You are on page 1of 12

PANCASILA DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN

Oleh: Ferry Dwi Fitrianto/10211141029/B Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional diwajibkan pelajaran Pancasila seperti halnya pelajaran agama dan kewarganegaraan. Akan tetapi, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pelajaran Pancasila dihilangkan, yang ada hanya pelajaran agama dan kewarganegaraan. Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, ditetapkan standar kompetensi untuk pelajaran kewarganegaraan. Untuk tingkat sekolah dasar hanya satu butir tentang Pancasila dari 10 butir yang ditentukan. Untuk tingkat sekolah menengah pertama sama sekali tidak ada. Sedangkan di tingkat sekolah menengah atas terdapat satu butir "Pancasila dan UUD 1945" dari 9 butir yang diajarkan. Pancasila sudah disatukan dengan pendidikan kewarganegaraan, namun tidak bisa disangkal lagi bahwa pendidikan Pancasila nyaris hilang dalam sistem pendidikan nasional. Mengingat Pancasila bukanlah bagian dari pendidikan kewarganegaraan, namun pendidikan Pancasila itu sendiri merupakan gabungan dari unsur pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan karakter. Penghapusan mata kuliah pendidikan dasar Pancasila dan Kewarganegaraan di kurikulum sekolah dan perguruan tinggi dapat mengakibatkan ancaman disintegrasi bangsa semakin terbuka. Oleh sebab itu Pendidikan Pancasila seharusnya masuk dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Melalui pendidikan Pancasila yang diajarkan disemua jenjang sekolah sampai perguruan tinggi, diharapkan kepada generasi muda bangsa ini akan bisa memahami tentang kehidupan bernegara dan hidup rukun berdampingan semuanya.

A. PENDAHULUAN Pendidikan Nasional Indonesia telah tertuang dalam GBHN tahun 1998 yang arah kebijaksanaannya adalah: Pendidikan nasional yang berdasarkan pada kebudayaan bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa dan kualitas sumber daya

manusia, mengembangkan manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan keahlian dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, menumbuhkan dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, wawasan keunggulan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa dan memiliki sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi ke masa depan. Oleh karena itu tidak bisa dipungkiri lagi bahwasanya Pendidikan Pancasila masuk ke dalam kurikulum belajar. Perumusan Pendidikan Pancasila saat ini sedang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Hal itu sangat penting bagi ranah pendidikan di Indonesia guna pembudayaan ideologi negara Indonesia, yaitu Pancasila. Mengingat bahwa akhir-akhir ini bangsa Indonesia mulai digoyang berbagai ideologi sesat, termasuk yang mengatasnamakan agama. Perumusan kurikulum baru Pendidikan Pancasila bertujuan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sejak dini (pendidikan dasar) hingga perguruan tinggi, dengan metode yang menarik, tepat dan efektif sesuai kondisi para peserta didik. B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Curriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk memperoleh ijasah. Sedangkan menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. (wikipedia.org) 2. Tujuan Pendidikan Nasional UU No. 2 Th 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 4, menyatakan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal di atas sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 3: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional dan pengamalan Pancasila di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan: 1. 2. Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh (mampu menangkal setiap ajaran, paham, dan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila) Bisa disimpulkan bahwa perlunya Pancasila dalam kurikulum pendidikan di Indonesia mengingat Pancasila sendiri adalah ideologi bangsa Indonesia yang memuat nilai-nilai luhur.

3.

