dan
rigin (if he decides to follow the management policy) or he is mau mengerti serta mentaatinya. Harus diketahui bahwa se-
considered weak (if he doesn't undertake the restrictive po- waktu pasien dan pihak asuransi mengadakan perjanjian,
licy)" pihak rumah sakit sama sekali tidak tahu-menahu. Maka
Di dalam kasus semacam tampak dua disiplin yang ber- antara rumah sakit dan pihak asuransi sama sekali tidak ada
lawanan satu sama lain. Disiplin ekonomi dan menajemen kaitan secara langsung. Sesudah pasien masuk rumah sakit
yang berbicara dengan bahasa: money, efficiency, cost effec- dan dirawat, baru timbul hubungan antara rumah sakit -
tiveness, cost containment, input - process - outcome, profit pasien, namun tidak dengan pihak asuransi (Lain halnya
margin, dan sebagainya. Sedangkan bio-etik dan disiplin ke- Astek, Jasa Raharja yang memang sudah ada perjanjian de-
dokteran menggeluti istilah-istilah: life-saving, death, emer- ngan rumah sakit sebelumnya).
gency, patient's autonomy, beneficence, justice, fidelity, truth- Selain itu pemberian keterangan kepada pihak asuransi
telling, non-maleficence, dan lain sebagainya dokter sebagai tersebut tidak termasuk perjanjian terapetik rumah sakit (dok-
health provider dan pasien health receiver terjepit di antara ter) – pasien, sehingga dapat dikenakan honor terpisah.
kedua pola pengertian tersebut. Persoalan lain adalah yang menyangkut Rekam Medis.
Bagaimana kalau di dalam satu kasus harus mengadakan Masih belum disadari bahwa berkas ini merupakan alat bukti
pilihan, yang mana harus dipilih? Salah satu pandangan adalah yang kuat dan sangat penting. Mengapa? Kazena bukti yang
dari Keith Wrenn yang mengatakan bahwa: Hospital adminis- utama di dalam perkara tuntutan malpraktek medik yang dapat
trators, admission clerks, or business managers should not dipertanggungjawabkan dan diterima di depan Pengadilan
have the final say in determining who gets health care, because adalah catatan-catatan yang telah ditulis di dalam Rekam
the less fortunate will always suffer" ( 5) Medis tersebut (yang asli dan tidak ditambah/dicoret/diganti/
diubah, dsb). Namun tulisan itu harus dapat dibaca dan dapat
memberi gambaran secara kronologis mengenai apa-apa saja
Rumah Sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien
yang telah dilakukan oleh dokter, perawat dan tenaga kese-
Hak asasi manusia (HAM) yang . menjadi pasien rumah hatan lainnya selama pasien dirawat. Banyak tulisan dokter
sakit harus diindahkan. Di Amerika telah diterbitkan suatu pada Rekam Medis tersebut tak terbaca. Ada juga yang tidak
Hospital Patient 's Charter. Di dalamnya dicantumkan hak lengkap menulis. Berapa menitkah harus dikorbankan untuk
atas informasi. Hak atas informasi pasien merupakan hal menulis suatu catatan? Kalau sudah ada tuntutan malpraktek
yang harus diperhatikan oleh rumah sakit. Memang informed medik, barulah terasa betapa pentingnya catatan tersebut
consent merupakan barang impor dari Amerika yang masih yang tadinya dianggap hal-hal sepele. Dari pihak perawat
belum begitu dihayati maknanya. Namun menjelang PJPT-II, tampak sudah banyak kemajuan dan memberi catatan leng-
Persetujuan Tindakan Medik sebagaimana sudah diatur di kap tentang pasien yang di bawah perawatannya.
dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 secara berangsur-angsur Di Jerman oleh Bundesgerichtshof ( Mahkamah Agung)
harus diterapkan. Apalagi sekarang sudah dicantumkan juga bahkan telah dikembangkan suatu ajaran bahwa kepada
di dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pada Pen- dokter dan rumah sakit dibebankan suatu wajib dokumentasi.
jelasan pasal 53 ayat 2. Penelantaran dari kewajiban membawa akibat bahwa beban
Masalah lain adalah menyangkut Rahasia Kedokteran pembuktian (onus, burden of proof) menjadi terbalik. Jika
(baca: pasien) yang harus disimpan dan tidak boleh diungkap- tadinya sebagaimana biasa beban untuk membuktikan terletak
kan kepada pihak lain tanpa izin pasien; yang dalam praktek pada yang menggugat (pasien), kini dalam kasus malpraktek
masih belum disadari sepenuhnya. Ini sudah berlaku uni- medik yang rekam medisnya tidak terbaca, rumah sakit/dok-
versal dan dijelaskan dalam yuriprudensi berbagai negara ternyalah yang harus membuktikan ketidaksalahannya/ketidak.
di dalam pertimbangan hakim. Permintaan keterangan medis, lalaiannya ( 2 ).
misalnya dari pihak asuransi harus ada Surat Pernyataan Per- Gemala Hatta di dalam Rakernas Pormiki I telah me-
setujuan tertulis dari pasien atau keluarga terdekatnya. Surat ngutip Leslie Ann Fox: ". ... a physician can protect him-
tersebut diserahkan kepada rumah sakit untuk disimpan di self from the appearence of negligence by the care and
dalam berkas Rekam Medis sebagai alat bukti jika ada tun- diligence with which he writes his notes . . . (6) Seorang
tutan kelak. Tentu timbul pertanyaan: mengapa pihak asuransi dokter dapat membuktikan dirinya dari kesan telah berlaku
tidak dapat secara langsung meminta informasi medik dari lalai atau teliti dalam memberikan pelayanan dengan catatan-
rumah sakit, sedangkan perusahaan asuransi itu permintaan- catatan yang telah ditulisnya.

58 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Di atas telah dikatakan bahwa antara Etik dan Hukum Di dalam literatur dibedakan dua bentuk interhospital
sukar dipisah-pisahkan. Hanya bisa diadakan pembedaan (on- transfer (pasien gawat darurat yang belum stabil dan wanita
derscheiden), tetapi tidak bisa dipisahkan (scheiden). De- yag sedang mau melahirkan), yang bisa mengakibatkan
mikian pula antara rumah sakit dan doktemya. Beberapa transfer associated death (7):
contoh: a) Atas dasar alasan medis (karena kekurangan sarana, per-
1) Rumah Sakit (dokter) menahan-nahan pasien VIP yang alatan yang diperlukan atau tidak adanya tenaga spesialis-
sebenarnya sudah dapat dipulangkan, sekedar untuk meme- nya (medical reasons),
nuhi ruangan yang kosong, memperpanjang length of stay. b) Atas dasar pertimbangan finansial (butir 6 di atas), (eco-
Memang sukar dibuktikan, namun jika sampai terlampau nomic reasons).
lama pasien pun akan bertanya-tanya di dalam hati: sakit apa 7) Tidak menerima pasien yang dalam keadaan terminal
saya sebenamya sehingga harus dirawat sedemikian lama. untuk menekan mortaliry rate dan memelihara nama baik
Bahkan cenderung untuk mendapat penyakit iatrogenik dari rumah sakit atau pasien demikian cepat-cepat dipindahkan
rumah sakit sehingga jadi berkepanjangan dan bisa dijadikan dengan berbagai dalih ke rumah sakit lain.
dasar tuntutan. 8) Menahan pasien dan tidak merujuk ke rumah sakit lain,
Sesudah keluar dari rumah sakit ia akan menceritakan walaupun alat diagnosis yang diperlukan untuk mendeteksi
pengalaman pahitnya dengan dokter tersebut. Nama rumah penyakitnya tidak dipunyai (CT Scan) dan tidak ada tenaga
sakit sedikit banyak pun akan tercemar. dokter spesialisnya. Hal ini bisa menjadi kasus hukum kalau
2) Atas dasar "indikasi medik" terhadap pasien yang mampu sampai mengakibatkan matinya sang pasien. Di dalam yuris-
dilakukan berbagai pemeriksaan (mahal) yang sebenarnya prudensi hukum kedokteran penuntutannya didasarkan atas
tidak perlu atau tak ada gunanya, sekedar untuk pengem- lack of diagnostic information and the failure to refer to
balian kredit Bank sehingga terjadi overuse dari peralatan another hospital.
mahal. Atau sebaliknya pasien yang harus diperiksa dengan 9) Masalah etik yang pelik bisa timbul di ruang ICU apabila
alat tersebut untuk dapat diketahui persis penyakitnya tidak misalnya alat ventilator yang tersedia, semuanya sedang di-
dilakukan, karena tidak mampu membayar (undertreatment), pasang pada pasien, termasuk pasien yang sudah tak ada ha-
atau tidak menerimanya dengan berbagai dalih. Dan pasien rapan pulih kembali. Bagaimana jika kemudian diperlukan
yang dianggap tebal kantongnya di-pingpong lebih dahulu untuk pasien lain yang masih banyak harapan?
ke beberapa spesialis supaya lebih "yakin" akan penyakitnya. 10) Pasien dengan multiple sclerosis yang sebelumnya sudah
Tampaknya pandangan klinis (klinische blik) sementara dok- beberapa kali menyatakan minta diakhiri hidupnya saja.
ter sudah ada yang memudar, sehingga lebih tergantung ke- Bagaimana pertimbangan etis di Indonesia tentang: NCO
pada peralatan penunjang medik. Sebenarnya hasil penunjang (Nursing Care Only), DNR (Do Not Rescuscitate) order?
medik seharusnya adalah sekedar untuk meyakinkan kebe- Kode Etik mana yang menilai dan memutuskan: Kode Etik
naran dugaan diagnosisnya. Kedokteran atau Kode Etik Rumah Sakit?
3) Pasien yang sebenarnya harus dirujuk ke spesialis/bagian 11) Apakah suatu usaha pengobatan yang sudah tak bisa
lain masih ditahan-tahan sehingga penyakitnya bertambah menolong lagi (Prof. Leenen: zinlose medische behandeling)
parah. Misalnya: pasien yang fungsi ginjalnya sudah minim boleh dihentikan atau harus diteruskan? Menurut Leenen
(gagal ginjal) yang kadar ureumnya sudah di atas 200 dan seorang dokter tidak usah mulai memberikan suatu terapi
kreatininnya sudah jauh melebihi angka 7, tetapi masih be- atau meneruskan suatu terapi, jika dilihat dari segi medis,
lum dirujuk untuk hemodialisis. Bahkan masih dicoba-coba tidak akan ada gunanya (Een arts dient derhalve niet met een
dengan obat diuretik. therapie te beginnen noch deze voort te zetten, indien er,
4) Dokt.cr spcsialis on call yang pada waktu malam tidak medisch gezien, geen resultaat van te verwachten valt).
mau datang, tetapi tidak melepaskan pasiennya. Besoknya 12) Masalah yang menyangkut Euthanasia dan Kematian:
pasien meninggal, tetapi sang dokter masih tetap menulis • Tidak mulai memberikan life support treatment pada
honornya walaupun belum pemah melihatnya, apalagi me- pasien in faust,
meriksanya. Bisa terkena KUH Pidana tentang Penipuan. • Bilamana pemberian life support treatment tersebut boleh
5) Bagian Administrasi Rumah Sakit yang tidak memper- dihentikan? (bandingkan butir no. 11 di atas)
bolehkan pasien pulang karena tidak bisa melunasi biaya • Penghentian atas dasar finansial atau pulang paksa apa-
rumah sakit/dokter, walaupun sudah diperbolehkan pulang kah tidak merupakan pseudo-euthanasia?
oleh dokter. Bisa terkena KUH Pidana pasal 333 tentang • Arti ordinary and extra-ordinary means yang dengan
Penyanderaan yang tidak sah (onrechtmatige vrijheidsberoving). perkembangan pesat iptek kedokteran menjadi pengertian
yang samar. Pernah dari pihak agama Katholik menge-
6) Pasien gawat-darurat yang belum stabilized, tetapi dikirim
ke rumah sakit lain karena tidak bisa membayar uang muka. mukakan perumusan lain: treatment which is disproporti-
Jika sampai meninggal di jalan, rumah sakit bisa dipersalah- nately burdensome, or futile, is not obligatory (9). Bagai-
mana pendirian kita dalam masalah ini?
kan karena melakukan patient 's dumping.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 59


KEPUSTAKAAN

1. Relman AS. What are hospitals for? Economic Considerations in 6. Gemala Hatta. Peranan Rekam Medis dalam tanggung gugat praktek
Emergency Care. N. Engl. J. Med 1985; 312 (6) : 372. profesional Tenaga Kesehatan. Seminar Sehari dan Rakemas I PORMIKI,
2. Sluyters B. De aansprakelijkheid van Arts en Ziekenhuis. Preadvies BLKM Cilandak, 7-8 Agustus 1993.
Nederlandse Vereniging voor Rechtsvergelijking, Kluwer, Deventer, 7. Kellennann AL. Interhospital patient transfer. N. Engl. J. Med. 1988;
1984. p 60. 319(10):643.
3. Al Purwa Hadiwardoyo. Etika Medis. Pustaka Filsafat, Penerbit Kani- 8. Leenen HJJ. Rechten van Mensen in de Gezondheidszorg. Brussel:
sius, 1989, p 54. Samson Uitgeverij Alphen aan den Rijn, 1978. p. 239.
4. Bohigas L. et. al. Who Runs the Hospital? Hospital Management Inter- 9. Skegg PDG. Law, Ethics, an Medicine. Pada footnote membanding-
national, 1989. kan "Sacred Congregation of the Doctrine of Faith, " Iura et Bona (De-
5. Wrenn K. No Insurance, No Admission. N. Engl. J.Med. 1985; 312 (6). claration on Euthanasia), 1980), 72 Acta Apostolicae Sedits 542-52
Clarendon Press, Oxford (1984). p. 147.

60 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Pengembangan IPTEK PJPT-11

Prof Dr Sudraji Sumapraja


Staf Ahli Menristek Bidang IPTEK Kedokteran, Jakarta

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya kemampuan itu, pemilikan sumber daya alam yang berlimpah
untuk menyampaikan beberapa kebijaksanaan Kantor Menteri sekalipun tidak ada artinya. Lain halnya kalau IPTEK dapat
Negara Riset dan Teknologi tentang Pengembangan IPTEK dikuasai, sumberdaya alam yang langka sekalipun bukan me-
PJPT-II, kepada para peserta Kongres PERSI VI dan Hospital rupakan hambatan. Contohnya, Jepang dan Korea yang sumber
Expo VII yang saya hormati. daya alamnya langka, dapat menjadi negara industri maju karena
Sebentar lagi kita akan memasuki Rencana Pembangunan kemampuan membangun IPTEK-nya. Oleh karena itu sekali
Lima Tahun (REPELITA) VI, yang merupakan REPELITA per- lagi: pembangunan sumberdaya manusia adalah konsep inti
tama dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJPT-II), pengembangan IPTEK Indonesia.
dimana pembangunan nasional Indonesia akan mulai tinggal Ada lima prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam me-
landas dengan kekuatan sendiri, yang akan mengantarkan bangsa nerapkan IPTEK untuk pembangunan bangsa.
Indonesia menuju masyarakat yang maju, sejahtera, adil dan Prinsip pertama, perlu diselenggarakan pendidikan dan
makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. latihan di berbagai bidang IPTEK yang gayut untuk pemba-
Bangsa Indonesia telah bertekad untuk secara sistematis, tahap ngunan bangsa, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
demi tahap, mentransformasikan diri menjadi bangsa yang Prinsip ke dua, perlu dikembangkan konsep yang jelas dan
modern, yaitu bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan realistis serta dilaksanakan secara konsekuen, tentang masya-
teknologi (IPTEK) untuk memenuhi keperluan-keperluan dasar- rakat yang ingin dibangun, dan teknologi yang akan dipakai
nya sendiri, menyediakan prasarana ekonominya sendiri, serta untuk mewujudkannya. Teknologi-teknologi itu tidak harus yang
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kualitas hidup- paling sederhana, dapat juga yang paling canggih yang ada di
nya sendiri yang semakin meningkat. Dalam tahap-tahap inilah, dunia. Yang penting adalah kegunaannya untuk memecahkan
tumpuan pembangunan nasional akan beralih dari pemanfaatan masalah-masalah yang nyata di dalam negeri.
sumber daya alam (SDA) ke pemanfaatan sumber daya yang Prinsip ke tiga, kalau teknologi yang diperlukan itu belum
selalu terbaharukan, yaitu sumber daya manusia (SDM) Indo- ada di Indonesia, maka teknologi itu harus dialihkan dari negara
nesia. Oleh karena itulah, konsep inti pengembangan IPTEK maju, diterapkan dan dikembangkan di Indonesia, untuk me-
adalah pembangunan manusia lndonesia itu sendiri. mecahkan masalah-masalah yang nyata kita hadapi. Karena,
Pembangunan Nasional, dimana kita semua terlibat di da- teknologi itu tidak dapat dimengerti kalau dikembangkan secara
lamnya, adalah pembangunan bangsa. Bangsa di sini memiliki abstrak.
arti yang lebih luas dari pada hanya kemerdekaan politik. Di Prinsip ke empat, untuk dapat menjadi bangsa yang di-
dalamnya tersirat kemandirian ekonomi, kemampuan memper- hormati oleh bangsa lain kita harus bertekad untuk mampu
tahankan budayanya, dan keberhasilan mempertahankan ke- memecahkan masalah-masalah kita sendiri, dan tidak selalu
satuan nasionalnya sendiri: Indonesia. Oleh karena itulah, ke- mengandalkan impor IPTEK buatan luar negeri.
mampuan pengembangan IPTEK menjadi sangat penting. Tanpa Prinsip ke lima, sudah barang tentu pada awalnya setiap

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & H ospital Expo, Jakarta,
21 - 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 61


negara harus melindungi pengembangan IPTEK nasionalnya, bertumpang-tindih. Tiga yang pertama gayut untuk negara yang
sampai ia mampu bersaing di dunia internasional, tetapi tidak sedang berkembang seperti Indonesia, sedangkan tahap keempat
untuk waktu yang terlampau lama. merupakan tahap kunci bagi negara-negara yang ingin memper-
Karena inti pembangunan nasional pada hakekatnya adalah tahankan keunggulan teknologinya, yang telah sama-sama kita
pembangunan potensi manusia lndonesia, maka sesungguhnya siapkan dalam menyongsong tinggal landas di tahun 1994.
kita sedang berhadapan dengan upaya mengubah mentalitas Tahap pertama, dan yang paling mendasar adalah tahap
bangsa menjadi bangsa yang menghayati dan menerapkan nilai- penggunaan teknologi-teknologi yang ada di dunia untuk proses-
nilai negara industri maju, yang rata-rata lebih produktif dan proses nilai tambah dalam rangka memproduksi barang-barang
lebih efisien. yang sudah ada di pasaran. Jalan pintas yang paling masuk akal
GBHN 1993 telah mengamanatkan bahwa IPTEK merupa- adalah melakukan mengalihkan teknologi-teknologi dari luar
kan salah satu asas pembangunan nasional. Kualitas manusia negeri untuk memproduksi barang-barang tersebut di dalam
Indonesia dan masyarakat Indonesia serta penguasaannya ter- negeri.
hadap IPTEK merupakan satu kesatuan sebagai faktor dominan Tahap ke dua, adalah integrasi teknologi-teknologi yang
dalam pembangunan nasional. Selanjutnya IPTEK telah ditetap- sudah ada ke dalam desain dan produksi barang-barang yang
kan sebagai bidang pembangunan nasional. Dengan demikian, baru sama sekali, artinya yang belum ada di pasaran. Pada tahap
IPTEK semakin berperan untuk mencapai tujuan pembangunan ini dikembangkan desain dan cetak biru. Dengan demikian ada
nasional yang memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang unsur baru di sini, yaitu unsur penciptaan.
setinggi-tingginya. Tahap ke tiga, adalah tahap pengembangan teknologi itu
Tetapi, manusia tidak dengan sendirinya dapat menjadi sendiri. Teknologi yang sudah ada dikembangkan lebih lanjut;
pembawa IPTEK. Ia harus terlebih dahulu menempuh proses dan teknologi-teknologi baru pun dikembangkan, yang ke-
nilai tambah, yaitu proses untuk memperoleh dan menyempur- semuanya itu untuk merancang produk-produk masa depan.
nakan kemampuannya secara terus menerus. Proses nilai Tahap ke empat, Perusahaan-perusahaan atau negara-
tambah itu ditempuh dalam dua tahap: (1) proses persiapan; dan negara yang sedang melaksanakan tahap ketiga itu seringkali
(2) proses penyempurnaan. dihadapkan kepada kurangnya teori untuk mengembangkan
Proses persiapan yang lebih dikenal dengan proses pendidik- teknologi baru, yang memerlukan penelitian dasar untuk men-
an dimulai sejak prasekolah dan mungkin berakhir di perguruan jawabnya, dan untuk mempertahankan keberhasilan serta
tinggi; sedangkan proses penyempurnaan dimulai sejak ia be- keunggulan yang telah dicapainya.
kerja. Untuk proses persiapan ini diperlukan sistem pendidikan Karena kita memulai transformasi teknologi dan industri itu
yang rasional dan efektif; sedangkan untuk proses penyempur- dengan sumber dana dan daya yang terbatas, maka kita harus
naan diperlukan wahana-wahana transformasi teknologi dan pandai-pandai membuat prioritas, wahana-wahana industri mana
industri, dimana putra-putri bangsa yang terbaik mendapat ke- yang perlu dikembangkan lebih dulu. Berdasarkan kondisi, ke-
sempatan untuk menyempurnakan dirinya, merealisasikan po- mampuan, daya dukung dan daya tampung yang ada, dan mem-
tensinya untuk berproduksi, dan kemudian menjadi unggul da- perhatikan pula pertimbangan-pertimbangan geografik, politik
lam bidangnya. IPTEK yang diperoleh melalui pendidikan baru dan strategi, maka telah diputuskan untuk memprioritaskan
merupakan landasan untuk dapat berkembang menjadi manusia pengembangan sembilan wahana industri sebagai berikut :
yang mampu dalam bidangnya; sedangkan kemampuan untuk 1) Industri angkutan udara
menerapkan dan mengintegrasikan teknologi, dan mengelola 2) Industri angkutan laut
penerapan dan pengintegrasian teknologi itu tidak cukup hanya 3) Industri angkutan darat
diperoleh dari pendidikan melalui observasi, seminar atau 4) Industri telekomunikasi
membuat satu-dua produk lantas berhenti. 5) Industri energi
Kemampuan yang bermutu tinggi dan lestari hanya akan di- 6) Industri rekayasa
peroleh melalui wahana-wahana yang melakukan proses nilai 7) Industri alat dan mesin pertanian
tambah terus-menerus untuk menghasilkan barang dan jasa yang 8) Industri pertahanan-keamanan, dan
lebih bermutu, lebih bersaing harganya dan lebih tepat waktu 9) Industri pendukung lainnya.
penyampaiannya. Oleh karena itulah, kita tidak boleh main- Dengan berkembangnya delapan wahana industri pertama
main dengan proses pendidikan, dan juga tidak boleh main-main tersebut di atas, maka wahana kesembilan pun akan turut berkem-
memilih wahana tempat manusia lndonesia menyem- bang melalui tarikan dan dorongan melewati berbagai kaitannya,
purnakan dirinya menjadi manusia yang unggul. seperti industri kesehatan, kedokteran, perpmah-sakitan, pen-
Secara konsepsional, terdapat dua unsur strategi penerapan didikan, pariwisata, dan lain-lain.
IPTEK untuk transformasi teknologi dan industri suatu negara Selain strategi transformasi teknologi dan industri seperti
sedang berkembang: pertama, pentahapannya; dan ke dua, diuraikan di atas, Dewan Riset Nasional (DRN) telah merumus-
wahana-wahananya. kan Program Utama Nasional Riset dan Teknologi (PUNAS
Proses transformasi masyarakat Indonesia menjadi ma- RISTEK), yang secara garis besar dikelompokkan ke dalam lima
syarakat yang maju teknologi dan industrinya dapat dipikirkan bidang utama Matriks Nasional Riset dan Teknologi, sebagai
terdiri dari empat tahap transformasi teknologi dan industri yang berikut :

62 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


I. Kebutuhan Dasar Manusia (Butsarman) Dalam hal itu bangsa Indonesia harus mengerahkan se-
II. Sumber Daya Alam, Energi dan Lingkungan Hidup bagian dari dana dan dayanya untuk memperoleh IPTEK yang
III. Industri diperlukan itu. Dalam hal perumahsakitan, memang banyak
IV. Pertahanan dan Keamanan masalah yang khas Indonesia, yang tidak mungkin dikaji dari
V. Sosial, Hukum, Ekonomi, Budaya, Falsafah dan Perundang- temuan-temuan di luar negeri. Hanya yang tidak boleh dilupakan
Undangan adalah, riset yang akan dilakukan sendiri itu harus pragmatis
Selain itu, DRN telah merumuskan pula PUNAS RISTEK untuk memecahkan masalah-masalah nasional yang nyata.
PELITA VI yang mengacu kepada GBHN 1993, memberikan
arah pengembangan IPTEK, dan menjadi acuan untuk meng- Program Utama RISTEK PELITA VI
ajukan dan menyaring usulan kegiatan IPTEK, yang ditampilkan Bidang Kebutuhan dasar Manusia (BUTSARMAN)
dalam delapan program sebagai berikut :
Program-program
A. Sub Sektor Teknik Produksi dan Teknologi Utama TP Tek. IPT IPD Lem Sar. Inf. Sta.
1. Program Teknik Produksi
2. Program Teknologi Program Utama
Kesehatan
B. Sub Sektor Ilmu Pengetahuan Terapan dan Ilmu Penge- Subprogram
tahuan Dasar Utama Masalah
3. Program Ilmu Pengetahuan Terapan Kedokteranl
Kesehatan
4. Program Ilmu Pengetahuan Dasar Penyakit menular +++ ++ ++ + ++ ++ + +
C. Sub Sektor Kelembagaan, Prasarana dan Sarana IPTEK Penyakit degeneratif +++ + ++ + + +
5. Program Pembinaan Kelembagaan IPTEK Penyakit keganasan +++ + ++ + +
6. Program Pengembangan Prasarana dan Sarana IPTEK Penyakitgangguan
jiwa +++ + ++ + +
D. Sub Sektor Informasi dan Statistik
Kecelakaan ++ ++ ++ + +
7. Program Pengembangan Sistem Informasi Gizi salah +++ ++ ++ + + + + +
8. Program Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik. Subprogram Utama
Setiap tahun DRN akan menilai kembali PUNAS RISTEK Keilmuan
Biologi molekuler + ++ ++ +++ +++ ++ ++
itu untuk lebih disempurnakan dan disesuaikan dengan per- Reproduksi manusia + ++ +++ + +++ ++ ++
ubahan pembangunan dan perkembangan IPTEK, yang diduga Genetika + ++ +++ + +++ ++ ++
akan bergerak sangat pesat. Pengobatan
Dalam penyusunan PUNAS RISTEK, DRN telah memberi tradisional + + ++ +++ +++ ++ ++
Subprogram Utama
penekanan prioritas yang berlainan, sesuai dengan keperluan Komponen Pelayan-
pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK bagi an Kedokteran/
pembangunan nasional. Hal tersebut digambarkan dengan Kesehatan
Kebijaksanaan ++ + +
menempatkan tanda prioritas (+) pada program yang ber-
Alat-alat +++ ++ +
sangkutan. Obat-obatan +++ ++ +
Pemerintah juga telah berketetapan bahwa IPTEK yang Proses/metoda
diperlukan untuk pembangunan nasional, yang sudah dikem- pelaksanaan pelayan-
an kedokteran/
bangkan di negara-negara maju, dan pada garis besarnya berlaku kesehatan +++ ++ ++
juga untuk Indonesia, sejauh mungkin dimanfaatkan. Peman-
faatannya dilakukan melalui empat tahap pengalihan IPTEK Keterangan :
seperti telah diuraikan sebelumnya. Dalam rangka kebijaksanaan TP : Program Teknik Produksi
Tek : Program Teknologi
inilah Indonesia telah menandatangani perjanjian kerjasama IPT : Program Ilmu Pengetahuan Terapan
IPTEK dengan berbagai negara maju seperti Amerika Serikat, IPD : Program Ilmu Pengetahuan Dasar
Jerman, Perancis, Jepang, Belanda dan Inggris, dan dengan Lem : Program Pembinaan Kelembagaan IPTEK
Sar : Program Pengembangan Prasarana dan Sarana IPTEK
badan-badan internasional. Inf : Program Pengembangan Sistem Informasi
Bagaimana kalau IPTEK yang kita perlukan itu belum Sta : Program Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik
dikembangkan di negara-negara maju? Prioritas tertinggi ditandai oleh +++ (tiga notasi plus)

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 63


PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 18 TAHUN 1986
TENTANG
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG TERHUTANG
ATAS IMPOR DAN PENYERAHAN BARANG KENA
PAJAK DAN JASA KENA PAJAK TERTENTU
YANG DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa untuk lebih menunjang pelaksanaan pembangunan nasional


dan meningkatkan program pembangunan di bidang kesejahteraan
rakyat dan pertahanan-keamanan, dipandang perlu meninjau kem-
bali Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1985 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Yang Terhitung Atas Penyerahan dan Impor
Barang Kena Pajak Tertentu Yang Ditanggung Oleh Pemerintah
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 30), dan menyesuaikannya
dengan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan program-progran
tersebut di atas;

Mengingat 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.


2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasil-
an Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3264);
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1984 tentang Penetapan Per-
aturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun
1984 tentang Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 menjadi Undang-undang
(Lembaran Negara Tahun 1984 nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3280);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1985 Penetapan Mulai
Berlakunya Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 3);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1985 tentang Pelaksana-
an Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 Lembaran
Negara Tahun 1985 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3287);

MEMUTUSKAN :

Dengan mencabut Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1985


tentang Pajak Pertambahan Nilai Yang Terhitung Atas Penyerahan
dan Impor Barang Kena Pajak Tertentu Yang Ditanggung Oleh
Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 30).

64 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK WDONESIA TENTANG
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG TERHUTANG ATAS
I MPOR DAN PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK DAN
JASA KENA PAJAK TERTENTU YANG DITANGGUNG OLEH
PEMERINTAH.

Pasal 1

Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang atas impor Barang Kena


Pajak tertentu ditanggung oleh Pemerintah, yaitu :
1. Bahan baku untuk pembuatan uang kertas, uang logam, benda
meterai, pita cukai, dan pita (sticker) Pajak Pertambahan Nilai
yang dilakukan oleh Pemerintah atas badan usaha yang di-
tunjuk oleh Pemerintah atas badan usaha yang ditunjuk oleh
Pemerintah;
2. Uang kertas, uang logam, dan traveller's cheque;
3. Makanan ternak dan unggas dan/atau bahan baku untuk pem-
buatan makan temak dan unggas;
4. Emas batangan yang dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk
oleh Menteri Perdagangan;
5. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, di bawah air dan di
udara, kendaraan lapis baja, dan kendaraan angkutan khusus
lain untuk keperluan ABRI yang belum dibuat di dalam negeri;
6. Buku-buku ilmu pengetahuan yang belum diterbitkan di dalam
negeri, serta tidak untuk diperdagangkan;
7. Alat perlengkapan kedokteran dan perawatan kesehatan yang
digunakan langsung untuk keperluan Rumah Sakit Umum
milik Pemerintah maupun swasta yang belum diproduksi di
dalam negeri serta tidak untuk diperdagangkan;
8. Alat kontrasepsi untuk keperluan Program Keluarga Berencana
Nasional;
9. Mesin, peralatan, perangkat lunak, dan bahan baku yang belum
dapat diproduksi di dalam negeri yang dilakukan oleh dan
untuk keperluan badan usaha milik negara sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 1 ayat (2) Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 59 Tahun 1983 tentang Pembentukan Dewan
Pembina dan Pengelola Industri-industri Strategis dan Industri
Hankam;
10. Barang Kena Pajak yang bersifat strategis untuk keperluan
pembangunan nasional yang ditetapkan Menteri Keuangan.

