Professional Documents
Culture Documents
II
PERSI
5. Manajemen Mutu dan Biaya Samsi Jacobalis
8. Quality Assurance dalam Keperawatan – Rokiah Kusumapradja
dan
16. Peranan Perawat dalam Efisiensi Penggunaan Sumber Daya – Mariani Situmorang
23. Pelaksanaan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di RS MMC Jakarta – Robby
Ke VII 33. Budaya Mutu sebagai Bagian Integral Manajemen Rumah Sakit – Emmyr F. Moeis
36. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan di RSUD Pasar Rebo, Jakarta –Achmad Harjadi
39. Mutu dan Biaya Keperawatan – Maria I. Widjaja
47. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan – Tien Gartinah
Manajemen Keuangan
Maret 1994 50. Paviliun Khusus Swasta di RSCM Dr. Cipto Mangunkusumo – Soepardi Soedibyo
53. Manajemen Keuangan – Catharina
59. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dan Implikasinya terhadap Pengelolaan
Rumah Sakit – MH Widodo Soetopo
63. Penilaian Kembali Penggunaan Metoda Barber-Johnson dalam Penilaian Efisiensi
Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia – AL Slamet Riyadi
68. Dilema yang Dihadapi Rumah Sakit Swasta yang Memiliki Kepedulian Sosial Arif
Hartono, Diah Rini Handjari
69. Rumah Sakit Swakelola PT Timah – Hadisiswo Arsad
74. Program Kesejahteraan untuk Staf Rumah Sakit dan Para Dokter – Hotbonar Sinaga
78. Penerapan Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pelayanan Rumah Sakit dalam
Menyongsong PJPT II – Harun Affandie
83. Effective Hospital Management – James E Wawoeroendeng
Manajemen Penunjang
89. Trend Pengelolaan Pelayanan Penunjang Rumah Sakit – Imelda Emilia Dharma
91. Sistim Pelayanan Gizi di Rumah Sakit – Gunarti Yahya
97. Peranan Rehabilitasi Medik dalam Menurunkan Lama Hari Rawat (LOS) – Gerry
Haryati
100. Rumah Sakit Matra Laut – H. Sigit Widodo
103. Data Linen di Rumah Sakit Islam Jakarta – HJSitiAmbarwati
106. Efisiensi Pengclolaan Laboratorium di Rumah Sakit – Indika Pitono, Rustadi Sosro-
sumihardjo
110. Survai Keamanan Pasien – Boy S. Sabarguna
Makalah Lain
Karya Sriwidodo WS 115. Standar Perilaku sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan – Edi Sumarwoto
118. Satuan Pengendali Intern dalam Pengelolaan Rumah Sakit (suatu pemikiran) – H.
Soemaryono Rahardjo
122. Peranan Lembaga Konsultan bagi Peningkatan Sarana Pelayanan Kesehatan (Rumah
Sakit) – Emmyr F. Moeis
123. Pembinaan Rumah Sakit melalui Instrumen Penilaian Penampilan Kerja dan Instrumen
Pengukuran Kemampuan – SK Poerwani
129. Pengalaman Penerapan Peningkatan Kualitas Terpadu di RS Pelni Petamburan –
Hernawan
131. Pelayanan Sosio Medik di Rumah Sakit PGI Cikini – Woro Setyanti , Agustina Ma-
katika, Tunggul Situmorang, Emmy Sahertian
135. Kualitas Manajemen – pengalaman RS Islam Jakarta – H. Sugiat As.
137. Konsep Pengembangan Dana Sehat di Lingkungan LSM Islam – H. Abdul Mukty
143. The Effects of Current Flow through the Human Body and the Electrical Protection of
Patient Treatment Areas – Richard King
Artikel
Manajemen Mutu
TRIKOTOMI MUTU, BIAYA DAN PEMERATAAN adalah lebih tinggi daripada biaya pengadaan baja untuk mem-
Trikotomi dalam pemberian asuhan kesehatan adalah antara produksi satu mobil itu. Hal ini tentu mempunyai dampak
mutu, biaya dan pemerataan. Tiga unsur itu saling mempe- merugikan dalam persaingan dengan industri otomotif Jepang
ngaruhi, namun tidak selalu saling mendukung, bahkan dapat dan beberapa negara lain.
saling berlawanan. Misalnya : biaya yang ditingkatkan dapat Ny. Hillary Clinton, yang mendapat tugas khusus dari
mengakibatkan pemerataan layanan juga bertambah, tetapi dapat presiden Clinton, telah siap dengan rancangannya untuk meng-
juga terjadi hal yang bertentangan. Jika biaya yang meningkat itu atasi "krisis asuhan kesehatan" di negara adikuasa itu. Namun
karena membeli teknologi yang mahal, dan pasien harus mem- saat ini ia sedang sibuk berargumentasi untuk mempertahankan
bayar mahal pula untuk dapat menikmati teknologi itu, ini akan rancangannya terhadap serangan-serangan gencar dari beberapa
berarti justru berkurangnya pemerataan, karena sebagian ma- anggota Kongres yang sangat berpengaruh. Di kalangan ma-
syarakat terpaksa harus tersisih dari kenikmatan mendapat syarakat, terutama segmen tertentu, rancangan itu juga men-
layanan. dapat dorotan tajam dan diperdebatkan oleh pihak-pihak yang
Banyak negara industri yang dikenal sebagai welfare states pro dan kontra (Time, 27 September 1993).
(Inggris, Swedia, Jerman, Kanada, dan lain-lain) sedang menga- Di Indonesia masalah pemerataan layanan kesehatan sangat
lami masalah berat dalam pembiayaan layanan kesehatan bagi dipentingkan, bahkan dijadikan salah satu kebijakan pokok
rakyat mereka. Umumnya mereka sedang berusaha melakukan dalam pembangunan sektor kesehatan nasional sejak Repelita I.
restrukturisasi sistem layanan kesehatan nasionalnya, karena Untuk itu ujung tombaknya adalah penyebaran Puskesmas dan
biaya makin lama makin melonjak tinggi. Sedang giat direnca- Puskesmas pembantu sampai ke pelosok-pelosok terpencil.
nakan cost containment tanpa mengorbankan mutu dan keter- Demikian juga program Posyandu, peningkatan ketahanan hidup
jangkauan atau pemeratan layanan. Contoh yang paling anak, bidan desa, pos obat desa, dokter PTT dan lain-lain adalah
mengesankan adalah Amerika. Di negara kaya itu sudah sejak program pemerataan layanan kesehatan seeara nasional. Upaya-
beberapa tahun terakhir biaya kesehatan naik dengan tajam. upaya pemerataan itu tentu harus didukung dengan biaya. Harus
Tahun ini diperkirakan akan menjadi hampir 14% dari GNP diakui bahwa demi pemerataan, dan dalam keterbatasan sum-
negara itu. Persentase itu adalah tertinggi di seluruh dunia. Tetapi berdaya, pada awal pembangunan kesehatan dulu mutu belum
apakah dengan meningkatnya biaya itu pemerataan juga jadi terlalu mendapat perhatian.
lebih meningkat di sana ? Justru tidak. Saat ini lebih dari 38 Namun sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu situasi sudah
juta orang Amerika tidak terjangkau oleh layanan kesehatan mulai berubah. Peningkatan mutu juga dijadikan tujuan pem-
yang memadai karena mereka tidak terlindung oleh asuransi. bangunan kesehatan nasional. Sudah giat dikembangkan upaya-
Biaya Iayanan kesehatan di negara itu sudah demikian tingginya, upaya menuju keseimbangan antara mutu, biaya dan pemerataan
sehingga dalam biaya satuan (unit cost) satu mobil Amerika yang serta keterjangkauan layanan kesehatan. Sekarang dapat kira-
diproduksi, biaya untuk pemeliharaan kesehatan buruh pabrik kira diikhtisarkan perkembangan sebagai berikut :
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
• Identifikasi masalah asuhan pasien yang penting atau po- secara tertulis dan lain-lain.
tensial, atau masalah terkait yang diminati. – Memantau dan melaksanakan kegiatan koreksi secara
• Pengkajian terhadap penyebab dan lingkup masalah secara langsung untuk masalah praktek keperawatan.
objektif, termasuk penentuan prioritas masalah bagi pencarian – Menganalisis informasi yang dihasilkan dan membuat
dan pemecahan masalah. rekomendasi untuk perbaikan.
• Pelaksanaan program oleh orang yang tepat atau melalui • Adanya uraian tugas yang jelas bagi masing-masing
rancangan mekanisme, kegiatan, dan pengambilan keputusan anggota panitia dan tim pelaksana.
yang telah ditetapkan.
• Pemantauan terhadap kegiatan yang telah dirancang untuk 2. Koordinasi
meyakinkan bahwa hasilnya dapat dicapai sesuai ketentuan. Untuk mencapai peningkatan mutu yang berkesinambung-
• Pencatatan dan dokumentasi memenuhi kebutuhan seluruh an diperlukan koordinasi multidisiplin, keterpaduan program,
program untuk meningkatkan mutu asuhan pasien dan penam- keterlibatan secara aktif dari semua pihak terkait, jalur komu-
pilan klinis. nikasi dan pelaporan yang baik dan adanya kelompok tertentu
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program.
PENGEMBANGAN PROGRAM MENJAGA MUTU
3. Perencanaan Program Menjaga Mutu
1. Organisasi Agar pelaksanaan program menjaga mutu dapat mencapai
• Penting adanya dukungan penuh dari pimpinan rumah sakit. hasil yang optimal maka diperlukan rencana kerj a secara tertulis,
• Panitia menjaga mutu bidang keperawatan hendaknya yang terdiri dari :
menjadi bagian dari panitia menjaga mutu tingkat rumah sakit. 1) Maksud, filosofi dan tujuan program
• Pengorganisasian program menjaga mutu hendaknya Penjelasan secara tertulis tentang maksud dan tujuan yang
mengarah pada 5 (lima) prinsip dasar : akan dicapai program dalam upaya menjaga mutu, serta rumusan
– Program harus berpengaruh dan mengatasi masalah sehari- filosofi yang menjelaskan pentingnya pengembangan program
hari terhadap pemberian pelayanan dan asuhan pasien. tersebut bagi profesi keperawatan baik sebagai individu maupun
– Pengumpulan informasi dan pemecahan masalah dikoor- kelompok dalam kaitannya dengan penerapan standar dan
dinasikan dengan program menjaga mutu tingkat rumah sakit. penilaian pelayanan serta asuhan keperawatan.
– Jalur komunikasi dan kewenangan yang sudah ada di bidang 2) Ruang lingkup program, adalah merupakan penjelasan ten-
keperawatan, hendaknya digunakan sebaik-baiknya agar tidak tang lingkup kegiatan baik wilayah kerja maupun jenis layanan
duplikasi. yang akan dilaksanakan.
