You are on page 1of 49

BAB II PEMBAHASAN KASUS 1

Tn.A usia 30 tahun dirawat diruang XX sudah satu bulan, TB 170 cm BB saat ini 50 kg BB awal 60 kg, mengeluh lemah, lemas tak bergairah, diare selama 40 hari sehari 4x sehari sebanyak lebih kurang 250 cc setiap BAB, terpasang infuse dektrose 500 cc 40 gtt/mnt dilengan kiri, setelah operan perawat N memeriksa ada bengkak ditempat insersi infuse, infusan tercatat 5 hari yang lalu. Kemudian perawat N berencana mengganti dengan pemasangan yang baru tetapi klien menolak dengan alasan seluruh badan terasa sakit. Tn.A merasa bahwa penyakitnya tidak bisa disembuhkan dan ingin segera pulang saja. Berdasarkan pemeriksaan vital sign : TD 90/60 mmHg, S : 40C, R: 28x/mnt, Tn.A sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu berat sampai suatu ketika hanya karena flu tersebut Tn.A nyaris pingsan, hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai ELISA Western Blot (+), neutropenia, anemia normositik normokrom, limfosit CDA+ 200 sel/l obat-obat yang dikonsumsi : zidofudin. Diagnosa Medis : HIV/AIDS

KONSEP
2.1 SEJARAH HIV/AIDS
Pada bulan Juli 1981, New York Times melaporkan suatu kejadian yang langka bentuk kanker di kalangan laki-laki gay di New York dan California, pertama disebut sebagai "gay kanker"; tetapi medis yang dikenal sebagai Kaposi Sarcoma. Tentang waktu yang sama, Kamar Darurat di New York City mulai melihat anguh tampaknya laki-laki muda sehat dengan presentasi fevers, seperti gejala flu, dan radang paru-paru yang disebut Pneumocystis. Tentang satu tahun kemudian, pada CDC (Pusat Pengendalian) link terhadap penyakit darah dan uang

Immune and Hematology system in nursing 1

logam istilah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Pada tahun pertama lebih dari 1.600 kasus yang didiagnosis dengan hampir 700 kematian.

Karena jumlah kematian soared, ahli medis goreng untuk menemukan lebih penting dan menyebabkan penyembuhan. Pada 1984, Institut Pasteur dari Prancis menemukan apa yang disebut mereka tertular virus HIV, tetapi tidak sampai satu tahun kemudian AS ilmuwan, Dr Robert Gallo dikonfirmasi bahwa HIV adalah penyebab AIDS.

Setelah penemuan ini, pertama tes HIV disetujui pada 1985. Selama beberapa tahun obat untuk memerangi virus dikembangkan serta obat-obatan untuk mencegah infeksi yang berkembang saat sistem kekebalan tubuh rusak akibat HIV dan AIDS. Hingga akhir 1987, terdapat 71.000 kasus AIDS dikonfirmasi, mengakibatkan lebih dari 40.000 kematian.

Jadi di mana kita akan hari ini? Terima kasih kepada yang pernah berubahderet baru obat anti-retroviral dan peningkatan dana awal untuk perawatan medis, kematian terkait AIDS di Amerika Serikat menurun. Orang yang sehat dan hidup lagi. Namun, di belahan dunia lainnya, epidemi AIDS di rages. Beberapa memperkirakan bahwa 40 persen dari orang di sub-wilayah Sahara Afrika yang terinfeksi HIV. Banyak dari orang-orang ini tidak menyadari bahwa mereka yang terinfeksi, sehingga dalam infeksi lain, untuk menambahkan penyebaran penyakit. Lain pengingat suram dari epidemi adalah Afrika jumlah anak-anak yatim piatu oleh AIDS. Jalan buntu adalah dengan anak-anak yang kehilangan orang tua untuk AIDS, tidak memiliki makanan, dan tidak ada tempat untuk pergi. Dan dengan uang yang tersedia tidak mahal untuk obat-obatan HIV, epidemi diharapkan untuk mendapatkan jauh lebih buruk, dengan perkiraan 20000000 terinfeksi lebih dari 5 tahun berikutnya.