Pasal 2

Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang atas penyerahan Barang


Kena Pajak tertentu ditanggung oleh Pemerintah, yaitu :
1. Uang kertas, uang logam, benda meterai, pita cukai, dan pita
(sticker) Pajak Pertambahan Nilai yang dicetak oleh Perum
PERURI;
2. Rumah Murah, Rumah Sederhana, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya yang batasan-
nya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar
pendapat Menteri Negara Urusan Perumahan Rakyat;
3. Emas batangan yang dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan;

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 65


4. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, di bawah air, dan di
udara, kendaraan lapis baja serta kendaraan angkutan khusus
lain untuk keperluan ABRI;
5. Makanan ternak dan unggas;
6. Air bersih yang disalurkan melalui pipa;
7. Alat kontrasepsi untuk keperluan Program Keluarga Berencana
Nasional.

Pasal 3

Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang atas penyerahan Jasa


Kena Pajak dari Kontraktor kepada Perum Perumnas untuk pem-
borongan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 angka 2,
ditanggung oleh Pemerintah.

Pasal 4

Ketentuan teknis yang diperlukan bagi pelaksanaan lebih lanjut


Keputusan Presiden ini diatur oleh Menteri Keuangan.

Pasal 5

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Keputusan Presiden ini dengan menempatkannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Mei 1986
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Mei 1986
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

ttd

SUDHARMONO, S.H.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1986 NOMOR 33

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT KABINET RI

Kepala Biro Hukum


Perundang-undangan

Bambang Kesowo, S.H., LL.M.

66 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Lampiran II surat DJP
Nomor : S-068/PJ.22/1986
Tgl. : 20 Mei 1986

MENTERI KEUANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 356/KMK.04/1986

TENTANG

PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK


PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN SEHUBUNGAN
DENGAN PEKERJAAN DARI TENAGA AHLI
ATAU PERSEKUTUAN TENAGA AHLI
SEBAGAI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI
BERUPA HONORARIUM ATAU PEMBAYARAN LAIN
SEBAGAI IMBALAN ATAS JASA PROFESI
YANG DILAKUKAN DI INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa untuk pemotongan Pajak Penghasilan atas penghasilan


sehubungan dengan pekerjaan dari tenaga ahli atau persekutuan
tenaga ahli berupa honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia, perlu diatur
lebih lanjut pelaksanaannya;
b. bahwa perkiraan penghasilan netto sebagaimana ditentukan
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 655/KMK.04/1984
perlu disempurnakan;
c. bahwa berhubung dengan itu perlu ditetapkan Keputusan
Menteri Keuangan sebagai pengganti Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 655/KMK.04/1984;
Mengingat 1. Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 (Lembaran
Negara Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3236);
2. Pasal 33 Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 1985
(Lembaaran Negara Tahun 1985 Nomor 63, Tambahan Lem-
baran Negara Nomor 3309);

MEMUTUSKAN

Dengan mencabut:
Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 655/KMK.04/1984 tentang

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 67


Pelaksanaan pemotongan PPH atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan dari tenaga ahli atau persekutuaan tenaga ahli sebagai
Wajib Pajak dalam negeri berupa honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia;

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDO-


NESIA TENTANG PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN SEHUBUNGAN
DENGAN PEKERJAAN DARI TENAGA AHLI ATAU
PERSEKUTUAN TENAGA AHLI SEBAGAI WAJIB PAJAK
DALAM NEGERI BERUPA HONORARIUM ATAU PEM-
BAYARAN LAIN SEBAGAI IMBALAN ATAS JASA PROFESI
YANG DILAKUKAN DI INDONESIA.

Pasal 1
(1) Dalam pelaksanaan pemotongan Pajak Penghasilan atas peng-
hasilan Sehubungan dengan pekerjaan dari tenaga ahli atau
persekutuaan tenaga ahli sebagai Wajib Pajak dalam negeri
berupa honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan atas
jasa profesi yang dilakukan di Indonesia, diterapkan tarif
lapisan terendah sebesar 15% (lima belas persen) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak penghasilan
1984;
(2) Tarif lapisan terendah sebesar 15% (lima belas persen) se-
bagaimana dimaksud dalam ayat (1) diterangkan atas perkiraan
penghasilan netto dari masing-masing tenaga ahli sebagai
berikut:

Nomor Jenis tenaga ahli Persentase dari


penghasilan bruto

1. Pengacara/advokat/penasehat 60
ahli hukum lainnya
2. Akuntan 60
3. Arsitek 50
4. Dokter 40
5. Konsultan 60
6. Notaris 60
7. Tenaga ahli pemberi jasa 50
porofesi lainnya

(3) Apabila penghasilan berupa honorarium atau pembayaran lain


sebagai imbalan atas jasa profesi tersebut pada ayat (1) di-
bayarkan sudah merupakan jumlah netto, yaitu telah ada pe-
ngurangan sehubungan biaya untuk memberikan jasa tersebut,
maka tarif lapisan terendah sebesar 15%, langsung diterapkan
atas honorarium atau pembayaran lain tersebut.
(4) Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), (2) dan (3) merupakan pembayaran pendahuluan dari PPh
yang terhutang oleh tenaga ahli atau persekutuan tenaga ahli
atas tahun dilaksanakannya pemotongan tersebut.

68 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Pasal 2

Pelaksanaan Keputusan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal


Pajak.

Pasal 3

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengumuman
Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Mei 1986

MENTERI KEUANGAN

RADIUS PRAWIRO

Kalender Kegiatan llmiah


August 16—18, 1994 — 7th ASEAN Congress of Plastic and Reconstructive Surgery
Bangkok
Information : Congress Secretariat,
Dept of Plastic Surgery, Siriraj Hospital,
Bangkok 10700, Thailand.
October 9—14, 1994 — 20th International Congress of the International Academy
of Pathology & llth World Congress of Academic and
Environmental Pathology
Hong Kong
Information : Congress Coordinator,
Department of Anatomical and Cellular Patho-
logy, The Chinese University of Hong Kong,
Room 38019, 1/F, Prince of Wales Hospital,
Shatin, Hong Kong.
November 6—1 1, 1994 — 9th Asian Australasian Congress of Anaesthesiologist
Bangkok
Information : Secretariat 9th AACA,
Department of Anaesthesiology,
Ramathibodi Hospital, 270 Rama VI Road,
Bangkok 10400, Thailand.

November 26—30, 1994 — 10th ASEAN Congress of Cardiology


, Bangkok
Information : Secretariat, Dr Y Sahasakul,
Division of Cardiology,
Department of Medicine, Siriraj Hospital,
Bangkok 10700, Thailand.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 69


PERATURAN-PERATURAN

MENTERI KEUANGAN

SALINAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 796/KMK.04/1993
TENTANG
PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
ATAS RUMAH SAKIT SWASTA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sejalan dengan perkembangan sosial-ekonomi rumah


sakit swasta dalam melakukan fungsi sosial sesuai dengan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan jasa-jasa kesehatan
telah berkembang sebagai institusi yang juga bersifat ekonomis
dengan menitik-beratkan pada upaya mencari keuntungan;
b. bahwa walaupun terdapat pergeseran status dan fungsi rumah
sakit swasta dimaksud, fungsi sosial rumah sakit swasta tetap
melekat sebagai institusi yang memberikan jasa pelayanan
kesehatan, sehingga turus menunjang program kesehatan
nasional;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b, atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki/dikuasai/dimanfaatkan oleh Rumah
Sakit Swasta tersebut dapat dikenakan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) pada junlah tertentu atas pajak terutang
dengan memperhatikan fungsi sosial rumah sakit tersebut;
d. bahwa pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan dimaksud atas
Rumah Sakit Swasta tersebut perlu diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia;

Mengingat 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan


Umum dan Tatacara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun
1983 Nomor 49, Tambahan Lembagaran Negara Nomor 3262);
2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312);
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100);
4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 158/
KMK.04/1991 tanggal 13 Pebruari 1991 tentang Pemberian
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


TENTANG PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
ATAS RUMAH SAKIT.

70 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Pasal 1

(1) Yang dimaksud dengan Rumah Sakit Swasta dalam keputusan ini adalah
Rumah Sakit Swasta IPSM (Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat) yang:
a. 25% dari jumlah tempat tidur digunakan untuk pasien yang tidak mampu;
b. Sisa Hasil Usaha (SHU) digunakan untuk reinvestasi Rumah Sakit dalam
rangka pengembangan Rumah Sakit dan tidak digunakan untuk Investasi di
luar Rumah Sakit.
(2) Atas bumi dan/atau bangunagan yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan oleh
Rumah Sakit Swasta IPSM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dikenakan
Pajak Bumi dan Bangunan sebesar 50% dari jumlah Pajak Bumi dan Bangunan
yang seharusnya terhutang.

Pasal 2

Runah Sakit Swasta Pemodal yang bukan merupakan Rumah Sakit Swasta IPSM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan didirikan oleh suatu badan yang berbentuk
Perseroan Terbatas, dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan sepenuhnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Pasal 3

Atas Bumi dan/atau bangunan yang dikuasai/dimiliki/dimanfaatkan oleh Rumah


Sakit Swasta tetapi secara nyata tidak dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan
secara langsung yang terletak di luar lingkungan Rumah Sakit, tetap dikenakan
Pajak Bumi dan Bangunan sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 4

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan


Bangunan, sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 158/
KMK.04/1991 tanggal 13 Februari 1991 tentang Pemberian Pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB)

Pasal 5

Pelaksanaan teknis keputusan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 6

Keputusan ini mulai berlaku untuk tahun pajak 1993


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman keputusan ini
dalam berita negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di :JAKARTA
SALINAN sesuai dengan aslinya Pada tanggal : 20 Agustus 1993
KEPALA BIRO UMUM
u.b. MENTERI KEUANGAN
KEPALA BAGIAN T.U. DEPARTEMEN
ttd
ttd.
MAR'IE MUHAMMAD
Ny. HERTATI MULATSIH
NIP. 110016245

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 71


NOMOR : SE-19/PJ.23/1989 Jakarta, 3 April 1989
SIFAT
LAMPIRAN :
PERIHAL : Pemotongan PPh Pasal 21 Kepada Yth.
atas honorarium dokter yang 1. Para Kepala Kantor Wilayah
praktek di rumah sakit. DJP.
(SERI PPh Pasal 21-38) 2. Para Kepala Inspeksi Pajak
di
SELURUH INDONESIA

Berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan rumah sakit


sebagai pemotong pajak PPh Pasal 21 di seluruh Indonesia dan
hasil pembicaraan antara Direktorat Jenderal Pajak dengan
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) serta Pengurus Pusat
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), bersama
ini diberikan penegasan mengenai pedoman pemotongan PPh
Pasal 21 atas honorarium dokter yang praktek di rumah sakit
sebagai berikut:
1. Di rumah sakit pada umumnya terdapat tenaga dokter yang
berdasarkan status hubungan kerjanya dapat dibagi dalam 4
golongan, yakni:
a. Dokter yang menjabat sebagai pengurus atau pimpinan
rumah sakit.
b. Dokter sebagai pegawai tetap atau pegawai honorer
rumah sakit.
c. Dokter tamu, yakni dokter yang merawat atau menitip-
kan pasiennya untuk di rawat di rumah sakit.
d. Dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit sebagai
tempat prakteknya .
2. Penghasilan para dokter sebagaimana tersebut pada butir 1 adalah
sebagai berikut:
a. Dokter yang menjabat sebagaimana pengurus atau pim-
pinan rumah sakit menerima atau memperoleh penghasilan
yang berasal dari rumah sakit tersebut berupa gaji,
tunjangan-tunjangan, honorarium, serta imbalan lain.
b. Dokter sebagai pegawai tetap atau pegawai honorer dari
rumah sakit menerima atau memperoleh penghasilan
berupa gaji, tunjangan-tunjangan honorarium, serta
imbalan lain.
c. Dokter tamu menerima atau memperoleh penghasilan
berupa honorarium dari rumah sakit sebagai imbalan atas
jasa yang diberikannya, yang berasal dari pasien dan
dibayarkan melalui rumah sakit.
d. Dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit sebagai
tempat prakteknva menerima atau memoeroleh
penghasil
sebagai imbalan atas jasa dokter yang dibayar oleh pasien,
baik yang diterima secara langsung maupun melalui kas
rumah sakit.
3. Berdasarkan ketentuan Pasal 21 UU No. 7 Tahun 1983 Jo.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Kep-41/PJ/1988
tanggal 28 April 1988 (Buku Petunjuk), maka pelaksanaan

72 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan dokter pada butir 1
adalah sebagai berikut:
a. Atas penghasilan dokter yang menjabat sebagai pengurus
atau pimpinan rumah sakit, dipotong PPh Pasal 21 oleh
rumah sakit tersebut sesuai dengan ketentuan pemotongan
PPh Pasal 21 untuk penghasilan pegawai tetap dengan
diterapkan tarip Pasal 17 atas Penghasilan Kena Pajak
(PKP). Penghasilan bruto diperoleh dengan cara men-
jumlahkan seluruh penghasilan, baik berupa gaji, tunjangan
maupun honorarium serta imbalan lain yang dibayar oleh
rumah sakit kepada dokter tersebut.
b. Atas penghasilan dokter sebagai pegawai tetap dari
rumah sakit dipotong PPh Pasal 21 oleh rumah sakit ter-
sebut sesuai dengan ketentuan pada butir 3.a. Sedangkan
apabila dokter tersebut statusnya masih pegawai honorer,
maka ia hanya berhak memperoleh potongan PTKP tetapi
tidak berhak mendapat potongan biaya jabatan dan
kepadanya diterapkan ketentuan Pasal 10 ayat (1) Buku
Petunjuk.
c. Atas penghasilan berupa honorarium yang diterima dokter
tamu, dipotong PPh Pasal 21 oleh pihak rumah sakit
sebesar:
15% x 40% x Penghasilan bruto berupa honorarium.
Yang dimaksud dengan penghasilan bruto berupa hono-
rarium adalah jumlah imbalan jasa dokter dari pasien
yang dirawatnya di rumah sakit tersebut, sebelum dipotong
atau dikurangi dengan potongan-potongan oleh rumah
sakit.
Untuk lebih jelasnya bersama ini diberikan contoh pe-
rincian biaya perawatan dari rumah sakit sebagai berikut:
Jenis biaya Sebesar
1. Biaya perawatan (sewa kamar) Rp. 630.000,-
2. Radiologi Rp. 21.000,-
3. Laboratorium Rp. 19.700,-
4. Anesthesi Rp. 15.980,-
5. Biaya obat Rp. 24.025,-
6. Telepon/lnterlokal Rp. 1.700;
7. Jasa dokter Rp. 150.000,-
8. Biaya administrasi Rp. 14.620,-

Jumlah biaya Rp. 877.025,-

Dari jumlah jasa dokter sebesar Rp. 150.000,- tersebut,


rumah sakit akan memotong pungutan rumah sakit (bagian
rumah sakit) sebesar 15% s/d 20%, tergantung persetujuan
antara dokter dengan rumah sakit tersebut. PPh Pasal 21
atas honorarium dokter yang harus dipotong oleh rumah
sakit adalah sebagai berikut:
15% x 40% x Rp 150.000,- = Rp. 9.000,-
Dalam hubungan ini berdasrkan kesempatan antara
Direktorat Jenderal Pajak dengan Pengurus Pusat Persi,
jasa dokter wajib dibayarkan melalui rumah sakit.
d. Atas penghasilan berupa imbalan jasa dokter dari pasien
yang diterima langsung oleh dokter yang menyewa

Cermin Duniu Kedoklerun, Edisi Khusus No. 90, 1994 73


ruangan di rumah sakit untuk tempat prakteknya rumah
sakit tidak wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21.
Namun dalam hal pasien membayar jasa dokter melalui
kas rumah sakit dan rumah sakit tersebut memotong
pungutan rumah sakit, maka atas imbalan jasa Dokter yang
dibayarkan kepada dokter tersebut berlaku ketentuan
sebagaimana tersebut pada butir 3.c.
4. Perlu ditegaskan bahwa rumah sakit dan Yayasan Pengelola
Rumah sakit wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas
penghasilan para dokter sebagaimana tersebut pada butir 2
sesuai ketentuan sebagaimana tersebut pada butir 3. Fihak
rumah sakit bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan
pemotongan tersebut.
5. Pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
(Formulir 1770) dari dokter dilaksanakan sebagai berikut:
a. Penghasilan bruto berupa honorarium dari rumah sakit
(dalam contoh pada butir 4c. sebesar Rp. 150.000,-) di-
gabungkan atau dijumlahkan dengan penerimaan bruto
dari pekerjaan bebas, yakni penerimaan bruto dari
praktek dirumah atau ditempat praktek lainnya.
b. Apabila hasil penjumlahan sebagaimana tersebut pada
butir 5.a, yakni jumlah seluruh penerimaan bruto dari
pekerjaan bebas, berjumlah kurang dari Rp. 120.000,- se-
tahun, maka dokter tersebut berhak dan boleh memilih
menggunakan Norma Penghitungan penghasilan netto.
Besarnya Norma Penghitungan penghasilan netto untuk
dokter adalah 40% penghasilan bruto. Untuk maksud ini
dokter tersebut diwajibkan memberitahukan kepada KIP
selambat-lambatnya pada akhir bulan Maret dari tahun
pajak yang bersangkutan.
c. Apabila hasil penjumlahan sebagaimana tersebut pada
butir 5.a, yakni jumlah seluruh penerimaan bruto dari
pekerjaan bebas telah mencapai jumlah Rp. 120.000.000,-
atau lebih setahun, maka dokter tersebut tidak diperkenan-
kan untuk menggunakan Norma. Berdasarkan ketentuan
Pasal 13 UU No. 7 Tahun 1983, ia diwajibkan me-
nyelenggarakan pembukuan, penghitungan penghasilannya
didasarkan pada keadaan yang sebenarnya sesuai dengan
pembukuan yang diselenggarakannya.
d. Dalam hal dokter tersebut belum memiliki NPWP, maka
kepadanya supaya segera diberikan NPWP agar ia segera
mengisi SPT Tahunan.
6. Dengan dikeluarkannya Surat Edaran ini maka dengan ini
kami nyatakan bahwa Surat Edaran terdahulu yang mengatur
mengenai hal yang sama yang tidak sesuai dengan Surat
Edaran ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Ketentuan pe-
motongan PPh Pasal 21 atas honorarium dokter yang praktek
di rumah sakit ini berlaku sejak tanggal dikeluarkannya Surat
Edaran ini.
Demikian, untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Tembusan : Kepada Yth. DIREKTUR JENDERAL PAJAK
1. Bapak Menteri Muda Keuangan RI 3. Sdr. Ketua Umum IDI.
(sebagai laporan) 4. Sdr. Ketua Umum PERSI. Drs. MAR'IE MUHAMMAD
2. Sdr. Sekretaris DJP/Para Direktur/ 5. Arsip. NIP. 060031307
Bintek/Staf Ahli DJP
74 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994
NOMOR : SE .03/PJ .431/1990 Jakarta, 9 Pebruari 1990
SIFAT
LAMPIRAN : Kepada Yth.:
PERIHAL : Pemotongan PPh Pasal 21 dan 1. Sdr. Para Kepala Kantor
Pasal 26 atas Honorarium Pelayanan Pajak
Dokter dan Dosen Perguruan 2. Sdr. Para Kepala Unit
Tinggi Swasta. Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak
di
Seluruh Indonesia

Berdasarkan data yang dilaporkan oleh beberapa Kantor


Pelayanan Pajak, ternyata bahwa belum semua Bendaharawan
Rumah Sakit yang membayar honorarium kepada para dokter dan
Bendaharawan Perguruan Tinggi Swasta yang membayar hono-
rarium kepada para dosen/pengajar/penceramah memotong dan
menyetor PPh Pasal 21 dan 26 sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini kami tegaskan
kembali bahwa pemotongan PPh. Pasal 21 dan Pasal 26 atas pem-
bayaran honorarium kepada dokter dan dosen/pengajar/penceramah
adalah dilakukan sebagai berikut:
1. Pembayaran honorarium dokter yang praktek di Rumah Sakit
dipotong PPh Pasal 21 sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-19/
PJ.23/1989 tanggal 3 April 1989.
2. Pembayaran honorarium kepada dokter dan dosen/pengajar/
penceramah sebagai pegawai tetap atau tenaga lepas (dalam arti
bekerja lebih 26 hari atau honorarium dibayar secara bulanan)
dipotong PPh. Pasal 21 menurut tarif Pasal 17 Undang-undang
Pajak Penghasilan 1984 dari Penghasilan Kena Pajak, sesuai
dengan ketentuan Pasal 10 ayat (1) Buku Petunjuk Pemotongan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 tahun• 1988 dan selanjutnya.
3. Pembayaran honorarium dokter sebagai tenaga ahli dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e ke 1 Buku Petunjuk Pemotongan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 tahun 1988 dan selanjutnya, di-
potong PPh Pasal 21 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan
netto (40% dari penghasilan bruto) atau penghasilan netto
(dalam hal honorarium diterima bersih) sesuai dengan ke-
tentuan Pasal 11 ayat (3) Buku Petunjuk Pemotongan tersebut.
4. Pembayaran honorarium oleh Yayasan Perguruan Tinggi Swasta
kepada Dosen selaku pengajar, penceramah dan sebagainya
yang bukan merupakan pegawai tetap dari Yayasan Perguruan
Tinggi Swasta yang bersangkutan wajib dipotong PPh Pasal 21
menurut tarif Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984
dari penghasilan bruto, sesuai dengan ketentuan Pasal 11
ayat (4) Buku Petunjuk
Pasl26 Pemotongan PPh Pasal 21 dan
tahun 1988 dan selanjutnya.
5. Apabila dokter dan dosen/pengajar/penceramah yang menerima
honorarium tersebut di atas merupakan Wajib Pajak Per-
seorangan Luar Negeri maka dikenakan PPh Pasal 26 sebesar
20% dari penghasilan bruto sesuai dengan ketentuan Pasal 14

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 75


Buku Petunjuk pemotongan PPh Pasal 21 dan PasaI 26 tahun
1988 dan selanjutnya, atau dalam hal ada tax-treaty maka
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian untuk diketahui dan kepada Saudara diminta untuk
melakukan pengawasan agar pemotongan PPh Pasal 212 dan Pasal
26 atas pembayaran honorarium dokter oleh Rumah Sakit dan
pembayaran honorarium dosen/pengajar/penceramah oleh
Perguruan Tinggi Swasta dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tersebut di atas.
Tembusan kepada Yth. DIREKTUR JENDERAL PAJAK
1. Bapak Direktur Jenderal Pajak DITREKTUR PAJAK PENGHASILAN
(sebagai laporan)
2. Sdr. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak;
3. Para Direktur/Kepala Pusat Direktorat Jenderal Pajak;
4. Para Kanwil DJP di seluruh Indonesia; Drs. WAHONO
5. Kepala Biro Hukum dan Humas Departemen Keuangan. NIP. 060008997

Nothing can bring you peace but yourse f


(Qalph Waldo Emerson)

76 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Strategic Planning and Marketing

James E. Wawoeroendeng
James E. Wawoeroendeng & Associates, Loma Linda, California, USA

Today, as the hospitals' environment become more complex, organization.


increasing number of organizations are developing strategic The concept may be described as matching organizational
plans. Changes brought by Indonesia's policy objective of de- resources and capabilities with environmental changes, threats
velopment through industrialization, manufacturing and the and opportunities. Strategic planning is a formal, ongoing
push for export-oriented industries are creating new demands process of developing, evaluating and implementing goals
and expectations for the nation's hospitals. These changes, the selected from key alternatives to guide actions and decision-
dynamics of health care, the need to improve the delivery of making. The process is comprehensive in that it involves con-
health services, and the need to contain rising health care costs, sideration of the interrelatedness of problems and issues, and
arguc for effective responses from hospitals. The formulation of seeks to understand the full implications or likely consequences
responses is an outcome associated with strategic planning and of proposed actions in advance of making decisions. Strategic
marketing. Adjusting the positions of organizations to fit the planning as a prerequisite to action is imperative.
changes in the environment is a function of strategic manage- Plans, the outcome of strategic planning process, are a
ment. blueprint for operating decisions. Key features in a effective plan
This paper is a review of some of the approaches US hospital are as follows :
management have used in responding to the rapid changes • Plans should strive for higher level of achievement.
brought by intense competition and prospective payment system. • Plans should be based on a through assessment of the
Given there are differences between Indonesia's and United community needs, organizational capabilities, and the conditions
State's health care systems, to a great extent, however, there are in the external environment.
parallels and similarities between the two. In my opinion it is a • Plans should be comprehensive in scope and developed with
matter of degree. Subsequently, broad efforts and trends in the the broadest participation of key players.
US to control cost and improve accessibility have indirect impli- • Plans should be realistic, action-oriented, and continually
cations to Indonesia as these are goals both countries share. To evaluated as important changes occur.
this end, it is hoped that this paper will contribute positively to the There are at least two dimensions of strategic management:
discussions and debates on how we could perfect the nation's the process of strategic planning and the content (programs and
delivery system and meet its goal, that of, providing the best structures) of strategic activity. While there is not a single
health care possible, within reason. universal model on the sequence and process of planning, the
essential elements of a generic strategic planning process include
STRATEGIC PLANNING DEFINED the following:
Strategic planning is an activity that supports strategic • Defining the organization's mission.
management, Inherent in the concept is the idea that an organi- • Assessing strategically important information, such as;
zation can best serve its overall purpose when there is a grand Trends – economic, industry, demographic shifts
•design or a prethought scheme to develop and manage the Resources – internal strengths and weaknesses

Presented at the Vlth Congress of the Indonesian Hospitals Association &


Hospital Expo. Jakarta 21 — 25 November 1993

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 77


Competition – competitors' profiles, competitive position Portfolio Analysis
Market – needs and gaps, depth of service, perceptions, The importance of portfolio analysis to strategy choice and
• Identifying major or high impact issues marketing has to do with the degree to which decision-makers
Major opportunities, major threats and major shifts recognize the high growth, high income programs from the low
• Formulating goals and objectives growth, low income programs. The Boston Consulting Group is
• Selecting a grand strategy. credited for devising a matrix that assist management to examine
the entire hospital portfolio of services. This type of analysis is an
effort to avoid mistakes such as: promoting or focusing on
MARKETING ORIENTATION AND REALIGNMENT unprofitable lines, overlooking promising or potential services,
Improving management's ability to assess and be responsive
concentrating on product lines or programs that may offer atrac-
to the needs of the market constituencies is one of the major tion but whose relative size is too small to merit attention.
purpose of strategic planning. The development of a market plan
links strategic planning to the external environment. The market Product Lines Management
situation is analyzed with an interest on identifying and defining Product management, a market-oriented approach, facili-
needs on existing and future programs and or services, and tates strategic planning by focusing on strategic issues program
determining the capability of the hospital resource base to by program. As some program cut across departmental boundary
respond to the dynamic and changing environment. lines and involve multidisciplinary teams, breaking up the hospi-
As the markets of hospitals change, as health service needs, tal into distinct market-oriented programs allows management to
preferences, and attitudes shift and change, and as competition define each program by such criteria as cost, target, segmentation
and technology intensify, hospitals must evaluate and realign the of market, its stage in the marketplace life cycle, and the man-
mix of services, products and programs offered. Such realign- power required. Product management looks at the product line as
ment with market conditions obviously must be done consistent a competitive entity. Two disciplines are helpful in developing
with the hospital's chosen mission, capabilities and limitations. product line management, cost accounting and marketing. True
product lines have their focus on the marketplace. Their value lies
Realignment
in establishing groups that are identifiable and manageable as
Realigning a hospital's direction in response to market
separate businesses within the hospital. Some important features
changes is the responsibility of hospital directors. The range
to consider in developing product lines are as follows:
of alternative strategies considered and eventually chosen is
Be identifiable to the market by programlproduct line
influenced by among others, the outcome of a portfolio analysis,
Be recognized as a unique or special program
the organization's position and service within the organization
Have an identifiable market
life cycle and marketplace life cycle, the managerial style of the
Be an administratively manageable unit
hospital director, the organization's tendency to adapt toward
Establish a reputation for excellence
changes described in such terms as defensive, prospective and
Aim to have complete diagnostic and therapeutic supports in
reactive. Prospector organizations are those that, from time to
terms of equipment and personnel.
ti me, redefine its directions to capitalize on opportunities to meet
• Practice state-of-the art medicine and remain current with
the market needs. In contrast, reactor organizations are those that
progress.
analyze changes, tend to be passive and seems to be lacking a
• Be involved in research and education.
sense of direction.
The objective behind the product line management is to
Most Favorable Position create something unique and different (differentiation). Two
Generally, hospital directors are empowered to make changes examples of product line application: HUMANA*, a for-profit
that reorient the hospital's direction in ways that are thought to healthcare corporation created what it calls regional Centers of
improve its performance and chance of survival or growth. This Excellence strategically located among their 90-hospitals net-
perspective derives from two closely held traditions in organiza- work. Practicing state-of-the-art medicine, these referral and
tion theory, the first of which stresses the idea that under norms consultation centers provide the highest quality of caze in a given
of rational behavior of key members of the organization, energy clinical specialty and serve as distinguishing centerpiece of their
will be exerted to align the institution vis-a-vis the environment network. Another application in the spectrum of product line
and market so that it will be in the most favorable position management is an approach used by Republic Health Corpora-
possible. Thus a purposeful scanning of the environment; a hard- tion of Dallas, Texas by branding their products or services.
headed assessment of the forces impinging on the hospital, and Republic has identified 10 "product lines" as follows (1 ) :
a calculation of risks and benefits for hospital innovation are key • "Gift of Sight" – cataract surgery
actions that would be expected of hospital directors. The second • "Step Lively" – podiatric services
tradition is derived from the strategic management perspective • "You're Becoming" – cosmetic surgery
positing that directors not only react to changing market and • "Call Me" – alcoholism treatment
environmental forces but also anticipate and help shape these • "Sound Sense" – hearing examinations
forces via aggressive strategic change. "
• Impotency Solutions" – urology service

78 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


• "View" – women's health problems service, products.
• " Miracle Moments" – obstetrics • Geographically dispersed, or geographically proximate.
• "ReNew" – cocaine addiction treatment • A strategy to achieve economies of scale, avoid duplication,
• "Reach" – adolescent psychiatric treatment increase availability of skills and talents in management and
clinical applications, increased access to capital, and lower cost
The examples serve to illustrate the need of differentiating of capital.
programs and services so to be distinguished from competitors'. • A strategy to achieve stability as risks are reduced.
Hospitals compete in two distinguishable levels of the market: Joint Venture
price-based competition, or non-price competition. Naturally, • Similar to horizontal integration, except autonomy is
there are only three major themes from which hospitals develop retained.
strategic responses: • A strategy to shared opportunities and risks; mutual benefits
• Differentiating hospital products from the competitors. and risks.
• Identifying and focusing on segments of the market, by age, • May be used to integrate forward, backward, diversity or
diagnosis, geographic location, income level, etc. expand service.
• Pursuing aggressive cost management and compete on cost. • Hospital and Physician groups joint ventures, common and
relevant (PHO, physician-hospital-organization).