• Gunakan sumber daya, waktu dari staf, tenaga ahli di 3) Kewenangan dan tanggung jawab; penjelasan tentang
bidang klinis dan administratif secara efektif dan efisien guna kewenangan dan tanggung jawab dari panitia menjaga mutu.
mengidentifikasi dan memecahkan masalah. 4) Organisasi program; penjelasan tentang susunan anggota
• Pemecahan masalah asuhan pasien harus lebih diutamakan panitia pelaksana dan tatakerjanya.
dibandingkan memproduksi laporan atau mengembangkan 5) Metoda pelaporan dan mekanisme umpan balik; penjelasan
tehnik pengambilan data. tentang metoda dan prosedur pelaporan dengan format yang',
• Membentuk panitia pengarah (steering committee) dirancang sesuai kebutuhan, serta hasil studi hendaknya dikomu-
• Anggota panitia terdiri dari : nikasikan kepada pihak yang terkait untuk tindakan perbaikan.
– Kepala bidang perawatan/wakilnya 6) Biaya; pelaksanaan program diperlukan biaya, oleh karena
– Konsultan program menjaga mutu itu perlu adanya perencanaan biaya baik jumlah maupun sum-
– Pengelola Ruang Rawat Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, bernya.
Bedah, Gawat Darurat. 7) Kerahasiaan; semua data/informasi yang dikumpulkan dan
– Perawat pengendali infeksi dihasilkan, serta notulen rapat harus dijaga kerahasiaannya oleh
– Perawat lain yang dianggap perlu panitia menjaga mutu, demikian juga individu yang terlibat
• Tugas panitia pengarah : dalam kegiatan program tersebut sebaiknya tidak mencantum-
– Bertanggung jawab untuk merencanakan pengumpulan dan kan nama tetapi memakai kode tertentu.
pelaporan informasi yang dibutuhkan.
4. Pelatihan Staf
– Bertanggung gugat untuk seluruh kegiatan program men-
Program pelatihan sangat penting untuk meningkatkan
jaga mutu dan menyusun agenda rapat dan kegiatan.
pengetahuan dan ketrampilan para petugas sehingga keberhasi-
– Penghubung antara staf perawat pengelola dengan perawat
lan program dapat dicapai dengan baik.
klinis.
– Penghubung dengan program menjaga mutu tingkat rumah 5. Siklus Program Menjaga Mutu
sakit. a) Memilih topik studi
– Menugaskan staf keperawatan untuk duduk pada program – Identifikasi masalah
menjaga mutu tingkat rumah sakit/bidang terkait. – Mengkaji penyebab dan lingkup masalah
– Mengembangkan program dan membuat rencana program – Menentukan prioritas masalah yang akan dipelajari.
KESIMPULAN
KEPUSTAKAAN
1) Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit adalah penting dan sudah merupakan tuntutan karena ada- 1. Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982.
nya berbagai faktor penyebab. Untuk mencapai hasil yang baik 2. Rowland HS, Rowland BL. The Manual of Nursing Quality Assurance,
maka upaya tersebut harus dilaksanakan secara terpadu, multi- Aspen Publication Inc, Rockville, 1987.
disiplin, melibatkan seluruh karyawan terkait, pasien/keluarga- 3. Samsi Jacobalis. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, PT Citra Windu
Satria, Jakarta, 1989.
nya, serta hendaknya menjadi bagian yang tidak terpisahkan 4. Joint Commission on Acreditation on Health Care Organization, Primer on
(built-in) dari pelayanan itu sendiri, yang harus dilaksanakan Indicator Development and Application, measuring Quality in Health Care,
secara terus menerus dan berkesinambungan. JCAHO, Oakbrook Terrace, III, 1990.
5. Nan Kemp, Richardson EW. Quality Assurance in Nursing Practice,
Upaya menjaga mutu diperlukan suatu tanggung jawab
Biddies LTD, London, 1990.
yang besar dari organisasi yang harus tercermin dalam misi, 6. Donabedian A. Exploration in Quality and Monitoring Health Administra-
tujuan, perencanaan, penganggaran dan evaluasi prestasi baik tion, Ann Arbor, Michigan, 1980.
penampilan pelayanan rumah sakit maupun setiap individu di 7. Azrul Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993; 5.
8. Azrul Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993; 4.
dalamnya, serta hendakny a menjadi komitmen penuh dari seluruh Blum HL. Planning for Development and Application of Social Change
9.
karyawan di semua tingkatan rumah sakit. Theory, Human Science Press, New York, 1984.
2) Keperawatan sebagai salah satu profesi di rumah sakit 10. Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,
peranannya dalam upaya menjaga mutu cukup potensial dan Jakarta, 1992.
11. Emilie Beck, Joseph ED. Quality Assurance/Risk Management : The
strategis, serta keterlibatan para perawat dalam upaya menjaga
Nurses Prespective, Care Communication Inc, Chicago, 1981.
mutu saat ini sudah cukup banyak. Namun pelaksanaannya 12. Ell MF, Ell JD. Quality Assurance Demystified, M.E. Medical Information
masih terkotak-kotak dan kurang terkoordinasi dengan baik System, Victoria Australia, 1991.
sehingga kurang efektif. 13. Texas Hospital Association.Guidelinesto an Effective Quality Assurance
Program, Texas Society for Quality Assurance, Texas, 1984.
3) Pengertian mutu pelayanan kesehatan banyak macamnya
14. Wiorld Health Organization. The Principles of Quality Assurance, Report
dan penilaiannya tidaklah mudah mengingat mutu memiliki on WHO Meeting Barcelona, 1986.
sifat multidimensional. Namun secara umum yang dimaksud 15. Dep. Kes. RI. Modul Pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada Jakarta, 1992.
Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta ,
21 — 25 November 1993.
nursing dapat menghemat biaya sebesar $1.30 per pasien per perawat dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan dan
hari(20). Beberapa alasan yang dikemukakan dapat dilihat tujuan divisi pelayanan keperawatan.
dalam kutipan berikut(17) Saya berpendapat pengaplikasian proses keperawatan de-
ngan diagnosis keperawatan dalam memberikan pelayanan,
Functional Team Functional
kepada pasien akan mendukung dan sejalan dengan kebijak-
sanaan pembangunan Pelita VI, yang menyatakan: pengem-
Not cost-effective Not cost-effective Most likely to be cost bangan su mber daya manusia diarahkan pada pembentukan
because : because : effective because : tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi,
1. Product (nursing 1. Product is of only 1. Product is of high produktif, berkualitas, efisien, efektif dan berjiwa wiraswasta
care is of poor moderate quality, quality since the (dikutip dari GBHN 1993).
quality owing to since expertise in person most pre- Melanjutkan uraian pada paragraf-paragraf sebelumnya,
fragmentation; judgement and pared and best
this results , in communication equipped to per- dalam peran sebagai pengelola pengimplementasian penugasan
many complaints cannot be dele- form does so on a asuhan pasien dan penerapan proses keperawatan, maka peran
from clients. gated from the continuing basis perawat e ksekutif dapat terlihat dalam fungsi dan tugasnya
care-planners for the same
(team leaders) to clients.
merencanakan sumber daya manusia (tenaga keperawatan dan
the care-givers non keperawatan), materi (supplies and equipment), dan
(team members). finansial sesuai dengan kebutuhan. Kemampuan seeara pro-
2. Nursing staff easi- 2. Turnover of nurs- 2. Turnover of nurs- fesional membuat prediksi dan pendistribusian jumlah tenaga
ly becomes frus- ing staff is mo- ing staff is minimal yang dibutuhkan serta pengalokasian sumber daya materi dan
trated, and turn- derate but vari- because of higher finansial sesuai dengan keperluan pelayanan akan membcri
over rate is usually able. level of satisfac-
tion experienced
dampak terhadap efisiensi penggunaan sumber daya. Ke-
high, thus increas-
ing cost of orien- by nurses. tidakmampuan melakukan pereneanaan yang baik dapat
tation and of staff terlihat dari beberapa fenomena seperti tidak tepatnya dan
development. tidak meratanya distribusi tenaga di unit-unit keperawatan,
3. Output from pro- 3. Same as for func- 3. Profesional nurses menumpuknya supplies di unit-unit keperawatan kerena
fessional nurses is tional nursing. do the job for jumlah yang dipesan (dari tempat penyimpanan) jauh me-
low since they are which they are
lebihi keperluan dan akhirnya tidak terpakai karena kada-
not required to being paid;
perform the full "unproductive" luarsa, rusak atau hilang. Berdasarkan hasil studi diketahui
job — the total time decreases bahwa rumah sakit kehilangan 1%/dollar/bulan untuk supplies
nursing process— dramatically. yang tidak terpakai (turn over)( 23 ).
for which they are
being paid. Dalam konteks manajemen yang lebih luas, perawat eksekutif
dapat berperan aktif dalam pengembangan strategic mana-
gement yang terdiri dari tiga strategi utama: operation, con-
Proses Keperawatan dan Diagnosis Keperawatan trol, performance monitoring, and staff development.(24) Dalam
Proses keperawatan (terdiri dari seperangkat kegiatan hal operational control, antara lain perawat eksekutif dapat
keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis mengembangkan cara pendokumentasian yang dapat menjamin
keperawatan, perencanaan, intervensi, dan evaluasi) memberi- bahwa biaya pelayanan keperawatan telah terhitung dengan
kan cara yang logik dan rasional bagi para perawat dalam akurat. Mereka juga diharapkan berperan aktif dan kreatif
memberikan asuhan keperawatan secara tepat, efisien dan menciptakan sistim pemeliharaan/pemantauan supplies dan
efektif sesuai dengan kebutuhan pasien. (17,21) equipments keperawatan, serta meningkatkan kesadaran staf
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo. Jakarta.
2l - 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
ini, biasanya rumah sakit disalahkan karena memakai anggaran kemanusiaan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
yang berlebihan; keadaan ini didapat karena rumah sakit selalu Penilaian hasil rumah sakit didapat bila kita mengusahakan
berusaha segalanya untuk semua, hingga menempatkan dirinya dengan sungguh-sungguh 3 (tiga) hal yang utama :
dalam kedudukan rawan dan kritis. a) Informasi Rumah Sakit yang benar dan akurat.
Untuk mengurangi hal tersebut di atas, maka rumah sakit di b) Data statistik yang jujur dan benar.
masa datang haruslah : c) Metode evaluasi yang dinamis.
1) Mempunyai misi dan tujuan yang jelas. Dari informasi/data, yang diperoleh oleh Rumah Sakit ialah :
2) Output yang dihasilkan serta dampaknya pada pelayanan Data tentang kepuasan pelayanan.
-
kesehatan masyarakat dapat diperhitungkan dan dievaluasi de- - Data mutu pelayanan.
ngan nyata. Data keterjangkauan biaya.