Immune and Hematology system in nursing 1

2.2 Definisi
Virus HIV HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa. Penyakit AIDS AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

Immune and Hematology system in nursing 1

2.3 ANFIS (Anatomi dan Fisiologi)


Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. (Wikipedia.com) Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Fungsi dari sitem imun Sumsum Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih
Immune and Hematology system in nursing 1 4

(termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain. Timus Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal sebagai toleransi diri. Getah bening Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-aorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik pasien. Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT) Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa, jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran urogenital. Anatomi sistem imun

Immune and Hematology system in nursing 1

Mekanisme Pertahanan non Spesifik

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik. Kulit sillia

Kulit dan Sillia termasuk pertahanan terluar tubuh. y Mekanisme Pertahanan Spesifik

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga respons imun didapat. y Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral dan Selular)

Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan

Immune and Hematology system in nursing 1

oleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE. Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Antibodi (Immunoglobulin) y Antibodi (bahasa Inggris: antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. y y Pembagian Immunglobulin Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai sIgA (en:secretory IgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba. y Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan pencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat mengendalikan aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya sekitar 0,2%. y Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang merespon cacing

Immune and Hematology system in nursing 1

parasit (helminth) seperti Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan Fasciola hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentu seperti Plasmodium falciparum, dan artropoda. y Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang saling mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding. Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe. y Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal (en:primary immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentuk monomeris dari IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit-B dan reseptor selB. IgM adalah antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa janin kehidupan seorang manusia dan berkembang secara fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM adalah bagian yang menggerakkan lintasan komplemen klasik. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

Immune and Hematology system in nursing 1

Komponen penyusun darah

2.4 Etiologi, Dan Penularan


Penyebab utama dari AIDS adalah HIV(Human Immunodeficiency Virus). Virus tersebut mengakibatkan sistem imun menjadi sangat lemah sehingga bahkan mikroorganisme tak berbahaya dapat menyebabkan infeksi berat. HIV diedarkan oleh cairan tubuh, seperti darah,semen,air liur, sekresi vagina dan air susu ibu. Virus ini langsung berpindah jika cairan terinfeksi masuk kedalam tubuh. Virus ini sering kali ditularkan melalui hubungan seksual. HIV juga dapat ditularkan ke pengguna obat jika mereka berbagi jarum terinfeksi atau dari ibu ke janin atau bayinya yang baru lahir. Setelah berada dalam aliran darah, HIV menyerang sel dengan struktur yang disebut molekul CD4 pada permukaannya. Sel CD4+ termasuk sel darah putih yang disebut limfosit CD4+ sambil menghancurkan mereka. Infeksi awal dapat menimbulkan sakit mirip flu selama beberapa minggu, lalu dapat tidak bergejala selama bertahun-tahun. Jika HIV tidak ditangani jumlah limfosit CD4+

Immune and Hematology system in nursing 1

akhirnya menurun sangat rendah sehingga sistem imun sangat lemah dan gangguan serius berkembang.

Penularan
1. Hubungan seksual dengan penderita, diman selaput lendir mulut vagina atau rectum berhubungan langsung dengan cairan tubuh yang

terkontaminasi. 2. Suntikan atau infus darah yang terkontaminasi seperti transfuse darah, pemakain jarum bersama-sama atau tidak sengaja tergores oleh jarum yang terkontaminasi virus HIV. 3. Pemindahan virus dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau selama proses kelahiran/melaui ASI.

2.5 Klasifikasi, Tanda dan Gejala


Kasifikasi Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS. 1. Kategori Klinis A Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C. 1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik. 2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty ) 3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

Immune and Hematology system in nursing 1

10

1. Kategori Klinis B Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup : 1. Angiomatosis Baksilaris 2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi 3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ ) 4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan. 5. Leukoplakial yang berambut 6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf. 7. Idiopatik Trombositopenik Purpura 8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii 1. Kategori Klinis C Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup : 1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus 2. Kanker serviks inpasif 3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata 4. Kriptokokosis ekstrapulmoner 5. Kriptosporidosis internal kronis 6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe ) 7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan ) 8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) 9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis ) 10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner ) 11. Isoproasis intestinal yang kronis 12. Sarkoma Kaposi 13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak

Immune and Hematology system in nursing 1

11

14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner 15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner ) 16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner 17. Pneumonia Pneumocystic Cranii 18. Pneumonia Rekuren 19. Leukoenselophaty multifokal progresiva 20. Septikemia salmonella yang rekuren 21. Toksoplamosis otak 22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV) Tanda dan Gejala Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
y

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
y

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.

Immune and Hematology system in nursing 1

12

Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal. Seperti dikutip Menshealth.about.com, Kamis (10/6/2010) ketika seseorang terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus sedang.Gejala dan tanda awal dari HIV termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mual, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal paha. Gejala-gejala ini hampir sama dengan infeksi virus lainnya. Karena itu banyak orang yang terinfeksi HIV tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi hingga bertahun-tahun sehingga mencapai stadium lanjut. Pusat pengendalian penyakit (Center for Disease Control/CDC)

mengungkapkan ada beberapa gejala yang menunjukkan stadium lanjut dari HIV yaitu: 1. Kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan. 2. Batuk kering. 3. Demam berulang atau berkeringat saat malam hari. 4. Kelelahan. 5. Diare yang lebih dari seminggu. 6. Kehilangan memori. 7. Depresi dan juga gangguan saraf lainnya.