STRATEGIES Diversification
There are a number of patterns to describe the long-run • Entering into related or unrelated businesses: real estate,
strategic thrusts of hospitals. The following summary are generic shopping centers, restaurants, medical plaza or medical office
grand strategies applicable for health care organizations con- buildings.
sidered common: expansion of the product line or area, service • A strategy to spread risks or maximize earnings through
investment opportunities.
specialization or niche, vertical or horicontal integration, joint
• A strategy to protect against the risks of uncertainties.
venture, diversification, and retrenchment.
• A strategy to improve cash flow.
Expansion of the Product Line
Retrenchment
• A strategy to increase or maintain market share.
• Downsizing, divestment, eliminating unprofitable services
• Developing new product lines, Pediatric Cardiovascular,
or reducing in order to survive.
Oncology, etc.
• A strategy to prevent insolvency by reprioritizing funds
• Selling of underused capacity, (dietary, housekeeping,
allocation.
laundry, EDS).
• Establishing freestanding ambulatory service, diagnostic
departement, dialysis. STRUCTURE AND PROGRAMS
There are two main strategic variables at the disposal of
Service Specialization
hospital management that may be altered to meet changes in the
• A strategy to focus and serve a particular segment of the environment: organizational structure or organizational pro-
market; differentiation. grams. These are the variables and the focus of strategic planning
• Service to age group,. diagnosis group, socioeconomic when reviewing and analyzing the mazket. The structures and
class, or geographic area. programs reviewed in this paper have to be viewed in the context
• Specialization in Pediatric, Rehabilitation, Prenatal Care, of the prevailing conditions in the United States, and they are:
Oncology, Burn Unit, Sport Medicine, Geriatric Care, Mammo- • growing trend of prospective payment system
graphy. • decreasing reimbursement from third party payors
Integration, Service Vertical Integration & Horizontal • continued high health care costs
• Establishing organizational arrangements that provide a • accelerated competition
range of services. • tighter profit margins
• A strategy to retain patients within the system or chain by • decreasing inpatient census
providing more services. Pre-admission services and post- • large excess capacity, overbedded
discharge care. Post discharge care: skilled-nursing 'care, long- • intense consumer pressures and expectations for change
term care, home care. • growing pressures from business community
• Non-clinical integration include entering businesses that • labor shortage in professional and technical categories
supply/manufacture hospital products or services (pharmaceuti- • new delivery systems, HMOs, PPOs, IPAs
cals, prosthesis, linen, IV). • increasing ambulatory services
• A strategy to control the use of supplies and resources used • declining average length of stay (ALOS)
by hospitals. • increase in investor-owned corporations
• Voluntary merger of two entities providing same or related • growing participation in alliances, chains

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 79


• increased regulations offer a broader range of services and in more markets. To do so
Consequently, What are the measures hospitals undertake hospitals are better off to collaborate with physicians rather than
in order to survive in this increasingly hostile climate; How do be in opposition or competition with them.
they position their organizations in a way that ensure continued The area where joint ventures have been formed include the
growth and survival, and How do they adapt to the changes? How establishment and operation of urgent care centers, ambulatory
should hospitals orient their strategies? The following I submit surgery centers, medical office buildings, skilled nursing facili-
are some of the answers in terms of organizational structures and ties, independent laboratories, home health care agencies, the
programs. acquisition and operation of major medical equipment such as
1. Medical Staff Relations CT scanner, MRI, and lithothripters. The joint ventures may be
Medical Staff are the single most critical factor in a fiercely any of the following three forms:
competitive climate. They serve as gatekeepers for a hospital's • Contractual Agreement.
flow of patients. Without incorporating physicians into the stra- A form of alliance with the physicians, ensuring their partici-
tegic plans of hospitals, it is unlikely that hospitals will develop pation and mutual sharing of benefits and risks, for specified
purpose(s) and or a specified period.
a foundation for responding adequately to competition. From the
• Corporation.
hospital's perspective it is highly important to attract and retain
Incorporation limit the liability of both parties to the extent
the best qualified medical staff. Physicians are the key ingredient
of their investment. Physicians gain liability protection. Control
in maintaining a desired census. Some measures used to enlist
rest with a new entity and separate board of directors represented
physicians loyalty and cooperation:
by both parties.
• adequate and or reasonable compensation
• Limited Partnership.
• assistance in new equipment financing
Hospital often is the general partner thus exposed to risks,
• participation in the development of strategic planning
physicians as limited partners are precluded from sharing in the
• participation in joint ventures with the hospital
management.
• hospital-physician alliance, partnership, joint owners of
The real value of joint ventures is when both hospitals and
hospitals business units
physicians recognize that there are overlapping values and
• professional development allowances: continuing educa-
benefits to be gained if both parties join their resources together
tion, journals, national/overseas programs observation trips
and accept that they are better off joined than separate.
• hospital allowances for: club memberships, home loans food
or meals, housing and transportation. 3. Diversification
• funds for research and development. To compete effectively hospitals have to implement
The two main strategies employed in dealing with the measures to control operations and attain high operational
medical staff as shown in the preceding list are, the extension of efficiency. The other option is to maximize revenue by engaging
financial and non-financial benefits, and incorporating physi- in or entering promising markets. In rural hospitals where funds
cians as partners and/or owners of hospital or hospital's business are scarce and there is no excess of hospital beds, diversification
units. Key advantages of the partnerships are as follows: may be an inappropriate strategy. Some reasons given for diver-
• shared risks and shared profits sification:
• higher motivation to control costs • The hospital diversify its program in order to capture a larger
• improved capability of the partnership to offer diverse share of all patients served in a community, by offering new
services services to unserved market segment.
Much is at stake if a hospital is unable to obtain and retain • The hospital strive to become the sole source of a medical
competent medical staff, or enlist their cooperation in the hos- technology, such as diagnostic imaging equipment or MRI.
pital's expansion program or cost reduction program, all of which • The hospital seek feeders or satellite facilities to function as
involve physicians. Acute care hospital is physician-intensive, sources of referrals.
and without acute care, the hospital is just another clinic. Hospital • The hospital seek to protect its exposure by entering into
executives must gain the support and cooperation of physicians profitable ventures, related or unrelated to its core business.
in order to continue a viable hospital operation. A survey conducted by "HOSPITALS" as published in the
January 5, 1989 issue, rank most successful hospitals' ventures as
2. Hospital-Physicians Joint Ventures follows:
By engaging in joint ventures with those who control access 1. Freestanding outpatient diagnosis
to patients, principally physicians, hospitals can lock in their 2. Inpatient rehabilitation
existing patient base (market share) and possibly increase it by 3. Freestanding outpatient surgery
(1) giving the physicians a financial stake in the operation of 4. Industrial medicine
certain lines of business, such as ambulatory surgery centers, and 5. Women's medicine
(2) tying into potential new sources of patients. Hospitals hope 6. Psychiatric outpatient services
that engaging in join ventures will enable them to be more 7. Home health
effective competitors in the marketplace by enabling them to 8. Substance abuse

80 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


9. Cardiac rehabilitation Outpatient revenues currently account for about 25% of
10. Nursing facility community hospital's revenue. There are predictions that by year
11. Preferred Provider Organization 2000 the percentage will increase to 50%. This major change in
12. Intermediate care health care delivery presents US hospitals with one of the most
13. Obstetrics difficult strategic planning issues today. The number of hospitals
14. Pediatrics decreased 5 percent from 1980 to 1990, while the number of
15. HMO freestanding ambulatory centers increased 57 percent from 19,516
16. Trauma center to 45,510( 2) .
17. Satellite urgent care To shift to ambulatory care, in several cases, is to place
18. Retirement housing the hospital in direct competition with physicians. However, in
19. Wellness/health promotion order to remain viable in the emerging delivery model, hospitals
Many hospitals experienced failures with diversification must capture a significant share of the growing outpatient busi-
projects because they are undercapitalized, had conducted poor ness. This effort require physicians involvement, capital invest-
planning, lack the entrepreneurial managerial skills, and lacking ment in facilities, equipment and information systems to support
the required support from physicians. The following criteria are growing ambulatory care demands.
important when a hospital considers diversification: In the evolving opportunities for outpatient care and referral,
• Rate of Return Project generates positive cash flow at least four types of strategies can be adopted :
• Mission Venture is compatible with mission • Inpatient-oriented, specialty ambulatory care services
• Community Projects improves service to the community • Comprehensive primary ambulatory care services
• Market share Hospital gain market share • Ancillary ambulatory care services that are part of overall
• Patients Hospital gain new referrals diversification
• Autonomy/ Hospital are in control • Joint ventures with physician group that may expand the
control current level of patient referrals.
• Patient care Interest in quality is an important factor
• Physicians Possess the education and skills Surgicenters
• Support Approved by key participants The growth of ambulatory surgery has been due to advances
• Interests No conflict ofinterests withMDs/board in medical science such as the use of anesthesia in a precise
Caveats for hospitals already diversifying into programs or manner. New technologies that offer greater precision in meas-
services in their community: First, to recognize as soon as uring blood gases and that permit a patient to be anesthetized just
possible when demand for a program is declining. Hospitals sufficiently for the procedure are expanding the number of
should not wait too long to discontinue the line or sell it, second, operations that can be done on an outpatient basis. Third party
be financially ready to handle any temporary downturns for payers are reluctant to pay inpatient stays associated with surgi-
extended period of time. cal procedures that can be performed on an outpatient basis.
An important source for diversification is the creative use Selected categories of surgicenter procedures :
and development of hospital's hidden and under-utilized assets. OB/Gyn - - gynecological surgery, laparoscopy/tubal ligation
Converting these into new profit centers, is the challenge for Orthopedics - - orthopedic surgery, arthroscopy
management. Examples of those hidden assets could be as ENT - - myringotomy, tonsillectomy or adenoidectomy
diverse as: Dermatology
• Excess capacity or off-hours of plant and equipment Plastic surgery
• In-house support services
• Proprietary software (developed in-house) Urgent Care Centers - - Freestanding Emergency Facilities
• Real estate, medical plaza In many cases, hospitals emergency room have been used by
• Vendor relationships, endorsement for royalty patients for nonemergency cases.To meet these needs,hospitals
• Reputation and image, acceptance have opened up Urgent Care Centers, a cross between a phy-
• Technical expertise and technology sician's office and an emergency room, complete with laboratory
A number of viable structural methods may be employed to and radiology facilities. Minors sugeries can be performed in
facilitate diversification. Diversification does not have to include some centers. Urgent care centers owned and operated by phy-
formal alliance with another health care organizations through sicians are a threat to hospitals as these tend to draw patient away
merger, consolidation or combination. Diversification implies from hospitals.
that the hospital is rearranging its programs and services. Pro-
spectively, diversification's real value is revenue maximization, Freestanding Dialysis Centers
defensively, it is a means of protecting the hospital from the risks At one time kidney dialysis was an extremely expensive
of uncertainties. procedure and could be performed only in a hospital setting. With
significant technological advances, most dialyses can now be
4. Outpatient Care and Referral Networks

Cermin Duniu Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 81


performed on an outpatient basies, further eroding traditional planning and programming. Agreements usually include criteria
source of inpatient revenue. As more physician Group Practices for the size of investment which can be made by individual
provide comprehensive outpatient services by doing more of member institutions without efforts to plan the program jointly
what traditionally are inpatient functions, hospitals responses and/or share each major clinical service. This will help to limit
could be either to let the physicians be joined owners with the major investment to fewer institutions and to improve utilization.
hospitals or, concentrate and focus on hospital core functions. patterns and thus may help to ensure efficient and quality
services. Hospitals join consortia because they find it difficult
Wellness Programs to survive as independent units. The more important benefits
This strategy is used to approach the health conscious include reduced environmental uncertainty and complexity
members of the population. These programs may include hyper- and improved access to resources, which is achieved through
tension screening, medical evaluation, alcohol and drug reha- linkages with both the consortium management and other affili-
bilitation, injury prevention, etc. Studies have shown that the real ated hospitals.
benefits of wellness programs appears to be the positive com- Mergers
murity image that it fosters. Mergers by acquisition are when two entities merged to
become one. Two organizations are integrated into one single
5. Multihospital Systems legal body with one sole corporate board. Merger is a strategy for
Some hospitals have turned to multi-institutional alliances capturing a larger market share by integrating vertically or
in an effort to stem the adverse influence of prospective payment horizontally, or as a menas of providing more comprehensive
and competition. Indications are that these multhihospital sys- services.
tems will continue to expand as regulations and competition
increases. System affiliation was designed to provide the follow- Contract Management
ing benefits : For agreed fees contract management companies provide
• increased access to capital markets specialized services ranging from hospital management, house-
• reduction in duplication of services, increase in efficiency keeping services, laundry, emergency room staffing, pharmacy,
• economies of scale laboratory, food services to contracting hospitals. More often
• access to management expertise than not, contract management companies can deliver their ser-
• increased personnel benefits vices more efficiently and cheaper. Hospitals benefit from re-
• improved patient access through geographical integration of duced salary, retirement and benefit expenses. Mariott Ma-
various levels of care nagement Services, one of the largest contract management
• improvement in quality through increased volume of ser- company, is a large hotel restaurantcorporation which diversi
vices for specialized personnel into the hospital industry business. Being large and highly
• increased volume due to increased number of services capitalized, their expertise in food distribution and production
Formerly it was possible to classify hospital cooperative result in high operating and cost efficiency. Con tracts are ty
arrangements in two classes. First, alliances that bring inde- pically based on a fee or a fee bonuses. Increasingly, howcvcr
pendent organizations together to share and cooperatie in solving fees will be based on capitated rates based on patient days or the
problems, second, independent organizations together combines number of enrolees. A survey published by Modern Health care
under a common organizational framework. The concept has August 30, 1993 issue growing trend for this mode of service as
now a spectrum of formats that begins with one that is highly evidenced by the reveals increased number of contracts :
informal to highly formal : 1992 1991
Consortia on planning or education, professional associa-
Food Service 1,936 1,833
tions, shared or cooperative services, formal contractual asso-
Hospital-based Emergency 1,547 1,476
ciations, contract management, leasing, corporate ownership
Housekeeping 1,462 1,639
with separate management, complete ownership, complete
Clinical, diagnostic equipment 812 726
ownership with large-scale system.
Laundry 662 593
Pharmacy 566 545
Shared Services
Cardiology Services 421 404
Sharing involves two or more organizations joining together
Rehabilitation/physical therapy 352 302
to produce and/or use the same sercive for the member institu-
Psychiatric 223 214
tions. This ranges from the joint use of computers, laundry, and
Respiratory Therapy 155 168
laboratories to purchasing and specialized clinical facilities.
Home Care 147 152
Sharing of MRI and CT scanners are good examples of this
Materials Management 82 75
model.
Consortia 6. Investor-owned Multihospital Systems
Consortia hospitals, often including medical schools, are Investor-owned systems are growing in terms of hospitals
memberhsip organizations with full time staff devoted to joint and hospital beds at the rate of 100% a year. This growth has been

82 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


achieved largely through the acquisition of independentinvestor- • Lower levels of average case cost
owned hospitals. Investor-owned systems are constructing and • Lower ALOS-tighter control of medical practice patterns
acquiring freestanding nursing homes and psychiatric hospitals • Higher rates but not high labor costs
at a rate more than three times that for community hospitals. The • Higher outputs
financial performance of investor-owned system has been im-
pressive. A report by the Insitution of Medicine, Washington 7. Government-owned Hospitals*
states that a dollar invested in an investor-owned system has Public hospitals in the US, burdened with the care of indi-
returned nearly 40 percent more in earnings than the average gent, suffered from poor management and inadequate funds.
for other industries in recent years. The major advantage of Constrained by the peculiar nature of public hospitals, they are
systems is their ability to finance capital purchases. Empirical limited in their options in such areas as diversification, joint
evidences indicates strong preference for system by capital ventures and so forth. These prohibitions consequently limit
markets. Diversification into nonhospital markets provides addi- the flexibility of public hospitals to participate financially
tional financial stability to systems; separate lines of business with physicians or others in lucrative alternate delivery methods
offer the potential of offsetting cash flow demands during the such as ambulatory surgical centers, urgent care centers, and
downturn of the hospital's business cyle. diagnostic imaging centers. Public hospitals also face particu-
Investor-owned hospitals shows they provide care cheaper lary acute problems in raising sufficient capital to make the re-
or equal to non-profit institutions. On top of this, having stabi- novations and plant improvements necessary to furnish an ac-
lized or reduced costs, investor-owned systems pay taxes. The ceptable level of care, to meet accreditat vn standards, and to
trend shows growing trend of investor-owned hospitals 10.3 attract the increasingly important private pay patients. They lack
percent per year. Major benefits offered by this model are :. the flexibility enjoyed by private facilities in raising funds. They
economic benefits, planning and organizational benefits, per- are frequently forced to compete for funds with other equally
sonnel management. i mportant government social programs.
Recognizing the need for greater flexibility on the part of
Economic Benefits public hospitals, many statelegislatures have amended pertinent
1) Access to Capital statutes to provide latitude for the disposition, lease, contract
The financial institutions, banks and nonbanks provide more managed of public hospitals. Acquisiton of public hospitals
favorable borrowing conditions to systems than to independent through lease or contract management can be attractive, both for
hospitals. Multi-institutions (both tax-exempt orinvestor-owned) the government entity and for the acquiring entity. Major advan-
are perceived as more stable therefore less risky because of their tages for the government entity :
larger revenue, asset and equity bases. Systems are better able to • Management contracts or lease by multi-hospital bring the
spread risks among its units or member hospitals. Furthermore, benefits of resource-strong organizations such as highly skilled
investor-owned systems may raise capital through the issuance professionals, economies of scale, and known organization
of stock which means the cost of funds are low. In the US capital development experience.
market, $1 in equity may raise $15 or $20. As a result sharehold- • Contractual agreement/lease reduce the politics present in
ers equity in the largest four investor-owned multihospital sys- the management of government-controlled instituions.
tems quadrupled during 1977 to 1981, from an aggregate of $461 • Contracts/lease arrangements establish ahead of time the
million to $1,832 billion. annual costs - - facilitating precise government budgeting.
2) lncreased Efficiency and Economics of Scale Important consideration when considering the lease, con-
Systems realize savings through mass purchasing. Systems tract or sale of public hospitals. At a minumum, the terms of
uses capital facilities and equipment more efficiently through transaction must include the following itens :
sharing and specialization. System uses highly skilled and highly • Protection of the constituents, of the solemn public interests,
experience personnel than independent hospitals. They pay (Continues obligation to provide indigent care; details of the
better compensation therefore attract skilled professionals. Sys- level of staffing, breadth of service, hours of operation, rates, etc)
tem hospitals use fewer staff per bed than other systems. • Assumption of labor, liability and pension and employee
3) System Diversification benefits.
Profit from health and nonhealth lines of business provides • Compliance with disclosure laws.
a source of internal fund for financing new capitaLacquisitions. • Clear accountability line to the governing authority.
Diversification into non-hospital markets provides additional
financial stability. 8. Rural Hospitals*
In summary, the obvious economic benefits of multi insti- Rural hospitals in the US are in crisis. Their problems
tutional arrangements may be the following : include inadequate funding, shortages of health care professio-
• Abilityto afford specialized management talent nals, facility deterioration, and high administrative turnover.
• Standardization of supplies and equipment From 1980 to 1990, 330 rural hospitals were closed due to
• Volume purchasing financial stress. Major theme in their strategic response has to do
• Sufficient breadth and diversity to attract capital with networking or affiliation with larger organizations. A study

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 83


done in 1988 showed the following strategic activities engaged • Facilitate integration
by rural hospitals : — Integrating providers through, affiliation, and networking to
Multi-hospital system affiliation 34% share and widen the risks and costs among many, and achieve
Consortium affiliation 30% economies of scale resulting in lower costs.
PPO affiliation 27% — Integrating hospitals and physicians and provide incentive
HMO affiliation 22% to contain hospital costs jointly through prospective payment
Corporate restructuring 20% system or capitation.
Ambulatory Service 17% The race is on now in the United States for large-scale
Downsizing 15% mergers, integration among medical groups and integration be-
tween institutions. These realignment are in search of lower
costs and higher operating efficiency for the same high level of
care. The changes are forcing organizations to be innovative and
flexible in their organizational structures and program offerings.

CONCLUSION
PLANNING AHEAD Today, health care organizations are intently concentrating
Expecting the worst, hospitals in the US are stepping up on strategy formulation as the focal point of strategic planning.
There is greater interest in the output of strategic planning -
planning. Two main forces are rearranging hospital system in the
strategies - as opposed to the process. Selecting a strategy with a
United States : President Bill Clinton's proposed managed com-
view of defining a destiny - is the challenge hospital management
petiton and prospective payment system. A survey published by
must face with. In the final analysis, doing the right thing at the
hospitals & health networks of October 5, 1993 indicate the
right moment at the right place is what strategic management is
following hospital planning activities :
Managed care planning 76% all about.
As Indonesia moves into the rank of the newly industriali-
Expense reduction 74%
zed countries (NICs), commensureable responses from hospitals
Physician/hospital; organization 69%
shall be evaluated for their appropriateness, effectiveness and
Affiliation with another hospital 62%
cost efficiency. Strategic planning is a tool among many stra-
Medical Staff development 59%
Job- reengineeri ng 53% tegic planning I submit, may be the most effective tool available
Strategic planning 55% for the hospital management to span the entire horizon, and select
Merger activity 15% the most fit organisational structure and program and redeftne its
These planning activities indicate that in order to redefine destiny.
the US imperfect health care system two trends will emerge :
• Increased used of competition to enhance market effi- REFERENCES

ciency. The use managed care models (PPOs, HMOs, IPAs)


1. Folger JC, Preston Coe, E. Product Management for Hospitals. AHA.
which compete on price, to screen out excesses and inefficient 2. AHA. Frustee, April 1993.
hospitals.

84 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Manfaat Alat Kedokteran Canggih
dalam Pengembangan IPTEK
di Indonesia
Berbagai Upaya untuk Meningkatkan Efektivitas
Pengembangan Pemilihan dan Penggunaan
Alat Kedokteran Canggih
Karjadi Wirjoatmodjo
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Surabaya

Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita


(Sumpah dokter).

1. PENDAHULUAN akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita ". Untuk


Landasan dan tujuan profesi dokter – seperti yang dinyata- itu dilakukan upaya-upaya preventif, promotif.kuratif dan re-
kan pada salah satu butir lafal sumpah dokter – tidak pernah habilitatif. Dalam upaya itu digunakan teknologi, salah satunya
berubah yaitu "Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan adalah AKC.
penderita ". Apabila dijabarkan lebih rinci maka tujuan profesi dokter itu
Dalam melaksanakan tugasnya sudah biasa dokter adalah :
menggunakan teknologi, salah satu bentuk teknologi itu adalah - menghilangkan atau mengurangi ancaman terhadap ke-
alat. Pada dasawarsa akhir-akhir ini banyak dikembangkan dan langsungan hidup.
digunakan Alat Kedokteran Canggih (AKC). AKC mempunyai - mencegah atau mengurangi kecacadan.
beberapa ciri. Harganya biasanya mahal, adanya terbatas. - mempertahankan kehidupan yang berkualitas baik (offer
Mempunyai dampak tidak saja pada bidang kesehatan tetapi years of life of good quality).
juga pada ekonomi (biaya), sosial, etik dan hukum. Idealnya tujuan tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut ke
Karena ciri-ciri AKC tersebut timbul perbedaan pendapat tingkat yang dapat diukur dengan objektif. Jika itu dapat dilaku-
tentang AKC ini. Perbedaan pendapat itu meliputi berbagai bi- kan maka penggunaan AKC dapat dinilai dalam arti apakah
dang, salah satu di antaranya adalah cara penggunaannya agar tujuan itu dapat dicapai. Pada waktu ini ukuran yang lazim
didapat manfaat yang sebesar-besarnya dan dihindari atau di- dipakai walaupun tidak sempurna adalah angka kematian (di-
kurangi dampak negatipnya. ukur dari arah lain adalah survival rate) dan angka kesakitan.
Makalah ini mencoba untuk menguraikan dan mengajukan
B) Manfaat dan Masalah
saran bagaimana meningkatkan efektivitas pemilihan dan peng-
1) Pengertian dan jenis teknologi
gunaan AKC.
Ada berbagai pengertian dan pembagian teknologi. Pada
makalah ini digunakan pengertian dan pembagian sebagai
II. AKC SEBAGAI SARANA
berikut : Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan atau
A) Tujuan profesi dokter temuan dalam praktek sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
Landasan dan tujuan profesi dokter pada tingkat yang umum masyarakat.
dinyatakan dalam salah satu butir lafal sumpah dokter: "Saya Bentuk teknologi dapat berupa perangkat keras (alat, sarana)

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta ,
21 — 25 November 1993.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 855


perangkat lunak (cara, teknik, metoda, prosedur) bahkan ada juga Pernapasan buatan dilakukan terus sampai lebih kurang 1,5
yang memasukkan jenis ketenagaan (brain ware). tahun sampai respirator tersebut rusak total.
Di dalam bidang kesehatan, teknologi dapat berupa perang- Hasilnya penderita berkepanjangan bagi pasien dan ke-
kat keras seperti Alat Kedokteran Canggih, obat; dapat berupa luarganya, dan kerugian bagi pasien lain yang membutuhkan
perangkat lunak seperti prosedur medik atau prosedur bedah. respirator.
Pembagian lain dalam teknologi kesehatan adalah teknologi • Di suatu Rumah Sakit dipasang CT Scan.
untuk primary care (biasa digunakan dokter umum) teknologi Pada suatu hari ada kecelakaan dengan ruda paksa kepala.
untuk secondary care (biasa dipakai para dokter spesialis) dan Pada pemeriksaan CT Scan terdapat perdarahan kepala yang
teknologi untuk tertiary care (biasa dipakai para dokter super perlu segera dioperasi. Namun karena di rumah sakit tersebut
spesialis). Demikian juga dapat dibedakan teknologi untuk pen- tidak ada staf dokter spesialis bedah saraf, operasi tidak dapat
cegahan dan teknologi untuk pengobatan/penyembuhan. segera dilakukan.
Dari uraian di atas jelas bahwa AKC adalah salah satu dari Kesimpulan: adanya AKC saja tidak cukup apabila tidak
bentuk teknologi. dilengkapi dengan tim kesehatan yang diperlukan.
2) Dampak AKC/Teknologi Canggih • Di satu rumah sakit dibeli alat rontgen angiograf yang dapat
Penggunaan AKC mempunyai dampak yang luas yang dapat memeriksa pembuluh darah koroner. Namun karena jumlah
positip atau negatip : pasien sedikit dan belum ada dokter spesialis bedah jantung,
dampak di bidang kesehatan penggunaan alat tersebut sangat sedikit dan pasien-pasien tak
dampak di bidang ekonomi dapat diberi terapi/tindakan sampai tuntas.
dampak di bidang sosial • Di rumah sakit itu banyak pasien wanita, ada dokter spesialis
dampak di bidang etika dan hukum. radiologi, dokter spesialis bedah umum yang dengan alat rontgen
Dampak di bidang kesehatan dapat berupa manfaat/kesem- untuk mamografi dapat menemukan tahap dini kanker payudara
buhan (effectiveness), penyulit/bahaya (safety), dan biaya. dan sekaligus melakukan pembedahan.
Dampak di bidang ekonomi secara makro dapat berupa ke- Kesimpulan: pengadaan AKC harusnya disesuaikan dengan
naikan pada anggaran/biaya kesehatan. kebutuhan pasien dan kemampuan rumah sakit.
Dampak di bidang sosial adalah antara lain pengaruh AKC • Di satu rumah sakit ada alat ESWL (pemecah batu ginjal)
pada perilaku dokter dan perilaku masyarakat. Para dokter dapat yang ternyata tidak banyak dipakai. Direktur Rumah Sakit ter-
mengalami "ketergantungan" pada AKC. Masyarakat dapat sebut menceritakan bahwa mula-mula ESWL itu pemakaiannya
menuntut atau menolak adanya AKC. baik (optimal). Tetapi kemudian banyak rumah sakit sekitar
Dampak di bidang hukum dan etika berupa ketidak pastian membeli ESWL. Di samping itu dokter spesialis urologi yang
atau ketidak siapan seperti pada masalah bayi tabung, penentu- dulu memakai ESWL itu pindah ke rumah sakit lain.
an kematian. Kesimpulan: apabila pengadaan AKC antar rumah sakit
3) Contoh konkrit tidak ditata investasi AKC itu dapat merugikan.
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa contoh konkrit Contoh-contoh konkrit di atas yang diambil dari keadaan riil
kasus-kasus individual dalam bidang kesehatan untuk dapat le- menunjukkan bahwa AKC dapat membawa manfaat tetapi juga
bih memahami manfaat dan masalah penggunaan AKC/tekno- dapat menimbulkan masalah.
logi canggih. 4) Pihak yang berkepentingan
• Seorang ibu hamil pertama mengalami keterlambatan 3 hari Banyak pihak berkepentingan untuk pengadaan AKC. Hal-
dari hari perkiraan persalinan. Dilakukan non stress test untuk hal yang dapat mempengaruhi pengadaan AKC itu antara lain:
mengetahui keadaan bayinya. Hasil, tampaknya bayi mulai ke- media cetak/elektronik, dokter, pasien, rumah sakit, masyarakat,
sulitan untuk mendapat oksigen ditandai dengan nadi 180/menit. investor, industri AKC dan lain-lain.
Uri (placenta) mulai mundur fungsinya. Dilakukan bedah cesar, Motivasi pengadaan AKC dapat positip semata-mata untuk
bayi dilahirkan hidup dan sehat. menolong pasien. Tetapi motivasi dapat juga negatip seperti
• Seorang dewasa muda aktif bekerja, beberapa kali pingsan. status simbol untuk dokter spesialis, alat bersaing untuk rumah
Pada pemeriksaan didapat gangguan pada pacu jantungnya (Sick sakit, keuntungan untuk investor atau industri AKC.
Sinus Syndrome). Dipasang alat pacu jantung internal. Hasil, Hasil dari kekuatan tersebut di atas menyebabkan adanya
orang tersebut sembuh, sehat dan dapat bekerja produktif. AKC dan penggunaannya dapat berbeda antara berbagai negara;
• Seorang dewasa muda jatuh dari sepeda motor. Pada pe- sebagai contoh :
meriksaan dengan CT Scan didapat perdarahan otak (perdarahan – Bypass pembuluh koroner (CABG) di Amerika dilakukan
epidural). Dilakukan . pembedahan otak. Hasil, orang tersebut 6 x lebih sering dari pada di Inggris (UK) walaupun angka
embuh, sehat dan hidup produktif. kejadian penyakit jantung koroner di kedua negara itu lebih
• Seorang anak umur 8 bulan, demam, kejang-kejang, muntah kurang sama.
dan aspirasi berat, tidak sadar. Dipasang alat napas (respirator). – Jumlah alat CT Scan per 1.000.000 penduduk di Inggris
Pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata sudah terjadi kerusakan (UK) hanya 1/6 dari jumlah di USA.
otak berat dan mati batang otak. Setelah diberi penjelasan orang – Diperkirakan bahwa di Amerika dikeluarkan biaya 100
tua menolak saran agar respiratornya dilepas. milyar dolar US per tahun untuk penggunaan AKC atau tekno-