-
3) Biaya yang bersaing dan dapat dijangkau antara lain me- Data kepuasan relatif mudah didapat, data mutu pelayanan agak
lalui asuransi, J.P.K.M dan lain-lain. sulit diterapkan, tetapi di Indonesia telah mulai diupayakan
Rumah Sakit haruslah menggunakan managemen ekonomi antara lain :
sehingga biaya sepadan dengan pelayanan yang diberikan; atau - Upaya penentuan standar/akreditasi.
bila tidak biarlah organisasi lain yang melaksanakan, sedangkan - Review penerapan indikator tertentu.
pelayanan medik dilakukan oleh organisasi lain pula. Juga upaya untuk mengembangkan dan memasyarakatkan :
Kita dapat mengharapkan peran serta dan tanggung jawab Perencanaan Rumah Sakit (SK Dirjen Yanmed 0215/YM/SET/
masyarakat menjadi besar karena difusi informasi pada masa PPL-III/1993), Quality Assurance, Risk Management dan Total
kini dan mendatang besar sekali, sehingga kesadaran masyara- Care Management Program, Total Quality Management dan
kat lebih besar. Rumah Sakit (Umum dan Khusus) wajib mem- lain-lain.
berikan informasi sejak dini tentang pelayanan yang didapat, Salah satu bentuk nyata adalah pelaksanaan pembenahan rumah
tingkat dan tipe dari perawatan yang ada, kemampuan yang di- sakit menjadi Instalasi Lembagd Swadana dan mutu dikaitkan
miliki dari segi keahlian-teknologi, keterbatasan mutu yang me- pada :
nyangkut manusia, dana dan bahan. Rumah Sakit mempunyai 1) Quality Assurance Program.
peranan sosial penting yang harus dimainkan agar pelayanan 2) Process Oriented.
kesehatan secara umum dapat dilaksanakan dan dapat diterima 3) Prioritas Utama.
oleh mereka yang membutuhkan pada masa mendatang dengan 4) Orientasi penderita, termasuk kepuasan terhadap pelayanan
tanggung jawab yang terbagi antara pengusaha dan organisasi rumah sakit.
Metode
Biaya/Mutu
* Administratip
* Medik
* Perawatan
* Kepemimpinan
* Satuan Tugas
ABSTRAK
Pasien yang memperoleh jasa rumah sakit memiliki harapan tertentu. Bila jasa
rumah sakit yang diterimanya dapat memenuhi bahkan melebihi dari apa yang diharapkan
dalam waktu ke waktu; timbul pemikiran pada diri pasien bahwa inilah suatu jasa
pelayanan rumah sakit yang memiliki mutu.
Dengan menciptakan Budaya Mutu (Quality Culture) dalam lingkungan kerja rumah
sakit, dapat diharapkan peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
keinginan dan harapan pasien.
PENDAHULUAN
Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan, jawab secara moral dan hukum dari pimpinan rumah sakit untuk
meningkatnya keadaan sosial ekonomi masyarakat, serta ada- menjamin terselenggaranya standar pelayanan yang baik. Ada-
nya kemudahan di bidang transportasi dan komunikasi menye- nya tanggung jawab yang harus dipikul oleh seluruh pengelola
babkan informasi semakin mudah diperoleh; di samping itu, rumah sakit, tidak dapat dilaksanakan begitu saja karena terkait
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta deras- erat dengan kebijaksanaan, tanggung jawab moral dan legal dari
nya arus informasi mengakibatkan sistem nilai dalam masya- pimpinan rumah sakit. Evaluasi yang dilakukan secara kontinu,
rakat berubah. Akibatnya masyarakat cenderung menuntut pe- dengan mempertimbangkan semua faktor-faktor yang berkaitan
layanan umum yang lebih bermutu termasuk pelayanan kese- dengan mutu pelayanan, akan mendorong penyempurnaan pe-
hatan. Dengan semakin meningkatnya tuntutan pelayanan lebih layanan administrasi rumah sakit, pelayanan klinis, pendidikan
bermutu tadi, maka fungsi pelayanan kesehatan di rumah sakit profesional, serta perawatan pasien yang lebih baik.
secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan Makalah ini menguraikan tentang pentingnya budaya kerja
efisien serta memberikan kepuasan terhadap pasien, keluarga yang berkaitan erat dengan mutu pelayanan yang diberikan
maupun masyarakat. kepada masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
Pelayanan rumah sakit yang baik tergantung dari kompe- pasien sebagai pengguna jasa rumah sakit. Dengan manajeman
tensi dan kemampuan para pengelola rumah sakit. Untuk rumah sakit yang memiliki budaya mutu, diharapkan roda or-
meningkatkan kemampuan para pengelola rumah sakit tersebut ganisasi dan pelayanan rumah sakit dapat berjalan dengan
selain melalui program pendidikan dan pelatihan, juga diper- lancar, sehingga rumah sakit dapat dikelola secara efisien dan
lukan pengaturan atau penegakkan disiplin sendiri (self dici- efektif; yang pada akhirnya akan meningkatkan citra rumah
pline) dari para pengelola rumah sakit serta adanya tanggung sakit.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta.
21- 25 November 1993.
LATAR BELAKANG
Pemerintah Pusat pada tahun 1992 menetapkan 4 (empat) 6) Total quality management seminar 1 hari, untuk 5 dokter.
rumah sakit Depkes sebagai unit swadana dan pada waktu itu Dari informasi di atas dapat dilihat bahwa intervensi yang
hanya Pemerintah DKI Jakarta yang melaksanakan program dilakukan oleh Depkes melalui kegiatan konsultan swasta ter-
swadana dengan menetapkan satu rumah sakitnya, RSUD Pasar sebut sifatnya masukan teknis untuk meng-inisiasi kegiatan
Rebo, sebagai unit swadana Daerah. peningkatan mutu. Tetapi bagaimana agar hal tersebut berjalan
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen rumah sakit, terus dan berkembang bukan menjadi ruang lingkup tanggung
Departemen Kesehatan melakukan intervensi kepada rumah jawab konsultan melainkan tanggung jawab manajemen rumah
sakit swadana dengan memberikan bantuan teknis berupa pro- sakit sendiri. Dengan demikian kesamaan persepsi antara ma-
gram : sistem akuntansi rumah sakit, manajemen keuangan, najemen dan konsultan merupakan hal yang sangat penting agar
pentarifan, sistem informasi manajemen dan peningkatan mutu proses peningkatan mutu tidak menjadi layu sebelum berkem-
pelayanan terpadu. Keempat rumah sakit Depkes masing- bang.
masing mendapat empat intervensi program sedangkan RSUD Makalah ini mencoba memberikan gambaran tentang
Pasar Rebo mendapat satu intervensi program yaitu peningkatan bagaimana RSUD Pasar Rebo memotivasi sumber daya ma-
mutu pelayanan terpadu. nusianya sejak program swadana masih dalam tahap dini (tahun
Program peningkatan mutu pelayanan terpadu yang telah 1991). Dengan pendekatan partisipatif, kegiatan peningkatan
disiapkan Depkes, diimplementasikan oleh konsultan swasta mutu pelayanan yang di-inisiasi Depkes masih tetap berlangsung
(yang ditunjuk Depkes) mulai September 1992 s/d Maret 1993. terus selaras dengan kegiatan peningkatan mutu pelayanan
Mulai April 1993 sampai sekarang kegiatan ini dilaksanakan model Pasar Rebo.
sendiri oleh manajemen rumah sakit.
Kegiatan implementasi yang dilaksanakan adalah : GAMBARAN UMUM RSUD PASAR REBO
1) Quality education training 4 hari, 30 fasilitator. Satu dari 4 RSUD kelas C (1987 ditetapkan sebagai RSU
2) Quality education training dilanjutkan dengan process kelas C, sebelumnya RSTP) milik Pemda DKI Jakarta yang
consulting bagi ke-tigapuluh fasilitator di atas. terletak di pinggir timur agak selatan Jakarta berbatasan dengan
3) Quality assurance lecture 25 dokter, 6 kali @ 3 jam. Depok (Kab. Bogor), Pondok Gede (Bekasi) dan Cimanggis
4) Training on 5-S (kerapihan/kebersihan/ketertiban tempat (Kab. Bogor). Merupakan UPT Dinas Kesehatan propinsi DKI
ketja), 5 kali @ 3 jam. Jakarta (DKI Jakarta tidak mempunyai Dinas Kesehatan Ka-
5) Total quality management seminar 1 hari, untuk manajemen bupaten) dengan kapasitas 137 tempat tidur (kelas III : 117,
rumah sakit. kelas II : 20 dan tidak ada kelas I atau VIP). Berdiri di atas lahan
seluas 13.400 meter persegi dengan luas bangunan 5.000 meter
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PEPSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 - 25 November 1993.
Soepardi Soedibyo
umah
R Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
Catharina, Akuntan
Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10.
Total
Total
Rumah Sakit " X " Controller Report Untuk Periode Januari s/d Desember 199X
A. Pendapatan
1. Unit Perawatan
2. Unit Rawat Jalan Spesialistik
3. Unit Penunjang Medik
4. Unit Balai Kesehatan Masyarakat
5. Operasional Lain
Jumlah Pendapatan Sebelum
Perawatan Cuma-cuma
6. Perawatan Cuma-cuma
Jumlah Pendapatan (A)
B. Biaya Operasional
1. Unit Perawatan
2. Unit Rawat Jalan Sepsialistik
3. Unit Penunjang Medik
4. Unit Balai Kesehatan Masyarakat
5. Operasional Lain
Jumlah Biaya Operasional Langsung (B 1)
Pendapatan Kotor (A - B 1)
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21.- 25 November 1993.
ABSTRAK
Metoda Barber Johnson merupakan salah satu metoda yang dapat digunakan untuk
penilaian efisiensi pengelolaan pelayanan rumah sakit. Sebagai metoda yang semula
dikembangkan di negara-negara maju, maka penggunaannya sebagai suatu instrumen
penilaian dimungkinkan karena konsistensi sosio-budaya dan infrastrukturnya yang
mendukung di negara-negara tersebut.
Dari hasil pemantauan di Indonesia terhadap parameter angka hunian (Bed Occupancy
Rate = BOR), rata-rata lama dirawat (Average Length ofStay= ALOS), rata-rata sebuah
tempat tidur digunakan/tahun (Bed Turn Over = BTO) serta rata-rata sebuah tempat tidur
dalam keadaan kosong (Turn Over Interval = TOI) yang meliputi berbagai rumah sakit
(tahun 1989) maupun Adi Husada (1986 — 1990), ternyata tidak satupun sempat masuk
dalam daerah efisiensi Barber Johnson.
Secara hipotetik justru perlu dipertanyakan kembali apakah penerapan metoda
Barber Johnson untuk Indonesia yang masih heterogen tidak perlu disesuaikan kembali
dengan koreksi faktor, seperti dibedakan menurut klasifikasi akreditasi, tahapan Pelita
dan sebagainya.
Walaupun demikian, metoda Barber Johnson bagi Indonesia masih tetap relevan bisa
dimanfaatkan untuk penilaian efisiensi pelayanan rumah sakit bila sebelumnya disertai
dengan koreksi faktor sebagaimana tersebut di atas.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
Gambar 3
ABSTRAK
Masalah kepedulian sosial dan mengentaskan kemiskinan adalah topik yang pada
saat ini sedang ramai didiskusikan oleh Pemerintah maupun pihak Swasta.
Rumah Sakit swasta pun tak luput dari sorotan Pemerintah karena Pemerintah
tampaknya serius untuk mensukseskan PJPT II dan pembangunan kesehatan. Pemerin-
tah pada umumnya dan Departemen Kesehatan khususnya sudah sejak awal menghimbau
dan mendorong pihak swasta di bidang pelayanan kesehatan untuk memiliki kepedulian
sosial; bahkan Pemerintah telah melibatkan modal swasta untuk bergerak di bidang
pelayanan kesehatan.