Immune and Hematology system in nursing 1

13

2.6 PATOFISIOLOGI Kontak langsung (membrane/aliran darah) dengan cairan tubuh yang mengandung HIV HIV berikatan dengan CD4+ Sel T4 terinfeksi dan ikut dalam cairan tubuh Banyak CD4+ yang terinfeksi

infeksi

Fungsi sel T4 Mengaktifasi respon imun

Sel T4 terinfeksi diaktifkan penjamu

sel killer mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi

jumlah sel T4 system imun seluler melemah (imunosupresi) pathogen mudah masuk ke dalam tubuh virus berpoliferasi Infeksi yang parah

Respiratorius

Gastrointestinal ISPA Infeksi di intestinum

Hepar

Flu

masuknya mikroorganisme

merangsang baroresseptor

Tidak optimalnya saraf simpatis aktif

Immune and Hematology system in nursing 1

14

penyerapan air dan jg sari2 makanan diare

Fungsi sel T4 Mengaktivasi respon imun SISTEM RESPIRASI

ISPA
++ HIV

Flu bertambah berat

Produksi mucus >>

Bersihan Jalan Nafas Tak Efektif

Jalan nafas terhambat

02 supply

RR

HR

Pemakaian energi >>

Intolerant Activity

Immune and Hematology system in nursing 1

15

SISTEM GASTROINTESTINAL Masuknya mikroorganisme

Infeksi di intestinum

Tidak optimalnya absorpsi air dan sari makanan baroreseptor

merangsang

diare ++ HIV

system saraf simpatis aktif

Diare bertambah berat

system

saraf parasimpatis

Pengeluaran cairan Tidak terkontrol

tidak optimalnya penyerapan sari makanan

peristaltic

Defisit cairan dan suplai nutrisi


Kekurangan volume cairan

tidak seimbangnya kebutuhan di usus dan lambung

makanan tertahan

mual dan muntah


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan intake nutrisi

dehidrasi

Gangguan membrane mukosa mulut

mengaktivasi kelenjar keringat

sekresi keringat

Immune and Hematology system in nursing 1

16

HEPAR Hati terinfeksi


++ HIV

Kerja hepar tidak optimal

Fagositosis SDM memproduksi fibrinogen Banyak SDM yang tidak produktif

Kemampuan

Proses penyembuhan Pengangkutan 02 Pengangkutan nutrisi melambat

02 supply

Resiko cedera

RR

HR

Pemakaian energi >>

malaise

Intoleran activity

Immune and Hematology system in nursing 1

17

Integumen Integumen terinfeksi


++ HIV

Rentan terinfeksi gangguan kulit

Penurunan berat badan

Perubahan citra tubuh

Harga diri rendah

2.7 KOMPLIKASI a. Oral Lesi Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia

oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat. b. Neurologik - kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social. - Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. -. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human

Immunodeficienci Virus (HIV).

Immune and Hematology system in nursing 1

18

c. Gastrointestinal - Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan dehidrasi. - Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis. - Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatalgatal dan siare. d. Respirasi Infeksi karena Pneumocystic dan Carinii, cytomegalovirus, dengan virus efek influenza, nafas efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan

pneumococcus,

strongyloides

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas. e. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis. f. Sensorik - Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan - Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik dan Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Diagnostik 1. ELISA-Western Blot ELISA ( enzyme linked immunosorbent assay) adalah cara untuk mengetahui apakah klien sudah pernah terjangkit HIV Western Blot adalah cara untuk mendeteksi adanya HIV pada darah, untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV. Pemeriksaan western Blot dilakukan untuk mengonfirmasi apakah tes ELISA benar/tidak.
Immune and Hematology system in nursing 1 19

2. IFA (indirect fluorescent antibody) merupakan pemeriksaan konfirmasi ELISA +, mendeteksi antibodi terhadap HIV. 3. Tes Viral load (VL/muatan virus) mengukur jumlah HIV dalam darah. Tes ini pada umumnya meramalkan seberapa cepat HIV akan merusak sitem kekebalan tubuh. Secara langsung, tes ini memprediksi tingkat kerusakan CD4: semakin tinggi angka Viral Load, semakin tinggi resiko kerusakan sistem imun. Dengan terapi yang tepat dapat secara signifikan mengurangi level HIV dan memperlambat proses pembiakannya 4. Tes hitungan CD4 cell mengukur level sel CD4, salah satu jenis sel darah putih. Tes ini dapat mengukur tingkat penurunan sistem imun. Meski dengan terapi ARV dapat memperlambat laju perlemahan sistem imun. Namun, banyak orang yang memulai ARV mengalami peningkatan angka CD4 yang sangat tajam. 5. RIPA (radio immuno precipitation assay), mendeteksi kadar protein dalam darah. 6. PCR (polymerase chain reaction), memeriksa keberadaan HIV dalam darah. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif) - Aktifitas / Istirahat Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur. Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ). - Sirkulasi Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera. Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler. - Integritas dan Ego Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa,dan sebagainya. Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.