86 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


logi canggih yang sebenarnya tidak diperlukan. Harapan yang ada adalah tercapainya ketiga tujuan ter-
5) Kriteria pemilihan AKC/teknologi canggih sebut. Namun yang dapat diukur adalah yang pertama dengan
Mengingat masalah-masalah yang dapat timbul seperti di menghitung angka kelangsungan hidup (survival rate) atau
atas maka untuk mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dan angka kematian (death rate); padahal apa artinya hidup apabila
mengurangi masalah sehingga sekecil-kecilnya, upaya untuk cacad atau kualitasnya tidak baik.
menata pemilihan dan penggunaan AKC/teknologi canggih sudah Kesulitan yang dihadapi antara lain :
dicoba di negara-negara maju. Misalnya WHO Wilayah Eropa merumuskan tolok ukur yang objektif dan mudah dinilai.
membuat kebijakan bahwa sebelum tahun 1990 semua negara sukar melakukan randomized clinical trial seperti pada obat.
anggota sudah harus mempunyai mekanisme yang formal untuk sedikitnya data yang ada untuk dianalisis.
melakukan penilaian yang sistimatik yang berkaitan dengan Upaya untuk pengukuran hasil ada namun belum cukup dan
efektivitasnya, efisiensi, keamanan, penerimaan (acceptability) belum sistimatik. Contoh dari upaya semacam itu adalah The
dengan memperhatikan kebijakan kesehatan nasional dan ken- European Coronary Surgery Group (1979–1982) yang berusaha
dala yang ada, juga penilaian sistimatik yang berkaitan dengan menilai hasil jangka pendek dan jangka panjang operasi.
penggunaan AKC/teknologi canggih secara tepat (appropriate Dapat disimpulkan ada beberapa pola hasil untuk golongan
use). pasien tertentu. Contoh pada bypass koroner (CABS) dinyatakan
bahwa pada kelompok pasien tertentu (selected group of pa-
III. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENINGKATKAN tients) peluangnya 90% untuk perbaikan dalam latihan tanpa
MANFAAT DAN MENGURANGI MASALAH PADA nyeri (pain-free exercise).
PENGGUNAAN AKC/TEKNOLOGI CANGGIH Pada CTscan dinyatakan hanya pada kelompok pasien yang
terbatas ada kemungkinan manfaat dalam arti perbaikan hasil
1) Perbandingan pengembangan AKC/teknologi canggih (there are only limited group of patients likely to benefit in terms
dengan pengembangan obat of improved outcome).
Pada penggunaan AKC/teknologi canggih ada pola 4 tahap
Langkah-langkah pengembangan obat jauh lebih sistimatik yang mirip dengan daur hidup satu produk (product life cycle)
dibandingkan dengan pengembangan AKC/teknologi canggih yaitu tahap-tahap permulaan, pertumbuhan, kejenuhan, kemu-
mungkin karena sudah lebih lama terjadi atau karena lebih dian penurunan.
sederhana. Masalah umum pada penggunaan AKC/teknologi canggih
Bagan sederhana proses pengembangan obat-obat adalah adalah menemukan indikasi yang tepat dalam arti kondisi pasien
sebagai berikut : yang tepat untuk AKC/teknologi canggih tersebut dalam kata
A) Tahap percobaan binatang. lain bagaimana menggunakan AKC/teknologi canggih secara
1) Percobaan efektivitas rasional.
2) Percobaan keracunan jangka pendek
3) Pengalaman dan pemikiran upaya penataan
3) Percobaan keracunan jangka panjang Dari uraian di atas jelas bahwa agar didapat manfaat yang
4) Percobaan teratogenicity ( menimbulkan cacad)
sebesar-besarnya dan masalah yang sekecil-kecilnya AKC dan
5) Percobaan carcinogenicity (menimbulkan kanker).
teknologicanggih perlu ditata. Namun tampaknya cara penataan
B) Tahap penelitian pada manusia
yang efektif dan efisien belum ditemukan.
1) Fase I pada orang sehat.
a) Pendekatan pengaturan
2) Fase II pada orang sakit tertentu
Di bawah ini diberi contoh apa yang telah dilakukan di
3) Fase III pada pasien umum tertentu dengan RCT (Ran- Amerika. Upaya-upaya ini berbentuk pembuatan undang-un-
domized Clinical Trial)
dang, peraturan-peraturan atau badan-badan yang bertujuan
4) Fase IV penelitian pasca pemasaran, pemakaian pada pa- untuk menata AKC/teknologi canggih :
sien umum secara lebih luas. 1972 — Office of Technology Assesment dari Kongres Amerika.
Pada tiap fase itu apabila terdapat hasil-hasil/gejala- 1974 — Professional Standards Review Organization (PSRO)
gejala yang merugikan, penelitian dapat dihentikan atau obat —Utilization Review Committees (URC)
dapat ditarik dari pasaran. Proses yang sistimatik semacam itu —Certificate of Need Law
— Health Planning and Resource Development Act
pada AKC/teknologi canggih belum ada. 1975 Health Care Program dari NIH (National Institute of Health)
1976 — The Medical Devices Law
2) Pengukuran hasil (outcome assessment) pada AKC/ — Bureau of Quality Assurance
teknologi canggih —Bureau of Health Insurance
Sebagaimana diuraikan di atas tujuan umum dari penggunaan 1978 — National Center for Health Care Technology.
AKC/teknologi canggih adalah : Peraturan dan badan-badan tersebut tampaknya masih be-
a) mengurangi atau meniadakan ancaman terhadap kelang- lum memberikan hasil yang memuaskan.
sungan hidup (remove the threat of death). b) Pendekatan kesepakatan
b) mengurangi kecacadan (reduce disability). NIH mengadakan Consensus Development Program; hasil
c) memperpanjang hidup dengan kualitas yang baik (offeryear yang pertama tahun 1977. Program ini masih berjalan walaupun
of life of good quality): ada yang meragukan keberhasilannya; program ini bahkan meluas

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 87


perangkat lunak (cara, teknik, metoda, prosedur) bahkan ada juga Pernapasan buatan dilakukan terus sampai lebih kurang 1,5
yang memasukkan jenis ketenagaan (brain ware). tahun sampai respirator tersebut rusak total.
Di dalam bidang kesehatan, teknologi dapat berupa perang- Hasilnya penderita berkepanjangan bagi pasien dan ke-
kat keras seperti Alat Kedokteran Canggih, obat; dapat berupa luarganya, dan kerugian bagi pasien lain yang membutuhkan
perangkat lunak seperti prosedur medik atau prosedur bedah. respirator.
Pembagian lain dalam teknologi kesehatan adalah teknologi • Di suatu Rumah Sakit dipasang CT Scan.
untuk primary care (biasa digunakan dokter umum) teknologi Pada suatu hari ada kecelakaan dengan ruda paksa kepala.
untuk secondary care (biasa dipakai para dokter spesialis) dan Pada pemeriksaan CT Scan terdapat perdarahan kepala yang
teknologi untuk tertiary care (biasa dipakai para dokter super perlu segera dioperasi. Namun karena di rumah sakit tersebut
spesialis). Demikian juga dapat dibedakan teknologi untuk pen- tidak ada staf dokter spesialis bedah saraf, operasi tidak dapat
cegahan dan teknologi untuk pengobatan/penyembuhan. segera dilakukan.
Dari uraian di atas jelas bahwa AKC adalah salah satu dari Kesimpulan: adanya AKC saja tidak cukup apabila tidak
bentuk teknologi. dilengkapi dengan tim kesehatan yang diperlukan.
2) Dampak AKC/Teknologi Canggih • Di satu rumah sakit dibeli alat rontgen angiograf yang dapat
Penggunaan AKC mempunyai dampak yang luas yang dapat memeriksa pembuluh darah koroner. Namun karena jumlah
positip atau negatip : pasien sedikit dan belum ada dokter spesialis bedah jantung,
dampak di bidang kesehatan penggunaan alat tersebut sangat sedikit dan pasien-pasien tak
dampak di bidang ekonomi dapat diberi terapi/tindakan sampai tuntas.
dampak di bidang sosial • Di rumah sakit itu banyak pasien wanita, ada dokter spesialis
dampak di bidang etika dan hukum. radiologi, dokter spesialis bedah umum yang dengan alat rontgen
Dampak di bidang kesehatan dapat berupa manfaat/kesem- untuk mamografi dapat menemukan tahap dini kanker payudara
buhan (effectiveness), penyulit/bahaya (safety), dan biaya. dan sekaligus melakukan pembedahan.
Dampak di bidang ekonomi secara makro dapat berupa ke- Kesimpulan: pengadaan AKC harusnya disesuaikan dengan
naikan pada anggaran/biaya kesehatan. kebutuhan pasien dan kemampuan rumah sakit.
Dampak di bidang sosial adalah antara lain pengaruh AKC • Di satu rumah sakit ada alat ESWL (pemecah batu ginjal)
pada perilaku dokter dan perilaku masyarakat. Para dokter dapat yang ternyata tidak banyak dipakai. Direktur Rumah Sakit ter-
mengalami "ketergantungan" pada AKC. Masyarakat dapat sebut menceritakan bahwa mula-mula ESWL itu pemakaiannya
menuntut atau menolak adanya AKC. baik (optimal). Tetapi kemudian banyak rumah sakit sekitar
Dampak di bidang hukum dan etika berupa ketidak pastian membeli ESWL. Di samping itu dokter spesialis urologi yang
atau ketidak siapan seperti pada masalah bayi tabung, penentu- dulu memakai ESWL itu pindah ke rumah sakit lain.
an kematian. Kesimpulan: apabila pengadaan AKC antar rumah sakit
3) Contoh konkrit tidak ditata investasi AKC itu dapat merugikan.
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa contoh konkrit Contoh-contoh konkrit di atas yang diambil dari keadaan riil
kasus-kasus individual dalam bidang kesehatan untuk dapat le- menunjukkan bahwa AKC dapat membawa manfaat tetapi juga
bih memahami manfaat dan masalah penggunaan AKC/tekno- dapat menimbulkan masalah.
logi canggih. 4) Pihak yang berkepentingan
• Seorang ibu hamil pertama mengalami keterlambatan 3 hari Banyak pihak berkepentingan untuk pengadaan AKC. Hal-
dari hari perkiraan persalinan. Dilakukan non stress test untuk hal yang dapat mempengaruhi pengadaan AKC itu antara lain:
mengetahui keadaan bayinya. Hasil, tampaknya bayi mulai ke- media cetak/elektronik, dokter, pasien, rumah sakit, masyarakat,
sulitan untuk mendapat oksigen ditandai dengan nadi 180/menit. investor, industri AKC dan lain-lain.
Uri (placenta) mulai mundur fungsinya. Dilakukan bedah cesar, Motivasi pengadaan AKC dapat positip semata-mata untuk
bayi dilahirkan hidup dan sehat. menolong pasien. Tetapi motivasi dapat juga negatip seperti
• Seorang dewasa muda aktif bekerja, beberapa kali pingsan. status simbol untuk dokter spesialis, alat bersaing untuk rumah
Pada pemeriksaan didapat gangguan pada pacu jantungnya (Sick sakit, keuntungan untuk investor atau industri AKC.
Sinus Syndrome). Dipasang alat pacu jantung internal. Hasil, Hasil dari kekuatan tersebut di atas menyebabkan adanya
orang tersebut sembuh, sehat dan dapat bekerja produktif. AKC dan penggunaannya dapat berbeda antara berbagai negara;
• Seorang dewasa muda jatuh dari sepeda motor. Pada pe- sebagai contoh :
meriksaan dengan CT Scan didapat perdarahan otak (perdarahan – Bypass pembuluh koroner (CABG) di Amerika dilakukan
epidural). Dilakukan . pembedahan otak. Hasil, orang tersebut 6 x lebih sering dari pada di Inggris (UK) walaupun angka
sembuh, sehat dan hidup produktif. kejadian penyakit jantung koroner di kedua negara itu lebih
• Seorang anak umur 8 bulan, demam, kejang-kejang, muntah kurang sama.
dan aspirasi berat, tidak sadar. Dipasang alat napas (respirator). – Jumlah alat CT Scan per 1.000.000 penduduk di Inggris
Pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata sudah terjadi kerusakan (UK) hanya 1/6 dari jumlah di USA.
otak berat dan mati batang otak. Setelah diberi penjelasan orang – Diperkirakan bahwa di Amerika dikeluarkan biaya 100
tua menolak saran agar respiratornya dilepas. milyar dolar US per tahun untuk penggunaan AKC atau tekno-

86 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


pemeriksaan sebagai gold standard dikembangkan teknologi nyai dampak yang luas di luar bidang kesehatan seperti bidang
yang lebih murah dan lebih sederhana. sosial, ekonomi, hukum dan etika.
2) Pengembangan ketrampilan klinis 2) Selain membawa manfaat AKC/TKC dapat juga menim-
Jika AKC digunakan sebagai "substitusi" pemeriksaan bulkan masalah.
klinik yang kan terjadi adalah ketergantungan pada AKC. 3) Perlu dipelajari penataan AKC/TKC dari negara-negara
Jika AKC digunakan sebagai alat verifikasi untuk mengecek lain dan diterapkan metoda-metoda yang ternyata berhasil se-
keluhan dan gejala klinis maka untuk penyakit-penyakit terten- bagai contoh program pengembangan konsensus.
tu dapat dirumuskan diagnosis klinik yang mempunyai positive 4) Perlu dikembangkan jaringan informasi tentang AKC/TKC
predictive value yang tinggi. 5) Penggunaan AKC/TKC perlu diarahkan untuk pengem-
bangan AKC/TKC di Indonesia.
e) Perkembangan pada masa yang akan datang 6) Komunikasi yang terbuka dengan masyarakat perlu lebih
Dari segi metoda model yang diuraikan pada butir III/3g dikembangkan sehingga akan terjadi kesamaan persepsi yang
dapat secara bertahap dikembangkan. memudahkan timbulnya kesepakatan dan dicegah timbulnya
Hal lain yang perlu diupayakan adalah agar komunikasi konflik-konflik yang merugikan.
terbuka antara profesi dokter dengan berbagai pihak di masya-
rakat lebih diperluas. Ini perlu mengingat AKC/teknologi KEPUSTAKAAN
canggih sering mempunyai dampak di luar kesehatan seperti 1. Karjadi Wirjoatmodjo, Tantangan pada dunia kedokteran pada era pem-
bidang sosial, ekonomi, hukum dan etik. bangunan jangka panjang II. Anestesiologi sebagai contoh pengkajian. Pi-
Dengan demikian akan terjadi keserasian dan kesepakatan dato pengukuhan 1991.
2. Jennett B. High Technology Medicine : benefits and burdens. Oxford, New
antara kelompok profesi dokter dengan kelompok-kelompok York : Oxford Medical Publ. 1988.
lain dan masyarakat. 3. Research Policies For Health For Al1. WHO Regional Office For Europe,
1988.
4. Priority Research For Health For A11. WHO Regional Office For Europe,
1988.
V. RINGKASAN DAN PENUTUP 5. Berger Son. What your doctor did not learn in medical school. New York:
1) AKC/teknologi kedokteran canggih (TKC) dapat mempu- Avon, 1988.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 89


The Role of Marketing in Determining
the Technology of a Hospital
John Popper

BACKGROUND MARKETING AND ITS ROLE IN DEFINING THE


Amongst the more difficult decisions a hospital administra- INVESTMENT STRATEGY
tor has to grapple with is that of defining the investment strategy In marketing terms there are basically three strategies that
that the hospital should pursue. Once entered upon, it is not easy are followed by hospitals, namely :
to change emphasis or direction without significant financial • Undifferentiated
penalty. • Niche
This decision is in large part decided by defining the type • Market leader
and level of clinical services that a hospital elects to offer to the These three strategies can be expressed in graphical form
community that it is servicing. For example, if oncology services relative to return on investment. Clearly the best financial returns
were to be offered then once the primary decision has been made are to be achieved by adopting either a market leader approach or
the investment strategy becomes self determining. A basic tech- in filling a niche opportunity with a particular clinical service or
nology configuration would be two linear accelerators plus a suite of services.
simulator, radiotherapy unit, cobalt unit and ancillary chemo- Earlier this year I surveyed thirteen private hospitaIs here in
therapy facilities. The investment requirement though high at set- Jakarta and found that in fact virtually all were pursuing an
up stage has a low recurrent capital requirement in terms of undifferentiated strategy. Where investment in specialised tech-
upgrade demands allied to long life expectancy of the equipment. nology had been made, it was upon the request of a particular
A life expectancy that is measured in terms of ten years or better. doctor rather than in terms of a clearly thought through strategy
The strategy involving say cardiac diagnostic services are equally linking clinical service development with market needs. The
potentially capital intensive but the working life of the equipment consequence was a very high level of under utilisation of equip-
is much shorter and the requirement for upgrades more frequent. ment and subsequent lack of return on investment. Lithotripsy
Cardiac equipment normally has a working life of some six to units servicing two or three patients a week, cardiac catheterisa-
bwecoiml eight years in total before replacement, not upgrade, tion laboratories performing twenty angiograms a month, these
necessary. levels of utilisation are not only not commercially viable they
A consequence of the investment strategy adopted is that it reflect a poor understanding of the cost of capital and the notion
will define the type of clinician that the hospital attracts, and of opportunity cost of capital. Money invested in these capital
retains, and the level of specialisation that it pursues. intensive, low utilisation technologies offer no payback to the

Presented at the Vlth Congress of the Indonesian Hospitals Association &


Hospital Expo, Jakarta 21 — 25 November 1993

90 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


investors and deny access to this money to other potentially • Be a basis for potential, or actual, business acquisition
viable projects that would yield a return on investment. To assist in these sorts of analyses a number of different
In discussing with hospital administrators how these invest- frameworks are useful.
ment decisions were made it was clear that market demand and To formulate considerations about whether or not a potential
payback analyses were not performed with any discipline but investment in a new service is likely to be attractive Porter's
rather the decisions tended to be made based on intuion and blind Industry Attractiveness Model is very useful to guide analysis.
faith. This is a very comprehensive framework and leads to wide
Marketing frameworks encourage consideration of two major ranging considerations about the potential marketplace and its
aspects that should underpin any investment considerations. structure.
They are those of target market demand e.g. The model has as its core the need to predict the degree of
• Is there a market for the service under consideration? rivalry a business could be predicted to experience. In order to
• If so, is the demand of sufficient level to be economic? assess the threat of rivalry issues that impact on the attractiveness
• If the answer appears yes, is that demand sustainable? of an opportunity are considered such as threat of entry into the
Affirmative answer to these questions still should not lead to marketplace, threat of substitution of the service or product and
an investment in the proposed technology yet though. The second consideration of the relative roles of suppliers and customers in
situation analysis needs to also be undertaken, that of considera- i mpacting on the business.
tion of competitor positioning. It is a truism that if you can see an Once an investment strategy has been defined and embarked
opportunity in the marketplace so can a competitor. This being upon marketing concepts also help to define how a hospital
the case : should position itself relative to competitors.
• What are the responses of a competitor likely to be? Ansoffs product/market grip offers a useful framework
• Are they also investing in similar technologies, or contem- from which to consider existing products and markets and
plating doing so? potential new ones. By using this model it helps focus a hospital's
• If so, is the market big enough for two or more players, or, marketing efforts and place them in a context that investors and
can your facility gain a sustainable competitive advantage rela- staff can understand.
tive to the proposed technology? A third model that is of particular value in terms of develop-
• Apart from market, demand considerations are there any ing responses to market opportunities considers the attractive-
other issues such as restriction of the number of clinicians or ness of that market relative to its strategic value to the hospital.
technicians associated with operating the technology? Is this a By performing this type of strategic value analysis it helps a
limiting resource? hospital administrator to determine their marketing initiatives.
• What are the lead times involved for a competitor follow you
into the market?
• If your hospital entered the market with the proposed service SUMMARY
would it make it nonviable for a competitor to set up in compe- The intention of each hospital should be to develop two or
tition? three distinctive clinical competencies that give it a sustainable
These sorts of considerations need to be individually competitive advantage over other facilities and from which it can
answered. They are built around the concept of a core compe- therefore achieve economies of scale for those clinical services.
tence, that is to say those things that a hospital does that gives it It is through economies of scale that technology becomes viable
a sustainable competitive advantage over a competitor. Those and thus allows a hospital to build profitability.
one, two, or three areas of clinical service that your hospital is Marketing concepts allow a clear framework to be applied to
able to offer at a level of excellence that is not readily imitated by the decision making process in an objective and rational manner
a competitor. in determining which technologies a hospital should invest in.
A core competence should : Once investment has occurred, marketing models help
• Be difficult for competitors to imitate, especially if it is based define how to position and develop a hospital's clinical products
on a combination of corporate culture and technologies and how to respond to changes in competitor behaviour. Indeed,
• Be focussed on meeting a perceived need by the hospital's systematically applied these frameworks offer considerable
customers namely the doctors, patients, visitors and staff predictive capabilities for the astute administrator.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 91


Rumah Sakit dan Asuransi Kesehatan
Suatu Perbandingan
Sonja Roesma
Direktur Utama PT (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia

Pada dasarnya lahir dan berkembangnya asuransi kesehatan Setiap tahun sekitar 9% peserta Askes yang mengunjungi
di BUMN miliki Departemen Kesehatan adalah dalam mengikuti Puskesmas dirujuk ke Rumah Sakit, namun biaya pelayanan
perkembangan industri kesehatan. Dibentuk sebagai Badan Pe- kesehatan Askes meningkat 17% per tahun. Dalam memudah-
nyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) pada kan administrasi dikenal berbagai bentuk pembiayaan seperti
tahun 1968 untuk menangani pengobatan pegawai dan keluar- sistim anggaran (budget system), kapitasi dan sistem paket di
ganya yang tidak dapat lagi ditanggulangi oleh APBN maka samping bentuk tradisional fee for service. Di luar negeri juga
dengan KEPRES ditetapkan bahwa pegawai negeri harus telah dikembangkan DRG (Diagnostic Related Group).
membayar premium sebesar 2% dari gaji pokoknya. Pada tahun Asuransi Kesehatan jika diselenggarakan secara luas
1984 berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ber- dapat menjadi subsistem pembiayaan kesehatan, dan akan
Iaku tidak memungkinkan lagi keberadaan "Badan " di luar struktur mengurangi beban Pemerintah sehingga dapat mengalihkan
Departemen maka BPDPK dirubah menjadi suatu Perusahaan perhatiannya ke kesehatan masyarakat.
Umum di lingkungan Departemen Kesehatan yaitu Perum Husada Dalam menangani asuransi kesehatan di Rumah Sakit
Bhakti. Di samping itu dengan berubah status menjadi BUMN ditemukan berbagai masalah. PT Askes telah menerapkan prin-
memudahkan dalam pengolahan dana guna mengembangkan sip asuransi kesehatan di Rumah Sakit ditemukan berbagai
serta meningkatkan pelayanan. Pada tahun 1992 Perum Husada masalah. PT Askes telah menerapkan prinsip asuransi dan
Bhakti berubah menjadi PT (Persero) Asuransi Kesehatan In- akuntansinya masih menggunakan cash basis, terutama di
donesia. Rumah Sakit Pemerintah. Masalah prinsip lainnya adalah masalah
Dalam masa tersebut fungsi rumah sakit mengalami per- mutu, antara lain belum tersedia dan belum dilaksanakannya
ubahan, yang dulu bersifat sosial dan samaritan yang dikem- SOP pelayanan kesehatan di sebagian besar rumah sakit,
bangkan lembaga keagamaan seperti Misi dan Muhammadiah, penggunaan obat yang tidak rasional, hari rawat (LOS) yang
sekarang telah menjadi lembaga sosioekonomi bahkan menjadi terpalu panjang, serta adanya moral hazard. Suatu penelitian di
profit centers. Perkembangan dan peranan rumah sakit semakin USA mememukan bahwa 30% dari pembiayaan kesehatan ada-
pesat terutama di daerah perkotaan. Sumbangannya pada pe- lah adalah waste, duplication, fraud and abuse.
ningkatan dan pemulihan kesehatan tidak dapat dibntah, se- Melalui PERSI PT Askes mengharapkan kerja sama dengan
baliknya biaya pelayanannya semakin meningkat dan imper- rumah sakit dalam mencapai tujuan akhir bersama yaitu pe-
sonal. Hanya Rumah Sakit Pemerintah sesuai dengan misinya ningkatan kesehatan masyarakat Indonesia dengan peningkatan
masih menjalankan fungsi sosialnya dengan tarip yang relatif Etika, QualityAssurance, dan pengendalian bersama, sertaefisien-
murah. si dan efektifitas agar tercapai pelayanan kesehatan yang me-

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

92 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


muaskan bagi peserta serta akan memberikan keuntungan hidup telah meningkat dari 45 tahun untuk laki-laki dan 48 tahun
ekonomis, baik bagi rumah sakit maupun bagi PT Askes. untuk wanita pada tahun 1971 menjadi 62,9 tahun untuk laki-laki
dan 66,7 tahun untuk wanita pada tahun 1990.
PEMBIAYAAN KESEHATAN Di Amerika Serikat angka harapan hidup pada tahun 1950
Masalah yang dihadapi hampir semua negara di dunia saat adalah 68 tahun dan tahun 1990 menjadi 76 tahun (Jelang 79
ini adalah meningkatnya pembiayaan kesehatan. Ada tiga fakta tahun). Angka kematian bayi tahun 1959 adalah 29,2 menurun
yang terjadi secara universal yaitu : pada tahun 1980 yaitu 12,6 dan 9,1 pada tahun 1990.
• Masyarakat mengetahui bahwa untuk memperoleh kese- Pembiayaan kesehatan terus meningkat bukan saja di negara
hatan ia harus membayar, namun bagi dirinya berlaku prinsip maju tetapi juga di negara sedang berkembang termasuk juga
ekonomi : yang bersangkutan ingin membayar serendah mungkin, Indonesia. Di Indonesia pembiayaan kesehatan per kapita per
kalau perlu menggunakan surat miskin tetapi mendapat pela- tahun adalah Rp. 11.267.92.- pada tahun 1982 menjadi
yanan kesehatan yang optimal. Seandainya ia masuk asuransi 2,5% Rp. 24.000 tahun 1990. Biaya kesehatan merupakan
kesehatan keinginannya adalah kebebasan berobat ke mana saja GNP. Bila dibandingkan dengan negara lain angka ini lebih
dan dibiayai untuk apa saja. rendah. Biaya kesehatan per kapita pada tahun 1990 di Ma-
• Pemerintah telah berusaha agar seluruh masyarakat dapat laysia adalah US $ 67.00, Thailand US $ 73.00 di Amerika
memperoleh pelayanan yang dilakukan dengan memberi akses Serikat angka ini adalah US $ 1,630.00 pada tahun 1980
pada Puskesmas dan Posyandu serta Rumah Sakit yang dapat menjadi US $ 2,566.00 pada tahun 1990. B iaya kesehatan
dibiayai melalui Dana Sehat (tingkat Puskesmas) dan sampai ini merupakan 9,2% GNP tahun 1980 dan 12,2% GNP pada
Rumah Sakit tipe A melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan tahun 1990. Pembiayaan kesehatan terus menaik menjadi 14%
Masyarakat/JPKM (UU No. 23/92). Namun biaya pemeliharaan GNP pada tahun 1992. Biaya kesehatan per kapita per tahun
kesehatan di rumah sakit terus meningkat sehingga tidak ter- Jepang adalah US $ 515.00 pada tahun 1980 naik menjadi
jangkau oleh mayoritas penduduk apalagi bagi 15% penduduk US $ 1,145.00 pada tahun 1990, ini merupakan 6,4% GNP
desa tertinggal. tahun 1980 dan 6,5% GNP pada tahun 1990.
• Baik pemerintah, maupun perusahaan atau keluarga
seyogyanya tidak dibebani dengan pembiayaan kesehatan yang BIAYA PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
tinggi yang terjadi akibat tarif pelayanan spesialistis yang Kecenderungan naiknya biaya pelayanan kesehatan dise-
semakin tinggi, serta penggunaan teknologi canggih yang babkan berbagai hal, antara lain teknologi canggih di rumah sakit
berlebihan. Investasi rumah sakit swasta yang mahal dengan yang berlebihan, perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi
harapan ROI nya kembali secepat mungkin, menyebabkan pasien (yang sebagian besar dapat dicegah) ke penyakit kardiovaskuler
yang berada di posisi lemah terpaksa membayar berapapun dan penyakit khronis lainnya serta peningkatan kasus-kasus
tarif yang dikemukakan. katastrofik, di samping adanya faktor inflasi serta sistem pem-
Merupakan fakta pula bahwa walaupun biaya kesehatan biayaan pelayanan kesehatan yang kurang mendukung.
meningkat tidak berarti bahwa kesehatanya meningkat, bahkan Pada tahun 1991 pembiayaan kesehatan USA mencapai US
diobservasi bahwa tingkat kesehatannya hampir tidak berubah. $ 752 milyard (kira-kira Rp. 1,5 trilyun). Semua sadar bahwa
Menurut Human Development Report 1993 (UNDP) urutan biaya ini merupakan suatu yang berlebihan tetapi tidak menge-
kemajuan negara berkembang, Indonesia tertera sebagai nomor tahui berapa persen yang sia-sia. Kenaikan yang sangat drama-
108 berdasarkan HDI (Human Development Index) yang meli- tis terjadi di rumah sakit yaitu rata-rata biaya kamar per hari tahun
puti angka harapan hidup, GNP/Income Per Kapita dan aksara 1980 adalah US $ 127.00 menjadi US $ 297.00 tahun 1990, rata-
orang dewasa. rata biaya perawatan per hari adalah US $ 245.00 (1980) menjadi
Negara ASEAN lain lebih baik kedudukannya seperti US $ 687.00 (1990) dan rata-rata biaya per kasus adalah US $
Philipina no. 92, Thailand no. 74, Malaysia no. 57, Singa- 1.851.00 (1980) menjadi US $ 4,947.00 (1990). Biaya rumah
pore no. 43 dan Brunai Darussalam no. 44. Patut dikemu- sakit merupakan 30,4% dari seluruh biaya pada tahun 1990 yaitu
kakan bahwa negara yang rakyatnya paling baik kesejahtera- 43,7% dimana dalam kurun waktu '76-90' terjadi peningkatan
annya berdasarkan HDI adalah Jepang no. 1, Canada no. 2, program managed care yaitu program pemeliharaan kesehatah
USA no. 6 dan Australia no. 7. Jika diperhatikan maka yang mengkaitkan sistim pembiayaan (prepaid & cost contain-
semua negara tersebut menjalankan asuransi kesehatan sosial, ment) dengan sistim pelayanan (pengendalian mutu).
kecuali USA. Tahun 1986 di Indonesia 78% dari total pembiayaan kese-
Peningkatan kesehatan yang diukur dengan penurunan hatan digunakan untuk pengobatan, biaya rumah sakit meru-
angka kematian ternyata bukan oleh pengobatan tetapi terutama pakan 60% dari seluruh biaya kesehatan (pemerintah 27%,
disebabkan oleh faktor seperti gizi, sanitasi, air bersih dan swasta/masyarakat 37%), pembelian obat-obatan yaitu 30%
rumah sehat serta pendidikan. Angka kematian kasar di In- dari seluruh biaya kesehatan pemerintah 18% dan swastalma-
donesia telah menurun dari 18,7 (1971), menjadi 9,1 (1985) dan syarakat 40%) di mana kita mengetahui bahwa sebagian besar
untuk periode 1985 - 1990 adalah 7,9 dan menurun menjadi 7,5 biaya obat-obatan ini merupakan penggunaan obat di rumah
di periode 1990 - 1995. Angka kematian bayi telah turun dari 142 sakit. Dari biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh masyarakat/
promil (1971), ke 112 (1980) lalu ke 71 (1985) dan menjadi 65 swasta 92% adalah untuk pengobatan, sedangkan sektor peme-
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991. Angka harapan rintah hanya 45% untuk pengobatan.