Sejarah Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa Indonesia yang lahir pada 1

Juni 1945 mengalami pasang surut yang luar biasa dalam sistem kurikulum di Indonesia. Semenjak memasuki Orde Baru pasca 1965, urgensi penyebutan Pancasila secara eksplisit dalam sistem kurikulum menjadi sangat mutlak. Hal ini terjadi karena sebelum peristiwa G-30-S/PKI tahun 1965 itu, sebagai titik balik perjalanan sejarah bangsa ini, Pancasila menempati ruang yang penuh dengan wacana dalam sistem politik di negeri ini. Dalam kurikulum 1964, (istilah yang dipakai pada waktu itu bukan kurikulum tetapi Rencana Pendidikan), yang kemudian ditimpali dengan Penetapan Presiden no. 19/1965, pendidikan Pancasila ini bahkan ditafsirkan menurut Manifesto Politik dan USDEK serta ditafsirkan pula menurut ciri-ciri manusia sosialis Indonesia, yang kedua-duanya merupakan doktrin politik Orde Lama. Di bidang pendidikan, doktrin ini ditambah dengan Pancawardana sebagai sub pokok bahasan. Dalam Penpres No. 19/1965 itu bahkan disebutkan bahwa manusia Indonesia Baru yang dibentuk melalui sistem Pendidikan Pancasila harus berjiwa nasakom, singkatan dari akronim nasionalis, agama dan komunis, suatu jargon yang terdengar nyaring pada jaman itu. (Dr. Anwar Jasin M.Ed. Pembaharuan Kurikulum Sekolah Dasar sejak proklamasi kemerdekaan, 1987) . Kata Pancasila sudah terdapat dalam Rencana Pendidikan tahun 1964, namun karena secara aksiologis penyusunan kurikulum belum canggih seperti saat ini, maka Pancasila hanya disinggung sepintas lalu sebagai dasar dari sistem pendidikan, dengan menyebutkan bahwa ...Dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Manipol Usdek dengan segala konsekwensi dan implikasinya bagi pendidikan dan kurikulum Sekolah Dasar. Dengan lahirnya Orde Baru pasca 1965, maka dalam kurikulum 1968, mulailah tercetak secara eksplisit kata Pancasila dalam sistem kurikulum kita dengan disebutkannya bahwa Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila terdiri dari mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan Bahasa Indonesia dan Pendidikan Olahraga.

Dalam bukunya tersebut diatas, Anwar Jasin mengatakan bahwa Dalam Rencana Pendidikan 1964, pembentukan manusia Pancasila sebagai salah satu fungsi Sekolah Dasar mengacu pada gambaran manusia sosialis Indonesia, dan Pancasila itu sendiri ditafsirkan menurut Manipol/Usdek. Kurikulum 1968 mengacu kepada tujuan pendidikan nasional, yaitu pembentukan manusia Pancasilais sejati, dalam rangka usaha pelaksanaan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekuen. Perubahan aksiologis tujuan institusional Sekolah Dasar ini merupakan konsekuensi langsung perubahan politik, dari Orde Lama ke Orde Baru. Itulah perjalanan Pendidikan Pancasila dalam sistem kurikulum dari jaman Orde Lama ke Orde Baru, yang sejak semula memang sudah diwarnai dengan wacana. Dengan perubahan-perubahan politik di tanah air, maka tujuan pendidikan nasional dalam sistem pembentukan manusia Indonesia yang dicita-citakan menjadi terombang-ambing dan tidak kunjung mantap disebabkan kurang kokohnya ideologi Pancasila dalam pendidikan nasional. Pada GBHN tahun 1973, memang telah dicanangkan agar pembentukan mental dan moral Pancasila dimasukkan kedalam kurikulum dan menjadi bagian integral dari pendidikan nasional. Dengan amanat konstitusi ini, karena GBHN adalah produk legislatif oleh MPR, maka dengan sertamerta dimulailah masa kejayaan Pendidikan Pancasila dalam sistem kurikulum kita. Perjalanan pendidikan nilai nilai pancasila di Indonesia pada umumnya mengalami banyak perubahan. Sejak tahun 1965, presiden RI pertama Soekarno, menetapkan sistem pendidikan nasional pancasila untuk pendidikan prasekolah hingga pendidikan tinggi. Dalam perjalanannya, pada tahun 1967 presiden Soeharto dalam peringatan hari pendidikan nasional menegaskan, dasar sistem pendidikan nasional adalah pancasila. Pada tahun 1976, mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) mulai diajarkan untuk pertama kali di sekolah. Mata pelajaran itu menggantikan pelajaran Civics (Kewarganegaraan) yang diajarkan sebelumnnya. Ketika tahun 1978, MPR menetapkan Eka prasetya Pancakarsa atau pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila (P4) sebagai pedoman tingkah laku bangsa

