You are on page 1of 11

Saraf Otonom

Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf somatik yang mengendalikan organ dibawah kontrol volunter (terutama otot) dan sistem saraf autonom yang mengatur fungsi organ individual dan homeostasis, dan sebagian besar bukan merupakan kerja volunter. (Sistem saraf autonom adalah bagian susunan saraf tepi yang mengurus semua proses badaniah yang involuntar dan homeostasis yang timbul secara reflektorik, seperti vasodilatasi-kontriksi, bronkhodilatasibronkhokontriksi, peristaltik, berkeringat, merinding, dan seterusnya, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya Meskipun disebut sebagai autonom , sistem saraf ini sendiri tidaklah sepenuhnya bersifat autonom. Artinya bahwa aksi sistem saraf ini dipengaruhi oleh korteks serebri yang akan memberikan pengarahan secara reflektorik Sistem saraf autonom menguasai transmisi impuls sistem saraf eferen dari sistem saraf pusat ke sistem organ perifer. Pengaruhnya termasuk kontrol terhadap detak jantung dan forced contraction, konstriksi dan dilatasi pembuluh darah, kontraksi dan relaksasi otot polos pada berbagai organ, akomodasi penglihatan, ukuran pupil dan sekresi eksokrin dari kelenjar eksokrin dan endokrin. Saraf autonom merupakan seluruh serabut eferen yang meninggalkan SSP, kecuali yang menginervasi otot skelet. Ada beberpa serabut aferen autonom (misalnya yang mentransmisi informasi dari perifer ke SSP) yang memberikan sensasi visceral dan regulasi vasomotor dan refleks bernafas, sebagai contoh baroreseptor dan kemoreseptor pada sinus karotis dan arkus aorta yang sangat penting mengatur detak jantung, tekanan darah, dan aktifitas bernafas serabut aferen ini menuju SSP melalui saraf autonom utama seperti vagus, nervus splanknikus atau nervus pelvikus, meskipun serabut nyeri aferen yang berasal dari pembuluh darah dapat dihantarkan oleh saraf somatik. Sistem saraf autonom terutama mencakup arkus refleks, termasuk cabang aferen autonom atau somatik. Singkatnya, serabut aferen menghantarkan rangsang dari reseptor nyeri, atau mekanoreseptor dan kemoreseptro pada jantung, paru, gastrointestinal, dan lain-lain. Respon refleks dari serabut eferen autonom ini akan menyebabkan kontraksi dari otot polos pada beberapa organ (misalnya pembuluh darah, mata, paru-paru, kandung kemih, traktus gastrointestinal) dan mempengaruhi fungsi jantung dan kelenjar. Cabang eferen dari reflek ini juga dapat mempengaruhi sistem saraf somatik (seperti batuk dan muntah). Untuk refleks yang

sederhana, refleks terjadi secara total pada organ yang bersangkutan, sementara refleks yang lebih kompleks diatur oleh pusat autonom yang lebih tinggi di SSP, terutama hipotalamus. Sistem saraf autonom dibagi menjadi 2 divisi berdasarkan perbedaan anatomi dan fungsinya yaitu sistem parasimpatik dan simpatik. Kedua sistem ini terdiri dari serabut preganglion bermielin yang membentuk hubungan sinaptik dengan serabut postganglionik tak bermielin, dimana serabut ini akan mempersarafi organ efektor. Sinap inin biasanya terjadi pada tempat yang disebut ganglion. Sebagian besar organ dipersarafi oleh serabut dari kedua divisi sistem saraf autonom ini, dan mempunyai pengaruh yang saling berlawanan (contoh, vagus memperlambat detak jantung, sementara saraf simpatik meningkatkan detak dan kontraktilitasnya), meskipun ada beberapa yang serupa (contoh, kelenjar air liur)

