You are on page 1of 39

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan komponen kemapuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi empat aspek keterampilan. Keempat aspek itu adalah mendengakan, berbicara, membaca dan menulis. Empat aspek itu saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga di setiap satuan pendidikan keempat aspek tersebut selalu dikembangkan. Kemampuan menulis merupakan suatu komponen berbahasa yang rumit dan kompleks yang harus dipelajari dengan baik dan dilatih secara intensif baik berupa anjuran tugas dari guru maupun hasil kreatifitas dari siswa itu sendiri. Untuk mencapai kemampuan tersebut, siswa harus memahami aturan menulis yang meliputi penguasaan terhadap isi yang akan ditulis dan penguasaan teknik untuk mengorganisasikan gagasan yang akan dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Salah satu keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan menulis teks berita yang merupakan materi baru karena pada pelajaran sebelumnya tentang berita hanya pada aspek mendengarkan berita. Untuk itu, perlu metode yang tepat oleh guru dalam menyampaikan dan menjelaskan tentang menulis teks berita. Jika hal ini tidak dilakukan, tentu siswa tidak akan mengetahui dan mempraktikkan bagaimana menulis sebuah teks berita tersebut. Karena bagi siswa yang kurang memiliki bakat tentang menulis tentu akan menjadi masalah jika tidak dibarengi pemahaman konsep tentang menulis teks berita. Berita merupan cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Dalam hal ini, siswa bukab dituntut menjadi jurnalis tetapi siswa dituntut memiliki wawasan tentang menulis teks berita dan mampu mempraktikkannya berdasarkan peristiwa atau kejadian yang pernah ditemui disekitar lingkungan

mereka sehingga layak dan menarik untuk diberitakan. Menurut Sudiati (1996 : 79) Bahwa suatu kejadian adalah layak berita apabila mengandung unsur penting dan menarik, karena apabila nilai beitanya ibarat magnit akan menyebabkan pembaca tertarik pada berita yang ditulis. Suatu kejadian akan menarik untuk dibaca dan dan layak berita jika memenuhi satu atau beberapa sifat berikut: a. Penting untuk kehidupan orang banyak b. Mengandung angka-angka / jumlah yang menarik pembaca c. Hangat, baru saja terjadi d. Secara geografik dan emisonal dekat dengan pembaca e. Tenar dan terkenal f. Menyentuh perasaan manusia, bernilai human interest Untuk memenuhi kriteria kelayakan sebuah berita tersebut tentu diperlukan teknik penulisan sebuah berita. Menurut Pardjimin (2002 : 65) bahwa penulis berita pemula dapat menggunakan bantuan pertanyaan 5W 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How) atau (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana) dalam melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang akan diberitakan. Dalam menulis berita, ada 4 langkah yang harus ditempuh yaitu: (1) menentukan peristiwa atau kejadian, (2) mencari sumber berita, (3) Melakukan wawacara untuk memperoleh fakta, data dan proses kejadian, dan (4) menyusun berita dengan bahasa singkat dan jelas. Berdasarka pengalaman penulis di lapangan, kemampuan menulis berita siswa kelas VIII semester II di MTsN Sintuk masih rendah.Hal ini dapat terlihat dari hasil tes awal siswa dalam menulis berita.Isi berita yang ditulis siswa belum lengkap atau belum tergambarnya unsur 5W 1H dalam berita tersebut, sehingga keakuratan isi berita masih dipertanyakan. Di samping itu, berita yang ditulis siswa adakalanya berupa cerita yang dibuat-buat saja. Sementara, berita membutuhkan data yang kongkrit dan dapat dicek kebenarannya. Dengan demikian, siswa hanya memperoleh

nilai menulis berita di bawah Kriteria Kompetensi Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65. Berdasarkan catatan penilaian menulis siswa yang ada pada penulis, umumnya siswa memperoleh nilai dibawah KKM dan ada beberapa orang siswa yang memperoleh nilai diatas KKM karena siswa tersebut sudah memiliki kemampuan lebih dibanding siswa yang lainnya.. Berdasarkan kenyataan di atas, perlu dilakukan tindakan tentang kemampuan menulis berita siswa kelas VIII semester II di MTsN Sintuk Kabupaten Padang Pariaman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan penelitian ini sebagai berikut: 1. Siswa sulit menulis berita karena 2. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran 3. Siswa kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap materi yang disajikan 4. Teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa 5. Siswa kurang pemahamannya terhadap faktor kebahasaan seperti penguasaan kosa kata, tata kalimat, diksi dan penguasaan wacana. 6. Kurang bervariasinya model pembelajaran yang dberikan guru 7. Hasil belajar siswa pada materi menulis rendah C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah penelitian ini dibatasi pada rendahnya kemampuan siswa dalam menulis berita dan kurang tepatnya teknik yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis berita pada kelas VIII A di MTsN Sintuk Kabupaten Padang Pariman.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian, yaitu bagaimanakah proses peningkatan kemampuan menulis berita melalui

teknik tiru model pada siswa kelas VIII A MTsN Sintuk Kabupaten Padang Pariaman?

E. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses peningkatan kemampuan menulis teks berita melaluli teknik tiru model bagi siswa kelas VIII A MTsN Sintuk Kabupaten Padang Pariaman. F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk : 1. Guru dalam meningkatkan hasil belajar khususnya pembelajaran siswa dalam menulis berita. 2. Siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis berita 3. Peneliti untuk meningkatkan teknik mengajar, terutama dalam materi menulis berita. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengajarkan materi menulis lainnya, seperti menulis laporan, cerpen, puisi, naskah drama, dan lain-lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Menulis Menulis meliputi berbagai aspek yang saling terkait, dan perlu dikuasai untuk dapat menghasilkan suatu tulisan. Untuk dapat dipahami dan diterima oleh pembacanya, pengungkapan gagasan melalui karangan menuntut sejumlah kemampuan. Djiwandono (1996 : 129) menyatakan, bahwa dari segi isi, kemampuan menulis menuntut kemampuan untuk mengidentifikasi dan merumuskan gagasan pokok yang akan diungkapkan. Untuk mengungkapkan seluruh gagasan dan pokok pikiran diperlukan penguasaan terhadap berbagai aspek komponen berbahasa, seperti kosa kata yang sesuai dengan isi dan makna yang ingin diungkapkan. Kata-kata harus disusun dalam bentuk rangkaian kata menurut kaidah penyusunan kata, dituangkan dalam kalimat yang efektif serta memenuhi persyaratan tata bahasa Menulis adalah kemampuan mengorganisasikan dan mengekspresikan unsur-unsur yang meliputi: isi karangan, bentuk karangan, tata bahasa, gaya atau pilihan struktur dan kosa kata serta penerapan ejaan dan penguasaan tanda baca. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Semi (1990 : 10), untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik setiap penulis harus memiliki lima keterampilan dasar dalam menulis karangan, yaitu : (1) keterampilan berbahasa, (2) keterampilan penyajian, (3) keterampilan perwajahan, (4) gaya atau pilihan struktur kosa kata, dan (5) penerapan ejaan dan penggunaan tanda baca. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa keterampilan