3 9
Dari seluruh pembiayaan pelayanan kesehatan PT ASKES guna mencapai kemudahan administrasi pembiyaaan pelayanan
tahun 1992, 45,29% merupakan biaya rumah sakit, obat pela- kesehatan persertanya melalui "Kapitasi Total" pada beberapa
yanan kesehatan di rumah sakit adalah 29,05%; berarti 84,24% daerah. Sejalan dengan perubahan sistem pembiayaan PT. ASKES
dari anggaran pelayanan kesehatan PT ASKES dipergunakan juga memperkenalkan program pengendalian mutu antara lain
untuk pelayanan di rumah sakit (pengobatan). PT ASKES me- dengan menyusun daftar obat (DPHO) yang didasarkan Daftar
rupakan suatu perusahaan asuransi kesehatan dengan penggunaan Obat Esensial Nasional. Pada saat ini sudah pula dikembangkan
biaya pelayanan sangat tinggi dengan rata-rata biaya pelayanan kerj asama dengan rumah sakit dalam program quality assurance.
kesehatanan menyerap 88% dari iuran. Upaya kerjasama ini perlu ditingkatkan untuk menyamakan
Berdasarkan penelitian Rand Coprporation di California persepsi dan meningkatkan pelayanan.
sepertujuh sampai sepertiga dari beberapa jenis operasi sebe- Pada saat ini BOR rumah sakit milik Depkes 65,8%, diikuti
narnya tidak perlu dilakukan. Seperempat (1 juta) bayi dilahirkan dengan rumah sakit swasta 55,4%, rumah sakit Pemda 53,0%,
dengan caesar yang diragukan keuntungannya baik bagi ibu Departemen lain 47,7% dan rumah sakit ABRI 42,1%. Melihat
maupun bagi bayi. Di Amerika dilakukan 600.000 histerektomi potensi yang ada pada PT. ASKES perlu dihitung berapa %
per tahun, kemungkinan untuk mengalami operasi ini 6 kali lebih penggunaan rumah sakit oleh peserta ASKES dan berapa dana
besar dari wanita Norwegia, yang memakan biaya lebih dari US yang diperoleh setiap rumah sakit per bulan dari ASKES. LOS
$ 5 milyar. Hal yang sama ditemukan pula untuk diagnostic test. rata-rata untuk RS kelas A yaitu 10 hari, kelas B 7 hari, kelas C
CT Scan telah meningkat dari 300.000 (1980) menjadi 1,5 juta dan 5 hari, sedangkan untuk pasien ASKES, LOS tahun 1992
(1991). rata-rata untuk RS ABRI 11,3 hari, RS Swasta 7,3 hari dan RS
Di Indonesia diyakini hal ini terjadi pula, penempatan dan Khusus 22,1 hari. Di Amerika LOS RS umum tahun 1990 rata-
penyebbaran alat canggih telah meningkatkan biaya pelayanan rata adalah 6,4 hari, untuk laki-laki diatas 65 tahun rata-rata 8,3
kesehatan secara bermakna. PT ASKES telah meningkatkan hari dan wanita 8,9 hari. Pada akhir-akhir ini terlihat kenaikan
pelayanan hemodialisis dari penggunaan 14 fasilitas HD di 4 pada pasien rawat jalan dan atau one day care. Penurunan LOS
propinsi tahun 1989 menjadi 23 fasilitas HD di 12 propinsi tahun sangat berarti dalam pembiayaan pelayanan kesehatan yang
1990; hal ini telah meningkatkan kasushaemodialisis dari 8.802 tentunya biaya ini dapat dipergunakan untuk kenaikan tarif per
tahun 1989 menjadi 32.826 tahun 1990 dengan biaya Rp. 0,97 hari dan biaya pelayanan lainnya.
milyar tahun 1989 menjadi Rp. 4,25 milyar tahun 1990 dan Peningkatan biaya pelayanan rumah sakit dapat pula dise-
mencapai biaya Rp. 7,65 milyar tahun 1992. babkan karena meningkatnya biaya/jasa tenaga profesional, ter-
Penyakit jantung yang telah menjadi penyakit nomer 1, utama dokter spesialis. Dokter dan perusahaan obat sekarang
termasuk di Indonesia juga menjadi sasaran operasi terutama banyak yang memperoleh untung dari profesinya. Pada tahun
bypass. Di Amerika bypass telah meningkat 2800% sejak tahun 1991 income rata-rata dokter di USA adalah US $ 139,000.00,
1970 yang jauh lebih tinggi dari negara lain. PT. ASKES telah spesialis memperoleh antara US $ 280,000.000 - 450,000.00 per
membiayai pelayanan jantung dari Rp. 0,31 milyar pada tahun tahun. Seluruh income dokter mencapai US $ 74 milyar dalam
1988 menjadi Rp. 3,8 milyar pada tahun 1992. Namun Kaiser tahun 1992.
Permanente, asuransi kesehatan yang menjalankan managed Di Indonesia angka income ini tidak diketahui, walaupun
care (JPKM) mengemukakan bahwa jumlah operasi bypass diketahui terdapat perbedaan yang mencolok.
sedikit, tanpa mengurangi kesehatan pesertanya tetapi lebih Pada suatu survey yang dilakukan untuk Johnson Founda-
menekankan pada kontrol hipertensi, kadar cholesterol darah, tion di USA, responden diminta pendapatannya secara berurutan
dan upaya preventif lainnya. tentang penyebab utama peningkatan biaya kesehatan. Hasilnya
Sistem pembiayaan rumah sakit yang berlaku umum di adalah sebagai berikut :
Indonesia adalah secara tradisional yaitu fee for service. Penga- – 67% rakus dan cari untung (greed and profits)
laman di Amerika menunjukkan bahwa pembiayaan dengan – 64% tuntutan karena mal practice
menggunakan sistem fee for service tanpa pengendalian telah – 61% sia-sia dan inefisiensi (waste & ineffeciency).
mengakibatkan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan secara
cepat, sehingga pada dekade 70 an dikembangkan sistem pem- ASURANSI KESEHATAN / JPKM
biayaan pelayanan kesehatan dengan cara prepaid (capitation & Saat ini ada 3 undang-undang yang erat kaitannya dengan
budgetsystem) disertai pengendalian biaya melalui cost contaim- penyelenggaraan asuransi kesehatan yaitu UU No. 2 Th 1992
ment. Di samping itu mutu pelayanan tetap dijaga melalui pro- tentang Usaha Asuransi, UU No. 3 Th. 1992 tentang Jaminan
gram quality assurance dan utilization review. Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan UU No. 23 Th 1992
PT. ASKES sejak tahun 1988 (Perum Husada Bhakti) telah tentang Kesehatan yang di dalamnya tercakup pula program
mulai memperkenalkan sistem pembiayaan secara kapitasi untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Pemerintah telah
pelayanan kesehatan dasar. Untuk pembiayaan pelayanan rumah menerbitkan beberapa PP yang No. 73/92 tentang penyelengga-
sakit telah diperkenalkan pembayaran paket per hari rawat, paket raan Usaha Asuransi, PP No. 14/93 tentang penyelenggaraan
pelayanan, dan budget disamping pembiayaan paket per hari JAMSOSTEK, dan PP No. 69/91 tentang penyelenggaraan
rawat, paket pelayanan,dan budget di samping pembiayaan se- Pemeliharaan Kesehatan PNS, PP, Veteran dan Perintis Ke-
carafee for service. Sistem pembiayaan ini terus disempurnakan merdekaan serta Perluasan Kepesertaan ASKES. Kita me-

94 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


nyadari bahwa semua peraturan perundang-undangan ini yang ada gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan
dimaksudkan agar perekembangan industri kesehatan termasuk seluruh masyarakat.
perkembangan asuransi kesehatan tidak salah arah, sehingga Dengan berkembangnya kepesertaan ASKES diharapkan
tujuan pembangunan, khususnya pembangunan kesehatan dapat makin dapat ditingkatkan pemanfaatan aspek kegotong ro-
tercapai. yongan di samping peningkatan efektifitas dan efisiensi. Hal
Pengaruh globalisasi; perkembangan teknologi kedokteran; ini tentunya tidak lepas dari peningkatan profesionalisme dan
peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan akibat perubahan manajemennya.
pola penyakit dari penyakit infeksi, ke penyakit kardiovaskular,
penyakit degeneratif dan penyakit khronis lainnya; bertambah- UPAYA PREVENTIF LEBIH PRODUKT1F
nya kelompok "lansia" (dari 16.000.000 jiwa atau 8,7% pen- Dalam menjalankan JPKM, Askes berbeda dengan asuransi
duduk pada tahun 1990 menjadi 22.000.000 jiwa atau 10,4% kesehatan lainnya, juga melakukan kegiatan promotif dan pre-
penduduk pada tahun 2000) serta terjadi pergeseran jumlah ventif. Bahwa pencegahan itu lebih baik dari pengobatan ter-
penduduk di daerah perkotaan dari 30% saat ini menjadi 40% nyata juga lebih murah.
pada akhir Pelita VI. Berkurangnya subsidi pemerintah terhadap Upaya untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi biaya
pelayanan kesehatan (terutama pengobatan), disamping ter- sebenarnya sejalan, hal mana telah terbukti dari sejarah ke-
jadinyaperubahan kulturmasyarakat dari extended family menjadi dokteran. Pada awalnya peningkatan kesehatan masyarakat yang
nucleus family, kesemuanya ini menyebabkan meningkatnya besar bukanlah hasil dari berbagai operasi atau teknologi baru,
kebutuhan masyarakat terhadap asuransi kesehatan. Sebaliknya melainkan dari perkembangan sosial yang mengakibatkan
hal ini didukung oleh meningkatnya kemampuan masyarakat manusia atau masyarakat mencegah penyakit.
dalam membiayai pelayanan kesehatan akibat peningkatan in- John & Sonja Mc Kinlay (sosiolog) menunjukkan bahwa
come per kapita dari US $ 650.00 saat ini menjadi US $ 1,000.00 90% kemajuan kesehatan masyarakat Amerika terjadi pada per-
pada akhir Pelita VI, serta adanya peraturan perundang-undang- tengahan abad pertama, di mana penyakit tbc, typhus dan campak
an yang mengharuskan pengusaha memberi bantuan pemelihara- telah dapat dikendalikan sebelum obat-obatan dan vaksin
an kesehatan bagi karyawannya. ditemukan. Menurut mereka penurunan angka kematian antara
Cakupan asuransi kesehatan yang diselenggarakan oleh PT tahun 1900 dan 1974 hanya 4% disebabkan oleh upaya ke -
ASKES telah berkembang dengan mencakup masyarakat umum, dokteran.
sesuai dengan PP No. 69 tahun 1991. Berbeda dengan program Kematian akibat penyakit jantung telah turun secara drama-
pemeliharaan kesehatan yang selama ini diselenggarakan den- tis. Hasil studi menunjukkan bahwa hal ini tercapai bukanlah
gan kepesertaan bersifat wajib, untuk kelompok ini kepesertaan- karena pengobatan tetapi lebih banyak karena perubahan dalam
nya bersifat sukarela, bagi kelompok ini perhitungan presmi gaya hidup. Dokter Lee Goldman seorang kardiolog pada tahun
dikaitkan dengan paket pelayanan (benefit package). 1988 telah mengadakan penelitian tentang penyebab menurun-
PT. ASKES sebagai salah satu BUMN di lingkungan Departe- nya penyakit jantung, ternyata lebih dari 50% karena tidak
men Kesehatan mempunyai peserta 4,5 juta, beserta keluar- merokok dan menurunkan cholesterol, 20% karena obat jantung
ganya menjadi 14 juta jiwa. Selama 5 tahun terakhir kenaikan dan hipertensi, dan 3,5% karena operasi bypass. Khasiat olah
peserta ASKES berkisar antara 5% setiap tahun. Hal ini sejalan raga tidak. dikemukakan, yang jelas adalah upaya termahal
dengan kenaikan jumlah pegawai negeri sipil, penerima pensiun mempunyai efek paling kecil.
ABRI dan Veteran. Adanya rencana pemerintah dalam mem- Pap smears ternyata sangat mengurangi prevalensi kanker
perketat penerimaan pegawai negeri tidak akan banyak mempen- uterus (sampai 50%), vaksin hepatitis menghindari seseorang
garuhi peningkatan jumlah peserta ASKES meningat telah dimu- dari Ca hepar dan vaksin-vaksin lainnya seperti untuk campak,
lainya program perluasan kepesertaan ASKES kemasyarakatan diphteri pertusis dan tetanus tentu sangat menguntungkan dalam
umum sejak tahun 1992. menekan biaya dan meningkatkan kesehatan. AIDS pun dapat
Akhir-akhir ini bisnis asuransi kesehatan tampak meningkat dicegah, sehingga akan sangat menghemat biaya. Pada hakekat-
bukan saja yang diselenggarakan oleh BUMN, tetapi juga oleh nya hampir 70% penyakit yang diperiksakan pada dokter dapat
badan swasta konsekuensinya adalah bahwa kerjasama antara dicegah.
badan penyelenggara asuransi kesehatan dengan pihak penye-
lenggara kesehatan (terutama rumah sakit) baik dalam uapaya KESIMPULAN
meningkat mutu pelayanan maupun dalam pengendalian biaya Telah dibahas beberapa permasalahan pembiayaan kese-
perlu dibina secara baik. Melalui kerja sama ini dapat pula hatan umumnya dan khususnya pembiayaan kesehatan di rumah
diciptakan standar pelayanan atas dasar standar profesi dan sakit. Berkembangnya industri rumah sakit telah dapat
kemudahan-kemudahan prossedur. Untunglah tidak lama lagi meningkatkan upaya pelayanan kesehatan terutama upaya
akan terbit PP tentang JKPKM, Keppres tentang standar pela- penyembuhan. Peningkatan pelayanan rumah sakit dengan pen-
yanan kesehatan bagi peserta ASKES dan SKB, tentang tarip ingkatan penggunaan alat-alat canggih menyebabakan biaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang akan sangat men- pelayanan rumah sakit tidak terjangkau oleh sebagain masya-
dukung operasionalnya. Keberhasilan kerja sama ini akan ber- rakat Indonesia apalagi masyarakat di desa tertinggal. Terjadinya
dampak masyarakat pengguna pelayanan kesehatan lainnya, beberapa tindakan malpratice sebenarnya dapat dicegah dengan

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 95


menjalankan etik kedokteran secara benar. termasuk pelaksanaan etik kedokteran) dan menyempurnakan
Bersamaan dengan itu usaha asuransi telah pula berkem- sistem pembiayaan yang mendukung pelayanan kesehatan di
bang dengan pesat dengan termasuk usaha asuransi kesehatan. rumah sakit.
Sistem asuransi yang dianggap dapat menghindari peningkatan
biaya pelayanan pembiayaan kesehatan secara cepat adalah KEPUSTAKAAN
mengkaitkan sistem pembiayaan kesehatan dengan sistem pela- 1. Departemen Kesehatan. Rancangan 7 Rencana Pembangunan Kesehatan
yanan kesehatan di rumah sakit bila menjalankan program jangka Panjang Tahap II (1994/1995 - 2018/2019), Jakarta, 1992.
2. Departemen Kesehatan. Dukungan Penelitian dalam Pelaksanaan Program
JPKM yaitu pembiayaan prepaid dengan cost containment di- Kesehatan Rujukan dan Rumah Sakit, Repelita VI, Jakarta, 1993.
sertai pengendalian mutu melalui upaya quality assurance 3. Drape W H. Human Development Report 1993, UNDP, New York: 1993.
dan utilization reviews. Untuk itu diperlukan kerja sama 4. Gani, A : Pembiayaan Rumah Sakit dan Prospek Perkembangan Asuransi
antara penyelenggara asuransi kesehatan/JPKM dengan rumah Kesehatan selama PJPT II, Jakarta, 1993.
5. Hardjoprawiro H. Peta Kesehatan Masyarakat dan Propek PJPT II, Jakarta,
sakit. 1993.
PT. ASKES sebagai salah satu BUMN yang diserahi tugas 6. Preston L T. World Development Report, Washington D.C: 1993.
menyelenggarakan asuransi kesehatan mempunyai misi yang 7. PT. ASKES. Laporan Manajemen 1992, Jakarta, 1993.
8. PT. ASKES. Statistik PT Asuransi Kesehatan Indonesia 1987-1992, Jakarta,
mulai untuk meningkatkan kesehatan pesertanya. PT. ASKES
1993.
hanya akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dengan 9. U.S. Departement of Health and Human Service : Health United States and
bantuan PERSI. Melalui PERSI akan dapat dibina kerjasama Prevention Profile, Maryland: 1992.
dalam program peningkatan mutu pelayanan (quality assurance 10. Wright J W. The Universal Almanc, Kansas City: 1992.

What sunshine is to ftowers, smiles are to humanity

96 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


Penyusunan
AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan) Rumah Sakit
dan Penatalaksanaannya
Komisi AMDAL
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN terbatas tersebut tidak jarang dijumpai adanya dampak berba-


Untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejah- haya yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang direncanakan,
teraannya, manusia secara sadar melakukan berbagai aktifitas yang tidak/belum dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak jarang
mulai dari yang sederhana sampai kompleks yang pada dasarnya pula dampak tersebut berakibat mengurangi manfaat/keuntung-
dapat dikatakan mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam an yang diperkirakan sebelumnya.
dan lingkungan. Hakekat lingkungan pada mulanya perubahan Bertolak dari keadaan tersebut, kemudian timbul upaya
pada lingkungan oleh kegiatan manusia masih berada di dalam untuk menelaah aktifitas yang telah dan akan dilakukan untuk
kemampuan alam untuk memulihkan diri secara alamiah. Dalam mengetahui dampak apa yang mungkin merugikan kegiatan
pada itu kebutuhan akan sumber daya tersebut semakin mening- tersebut, kemudian dicari usaha untuk menghindari timbulnya
kat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk serta me- dampak negatif. Pemikiran inilah yang mendasari perlunya studi
ningkatnya kebutuhan. tentang dampak lingkungan suatu kegiatan yang kemudian di-
Sejalan dengan hal tersebut perubahan lingkungan yang kenal dengan Analisis Dampak Lingkungan (Environmental
terjadi seringkali masih dapat ditenggang (tidak) atau kurang Impact Assessment). Analisis Dampak Lingkungan diperlukan
dipedulikan oleh masyarakat karena tidak secara jelas menim- untuk menjamin agar tujuan aktifitas manusia, yaitu kesejahtera-
bulkan kerugian yang berarti. Akan tetapi kemudian perubahan an hidup dapat tercapai tanpa merusak lingkungan. Dengan
tersebut semakin membesar, mengganggu daya dukung ling- dimasukkannya AMDAL ke dalam proses perencanaan suatu
kungan sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat kegiatan maka pengambil keputusan akan memperoleh pan-
dalam meningkatkan kualitas hidupnya, dan bahkan kualitas dangan yang lebih luas dan mendalam mengenai aspek kegiatan
hidup itu dapat menurun. Di sinilah kemudian disadari perlunya tersebut sehingga dapat diambil keputusan yang optimal dari ber-
dilakukan pertimbangan-pertimbangan yang seksama tentang bagai alternatif yang tersedia. Jadi AMDAL merupakan salah
risiko/gangguan lingkungan terhadap suatu rencana kegiatan, satu alat bagi pengambilan keputusan untuk mempertimbangkan
sehingga dapat diambil keputusan yang paling baik terhadap akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu kegiatan terhadap
kegiatan tersebut sebelum dilaksanakan atau dilanjutkan. lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menang-
Proses pengambilan keputusan terhadap rencana kegiatan di gulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.
masa lalu terutama didasarkan pada kelayakan dari segi teknis Secara nasional bagi semua kegiatan pemerintah telah
dan ekonomis serta mungkin dari segi politis saja; sedang dam- menetapkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang
paknya terhadap lingkungan hidup sangat jarang dipertimbang- AMDAL sebagai pengganti dari PP 29 tahun 1986 tentang
kan. Apabila hal tersebut dipertimbangkan biasanya hanya AMDAL. Berdasarkan PP 29 tahun 1986 Menteri Kesehatan
dikaitkan dengan analisis biaya-manfaat (Cost Benefit Analysis) telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 512/
di mana variabel-variabel yang tergolong variabel ekonomi MENKES/PER/X/1990 tentang AMDAL Rumah Sakit yang
dicoba untuk dihitung nilai moneternya. Akibat analisis yang tentunya harus disesuaikan dengan PP AMDAL yang baru.

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.

Cennin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 97


Peraturan Menteri Kesehatan No.512/MENKES/PER/X/ c) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).
1990 tentang AMDAL Rumah Sakit di samping menetapkan d) Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
pedoman teknis penyusunan AMDAL Rumah Sakit juga me- Jadi pengertian AMDAL di sini dapat berarti proses studi
netapkan penatalaksanaan AMDAL Rumah Sakit. Pedoman dan dapat pula berarti hasil studi.
teknis tersebut menetapkan sistematik dan isi laporan AMDAL Dengan ditetapkannya PP 51 tahun 1993 tentang AMDAL,
Rumah Sakit yang harus diikuti oleh setiap penyusun AMDAL tidak terdapat lagi ketentuan tentang AMDAL bagi kegiatan
Rumah Sakit. Namun dalam uraian makalah ini akan disampai- yang sudah berjalan yang dikenal dengan SEMDAL. Namun
kan langkah-langkah penyusunan AMDAL secara umum, de- demikian bagi kegiatan bidang kesehatan yang semula dite-
ngan memperhatikan ketentuan mengenai AMDAL yang di- tapkan wajib SEMDAL tapi hingga saat ini belum membuat
tuangkan dalam PP 51 tahun 1993. Di samping itu diuraikan SEMDAL, Departemen Kesehatan akan mengeluarkan keten-
tentang penatalaksanaan penyusunan dan penilaian AMDAL tuan khusus yang mewajibkan pembuatan standard operating
Rumah Sakit yang meliputi organisasi (Komisi AMDAL) dan procedure pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang di-
tatacara penyampaian dokumen AMDAL Rumah Sakit untuk tuangkan dalam rencana teknis pengelolaan lingkungan dan
penilaiannya. Bagi kegiatan wajib SEMDAL yang belum mem- rencana teknis pemantauan lingkungan, sebagai pengganti ke-
buat SEMDAL akan diuraikan beberapa ketentuan yang akan wajiban pembuatan SEMDAL.
diberlakukan dalam waktu dekat ini. Dampak lingkungan adalah perubahan lingkungan yang
diakibatkan oleh suatu kegiatan. Pada mulanya dampak ling-
PENGERTIAN DAN MANFAAT AMDAL kungan digambarkan sebagai adanya benturan antara dua ke-
pentingan yaitu kepentingan antara perlunya pelaksanaan ke-
1) Pengertian
giatan dan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan
AMDAL adalah salah satu studi yang mengidentifikasi,
yang baik. Benturan kepentingan tersebut hanyalah mencer-
memprediksi, menginterpretasi dan mengkomunikasikan pe-
minkan adanya dampak yang merugikan (negatif) saja. Dalam
ngaruh dari suatu kegiatan manusia terhadap lingkungan.
perkembangannya kemudian, yang dianalisis bukan hanya
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 dikenal
dampak negatifnya saja tapi juga dampak positif suatu kegiatan
istilah Analisis mengenai Dampak Lingkungan yang disingkat
dengan bobot analisis yang sama. Sedangkan dampak penting
dengan AMDAL yang berarti hasil studi mengenai dampak
adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang di-
penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkung-
akibatkan oleh suatu kegiatan. Berkenaan dengan dampak ling-
an hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
kungan suatu kegiatan ada dua hal pokok yang perlu dipahami
Di samping pengertian tersebut, dewasa ini dikenal pengertian :
a) AMDAL Kegiatan Terpadu/Multi Sektor yaitu hasil studi yaitu :
mengenai dampak penting kegiatan yang terpadu yang diren- a) Dampak setiap kegiatan bersifat khas dan unik (site
canakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan ham- specific), artinya dampak lingkungan suatu kegiatan hanya ber-
paran ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu laku untuk ekosistem tertentu dan kelompok sosial tertentu yang
menghuni ruang dan waktu tertentu. Asumsi ini berangkat dari
instansi yang bertanggung jawab.
suatu pengertian bahwa AMDAL hanya terfokus pada ruang
b) AMDAL Kawasan yaitu hasil studi dampak penting suatu
tertentu dan kurun waktu tertentu yang dihipotesakan terkena
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam
satu kesatuan hamparan ekosistem dan menyangkut kewenang- dampak suatu kegiatan. Implikasi dari asumsi ini adalah walau-
an satu instansi yang bertanggung jawab. pun jenis kegiatannya sama, dampak yang ditimbulkan akan
c) AMDAL Regional yaitu hasil studi dampak penting suatu berbeda bila berada di ruang yang berbeda.
b) Dampak suatu kegiatan bersifat kompleks. Asumsi ini
kegiatan yang' direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam
berangkat dari pengertian bahwa, setiap komponen lingkungan
satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana pengembangan
satu sama lain saling terkait. Perubahan atau tekanan yang
wilayah sesuai rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan
dialami oleh satu komponen lingkungan akan mempengaruhi
kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.
komponen lainnya. Hubungan sebab akibat ini semakin sulit
Bagi kegiatan yang diragukan dampak pentingnya, dilakukan
ditelusuri apabila dampak yang ditimbulkan pada suatu kom-
proses penapisan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut
ponen bersifat kumulatif dan baru tampak setelah kurun waktu
berdampak penting atau tidak. Bagi rencana kegiatan yang tidak
yang cukup lama. Implikasi hal ini adalah bahwa studi AMDAL
ada dampak pentingnya, dalam rangka menunjang pembangun-
harus dilakukan secara lintas disiplin sesuai dengan karakteristik
an yang berwawasan lingkungan diharuskan melakukan upaya
dampak yang ditimbulkan. Jadi diperlukan spesialis yang
pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan ling-
mengkaji masing-masing disiplin dari aspek yang terkait dan
kimgan (UPL).
ahli analisis sistim yang mengintegrasikan hasil kajian para
AMDAL merupakan keseluruhan proses yang meliputi
spesialis dalam kesatuan analisis.
penyusunan berturut-turut :
a) Kerangka Acuan bagi penyusunan Analisis Dampak 2) Manfaat AMDAL
Lingkungan (KA-ANDAL). Telah disebutkan terdahulu bahwa AMDAL diperlukan
b) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL). bagi proses pengambilan keputusan suatu kegiatan. Ini berarti

98 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


bahwa dokumen AMDAL merupakan salah satu bahan per- dihasilkan seperti yang dimaksud dalam pengertian AMDAL
ti mbangan, untuk menetapkan apakah suatu kegiatan itu menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993. Langkah-
memungkinkan untuk dilaksanakan ditinjau dari sudut kepen- langkah yang selanjutnya akan diuraikan di bawah ini lebih
tingan kelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian maka menjelaskan urutan pekerjaan studi AMDAL sejak persiapan
AMDAL bermanfaat untuk : studi sampai langkah dari studi AMDAL yaitu evaluasi dampak
a) Mengetahui adanya dampak suatu rencana kegiatan ter- lingkungan dan alternatif pengelolaannya.
hadap kualitas lingkungan hidup yang melampaui ambang batas
yang telah ditetapkan ataupun yang tidak dapat ditolerir serta 1) Langkah pertama
membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Persiapan meliputi :
a) Pembentukan Tim Penyusun.
b) Mengetahui adanya dampak suatu rencana kegiatan ter-
b) Pemahaman mengenai peraturan perundang-undangan yang
hadap kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan pertentangan.
berkaitan dengan AMDAL, pedoman-pedoman, baku mutu
c) Memberikan masukan bagi studi kelayakan teknis dan ke-
layakan ekonomi sehingga dapat dilakukan optimasi, terutama lingkungan, rencana kegiatan yang akan dikaji.
dalam rangka mengendalikan dampak negatif dan mengem- c) Pengenalan keadaan umum lokasi kegiatan (pra survai).
bangkan dampak positifnya. d) Penentuan ruang lingkup studi (scoping).
e) Penyusunan rencana kerja/usulan teknis.
d) Memberikan informasi sejauh mana keadaan lingkungan
dapat menunjang perwujudan suatu rencana kegiatan, terutama 2) Langkah kedua :
informasi tentang sumber daya yang diperlukan bagi kegiatan Pengumpulan dan penyusunan informasi mengenai kegiat-
tersebut, seperti energi, tenaga manusia, sarana dan prasarana an yang akan dikaji (pemerian kegiatan), sekurang-kurangnya
angkutan dan sebagainya. memuat :
e) Pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan berdasarkan a) Nama dan alamat pemrakarsa kegiatan.
hasil pendugaan dan evaluasi dampak lingkungan yang dilaku- b) Status, jenis, tujuan, dan kegunaan kegiatan.
kan dalam proses penyusunan AMDAL. c) Lokasi kegiatan.
f) Pelaksanaan pemantauan lingkungan yang diperlukan bagi d) Hasil (output) dan umur kegiatan.
penilaian ataupun pengawasan pelaksana pengelolaan lingkung- e) Uraian kegiatan mulai dari fase persiapan sampai operasi.
an. f) Perkiraan biaya.
g) Rencana operasional atau alur proses kegiatan.
LANGKAH-LANGKAH DALAM STUDI AMDAL h) Rincian mengenai limbah kegiatan.
Sesuai dengan definisi lingkungan yang berlaku di Indo- i) Uraian tentang sistim pengelolaan limbah.
nesia (Undang-undang No. 4 Tahun 1982) komponen lingkung-
3) Langkah ketiga :
an yang ditelaah dalam studi AMDAL bagi suatu kegiatan
Penentuan rona lingkungan awal dimaksudkan untuk
meliputi komponen lingkungan fisik kimia, komponen ling-
memberikan gambaran tentang kondisi lingkungan fisik, bio-
kungan hayati dan komponen sosial ekonomi dan sosial budaya.
logis, dan sosial di wilayah yang diperkirakan terkena dampak
Secara umum langkah-langkah pelaksanaan studi AMDAL
kegiatan, meliputi kegiatan :
secara berurutan dapat digambarkan pada diagram alir sebagai
a) Menetapkan komponenlingkungan yang akan dikaji.
berikut (Diagram 1) :
b) Menetapkan metodologi pengukuran setiap komponen
Diagram 1. Diagram Alir Studi AMDAL lingkungan termasuk sampling system dan sampling site-nya.
c) Menyusun daftar isian dan panduan-panduannya.
d) Menetapkan cara pengolahan dan analisa data.
e) Persiapan peralatan dan bahan-bahan.
f) Pelaksanaan pengukuran/penelitian di lapangan dan analisis
di laboratorium.
g) Pengolahan, analisis dan penyusunan hasil.
4) Langkah keempat :
a) Identifikasi dampak yaitu mengidentifikasi komponen
lingkungan yang mungkin terkena dampak rencana kegiatan/
komponen kegiatan.
b) Pendugaan dampak lingkungan yaitu memproyeksikan
perubahan komponen lingkungan yang mungkin terjadi akibat
dilaksanakannya rencana kegiatan.
5) Langkah kelima :
Langkah-langkah yang digambarkan dalam diagram ter- Evaluasi dampak lingkungan dan alternatif pengelolaannya,
sebut tidak menggambarkan bentuk dokumen yang akan meliputi :