Anatomi Susunan Saraf Autonom Susunan saraf autonom dibagi dalam bagian pusat dan perifer. Bagian pusatnya mencakup susunan limbik, hiptoalamus, dan jaras-jarasnya yang menghubungi kolumna intermedio lateralis medulae spinalis. Bagian tepinya terdiri dari sepasang rantai neuronneuron yang dikenal sebagai ganglion paravertebrale serta juluran aferen dan eferen mereka yang bersambung dengan neuron-neuron yang berada di organ torakal abdominal pelvik. Baik secara fisiologik maupun anatomik, sistem saraf autonom dibagi menjadi komponen simpatik dan parasimpatik. Pembagian ini didasarkan pada dua jenis neurotransmiter yang diproduksi oleh neuron-neuron saraf autonom. Kedua jenis neurotransmiter itu adalah asetilkolin dan norepinefrin. A. Susunan Saraf Autonom Perifer
1. Sistem Saraf Parasimpatik. Preganglionik parasimpatik sistem saraf timbul dari sel bodies dari inti motorik nervus kranialis III, VII, IX, X pada batang otak dan dari segmen korda spinalis sacral kedua, ketiga, dan keempat. Disebut juga sebagai jalur kranio-spinal/kranoisakral. Serabut preganglionik berjalan hampir ke semua organ yang dipersarafi, dan sinap pada ganglia yang dekat atau berada pada organ tersebut, meningkatkan impuls ke serabut postganglionik yang mempersarafi jaringan yang sesuai. Sel ganglion dapat terorgansisir menjadi satu (mis. Pleksus

mienterikus pada usus halus) atau dapat juga difus (mis. Vesica urinaria, pembuluh darah). Serabut preganglionik terbanyak pada nervus vagus. (sidarta neurol dasar) Nervus kranialis III, VII, dan IX mempengaruhi pupil dan sekresi glandula salivarius, sementara nervus vagus (X) membawa serabut saraf ke jantung, paru, lambung, upper intestine dan ureter. Serabut sacral membentuk pleksus yang menginervasi colon distal, rektum, vesica urinaria, dan organ reproduksi. Secara fisiologis, sistem parasimpatis lebih digunakan pada penyimpanan dan pemulihan energi, oleh karena itu, maka akan mengurangi frekuensi detak jantung dan tekanan darah, menghambat lancarnya penghantaran impuls melalui jaras atrioventikular, memfasilitasi digestif dan absorpsi nutrien, maka dari itu akan mengekskresikan produk buangan, menyempitkan diameter pupil, melebarkan pembuluh darah, menyempitkan lumen bronkioli, menggalakkan sekresi air liur dan air mata, menggalakkan peristaltik dan melonggarkan sfinkter saluran pencernaan, menggalakkan otot detrusor kandung kemih, dan sekresi insulin, sehingga menurunkan gula darah. Transmiter kimia pada sinapsis pre dan postganglionik pada sistem parasimpatik adalah Asetilkolin (Ach). Ach juga merupakan neurotransmiter pada sinaps preganglionik simpatik, beberapa sinaps postganglionik simpatis, neuromuskular junction (sistem saraf somatik), dan beberapa tempat di SSP. Serabut saraf yang mengeluarkan asetilkolin dari end plate (ujung)-nya disebut sebagai serabut kolinergik. Sintesis Ach terjadi di sitoplasma ujung neuron kemudian disimpan di vesikel terminal presinaptik. Adanya aksi presinaptik menyebabkan influks ion kalsium dan menyebabkan pelepasan beberapa ratus vesikel ke celah sinaptik. Ach kemudian diikat oleh reseptor spesifik pada membran postsinaptik dan meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion sodium, potasium, dan kalsium, yang kemudian akan eksitasi postsinaptik. Aksi dari Ach ini berakhir oleh enzim Acetyl Cholinesterase yang akan segera menghidrolisisnya.

Reseptor Ach spesifik telah dibagi secra farmakologis berdasarkan aksi terhadap alkaloid muskarinik dan nikotin. Aksi Ach pada sinaps preganglionik baik sistem parasimpatik maupun simpatik diperankan oleh nikotin, dan semua ganglion autonomik juga disebut nikotinik oleh karenanya. Transmisi nikotinik juga terjadi pada neuromuskular junction, pada SSP, medula adrenal, dan beberapa tempat pada postganglionik simpatis. Meskipun demikian, aksi Ach pada ujung saraf postganglionik parasimpatis diperankan oleh muskarinik. Transmisi muskarinik juga terjadi pada beberapa tempat tertentu di SSP.
2. Sistem Saraf Simpatik