menulis pada hakikatnya merupakan : (1) kemampuan mengorganisasikan dan mengekspresikan ide yang akan dituangkan dalam suatu karangan, (2) kemampuan menggunakan bahasa secara gramatikal, (3) kemampuan memilih kosa kata yang tepat, dan (4) kemampuan menggunakan ejaan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Untuk memperoleh kemampuan menulis diperlukan banyak latihan yang teratur dan kontinyu. 2. Menulis Teks Berita Pengertian berita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 123 ) adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Pardjimin (2004 : 64) menyatakan bahwa menulis sebuah berita diawali dengan penentuan objek atau sumber berita. Objek berita dapat berupa peristiwa, pengalaman seseorang, ataupun pengalaman pribadi sebagai hasil pengamatan. Calon penulis berita harus peka dalam menghadapi dan menyikapi suatu peristiwa karena tidak semua peristiwa yang dapat dijadikan berita. Hal ini dinyatakan Sudiati (1996 : 79) bahwa kejdian yang layak diberitakan apabila mengandung unsur penting dan menarik, apabila nilai beritanya ibarat magnit maka menyebabkan pembaca menarik pada berita yang ditulis. Di samping itu, perlu memperhatikan kriteria atau beberpa dari sifat berikut: a. Penting untuk kehidupan orang banyak b. Mengandung angka-angka / jumlah yang menarik pembaca c. Hangat, baru saja terjadi d. Secara geografik dan emisonal dekat dengan pembaca e. Tenar dan terkenal f. Menyentuh perasaan manusia, bernilai

human interest Dalam menulis berita juga perlu diketahui ragam berita yang akan ditulis. Menurut Sudiati (1996 : 80) bahwa kejadian atau peristiwa yang layak berita dapat disampaikan melalui 3 ragam berita, yaitu : (1) berita langsung, atau (2) berita ringan, (3) berita kisah Feature. Berita langsung dibuat tujuannya adalah untuk menyampaikan kejaadian kejadian yang harus secepatnya diketahui oleh pembaca dengan prinsip penulisannya adalah piramida terbalik. Dalam hal ini unsur-unsur terpenting dituliskan pada bagian pembukaan berita. Tujuannya adalah untuk menceritakan berita secara cepat. Berita langsung empunyai dua bagian yang disebut dengan pokok berita dan bagian uraian. Pokok berita (lead) melukiskan kalimat kejadian secara ringkas lengkap dan jelas. Biasanya hal tersebut terletak dibagian belakang, tetapi untuk berita langsung terletak dibagian pembukaan sehingga teknik penulisan berita langsung disebut dengan piramida terbalik. Isi pokok berita ringkas tetapi menjawab segenap pertanyaan 5W tambah 1H (apa peristiwanya, siapa yang mengalami, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana suasananya). Berita ringan tidak mengutamakan pentingnya berita. Berita ringan biasa ditemukan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting. Prinsip penulisannya tidak terikat pada piramida terbalik karena yang ditonjolkan bukan unsur penting dalam kejadian tetapi yang menarik perasaan pembaca. Berita kisah juga menonjolkan unsur manusiawi tetapi agak lebih mendalam dari pada berita ringan karena melacak latar belakang kejadian yang mengahrukan atau mengemberikan pembaca. Berita ringan maupun berita kisah tidak terikat akan aktualitas berita. Menurut Sudiati (1996 : 81) bahwa tiap berita berisikan fakta-fakta yang menyangkut manusia ataupun benda dan hewan yang ada dalam masyarakat

yang diungkapkan melalui enam pertanyaan pokok. Pertanyaan pokok tersebut yaitu: apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana. Langkah-langkah menulis berita menurut Pardjimin (2004 : 65-66) adalah sebagai berikut: a. menentukan peristiwa atau kejadian b. mencari sumber berita c. melakukan wawancara untuk memperoleh fakta, data, dan proses kejadian d. menyusun berita dengan bahasa singkat dan jelas. Sedangkan rambu-rambu yang perlu diperhatikan oleh seorang penulis berita adalah : (1) kelengkapan isi berita, (2) keruntutan dan kejelasan berita, (3) pengembangan atau penggunaan kosa kata, (4) kejelasan dan kesingkatan kalimat. 3. Menulis Berita dengan Teknik Tiru Model Keterampilan menulis erat kaitannya dengan keterampilan membaca. Untuk dapat menulis seseorang harus banyak membaca. Membaca adalah sarana utama menuju keterampilan menulis. Salah satu teknik menulis yang erat kaitannya dengan membaca adalah teknik tiru model. Teknik ini merupakan salah satu strategi dalam pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) yakni pemodelan (modelling). Hal ini sesuai dengan pernyataan Depdiknas (2003 : 18) bahwa salah satu contoh praktik pemodelan adalah guru Bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari harian Kompas, Jawa Pos, dan sebagainya untuk dijadikan model pembuatan berita. Marahimin (1999 : 21) menyatakan bahwa teknik tiru model pada dasarnya menuntut melakukan latihan-latihan sesuai dengan master yang

diberikan. Model harus dibaca terlebih dahulu, dilihat isi dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan kerangkanya, kemudian menulis. Tulisan yang dibuat tidak sama persis seperti model, yang ditiru adalah kerangkanya atau idenya atau bahkan juga cara atau tekniknya. Dapat disimpulkan bawa teknik tiru model merupakan teknik yang dilakukan untuk menulis. Penulis menggunakan sebuah contoh tulisan yang digunakan sebagai model. Tulisan model ini tidak ditiru secara keseluruhan. Model yang ditiru hanyalah kerangka dan bentuk karangannya, sedangkan isi karangan tidak ditiru. 4. Penilaian terhadap Kemampuan Menulis Untuk dapat menilai keterampilan menulis siswa, maka ditetapkan aspekaspek apa yang akan dinilai. Diederich dalam Akhadiah (1988 : 43) memberikan pendapat mengenai aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menilai sebuah tulisan. Menurutnya, aspek yang akan dinilai adalah judul, gagasan, organisasi gagasan, kejelasan ungkapan, pemakaian kata, pungtuasi, dan ejaan. Tabel 1. Aspek penilaian kemampuan menulis oleh Diedrich (dalam Akhadiah, 1988 : 43) Aspek yang dinilai Tinggi Judul Gagasan Organisasi gagasan: kesatuan, kepaduan, dan kelogisan Kejelasan ungkapan : Keefektifan kalimat Pemakaian kata: ketepatan, kesesuaian Pungtuasi Ejaan 5 10 10 10 5 5 5 Nilai Sedang 4 dan 3 8 dan 6 8 dan 6 8 dan 6 4 dan 3 4 dan 3 4 dan 3 Rendah 2 dan 1 4 dan 2 4 dan 2 4 dan 2 2 dan 1 2 dan 1 2 dan 1