Immune and Hematology system in nursing 1

20

- Eliminasi Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine. - Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema - Hygiene Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri. - Neurosensoro Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan. Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang. - Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis. Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang. - Pernafasan Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada. Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum. - Keamanan Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam. Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum. -Seksualitas Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko libido,penggunaan pil pencegah kehamilan. tinggi,menurunnya

Immune and Hematology system in nursing 1

21

Tanda : Kehamilan,herpes genetalia - Interaksi Sosial Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS Tanda : Perubahan interaksi - Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks tinggi,penyalahgunaan obat-obatan IV,merokok,alkoholik. beresiko

2.9 ASKEP (Asuhan Keperawatan)


Pengkajian keperawatan y Biografi Klien Nama Usia : Tn.A : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki TB BB TD S R N y : 170 cm : awal ; 60 kg, akhir ; 50 kg : 90/60 mmHg : 400 C : 28x/menit : 90x/menit

Keluhan Utama Klien mengeluh lemah, lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari, sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu berat.

Riwayat Kesehatan Saat Ini

Immune and Hematology system in nursing 1

22

Klien mengeluh lemah, lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari, sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flue berat. y Riwayat Kesehatan Masa Lalu Klien mengalami diare selama 40 hari, sering mendadak mengidap flue yang terasa seperti flue berat sampai suatu ketika hanya karena flue tersebut Tn.A nyaris pingsan. y Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak teridentifikasi. y Riwayat Psikososial dan Spiritual Psikososial Konsep Diri Tidak teridentifikasi y Pasien merasa tidak percaya diri (minder) dengan keadaan lahiriahnya karena biasanya penderita AIDS akan mengalami infeksi oportunistik, termasuk pada kulit seperti sarkoma kaposi y Perasaan tidak berguna bagi orang-orang disekelilingnya karena umumnya masyarakat enggan untuk bekerja atau beraktivitas bersama orang yang mengidap penyakit HIV-AIDS Mood Tidak teridentifikasi y y Rasa malu dan takut untuk bersosialisasi dengan masyarakat Rasa cemas dan depresi karena tahu HIV-AIDS sampai saat ini belum dapat disembuhkan

Immune and Hematology system in nursing 1

23

Spiritual Tidak teridentifikasi. Biasanya pasien HIV-AIDS seringkali merasa putus asa dan ingin bunuh diri karena merasa penyakit yang dideritanya sebagai kutukan dari Tuhan. y Pengkajian Fisik Inspeksi : Dalam kasus klien terlihat lemas dan tidak bergairah. Namun pada pasien HIV AIDS ini kita juga dapat melakukan inspeksi yaitu 1. Inspeksi penampilan umum klien yang meliputi BB, TB, postur, gaya berjalan, kehilangan BB, kesulitan berjalan, dan tanda vital lainnya. 2. Inspeksi warna kulit, suhu dan kelembaban. 3.Kulit dan membrane mukosa diinspeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda lesi, ulserasi atau infeksi. Rongga mulut diperiksa untuk memantau gejala kemerahan. 4. Dilihat apakah nodus limph cervikalnya bengkak atau tidak. 5. Dilihat apakah ada kemerahan, bengkak, tenderness atau deformitas pada sistem muskuloskeletal. Palpasi : Dalam kasus tidak teridentifikasi.

Namun pada pasien HIV AIDS ini kita dapat melakukan palpasi pada

1. Nodus limph cervikal (untuk meraba adanya bengkak) 2. Sistem muskuloskeletal untuk meraba adanya bengkak, tenderness atau deformitas.

Immune and Hematology system in nursing 1

24

Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif) Aktifitas / Istirahat Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur. Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantung dan pernafasan ). Sirkulasi Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera. Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler. Integritas dan Ego Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan

penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya. Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah. Eliminasi Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi. Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine. Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema

Immune and Hematology system in nursing 1

25

Neurosensori Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan. Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang. Pernafasan Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada. Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum. Interaksi Sosial Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS Tanda : Perubahan interaksi Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko

tinggi,penyalahgunaan obat-obatan IV,merokok,alkoholik.

