You are on page 1of 4

Kajian kritis: Negeri 5 Menara Endah Yanuarti

Pendahuluan Novel ini cukup menarik untuk dibaca, sehingga menggugah minat saya untuk menuliskan suatu ulasan tentang isi dari novel ini. Novel yang dituliskan berdasarkan kisah nyata si penulis, A. Fuadi, dengan jumlah halaman 420, dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Umum ini bersetting di Pesantren Madani di daerah Jawa Timur dengan latar budaya penulis yang berasal dari Sumatera, membuat novel ini menarik. Ilustrasi cover depan yang menggambarkan 5 menara tinggi dan denah pesantren di halaman paling belakang pun cukup eye catching bagi pembaca. Setelah saya membaca buku ini, saya pun menjadi berpikiran lebih positif karena terpengaruh oleh jalan pikiran si penulis. Isi/sistematika Buku Topik novel ini terbagi menjadi 46 topik yang cukup menarik, masingmasing topic menceritakan suatu momen-momen tertentu yang cukup menarik dari kejadian, kebiasaan atau event yang dialami penulis selama bersekolah di Pesantren Madani. Topic pertama bertajuk Pesan dari Masa Silam. Topic ini merupakan titik tolak seluruh cerita yang beralur flashback dimana penulis telah menjadi seseorang yang sukses dan menerima pesan (YM) dari teman sekolahnya dulu. Topic ini cukup singkat, hanya 2 lembar (4 halaman), tapi membawa pembaca kembali ke saat penulis masih berusia belasan tahun (setingkat SMP). Topic kedua yang bertajuk Keputusan Setengah Hati bercerita tentang keinginan penulis untuk melanjutkan sekolah ke SMA negeri favorit di Bukittinggi. Tetapi sang bunda menginginkan penulis untuk melanjutkan ke Madrasah Aliyah. Kemudian penulis menerima surat dari pamannya yang menceritakan Pesantren Madani di Jawa Timur yang membuat penulis memilih untuk pergi merantau daripada masih bersekolah di Bukittinggi yang nantinya akan menyakitkan hatinya. Topic ketiga, Rapat Tikus, menceritakan tentang perjalanan darat penulis (Alif) dengan ayahnya menuju Jawa Timur yang ditempuh selama 3 hari. Tidak banyak informasi yang didapat, hanya menceritakan kejadiankejadian ringan yang terjadi sepanjang perjalanan. Kampung di Atas Kabut merupakan lanjutan topic sebelumnya. Pada

bagian ini diceritakan ketika Alif dan ayahnya tiba di Pesantren Madani (PM). Diceritakan pula disini Alif bertemu dengan Raja dan Dulmajid, yang akan menjadi sahabatnya kelak, dan betapa berat ujian masuk PM yang tidak diceritakan oleh pamannya. Diungkapkan pula kebimbangan Alif akan tekadnya masuk PM yang hanya dikarenakan hatinya yang berontak karena tidak diperbolehkan melanjutkan ke sekolah pilihannya. Meskipun demikian Alif tercantum namanya dalam pengumuman kelulusan. Man Jadda Wajada. Topic ini merupakan inspirasi yang menjiwai buku ini. Mantera ajaib yang bermakna siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil merupakan motivasi yang bukan hanya memotivasi penulis tapi juga pada siapapun yang membaca buku ini. Makna man jadda wajada inilah yang merupakan energy positif dan daya tarik tinggi buku ini. Hal lain yang diceritakan bagian ini adalah tentang tokoh sahibul menara yang kelak menjadi sahabat-sahabatnya. Sang Renaissance Man memperkenalkan tokoh atau Kiai yang mengepalai PM. Digambarkan Kiai rais yang sangat bijaksana dan setiap kalimat yang diucapkan penuh dengan petuah. Shopping day merupakan bagian yang cukup menarik dimana disini diungkapkan peraturan-peraturan PM, barang-barang apa saja yang harus dipunyai dan dapat dibeli di lingkungan PM. Disambung dengan topic Serangan Pertama Tyson, yang menceritakan keterlambatan Alif, Said, Atang, Baso, Raja dan Dulmajid mengikuti sholat berjamaah di Masjid ada bel-bel tertentu yang harus ditaati dikarenakan masih sibuk menyeret lemari untuk keperluannya. Tyson disini adalah sosok kismul amni (bagian keamanan) yang berpostur mirip seperti Tyson. Hukuman yang diberikan berupa jeweran yang luar biasa panas di kuping Alif dan kawan-kawan yang terlambat. Hukuman yang cukup aneh dari keterlambatan murid-murid baru PM ini ada di bagian Agen 007. Dimana mereka hrus menjadi mata-mata yang mencari/mencatatkan kesalahan murid-murid di PM. Waktu yang diberikan sampai dengan jam 7 malam hari berikutnya. Dari 6 sahabat tersebut, tersisa Alif yang kartunya masih kosong. Ia tidak menemukan siapapun yang melakukan kesalahan hingga tersisa waktu 3 jam lagi. Akhirnya Alif berdoa dan ingat akan syair Arab man jadda wajada yang memberikan semangat untuk tidak menyerah. Akhirnya Alif dapat menemukan 2 kesalahan tepat 1 jam setelah ia berdoa. Dalam bagian Sarung dan Kurban, Alif bercerita tentang manfaat sarung. Bagian ini hanyalah intermezzo dimana ada beberapa kejadian lucu berkenaan dengan sarung. Kemudian Alif bercerita manfaat sarung