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 99


a) Penentuan hubungan sebab akibat antara komponen ren- dengan sistimatika sebagai berikut :
cana kegiatan dan komponen lingkungan dengan dampak yang RKL :
mungkin ditimbulkan. 1) Identitas pemrakarsa
b) Uraian alternatif pengelolaan dampak lingkungan. 2) Uraian kegiatan
Dari langkah-langkah tersebut kemudian disusun laporan 3) Tujuan, kegunaan, ruang lingkup, dan pendekatan penge-
hasil studi yang berbentuk beberapa dokumen yang meliputi : lolaan lingkungan
KA ANDAL, ANDAL, serta RKL/RPL. 4) Rencana pengelolaan lingkungan
5) Kepustakaan.
LAPORAN HASIL STUDI AMDAL RPL:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993, la- 1) Identitas pemrakarsa
poran hasil studi AMDAL harus disusun dalam bentuk dokumen 2) Uraian kegiatan
sebagai berikut : 3) Tujuan, kegunaan, dan alternatif pemantauan lingkungan
– Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) 4) Uraian rencana pemantauan lingkungan
– Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) 5) Kepustakaan.
– Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Uraian yang disajikan dalam laporan RKL dan RPL harus
– Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). dapat mengungkap secara jelas tentang apa, bagaimana, dimana,
siapa, dan kapan pengelolaan dan pemantauan lingkungan akan
SISTIMATIKA LAPORAN dilakukan. Perlu diingat bahwa dokumen RKL dan RPL ter-
Berikut ini akan diuraikan secara singkat butir-butir yang masuk dokumen yuridis yang menjadi pegangan semua pihak
harus tercantum dalam setiap dokumen dan beberapa hal penting yang terlibat dalam pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan
yang harus ada pada setiap dokumen. pengawasan pelaksanaan RKL dan RPL.
a) Kerangka Acuan ANDAL
PENATALAKSANAAN AMDAL RUMAH SAKIT
Sesuai dengan pedoman teknis Kerangka Acuan ANDAL
harus disusun dengan sistimatika sebagai berikut : 1) Organisasi
1) Peendahuluan Sesuai dengan PP 51 tahun 1993, satuan kerja yang ber-
2) Tujuan studi tanggung jawab dalam penatalaksanaan AMDAL adalah Komisi
3) Ruang lingkup studi AMDAL Bidang Kesehatan yang berstatus pusat (perijinan atau
4) Metodologi pemilikannya) adalah Komisi AMDAL Pusat Departemen Ke-
5) Tim studi ANDAL sehatan yang pembentukannya ditetapkan dalam Keputusan
6) Biaya Menteri Kesehatan No. 041/MENKES/SK/I/1989 , dan telah
7) Waktu pelaksanaan diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
8) Daftar pustaka. 280/MENKES/SK/I/1993 . Dalam rangka pelaksanaan PP 51
tahun 1993 keanggotaan Komisi AMDAL Departemen Kesehat-
b) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) an akan ditambah dengan wakil-wakil dari Badan Pertanahan
Sesuai dengan pedoman teknis secara sistimatis dokumen Nasional dan Badan Koordinasi Penanaman Modal. Dalam
ANDAL rumah sakit harus memuat uraian tentang : melaksanakan tugasnya Komisi AMDAL Departemen Kese-
Ringkasan: hatan melakukan hubungan kerja dengan instansi yang ber-
1) Pendahuluan tanggung jawab dalam Rumah Sakit dalam hal ini Direktorat
2) Dasar pembangunan rumah sakit Jenderal Pelayanan Medik. Hubungan kerja tersebut lebih
3) Rencana rumah sakit lanjut akan diuraikan dalam tata cara penyampaian dokumen
4) Rona lingkungan hidup awal AMDAL Rumah Sakit.
5) Perkiraan dampak penting Komisi AMDAL Departemen Kesehatan diketuai oleh
6) Evaluasi dampak penting Direktur Jenderal PPM & PLP dengan pertimbangan bahwa
7) Kepustakaan urusan pengelolaan lingkungan secara fungsional menjadi
8) Lampiran tanggung jawab Direktur Jenderal PPM & PLP. Adapun anggota
Laporan hasil studi ANDAL harus disusun berdasarkan Komisi AMDAL Departemen Kesehatan terdiri dari pejabat di
Kerangka Acuan yang telah ditetapkan oleh Komisi. lingkungan unit utama Departemen Kesehatan yang tugas
Untuk hal-hal yang bersifat sangat rahasia dan tidak mungkin pokoknya berkaitan dengan pengelolaan lingkungan maupun
diungkapkan dalam laporan misalnya menyangkut rahasia yang berkaitan dengan kegiatan bidang kesehatan yang wajib AMDAL.
dipatenkan harus diberikan catatan tersendiri dan hal ini dituang- Para pejabat tersebut terdiri dari :
kan dalam ringkasan ANDAL. 1) Kepala Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan (sebagai Wakil
c) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Ketua Komisi)
Pemantauan Lingkungan (RPL) 2) Kepala Pusat Data Kesehatan (sebagai Sekretaris Komisi)
Sesuai dengan pedoman teknis RKL dan RPL harus disusun 3) Kepala Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman

100 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


4) Kepala Direktorat Penyehatan Air dokumen tersebut, Direktur Jenderal Yanmed menetapkan ke-
5) Kepala Direktorat Pemberantasan Bersumber Binatang putusan tentang dokumen tersebut selambat-lambatnya 45 hari
6) Kepala Direktorat Pengawasan Obat dan Bahan Berbahaya sejak tanggal pengajuan.
7) Kepala Direktorat Pengawasan Obat 2.4.1. Apabila keputusan tersebut berupa penolakan karena
8) Kepala Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dokumen-dokumen tersebut dinilai belum memenuhi persya-
9) Kepala Direktorat Instalasi Medik ratan maka dokumen tersebut harus diajukan kembali kepada
10) Kepala Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan Dirjen Yanmed, dan selambat-lambatnya 30 hari sejak peng-
11) Kepala Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta ajuan kembali harus sudah dikeluarkan keputusan atas dokumen-
12) Kepala Direktorat Bina Peranserta Masyarakat dokumen tersebut berdasarkan hasil penilaian Komisi AMDAL.
13) Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Dep.Kes. 2.4.2. Apabila hasil penilaian menyimpulkan bahwa dampak
14) Kepala Pusat Laboratorium Kesehatan negatif tidak dapat ditanggulangi berdasarkan IPTEK dan biaya
15) Wakil dari Departemen Dalam Negeri penanggulangan dampak negatif lebih besar dibandingkan de-
16) Wakil dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan/Kan- ngan hasil dampak positifnya, maka Dirjen Yanmed memutus-
tor Menteri Negara KLH kan menolak rencana kegiatan rumah sakit.
17) Wakil dari Badan Pertanahan Nasional 2.4.3. Pengajuan keberatan atas keputusan seperti pada 2.4.2
18) Wakil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal. dapat disampaikan kepada Menteri Kesehatan dengan tembusan
Adapun tugas Komisi AMDAL Departemen Kesehatan kepada Bapedal selambat-lambatnya 14 hari sejak diterimanya
adalah : keputusan penolakan.
a) Menyusun Pedoman Teknis Pembuatan AMDAL. 2.4.4. Menteri Kesehatan akan memberikan keputusan terhadap
b) Menetapkan Kerangka Acuan bagi pembuatan ANDAL. pengajuan keberatan tersebut setelah mendapat pertimbangan
c) Menilai ANDAL. dari Bapedal selambat-lambatnya 30 hari sejak diterima peng-
d) Menilai RKL dan RPL. ajuan tersebut dan keputusan ini merupakan keputusan terakhir.
e) Memberikan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan ber- Diagram alir penyampaian dokumen AMDAL terlampir
dasarkan hasil penilaian AMDAL. (Diagram 2) .
f) Membantu menyelesaikan diterbitkannya surat keputusan
tentang AMDAL. Diagram 2. Alur Pemrosesan Dokumen AMDAL Rumah Sakit
g) Memberikan bimbingan kepada Komisi Daerah.
h) Menilai rencana teknis pengelolaan lingkungan dan rencana
teknis pemantauan lingkungan.
Untuk membantu pelaksanaan penilaian AMDAL, Komisi
AMDAL dibantu oleh Tim Teknis AMDAL yang anggotanya
terdiri dari tenaga-tenaga yang berkualifikasi AMDAL B yang
berasal dari unit kerja di lingkungan Departemen Kesehatan
yang terkait dengan AMDAL.
2) Tata Cara Penyampaian Dokumen AMDAL Rumah
Sakit
1) Dokumen Kerangka Acuan (KA)
1.1. Dokumen KA ANDAL disampaikan oleh pemrakarsa ke-
pada Komisi AMDAL Departemen Kesehatan.
1.2. Komisi AMDAL setelah membahas Kerangka Acuan ter-
sebut memberikan tanggapan dan komentar tertulis terhadap KA
tersebut dan menyampaikannya kembali kepada pemrakarsa
selambat-lambatnya 12 hari seiak dokumen tersebut diterima
oleh Komisi AMDAL.
2) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL
2.1. ANDAL, RKL dan RPL diajukan sekaligus oleh pemrakarsa
kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.
2.2. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik memberikan bukti
penerimaan dokumen-dokumen tersebut kepada pemrakarsa
dengan mencantumkan tanggal penerimaan.
2.3. Dokumen tersebut diteruskan kepada Komisi AMDAL
Departemen Kesehatan untuk kemudian dilakukan pembahasan
dan penilaian.
2.4. Berdasarkan hasil penilaian Komisi terhadap dokumen -

Cermin Duniu Kedokteran , Edisi Khusus No . 90, 1994 101


No. Materi PP 29/1986 PP 51/1993
Menteri LH/Kepala
1. Kegiatan Wajib Pasal 2 ayat (2) : Pasal 2 ayat (3) : BAPEDAL.
AMDAL Ditetapkan oleh Menteri/ Ditetapkan Menteri LH/ 6. AMDAL – Pasal13:
(Penapisan) Pimpinan LPND yang Kepala BAPEDAL Kawasan – Bagi kegiatan yang
membidangi ........dst setelah mendengar dan berada dalam
memperhatikan saran kawasan sesuai per-
dan pendapat instansi aturan perundangan
yang bertanggung jawab. – Pedoman teknis,
Pasal 2 ayat (4) : penilaian dan
Penapisan kegiatan persetujuan oleh
ditinjau secara berkala instansi yang
sekurang-kurangnya bertanggung jawab.
sekali dalam 5 (lima) Pasal 14:
7. AMDAL –
tahun. Regional AMDAL regional akan
Pasal 5 : Pasal 5: diatur lebih lanjut
2. Kaitan antara
AMDAL dengan Keputusan tentang Pemberianizinusahadan dengan Keputusan
Perizinan pemberian izin terhadap kegiatan oleh instansi Menteri LH/Kepala
rencana kegiatan oleh yang berwenang untuk BAPEDAL.
instansi yang berwenang jenis kegiatan sebagai- 8. Kadaluwarsa Pasal21: Pasal15:
di bidang perizinan mana dimaksud dalam persetujuan Kadaluwarsa, apabila Kadaluwarsa, apabila
hanya dapat diberikan Pasal 2 hanya dapat AMDAL dalam 5(lima) tahun dalam 3 (tiga) tahun
setelah adanya keputusan diberikan setelah adanya rencana kegiatan tidak rencana kegiatan tidak
persetujuan atas RKU pelaksanaan rencana dilaksanakan dilaksanakan.
RPL pengelolaan lingkungan 9. Komisi : Pasal 23 Hanya ada 2 (dua)
dan rencana pemantauan – Komisi Pusat Komisi :
lingkungan yang telah – Komisi Daerah – Komisi AMDAL
disetujui oleh instansi Pusat
yang bertanggung jawab. – Komisi AMDAL
Pasal 6: Pasal 6: Daerah
3. Kedudukan dan
AMDAL ayat (1) : AMDAL ayat (1) : AMDAL me- Pasal 17 & 18 : (tetap)
merupakan komponen rupakan bagian kegiatan Keanggotaan komisi di-
studi kelayakan rencana studi kelayakan rencana tambahkan unsur BPN,
kegiatan usaha dan kegiatan BKPM sebagai anggota
ayat (2) : Hasil studi tetap dan LSM sebagai
AMDAL digunakan se- anggota tidak tetap.
bagai bahan perencanaan 10. Pembinaan Pasal 30 : Lisensi dihilangkan
pembangunan wilayah. Kualifikasi penyusun Pasal 20 :
4. Lama waktu pe- Pasal 10 : PIL = 30 hari o PIL dihilangkan AMDAL dengan pem- Pendidikan, pelatihan,
Pasal 12 : KA = 30 hari Pasal 7 :
nilaian AMDAL berian lisensi ... dst. penelitian, dan
(Putusan Pasal 16 : ANDAL = – KA hanya perlu pengembangan AMDAL
persetujuan) 90 hari tanggapan tertulis dari diselenggarakan dengan
Pasal 19 : RKL = 30 hari komisi koordinasi BAPEDAL.
Pasal 20 : RPL = 30 hari – Batas waktu tanggap- 11. Pengawasan Pasal 31 , 32, & 33 Pasal 22 – 25
an tertulis KA sejak – Setiap rencana usaha/
diterima oleh Komisi kegiatan wajib
adalah 12 hari diumumkan oleh
Pasal 10 : instansi yang
Batas waktu penetapan bertanggung jawab
ANDAL, RKL/RPL Dokumen AMDAL
sejak diterima oleh bersifat terbuka untuk
Komisi adalah 45 hari. umurn
Pasal 12:
5. AMDAL – – Peransertamasyarakat
Kegiatan – Bagi kegiatan yang dalam bentuk saran
Terpadu saling terkait, berada dan pemikiran (lisan
dalam satu ekosistem atau tertulis) kepada
dan dimiliki oleh satu Komisi sebelum
pemrakarsa dokumen AMDAL
Pedoman teknis, disetujui
penilaian dan BAPEDAL meng-
persetujuan oleh gunakan dokumen
instansi yang ditugasi AMDAL sebagai
mengendalikan bahan penguji hasil
dampak lingkungan pemantauan
Komisi AMDAL BAPEDAL dapat
Terpadu merupakan melakukan koordinasi
komisi gabungan dalam pengawasan.
yang ditetapkan oleh

102 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90,1994


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 1993
tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.,

Menimbang :
a) bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan sebagai upaya sadar dan
berencana mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk
meningkatkan mutu hidup, perlu dijaga keserasian antar berbagai usaha atau kegiatan;
b) bahwa setiap usaha atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkunan hidup yang perlu
dianalisa sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan
dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin;
c) bahwa analisis mengenai dampak Iingkungan diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
pelaksanaan rencana usaha atau kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup;
d) bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 16 Undang-undang Nommor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selama ini berlaku perlu disempurnakan sesuai dengan berbagai
perkembangan baru yang terjadi;
e) bahwa berdasarkan hal tersebut di atas dipandang perlu mengatur penyempurnaan tersebut dalam Peraturan
Pemerintah;

Mengingat :
1) Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945;
2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);

MEMUTUSKAN:
Dengan mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Ling-
kungan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 42);

Menetapkan :
PEATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :


1) Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, penga-
wasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup;
2) Analisis mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak penting suatu usaha atau
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan;
3) Analisis mengenai dampak lingkungan kegiatan terpadu/multisektor adalah hasil studi mengenai dampak
penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan
hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab;
4) Analisis mengenai dampak lingkungan kawasan adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan
menyangkut kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab;
5) Analisis mengenai dampak lingkungan regional adalah hasil studi mengenai dampak penting usaha atau
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona rencana
pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari
satu instansi yang bertanggung jawab;
6) Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan yang merupakan hasil pe-
lingkupan;
7) Pelingkungan adalah proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan dengan dampak penting;
8) Analisis dampak lingkungan adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu
rencana usaha atau kegiatan;

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 103


9) Dampak penting adalah perubahan Iingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha
atau kegiatan;
10) Rencana pengelolaan lingkungan adalah dokumen yang mengandung upaya penanganan dampak penting
terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha atau kegiatan;
11) Rencana pemantauan lingkungan adalah dokumen yang mengandung upaya pemantauan komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat dari rencana usaha atau kegiatan;
12) Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha atau
kegiatan yang akan dilaksanakan;
13) Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan tentang
pelaksanakan rencana usaha atau kegiatan, dengan pengertian bahwa kewenangan berada pada Menteri atau
Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan dan
pada Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 untuk usaha atau kegiatan yang berada di bawah wewenangnya;
14) Menteri adalah Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan hidup dan mengendalikan dampak ling-
kungan;
15) Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan adalah instansi yang mempunyai tugas pokok
membantu Presiden dalam melaksanakan pengendalian dampak lingkungan hidup yang meliputi upaya
pencegahan pencemaran, dan kerusakan lingkungan, penanggulangan dampak penting dan pemulihan kuali-
tias lingkungan;
16) Komisi analisis mengenai dampak lingkungan adalah komisi yang dibentuk oleh Menteri/menteri atau
Pimpinan Lembaga pemerintah Non Departemen di tingkat pusat, dan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat
1, yang bertugas membantu pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan di dalam proses pengambilan
keputusan.

Pasal 2

(1) Usaha atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup meli-
puti :
a) pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b) eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui;
c) proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan, dan kemerosotan
sumberdaya alam dalam pemanfaatannya;
d) proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya;
e) proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumberdaya alam
dan atau perlindungan cagar budaya;
f) introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik;
g) pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
h) penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan;
i) kegiatan yang mempunyai risiko tinggi, dan mempengaruhi pertahanan negara.
(2) Menteri menetapkan jenis usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), setelah mendengar
dan memperhatikan saran dan pendapat instansi yang bertanggung jawab.
(3) Bagi jenis usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib disusun analisis dampak
lingkungan.
(4) Penapisan rencana usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (3) ditinjau secara berkala sekurang-
kurangnya sekali dalam lima tahun.

Pasal 3

(1) Dampak penting suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup ditentukan oleh :
a) jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b) luas wilayah persebaran dampak;
c) lamanya dampak berlangsung;
d) intensitas dampak;
e) banyakanya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
f) sifat kumulatif dampak;
g) berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
(2) Pedoman mengenai ukuran dampak penting sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) ditetapkan oleh
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

(1) Analisis dampak lingkungan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) tidak perlu dibuat bagi
rencana usaha atau kegiatan yang langsung dilaksanakan untuk menanggulangi suatu keadaan darurat.
(2) Menteri dan atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi usaha atau kegiatan
yang bersangkutan menetapkan telah terjadinya suatu kcadaan darurat setelah mendengar saran-saran dari
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

Pasal 5

Pemberian izin usaha tetap oleh instansi yang membidangi jenis usaha atau kegiatan sebagaimana dimaksud

104 Cermin Dunia Kedokteran . Edisi Khusus No. 90, 1994


dalam Pasal 2 hanya dapat diberikan setelah adanya pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan yang telah disetujui oleh instansi yang bertanggung jawab.

Pasal 6

(1) Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha atau
kegiatan.
(2) Hasil analisis mengenai dampak lingkungan digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan
wilayah.

BAB II
TATA LAKSANA
Bagian Pertama
Kerangka Acuan

Pasal 7

(1) Pemrakarsa yang mempunyai rencana usaha atau kegiatan sebagaimana disebut dalam Pasal 2, wajib
menyusun kerangka acuan bagi pembuatan analisis dampak lingkungan.
(2) Kerangka acuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan oleh pemrakarsa kepada komisi
analisis mengenai dampak lingkungan yang bersangkutan.
(3) apabila dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya kerangka
acuan tersebut komisi analisis mengenai dampak lingkungan tidak memberikan tanggapan tertulis, kerangka
acuan tersebut sah digunakan sebagai dasar penyusunan analisis dampak lingkunan atas kekuatan Peraturan
Pemerintah ini.
(4) Kerangka acuan disusun oleh pemrakarsa berdasarkan pedoman umum atau pedoman teknis.
(5) Pedoman umum tentang penyusunan kerangka acuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
oleh Menteri.
(6) Pedoman teknis tentang penyusunan kerangka acuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintahan non departemen yang membidangi usaha atau kegiatan yang
bersangkutan.

Bagian Kedua
Analisis Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan, dan
Rencana Pemantauan Lingkungan

Pasal 8

(1) Analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkunagan, dan rencana pemantauan lingkungan
diajukan sekaligus oleh pemrakarsa kepada instansi yang bertanggung jawab.
(2) Instansi yang bertanggung jawab memeberikan bukti penerimaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) kepada pemrakarsa dengan mencantumkan tanggal penerimaan.
(3) Pedoman umum penyusunan analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana
pemantauan lingkungan ditetapkan oleh Menteri.
(4) Pedoman teknis penyusunan analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan ditetapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintahan non departemen yang
membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3).

Pasal 9

(1) Penilaian dokumen analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana peman-
tauan lingkungan oleh komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3), Pasal 18 ayat (3), dan Pasal 19
ayat (1) dilakukan secara bersamaan.
(2) Apabila dokumen analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencanapengelolaan
lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan dinilai belum memenuhi persyaratan dalam pedoman teknis,
pemrakarsa wajib memperbaiki sesuai petunjuk komisi analisis mengenai dampak lingkungan yang ber-
tanggung jawab.
(3) Berdasarkan hasil penilaian komisi analisis mengenai dampak lingkungan atas dokumen analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan yang diajukan pemrakarsa,
instansi yang bertanggung jawab menetapkan keputusan terhadap analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan.

Pasal 10

(1) Keputusan atas analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab
selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya pengajuan analisis dampak lingkungan,
rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1 994 105


(2) Apabila keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa penolakan karena dinilai belum
memenuhi pedoman teknis analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana peman-
tauan lingkungan, maka keputusan atas perbaikan analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan ling-
kungan, dan rencana pemantauan lingkungan diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya pengajuan kembali perbaikan analisis dampak lingkungan,
rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) instansi yang bertanggung
jawab belum memberikan keputusan, maka terhadap analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan tersebut dinyatakan diberikan persetujuan atas kekuatan
Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 11

(1) Apabila analisis dampak lingkungan menyimpulkan bahwa dampak negatif tidak dapat ditanggulangi
berdasarkan ilmu dan teknologi atau biaya penanggulangan dampak negatif lebih besar dibandingkan dengan
hasil dampak positifnya, maka instansi yang bertanggung jawab memutuskan menolak rencana usaha atau
kegiatan yang bersangkutan.
(2) Terhadap keputusan penolakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemrakarsa dapat mengajukan
keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi dari instansi yang bertanggung jawab dengan menyampaikan
tembusannya kepada instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dalam waktu selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari sejak diterimanya keputusan penolakan.
(3) Pejabat yang lebih tinggi dari instansi yang bertanggung jawab memberi keputusan atas pernyataan
keberatan pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) setelah mendapat pertimbangan instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
(4) Keputusan sebagaimanadimaksud dalam ayat (3) diberikan selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari sejak
diterimanya pemyataan keberatan dan merupakan keputusan terakhir.

Pasal 12
(1) Bagi rencana usaha atau kegiatan terpadu/multisektor dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan
terpadu.
(2) Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan bagi rencana usaha atau kegiatan terpadu/multisektor
dilaksanakan oleh komisi analisis mengenai dampak lingkungan terpadu dari instansi yang ditugasi meng-
endalikan dampak lingkungan.
(3) Komisi sebagaimana tersebut dalam ayat (2) merupakan komisi gabungan yang keanggotaannya terdiri
dari wakil-wakil instansi dan lembaga terkait tingkat pusat dan daerah, serta lembaga swadaya masyarakat dan
pihak lain yang dianggap perlu, dan ditetapkan oleh Menteri.
(4) Pedoman teknis penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan usaha atau kegiatan terpadu di-
tetapkan oleh instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan, dengan memperhatikan pedoman
teknis yang ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab.
(5) Persetujuan atas dokumen analisis mengenai dampak lingkungan rencana usaha atau kegiatan terpadu/
multisektor ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 13

(1) Penetapan kriteria tentang rencana usaha atau kegiatan, baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis
yang berada dalam satu kawasan yang berada di bawah kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab
ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab tersebut.
(2) Pedoman teknis penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan bagi rencana usaha atau kegiatan
seperti tersebut dalam ayat (1) ditetapkan oleh instansi yang bertanggung jawab.
(3) Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan bagi rencana usaha atau kegiatan seperti tersebut dalam
ayat (1), dilaksanakan oleh komisi analisis mengenai dampak lingkungan dari instansi yang bertanggung jawab.
(4) Persetujuan atas dokumen analisis mengenai dampak lingkungan kawasan ditetapkan oleh menteri atau
Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan.

Pasal 14
Ketentuan tentang pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan tentang usaha atau kegiatan yang
direncanakan dalam satu zona rencana pengembangan wilayah, ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri dengan
memperhatikan saran dan pendapat instansi yang bertanggung jawab.

Bagian Ketiga
Kadaluwarsa dan Gugurnya Keputusan Persetujuan Analiais Dampak Lingkungan,
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan

Pasal 15

(l) Keputusan persetujuan analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana
pemantauan lingkungan dinyatakan kadaluwarsa atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini, apabila rencana
usaha atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya keputusan
tersebut.

106 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


(2) Apabila analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan ling-
kungan dinyatakan kadaluarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka untuk melaksanakan rencana usaha
atau kegiatannya, pemrakarsa wajib mengajukan kembali permohonan persetujuan atas analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan kepada instansi yang
bertanggung jawab.
(3) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) instnasi yang bertanggung jawab memu-
tuskan :
a) Analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan yang
pernah disetujui dapat sepenuhnya dipergunakan kembali; atau
b) Analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan wajib
diperbaharui.

Pasal 16

(1) Apabila terjadi perubahan lingkungan yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena akibat lain
sebelum dan pada waktu rencana usaha atau kegiatan dilaksanakan, keputusan persetujuan analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan dinyatakan gugur atas
kekuatan Peraturan Pemerintah ini.
(2) Instansi yang bertanggung jawab, setelah berkonsultasi dengan instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan, menetapkan telah terjadinya perubahan lingkungan yang sangat mendasar sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) di lokasi semula yang disetujui dan menjadi dasar pembuatan analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan berdasarkan rona ling-
kungan baru tersebut menurut tata laksana sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
(3) Kriteria tentang perubahan lingkungan yang sangat mendasar ditetapkan menteri dan atau Pimpinan
lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab setelah berkonsultasi dengan instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

Bagian Keempat
Komisi

Pasal 17

(1) Menteri atau Pimpinan lembaga pemerintahan non departemen yang membidangi usaha atau kegiatan
yang bersangkutan membentuk komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat yang terdiri dari anggota
tetap dan anggota tidak tetap.
(2) Anggota tetap terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan departemen atau lembaga pemerintah non
departemen yang bersangkutan, wakil yang ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri, wakil yang ditunjuk oleh
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan, wakil yang ditunjuk oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal, wakil yang ditunjuk oleh Badan Pertahanan Nasional dan para ahli dalam bidang yang
berkaitan, sedangkan anggota tidak tetap diangkat dari unsur departemen dan atau lembaga pemerintah non
departemen yang berkepentingan, lembaga swadaya masyarakat, serta anggota lain yang dipandang perlu.
(3) Komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertugas :
a) menyusun pedoman teknis pembuatan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan yang meliputi
pembuatan kerangka acuan analiais dampak lingkungan, analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan;
b) menanggapi dokumen kerangka acuan bagi pembuatan analisis dampak lingkungan;
c) menilai dokumen analisis dampak lingkungan;
d) menilai dokumen rencana pengelolaan lingkungan;
e) menilkai dokumen rencana pemantauan lingkungan;
renca f) membantu penyelesaian diterbitkannyakeputusan tentang dokumen analisis dampak lingkungan,
pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan;
(g) melaksanakan tugas lain yang ditentukan oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintah non departemen
yang membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan .
(4) Dalam pelaksanakan tugasnya komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat dapat dibantu oleh tim
teknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen analisis mengenai dampak lingkungan.
(5) Pedoman mengenai susunan keanggotan dan tata kerja komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 18

(1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 membentuk komisi analisis mengenai dampak lingkungan daerah
yang terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap.
(2) Anggota tetap terdiri dari unsur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, instansi yang membidangi
lingkungan hidup di daerah, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, Badan Pertahanan Nasional di
daerah, instansi pemerintah yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan di daerah dan pusat studi
lingkungan hidup di daerah, Badan Pertahanan Nasional di daerah, instansi pemerintah yang ditugasi meng-
endalikan dampak lingkungan di daerah dan pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi di daerah yang
bersangkutan, sedangkan anggota tidak tetap diangkat dari unsur instansi pemerintah yang membina sektor

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994 107


yang bersangkutan di daerah, lembaga swadaya masyarakat, serta anggota lain yang dipandang perlu.
(3) Komisi analisis mengenai dampak lingkungan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertugas :
a) menanggapi dokumen kerangka acuan bagi pembuatan analisis dampak Iingkungan;
b) menilai dokumen analisis dampak lingkungan;
c) menilai dokumen rencana pengelolaan lingkungan;
d) menilai dokumen rencana pemantauan lingkungan;
e) membantu penyelesaian diterbitkannya surat keputusan tentang analisis dampak lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan;
f) melaksanakan tugas lain yang ditentukan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya komisi analisis mengenai dampak lingkungan daerah dapat dibantu oleh
ti m teknis yang bertugas menilai dokumen-dokumen analisis mengenai dampak lingkungan.
(5) Pedoman mengenai susunan keanggotaan dan tata kerja komisi analisis mengenai dampak lingkungan
daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 19
Dalam melaksanakan tugasnya, komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat dan komisi analisis
mengenai dampak lingkungan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18, wajib memperhati-
kan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup, rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang,
kepentingan pertahanan keamanan nasional, dan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan.

BAB III
PEMBINAAN

Pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang analisis mengenai dampak lingkungan untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan diselenggarakan dengan koordinasi dari instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

Usaha atau kegiatan golongan ekonomi lemah yang menimbulkan dampak penting serta bantuan pemerintah di
bidang analisis mengenai dampak lingkungan, ditetapkan lebih lanjutoleh Menteri setelah memperhatikan saran
dan pendapat instansi yang bertanggung jawab.