Pemeriksaan Diagnostik a. Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV) 1. Serologis y Tes antibody serum

Immune and Hematology system in nursing 1

26

Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa. y Tes blot western

Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV) y Sel T limfosit

Penurunan jumlah total y Sel T4 helper

Indikator system imun jumlah <200> y T8 ( sel supresor sitopatik )

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun. y P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi y Kadar Ig

Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal y Reaksi rantai polimerase

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler. y Tes PHS

Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif

Immune and Hematology system in nursing 1

27

2. Riwayat Penyakit Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral. 3. Neurologis EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf) 4. Tes Lainnya y Sinar X dada

Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain. y Tes Fungsi Pulmonal

Deteksi awal pneumonia interstisial y Skan Gallium

Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya. y Biopsis

Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi y paru b. Tes Antibodi Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan Brankoskopi / pencucian trakeobronkial

Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-

Immune and Hematology system in nursing 1

28

mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu : 1. Tes Enzym Linked Immunosorbent Assay ( ELISA) Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). 2. Western Blot Assay Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV) 3. Indirect Immunoflouresence Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas. 4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA ) Mendeteksi protein dari pada antibody. c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV) Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. y Pengkajian Lanjut

Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor resiko yang potensial, termasuk praktek seksual yang beresiko dan penggunaan obat bius IV. Status fisik dan psikologis pasien harus dinilai. Semua factor yang mempengaruhi fungsi system imun perlu digali dengan seksama.

Immune and Hematology system in nursing 1

29

Status nutrisi dinilai dengan menanyakan riwayat diet dan mengenali factorfaktor yang dapat menggangu asupan oral seperti anoreksia, mual, vomitus, nyeri oral atau kesulitan menelan. Status respiratorius dinilai lewat pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk, produksi sputum, napas yang pendek, ortopnea, takipnea dan nyeri dada. Status neurologis ditentukan dengan menilai tingkat kesadaran pasien, orientasinya terhadap orang, tempat serta waktu dan ingatan yang hilang. Status cairan dan elektrolit dinilai dengan memeriksa kulit serta membrane mukosa untuk menentukan turgor dan kekeringannya. Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit harus dievaluasi. Di samping itu, tingkat pengetahuan keluarga dan sahabat perlu dinilai. Analisa Data No 1 Problem Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan malaise Gangguan termoregulasi berhubungan dengan Inflamasi sistemik ditandai oleh demam Autoimunitas Etiologi Symptom Lemah, kelelahan yang berlebihan (malaise)

Demam

Inflamasi Sistemik

Merangsang Hipotalamus

Ggn. Termoregulasi 3 Resiko tinggi Ansietas berhubungan dengan Harga diri rendah + Intoleransi Aktivitas Dalam kasus diatas belum

Immune and Hematology system in nursing 1

30

ancaman / perubahan status & fungsi peran

Ancaman perubahan status fungsi peran

Ansietas

diidentifikasi. Namun pada umumnya, tandatandanya antara lain : Perubahan persepsi peran, depresi, ketidakadekuatan rasa percaya & motivasi, dsb

Resiko tinggi Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan status kesehatan

Dalam kasus diatas belum diidentifikasi. Berbagai penyakit gangguan Namun pada umumnya, tandasistemik tandanya antara lain : Khawatir, depresi, Ancaman/perubahan status keputusasaan, kesehatan perasaan takut mati dsb. Ansietas

Inflamasi sistemik

Diagnosa Keperawatan : y Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan malaise. y Gangguan termoregulasi berhubungan dengan Inflamasi sistemik ditandai oleh demam. y Resiko tinggi Ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status & fungsi peran. y Resiko tinggi Ansietas berhubungan dengan ancaman/perubahan status kesehata.

Immune and Hematology system in nursing 1

31

Perencanaan Asuhan Keperawatan N Data o . 1 DS : . -klien sering merasa lemas -kelelahan yang berlebihan Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan malaise

Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan daya tahan, penghematan energi, dan perawatan diri: Aktivitas Kehidupan sehari-hari

Mandiri :  Kaji respons emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas  Pantau asupan nutrisi untuk memastika n keadekuat an sumbersumber energi  Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/p erawatan diri bertahap yang dapat ditoleransi , berikan bantuan sesuai kebutuhan -

- Kaji respon

Memberi kan bantuan hanya sebatas kebutuha n akan mendoron g kemandiri an dalam melakuka n aktivitas Respon abnormal mengindi kasikan intorelans i terhadap peningkat an aktivitas Periode istirahat memberik an tubuh interval

Immune and Hematology system in nursing 1

32

abnormal terhadap peningkata n aktivitas

- Rencanaka n periode istirahat yang adekuat sesuai jadwal harian klien

untuk pengguna an energi yang lebih efisien. Penghem atan energi mencegah kebutuha n oksigen melebihi tingkat yang dibutuhka n tubuh Lupusaka n lebih mudah kambuh jika kelelahan & stres

Ajarkan klien tentang menghema t energi selama memenuhi KDM

- Steroid membantu mengurang i gejalagejala peradangan (sebagai anti inflamasi)