sebagai bagian budaya di Bukittinggi. Di tempat asalnya, orang tawar menawar sapi untuk kurban dibalik sarung. Sehingga Alif mengambil kesimpulan bahwa manfaat sarung yang paling penting adalah untuk membeli sapi kurban. .. .. ..

Pembahasan Buku Negeri 5 Menara ini bertujuan untuk memberikan motivasi atau inspirasi kepada pembacanya. Kata motivasi man jadda wajada yang diperkenalkan di awal buku memberikan spirit dan curiosity kepada para pembaca untuk terus membaca sampai habis. Makna yang dapat diambil dari buku ini adalah kebulatan tekad untuk berusaha merupakan kunci keberhasilan seseorang. Dengan tekad yang sungguh-sungguh, apapun bisa tercapai. Dengan latar belakang beragam budaya, buku ini memberikan pemahaman tentang bhinneka tunggal ika (pemahaman bhinneka tunggal ika berdasarkan undang-undang dan pancasila). Juga kehidupan pesantren (pendidikan pesantren,..depag) yang sarat dengan pendidikan kehidupan selain akademik, memberikan pelajaran kehidupan yang sederhana dan penuh perjuangan. Buku ini meskipun konsumsi pembaca kalangan umum, sesungguhnya amat baik bila dibaca oleh para pendidik khususnya guru untuk memberikan motivasi kepada siswa-siswanya. Apabila sebagai bahan bacaan siswa, ini cocok untuk tingkat menengah pertama dan lanjutan. Tapi tidak ada salahnya untuk bahan bacaan siswa sekolah dasar kelas tinggi yang sudah lancar membacanya.

Kelebihan/kelemahan bacaan Secara umum buku ini banyak kelebihannya terutama makna-makna yang tersirat dalam tiap bagian-bagian yang dengan ringan ditulis. Alur buku ini adalah flashback, yaitu dari masa kini ke masa lalu dan ditutup dengan perjumpaan salah satu sahabat di masa sekarang. Istilah-istilah bahasa Arab dan Inggris yang dicantumkan terasa ringan karena diikuti dengan

arti. Kelemahan yang ada mungkin tidak terlihat jelas, yaitu hal-hal yang kurang berkaitan dengan konteks seperti pada bagian Sarung dan Kurban. Isi topic tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan konteks (cara penulisan cerita, tata cara penulisan). Tetapi penulis dengan kemampuannya mampu membuat kelemahan tersebut menjadi hal yang tidak kentara dengan menceritakan hal-hal ringan cenderung lucu sebagai bumbu cerita agar tidak bosan dalam mengikuti alur cerita yang berdasarkan pengalaman nyata penulis. Kaidah penulisan istilah asing dengan baik disajikan.

Penutup Bacaan ini meskipun masuk dalam kategori entertaining merupakan bacaan yang cukup mendidik bagi pembacanya. Dengan memberikan gambaran pendidikan di Pesantren yang ternyata cukup modern tidak mengalahkan arti pendidikan sekolah jenis ini dengan sekolah formal. . (rekomendasi untuk ikut membaca buku ini)

Referensi

You might also like