Indonesia untuk berprilaku pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat. Dilanjutkan pada tahun 1979, presiden Soeharto membentuk Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan P4. Lembaga non departemen itu bertugas merumuskan program nasional pendidikan P4 di masyarakat dan lembaga pemerintah. Selanjutnya, pada tahun 1983, Pendidikan sejarah perjuangan bangsa (PSPB) mulai diajarkan di sekolah SD hingga SLTA. Mulai tahun ajaran 1994/1995, mata pelajaran PMP dan PSPB disatukan dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Hingga pada akhirnya tahun 2001, untuk menyesuaikan dengan tuntutan dalam masyarakat, mata pelajaran Kewarganegaraan (PKn) diajarkan di sekolah sebagai pengganti mata pelajaran PPKn. Pada masa Menteri Bambang Sudibyo, terbit Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Aturan itu menghilangkan pendidikan Pancasila dari kurikulum pendidikan sekolah dan perguruan tinggi. Penghapusan mata pelajaran Pancasila dari kurikulum pendidikan tak lepas dari desakan kepentingan politik yang menyatakan pendidikan Pancasila dan Kewargenageraan sebagai kepentingan politik praktis Orde Baru. Akibatnya, Penataran P4 (Penghayatan Pengamalan Pendoman Pancasila) di sekolah pun dihapuskan. Tapi, aturan Mendiknas ini terjadi lima tahun sesudahnya. 4. Pancasila Dalam Kurikulum Pendidikan Saat Ini Banyak hal yang mesti dipertanyakan dalam hal terkait dengan Pancasila dalam sistem pendidikan nasional. Sejak lahirnya Pancasila, sistem pendidikan di Indonesia sudah memasukkan Pancasila dalam kurikulum pendidikan. Misalnya pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PpKn), adalah bentuk pelajaran yang memperkenalkan dan memahamkan Pancasila kepada peserta didik. Akan tetapi kenyataannya meskipun sudah berpuluh-puluh tahun diajarkan, dengan pergantian nama subjek pelajaran tentunya, tetap saja pemahaman Pancasila tidak mampu membuat bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Yang ada, seiring pergantian pemerintahan, hukum dan perundang-undangan yang

katanya didasarkan pada Pancasila diotak-atik dan diganti sesuai kepentingan rezim berkuasa. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) bersama dengan seluruh Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tengah merumuskan kurikulum baru tentang pendidikan pancasila. Perumusan kurikulum ini dibahas di dalam pertemuan rektor PTN yang digelar pada 7-8 Juni 2011 di Gedung Kemdiknas. Perumusan kurikulum ini akan lebih ditekankan pada penguatan, revitalisasi dan aktualisasi Pancasila agar dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari anak didik. Kurikulum baru pendidikan Pancasila itu baru akan diterapkan pada tahun ajaran 2012/2013. Untuk membuat kurikulum baru, masih ada tahapan-tahapan lain yang harus dilakukan setelah perumusan materi selesai dilakukan. Ada pun untuk reaktualisasi dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila di sekolah, sudah dapat dilakukan mulai tahun ajaran 2011/2012 yang akan dimulai pada bulan Juli mendatang. Di semester depan sudah bisa diterapkan reaktualisasi serta revitalisasinya. Sedangkan di jenjang Perguruan Tingi (PT), penerapan reaktualisasi Pancasila tidak harus menunggu ada mata kuliah, atau mata pelajaran dulu. Namun bisa berbentuk school culture, melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perilaku Pancasila Perubahan pada kurikulum pendidikan Pancasila ini juga selaras dengan konsep pendidikan karakter yang selama ini digaungkan oleh pemerintah. Pendidikan karakter ada dalam satu buku. Pendekatannya seperti apa, itu yang akan dilatihkan, termasuk Pancasila. Pendidikan karakter memiliki empat poin utama yang akan diterapkan juga di sekolah. Yakni, kesadaran sebagai makhluk Tuhan, penumbuhan intelektual dan curiosity, dan kecintaan serta kebanggan terhadap tanah air. Di dalamnya ada Pancasila dan empat pilar tersebut. 5. Pendidikan Pancasila Pendidikan Pancasila sekarang ini memang sudah saatnya dimasukan kembali dalam kurikulum pendidikan dan harus menjadi mata pelajaran wajib serta diajarkan di semua jenjang sekolah sampai perguruan tinggi. Meskipun Pendidikan Pancasila