BAB IV
PENGAWASAN

Pasal 22

(1) Setiap rencana usahaatau kegiatan yang perlu dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungannyawajib
diumumkan oleh instansi yang bertanggung jawab.
(2) Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan dari setiap rencana usaha atau kegiatan serta keputusan
mengenai persetujuannya bersifat terbuka untuk umum.
(3) Sifat keterbukaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk peran serta masya-
rakat dengan mengemukakan saran dan pemikirannya secara lisan dan atau tertulis kepada komisi analisis
mengenai dampak lingkungan pusat atau komisi analisis mengenai dampak lingkungan daerah sebagaimanan
dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 sebelum keputusan persetujuan analisis mengenai dampak lingkungan
terhadap rencana usaha atau kegiatan ditetapkan.

Pasal 23

Bagi rencana usaha atau kegiatan yang menyangkut rahasia negara ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 tidakberlu.

Salinan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan rencana usaha atau kegiatan serta salinan keputusan
atas persetujuan dokumen tersebut disampaikan oleh instansi yang bertanggung jawab.
a) di tingkat pusat kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan, instansi terkait yang
berkepentingan, Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat 11 yang
bersangkutan; atau
b) di tingkat daerah kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan instansi terkait
yang berkepentingan.

(1) lnstansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan menggunakan dokumen analisis mengenai
dampak lingkungan sebagai bahan pcnguji terhadap;

108 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 90, 1994


a) laporan pemantauan lingkungan dan evaluasi hasilnya yang dilakukan oleh pemrakarsa sesuai dengan
rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan;
b) laporan pemantauan lingkungan dan evaluasi hasilnya yang dilakukan oleh instansi terkait yang berkepen-
tingan sesuai dengan rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan;
c) laporan pengawasan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan
yang dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab.
(2) Hasil pengujian sebagaimnana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan oleh instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan kepada menteri atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen dan
gubemur kepala daerah tingkat I yang bersangkutan.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dalat
melakukan koordinasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

BAB V
PEMBIAYAAN
Pasal 26

Biaya pelaksanaan kegiatan komisi pusat dan komisi daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan Pasal
18 dibebankan pada anggaran instansi yang bertanggung jawab.

Pasal 27

(1) Biaya untuk menyusun dokumen analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari biaya
usaha atau kegiatan yang direncanakan dan dibebankan pada pemrakarsa.
(2) Biaya pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dibebankan pada anggaran pelaksanaan
usaha atau kegiatan yang bersangkutan.

Pasal 28
Biaya pemantauan yang dilaksanakan oleh pemerintah terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan yang dilakukan oleh pemrakarsa menjadi tanggung jawab instansi pemerintah yang bersangkutan.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penem-
patannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Oktober 1993
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Oktober 1993
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

ttd

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1993 NOMOR 84

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIS KABINET Rl
Kepala Biro Hukum
dan Perundang-undangan
ub,
Kepala Bagian Penelitian
Perundang-undangan 1

Lambock V. Nahattands, S.H.

Cermin Duniu Kedokleran, Edisi Khusus No. 90, 1994 109


Penjelasan atas
Peraturan Pemerintah Republik lndonesia
Nomor 51 Tahun 1993
tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
UMUM
Pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan di satu pihak menghadapi permasalahan jumlah pendu-
duk yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi, tetapi di lain pihak ketersediaan sumberdaya alam
terbatas. Kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk yang meningkat dapat mengakibatkan tekanan terha-
dap sumberdaya alam. Pendayagunaan sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
rakyat harus disertai dengan upaya untuk melestarikan kemarnpuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang
guna menunjang pembangunan yang berkesinambungan, dan dilaksanakan dengan kebijaksanaan terpadu dan
menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan mendatang. Dengan demikian, pem-
bangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat tersebut, baik generasi sekarang maupun
generasi mendatang, adalah pembangunan berwawasan lingkungan.
Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumberdaya alam
secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup. Untuk mencapai tujuan ini, sejak
awal perencanaan usaha atau kegiatan sudah diperkirakan perubahan rona Iingkungan akibat pembentukan
suatu kondisi lingkungan yang baru, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, yang timbul sebagai
akibat diselenggarakannya usaha atau kegiatan pembangunan. Pasal 16 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap rencana yang
diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai
dampak lingkungan.
Dampak penting menurut penjelasan Pasal 16 tersebut ditentukan antara lain oleh :
a) jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b) luas wilayah persebaran dampak;
c) lamanya dampak berlangsung;
d) intensitas dampak;
e) banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak;
t) sifat kumulatif dampak tersebut;
g) berbalik (reversible) atau tidak berbalik (irreversible) dampak.
Berdasarkan hal tersebut di atas perlu pengaturan lebih lanjut mengenai usaha atau kegiatan yang akan
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.
Dengan dimasukkannya analisis mengenai dampak lingkungan ke dalam proses perencanaan suatu usaha
atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam
mengenai berbagai aspek usaha atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan yang optimal dari
berbagai altematif yang tersedia. Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan salah satu alat bagi
pengambil keputusan untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana usaha
atau kegiatan terhadap lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif
dan mengembangkan dampak positif.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Yang dimaksud dengan "analisis mengenai dampak lingkungan" dalam angka 2 sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelola-
an Lingkungan Hidup adalah keseluruhan proses yang meliputi penyusunan secara berturut-turut :
a) kerangka acuan bagi penyusunan analisis dampak lingkungan;
b) analisis dampak lingkungan;
c) rencana pengelolaan lingkungan;
d) rencana pemantauan lingkungan;
Yang dimaksud dengan "analisis mengenai dampak lingkungan usahaatau kegiatan terpadu/multisektor" dalam
angka 3 adalah keseluruhan proses yang meliputi penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan bagi
berbagai usaha atau kegiatan terpadu/multisektor yang secara berturut-turut meliputi :

110 Cermin Dunia Kednkterun, Edisi Khusus No. 90, 1994


a) kerangka acuan bagi penyusunan analisis dampak lingkungan;
b) analisis dampak lingkungan;
c) rencana pengelolaan lingkungan;
d) rencana pemantauan lingkungan.
Kriteria usaha atau kegiatan analisis mengenai dampak lingkungan terpadu/multisektor meliputi :
a) berbagai jenis usaha atau kegiatan yang analisis mengenai dampak lingkungannya menjadi kewenangan
berbagai instansi teknis yang membidanginya;
b) berbagai usaha atau kegiatan tersebut mempunyai keterkaitan dalam hal perencanaan, pengelolaan, dan
proses produksinya;
c) Usaha atau kegiatan tersebut berada dalam satu ekosistem yang sama;
d) Usaha atau kegiatan tersebut dapat berada di bawah satu pengelola atau lebih.
Yang dimaksud dengan analisis mengenai dampak lingkungan kawasan dalam angka 4 adalah keseluruhan
proses yang meliputi penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan bagi berbagai usaha atau kegiatan yang
sejenis danlatau yang tidak sejenis yang menjadi kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab berturut-
turut meliputi :
a) kerangka acuan bagi penyusunan analisis dampak lingkungan;
b) analisis dampak lingkungan;
c) rencana pengelolaan lingkungan;
d) rencana pemantauan lingkungan.
Kriteria usaha atau kegiatan tersebut di atas meliputi :
a) berbagai jenis usaha atau kegiatan yang analisis mengenai dampak lingkungannya menjadi kewenangan
satu sektor yang membidanginya;
b) berbagai usaha atau kegiatan tersebut ada dan/atau tidak ada keterkaitannya satu sama lain dalam hal
perencanaan, pengelolaan, dan proses produksinya;
c) usaha atau kegiatan tersebut berada dalam satu ekosistem yang sama;
d) usaha atau kegiatan tersebut dapat menjadi kewenangan satu pengelola atau lebih.
Yang dimaksud dengan analisis mengenai dampak lingkungan regional dalam angka 5 adalah keseluruhan
proses yang meliputi penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan bagi berbagai usaha atau kegiatan yang
saling terkait antara satu dengan yang lainnya yang menjadi kewenangan lebih dari satu instansi yang ber-
tanggung jawab berturut-turut meliputi :
a) kerangka acuan bagi penyusunan analisis dampak lingkungan;
b) analisis dampak lingkungan;
c) rencana pengelolaan lingkungan;
d) rencana pemantauan lingkungan.
Kriteria usaha atau kegiatan tersebut di atas meliputi :
a) berbagai jenis usaha atau kegiatan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya;
b) masing-masing usaha atau kegiatan tersebut menjadi kewenangan lebih dari satu instansi yang ber-
tanggung jawab;
c) usaha atau kegiatan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu pemrakarsa;
d) usaha atau kegiatan tersebut terletak dalam satu zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan
rencana umum tata ruang daerah;
e) usaha atau kegiatan tersebut dapat terletak di lebih dari satu kesatuan hamparan ekosistem.
Yang dimaksud dengan "kerangka acuan" dalam angka 6 adalah ruang lingkup studi rencana usaha atau kegiatan
yang telah disepakati antara komisi dengan pemrakarsa untuk dilaksanakan di dalam studi analisis dampak
lingkungan.
Yang dimaksud dengan hal-hal penting dalam angka 7 adalah berbagai aspek usaha atau kegiatan dan parame-
ter lingkungan yang dianggap penting untuk dikaji.
Yang dimaksud dengan "analisis dampak lingkungan" dalam angka 8 adalah dokumen hasil penelaahan secara
mendalam dampak penting.
Yang dimaksud dengan " rencana pengelolaan lingkungan" dalam angka 10 adalah dokumen upaya penanganan
dampak lingkungan dari hasil studi analisis dampak lingkungan.
Yangdimaksud dengan "rencana pemantauan lingkungan" dalam angka 11 adalah dokumen upayapemantauan
dampak lingkungan dari hasil rencana pengelolaan lingkungan berdasarkan analisis dampak lingkungan untuk
mengawasi tingkat ketaatan pada pelaksanaan.
Yang dimaksud dengan "orang " dalam angka 12 adalah seorang, kelompok orang, atau badan hukum. "Badan"
meliputi badan pemerintah dan badan usaha milik negara.
Pasal 2
Ayat (1)
Usaha atau kegiatan yang dimaksud dalam ayat ini merupakan usaha atau kegiatan yang berdasarkan peng-
alaman dan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai potensi menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian penyebutan jenis usaha atau kegiatan tersebut tidak
bersifat limitatif dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyebut-
an tersebut bersifat alternatif, sebagai contoh seperti usaha atau kegiatan :
a) pembuatan jalan, bendungan, jalan kereta api dan pembukaan hutan;
b) kegiatan pertambangan dan eksploitasi hutan;
c) pemanfaatan tanah yang tidak diikuti dengan usaha konservasi dan penggunaan energi yang tidak diikuti
dengan teknologi yang dapat mengefisienkan pemakaiannya;
d) kegiatan yang menimbulkan perubahan atau pergeseran struktur tata nilai, pandangan dan atau cara hidup
masyarakat setempat;

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 11 1


e) kegiatan yang proses dan hasilnya menimbulkan pencemaran, kerusakan kawasan konservasi alam, atau
pencemaran benda cagar budaya;
f) introduksi suatu jenis tumbuh-tumbuhan baru atau jasad renik (mikro organisme) yang dapat menimbul-
kan jenis penyakit baru terhadap tanaman, introduksi suatu jenis hewan baru dapat mempengaruhi kehidupan
hewan yang telah ada;
g) penggunaan bahan hayati dan nonhayati mencakup pula pengertian pengubahan;
h) penerapan teknologi yang dapat menimbulkan dampak negatip terhadap kesehatan.
Ayat (2)
Menteri atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi usaha atau kegiatan yang ber-
sangkutan memberikan masukan kepada Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan hidup/Kepala instansi
yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan, berupa daftar jenis usaha atau kegiatan masing-masing
sektor yang berpotensi menimbulkan dampak penting. Dengan mempertimbangkan masukan tadi Menteri yang
ditugasi mengelola lingkungan hidup/Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan ke-
mudian menetapkan jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak
lingkungan untuk masing-masing sektor.
Bagi rencana usaha atau kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya, dan atau secara teknologi sudah dapat
dikelola dampak pentingnya tidak termasuk dalam kategori ini. Dalam menunjang pembangunan yang ber-
wawasan lingkungan tetap diharuskan melakukan upaya pengelolaan lingkungan (UKL), dan upaya peman-
tauan lingkungan (UPL) sesuai dengan yang ditetapkan di dalam syarat-syarat perizinannya menurut peratur-
an yang berlaku. Misalnya dapat berupa syarat tambahan seperti yang disebutkan dalam Pasal 11 ayat (1)
Ordonansi Gangguan (S. 1926-226) seperti yang telah diubah dan ditambah dengan S. 1927-499, S. 1940-14
dan 450.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Penapisan usaha atau kegiatan yang telah ditetapkan oleh Menteri atau sebagaimana dimaksud dalam ayat (3),
ditinjau untuk penyempurnaannya sekurang-kurangnya satu kali dalam 5(Iima) tahun apabila dipandang perlu.

Pasal 3
Ayat (1)
Faktor yang menentukan adanya dampak penting dalam ayat ini ditetapkan berdasarkan tingkat pengetahuan
yang ada. Faktor ini dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
tidak bersifat limitatif.
Ayat (2)
Untuk menetapkan ukuran mengenai dampak penting faktor (a) sampai dengan (g) sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan mengadakan konsultasi dengan
Menteri dan atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi usaha atau kegiatan yang
bersangkutan.
Pasal 4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan yang kondisi yang sedemikian rupa, sehingga
mengharuskan dilaksanakannya tindakan segera yang mengandung risiko terhadap lingkungan hidup demi
kepentingan umum.
Ayat (2)
Penetapan adanya keadaan darurat harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
saran-saran yang dimaksudkan tersebut adalah berupa masukan secara tertulis dari instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan.
Pasal 5
Keputusan atas pelaksanaan yang baik terhadap rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan
lingkungan merupakan prasyarat dalam pemberian izin suatu usaha atau kegiatan bagi rencana usaha atau
kegiatan yang ditetapkan wajib analisis mengenai dampak lingkungan. Izin dimaksud adalah izin usaha tetap
bagi usaha atau kegiatan industri sebelum kegiatan produksi komersialnya dilaksanakan, hak kuasa pertam-
bangan (KP) bagi usaha atau kegiatan di bidang pertambangan, dan hak pengusahaan hutan (HPH) untuk bidang
kehutanan dan izin-izin lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6
Ayat (1)
Studi kelayakan pada umumnya meliputi analisis dari aspek teknis dan dari aspek ekonomis finansial. Dengan
adanya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, maka studi kelayakan bagi usaha atau kegiatan yang
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup meliputi komponen analisis teknis, analisis ekonomis
finansial, dan analisis mengenai dampak lingkungan.
Ayat (2)
Karena analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian dari studi kelayakan pada ekosistem tertentu,
maka hasil analisis mengenai dampak lingkungan tersebut sangat penting untuk dijadikan sebagai masukan
dalam perencanaan pembangunan wilayah.
Pasal 7
Ayat (1)
Kerangka acuan bagi pembuatan analisis dampak lingkungan merupakan pegangan yang diperlukan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses penyusunan analisis dampak lingkungan.

11 2 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Kerangka acuan terutama memuat hal-hal yang berdasarkan pelingkupan aspek usaha atau kegiatan yang
menimbulkan dampak penting dan parameter lingkungan yang akan terkena dampak penting.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Tanggapan tertulis diberikan oleh komisi analisis mengenai dampak lingkungan instansi yang bertanggung
jawab kepada pemrakarsa rencana usaha atau kegiatan bilamana kerangka acuan tersebut dinilai masih belum
memenuhi Pedoman Teknis yang telah ditetapkan. Apabila tanggapan tertulis belum diberikan dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari, maka KA (Kerangka Acuan) dianggap sah sebagai dasar
penyusunan analisis dampak lingkungan atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini.
Ayat (4)
Pedoman Umum penyusunan kerangka acuan digunakan bilamana Pedoman Teknis penyusunan kerangka
acuan untuk usaha atau kegiatan di sektor yang bersangkutan belum ditetapkan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Perlunya dokumen analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan
lingkungan diajukan secara bersamaan disamping membantu penyusun menganalisis dokumen secara terpadu
dan menyeluruh sebagai satu kesatuan, juga dapat menghemat waktu, dan biaya penyusunan dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan dalam ayat ini, dimaksudkan untuk memperoleh keseragaman di dalam penyusunan analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan.
Ayat (4)
Kegiatan setiap sektor berbeda sehingga diperlukan Pedoman Teknis untuk menampung sifat khas usaha atau
kegiatan yang bersangkutan.
Pedoman Teknis ditetapkan oleh Menteri dan atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang
membidangi kegiatan yang bersangkutan setelah berkonsultasi dengan Menteri yang ditugasi mengelola
lingkungan hidup/Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

Pasal 9
Ayat (1)
Hal ini dimaksudkan untuk menghemat waktu dan biaya di dalam penilaian dokumen analisis dampak ling-
kungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Jangka waktu selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari sejak diterimanya pengajuan analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan tersebut tidak termasuk hari
libur.
Ayat (2)
Dalam hal instansi yang bertanggung jawab memberikan keputusan berupa penolakan atas analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan, maka instansi tersebut
memberikan petunjuk tentang penyempurnaannya. Apabila setelah dilakukan perbaikan atau penyempurnaan
terhadap studi analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan ling-
kungan yang ditolak tersebut, kemudian diserahkan kepada instansi yang bertanggung jawab dalam waktu 30
(tiga puluh) hari kerja ternyata belum mendapat jawabannya, maka berlaku ketentuan seperti tersebut dalam ayat
(3).
Ayat (3)
Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini tetap perlu memperhatikan hasil penilaian komisi analisis
mengenai dampak lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18.
Pasal 11
Ayat (1)
Dalam kegiatan tertentu dampak negatif masih dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi. Namun
terdapat pula kemungkinan bahwa dampak negatif tersebut tidak dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan
teknologi, sehingga rencana usaha atau kegiatan tersebut harus ditolak dengan memberikan alasan pe-
nolakannya.
Ayat (2)
Apabila pernyataan keberatan atas keputusan penolakan diajukan melewati jangka waktu 14 (empat belas)
hari, maka keberatan yang diajukan pemrakarsa tersebut ditolak.

Cermin Dunia Kedokterun, Edisi Khusus No. 90, 1994 11 3


Ayat (3)
Pejabat yang lebih tinggi bagi Menteri atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang dimaksud
dalam ayat ini adalah Presiden. Untuk kegiatan yang merupakan wewenang Gubernur Kepala Daerah Tingkat
1, pejabat yang lebih tinggi dimaksud adalah :
a) Menteri atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi kegiatan yang ber-
sangkutan, bagi kegiatan sektoral.
b) Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, bagi kegiatan penanaman modal asing dan penanaman
modal dalam negeri.
Pertimbangan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan diperlukan dalam rangka keterpadu-
an dengan kebijaksanaan nasional secara menyeluruh maupun kebijaksanaan sektoral dalam pengendalian
dampak lingkungan.
Ayat (4)
Keputusan ini merupakan keputusan "akhir", artinya terhadap keputusan tersebut tidak dapat lagi diajukan
keberatan.
Pasal 12
Ayat (1)
Bagi rencana usaha atau kegiatan yang memenuhi kriteria analisis mengenai dampak lingkungan usaha atau
kegiatan terpadu/multisektor sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 butir 3 dan penjelasannya, pemrakarsa
melakukan penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan terpadu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pihak lain yang dianggap perlu dapat ditunjuk dari ahli atau wakil masyarakat yang akan terkena dampak.
Ayat (4)
Ketentuan dalam ayat ini dimaksudkan untuk memperoleh keseragaman dalam penyusunan analisis mengenai
dampak lingkungan usaha atau kegiatan terpadu/multisektor.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Kawasan yang dimaksud dalam ayat ini adalah kawasan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku, seperti antara lain :
– Kawasan Industri sesuai Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 tentang Kawasan Industri;
– Kawasan Pariwisata sesuai Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Sejalan dengan cepatnya pengembangan pembangunan wilayah, dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun ke-
mungkinan besar telah terjadi perubahan rona Iingkungan, sehingga rona lingkungan yang semula dipakai
sebagai dasar penyusunan analisis dampak lingkungan tidak cocok lagi digunakan untuk memprakirakan
dampak lingkungan rencana usaha atau kegiatan yang bersangkutan.
Ayat (2)
Dalam hal ini, keputusan persetujuan analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana
pemantauan lingkungan yang telah diberikan tersebut perlu ditinjau kembali.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Perubahan lingkungan yang sangat mendasar adalah perubahan yang mempengaruhi secara positif atau negatif
pengelolaan lingkungan hidup, sehingga mempermudah atau mempersulit tercapainya tujuan pengelolaan
tersebut.
Perubahan yang disebabkan oleh peristiwa alam atau tindakan untuk mengatasi keadaan darurat tidak termasuk
dalam pengertian ini.
Terjadinya perubahan lingkungan secara mendasar berarti hilangnya rona lingkungan awal yang menjadi dasar
penyusunan analisis dampak lingkungan. Keadaan ini menimbulkan konsekuensi gugurnya keputusan persetuju-
an analisis dampak lingkungan tersebut.
Ayat (2)
Pemrakarsa menyusun ulang dokumen analisis dampak lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan
rencana pemantauan lingkungan berdasarkan rona lingkungan yang baru.

114 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No . 90, 1994


Ayat (3)
Pengertian berkonsultasi di sini adalah melakukan pembahasan bersama.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengangkatan para ahli yang dipandang perlu sebagai anggota tetap komisi analisis mengenai dampak
ling-kungan pusat adalah untuk memantapkan bobot penilaian dokumen analisis mengenai dampak lingkungan.
Duduknya wakil yang ditunjuk Menteri Dalam Negeri dan wakil yang ditunjuk instansi yang ditugasi me-
ngendalikan dampak lingkungan dimaksudkan untuk menjamin keterpaduan pengelolaan lingkungan hidup
secara lintas sektoral baik di pusat, maupun di daerah.
Pengangkatan unsur departemen atau lembaga pemerintah non departemen yang bersangkutan dimaksudkan
untuk menjamin kepentingan sektor yang berkaitan langsung dengan rencana usaha atau kegiatan yang
bersangkutan.
Sedangkan kehadiran lembaga swadaya masyarakat diharapkan dapat memberikan masukan tentang aspirasi
masyarakat yang terkena dampak akibat usaha atau kegiatan tersebut.
Ayat (3)
Komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat menilai dan menetapkan dokumen-dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan dari rencana usaha atau kegiatan yang dibiayai :
a) oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sejauh mengenai usaha atau kegiatan instansi yang
bersangkutan.
b) oleh swasta, yang izin usahanya dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di tingkat pusat.
Komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat melaksanakan pula tugas yang ditentukan Menteri atau
Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi usaha atau kegiatan yang bersangkutan,
sejauh berkaitan langsung dengan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf (a) sampai dengan
huruf (g).
Hasil penilaian komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat terhadap dokumen analisis mengenai
dampak lingkungan dijadikan dasar bagi Menteri dan atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang
bertanggung jawab dalam proses pengambilan keputusan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pengangkatan para ahli dari pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi sebagai anggota tetap komisi daerah
adalah untuk memantapkan bobot keilmuan dalam penilaian analisis mengenai dampak lingkungan. Adanya
wakil yang ditunjuk dari instansi yang membidangi lingkungan hidup di daerah, Badan Perencanaan Pem-
bangunan Daerah, Badan Pertanahan Nasional di daerah dan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan di daerah dimaksudkan untuk menjamin keterpaduan pengelolaan lingkungan hidup secara lintas
sektor yang ada di daerah.
Pengangkatan unsur instansi pemerintah pembina sektor yang bersangkutan di daerah dimaksudkan untuk
menjamin kepentingan sektor yang berkaitan langsung dengan rencana usaha atau kegiatan yang bersangkut-
an.
Sedangkan kehadiran lembaga swadaya masyarakat diharapkan dapat memberikan masukan tentang aspirasi
masyarakat yang terkena dampak akibat dari usaha atau kegiatan tersebut.
Ayat (3)
Komisi analisis mengenai dampak lingkungan daerah menilai dan menetapkan dokumen-dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan dari rencana usaha dan kegiatan yang dibiayai :
a) oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
b) oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, apabila penyelenggaraan rencana usaha atau kegiatan
tersebut diserahkan kepada daerah;
c) oleh swasta, yang izin usahanya dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di tingkat daerah.
Komisi analisis mengenai dampak lingkungan daerah melaksanakan pula tugas lain yang ditentukan oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1, yang berkaitan langsung dengan tugas sebagaimana dimaksud dalam hu-
ruf (a) sampai dengan huruf (f) ayat ini.
Hasil penilaian komisi analisis mengenai dampak lingkungan daerah terhadap dokumen analisis mengenai
dampak lingkungan dijadikan dasar oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 dalam proses pengambilan ke-
putusan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 19
Keterpaduan merupakan ciri utama pengelolaan lingkungan hidup, sehingga dalam menilai anbalisis mengenai
dampak lingkungan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup serta pengembangan wilayah dan

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 11 5


pembangunan daerah perlu terkait dengan serasi

Pasal 20
Pelaksanaan pendidikan, latihan dan penelitian dan pengembangan di bidang analisis mengenai dampak lingkungan dapat pula dilakukan
oleh usaha swasta atas prakarsa warga masyarakat dengan mengacu pada kurikulum yang ditetapkan oleh instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan.

Pasal 21
Cukup jelas

Pasal 22
Ayat (1)
Pengumuman rencana usaha atau kegiatan yang antara lin dapat melalui media massa dan/atau papan pengumuman pada instansi yang
bertanggung jawab dimaksudkan agar masyarakat dapat mengajukan saran dan pemikirannya.
Pengajuan saran dan pemikiran tersebut kepada komisi analisis mengenai dampak lingkungan pusat dan komisi analisis mengenai
dampak lingkungan daerah merupakan peran serta setiap orang dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan terbuka untuk umum adalah bahwa setiap orang dapat memperoleh keterangan dan/atau salinan analisis dampak
lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan, dan rencana pemantauan lingkungan serta keputusan mengenai ketiga hal itu.
Dokumen-dokumen tersebut tersedia pada instansi yang bertanggung jawab.
Ayat (3)
Masyarakat yang berkepentingan selalu perlu didorong dan diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai rencana usaha
aau kegiatan tersebut kepada komisi analisis mengenai dampak lingkungan yang bersangkutan agar keputusan komisi tersebut sedapat
mungkin menampung aspirasi masyarakat yang berkepentingan tersebut, sebelum dokumen analisis dampak lingkungan disetujui.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Ketentuan ini dimaksudkan pula untuk memberikan pelayanan dan kemudahan informasi mengenai pengelolaan lingkungan yang
berkaitan dengan pembangunan. Di samping itu dapat pula dimanfaatkan untuk mengembangkan jaringan informasi pusat dan daerah.

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Maksud dikirimkannya hasil pengujian kepada Menteri atau Pimpinan lembaga pemerintah non departemen yang membidangi usaha
atau kegiatan dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan adalah agar dapat dipergunakan dalam rangka melaksanakan
fungsi pengawasan. Hasil pengujian tersebut disertai saran tindakan yang perlu dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab.
Ayat (3)
Tindakan tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat di antaranya berupa penyelesaian masalah yang ditimbulkan oleh
perbedaan kepentingan antar sektor di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Ayat (1)
Biaya yang dimaksudkan dalam pasal ni merupakan bagian dari biaya studi kelayakan.
Ayat (2)
Hasil rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan menetapkan perlunya pemrakarsa menyaediakan biaya untuk
melalukan upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang bersifat mengikat, khususnya pada kegiatan di dalambatas
wilayah proyeknya, sedangkan untuk biaya pemantauan di luar batas proyek \merupakan tanggung jawab pemerintah sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 28
Pemerintah mempunyai wewenang untuk melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana pengelolaan
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pemrakarsa. Untuk melakukan aktifitas tersebut pemerintah
menyediakan anggaran biaya melalui anggaran biaya instansinya.