Batasi aktivitas yang berlebihan , sesuaikan aktivitas kerja

Immune and Hematology system in nursing 1

33

dengan aktivitas lainnya. Kolabora si : 2 DS : . Klien mengeluh demam Gangguan termoregulasi berhubungan dengan Inflamasi sistemik ditandai oleh demam Menormalkan termoregulasi : Seimbang antara produksi panas, panas yang diterima dan kehilangan panas Pemberian steroid Mandiri: Pantau suhu minimal setiap 2 jam sesuai dengan kebutuhan Gunakan waslap dingin ( atau kantong es yang dibalut dengan pakaian) pada aksila, kening, leher, dan lipat paha. Perbanyak minum air putih - Untuk mengetahu i perkemban gan suhu tubuh - Untuk mengurang i panas tubuh

- Untuk mengantisi pasi dehidrasi - Steroid membantu mengurang i gejalagejala peradangan termasuk nyeri (sebagai anti inflamasi)

Kolabora tif : Pemberian Steroid

Immune and Hematology system in nursing 1

34

- Antipiretik berguna untuk menurunka n suhu tubuh

3 Dalam . kasus diatas belum diidentifika si. Namun pada umumnya, tandatandanya antara lain : Perubahan persepsi peran, depresi, ketidakadek uatan rasa percaya & motivasi, dsb

Harga diri rendah berhubungan dengan ancaman / perubahan status & fungsi peran

- Bicara dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi - Mengembangk an rencana nyata untuk adaptasi penerimaan perubahan peran yang terjadi pada dirinya

Pemberian Antipireti k Memberik an konseling pada pasien untuk menerima penyakitn ya

Agar pasien tidak mudah mengala mi depresi dan untuk mengem bangkan koping diri terhadap penyakit nya Untuk membant u pasien menjalan kan perannya Untuk membant u pasien lebih menerim a penyakit nya Berpikir

Konseling pada pasangan, dan keluarga

4 Dalam

Resiko tinggi

- Untuk

Menganju

Immune and Hematology system in nursing 1

35

. kasus diatas belum diidentifika si. Namun pada umumnya, tandatandanya antara lain : Khawatir, depresi, keputusasaa n, perasaan takut mati dsb.

Ansietas berhubungan dengan ancaman/per ubahan status kesehatan

mengurangi kecemasan pasien akan penyakitnya

rkan pasien untuk selalu berpikir positif dan mencintai diri sendiri

positif akan membaw a hasil bahwa sakit yang dialami tidak akan menghan curkan dirinya, lebih mudah untuk bisa bertahan dan memperb aiki kualitas hidupnya . Untuk menganti sipasi kecemas an akibat kesalaha n informas i tentang penyakit yang diderita

Memberik an pengetahu an pada pasien tentang penyakit dan faktorfaktor yang dapat menguran gi kambuhny a lupus

Immune and Hematology system in nursing 1

36

2.10 Terapi Farmako dan Non-Farmako


Farmako Obat-obatan HIV terdiri dari empat tipe atau "kelas": y y y y NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor) NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor) PI (protease inhibitor) Fusion inhibitor

Ke empat kelas obat-obatan ini dirancang untuk menghalangi kemampuan HIV untuk mereplikasi diri -- yaitu, untuk berkembang dalam tubuh anda. Tiap kelas obat menghentikan virus pada saat-saat yang berbeda dalam siklus reproduksinya. Anggap HIV sebagai pabrik kembangbiak dalam sebuah sel T. Ia ingin berkembang dalam tubuh anda dan membuat duplikasi dirinya. 1. NRTI bekerja seperti batu bata yang pecah sehingga pabrik yang akan dibangun HIV dalam sel T anda terdiri dari batu bata pecah. 2. NNRTI bekerja seperti mandor buruk yang selalu memberi petunjuk yang salah kepada HIV dalam proses pembangunan. 3. Protease inhibitor adalah para pekerja yang mengimbuhi komponenkomponen rusak dalam tiap virus baru dalam jalur asembli. 4. Fusion inhibitor bekerja seperti gembok pada pintu gerbang pabrik yang menghalangi HIV untuk masuk. Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian. Jenis obat-obat antiretroviral : y Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
Immune and Hematology system in nursing 1 37

Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.

Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus.

Penelitian obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360). y Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.). y Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir

(messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia. y Obat antisense, merupakan bayangan cermin kode genetik HIV yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan. Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik., sebagai berikut : a) Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembang-biakan virus. Obatobatan yang termasuk anti retroviral yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. b) Obat infeksi oportunistik adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang mungkin didapat karena sistem kekebalan tubuh sudah rusak atau lemah. Sedangkan obat yang bersifat infeksi oportunistik adalah Aerosol Pentamidine, Ganciclovir, Foscamet. Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada penderita infeksi HIV dan AIDS.

Immune and Hematology system in nursing 1

38

i.