Pembagian simpatik dan parasimpatik secara tegas hanya bisa dilakukan pada saraf autonom perifer. Pada bagian pusat, kelompok neuron kolinergik dan adrenergik saling bergabung dan sulit untuk dibedakan satu dengan yang lainnya. Badan neuron yang menjulurkan serabut preganglionar simpatetik terletak di semua segmen torakal ,dan lumbal 1 dan 2. neuron-neuron tersebut menduduki kornu laterale substansia grisea medula spinalis, dan dikenal sebagai kolumna intermediolateralis. Serabut-serabut preganglionar meninggalkan medula spinalis bersama-sama dengan radiks ventralis setinggi foramen intervertebrale menggabungkan diri dengan radiks dorsalis untuk menyusun saraf spinal. Pada tempat itu juga, mereka meninggalkan saraf spinal sebagai rami komunikantes alba dan menuju trunkus simpatikus. Trunkus ini tersusun oleh sepasang rantai di kedua belah sisi tulang belakang. Dan rantai itu terdiri dari ganglion-ganglion yang bersambung satu dengan yang lain melalui juluranjuluran mereka. Pada umumnya ditemukan 3 pasang ganglion di daerah servikal, 12 pasang di daerah torakal, 5 pasang di daerah lumbal, 2 pasang di daerah sakral dan satu ganglion tunggal di garis tengah os koksigis. Serabut-serabut preganglionar tidak semuanya berakhir pada ganglion yang setingkat, banyak juga yang berakhir di ganglion yang terletak beberapa segmen lebih atas atau lebih bawah. Sebagian lagi melewati saja ganglion trunkus simpatikus untuk meneruskan perjalanannya ke ganglion-ganglion yang terletak di organ dalam. Ganglion yang terletak di kedua sisi tulang belakang disebut ganglion paavertebrale, dan ganglion yang terletak dekat dengan organ dalam disebut ganglion prevertebrale. Kedua ganglion tersebut menjulurkan serabut yang disebut sebagai postganglioner. Berbeda dengan serabut preganglioner yang memiliki selubung mielin, serabut postganglioner ini tidak bermielin. Aktifitas simpatetik akan melebarkan diameter pupil, melebarkan fisura palpebralis, meningkatkan denyut jantung, memperlancar penyaluran impuls melalui jaras atrioventrikuler, penyempitan lumen (kontriksi) hampir semua pembuluh darah, terutama yang menuju ke kulit dan viscera abdominal, tetapi melebarkan lumen (dilatasi) arteri koronaria, menghambat peristaltik saluran pencernaan, mengeratkan sfinkter saluran pencernaan, menghambat otot detrusor kandung kemih, membangunkan bulu kulit, menggalakkan sekresi keringat dan adrenalin (epinefrin) dan meningkatkan gula darah dengan jalan glikogenolisis hepar.

B. Susunan saraf autonom pusat.


Bagian pusat susunan saraf autonom terdiri dari korteks limbik, hipotalamus, dan hipofisis. Dimana yang berperan sebagai pusat (sentral) adalah hipotalamus. Sebagai pusat reseptif,

hipotalamus menerima impuls-impuls dari koreks limbik yang mengelilingi korpus kalosum. Sebagai pusat efektor, hipotalamus membagi-bagikan aktifitasnya ke susunan saraf perifer, dan mengelola fungsi hipofisis, baik pars anterior (adenohipofisis) maupun pars posterior (neurohipofisis). Hipotalamus juga dapat dianggap sebagai:

1. pusat penerima impuls viscero-autonom dari susunan saraf perifer dan juga impuls psiko-vegetatif autonom dari korteks serebri berikut sistem limbik, 2. pusat yang mengatur dan membagi-bagikan aktifitas vegetatifnya kepada susunan saraf perifer, dan 3. pusat yang mengatur kegiatan neuro- dan adenohipofisis. Gangguan sistem saraf autonom
1. Gangguan sistem saraf autonom perifer 1. a. Gangguan fungsi vegetatif Kandung kemih dan uretra, kedua-duanya memiliki persarafan simpatik dan parasimpatik. Ganglion-ganglion kedua komponen susunan autonom itu terletak di dekat bangunan yang dipersarafinya. Serabut-serabut postganglionar kedua komponen saraf autonom itu tiba di target organ melalui pembuluh darah. Peran simpatetik bersifat inhibisi terhadap pengaruh eksitasi dari komponen parasimpatik. Yang aktif dalam kontraksi otot detrusor kandung kemih ialah komonen parasimpatetik. Pusat parasimpatetik pada S.3 dan S.4 adalah yang paling penting dalam penggalakkan otot detrusor kandung kemih. Miksi, merupakan suatu refleks yang memiliki lengkung refleks supraspinal dan segmental intraspinal. Penuhnya kandung kemih terasa karena lintasan ascenden menyalurkan impuls yang dicetuskan oleh ujung-ujung serabut aferen perifer akibat teregangnya otot detrusor. Tibanya impuls tersebut di korteks serebri menghasilkan kesadaran akan penuhnya kandung kemih. Terputusnya lintasan tersebut, akan menghilangkan perasaan ingin kencing, yang sewajarnya timbul jika kandung kemih penuh. Oleh karena hal tersebut, maka inkontinensia melimpah keluar (overflow incontinence).