Penelitian ini merujuk aspek penilaian yang dikemukakan di atas. Namun demikian, aspek di atas tidak digunakan sepenuhnya karena

dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Aspek penilaian di atas adalah untuk menulis secara umum, sedangkan dalam penelitian ini digunakan sebagai aspek penilaian untuk tes menulis berita. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemenarikan judul, kelengkapan isi berita, keakuratan dan keefektifan penggunaan kosa kata dan ketepatan ejaan. B. Hipotesis Tindakan Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang telah diuraikan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: penerapan teknik tiru model dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII A MTsN Sintuk Kabupaten Padang Pariaman.

? Refleksi Refleksi

Pengamatan Siklus II SiklusI Perencanaan

Pelaksanaan 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research). Arikunto (2006 : 3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh dari upaya itu (Wiraatmadja, 2007 : 13). Siklus penelitian ini dilakukan berdasarkan daur ulang penelitian tindakan menurut Arikunto (2006 : 16) berikut ini : Perencanaan

B. Setting Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A MTsN Sintuk Kabupaten

Padang Pariaman. Jumlah siswa kelas VIII A terdiri dari 37 orang. Dengan demikian, subjek penelitian ini berjumlah 37 orang siswa. Siswa yang berjumlah 37 orang tersebut berlatar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda. Sehingga dalam pembelajaran guru memilih metode yang tepat untuk siswa yang heterogen tersebut. C. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri atas: (1) perencanaan (plan), (2) pelaksanaan (action), (3) pengamatan (observation), dan (4) refleksi (reflection). Penelitian ini dilaksanakan sampai terjadinya peningkatan hasil belajar yang diharapkan. Pelaksanaan siklus pertama dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan komponen-komponen sebagai berikut ini : a. Menetapkan Jadwal penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan sampai terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis berita. Ukuran tercapainya peningkatan kemampuan menulis siswa adalah apabila subjek penelitian telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimal materi berita. Penelitian dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap siklus mencakup kegiatan yang dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. b. Guru peneliti membuat perangkat pembelajaran Sebagaimana pembelajaran secara umum, pebelajaran pada penelitian ini juga dilengkapi dengan perangkat pebelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut memuat unsur-unsur (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) tujuan pembelajaran, (5) materi

13

pembelajaran, (6) media dan sumber pembelajaran, (7) langkah-langkah kegiatan, dan (8) penilaian. c. Guru peneliti mempersiapkan contoh atau model teks berita Guru peneliti mempersiapkan contoh teks berita untuk model tulisan. d. Merancang pembelajaran menulis teks berita melalui teknik tiru model Guru peneliti mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan teknik tiru model. Rancangan pembelajaran terlampir. e. Merancang bentuk penugasan Penugasan yang diberikan kepada siswa adalah tes menulis teks berita. f. Menyusun rancangan penilaian Data hasil tulisan siswa dimuat ke dalam lembar penilaian dan penskoran seperti dalam tabel berikut:

Tabel 2 Lembar penilaian dan penyekoran hasil tulisan siswa


No Nama Aspek Penilaian Jml % Pen gua sa an

Ke me nari k an jud ul

Keleng kapan isi berita

Keakurat an dan keefektifan kalimat

pengguna an kosa kata

Ketep atan ejaan

Keterangan : Setiap aspek penilaian diberi bobot nilai 1 sampai 5. Dalam penelitian ini, proses belajar mengajar sudah berhasil apabila sudah ditemukan perubahan/ peningkatan terhadap nilai siswa dengan mendapatkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang ditetapkan yaitu 65. 2. Pelaksanaan a. Pertemuan pertama 1) Guru membuka pelajaran, mengecek kehadiran siswa. Guru kembali memberi motivasi dan melakukan apersepsi. 2) Guru menyampaikan hasil tes awal siswa. 3) Guru memberikan pembelajaran menulis berita dengan menggunakan teknik tiru model. 4) Guru memberkan contoh berita yang dijadikan model tulisan. Siswa membaca contoh berita yang dijadikan sebagai model. Siswa menentukan tema, ide pokok tiap paragraf, dan pola pengembangan paragraf pada berita model. Guru memberi penjelasan kepada siswa bahwa berita yang dijadikan sebagai model dijadian contoh patokan dalam menulis berita. Siswa diperbolehkan meniru tema, ide pokok tiap paragraf, pada dan pola model.

pengembangan

paragraf

berita

Selanjutnya, siswa menulis berita dengan meniru berita model dari segi tema, ide pokok tiap

15

paragraf, dan pola pengembangan paragraf. 5) Setelah selesai, siswa mengumpulan hasil kerjanya. 6) Guru menutup pelajaran, dan meminta siswa untuk mengulang pelajaran di rumah tentang menyunting teks berita. b. Pertemuan kedua 1) Guru membuka pelajaran, mengecek

kehadiran siswa. 2) Guru membagikan hasil tes siswa pada pertemuan yang lalu. 3) Beberapa orang siswa membacakan

beritanya di depan kelas, siswa lain memberikan komentar .