Tuberkulosis Sejak epidemi AIDS maka kasus TBC meningkat kembali. Dosis INH 300 mg setiap hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa satu tahun.

ii. Toksoplasmosis Sangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama daging yang kurang matang. Obat : TMP-SMX 1 dosis/hari. iii. CMV Virus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan kebutaan, Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak yang dapat menyebabkan luka pada usus. Obat : Gansiklovir kapsul 1 gram tiga kali sehari. iv. Jamur Jamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah jamur Kandida. Obat : Flukonazol 100 mg per hari. Nistatin 500.000 u per hari.

Non Farmako
Pengobatan HIV -AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis, dan Aspek Sosial. a) Aspek Medis meliputi : 1. Pengobatan Suportif. 2. Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik. 3. Pengobatan Antiretroviral. b) Terapi psikologis : humor, sugesti, hypnosis. c) Terapi nutrisi : konsumsi vit.C, makan makanan makrobiotik, anjuran vegetarian, konsumsi alpukat. d) Terapi obat : oksigen, urin, konsumsi kunyit, kunir, kurkuma (shindy)

Immune and Hematology system in nursing 1

39

e) Konsumsi kelapa karena dapat menghambat diare. (tia) f) Konsumsi wortel untuk membentuk CD4+ dan memperlambat replikasi virus g) Tempe baik untuk penyembuhan diare. NUTRISI Bahan makanan dianjurkan di konsumsi penderita AIDS. 1. Tempe atau produknya mengandung protein dan B12. 2. Kelapa & produknya, kebutuhan lemak sekaligus sumber energi mengandung MCT mudah diserap. 3. Wortel mengandung beta-karoten, meningkatkan daya tahan tubuh & membentuk CD4+. Bersama vitamin E dan C berfungsi sebagai anti radikal bebas. 4. Kembang kol tinggi Zn, Fe, Mn, Se, mencegah kekurangan zat gizi mikro & membentuk CD4+. 5. Sayuran hijau dan kacang-kacangan mengandung B1, B6, B12 dan zat gizi mikro lainnya untuk cegah anemia & membentuk CD4+. Alpukat mengandung lemak tinggi sebagai anti oksidan dan menurunkan LDL serta menghambat replikasi virus HIV.

2.11 Pencegahan (Kewaspadaan Universal)


Tindakan pencegahan yang dapat menurunkan resiko penularan infeksi HIV antara lain: y Memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai patofisiologi dan penyebaran infeksi HIV. y y y y Kontak seksual antara homoseksual sebaiknya memakai kondom. Kurangi jumlah pasangan seksual dan memakai kondom Tidak memakai alat suntik secara bersama-sama Memberikan alat suntik dengan pembersih atau mengganti alat suntik ( sekali pakai).

Immune and Hematology system in nursing 1

40

y y

Menghindari aktivitas seksual yang beresiko (anal). Orang normal dengan pasangan yang beresiko sebaiknya menggunakan teknik seks yang aman.

Wanita dengan HIV : memakai kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan tidak memberikan ASI.

Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV/AIDS: Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS dan bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan pencegahan, sebarkan pengetahuan in ke orang lain seperti keluarga, sahabat dan kerabat. Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan sembarang orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi HIV, oleh karena itu mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah penting. Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang memiliki status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU (injection drug user). Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat, penggunaan kondom saat berhubungan seks *ya iyalah, masak pas makan pake kondom?* cukup efektif mencegah penularan HIV AIDS melalui seks. Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan memiliki resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan sirkumsisi. Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi, sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali. Pencegahan bagi penderita yang sudah terkena infeksi :

Immune and Hematology system in nursing 1

41

Beritahu partner seks bahwa anda telah positif HIV AIDS. Pemahaman patner seks terhadap status HIV sangatlah penting untuk antisipasi paska seks agar tidak menular ke yang lain. Jika anda hamil, segera konsultasikan dengan tim medis terdekat agar mendapat penanganan khusus. Hindari donor darah dan donor organ. Jangan biarkan orang lain memakai sikat gigi dan barang-barang pribadi lainnya, meskipun kemungkinan tertular melalui barang-barang pribadi ini sangat kecil, tapi tetap saja masih ada kemungkinan. Beritahukan status HIV AIDS anda kepada orang yang terpercaya. Selain untuk melindungi orang lain, hal ini juga untuk memastikan bahwa anda mendapat perawatan dari orang tersebut.