Pada para penderita dengan lesi di medula spinalis di atas konus medularis yang sudah menahun, kandung kemih dapat dikosongkan dengan jalan perangsangan terhadap daerah di sekitar os pubis dan lipatan inguinal. Adakalanya miksi terjadi saat kedua tungkai bergerak secara involuntar. Hal ini sering juga disebut kandung kemih otomatik . Pengosongan secara reflektorik ini muncul, karena lengkung refleks yang berada di konus medularisnya masih utuh. Lain halnya dengan lesi pada konus medularis. Refleks miksi spinal sudah tidak mungkin dilaksanakan. Oleh karena itu, pengosongan harus dilakukan dengan penekanan suprapubik secara terus-menerus sampai urin yang berada di kandung kemih keluar semua. Oleh karena lengkung refleks terputus oleh lesi konus medularis atau S.3 dan S.4, maka tonus kandung kemih akan hilang sehingga keadaan ini disebut sebagai kandung kemih atonik . Keadaan ini akan menyebabkan masih terdapatnya residu-residu urin yang cukup banyak setelah pengosongan dengan penekanan suprapubik. Lama-kelamaan, sfingter akan menjadi lebar, dan pada akhirnya terjadi inkontinensia. Baik kandung kemih otomatik maupun kandung kemih atonik merupakan kelanjutan dari gejala berupa penimbunan urin di vesica urinaria yang sering disebut sebagai retensio urin. Saraf parasimpatis menggiatkan otot detrusor, akan tetapi juga sekaligus melemaskan otot sfingter internus. Sementara sfingter eksternus sendiri dikendalikan oleh otot motorik somatik nervus pudendus S.1 dan S.2. Lesi pada nervus ini akan menyebabkan inkontinensia. Hal ini sering terjadi pada post partum dimana otot sfingter eksternus dan nervus pudendus mengalami jejas. 1. a. Eneuresis Eneuresis adalah suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran air kencing secara involunter pada saat tidur setelah berumur 5 tahun. Eneuresis ini umumnya terjadi pada malam hari (disebut eneuresis nokturnal). Namun dapat pula terjadi pada siang hari (eneuresis diurnal). Kesadaran akan penuhnya kandung kemih berkembang antara usia 1 sampai 2 tahun. Pada usia 3 tahun seorang anak sudah bisa menahan air kencing kalau kandung kemihnya sudah penuh.pengelolaan secara sadar pada siang hari sudah dapat dilaksanakan menjelang usia 3 sampai 4 tahun. Namun pada malam hari adakalanya pengelolaan terlambat, sehingga terjadilah eneuresis tersebut.

Kebanyakan eneuresis adalah primer, yaitu suatu kebiasaan yang familial. Dengan alkaloid beladona dan imipramine (obat antidepresan golongan trisiklik) tonus otot sfingter menjadi lebih tinggi, sehingga ngompol dapat ditiadakan. Dari hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa pada eneuresis primer yang terjadi adalah rendahnya tonus otot sfingter sehingga urin yang tertimbun di kandung kemih dapat keluar dengan mudah. Eneuresis bisa juga berasal dari kelainan struktural maupun patologik. Eneuresis yang demikian disebut sebagai eneuresis sekunder. Penyebabnya yang tersering adalah obstruksi dalam uretra, kapasitas kandung kemih yang kecil, uretrotigonitis, divertikulitis kandung kemih, dan stenosis uretra seperti pada hipospadia. Perlu diketahui bahwa presentase kejadian eneuresis sekunder hanya berkisar 1% saja. Oleh karena itu, pemeriksaan-pemeriksaan akademis dan psikologis tidak usah dilakukan secara lengkap, supaya penderita tidak menjadi neurotik karena tindakan dokter. 1. a. Gangguan vegetatif pada kulit. Berbeda dengan aktifitas parasimpatik dalm mekanisme miksi dan defekasi, fungsi vegetatif kulit lebih dominan dikendalikan oleh aktifitas simpatik. Persarafan simpatik di kulit dapat terputus karena lesi perifer, atau pada ganglia paravertebralia, beserta serabut preganglionik simpatik. Terputusnya persarafan ini akan ditandai dengan: 1.
y y y