4) Siswa menukarkan hasil tesnya dengan teman sebangku. 5) Setiap siswa diminta untuk memeriksa hasil tes temannya dengan mempedomani arahan guru. 6) Guru meminta siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan penulisan berita temannya. Siswa yang memeriksa

memberikan komentar dibagian bawah karangannya. 7) Guru memberikan penguatan terhadap

temuan-temuan siswa. 8) Guru menutup pelajaran. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan

pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Berikutnya, guru dan siswa menyimpulan materi pembelajaran. 3. Observasi Dalam proses observasi, peneliti dibantu oleh dua orang guru Bahasa Indonesia. Guru ini sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data selama penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif, yang menggambarkan aktivitas dan keantusiasan siswa, perubahan kinerja guru, hasil prestasi siswa, mutu pembelajaran, dan perubahan suasana kelas. 4. Refleksi Refleksi adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan, atau apa yang menjadi permasalahan pada siklus yang sedang dilaksanakan. Melalui refleksi (perenungan) diperoleh tindakan yang direkomendasikan selanjutnya. Menurut Aleks (2003 : 127) bahwa perenungan difokuskan pada dan yang harus disempurnakan pada pertemuan

kenyataan sejauh mana tindkan yang telah diambil dapat memecahkan permasalahan, dan apakah tindakan yan diambil tersebut memunculkan permasalahan baru yang perlu segera diatasi. Jika tindakan yang telah diambil belum banyak memecahkan permasalahan atau ternyata malah menimbulkan permasalahan baru, maka sangat diperlukan siklus berikutnya. D. Instrumen Penelitian Sesuai dengan data yang dibutuhkan, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen. Instrumen tersebut ada yang berupa tes, dan lembar observasi guru di lapangan. Tes digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil menulis siswa. Angket digunakan untuk mengetahui persepsi siswa

17

terhadap proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik tiru model dalam menulis teks berita. Lembar observasi guru digunakan untuk menghimpun data tentang aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dan pelaksanaan proses belajar mengajar menulis berita melalui teknik tiru model. Untuk mengurangi subjektivitas pengamatan, Peneliti menggunakan bantuan teman sejawat untuk berkolaborasi dalam pengamatan pada tiap siklus. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar dilakukan. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen yang sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Data berupa hasil tes menulis teks berita siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes menulis berita. Tes hasil belajar selama peneltian dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu setelah pelaksanaan siklus I dan II. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan dilakukan tes awal. Pelaksanaan proses belajar mengajar dan aktivitas siswa dikumpulkan melalui teknik observasi dengan menggunakan lembar observasi melalui bantuan teman sejawat. Sebelum melakukan pengamatan, teman sejawat sudah mempelajari lembar observasi pengamatan dan mengetahui apa yang akan diamatinya. Pengumpulan data ini dilakukan pada setiap pertemuan, siklus I n II. F. Analisis Data Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: (1) adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui reduksi data, (2) paparan data, dan (3) penyimpulan. Reduksi data seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif, sedangkan penyimpulan merupakan proses pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataaan kalimat yang mengandung pengertian

luas. Data yang dipeoleh dari observasi dan tes hasil belajar selama proses pembelajaran dianalisis melalui cara: 1) Statistik deskriptif untuk melihat teknik persentase dan nilai rata-rata hitung (NHR).Teknik persentase digunakan untuk secara individual. Untuk mengtahui persentase kemapuan siswa dalam menulis digunakan rumus: P = f/ N x 100% (diadopsi dari Anas 1999) Yakninya: P = Angka persentase kemampuan menulis siswa f = Frekuensi kemampuan menulis siswa N = Banyaknya individu (siswa) Menurut Dimyati dan Mujiono (1994 : 125), kriteria keaktifan siswa dapat dikelompokan ke dalam empat range, yaitu: (1) 1% -25% =sedikit sekali, (2) 26% -50% = sedikit, (3) 51% -75% = banyak, dan (4) 76% - 99% = banyak sekali. Dalam penelitian ini, aktivitas siswa dinyatakan tuntas jika minimal ratarata aktivitas positif siswa masuk dalam kriteria keaktifan dilakukan (51% - 75%). 2) Tes hasil belajar setelah satu siklus diolah secara statistik untuk menentukan nilai rata-rata. Siswa dikatakan tuntas apabila sudah mencapai batas yang banyak ketuntasan belajar siswa

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditetapkan, yaitu 65. 3) Data yang berasal dari pengamatan digunakan analisis deskriptif. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang upaya peningkatan kemampuan menulis berita melalui

19

teknik tiru model pada siswa kelas VIII A MTsN Sintuk Kabupaten Padang Pariaman dilaksanakan dengan dua siklus. Pada tiap siklus dilakukan empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan,dan refleksi. A. Temuan Penelitian 1. Prasiklus Sebelum memulai siklus I, Peneliti memberikan tes awal kepada siswa. Tes tersebut berupa tes menulis sebuah berita. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis. Hasil tes dianalisis dan dinilai. Berdasarkan hasil tes tesebut, disiapkan tindakan-tindakan apa yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis berita bagi siswa. Hasil tes awal menunjukan bahwa 37 orang siswa yang mengikuti tes, 18 orang tuntas dan 19 orang tidak tuntas dengan rata-rata 61,6 dan ketuntasan secara klasikal 45,9%. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa siswa telah memiliki pengetahuan dan pengalaman awal tentang menulis. Kondisi ini disebabkan karena keterampilan menulis sudah pernah dipelajari pada tingkat sebelumnya, sehingga siswa sudah mengetahui konsep-konsep dasar menulis. Namun demikian, siswa kurang memahami unsur-unsur yang termuat dalam berita. Oleh karena itu, diperlukan tindakan-tindakan seperti pada siklus I. 2. Siklus I a. Perencanaan

Berdasarkan hasil tes awal direncanakan hal-hal berikut: pertama, perencanaan untuk menggunakan teknik tiru model dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis berita. Menulis dengan teknik tiru model merupakan pembelajaran menulis dengan menggunakan contohcontoh tulisan yang dijadikan sebagai model. Model yang diberikan kepada siswa tidak ditiru secara keseluruhan, akan tetapi yang akan ditiru adalah tema, struktur karangan dan hal-hal pokok dalam berita.

Berdasarkan hal tersebut siswa menulis teks berita. Kedua, menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII dengan Kompetensi Dasar menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Dalam RPP ini, Peneliti menjabarkan langkah-langkah apa saja yang akan dilaksanakan dalam proses peningkatan kemampuan menulis berita siswa. Ketiga, mempersiapkan berbagai contoh berita yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa untuk dijadikan teks berita model. Contoh berita Peneliti kumpulkan dari berbagai sumber. Keempat,

mempersiapkan bentuk penugasan yang berupa menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Kelima, mempersiapkan rancangan penilaian. Penilaian teks berita yang ditulis siswa meliputi kemenarikan judul, kelengkapan isi berita, penggunaan kosa kata, keefektifan kalimat serta ketepatan ejaan. Keenam, mempersiapkan lembaran observasi teman sejawat. Lembaran observasi tersebut meliputi dua hal, yang pertama untuk melihat aktivitas guru dalam kelas dan yang kedua untuk melihat aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. b. Pelaksanaan Sesuai dengan perencanaan, setelah disusun rencana pembelajaran dan disiapkan instrumen penelitian yang dibutuhkan, dilaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas VIII A MTsN Sintuk yang dijadikan subjek penelitian. Dalam siklus I, PBM dilaksanakan dua kali pertemuan. Satu kali pertemuan dua jam pelajaran (2x40 menit). 1) Pertemuan I Pada pertemuan pertama dalam siklus I, siswa disapa dan dicek