Hasilnya bermunculan rumah sakit-rumah sakit swasta yang berkompetisi mem-
bangun fasilitas kesehatan yang canggih dan memenuhi selera masyarakat Ibukota
Metropolitan Jakarta. Sedangkan banyak pula rumah sakit swasta swadana dan ber-
aspirasi sosial belum mampu mengembangkan diri karena kekurangan dana. Diuraikan
dilema dan kendala yang dihadapi rumah sakit swasta yang memiliki kepedulian sosial
dan harus berkompetisi dengan rumah sakit-rumah sakit for profit.
ABSTRAK
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
PENGANTAR 1) Pangan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk 2) Sandang
menyelenggarakan upaya kesehatan. Termasuk diantaranya 3) Papan
adalah balai pengobatan, puskesmas, rumah sakit umum, rumah 4) Pendidikan
sakit khusus dan lain sebagainya. 5) Kesehatan
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dapat di- 6) Olah raga
selenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta tetap 7) Rekreasi
harus memperhatikan fungsi sosial. Bagi investor atau penanam Kebutuhan di atas dapat dipenuhi setiap insan dengan mem-
modal, rumah sakit kini merupakan suatu bisnis yang tidak belanjakan pendapatannya. Memang tidak semua kebutuhan
kalah menariknya dengan bidang usaha lain. Melalui konsep tersebut dapat dibiayai dari penghasilannya. Sebagian justru
swakelola dan swadana, mulai banyak bermunculan berbagai disediakan oleh tempatnya bekerja. Ambit contob misalnya per-
rumah sakit yang dikelola secara lebih profesional dan lebih usahaan besar menyediakan rumah dinas, rumah sakit berikut
berorientasi bisnis tanpa melupakan fungsi sosialnya. fasilitas kesehatan lainnya, sarana olah raga dan sebagainya.
Salah satu ciri rumah sakit yang baik adalah rumah sakit Perusahaan yang lebih kecil belum tentu tidak memiliki ke-
yang profesional pelayanannya. Pelayanan yang baik tidak lepas sanggupan untuk menyediakan atau membantu karyawannya
dari pelaksana atau pelakunya yakni para tenaga kesehatan yang dalam hal pemenuhan kebutuhan tersebut. Minimal perusahaan
bekerja di rumah sakit. Personil rumah sakit mulai dari tenaga kecil dapat menyediakan semacam kemudahan, misalnya fasili-
kesehatan, tenaga administrasi sampai dengan para pesuruh, tas pemberian kredit perumahan, pemberian tunjangan kese-
satpam dan sebagainya merupakan sumber daya yang sangat hatan dan sebagainya.
vital dan menentukan dalam hal mutu pelayanan. Rumah Sakit
sebagai suatu badan usaha harus memperhatikan semua per- BALAS JASA DAN FASILITAS YANG DISEDIAKAN
sonilnya termasuk kesejahteraannya agar mereka dapat mem- RUMAH SAKIT
berikan kontribusi yang terbaik sehingga mutu pelayanan tidak Staf rumah sakit yang bekerja sebagai tenaga tetap maupun
hanya selalu dijaga bahkan ditingkatkan. tidak tetap berhak untuk memperoleh kompensasi atas tenaga
yang disumbangkan bagi rumah sakit. Kompensasi yang umum
KEBUTUHAN FISIK MANUSIA berbentuk gaji ataupun upah ditambah uang kerja lembur. Selain
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap insan memerlukan gaji/upah plus uang lembur, variasi kompensasi yang lain cukup
makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Pangan me- banyak, mulai dari intensif, bonus atau jasa produksi, asuransi,
rupakan kebutuhan utama yang kemudian disusul oleh sandang. program pensiun dan sebagainya.
Tata urut kebutuhan nyata manusia pada dasarnya adalah : Pada dasarnya, gaji atau upah digunakan untuk memenuhi
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
Iuran
Program -
Pengusaha Tenaga Kerja Tahun Iuran Hasil Saldo
ke Pertahun Investasi Dana
1. Jaminan Kecelakaan Kerja 0,24 – 1,74 – (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)
2. Jaminan Kematian 0,30 –
3. Jaminan Hari Tua 3,70 2,00 1 1,200,000 144,000 1,330,000
4. Jaminan Pemeliharaan 3,00 – 6,00*) – 2 1,200,000 303,667 2,805,885
lajan g/berkeluarga 3 1,200,000 480,706 4,441,725
4 1,200,000 677,007 6,255,545
Keterangan : 5 1,200,000 894,665 8,266,708
*) Upah maksimum sebagai dasar perhitungan iuran Rp. 1,000,000 6 1,200,000 1,136,005 10,496,686
7 1,200,000 1,403,602 12,969,285
8 1,200,000 1,700,314 15,710,904
9 1,200,000 2,029,308 18,750,810
PERSIAPAN HARI TUA UNTUK PARA DOKTER 10 1,200,000 2,394,097 22,121,458
Telah dikemukakan di atas, bahwa selama masa produktif 11 1,200,000 2,798,575 25,858,833
bekerja setiap orang perlu menyisihkan sebagian pendapatannya 12 1,200,000 3,247,060 30,002,834
13 1,200,000 3,744,340 34,597,702
untuk persiapan di hari tua. Dokter yang merangkap sebagai 14 1,200,000 4,295,724 39,692,492
pegawai negeri secara otomatis sudah terdaftar sebagai peserta 15 1,200,000 4,907,099 45,341,595
TASPEN. Namun kita semua tahu bahwa manfaat pensiun yang 16 1,200,000 5,584,991 51,605,321
akan diperoleh kelak, masih sangat minim dibandingkan dengan 17 1,200,000 6,336,639 58,550,540
18 1,200,000 7,170,065 66,251,399
kcbutuhan. Rumah sakit swasta bisa saja menyelenggarakan 19 1,200,000 8,094,168 74,790,111
dana pensiun untuk para stafnya termasuk dokter. Bagaimana 20 1,200,000 9,118,813 84,257,835
dengan dokter yang tidak terikat baik sebagai Pegawai Negeri 21 1,200,000 10,254,940 94,755,647
maupun sebagai dokter tetap di suatu rumah sakit? Mereka bisa 22 1,200,000 11,514,678 106,395,622
23 1,200,000 12,911;475 119,395,622
mengikuti atau mendaftar sebagai peserta dana pensiun yang 24 1,200,000 14,460,243 133,612,646
diselenggarakan asuransi jiwa. Sebagai individu para dokter 25 1,200,000 16,177, 517 149,480,262
dapat meneatatkan diri dan menjadi peserta dana pensiun. Se-
ABSTRAK
Rumah sakit sebagai suatu subsistem dari sistem pelayanan kesehatan sejak beberapa
waktu yang lalu menunjukkan perkembangan yang mengarah kepada sifat sebagai suatu
institusi profesional yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Perkembangan ini
disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal seperti tuntutan masyarakat
dan mulai tumbuhnya kesadaran pengelola rumah sakit untuk menerapkan sistem ma-
nagemen yang profesional. Profesionalisme ini secara perlahan tapi pasti mulai dirasakan
sebagai suatu kebutuhan dalam pengelolaan rumah sakit. Untuk mewujudkan hal itu
dibutuhkan dukungan teknologi informasi yang sesuai.
Aplikasi teknologi informasi dimaksudkan untuk melakukan otomatisasi berbagai
proses administrasi yang berlangsung dalam kegiatan operasional rumah sakit. Tentu
saja teknologi informasi tidak dimaksudkan untuk hanya sekedar melakukan proses
otomatisasi, namun terdapat maksud lain yang lebih jauh, yaitu sebagai sarana untuk
menjalankan fungsi-fungsi managemen seperti perencanaan, pengambilan keputusan,
penilaian dan pengendalian. Contoh konkrit aplikasi teknologi informasi ini misalnya
dalam hal identifikasi pos untung dan rugi; identifikasi besarnya keuntungan atau
kerugian dan management logistik.
Pemilihan teknologi informasi yang tepat harus mempertimbangkan beberapa hal
seperti perangkat keras, perangkat lunak dan disesuaikan dengan beberapa kondisi yang
harus diciptakan untuk mendukung dalam aplikasinya nanti. Kondisi-kondisi tersebut
misalnya dukungan penuh dari pihak managemen, kalangan medis dan penyediaan
sumberdaya manusia yang memadai.
Di samping itu juga jangan dilupakan beberapa kendala yang mungkin akan dihadapi
seperti mahalnya biaya investasi dan resistansi dari "Iingkungan" rumah sakit itu sendiri.
James E. Wawoeroendeng
James E. Wawoeroendeng & Associates, Loma Linda, California, USA
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
2) Pengelolaan oleh pihak ke tiga dengan pengawasan dan 1. Aniroen S. Pelayanan medik, Penunjang medik dan Penunjang lainnya di
pengendalian oleh pihak rumah sakit. Rumah Sakit, Kuliah MARS FKM UI, 1991.
Kedua pilihan tersebut dapat memberikan manfaat antara lain : 2. Cheng Chew Kient. Medical Excellence and Quality Support Services,
– peningkatan pelayanan terhadap pasien sehingga kepuasan Jakarta, 1993.
3. McGibony JR. Principles of Hospital Administration, 1969.
pasien akan meningkat pula. 4. Rowland HS, Rowland BL. Hospital Administration Handbook, An Alpen
– peningkatan pemasaran rumah sakit yang secara otomatis Publication, 1984.
akan menambah sisa hasil usaha.