kulit sudah tidak dapat merinding lagi jika dirangsang dengan benda dingin maupun goresan runcing. Karena sudah tidaka ada lagi efektor terhadap pilomotor kulit berwarna merah atau terasa panas. Hal ini disebabkan karena kontraksi pembuluh darah kulit tidak lagi berkeringat karena hilangnya kontrol terhadap glandula sudorifera.

1. a. Fenomena Raynaud Fenomena Raynaud terdiri dari beberapa gejala berupa ujung-ujung jari yang sianotik dan dingin. Sebagai tambahan, apabila gejala tersebut tidak diketahui penyebabnya, maka disebut sebagai penyakit Raynaud. Fenomena Raynaud digunakan untuk pasien dengan gejala seperti diatas akan tetapi sudah diketahui penyebabnya. Fenomena Raynaud biasanya dapat dijumpai pada arteritis primer, penyakit kolagen, setelah trauma, intoksikasi ergot, atau pada siringomelia, dan kompres pleksus

brakhialis. Penyakit Raynaud lebih sering ditemukan pada wanita, dimana belum diketahui penyebabnya. Pemotongan serabut-serabut simpatetik mulai dari lengan dapat menhilangkan penyakit Raynaud. Sebagian ahli berpendapat bahwa penyakit Raynaud terjadi karena adanya peningkatan epinefrin dan norepinefrin yang berlebihan di jaringan. Sianosis dan dingin pada tangan disebabkan karena spasme pembuluh darah yang dapat dicetuskan oleh udara dingin dan emosi. 1. a. Hiperhidrosis Hiperhidrosis adalah keadaan berkeringat secara berlebihan. Hiperhidrosis dapat terjadi secara lokal maupun menyeluruh. Mekanismenya sampai sekarang belum dapat diketahui. timbulnya Pada orang dengan hemiparese sering terjadi hiperhidrosis pada daerah yang mengalami kelumpuhan. Pada orang-orang tertentu juga bisa terjadi hiperhidrosis hemifasialis jika mereka tengah makan. Manifestasi ini dianggap sebagai ketidakseimbangan antara simpatik dan parasimpatik. 1. a. Migraine Disfungsi autonomik pembuluh darah di kulit kepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala yang disebut migraine. Mekanismenya sampai sekarang belum jelas. Tetapi banyak fakta-fakta menunjukkan bahwa migrain didahului oleh vasokonstriksi arteri intrakranial, ditandai dengan skotoma dan pucat pada wajah. Gejala prodormal itu akan diikuti oleh timbulnya nyeri kepala sesisi dan merah pada wajah. Tidak lama kemudian dapat terjadi mual, muntah, edema selaput lendir hidung, jari tangan dan kaki. Hal ini disebabkan karena vaodilatasi arteri ekstrakranial. Apa penyebab terjadinya vasoksonstriksi belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan merupakan faktor herediter dan familial. 1. a. Akalasia dan otot sfingter aganglionik Degenerasi pada ganglion mesenterik atau pada nukleus ambigus (n. vagus) bisa mengakibatkan gangguan peristaltik pada esofagus. Karena itu, pembukaan sfingter yang memisahkan antara lambung dan esofagus tidak dapat terbuka, sehingga makanan