21

kehadirannya. Siswa diberikan penjelasan mengenai kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai melalui pembelajaran menulis teks berita. Siswa diberi motivasi dengan memaparkan kepada mereka bahwa menulis mempunyai banyak keuntungan. Siswa diberikan contoh-contoh kesuksesan yang bisa didapatkan karena menulis. Selanjutnya, siswa dibagi ke dalam delapan kelompok dengan teknik berkelompok dengan tempat duduk yang berdekatan dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 s.d. 5 orang. Setelah siswa duduk berkelompok, siswa diberikan penjelasan mengenai langkah-langkah menulis teks berita melalui teknik tiru model. Contoh teks berita dibagikan kepada siswa. Siswa diminta untuk membaca dan memahami teks berita. Dalam hal ini, siswa bersama teman sekelompok diminta untuk mendiskusikan definisi berita, ciri-ciri berita, tema berita, teknik penulisan berita dan langkah-langkah penulisan berita yang terdapat di dalam teks berita. Hasil temuan siswa didiskusikan. Siswa diberikan pengukuhan. Berdasarkan data pokok yang ditemui dalam teks berita, maka setiap siswa diminta untuk menulis teks berita. Siswa diperbolehkan meniru struktur dan data pokok pada contoh teks berita yang sudah mereka diskusikan. Teks berita yang sudah ditulis oleh siswa dikumpulkan. Setelah itu, materi pembelajaran disimpulkan dan PBM ditutup dengan memberikan releksi kepada siswa. 2) Pertemuan II Pada pertemuan kedua, kehadiran siswa dicek dan tidak lagi duduk berkelompok. Hasil kerja siswa dikembalikan. Tujuannya adalah supaya siswa dapat mengetahui hasil kerja yang

didapatkannya. Kemudian, beberapa orang siswa membacakan teks

berita yang telah ditulisnya ke depan kelas. Siswa yang lain memberikan komentar. Selanjutnya, tulisan terbaik siswa dimuat di majalah dinding sekolah. Setelah beberapa orang mewakili ke depan, maka kegiatan selanjutnya kepada siswa diminta untuk menyunting tugas teman sebangkunya dari segi kemenarikan judul, kelengkapan isi berita, keakuratan isi berita, ketepatan ejaan, ketepatan pilihan kata dan koherensi kalimat. Kemudian, hasil penilaian siswa terhadap teks berita temannya disebutkan oleh beberapa siswa. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif. Berita siswa dikumpulkan kembali. Pelajaran ditutup setelah materi pembelajaran disimpulkan dan mmemberikan refleksi kepada siswa untuk mencatat pokokpokok peristiwa yang pernah dialami/ diamatinya. c. Observasi Pengamatan terhadap proses peningkatan kemampuan menulis teks berita dengan menggunakan teknik tiru model meliputi dua hal. Pertama, pengamatan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru di dalam kelas. Kedua, pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Dalam melakukan pengamatan, digunakan bantuan teman sejawat. 1) Pengamatan terhadap Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Jumlah siswa pada pertemuan pertama adalah 37 orang, yang dibagi oleh guru menjadi 8 kelompok. Guru membagikan contoh berita. Siswa menentukan defenisi berita, ciri-ciri berita, tema, pokokpokok, dan pola pengembangan paragraf pada contoh berita. Selanjutnya, secara mandiri siswa diminta menulis berita berdasarkan contoh. Setelah selesai, teks berita siswa dikumpulkan melalui

23

seorang siswa ke depan kelas. Pembelajaran ditutup guru dengan membuat kesimpulan terhadap pembelajaran. Pada pertemuan kedua, guru mengembalikan hasil kerja siswa dalam bentuk hasil kopian. Beberapa orang siswa membacakan teks beritanya ke depan kelas. Pembacaan berita dikomentari oleh siswa lain. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dan memotivasi siswa yang tidak aktif dengan pendekatan persuasif. Selanjutnya siswa mengoreksi teks berita teman sebangkunya. 2) Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa Selama Proses Belajar Mengajar Aktivitas siswa yang diamati pada pertemuan pertama adalah siswa yang antusias terhadap berbagai aktivitas PBM, siswa yang aktif dalam diskusi kelompok, siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan, dan siswa yang senang dalam PBM. Rekapitulasi aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada pertemuan 1 siklus I dapat dilihat pada Tabel 3. No 1 2 3 Tabel 3. Rekapitulasi aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus I Aktivitas yang Jumlah % Kriteria diamati siswa keaktifan Siswa yang antusias terhadap berbagai aktivitas PBM Siswa yang aktif dalam diskusi kelompok Siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan Siswa yang senang dalam PBM 28 18 10 80.0 51.4 28.6 Banyak sekali Banyak Sedikit bersama siswa dan meminta refleksi siswa

4 5

13 26

37.1 74.3

Sedikit Banyak

Siswa yang senang dalam PBM berjumlah 28 orang (80.0%) yang berarti banyak sekali siswa yang senang dalam PBM. Siswa yang aktif dalam diskusi kelompok berjumlah 18 orang (51.4%), artinya aktivitas tersebut banyak dilakukan siswa. Siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat sebanyak 10 orang (37.1%) yang termasuk dalam kategori sedikit dilakukan siswa. 13 orang siswa (37.1%) yang aktif dalam menjawab pertanyaan dengan kategori aktivitas yang sedikit dilakukan. Sedangkan siswa yang senang dalam PBM berjumlah 26 orang (74.3%) dengan kategori aktivitas yang banyak dilakukan.\ Pada pertemuan kedua, aktivitas siswa yang diamati sama dengan aktivitas pada pertemuan pertama, tetapi karena siswa tidak lagi berkelompok maka aktivitas siswa yang aktif dalam diskusi kelompok ditiadakan. Rekapitulasi aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada pertemuan 2 siklus I dapat dilihat pada Tabel 4. No 1 2 3 4 Tabel 4. Rekapitulasi aktivitas siswa pada pertemuan 2 siklus I Aktivitas yang diamati Jumlah % Kriteria siswa keaktifan Siswa yang antusias terhadap berbagai aktivitas PBM Siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan Siswa yang senang dalam PBM 25 23 16 25 71.4 65.7 45.7 71.4 Banyak Banyak Sedikit Banyak

Siswa yang senang dalam PBM berjumlah 25 orang (71.4%) yang berarti banyak siswa yang senang dalam PBM. Siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat sebanyak 23 orang