PENGANTAR Profesionalisme ahli gizi bisa dinilai jika ada pengakuan dan
Rumah sakit, selain memberikan pelayanan medis, ber- penghargaan terhadap eksistensi seorang ahli gizi sebagai salah
upaya memberikan pelayanan hotel pada klien. Atau dengan satu anggota Tim Kesehatan. Kerapkali terjadi anggota tim lain
kata lain, kualitas pelayanan hotel suatu rumah sakit merupakan (dokter, perawat, apoteker, dan lain-lain) kurang menyadari pen-
pertimbangan utama dari klien untuk memilih rumah sakit ter- tingnya data pelayanan gizi terpadu, sehingga mengakibatkan
sebut. Ini merupakan salah satu faktor yang memicu persaingan kurangnya penghargaan akan peran seorang ahli gizi dalam
antar rumah sakit di kota-kota besar, terutama rumah sakit yang proses penyembuhan pasien. Ahli gizi masih sering dianggap
dikelola oleh pihak swasta. sebagai anggota pelengkap tim kesehatan saja; tidak mempunyai
Namun dapatkah pelayanan gizi — sebagai bagian integral peranan yang berarti.
dari pelayanan kesehatan rumah sakit — mengikuti pola penye- Dalam mengetengahkan hal-hal di atas, penulis berusaha
lenggaraan makanan seperti di hotel ?. Yang jelas pelayanan gizi memberikan sedikit sumbang saran yang diserap berdasarkan
rumah sakit mempunyai tujuan yang berbeda dengan pelayanan pengalaman mengikuti Hospital Administration Training di
hotel. Rumah sakit senantiasa bertujuan menyediakan makanan Australia (program OTO - BAPPENAS dan Dep Kes RI), dan
bermutu yaitu makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tanpa beberapa catatan ketika menyusun dan mengevaluasi Action of
mengurangi cita rasa yang enak sehingga dapat mempercepat Plan di Rumah Sakit Islam Jakarta pada tahun 1992.
penyembuhan pasien. Jika untuk memenuhi makanan yang ber-
citarasa tinggi harus mengesampingkan nilai-nilai gizi dan per- STANDARISASI RESEP
aturan diit, maka hal ini harus dipertimbangkan dan dikaji ulang. Langkah awal dari penyelenggaraan makanan adalah pe-
Cara terbaik yang ditempuh adalah memadukan ilmu diit rencanaan menu. Menu adalah kumpulan beberapa macam
dan seni kuliner (ilmu tentang masakan). Tapi karena keter- hidangan atau masakan yang disajikan untuk seseorang atau
batasan sumber daya manusia dan dana, hal ini sering dirasakan kelompok orang untuk setiap kali makan. Menu tersebut disajikan
menjadi faktor penghambat bagi pencapaian mutu pelayanan gizi sebagai hidangan pagi, siang atau malam. Perencanaan menu
yang baik. adalah kegiatan yang sangat penting yang merupakan penentu
Hal lain yang menjadi perhatian adalah pelayanan gizi di keberhasilan penyelenggaraan makanan (Critical Focal Point).
ruang rawat pasien yang menuntut kerja profesional seorang atau Faktor utama dalam penyusunan menu ini adalah melaku-
sekelompok ahli gizi. Kerja profesional bagi seorang ahli gizi kan standarisasi resep. Fungsi standar resep adalah :
berarti melaksanakan pelayanan gizi bagi pasien sesuai dengan • Mendapatkan makanan yang berkualitas baik dalam jumlah/
kaidah-kaidahnya. Mulai dari perencanaan diit hingga evaluasi porsi makanan yang banyak.
perkembangan pasien selama dalam perawatan. • Mengetahui kandungan gizi tiap porsi masakan.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
standar diit dengan menggunakan pedoman Buku Penuntu Jumlah 1904 63,5 66 272,5
Diit.
Pembentukan tim kerja dalam melakukan revisi ini sangat
penting karena cukup banyak macam standar diit yang harus Standar Diit Lambung IV
disesuaikan. Pada awal penghitungan standar diit, sulit dicapai Berat Kalori Protein Lemak H. Arang
kebutuhan gizi sesuai dengan Pedoman; jika kalori dan lemak Waktu Hidangan (gr) (kal) (gr) (gr) (gr)
sudah mencapai target maka protein jauh di bawah target. Untuk
Pagi Nasi 100 175 4 — 40
itu harus ada kesepakatan bahwa pembuatan standar resep harus
L. Hewani . 0.5 porsi 100 5 7 —
mengikuti ketentuan dari standar diit yaitu : Susu 1 gelas 130 7 7 9
- Lauk hewani : 150 Kalori Gula Pasir 20 72.4. 18.8
- Lauk nabati : 100 Kalori 10.00 Ekstra 1 porsi 140 1 3 32
Siang Nasi 150 262.5 6 — 60
- Sayur : 75 Kalori L. Hewani 1 porsi 150 10.5 14 1.4
- Puding : 140 Kalori L. Nabati 1 porsi 100 7 7 8
Pala kesempatan ini RSIJ baru mampu melaksanakan 3 macam Sayur 1 porsi 75 4 3 9
standar diit yaitu : Buah 1 porsi 40 0.5 — 10
16.00 Ekstra 1 porsi 140 1 3 32
- Diit lambung III dan Diit Lambung IV (Lampiran 4) Malam Nasi 150 262.5 6 — 60
- Diit Hati III dan Diit Hati IV (Lampiran 5) L. Hewani 1 porsi 150 10.5 14 1.4
- Diit Diabetes Mellitus I - VIII (Lampiran 6) L. Nabati 1 porsi 100 7 7 8
Sayur 1 porsi 75 4 3 9
Buah 1 porsi 40 0.5 — 10
PROFESIONALISME AHLI GIZI
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum mempunyai Jumlah 2084.8 74 68 310
Porsi
Tgl Waktu Hp H N SY Bh Susu Pdg Srp Snack Ke-4
Paraf Pagi
BB
Tgl Diit Catatan Perkembangan Siang
(kg) Ahli Gizi
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Keterangan :
Form 03/0693
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.
ABSTRAK
PENDAHULUAN DEFINISI
Bumi terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan. Indonesia Kesehatan Kelautan adalah bidang kesehatan yang men-
terdiri dari 13.335 pulau-pulau besar kecil, dengan luas daratan cakup semua aspek mengenai laut, dapat meliputi segi militer
1/3 bagian dan luas lautan 2/3 bagian. Manusia sangat berkepen- maupun non-militer. Rumah Sakit Matra Laut (RSML) adalah
tingan dengan lautan, karena potensi laut yang amat besar. Laut Rumah Sakit yang mempunyai tugas pokok Dukungan Kese-
merupakan sumber bahan mahakan hewani dan nabati yang hatan (Dukes) berupa Kesehatan Kelautan (Kesla), disamping
melimpah. Laut memiliki sumber energi yang besar, berupa tugas Pelayanan Kesehatan (Yankes) seperti umumnya Rumah
minyak dan gas bumi. Lautpun mengandung aneka bahan tam- Sakit lainnya.
bang/mineral. Baru kira-kira 10% potensi laut yang diman- Kesehatan Kelautan meliputi 2 (dua) fungsi uatama, yaitu :
faatkan oleh manusia. Bangsa-bangsa yang maju seperti 1) Uji dan Pemeriksaan Kesehatan (Urikkes) personil untuk
Amerika Serikat, Jepang dan Rusia telah memanfaatkan dengan bertugas di laut.
baik potensi laut tersebut. 2) Pembinaan Kesehatan Kapal Atas Air, Kapal Selam, Penye-
Bangsa Indonesia harus lebih memperhatikan laut dengan laman (Hiperbarik), Penerbangan Laut, Pangkalan (Pelabuhan),
potensi yang luar biasa banyaknya itu. Menteri Kependudukan Industri dan Jasa Maritim, Amfibi (Marinir).
dan Lingkungan Hidup Prof. Emil Salim pada seminar tentang
Teknologi Maritim, yang diselenggarakan oleh Yayasan De- PERAN DI MASA PEMBANGUNAN
waruci, September 1987 menyatakan bahwa di masa depan Semua Rumah Sakit TNI-AL adalah RSML. Belum semua
bangsa Indonesia akan menggantungkan kehidupannya dari RSML itu dapat berfungsi secara optimal. Untuk dapat melak-
lautan. sanakan tugas Dukkes dengan baik, RS harus memiliki personil
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
RS Islam Jakarta berkapasitas 485 tempat tidur dengan per- cara misalnya hari ini kamar dengan nomor ganjil, keesokan
incian kelas sebagai berikut : 2% kelas VIP, 18% kelas Utama harinya yang diganti adalah kamar dengan nomor genap. Untuk
dan kelas I, 30% kelas II, 50% kelas III: . ruangan anak-anak setiap hari linennya diganti
Linen yang tersedia berjumlah :
Laken : 896 lembar PROSEDUR PENGIRIMAN LINEN KOTOR DAN PEN-
Steek taken : 570 lembar CUCIAN
Selimut lorek 814 lembar 1) Petugas ruangan mengantar linen kotor ke laundry sekitar
Selimut tebal : 251 lembar jam 08:00 — 10:00. Untuk cabang-cabang RSIJ menurut datang-
Sarung bantal : 1457 lembar nya linen kotor saja, karena adanya faktor jarak dan kemacetan
Sarung guling : 1701embar . lalu lintas
Setelah adanya perbaikan sistim, maka linen yang ada ber- 2) Linen yang terkena noda darah, di ruangan direndam dulu
jumlah : (per tanggal 10 - 8 - 1993) dengan thiosulfas dengan takaran 10 butir thiosulfas dalam 201
Laken 1217 lembar air.
Steek laken : 828 lembar 3) Linen kotor yang berasal dari pasien dengan penyakit infeksi
Selimut lorek : 939 lembar tidak dipisahkan dari yang tak menderita infeksi dari ruangan
Selimut tebal : 238 lembar . masing-masing
Sarung bantal 1046 lembar 4) Petugas ruangan menghitung jumlah dan jenis linen kotor
Sarung guling : 123 lembar yang dikirim ke laundry. Tiap-tiap ruangan mencatatnya di buku
Handuk pasien : 251 lembar . khusus untuk cucian
Handuk lap tangan : 281 lembar 5) Linen kotor diangkut ke laundry dengan menggunakan
Baju operasi : 67 buah . kereta dorong
Gurita dewasa : 78 buah 6) Sesampainya di laundry, linen kotor diserahkan ke petugas
Mitela : 488 lembar laundry dan dihitung lagi bersama serta dipisah-pisahkan. Bila
Taplak meja 866 lembar masih banyak noda, dikembalikan ke petugas ruangan lagi su-
Dibandingkan dengan standar minimal yaitu 3 X kapasitas TT, . paya dibersihkan terlebih dahulu
maka jumlah taken yang ada di RSIJ masih kurang sebanyak : 7) Setelah dicatat oleh kedua belah pihak (petugas ruangan dan
1455 — 1217 = 238 lembar. Demikian pula dengan steek taken . petugas laundry), diparaf oleh kedua belah pihak
409lembar yang kurang 629 lembar , sarung bantal yang kurang 8) Petugas laundry menimbang berat masing-masing linen
. dan lain-lainnya kotor, dan memisahkan mana yang kena noda dan mana yang
tidak.
PENGGANTIAN LINEN DI RS ISLAM JAKARTA Petugas laundry tidak mengetahui linen kotor yang tercemar
hari.Untuk kelas VIP, Utama dan kelas I, linen diganti setiap . infeksi maupun tidak, oleh karena itu dicampur saja
Untuk kelas II dan kelas III linen diganti setiap dua hari, dengan 9) Linen kotor dibilas dulu, baru kemudian direndam dengan
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21- 25 November 1993.
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 103
deterjen. Banyaknya deterjen yang diberikan tergantung pada 18) Linen bersih yang rusak/robek ringan, tetap dikirim ke tiap-
kotor tidaknya cucian. Rata-rata penggunaannya sebanyak 400 – tiap ruangan bersangkutan dengan harapan oleh petugas ruangan
500 gram/hari. akan dipilah-pilah dan dikirim ke penjahitan untuk perbaikan-
10) Deterjen yang digunakan terdiri dari beberapa jenis/macam nya.
nomor misalkan nomor C-910 yang mengandung zat aktif fosfat Bila rusak/robek berat, oleh bagian/unit laundry ditahan,
dan alkali dan juga mengandung zat anti korosi sehingga me- bila mungkin digunakan untuk yang lain dan dikirim ke Unit
penjahitan, sedangkan stock ruangan yang kurang akan diganti
. lindungi mesin cuci dari proses korosip
C-935 merupakan bubuk pemutih yang mengandung zat dengan yang baru
aktif khlor, oleh karena itu dapat membunuh kuman dan bakteri 19) Sesuai dengan ketentuan dari Depnaker, maka sekali se-
. yang berbahaya tahuri peralatan perlu diservice dan minimal perlu waktu 3 hari.