Pasal 29
Cukup jelas.
Pelayanan Penderita Lanjut Usia
Persiapan Rumah Sakit
dalam Mengantisipasi Kasus Lanjut Usia
Dr. B. Ahmad Sanosal Tambunan
Direktur Rumah Sakit Islam, Jakarta

kesakitan, peningkatan kebugaran, bertambah panjangnya


PENDAHULUAN umur, perubahan gaya hidup, serta pengembangan compression
Mulai bulan April 1994 nanti kita memasuki tahun morbidity mempunyai potensi meningkatkan produktivitas
pertama rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJPT kelompok lanjut usia.
II). Tantangan pembangunan tahap ini berada dari tantangan Dari apa yang dikemukakan di atas, bidang pembangunan
yang dihadapi pada pembangunan jangka panjang tahap I. kesehatan mempunyai peluang untuk menjadikan kelompok
Perbedaan ini terasa pula dalam pembangunan di bidang usia lanjut ini hidup produktif dan menjadi manusia berkualitas
kesehatan. sebagai sumberdaya yang penting bagi pembangunan lebih
Berkat kemjuan yang dicapai dalam pembangunan jangka lanjut, terutama didukung oleh makin tingginya jumlah mereka
panjang pertama, tampak adanya penurunan angka kematian yang mempunyai pendidikan yang baik.
kasar, kematian bayi dan balita serta ada peningkatan umur Penelitian yang talh dilakukan tehadap kesehatan
harapan hidup. Angka gangguan gizi menurun pula dengan sekelompok usia lanjut, menunjukkan bahwa beberapa
sangat bermakna. Kemajuan tersebut menimbulkan perubahan penyakit seperti kanker, diabetes melitus, CVD, penyakit
struktur penduduk dan pola penyakit. Jumlah mausia jantung koroner, oeteoporosis, banyak diderita oleh kelompok
mengantisipasi besarnya masalah penyakit-penyakit yang ini. Penyakit-penyakit ini umumnya tidak dapat hanya
kebanyakan diderita oleh oleh kelompok berusia lanjut ini, ditangani oleh pelayanan kesehatan dasra seperti yang
marilah kita kaji kecendrungan perkembangan jumlah dilakukan di Puskesmas/Balkesmas, tetapi memerlukan
kelompok usia lanjut di Indonesia M. Alwi Dahlan penanganan spesialistis dan perawatapn inap yang terdapat di
mengemukakan bahwa: rumah sakit. Oleh karena itu, peran rumah sakit untuk saat ini
1) Seseorang disebut sebagai usia lanjut bila telah dan masa mendatang makin penting. Orientasi pelayanan
berumur 60 tahun atau lebih. Bila didasarkan usia rumahs aikt tidak hanya pada pelayanan kuratif saja, tetapi
pensiun maka usia lanjut adalah 65 tahun ke atas. lebih luas daripada itu, mulai dari pelayanan promotif, kuratif
2) Sensus penduduk menunjukkan peningkatan jumlah sampai pada rehabilitatif yang dilakukan secara terprogram dan
penduduk sebagai berikut: terpadu.
a. Usia 65 tahun : tahun 1971 sebesar 2,98 juta Untuk dapat melaksanakan pendekatan ini, rumah sakit
(2,5%) meningkat menjadi 6,96 juta harus melakukan koordinasi dengan bersbagai
(3,88%) pada tahun 1990. Menurut organisasi/instansi lainnya. Hal in didasarkan pada pemikiran
perkiraan Bank Dunia keompok ini akan bahwa beberapa penyakit yang diderita kelompok lanjut usia
menjadi 4,33% pada tahun 1995; 4,775 pada ini pada hakikatnya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya
tahun 2000 dan 5,57% pada tahun 2010 dapat dicegah timbulnya gangguan yang lebih cbesar tehadap
serta 7,08% dalam tahun 2020. kesehatan kelompok lansia; contoh penyakit diabetes melitus
b. Untuk usia 55 tahun ke atas, terjadi yang dipengaruhi oleh gaya hidup, demikian pula hipertensi.
kenaikan dari 8,9% atau 16,1 juta pada Hal-hal ini dapat dicegah sejak usia muda.
tahun 1990 menjadi 10,7% atau 18,67 juta Dengan mengkaji hal-hal yang telah dikemukakan
pada tahun 2000. terdahulu, sudah sepantasnya kalau rumah sakit
c. Kelompok usia 60+ mengalami kenaikan mempersiapkan diri untuk menerima kelompok lanjut usia afar
dari 6,9% (7,38 % juta) menjadi 7,4% atau dapat dilayani sebagaimana mestinya.
15,4 juta orang.
3) Dalam profil kualitatif, dikemukakan bahwa KECENDRUNGAN KESEHATAN DI MASA YANG
kemajuan kesehatan yang menyebabkan penurunan angka AKAN DATANG DAN PERAN RUMAH SAKIT
Kurun waktu pembangunan jangka panjang tahap kedua lahir dan perilaku hidup yang menimbulkan ketenangan lahir
mempunyai ciri yang berbeda dari PJPT I. Struktur penduduk dan batin, a.l. iman, takwa dan ikhlas, hobby yang baik, dan
berubah; yang semula menunjukkan jumlah besar di kelompok lain-lain.
usia bawah lima tahun, pada kurun waktu ini menjadi terbalik; Upaya preventif khusus a.l. pelaksanaan imunisasi dan
jumlah kelompok usia lanjut makin besar. Kelompok sosial upaya spesifik lainnya seperti olahraga khusus bagi manula
masyarakt juga berubah. Susunan keluarga yang berupa untuk mencegah atau mengurangi intensitas osteoporosis.
extended family menjdai nuclear family. Gaya hidup juga Upaya kuratif dan rehabilitatif meliputi kegiatan
berubah dan makin meningkatnya kesejahteraan dan majunya diagnostik, terapeutik, dan rehabilitasi. Untuk diagnostik dan
teknologi, khususnya teknologi komunikasi. Dengan terapeutik dilaksanakan oleh rumah sakit sedangkan
beralihnya kehidupan agraris ke kehidupan industrial, berubah rehabilitasi dilaksanakan di rumah sakit dan di luar rumah
pula tata kehidupan keluarga. banyak suami dan istri bekerja sakit.
dan anak-anak yang ditinggalkan di rumah bersama pengasuh Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
atau diditpkan ke tempat penitipan anak. Pola hidup ketiga kedokteran, makin banyak masalah kesehatan/kedokteran yang
generasi mulai ditinggalkna. Dan ini akan menimbulkan dapat diatasi. Penggunaan alat-alat canggih di satu pihak dan
masalah bagi kehidupan kelompok usia lanjut ataupun lahirnya spesialisasi/subspesialissasi kedokteran membantu
kelompok anak dan remaja. fungsi tersebut. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan
Hal-hal tersebut berpengaruh pada pola penyakit. kesehatan yang mampu melaksanakan fungsi tersebut.
Sebagaimana telah disebutkan pada babpendahuluan, pada Dengan gambran tersebut di atas, sangat jelas peranan
kurun waktu PJPT III akan makin menonjol penyakit non rumah sakit dalam mengentisipasi perubahan pola penyakit di
infeksi dan penyakit degeneratif, penyakit-penyakit semula masa mendatang.
yang akan muncul penyakit-penyakit yang umumnya diderita
oleh kelompok usia lanjut, gangguan jiwa akan akan semakin PERSIAPAN RUMAH SAKIT DALAM MENGHADAPI
menonjol pula. Gaya hidup yang kurang aktifitas fisik, pola TANTANGAN PELAYANAN KASUS LANJUT USIA
makan yang makin menggemari fast food yang menyebabkan Tujuan persiapan rumah sakit dalam mneghadapi
kurangnya intake gizi seimbang membantu timbulnya tantangan pelayanan bagi kasus lanjut usia adalah kesembuhan
penyakit-penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi dan penderita lanjut usia dari penyakit yang dideritanya dan
lain-lainnya. menjaga serta meningkatkan produktifitas kehidupannya. Bila
Berubahnya pola penyakit pada kurun waktu yang akan penderita tidak dapat sembuh total, paling tidak hanya ia dapat
datang menyebabkan meningkatnya kebutuhan pelayanan melakukan tugas pemeliharaan dirinya sendiri sehingga tidak
rumah sakit. Rumah sakit akan makin mampu dalam terlalu tergantung pada orang lain. Sedangkan untuk mereka
mendeteksi penyakit dan penyebabnya maupun perjalanan yang meninggal, saat-saat akan meninggal menerima
penyakit., demikian pula dengan upaya penyembuhan dan bimbingan rohani sehingga menghadapi maut secara tenang
rehabilitasi yang diperlukan. Hal ini dimungkinkan karena dan iman sesuai kepercayaan agama masing-masing.
tersedianya sarana teknologi canggih. Oleh karena itu Sasaran tersebut hanyalah dapat dicapai bila rumah sakit
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dalam sistem rujukan telah mempersiapkan diri untuk melakukan pelayanan
medik makin penting makna keberadaannya dalam upaya paripurna yang didasari pada wawasan pendekatan manusia
peningkatan kesehatan masyarakat. Penyakit yang diderita seutuhnya yaitu bahwa setiap manusia selain terdiri dari aspek
kelompok usia lanjut pada hakikatnya beragam jenisnya. Oleh jasmani, juga memiliki aspek mental/spiritual dans osial.
karena itu persiapan rumah sakit dalam penanganan kasus Dalam wawasan in, diakui adanya sosok manusia itu sendiri,
lanjut usia perlu diarahkan untuk dapat menampung kebutuhan selain itu diakui pula hubungan manusia itu dengan khaliknya
itu. dan hubungan manusia denganlingkungannya.
Mengkaji keadaan yang akan datang sebagaimana telah
disebutkan di atas, dalam mempersiapkan pelayanan kepada Hasil penelitian terhadap kelompok lansia
kelompok lanjut usia rumah sakit bukanlah merupakan salah Meningkatnya status kesehatan masyarakat selain
satu nya institusi yang dibutuhkan. Upaya yang bersifat ditunjukkan oleh menurunnya angka kematian dan kesakitan,
promotif, preventif dan kuratif serta rehabilitatif perlu membaiknya status gizi juga ditunjukkan oleh meningkatnya
dilakukan melalui berbagai saluran pelayanan. angka harapan hidup.
Upaya promotif dilakukan sejak dini yakni sejak manusia
berusia muda. upaya ini berupa penyuluhan dan praktek
pencegahan terjadinya gangguan kesehatan a.l. gaya hidup
sehat yang menyangkut pembagian waktu kerja/kegiatan fisik
dan istirahat yang seimbang, olahraga kesehatan, kebiasaan
makan atau pola makan yang baik (ditinjau dari segi waktu,
kandungan gizi seimbang dalam menu sehari, dan kuantitas
makanan). Sikap dan perilaku hidup menimbulkan ketenangan
Tabel 1. Estimasi angka harapan hidup di Indonesia tahun 1967-1990. nyakit saraf, serta penyakit endokrin. Gambaran statistik penya-
Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki kit yang diderita kelompok lanjut usia di rumah sakit adalah
dan perempuan
(tahun) (tahun) (tahun) sbb :
— 40% penyakit kardio serebrovaskular
1967 42,20 47,17 45,73
50,64 53,69 52,21 — 25% kanker
1976
1986 58,06 61,54 59,80 — 15% non spesifik
1990 59,59 63,28 61,49 — 5% trauma
— 15% lain-lain.
Data di atas menunjukkan bahwa pendekatan paripurna
Tabel 2. Perbandingan usia harapan hidup dengan negara lain
yang meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabi-
Negara Usia harapan hidup litatif sangat perlu diterapkan secara terpadu dan berkesi-
nambungan.
Jepang 78,3 tahun
Singapura 73,5 tahun
Malaysia 69,5 tahun PERSIAPAN RS UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN
Philipina 63,5 tahun PELAYANAN KELOMPOK LANJUT USIA
Thailand 65 tahun Rincian penduduk Indonesia menurut golongan umur (dalam
Indonesia 61,5 tahun
%) dan jenis kelamin tergambar dalam piramida pendudukan
Keterangan : Sumber Profil Kesehatan Indonesia 1992. hasil sensus tahun 1971, 1980 dan tahun 1990, menunjukkan
ciri-ciri yang menarik. Pertama, struktur umur penduduk Indo-
Estimasi angka harapan hidup menunjukkan adanya pe- nesia masih tergolong "muda" artinya proporsi penduduk yang
ningkatan dari 45,73 pada tahun 1967 menjadi berturut-turut berumur di bawah 15 tahun masih tinggi walaupun secara ber-
52,21/tahun 1976, 59,80/tahun 1986 dan 61,49/tahun 1990. angsur mulai menurun, yaitu 43,97% pada tahun 1971 menjadi
Peningkatan angka harapan hidup terjadi pada kedua jenis kelamin, 40,9% dan 36,49% pada tahun 1980 dan 1990. Kedua, proporsi
walaupun pada wanita ternyata lebih tinggi dari pada laki-laki. penduduk usia lanjut (> 55 tahun) semakin bertambah yaitu
Banyaknya wanita yang berusia lanjut pada dekade tahun 1990 6,4% pada tahun 1971 menjadi 7,8% pada tahun 1980 dan
akan membawa dampak terhadap pola pelayanan kesehatan di 9,2% pada tahun 1990, sedangkan proporsi anak di bawah
masa-masa yang akan datang. lima tahun terlihat menurun yaitu 16,1% pada tahun 1970 men-
Penelitian terhadap kelompok lanjut usia menunjukkan jadi 14,4% pada tahun 1989 dan 11,7% pada tahun 1990. Saat
bahwa pada usia lanjut terjadi secara umum penurunan vitalitas ini diperkirakan pada sekitar 16.650.000 penduduk usia > 55
dan kemandiriannya. Kerentaan sosial meningkat baik fisik tahun. Ketiga, perbandingan laki-laki dan perempuan meningkat
maupun mentalnya. Tampak pula gejala non spesifik seperti dari 97,2% tahun 1971 menjadi 98,8% pada tahun 1980 dan
menurunnya indera rasa sakit, menurunnya reaksi termal, confu- 99,5% pada tahun 1990.
sion (apathy leading characteristics), kehilangan nafsu makan, Jumlah kelompok lanjut usia yang akan makin meningkat,
perubahan reaksi terhadap obat, serta inkontinesia urine; padahal sasaran pelayanan bagi kelompok lanjut usia oleh rumah sakit,
gejala-gejala ini merupakan gejala penting dari adanya kelainan serta data penelitian yang menyajikan fakta tentang kelompok
kesehatan tertentu. Oleh karena itu perlu diwaspadai gejala- lanjut usia, menjadi pendorong bagi rumah sakit untuk memner-
gejala nonspesifik ini agar tidak terjadi kesalahan diagnosis. siapkan diri.
Persiapan ini perlu dilakukan dalam bidang-bidang beri-
PENYAKIT PADA KELOMPOK LANJUT USIA kut :
Walaupun hasil SKRT terbaru 1990 belum ada tetapi me- 1) Sumber Daya Manusia
nurut hasil SKRT 1980 dan SKRT 1986 menunjukkan angka Pengembangan sumber daya manusia yang terpenting ada-
kesakitan untuk masing-masing penyakit sebesar 11,5% dan lah :
8,3%; angka kesakitan untuk semua umur menurut SKRT 1980 a) Tersedianya dokter yang menguasai pengetahuan dan cara
adalah 25,7% sedangkan pada SKRT 1986 angka kesakitan pada penatalaksanaan kasus manusia lanjut usia, karena akan mem-
semua umur turun menjadi 15,1%. bantu pengenalan penyakit dan sebab-sebabnya serta penatala-
ksanaannya secara tepat dan cepat.
Lima penyakit terbanyak yang diderita adalah( 3 ) : Gerontologi sebagai disiplin ilmu kedokteran yang mengkaji
1. Penyakit pembuluh darah 15,6% masalah lansia telah berkembang. Maka alangkah baiknya bila
2. Gangguan muskuloskeletal 14,5% rumah sakit dapat memiliki tenaga dokter yang telah mendalami
3. TBC 13,8% cabang ilmu ini. Bila belum ada, maka para dokter khususnya
4. Bronkhitis 12,1% yang mempunyai peluang menangani kasus-kasus lanjut usia
5. Infeksi saluran nafas akut 10,2% perlu memahami data/karakteristik kelompok ini sehingga
Penyakit yang biasanya diderita oleh kelompok lanjut usia mempunyai kewaspadaan yang tinggi dalam menegakkan diag-
adalah a.l. : penyakit degeneratif kronik, penyakit kardiosere- nosis dan dalam melakukan pantauan terhadap efektivitas
brovaskular, penyakit sendi, penyakit saluran urogenital, pe- pengobatan.

Cennin Dunia Kedokterun, Edisi Khusus No. 90, 1994 119


b) Tersedianya tenaga paramedis yang memahami karakteris- 4) Menjalin hubungan dengan instansi/organisasi lain
tik kelompok lanjut usia sehingga mempunyai kewaspadaan Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana yang sesuai
yang tinggi akan gejala yang menyimpang akibat perubahan bagi kelompok lanjut usia, baik berupa rujukan keahlian maupun
fisio-bio-fisiologik serta mental/spiritual dan sosial penderita dalam menghimpun dana untuk membantu proses penyembuhan
lanjut usia. Pelayanan yang sabar namun profesional diperlukan dan rehabilitasi penderita.
oleh kelompok lanjut usia. Upaya ini juga sangat bermanfaat bagi pemantauan keadaan
c) Tersedianya tenaga lain yang terkait yang juga memahami penderita pasca perawatan.
hal-hal yang bersangkutan tentang kelompok lanjut usia, agar
pelayanan yang disediakan sesuai dengan yang diharapkan. KESIMPULAN
Sebagai contoh : tenaga gizi. Orang tua di satu pihak memerlukan Telah dicoba menyusun pemikiran tentang Pelayanan Pen-
intake gizi yang tinggi, namun di lain pihak terjadi penurunan derita Lanjut Usia : persiapan rumah sakit dalam mengantisipasi
nafsu makan, maka pemantauan apakah makanan yang dihi- kasus lanjut usia. Hal ini berdasarkan fakta bahwa dengan
dangkan dimakan habis oleh penderita menjadi sangat penting meningkatnya status kesehatan dalam satu dasawarsa terakhir
artinya. maka umur harapan hidup meningkat dengan tajam.
Pelaksanaan tugas secara terpadu antara berbagai jenis te- Pada tahun 1976, laki-laki 50, 64 tahun meningkat menjadi
naga tersebut di atas akan membantu kelancaran, efektivitas dan 59,59 pada tahun 1990. Wanita pada tahun 1976, 53, 69 tahun
efisiensi pelayanan bagi kelompok lanjut usia. menjadi 63,28 tahun pada tahun 1990. Jumlah penduduk yang
Aspek mental, sosial dan spiritual pada lanjut usia perlu berusia > 55 tahun pada tahun 1980 hanya 9,2% pada tahun 1990
tersedianya tenaga yang dapat melayani aspek ini seperti tenaga menjadi 11,7% berarti pada tahun 1990 ada sekitar 16.650.000
pekerja sosial, pembina rohani dan ahli jiwa (psikolog/psikiater). penduduk berusia > 55 tahun. Pola penyakit juga bergeser dari
infeksi saluran nafas menjadi penyakit-penyakit pembuluh darah
2) Penyediaan sarana diagnostik dan terapeutik (kardio- serebrovaskular), dan gangguan muskuloskeletal se-
Sarana diagnostik yang dapat mendeteksi kelainan secara hingga pengelola rumah sakit dan sarana kesehatan lain harus
tepat dan cepat, agar dapat dilakukan tindakan yang diperlukan tanggal terhadap estimasi untuk golongan usia lanjut ini.
secara cepat dan tepat pula sangat diperlukan. Dalam kaitan ini Tantangan pelayanan bagi kelompok lanjut usia telah
penerapan alat canggih untuk diagnostik dan terapeutik kiranya dihadapai dan merupakan fakta. Maka marilah kita bersama-
diperlukan. Namun demikian hendaknya pemanfaatan alat-alat sama menyambutnya dengan rencana dan langkah nyata untuk
canggih ini berdasarkan indikasi medis yang kuat sehingga tidak Indoesia. kepentingan pembangunan bangsa dan negara kita,
membebani ekonomi pasien/keluarganya. Marilah kita wujudkan motto WHO : Add life to years bukan Add
years to life. Berilah makna hidup selalu sekalipun pada usia
3) Prasarana/sarana non medis yang telah lanjut. Karena hidup yang bermakna akan men-
Telah dikemukan bahwa kelompok lanjut usia mengalami datangkan keutungan pada diri sendiri dan masyarakat ling-
kemunduran dalam tingkat kemandiriannya, mungkin karena kungan.
adanya handikap fisik. Oleh karena itu, perlu ada penyesuaian
sarana fisik untuk membantu agar mereka tidak sangat tergan-
tung pada orang lain. khususnya dalam membantu dirinya KEPUSTAKAAN
melakukan pekerjaan hidup sehari-hari (makan, minum, ke be- 1. Naskah Iengkap Kursus Geriatri, FKUI - Dutch Foundation, Jakarta 9-11
lakang, dan lain-lainnya). November 1992.
Di negara-negara maju, pelayanan kelompok lanjut usia 2. Makalah-makalah yang disajikan pada Simposium Tantangan dan Peluang
dilakukan dalam ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan Usia Lanjut Tahun 2000. Peringatan Hari Lanjut Usia lntemasional, BKKKS
DKI Jakarta, 13 Oktober 1992.
perkampungan khusus. Tentunya hal ini sangat ideal. Adanya 3. Profil Kesehatan Indonesia 1992, Departemen Kesehatan R.I., Pusat Data
fasilitas tersebut di atas, diarahkan untuk memberi lingkungan Kesehatan Jakarta, 1992.
kehidupan yang nyaman dan sesuai bagi kelompok lanjut usia. 4. Peningkatan Kualitas Hidup Lansia, Jaringan Epidemiologi Nasional. Pusat
Penelitian Kesehatan LPUI, Lembaga Demografi FEUI, Jakarta 15 Oktober
Keadaan ini masih sulit dikembangkan saat ini; oleh karena
1993.
itu, perlu dipikirkan cara lain yakni mempersiapkan SDM 5. Japan Aging Research Center, Tokyo 102, Japan.
untuk lebih siap menerima kelompok lanjut usia sebagaimana 6. New Horizons in Aging Science, Proc. Fourth Asia/Ocenia Regional
adanya. Congress of Gerontology, Japan, 1992.

120 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994


Suplemen :
Usaha-usaha yang Dapat Dilakukan dalam
Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang lslami Bagi
Penderita Lanjut Usia di Rumah Sakit lslam Jakarta

PENDAHULUAN 4.3.4. Efisien


Q. S: As-Syuara ayat 80 :"Dan bila aku sakit D1A (ALLAH) lah yang akan 4.4. Sistem :
menyembuhkanku ". 4.4.1. Terbuka
Motto ini terpampang di depan bagian pendaftaran Rumah Sakit Islam Jakarta, 4.4.2. Adil
dan motto ini menjadi motto utama pada semua RS Islam yang dimiliki oleh 4.4.3. Lugas
yayasanlorganisasi Muhammadiyah. 4.4.4. Disepakati
RS Islam Jakarta didirikan pada 23 Juni 1971, merupakan amal usaha 4.4.5. Orientasi misi
Muhammadiyah di bidang kesehatan. Misi dari Rumah Sakit ini adalah memberi- 4.5. Struktur :
kan pelayanan kesehatan yang profesional dan Islami serta berpihak pada kaum 4.5.1. Adanyalembaga/eselon khusus yangdibinaterus-menerus masalah
dhu'afa, serta menjadikan rumah sakit sebagai sarana ibadah kepada Allah kelslaman
S.W.T.Sejak tahun 1989 RS Islam berdasarkan Surat Keputusan Gubernur dan 4.5.2. Lembaga khusus Studi Islam
Surat Keputusan dari direktur RS swasta dan khusus telah dinyatakan sebagai RS 4.5.3. Memberi kemungkinan pengemban lahan seperti diisyaratkan oleh
Swasta Tipe Utama. studi Islam
Dalam usianya yang ke-22 bulan Juli yang lalu RS Islam Jakarta saat ini 5) Berpihak kepada kaun Dhu afa :
telah mempunyai 495 TT dengan BOR rata-rata 75%; sebagai ujud nyata dari 5.1. Tarif terjangkau
program sosial pemerintah di bidang Rumah Sakit maka penyediaan TT di RS 5.2. Penekanan pada pencegahan
Islam sebagai berikut : Kelas VIP 1,6%, Kelas Utama 3,3%, Kelas 114,4%, Kelas 6) Berfungsi sosial :
II 32,4%, Kelas III 48,3%; jumlah pasien rawat jalan rata-rata 310 pasien/hari 61.1 Mengutamankan cakupan
yang berobat ke 17 poliklinik. Dari jumlah tersebut Poliklinik Penyakit Dalam 6.2. Mengupayakan program kesehatan masyarakat
mendapat kunjungan yang tertinggi; sayang sekali tidak terdapat data umur yang 7) Mengemban fungsi dawah
berobat di masing-masing poliklinik. 8) Keilmuan/profesionalitas sebagai ciri Islam :
Penyakit yang terbanyak yang diderita dari bagian rawat jalan adalah : 8.1. Pengembangan tekhnis/spesialisasi
1. Febris, 2. Infeksi saluran napas, 3. Infeksi saluran pencernaan, 4. Infeksi lain. 8.2. Penjabaran tekhnis dalam praktek
Sedangkan dari bagian rawat inap adalah Oktober 1991-1992 : 1. Typhoid fever, 8.3. Mempraktekkan hukum syara dalam perawatan, khususnya hubung-
2. Commotio Cerebri, 3. Diabetes Mellitus, 4. lnfeksi saluran napas, 5. Infeksi an pria/wanita
lain 8.4. Memadukan syara dengan tata laksana teknis.
.

NILAI-NILAI ISLAM SEBUAH RUMAH SAKIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
1) Niat atau misi waktu mendirikan 1) Surat Al Isra 23 (17:23) :"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
2) Pemilikan aset kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
3) Penampilan : bapakmu dengan sebaik-baiknya ... berarti ada atensi khusus kepada golongan
3.1.1. Mushola Lansia.
3.1.2. Kemudahan pasien beribadah 2) Mengacu kepada ayat Allah pada Qur'an surat Ali Imron ayat 159 :"Maka
3.1.3. Sistem kamar kecil disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
3.1.4. Motto/hiasan dinding Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
3.2 Karyawan : diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka. Mohonkanlah ampun bagi
3.2.1. Kostum mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
3.2.2. Akhlak maka bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
3.2.3. Penampilan/Hospitality yang bertawakal kepada-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
4) Manajemen : yang mendapat petunjuk". Dalam melakukan pelayanan kepada pasien semua
4.1. Keuangan : jajaran petugas RS Islam Jakarta diwajibkan untuk berlaku lemah lembut, sopan
4.1.1. Auditability dan accountability dan berdedikasi tinggi dalam melayani pasien.
4.1.2. Azas keterbukaan Pasien-pasien baik pasien lansia dan pasien yang lain dilayani di 17
4.1.3. Amanah poliklinik yang disediakan yang dilengkapi dengan alat-alat canggih antara lain
4.2. Kepegawaian : CT. Scan, USG, ESWL dan sebagainya. Namun hingga saat ini RS Islam Jakarta
4.2.1. Musyawarah belum mempunyai klinik khusus untuk pasien usia lanjut.
4.2.2. Kebijakan/hikmah
4.2.3. Kejelasan hak dan kewajiban RAWAT INAP DI RS ISLAM JAKARTA
4.2.4. Kepemimpinan Bagi pasien-pasien yang perlu mendapat perawatan di RS lslam Jakarta
4.3. Modal : maka akan dilakukan asuhan keperawatan bagi pasien-pasien sebagaimana di
4.3.1. Pemeliharaan rumah sakit lain; yang membedakan adalah sclain perawatanjasmani/fisik medis
4.3.2. Amanah juga perawatan rohani dan perawatan dari petugas sosial. Petugas rohani akan
4.3.3. Tidak boros/hemat memberi tuntunan rohani lslam bagi pasien-pasien yang menjelang operasi dan

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994 12 1


pasien-pasien yang akan melahirkan. Jadi secara lengkap RS lslam Jakarta stadium terminal dan pasien-pasien tanpa harapan (hopless).
melakukan sekaligus perawatan medis, perawatan rohani, perawatan sosial. Dan
bagi pasien-pasien yang dalam keadaan sakaratul maut akan dilakukan pelayanan Sasaran:
khusus tersendiri yaitu pelayanan khusnul khatimah.

PROGRAM PERAWATAN KHUSNUL KHATIMAH (DYING CARE) Pasien-pasien yang dirawat di Rumah Sakit IslamJakartadengan persetuju-
BAGI PASIEN RAWAT INAP DI RS ISLAM JAKARTA an keluarganya untukdirawat secara khusnul khotimah. Pasien dipilih dari pasien
Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat : 102 "Wahai orang-orang yang dengan kriteria :
beriman !, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenaz-benar taqwa, dan janganlah – Pasien kanker dalam stadium terminal
kamu sekali-kali mati, melainkan dalam beragama Islam (berserah diri)". – Pasien dengan penyakit lain tanpa harapan, misalnya : pasien AIDS,
Rumah Sakit Islam Jakarta yang didirikan pada tahun 1971 mempunyai jantung berat, gagal ginjal berat dan lain-lain, yang kriterianya akan ditentukan
tujuan antara lain memberi pelayanan kesehatan yang Islami, mulai dari saat bersama dengan team medis.
pasien datang ke rumah sakit, dirawat sampai pulang baik dalam keadaan sembuh
maupun dalam keadaan meninggal. Saat penting dalam tahap kehidupan manusia Penatalaksanaan Perawatan :
adalah akhir hayatnya, semua orang Islam mengharapkan bahwa pada akhir Diperlukan satu ruangan khusus, terpisah dengan ruang perawatan lain,
hayatnya akan berakhir secara khusnul khotimah. atau agak jauh dengan ruang perawatan lain, 3 atau 4 kamar yang agak luas, Setiap
Pelayanan khas dari rumah sakit Islam adalah di samping pelayanan kamar untuk satu pasien, dilengkapi dengan kamar mandi, untuk kamar mandi
kesehatan secara medis, diberi pelayanan/bimbingan rohani kepada pasien pada keluarga yang menunggu, dan cukup ruang untuk sholat, atau menggelar tikar
waktu dirawat. Adalah menjadi beban moral bagi petugas di bagian Bimbingan untuk keluarganya yang ingin membacakan Qur'an, menuntun talkin dan se-
Rohani Pasien untuk memberi bimbingan bagi pasien maupun keluarganya agar bagainya. Ruang dilengkapi dengan sound system untuk memperdengarkan
pada saat sakaratul maut pasien tetap berada pada kondisi keimanan yang mantap, bacaan ayat-ayat suci Al Qur'an, adzan serta pada waktu ada siaran sentral. Letak
iklhas sehingga padawaktu menghadap Illahi pasien dalam keadaan berserah diri ruangan di tempat yang tidak terlalu bising, tenang dan teduh, bersih, nyaman dan
jauh dari rasa su'udhan kepada Allah SWT. tidak terkesan angker.
Pasien yang dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta sebagian besar beragama
Islam maka sudah sewajarnyalah biroh mempunyai tugas penting, dalam pembi- Perawatan :
naan pelayanan pasien yang dirawat. Pada beberapa kasus pasien datang dengan Perawatan secara medis : tetap diberikan sesuai dengan instruksi dokter,
penyakit yang belum ada obatnya misalnya kanker, atau datang dalam keadaan asuhan keperawatan sama seperti pasien lain.
terminal state, di mana pengobatan secara medis hanya dimaksudkan sebagai Psikiater harus dipilih. Psikiater adalah untuk menjaga kestabilan jiwa
pengobatan simptomatis saja dan untuk memperpanjang umur. Tidak jarang pasien sekaligus menenangkan dan memberi pengertian kepada keluarganya
karena keadaannya itu pasien atau keluarganya menyalahkan petugas medis untuk berbuat sesuatu yang akan lebih menentramkan si pasien. Psikiaterlah
karena tidak ada kemajuan pengobatan. Dalam keadaan seperti itu mental yang memahami kondisi kejiawaan si pasien pada saat tersebut. Juga kondisi
(rohani) pasien dapat terguncang dan mudah sekali terjerumus dalam hal-hal kejiwaan keluarganyaharus dipersiapkan untuk menghadapi saat-saat perpisahan
yang berbau syirik, misalnya mempercayai bahwa penyakitnya merupakan yang selama-lamanya dengan keluarga yang dicintainya.
"kiriman dari orang yang membencinya". Kondisi kejiwaan yang seperti inilah
yang harus kita selamatkan, kita luruskan agar aqidah si sakit tidak menyeleweng Perawatan oleh Ahli Agama/Pembimbing Rohani
di saat akhir hayatnya. Bersamaan dengan perawatan oleh psikiater, Biroh harus berfungsi secara
Di dalam ajaran Islam sebelum ajal datang dianjurkan untuk membuat aktif mendukung perawatan dokterpsikiater,Biroh bertugas memberi tuntunan
wasiat. Pesan-pesan yang dirawat di RS Islam Jakarta dengan keadaan yang sesuai dengan petunjuk agama baik bagi pasien, maupun bagi keluarganya.
sudah terminal state fidak selalu mengetahui hal tersebut, kadang-kadang keluarga Binroh diharapkan berhasil menyadarkan pasien, bahwa akhir hidupnya segera
pasien tidak tahu dan tidak mampu untuk menyampaikan kepada pasien dimaksud. tiba, dan membawa pasien pada ajaran agama antara lain untuk menuliskan
Padahal ini merupakan sesuatu yang penting agar tidak menimbulkan hal-hal wasiat, atau berwasiat dengan baik kepada yang akan ditinggalkan, serta
yang tidak diinginkan sepeninggal si pasien kelak. menjauhkan pasien dari perilaku syirik dan su'udhon pada akhir hayatnya.
Rumah Sakit Islam Jakarta atau Rumah Sakit lslam lain haruslah mempu- Kepada keluarganya lebih dahulu harus disadarkan akan kondisi si sakit,
nyai suatu ciri khas untuk menangani pasien-pasien dengan kondisi tersebut di dan diberi tuntunan secara agama, bagaimana menghadapi pasien yang sedang
atas dengan cara pasien khusnul khotimah. dalam sakaratul maut, dan melepaskan kepergian orang (saudara) yang dicin-
tainya dengan cara yang ma'ruf sesuai dengan tuntunan agama.
Tujuan : Biroh memberikan tuntunan tata-cara menTalkin, tata cara mengurus dan
Umum : Mengupayakan agar pasien meninggal secara "khusnul khotimah". merawat jenazah serta tata cara mensholat-kan jenazah juga menguburkannya,
Khusus : Memberi perawatan terpadu secara Islami terhadap pasien-pasien dalam serta memberi tuntunan dalam tata cara pembagian warisan.

122 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 90, 1994

You might also like