25

(65.7%) yang termasuk dalam kategori banyak dilakukan siswa. 16 orang siswa (45.7%) yang aktif dalam menjawab pertanyaan dengan kategori aktivitas yang sedikit dilakukan. Sedangkan siswa yang senang dalam PBM berjumlah 25 orang (71.4%) dengan kategori aktivitas yang banyak dilakukan. 3) Penilaian Hasil Belajar Siswa Teks berita siswa dianalisis dan dinilai berdasarkan pada empat aspek. Aspek tersebut adalah struktur berita, keruntutan penataan ide, kesatuan gagasan, dan keefektifan kalimat. Rata-rata nilai hasil belajar dan persentase siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minmal (KKM) 65 dan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Penilaian Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Siswa yang telah Siswa yang Ratamencapai <65 rata mencapai 65 Hasil Bela jar Jumlah % Jumlah % 18 25 48,7 67,6 19 12 51,3 32,4 61,6 70,3 Pra Siklus dan Ketun tasan Klasi kal

Sik lus

Pra I

48,7 67,6

Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada Pra Siklus, yakni sebelum PBM dengan menggunakan teknik tiru model dilakukan, terdapat 18 orang siswa yang telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). 19 orang siswa masih belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum tuntas belajar, dengan nilai rata-rata hasil belajar adalah 61.6 dan ketuntasan klasikal 48.7. Pada Siklus I , yakni setelah PBM dengan menggunakan teknik

tiru model dilakukan, terjadi peningkatan nilai siswa, yakni terdapat 25 orang siswa yang telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 12 orang siswa masih belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum tuntas belajar, dengan nilai rata-rata hasil belajar adalah 70,3 dan ketuntasan klasikal 67,6. d. Refleksi Berdasarkan hasil catatan lapangan oleh guru, hasil pengamatan oleh teman sejawat dan hasil belajar siswa pada siklus I terjadi peningkatan keterampilan siswa menulis teks berita, tetapi belum maksimal. Aktivitas siswa masih ada dalam kategori sedikit, belum seperti yang diharapkan, yakni minimal aktivitas siswa dalam kategori banyak. Ketuntasan individu juga belum tercapai, serta masih ada aspekaspek penulisan berita yang perlu diperbaiki. Pada umumnya, siswa belum memahami pokok-pokok berita. Oleh sebab itu, untuk

meningkatkan

kemampuan siswa dalam menentukan dan menuliskan

pokok-pokok berita (peristiwa, orang yang mengalami atau melakukan peristiwa, tempat, waktu, alasan atau sebab, dan proses terjadinya peristiwa) perlu dilakukan hal-hal berikut : 1) Mencarikan contoh teks berita yang lebih mudah dipahami siswa. 2) Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai pokok-pokok teks berita 3) Memberikan pengetahuan kepada siswa bagaimana cara

berkomunikasi secara lisan dalam mendapatkan informasi untuk diberitakan. 4) Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih tema dalam menulis teks berita

27

5)

Memberikan bimbingan khusus kepada individu, jika masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis teks berita. Dengan demikian, siswa diharapkan akan lebih memahami pokok-pokok berita sehingga mampu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas dengan ejaan yang tepat dan benar. 3. Siklus II

Pada siklus II, langkah-langkah yang dilakukan sama dengan siklus I. Perbedaannya adalah waktu, kegiatan dan materi pembelajaran. Pada dasarnya materi siklus II sama dengan Siklus I, akan tetapi pada siklus II materi lebih ditekankan pada pokok-pokok berita karena berdasarkan hasil siklus I, aspek inilah yang harus ditingkatkan. Setelah siswa memahami model teks berita, siswa menulis mereka tentukan sendiri. a. Perencanaan sebuah teks berita dengan tema yang

Berdasarkan refleksi tentang proses dan hasil belajar, perlu dilakukan tindakan yang bisa meningkatkan kemampuan menulis siswa. Walaupun kemampuan menulis teks berita siswa sudah meningkat pada siklus I, masih ada aspek penilaian teks berita yang perlu ditingkatkan. Aspek tersebut adalah kelengkapan pokok-pokok teks berita. Berdasarkan hal di atas, direncanakan hal sebagai berikut : 1) Menyusun RPP. 2) Menyusun materi dan bahan ajar yang sesuai dengan tujuan perbaikan pada siklus II, yakni difokuskan pada aspek pokok-pokok teks berita. 3) Mempersiapkan contoh-contoh teks berita. 4) Menyiapkan penugasan. Penugasan pada siklus II masih sama dengan siklus I, namun pada siklus II peneliti memberikan kebebasan

kepada siswa untuk menentukan tema tulisan. 5) Mempersiapkan format penilaian hasil belajar. 6) Mempersiapkan lembar observasi proses belajar- mengajar yang melputi aktivitas guru dan siswa. 7) Mempersiapkan angket terstruktur untuk mengetahui persepsi siswa terhadap proses belajar-mengajar menulis teks berita dengan teknik tiru model. b. Pelaksanaan Pada siklus II ini, proses belajar-mengajar dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, setiap pertemuan dengan waktu 2 x 40 menit. 1) Pertemuan I Pada pertemuan I ini, hasil belajar siswa pada siklus I disampaikan pada siswa. Siswa diberi penjelasan mengenai hasil belajar pada siklus I, aspek utama yang perlu ditingkatkan adalah pengetahuan dan pemahaman tentang pokok-pokok berita.

Selanjutnya diberikan penjelasan tentang pokok-pokok berita. Penjelasan diberikan berdasarkan contoh teks berita yang diberikan kepada siswa yang sudah ditandai tentang pokok-pokok isi teks berita. Setelah diberikan penjelasan, secara individu siswa diminta menentukan pokok-pokok berita pada teks berita yang lainnya. Di samping itu, siswa juga diminta untuk menentukan tema dalam teks berita tersebut. Setelah hasil temuan siswa didiskusikan, siswa diminta untuk menulis teks berita dengan memperhatikan kelengkapan unsur-unsur berita dan memuat pokok-pokok berita. Dalam hal ini, siswa diberikan kebebasan dalam menentukan tema yang sesuai dengan pengalaman atau peristiwa yang pernah dialami atau diamati oleh