C-929 yang mengandung bahan alkali tinggi sehingga Cucian. RSIJ dicucikan di luar
. mempercepat proses emulsi dari kotoran minyak dan lemak
C-948 yang mengandung asam sehingga dapat mengikat
sisa alkali dan khlor. Selain itu dapat mencegah warna kuning KENDALA YANG DIALAMI RSIJ
pada cucian. Biasanya digunakan/diberikan pada pembilasan
yang terakhir. 1) Air :
11) Jumlah linen yang dicuci rata-rata 700 kg/hari, dengan • Unit laundry memerlukan air yang cukup banyak dan aliran-
perincian sebagai berikut : nya deras untuk mempercepat proses pencucian.
Kelas Kapasitas TT Berat Cucian (kg) Pada awalnya dibangun pompa air khusus untuk Unit laundry
VIP 8 75 tetapi ternyata kemudian dipakai juga untuk bagian dan unit lain,
Utama 16 83 sehingga untuk mengisi air ke mesin cuci saja memerlukan waktu
I 64 64 yang lama. Akibatnya seluruh proses pencucian baru selesai
II 111 104 dalam waktu yang cukup lama pula.
III 200 154 • Air yang ada di unit pencucian, mungkin mengandung zat
Anak-anak 70 82 tertentu sehingga linen putih dan baru setelah 3–4 kali dicuci
Kebidanan 25 41 berubah warna menjadi kekuningan.
ICU 6 21 2) Jumlah linen :
Hemodialisa 7 10 Jumlah linen yang ada di RSIJ masih tetap dirasakan kurang,
Kamar Operasi 6 98 lebih-lebih karena peningkatan rumah sakit tidak diimbangi
Poliklinik 12 23 dengan peningkatan jumlah linen yang tersedia. BOR yang
12) Peralatan yang dipakai : meningkat dari 72% pada 1991 menjadi 75% pada 1992 LOS
– Mesin cuci merk Spronk yang dibeli pada tahun 1971 dan yang menurun dari 7,2 hari menjadi 6 hari dan TOI yang menetap
berkapasitas 30 kg. 2 hari; mengakibatkan turn over pasien yang tinggi, dan perlu
– Mesin cuci merk Electrolux yang dibeli tahun 1986 dengan disediakan linen yang cukup banyak untuk mempersiapkan tempat
kapasitas 30 kg. tidur pasien.
– Mesin boiler merk Spronk.
– Mesin boiler merk Electrolux yang ternyata lebih pendek 3) Bahan dasar :
dan daya presnya juga kurang. Ternyata sangat sulit mencari bahan dasar dengan ukuran
– Setrika dipergunakan untuk menyetrika baju-baju fungsional, tertentu di pasaran, sehingga perlu memesan dulu dari pabrik
baju bayi dan linen lain yang sukar dipres. tekstil; dengan sendirinya hal ini perlu waktu yang relatif lebih
13) Linen bersih yang telah disetrika dibawa ke kamar linen dan lama.
dibagikan ke petugas-petugas ruangan masing-masing sesuai
4) Anggaran :
dengan banyaknya linen yang dicuci pada hari itu
Anggaran yang diperlukan ternyata baru disadari kalau
14) Untuk linen di RSIJ digunakan sistim sentralisasi kira-kira
cukup besar, membeli linen jadi perlu biaya yang lebih besar lagi,
3 tahun ini; sebelumnya dipakai sistim desentralisasi
selain itu fungsi dari unit penjahitan bukan hanya memperbaiki
15) Petugas laundry. di RSIJ bertugas dalam 2 shift yaitu pagi
dan sore hari, pada hari libur yang bertugas hanya 1 shift . yang rusak/robek saja tetapi juga harus menjahit yang baru
16) Distribusi linen bersih : bila persediaan linen bersih ada, 5) Tenaga :
langsung diberikan pada petugas ruangan sesuai jumlah cucian; • Di unit laundry tenaga yang bertugas kurang sekali yaitu
bila tak ada/tak mencukupi, maka pada siang hari sekitar jam hanya 15 orang. Untuk mengatasi jumlah cucian yang cukup
13.00 baru diambil lagi oleh petugas ruangan banyak tersebut maka petugas unit laundry bertugas dalam 2
17) Linen bersih dari laundry diangkut dengan kereta dorong shift.
yang tertutup, untuk dibawa ke masing-masing ruangan. Linen • Tenaga di unit penjahitan juga tak memadai, sehingga linen
bersih yang perlu steril, langsung dibawa ke CSSD untuk di- baru yang dibutuhkan tak dapat segera dipenuhi, perbaikan atau
sterilkan. daur ulang linen yang robek/rusak juga kurang terpenuhi.
Pengetahuan ilmiah saja yang selama ini dianggap me- untuk merealisasikan suatu target yang telah ditentukan dengan
rupakan satu-satunya prinsip untuk pengelolaan laboratorium, biaya yang minimal, efisiensi maksimal dan kualitas pelayanan
sekarang tidakdapatdipertahankan lagi. Konsep terbaru mengenai . penderita yang tidak terganggu
laboratorium klinik adalah konsep ekonomi yang bersama-sama Secara umum agar hal tersebut dapat dicapai sebaik-baiknya
dengan pengetahuan laboratorium secara terintegrasi diperlukan pihak manajemen seharusnya mempunyai tujuan, rencana yang
. baik dan kontrol. Tujuan harus jelas, realistik dan dapat "diukur"
dalam pengelolaan laboratorium klinik untuk menghadapi
. lingkungan yang makin bersifat business Perencanaan yang baik meliputi aktifitas planning statement,
Laboratorium klinik merupakan salah satu bagian yang forecasting, menentukan prioritas tujuan, programming yang
memerlukan biaya tinggi (cost intensive) dari suatu rumah sakit meliputi rencana mengenai alat-alat, personel, keuangan dan
untuk diagnosis dan monitoring suatu penyakit. Laboratorium timetable, scheduling yaitu menentukan batas waktu tujuan ter-
swasta komersial dihadapkan pada persaingan yang ketat dan capai dan merencanakan anggaran. Aktifitas kontrol manajemen
harus menemukan cara untuk mengelola secara ekonomis, tetapi meliputi pembuatan standar prosedur, mengukur performance
tetap masih mendapat keuntungan. Laboratorium yang tidak . dan melakukan tindakan koreksi
bersifat komersial dalam suatu rumah sakit harus meningkatkan Eksekutip rumah sakit sering kali dikritik, karena dianggap
efisiensi dan mengenal bentuk operasional maupun fungsi dalam tidak mengeluarkan dana cukup yang diperlukan untuk direct
. menghadapi beban kerja yang semakin meningkat patient care. Keterangan bahwa selama ini sumber dana masih
Belum ada atau sedikit sekali petunjuk/rujukan baku untuk terbatas tidak dapat meyakinkan bahwa rumah sakit bukannya
menilai biaya, produktivitas, aktivitas atau faktor-faktor untuk mempunyai dana yang tidak ada habisnya. Hal ini disebabkan
membuat perkiraan biaya yang diperlukan untuk karyawan, karena kritik tersebut tidak memperhatikan fakta-fakta serta
. reagensia dan pengeluaran lainnya pengertian tentang adanya distribusi dana dalam rumah sakit,
Pada kesempatan ini akan diulas mengenai pengelolaan asal dana serta nilai diagnostik dan penggunaan yang berlebihan
laboratorium klinik yang pada akhirnya didapatkan suatu kese- dari tes diagnostik, x-ray, obat-obatan serta tindakan diagnostik
. imbangan antara kualitas pelayanan dan efektifitas dan terbatasnya sumber dana. Walaupun demikian permintaan
Pengelolaan laboratorium seyogyanya menggunakan tes-tes diagnostik dan tindakan diagnostik tetap meningkat,
manajemen yang lazim digunakan dalam industri yang ternyata sebabnya adalah mekanisme kontrol yang tidak pernah ada
sangat berharga untuk dilaksanakan di laboratorium. Adminis- secara jelas dan formal. Dalam hal laboratorium rumah sakit
trator rumah sakit bertanggung jawab dalam merencanakan serta swasta kesukaran dana tersebut dapat dicapai dengan mening-
menentukan kualitas pelayanan penderita secara umum serta katkan pendapatan atau mengurangi pengeluaran. Pada rumah
keberhasilannya, sedangkan manajer laboratorium merekomen- sakit pemerintah dimana peningkatan pendapatan laboratorium
dasikan alat yang cost-effective, mengoptimalkan penggunaan tidak dapat begitu saja dicapai dengan menaikkan harga tiap tes
sumber daya manusia dan membantu merencanakan anggaran dan pemberian dana dengan meningkatnya biaya juga tidak dapat
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
ABSTRAK
Selayaknya mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya dibicarakan, tetapi perlu :
1. Dilakukan tindakan yang bisa mengukur keadaan sejauh mana sekarang ini telah
berjalan.
2. Tindak lanjut apa yang
. perlu dilakukan dari hasil interpretasi penilaian yang terjadi
Maka langkah-langkah upaya dalam rangka meningkatkan mutu keamanan pasien
adalah :
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
110 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994
berhubungan dengan keamanan pasien, sehingga bisa diper- * Aspek Klinis
.
hitungkan dan didiskusikan Yaitu menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terk3it
Tulisan ini bertujuan : .
dengan teknis medis
1. Memberikan gambaran yang lebih terang tentang Menjaga * Efisiensi dan Efektifitas
Mutu Pelayanan Rumah Sakit yang terkait dengan keamanan Yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tak ada diagnosis
pasien. .
dan terapi yang berlebihan
2. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang indikator * Keamanan Pasien
.
keamanan pasien yang dapat dipakai sebagai pedoman Yaitu upaya perlindungan terhadap pasien, misalnya per-
3. Membuat sur vai keamanan pasien di rumah sakit, sehingga lindungan jatuh dari tempat tidur, kebakaran.
aspek ini dapat dikwantifikasi dan selanjutnya dapat didiskusikan, * Kepuasan Pasien
kemudian dilakukan tindak lanjut yang relevan. Yaitu yang berhubungan dengan kenyamana, keramahan
.
dan kecepatan pelayanan
MENJAGA MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
DEFINISI (1)
Quality Assurance atau menjaga mutu adalah :"Suatu pro-
gram berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematik CIRI MUTU YANG BAIK
memantau dan menilai mutu dan kewajaran asuhan terhadap Berdasarkan dari pengamatan di atas ternyata mutu yang
pasien. Menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien baik adalah (1) :
dan memecahkan masalah-masalah yang terungkap. " (Skema 1) * Tersedia dan terjangkau.
.* Tersedia kebutuhan
.* Tepat sumber daya
.* Tepat standar profesi/etika profesi
* Wajar dana aman.