2.12 Legal dan Etik


Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, daninternasional dalam menghadapi HIV/AIDS : Empati Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih sayang dan keadilan saling menolong. Solidaritas Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang diakibatkan oleh HIV/AIDS. Tanggung jawab Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberika n

perawata npada ODHA (Depkes RI, 2003) Isu Etik dan Hukum pada Konseling Pre-Post Tes HIV Konseling Pre-Post Tes HIV

Immune and Hematology system in nursing 1

42

Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus ikhlas dantujuan yang jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya untukmembantu klien mempelajari dirinya, mengenali, dan melakuka n pemeca hanmasalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan. Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau konseling dan tes sukarela merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelumatau sesudah tes darah di laboratorium. Tes HIV dilakukan setelah klien terlebihdahulu memahami dan menandatangani informed consent yaitu

suratpersetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar. Pelayanan VCT harus dilakukan oleh petugas yang sangat terlatih dan memiliki keterampilan konseling dan pemahaman akan HIV/AIDS. Konseling

dilakukanoleh konselor terlatih dengan modul VCT. Mereka dapat berprofesi perawat,pekerja sosial, dokter, psikolog, psikiater, atau profesi lain. Informed consent untuk Tes HIV/AIDS Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorangsudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendet eksi adanya antibodi HIV di dalam sampel darahnya. Hal ini perlu dila kukan setidaknya agar ses eora ng bisa mengetahui secara pastistatus kesehatan sela maini. Tes HIV harus bersifat : Sukarela : Bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV dirinya, terutama menyangkut risiko dari perilakunya

haruslahberdasarkanatas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekananorang lain ini juga berarti bahwa dirinya setuju untuk di tes setelahmengetahui hal-hal apa saja yang mencakup dalam tes itu, apakeuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja implikasi dari hasilpositif ataupun negatif tersebut. Rahasia : Apapun hasil Tes ini (baik positif maupun negatif ) hasilnya hanyaboleh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan.

Immune and Hematology system in nursing 1

43

Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua/pasangan, atasanatau siapapun. Aspek Etik dan Legal Tes HIV Informed consent adalah peresetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atasdasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan

terhadappasien tersebut (Permenkes, 1989). Dasar dari informed consent yaitu : y Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akandilakukan terhadapnya. y Kepmenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16 : Dalam melaksanakan kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan

memintapersetujuan tindakan yang akan dilakukan. y PP No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 22 ayat 1 : Bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikaninformasi dan meminta persetujuan. y UU No. 23 Tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2 : Tindakan medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuanyang bersangkutan atau keluarga. Semua tes HIV harus mendapat informed consent dari klien setelah klien diberikan informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes, implikasi hasil tes positif atau negatif yang berupa konseling prat es. Dala m menjala nka n fungsi perawatseba gai advokat bagi klien, seda ngkan tugas pera wat dalam informed consent telah meliputi tiga aspek penting yaitu : y y Persetujuan harus diberikan secara sukarela Persetujua n harus diebrika n oleh individu yang

mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk memahami

Immune and Hematology system in nursing 1

44

Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yang cukup sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan

Persetujuan

pada

tes

HIV

harus

bersifat

jelas

dan

khusus,

maksudnya,persetujuan diberikan terpisah dari persetujuan tindakan medis atau tindakanperawatan lain (Kelly 1997 dalam Chitty 1993). Persetujuan juga sebaiknya dalam bentuk tertulis, karena persetujuan secara verbal memungkinkan pasien untuk menyangkal persetujuan yang telah diberikannya di kemudian hari. Depkes Afrika pada Bulan Desember 1999 mengeluarkan kebijakan

tentangperkecualian di mana informed consent untuk tes HIV tidak diperlukan, yaitu untuk skrining HIV pada darah pendonor dimana darah ini tanpa nama. Selain itu informed consent juga tidak diperlukan pada pemeriksaan tes inisial (Rapid Test ) pada kasus bila ada tenaga kesehatan yang terpapar darah klien yang di curigaiterinfeksi HIV, sementara klien menolak dilakukan t es HI V da n t erdapat sampel darah. KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material dan spiritual untuk makhluk insani dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan. Warga Keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien (individu keluarga kelompok dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan pada cita-cita yang luhur, niat yang murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial. Dalam melaksanakan tugas professional yang berdaya guna dan berhasil guna, para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang bermutu

Immune and Hematology system in nursing 1

45

dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan ilmu dan keterampilan yang memenuhi standar serta kesadaran bahwa pelayanan yang diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh. Dalam bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksankan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Tanah Air, Persatuan Indonesia yang berjiwa Pancasila dan berlandaskan pada UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh tanggungjawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera dibawah ini:

PERAWAT DAN KLIEN Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa

memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang

membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat wajib merahasikan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

PERAWAT DAN PRAKTEK

Immune and Hematology system in nursing 1

46

Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku professional. PERAWAT DAN MASYARAKAT Perawatan mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat. PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT Perawat senantiasa memlihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasan lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayan kesehatan secara menyeluruh. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal. PERAWAT DAN PROFESI Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.

Immune and Hematology system in nursing 1

47

Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

Immune and Hematology system in nursing 1

48

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan


3.2 Saran

Immune and Hematology system in nursing 1

49

You might also like