29

siswa. Hal ini dilakukan agar siswa memiliki kebebasan dalam menuangkan gagasannya. Setelah selesai (sesuai dengan waktu yang telah ditentukan), teks berita yang ditulis siswa dikumpulkan. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Kemudian,

menanyakan hal-hal belum dipahami siswa terhadap materi pembelajaran. Guru meminta siswa mengulangi pelajaran di rumah. Sebelum menutup pertemuan, guru bersama sebuah lagu Sayonara. 2) Pertemuan II Sama halnya dengan pertemuan kedua pada siklus I, tugas siswa dikembalikan. Beberapa orang siswa membacakan teks beritanya ke depan kelas. Siswa yang tampil ke depan hampir identik dengan siswa pada siklus I. Siswa yang lain memberikan komentar dan mengoreksi hasil kerja temannya. Tujuannya adalah agar siswa lebih memahami tingkat kemampuan mereka dalam menulis teks berita. Teks berita yang sudah dikoreksi bersama di tempelkan pada kertas chard yang sudah disediakan guru. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah menulis teks berita secara benar. Setelah itu, guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran dan mengakhiri pertemuan dengan sebuah pantun jenaka. c. Observasi/evaluasi Observasi (pengamatan) dilakukan oleh teman sejawat. Hasil observasi pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Pengamatan terhadap Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya, guru tetap mengecek kehadiran siswa. Setelah itu, memberikan apersepsi dan motivasi. Guru memotivasi siswa dengan menampilkan sebuah poster tentang siswa menyanyikan

objek wisata pantai.Hal ini membawa dampak kepada siswa sehingga lebih terpusat dalam menerima materi pembelajaran. Kemudian, guru baru memulai pembelajaran dengan memberikan contoh teks berita yang sudah ditandai dngan data-data pokok berita kepada siswa. Berdasarkan contoh, guru meminta siswa memberikan penjelasan mengenai teks berita dan guru memberi penguatan. Secara mandiri, siswa membaca dan memahami contoh teks berita yang belum ditandai oleh guru. Siswa diminta untuk menentukan tema dan hal-hal pokok yang termuat dalam teks berita tersebut. Setelah itu, siswa menuliskan data pokok peristiwa yang pernah dialami atau diamatinya dengan meniru kerangka berita yang sudah dibacanya. Sesuai waktu yang ditetapkan , siswa

mengumpulkan tugas melalui seorang siswa yang ditunjuk oleh guru. Siswa yang lebih awal selesai mendapat kesempatan untuk menempelkan di chard yang sudah disediakan. Guru memberikan penghargaan berupa pujian dan tepuk tangan. Guru dan siswa menyipulkan pelajaran serta merefleksi pelaksanaan PBM. Kemudian, mengakhiri pertemuan dengan bernyanyi bersama Sayonara. Pada pertemuan kedua, guru mengembalikan tugas siswa. Beberapa orang siswa diminta untuk membacakan teks berita yang telah dibuatnya dan siswa yang lain memberikan komentar terhadap isi berita yang dibacakan. Setelah itu, siswa kembali menukarkan teks berita dengan teman sebangku untuk disunting. Kemudian, siswa membacakan hasil suntingannya dan menempelkan hasil kerjanya di chart yang telah disediakan. Guru membrikan penghargaan berupa pujia dan tepuk tangan.

31

Pelajaran ditutup setelah siswa dan guru menyimpulkan dan merefleksi pelajaran serta diakhiri dengan sebuah nyanyian Andai Ku Tahu. 2) Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Aktivitas siswa yang diamati pada pertemuan pertama adalah siswa yang antusias terhadap berbagai aktivitas PBM, siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan, dan siswa yang senang dalam PBM. Rekapitulasi aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada pertemuan 1 siklus II dapat dilihat pada Tabel 6. No 1 2 3 4 Tabel 6. Rekapitulasi aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus II Aktivitas yang diamati Jumlah % Kriteria siswa keaktifan Siswa yang antusias terhadap berbagai aktivitas PBM Siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan Siswa yang senang dalam PBM 30 29 21 25 81.1 78.4 56.8 67.6 Banyak sekali Banyak sekali Banyak Banyak

Siswa yang senang dalam PBM berjumlah 30 orang (81.1%) yang berarti banyak sekali siswa yang senang dalam PBM. Siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat sebanyak 29 orang (78.4%) yang termasuk dalam kategori banyak sekali dilakukan

siswa. 21 orang siswa (56.8%) yang aktif dalam menjawab pertanyaan dengan kategori aktivitas yang banyak dilakukan. Sedangkan siswa yang senang dalam PBM berjumlah 25 orang (67.6%) dengan kategori aktivitas yang banyak dilakukan. Pada pertemuan kedua, aktivitas siswa yang diamati sama dengan

aktivitas pada pertemuan pertama. Rekapitulasi aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar pada pertemuan 2 siklus II dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi aktivitas siswa pada pertemuan 2 siklus II No Aktivitas yang Jumlah % Kriteria diamati siswa keaktifan 1 2 Siswa yang antusias terhadap berbagai aktivitas PBM Siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan Siswa yang senang dalam PBM 35 31 94.6 83.8 Banyak Sekali Banyak Sekali Banyak Banyak Sekali

3 4

23 29

62.2 78.4

Siswa yang senang dalam PBM berjumlah 35 orang (94.6%) yang berarti banyak sekali siswa yang senang dalam PBM. Siswa yang aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat sebanyak 31 orang (83.8%) yang termasuk dalam kategori banyak sekali dilakukan siswa. 23 orang siswa (62.2%) yang aktif dalam menjawab pertanyaan dengan kategori aktivitas yang banyak dilakukan. Sedangkan siswa yang senang dalam PBM berjumlah 29 orang (78.4%) dengan kategori aktivitas yang banyak sekali dilakukan. 4) Penilaian Hasil Belajar Siswa Setelah PBM dengan menggunakan teknik tiru model dilakukan, rata-rata terjadi peningkatan nilai siswa, Rata-rata nilai hasil belajar dan persentase siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65 dan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II

33

Siswa yang mencapai 65

telah Siswa yang mencapai Rata-rata <65 Hasil Bela jar % 81,1 Jumlah 7 % 18,9 76,8