.* Mutu memuaskan bagi pasien yang dilayani
Pelayanan medis yang baik adalah(2):
* Yang didasari oleh praktek medis yang rasional dan didasari
.oleh ilmu kedokteran
.* Mengutamakan pencegahan
* Terjadinya kerjasama antara masyarakat dengan ilmuwan
medis.
.* Mengobati seseorang sebagai keseluruhan
KOMPONEN MUTU .* Memelihara kerjasama antara dokter dengan pasien
Mutu pelayanan kesehatan menjadi sulit diukur, karena hasil .* Berkoordinasi dengan pekerja sosial
yang terlihat merupakan resultan dari berbagai faktor yang .* Mengkoordinasikan semua jenis pelayanan medis
. berpengaruh. Walaupun demikian secara jelas dapat dibedakan * Mengaplikasikan pelayanan modern dari ilmu kedokteran
Komponen itu adalh (1) : .yang ditubuhkan masyarakat
KEAMANAN PASIEN
* Kewajaran * Relevansi * Hasil segera Aspek keamanan pasien sebenarnya banyak yang mempu-
* Kuantitas * Efektivitas * Hasil jangka panjang nyai dasar objektif, artinya dapat dili hat bendanya. Seperti adanya
* Efisiensi alat pemadam kebakaran. Hanya permasalahannya berapa ban-
Struktur adalah : sarana fisik, perlengkapan dan peralatan, yak dan berapa besar yang dinilai cukup ?; hal ini menjadi relatif
organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan subjektif, karena akan berhubungan dengan situasi dan kondisi
. sumber daya yang lain yang ada. Segi ini yang akan dicoba dikuantifikasikan dengan
Proses adalah : sarana kegiatan dokter, kegiatan perawat, skela tertentu.
. kegiatan administrasi pasien Tentunya masih banyak lagi yang dapat dipertimbangkan,
termasuk hal-hal yang sifatnya perilaku yang lebih spesifik,
Outcome adalah : outcome jangka panjang seperti ke-
seperti setiap transfusi selalu dilakukan crossmatch. Dapat juga
. mungkinan kambuh, kemungkinan sembuh di masa datang
lebih dispefikasi seperti : jumlah satpam, kemampuan satpam,
ASPEK MUTU . pelatihan ulangan
Mutu pelayanan rumah sakit dapat pula dilihat dari segi Hal di atas merupakan sebagian dari aspek penting yang
aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang harus ada dan diperhatikan agar keamanan pasien mendapat
secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. jaminan. Kemudian dengan survai yang menggunakan skala
Keempat aspek itu adalah : akan dapat diperhitungkan seberapa jauh sudah diadakan.
5. Petugas 19. Adanya petugas Satpam yang cukup 3) Cara Pengolahan Kuesioner
20. Adanya seragam petugas Data bisa dioleh dengan cara manual atau komputer. Dengan
21. Adanya nama dan identitas petugas manual berarti mengumpulkan diisi sesuai program.
22. Adanya identitas penunggu pasien
Jumlah
Catatan : 1.
2.
3.
TINDAK LANJUT
Dalam menjaga mutu yang telah dibicarakan terdahulu, tak
ada gunanya ditemukan maslah bila tidak jelas upaya L.ntuk
memecahkannya. Dengan kuesioner akan ditemukan n asalah
yang secara kuantitatif jelas terlihat, hal ini sudah baik karena
bisa didiskusikan, tetapi tak cukup sampai disitu, perlu upaya
tindak lanjut yang secara nyata akan meningkatkan pelayanan.
1) Spesifikasi masalah
Masalah berarti adanya kesenjangan antara kenyataan dan
. harapan. Hal ini harus jelas dan pasti, berarti harus spesifik
Contoh : Catatan :
* Alat untuk keamanan pasien kurang (tidak spesifik) 1. Tindakan pemecahan masalah akan menjadi dasar bagi spesifikasi masalah
Alat pemadam kebakaran kurang (spesifik) lebih lanjut dan untuk pertimbangan bagi survai keamanan pasien berikutnya.
Not everyone can do great things, but everyone can do small things
in agreat way
ABSTRAK
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
ABSTRAK
ABSTRAK
Instrumen Penilaian Penampilan Kerja Rumah Sakit telah dikembangkan pada tahun
1984, sedangkan Instrumen
. Pengukur Kemampuan Rumah Sakit pada tahun 1990
Pengembangan kedua instrumen tersebut dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI
bersama-sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Dinas Kese-
hatan Dati I Propinsi. Jawa Timur
Maksud pengembangan kedua instrumen tersebut adalah untuk memperoleh suatu
sarana atau alat guna membina dunia perumahsakitan di Indonesia pada umumnya dan di
daerah tingkat I dan II tempat rumah-rumah sakit berada di wilayah kerjanya pada
khususnya. Demikian pula pembinaan pimpinan Rumah Sakit yang bersangkutan ter-
hadap pelayanan Rumah . Sakit itu sendiri
Ruang lingkup kedua instrumen tersebut meliputi a) kelompok manajemen rumah
sakit, b) kelompok pelayanan medik rumah sakit, c) kelompok penunjang pelayanan
medik, dan d) kelompok pemeliharaan sarana, pendidikan/latihan/penelitian di rumah
sakit.
Penilaian penampilan kerja rumah sakit dilakukan setiap tahun sekali, dengan
kategori baik sekali, baik, cukup, kurang dan kurang sekali. Sedangkan untuk pengukuran
kemampuan rumah sakit adalah rumah sakit dengan kategori di atas 60% dari standar,
antara 30–60% dari .standar dan di bawah 30% dari standar
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
PENDAHULUAN
ngan demikian biaya operasional suatu rumah sakit menjadi
Rumah sakit adalah institusi yang memberikan pelayanan
mahal. Atas dasar itu pulalah rumah sakit sedikit "dilupakan "
kepada mereka yang sakit. Dalam menjalankan kewajibannya,
dalam strategi WHO.
rumah sakit pada dasarnya tidak terlepas dari batasan Badan
Sesuai dengan kesepakatan baru dalam mencapai health
Kesehatan Dunia (WHO, 1957), yaitu: "The hospital is an
for all by the year 2000, beberapa parameter baru perlu di-
integral part of social and medical organization, the function
tambahkan guna memperjelas tujuan tersebut. Parameter ter-
of which is to provide for the population complete health
sebut adalah dengan pemerataan, efisiensi dan efektif. De-
care both curative and preventive, and whose out patient
ngan demikian apapun yang terjadi pelayanan rumah sakit
service reach out to the family and its home environment; the
hospital is also a centre for training of health workers and harus dapat menjangkau seluruh masyarakat dan dijalankan
. for bio-social research" secara efisien dengan program yang efektif.
Batasan di atas memberikan kesimpulan bahwa peran ru- Uraian di atas menyimpulkan bahwa rumah sakit itu me-
mah sakit tidak dapat dipisahkan dari keutuhan pelayanan rupakan salah satu mata rantai pelayanan yang penting dan
kesehatan. Hal mana rumah sakit merupakan back up sistim rumit, sehingga penanganannya bukan sekedar dari bidang
dari pelayanan puskesmas yang menjadi ujung tombak pe- medik saja, tetapi segi manajerialnya. Walaupun demikian
layanan kesehatan pada masyarakat. tidak berarti bahwa strategi pembangunan kesehatan harus
Dengan demikian rumah sakit selayaknya menyediakan di arahkan ke rumah sakit semata-mata. Tetapi paling tidak
atau menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penun- perhatian pemerintah terhadap perumahsakitan perlu diting-
jang medik, pelayanan perawatan, rehabilitasi, preventif dan katkan, terutama bila dikaitkan dengan tersedianya sarana dan
promotif. Di samping itu suatu rumah sakit perlu menyedia- . cakupun agar dapat memberikan pelayanan yang diharapkan
kan diri untuk menjadi tempat pendidikan tenaga kesehatan Untuk maksud itulah pada kesempatan ini penulis men-
dan penelitian ilmu dan teknologi kesehatan dan aplikasinya, coba untuk memberikan masukan dalam upaya pembinaan
serta menjadi tempat rujukan bagi instansi kesehatan yang pelayanan rumah sakit di Indonesia yang lebih terarah agar
kurang mampu menyelesaikan upaya penyembuhan penderita pelayanan rumah sakit dapat lebih efisien dan efektif. Mat
dikarenakan kemampuan yang ada tidak memungkinkan. Un- yang dapat digunakan untuk maksud tersebut adalah "instru-
tuk menunjang pelaksanaan pelayanan rumah sakit, sumber men penilaian penampilan kerja rumah sakit" dan "instrumen
daya baik tenaga, keuangan, sarana fisik, peralatan dan lain- pengukur kemampuan rumah sakit". Maksud dan tujuan in-
lain perlu sekali suatu penanganan yang efisien dan efektif. strumen tersebut secara umum adalah untuk mengetahui se-
Oleh karena itu rumah sakit merupakan suatu institusi yang berapa jauh penampilan kerja dan kemampuannya dalam
kompleks dan unik, karena sifat dari rumah sakit adalah pa- menyediakan sarana prasarana untuk dapat menjalankan
dat karya, padat modal dan padat ilmu serta teknologi. De- fungsinya. Sedangkan secara khusus instrumen tersebut di-
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta.
21 - 25 November 1993.
SEJARAH SINGKAT
Pelayanan Sosio Medik di RS PGI Cikini dimulai sejak
tahun 1987, dengan melibatkan orang-orang dari berbagai pro-
fesi (psikolog, pekerja sosial lulusan SMPS, rohaniwan, dokter,
perawat) serta unit-unit kerja yang terkait dengan masalah yang
harus ditangani. Pelaksana tugas-tugas harian hanya 1 orang
pekerja sosial, dan seorang psikolog yang merangkap sebagai
.koordinator Tim Komisi Sosio Medik
Pelayanan pada saat itu dimulai dengan suatu pola pela-
yanan yang sederhana. Fokus utama pada saat itu adalah pada
masalah sosial-ekonomi, karena memang kebutuhan akan pela-
yanan dalam hal tersebut sangat tinggi. Banyak pasien yang
mengajukan 'permohonan agar mendapat keringanan biaya
(biasanya mereka yang keadaan ekonominya lemah, tapi harus
membayar biaya rumah sakit yang cukup tinggi). Saat itu, pe-
mantauan yang dirasakan paling baik dan efektif adalah peman-
tauan melalui nota keuangan pasien (disini dapat dilihat : siapa
belum membayar berapa). Selain itu, Sosio Medik juga bekerja
berdasarkan rujukan dari bagian keuangan yang mengalami
kesulitan dalam menghadapi pasien yang beluk juga menja-
. lankan kewajibannya untuk membayar biaya pengobatan Rujukan Konseling Perawatan intensif
Pada saat menangani masalah sosial-ekonomi pasien itulah,
lambat laun terpantau juga berbagai masalah di luar masalah TUJUAN KOMISI SOSIO MEDIK
ekonomi, misalnya : masalah psikologis, pendidikan, spiritual, Pelayanan Sosio Medik di RS PGI Cikini diadakan dalam
relasional, tempat tinggal atau pekerjaan. Kebutuhan akan ada- rangka menerapkan pola pelayanan holistik kepada para pasien
Keinginan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Islami mulai dari pola pikir, penampilan, sikap dan perilaku serta
Rumah Sakit Islam Jakarta selalu ada sejak awal diresmikan pada tindakan dari segenap jajaran rumah sakit (1991 – sekarang).
tahun 1971. Perkembangan Rumah Sakit Islam Jakarta sampai Tahap ini dimulai dengan perubahan-perubahan dasar di-
saat ini menempuh tahap-tahap sebagai berikut : mulai dari susunan organisasi yang berdasarkan konsep Infor-
1) Tahap rintisan (1971 – 1978). mation Based Organisation (IBO) dilanjutkan dengan pengem-
Tahap ini diawali dengan pembukaan seeara resmi oleh bangan kerjasama tim dalam penanganan tugas dan pemecahan
Presiden RI pada tanggal 23 Juni 1971, pada tahap tersebut untuk lapangan, serta peningkatan pemahaman dan penghayatan pe-
. biaya rutin dan pemeliharaan masih harus disubsidi oleh Yayasan doman hidup berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah Rasul SAW.