tetap berada di esofagus. Hilangnya peristaltik esofagus yang dinamakan akalasia, dapat dijumpai pada bayi maupun orang dewasa. Pada penyakit Hirschprung, bagian usus yang menggembung memiliki sel ganglion. Tetapi pada distalnya terdapat usus yang tidak memiliki sel ganglion di dindingnya. Pada penyakit Hirschprung, biasanya otot sfingter internus rekti yang aganglionik. 1. a. Gangguan pada Pupil Dilatasi dan kontraksi pupil disebabkan oleh aktifitas simpatik dan parasimpatik. Pupil yang lebar (midriasis), yang tidak berespon terhadap penyinaran cahaya dan akomodasi, bisa disebabkan karena hiperaktifitas saraf simpatik, atau lebih sering karena lesi pada komponen parasimpatiknya. Kompresi pada nervus okulomotorius yang memiliki serabut parasimpatis menimbulkan midriasis yang tidak bersepon pada penyinaran cahaya dan akomodasi.dengan penetesan metacholine (2,5%) pada pupil yang normal tidak terdapat perubahan pupil. Akan tetapi bla dilakukan pada pupil yang midriasis karena kompresi nervus okulomotorius akan terjadi konstriksi (miosis). Dengan hal tersebut, maka bisa digunakan sebagai tes bahwa serabut parasimpatik yang bersamaan deng serabut simpatiknya tidak bekerja dengan baik. Begitu juga sebaliknya, aktifitas miosis yang disebabkan karena lesi pada nervus simpatiknya, akan memberikan midriasis yang nyata dengan pemberian hematropin. Sementara miosis yang disebabkan oleh hiperaktifitas parasimpatik tidak memberikan perubahan yang nyata. Gangguan sistem saraf autonom pusat 1. Gangguan vegetatif a. regulasi suhu Peran hipotalamus dalm pemeliharaan suhu tubuh adalah sebagai regulator shuh tubuh. Jika tubuh mengalami rangsangan perubahan suhu, maka hipotalamus akan segera melakukan aktifitas reflektorik melalui serentetan reaksi untuk mengatasi perubahan tersebut. Pada penelitian didapatkan bahwa stimulasi bagian posterior hipotalamus akan menyebabkan denyut jantung yang lebih kencang, tekanan darah meningkat, dilatasi pupil, kulit merinding, dan inhibisi peristaltik usus, dan menurunkan tonus

kandung kemih (simpatetik). Jika bagian posterior hipotalamus dibuang, timbul letargi dan hipersomnia. Aktivasi bagian anterior hipotalamus menyebabkan reaksi parasimpatetik, seperti reaksi terhadap kepanasan, denyut jantung menurun, peristaltik aktif, tonus kandung kemih meningkat. Sangat mungkin bagian posterior hipotalamus merupakan termostat terhadap suhu dingin, sementara bagian anteriornya adalah termostat terhadap suhu panas. Gangguan lesi pada daerah tuber sinerium akan menyebabkna hiperpireksia. Gejala ini sering muncul pada perdarahan yang terjadi di hipotalamus 1. a. regulasi minum dan makan Lesi di daerah ventromedialis menyebabkan adipsia (hilang rasa haus) dan polifagia (rakus). Kemungkinan hipotalamus mengendalikan ini dengan cara tersebut dan ditambah secara neurohormonal yaitu dengan pengaturan ADH. Pusat makan hipotalamus terletak di daerah nukleus lateralis hipotalami, sementara pusat kenyang terdapat di ventromedial 1. Gangguan neurohormonal Pada dasarnya gangguan pada neurohormonal oleh hipotalamus bergantung pada sekresi hormonal oleh hipofisis. Oleh karena itu sering disebut istilah hormon hipotalamik yang bersifat hipofisiotropik, yaitu: 1. a. faktor pelepas hormon kortikotropin b. faktor pelepas hormon tirotropin c. faktor pelepas hormon somatotrofin d. faktor penhambat hormon somatotropin e. Folicle stimulating hormon f. faktor penghambat prolaktin g. faktor pelepas hormon laktasi 2. Gangguan psiko-vegetatif autonom Gangguan psiko-vegetatif autonom pada sistem susunan saraf autonom pusat terjadi karena gangguan emosi. Emosi, diekpresikan sebagai peraangai. Perangai ini dapat dimanifestasikan sebagai manifestasi susunan somatomotorik (merengut, senang, dsb) dan susunan autonom (pucat, wajah memerah, berkeringat, dsb)

Manifestasi gangguan autonom sendiri seringkali didapatkan pada pasien yang memeriksakan diri ke dokter. Serigkali pasien mengalami denyut jantung yang cepat meskipun tidak didapatkan kelainan kardiovaskuler.

You might also like