Ketun tasan Klasi kal

Jumlah 30

81,1

Hasil nilai ujian siswa pada siklus II menunjukkan jumlah siswa yang tuntas yang telah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam belajar (nilai 65) adalah 30 orang siswa, dan yang belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau belum tuntas belajar (nilai < 65) adalah sebanyak 7 orang siswa, dengan nilai rata-rata hasil belajar adalah 76.8 dan ketuntasan klasikal 81,1. d. Refleksi Berdasarkan hasil catatan lapangan oleh guru, hasil pengamatan oleh teman sejawat, dan penilaian hasil belajar siswa tergambar bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan menulis teks berita bagi siswa kelas VIII A MTsN Sintuk. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus III. B. Pembahasan Berdasarkan deskripsi data, tergambar bahwa kemampuan menulis teks berita siswa pada prasiklus sangat rendah karena dari 37 siswa hanya 18 orang siswa yang dianggap tuntas sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan, yaitu 65, sedangkan 19 orang siswa belum tuntas hasil belajar dalam menulis teks berita. Artinya, rata-rata hasil belajar siswa 61,6 mencapai 48,7. Kegagalan siswa menulis teks berita pada prasiklus disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, siswa belum mengetahui hal-hal pokok yang termuat dan ketuntasan klasikal baru

dalam sebuah teks berita, sehingga berita yang dibuat tidak akurat. Kedua, Siswa belum mampu menuangkan gagasannya secara efektif, sehingga kosa kata yang digunakan terkesan rancu dan kalimat banyak yang mubazir/tidak tepat. Ketiga, Siswa kurang mampu menuangkan ide secara runtut, sehingga ada kalimat yang tidak memiliki keterpaduan antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya. Keempat, masih rendahnya pengetahuan siswa tentang menulis, karena terlihat dari hasil kerjanya ada yang asal-asalan tanpa memperhatikan struktur kalimat dan ejaan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa siswa belum memenuhi kriteria penulisan teks berita yang benar. Sebuah teks berita yang benar memiliki hal-hal pokok yang tidak bisa diabaikan, yaitu adanya peristiwa, pengalaman atau pengalaman pribadi berdasarkan pengamatan, ada yang mengalami atau melakukan peristiwa tersebut, ada tempat dan waktu kejadian, ada alasan atau sebab dan proses terjadinya suatu peristiwa. Jika hal pokok itu sudah diketahui maka siswa akan dapat membuat sebuah berita tanpa mengabaikan kriteria kelayakan sebuah berita, yaitu: kedekatan, aktual, penting, berkaitan dengan nama orang yang terkenal, bervariasi dan mengandung konflik. Di samping itu, dibutuhkan penataan kalimat yang runtut, baik dan benar, serta singkat dan jelas. Untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa, maka guru harus melakukan tindakan kelas. Sejalan dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bahwa guru bertugas membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi mengajar. Guru bertugas mengelola kelas sebagai suatu tim yang bekerja sam untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Guru tidak mentransfer pengetahuan kepada siswa (Depdiknas, 2003 : 1).

35

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pada siklus I dilaksanakan penerapan teknik tiru model dalam PBM untuk menulis teks berita, yaitu dengan memberikan contoh-contoh teks berita kepada siswa, setelah itu baru diberikan latihan. Sebagaiman yang dikemukakan Murahimin (1992 : 21) bahwa teknik tiru model pada dasarnya menuntut melakukan latihan-latihan sesuai dengan contoh yang diberikan. Contoh harus dibaca terlebih dahulu, dilihat isi dan bentuknya, dianalisis serta dibuatkan kerangkanya, kemudian baru menulis. Dalam hal ini, tulisan yang dibuat tidak sama persis dengan contoh, yang ditiru hanyalah kerangka, ide, atau bahkan cara/tekniknya. Hasil penelitian menggambarkan, bahwa PBM menulis teks berita dengan teknik tiru model mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks berita. Di samping itu, juga memberikan motivasi kepada siswa untuk menulis. Hal ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan, yaitu 25 orang siswa telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau telah tuntas belajar dan sebanyak 12 orang siswa masih belum mencapai KKM atau belum tuntas belajar, dengan nilai rata-rata hasil belajar adalah 70,3 dan ketuntasan klasikal 67.6. Peningkatan tidak hanya terlihat pada hasil belajar, tetapi aktivitas siswa juga terlihat dalam PBM, berdiskusi, tanya jawab dan keantusisan siswa dalam PBM (dapat dilihat pada tabel 4 dan 5). Sekalipun ada peningkatan pada siklus I dengan dua kali pertemuan (2x40 menit), namun masih ada timbul permasalahan setelah direfleksi. Sasaran utama pada siklus II adalah memperbaiki hal-hal yang belum dicapai pada siklus I. Materi pembelajaran pada siklus II berbeda dengan siklus pertama. Siklus II lebih menekankan kepada hal- hal pokok yang termuat dalam teks berita dan kriteria sebuah berita. Contoh teks berita yang diberikan kepada siswa dikelompokan dan ditandai berdasarkan pokok-pokok yang terkandung dalam

berita. Setelah itu, siswa diberikan kebebasan untuk menentukan tema yang akan dikembangkan dalam menulis teks berita. Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukan peningkatan dari pada siklus I, yaitu 30 orang siswa sudah tuntas sesuai standar KKM, hanya 7 orang yang belum mencapai standar KKM. Rata-rata hasil belajar 76,8 dan ketuntasan klasikal 81,1. Di samping itu, peningkatan terhadap aktivitas siswapun meningkat, yaitu 35 orang siswa sudah aktif dalam PBM dengan skor rata-rata 96, 6 % dengan klasfikasi baik sekali, mengemukakan pendapat dan perasaan senang juga berada pada klasifikasi baik sekali dengan rata-rata skor 83,8 % dan 78,4% dari 37 orang siswa. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan berada pada klasivikasi baik dengan rata-rata skor 62,2% atau 23 orang siswa. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik tiru model dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis teks berita. Di samping itu, juga dapat meningkatka aktivitas siswa dalam PBM.

BAB V PENUTUP

37

A. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan pengolahan data yang telah

dikemukakan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pembelajaran dengan teknik tiru model dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis teks berita pada siswa kelas VIII A MTsN Sintuk Kabupaten Padang Pariaman. 2. Penggunaan teknik tiru model dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam Proses Belajar Mengajar dalam materi menulis teks berita di kelas VIII A MTsN Sintuk Kabupaten Padang Pariaman. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa, guru dapat menggunakan teknik tiru model. 2. Untuk pemilihan model atau contoh yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan usia siswa. 3. Untuk kesempurnaan hasil karya tulis ini dibutuhkan kritikan yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, dkk. 1992. Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta. Djiwandono, M. Soenardi. 1996. Tes Bahasa Dalam Pengajaran. Bandung: ITB. Marahimin, Ismail. 1999. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya. Maryunis, Aleks. 2003. Action Research Dalam Bidang Pendidikan. Skolar. 4. (2): 115 -119. Pardjimin. 2004. Bahasa Indonesia 2B Kelas 2 SMP Semester 2. Bogor : Yudistira Semi, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Sudiati, F. dan A. Widya Martaya. 1996. Kreatif Berbahasa Menuju Keterampilan Pragmatik. Yogyakarta: Kanisius. Tarigan, Hendry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

39

You might also like