Meskipun kapasitas baru 50 TT akhir tahun 1978, sudah mulai penerapannya dalam tugas sehari-hari.
ada Sisa Hasil Usaha, yang digunakan terutama untuk me- Pelaksanaan TQC di Rumah Sakit Islam Jakarta dimulai
ningkatkan kesejahteraan karyawan. pada tahun 1983. Diawali dengan pelatihan TQC bagi pimpinan
2) Tahap tumbuh kembang (1978 – 1986). RSIJ, penataran fasilitator dan pengorganisasian TQC, be-
Dalam tahap ini upaya pemantapan manajemen memper- kerjasama dengan Lembaga Bina Managemen Indonesia
oleh prioritas, dengan ditetapkan Direktur yang purnawaktu, (BIMINDO).
penyusunan Sistem Akuntansi RS bekerjasama dengan Fakultas Pada tahun 1984 kegiatan TQC tampak dijalankan secara
antusias oleh pimpinan maupun karyawan. Kampanye TQC
Ekonomi UI, penyusunan Sistem Medical record kerjasama
dengan Dra. Gemala Hatta, penyusunan Protap-protap, dan per- dilaksanakan dengan intensif dan telah dibentuk QCC di setiap
aturan kepegawaian, penggajian serta jaminan hari tua, penam- bagian/unit kerja. Pengorganisasian TQC disusun sebagai
bahan peralatan medik modern untuk peningkatan pelayanan berikut : Panitia Pengarah yang dipimpin oleh Direktur, Tim
medik, penambahan kapasitas sehingga meneapai 450 TT dan Koordinator Pelaksana, Tim Standarisasi, KelompokFasilitator
pembukaan pendidikan paramedik (SPK, Program Bidan dan dan QCC. QCC telah sempat aktif melakukan diskusi masalah
dan pemecahannya. Yang paling aktif saat ini adalah QCC
. AKPER)
3) Tahap Pemantapan (1986– 1991). perawatan.
Ciri tahap ini adalah : makin mantapnya peraturan kepe- Awal tahun 1986 dengan pergantian Direksi terjadi per-
ubahan kebijaksanaan dalam pelaksanaan TQC. QCC diarahkan
gawaian, pembangunan gedung permanen menggantikan gedung
sebagai forum pengajian. Kegiatan diskusi yang semula ber-
semi permanen, pengakuan RSIJ oleh DepKes. sebagai RS
bobot pemecahan masalah berubah dan kurang memperoleh
swasta kelas Utama, pemantapan Program Pendidikan Tenaga
respons dari pimpinan padahal pemecahan masalah tersebut
Kesehatan.
Kapasitas menjadi 495 TT dan pelayanan medis telah di- menyangkut unit kerja lain. Dengan perubahan ini, maka makin
. dukung dengan peralatan canggih menurun aktivitas QCC, makin lama makin tidak tampak aktivi-
4) Tahap peningkatan mutu pelayanan dan mewujudkan ciri tasnya sama sekali. Hal ini sesuai dengan teori/prinsip-prinsip
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PEPSI & Hospital Expo, Jakarta,
21 — 25 November 1993.
ABSTRAK
Makalah ini disajikan pada Kongres VI PERSI & Hospital Expo, Jakarta,
21— 25 November 1993.
ELECTRICITY IN MODERN MEDICINE movement and storage techniques. There is often lack of report-
The medical industry is one that is always at the forefront of ing by medical staff that equipment has possible faults eg; slight
technology. Modern medicine combines the knowledge of cen- electric shock or 'tingle' felt when touching metal instrument
turies of research with the very latest break-throughs in biology, cover or metal fittings. The most likely cause of all is the lack of
chemistry and physics. This progress has resulted in many a routine procedure for the checking of all electrical equipment
advantages for patients, not only can many once serious and by trained electrical personnel, safe guarding against use and
terminal diseases now be cured but modern techniques and abuse events, which can render equipment potentially harmful.
equipment allow procedures to be carried out more efficiently.
These techniques and equipment often enable more operations EFFECT OF CURRENT FLOW THROUGH THE HUMAN
per day to be carried out making more efficient use of the BODY ( ' MACRO-SHOCK')
'
hospitals facilities. Patients who would previously have spent Macro-Shock' is the term used to describe the resultant
weeks recovering from operations can often now be home in a effects of applying mains voltage to a human body. The typical
matter of days. One major area that has changed is the ever electrical resistance of the human body (1000 Ohms or 1 kOhm)
increasing use of electrical and electronic equipment for every- li mits the current that will flow to 240 mA (in a 240 V ac system).
thing from monitoring through to electro-surgical devices. With If this current flows for 500 ms or more there is a greater than 50%
this greatly increased use of electrical and electronic equipment chance that the shock will cause cardiac arrest. When the skin is
in patient treatment procedures, comes the increased likelihood by-passed the internal resistance of the body is variable depend-
of accidental shock. ing on the current path. Current paths that include the chest area,
The requirement for the power distribution system to be for example left arm to right arm are more hazardous than those
installed and maintained to the highest possible standards which avoid it, for example abdomen to foot. (Note. these figures
becomes critical as does the maintenance and regular servicing of are taken from Australian Standard AS3859 which is identical to
all mains operated equipment in order to minimize the chance of the IEC publication 479 'effects of current passing through the
such accidental shock. Due to the portable nature of many items human body')
of equipment the opportunities for unintentional abuse and loss
of insulation integrity increase with each change of equipment SPECIAL CONSIDERATIONS FOR MEDICAL AREAS
location. The bodies natural defenses against electrocution are often
Typical events that would render equipment potentially by-passed during medical procedures. That is the electrical
unsafe (and justify the need for the safety measures as outlined) resistance of the skin can be lowered by the use of conductive
would include, power cords pulled on directly when disconnect- electrode gel or electrodes may pierce the skin and make contact
ing equipment from outlets, equipment being subject to acciden- with highly conductive body fluids. Normally the involuntary
. tal conductive liquid spills penetrating equipment internals muscular contractions that accompany electric shocks will often
Power cords and equipment can be damaged by poor transit serve to disconnect a person from the faulty equipment or
Presented at the Vlth Congress of the Indonesian Hospitals Association &
Hospital Expo, Jakarta 21 — 25 November 1993
Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 91, 1994 143
'
appliance, in the case of a patient who may be immobilized by ' MICRO-SHOCK
anesthetic or have electrodes firmly connected to them this Whilst the causes and effects of 'Macro-Shock ' are known
and generally well understood there exists a second form known
. disconnection will not occur so readily
as 'Micro-Shock '. 'Micro-Shock' can occur where two nomi-
RCD PROTECTION AGAINST 'MACRO-SHOCK
' nally earthed conductors are brought in close contact with the
' Macro-Shock' can be protected against in domestic or heart of a patient. In a normally earthed electrical system it is
industrial installations by the use of 30 mA RCD's which will possible for there to be up to 2 Ohms electrical resistance between
disconnect the supply should more than 30 mA be detected the earth connections of two different mains outlets. It is quite
. flowing to earth via a fault (human contact or equipment failure) possible that there could be 1A of fault current flowing through
In medical installations more sensitive 10 mA RCD's should be the earthed structure of a building, this would be the sum of all the
used, as a current flow of between 10 and 30 mA, that will not leakage currents and fault currents present in the electrical
necessarily trip of a 30 mA RCD, will be harmful to an anesthe- system (Note: measurements have been taken in Australian
tized patient or one attached to electrodes if the current flows for hospitals that suggest that the level of these currents can
greater than 10 seconds (AS3859/IEC479). occasionally exceed 10 A). 1 Amp of fault current flowing
through the earth system could give a voltage between the
LINE ISOLATION AND OVERLOAD MONITOR earthed points of up to 2 V which in normal circumstances would
PROTECTION AGAINST 'MACRO-SHOCK' not be considered a problem. In the case of two conductors in
While a 10 mA RCD is a comparatively economical means close contact with a heart, voltages in excees of 100 mV between
of protecting against 'Macro-Shock' there is the disadvantage in them should be avoided otherwise 'Micro-Shock' will occur with
medical situations that when it trips off it not only removes the . cardiac arrest as a result
power from the fault but also any other equipment connected to
the same protected circuit. It may also be the case that a fault EQUIPOTENTIAL EARTHING
could occur in a piece of equipment that is actively keeping the To protect against 'Micro-Shock' it is necessary to reduce the
patient alive (eg; a Heart-Lung Machine). While the RCD will voltages that can occur between earthed conductors. The cross
save the patient from an electric shock the resultant removal of section of those conductors should be increased to limit the
the supply from the equipment could pose just as big a hazard. resistance between any two earthed points in a Cardiac Treat-
In medical procedures where life support equipment is used ment Area to generally less than 0.1 Ohm and in certain circum-
(eg; cardiac type procedures) it is advisable to use an isolated stances as low as 0.01 Ohm. This is known as an Equipotential
power supply system that has its isolation from earth constantly (EP) Earthing System. The EP System should extend not only to
. monitored by a Line Isolation and Overload Monitor (LIOM) the earth conductor in the supply wiring but also to any exposed
Using this system a single fault can occur that connects a patient metal that is in contact with the structure of the building (eg; taps,
or medical staff between one live conductor and Earth and there . gas outlets or pendant lights)
will be no danger of current flowing through the patient or staff
member. If however a second fault were to occur, that connects REFERENCE DOCUMENTS
. the other live conductor to Earth, dangerous currents would flow 1. Australian Standards:
The LIOM will alert the medical staff on with the operation (and AS3003 : Guide to the safe use of electricity in patient care
accept the very slight risk that a second fault will occur) or AS3003: Electrical installations, patient treatment areas
AS3859: Effects of current passing through the human body
stabilize the patients condition as soon as possible and stop the
2. International Electrotechnical Committee (IEC)
operation. Non-essential equipment can also be unplugged if the TC64 (secretariat) 629: Electrical installations, medical locations (draft)
alarm sounds as the fault may lay within them and be cleared by 3. American National Standard
their disconnection. ANSI/NFPA 99: Health care facilities