telah dihilangkan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang diejawantahkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menetapkan kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Tinggi wajib memuat mata kulian pendidikan agama, pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia serta Bahasa Inggris. Lalu berdasarkan pertimbangan di atas, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) memutuskan dengan SK No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Landasan Pandidikan Pancasila yaitu: 1. Landasan Historis Nilai-nilai Pancasila digali dari bangsa Indonesia sendiri, seperti nilainilai ketuhanan (kepercayaan kepada Tuhan telah berkembang dan sikap toleransi sudah lahir), dan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dan silasila lainnya. Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar negara Indonesia oleh para tokoh Nilai-nilai Pancasila tetap tercantum dalam pembukaan UUD 1945, bangsa saat akan melahirkan negara RI. biarpun perjalanan ketata-negaraan mengalami perubahan dan pergantian undang-undang: dari UUD 45, Konstitusi RIS, UUD Sementara, sampai kembali keUUD 45. Kebenaran Nilai-nilai Pancasila diyakini tinggi. Penafsiran Pancasila berbeda-beda. - Pada masa Orde Lama: Pancasila ditafsirkan dengan nasakom (nasionalis agama komunis) yang disebut trisila kemudian diperas menjadi ekasila (gotong royong); - Pada masa Orde Baru:

Pancasila harus dihayati dan diamalkan dengan berpedoman kepada butir-butir yang ditetapkan oleh MPR melalui Tap MPR no.II/MPR/1978 tentang P4; - Pada masa Reformasi: MPR melalui Tap MPR no.XVIII/MPR/1998 tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara, yang mengandung makna ideologi nasional sebagai cita-cita dan tujuan negara. 2. Landasan Kultural Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-nilai yang tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang dirumuskan dalam Pancasila merupakan hasil pemikiran konseptual dari tokoh bangsa Indonesia seperti: Soekarno, Drs. Mohammad. Hatta, Mr. Muhammad Yamin, Prof. Mr. Dr. Supomo, dan tokoh lainnya. 3. Nilai-nilai Pancasila itu digali dari budaya bangsa Indonesia. Pancasila mengandung nilai-nilai yang terbuka untuk masuknya nilaiLandasan Yuridis UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ps 39 ayat 2 yang menyebutkan tentang isi kurikulum, jalur, dan jenjang pendidikan wajib yang memuat: a) Pendidikan Pancasila; b) Pendidikan Agama; dan c) Pendidikan Kewarganegaraan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menetapkan kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa.

nilai baru yang positip, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 30 tahun 1990,

menetapkan status pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk setiap program studi dan bersifat nasional. PP no. 60 tahun 1999 Sejak 19831999 silabus pendidikan Pancasila banyak mengalami Keputusan Dirjen Dikti No. 265/Dikti/Kep/2000 tentang

perubahan sesuai dengan perubahan yang berlaku dalam masyarakat. penyempurnaan Kurikukum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Pancasila pada PT di Indonesia. Kep Mendiknas no. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi, dan Nomor 45/U2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah menetapkan Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan Kewarganegaraan menjadi kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi. Pelaksanaannya sesuai dengan SK Dirjen Dikti no. 38/Dikti/Kep/2002 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) di Perguruan Tinggi. Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di PT. 4. Landasan Filosofis Nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila merupakan

filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat negara menjadi sumber bagi segala tindakan para penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan.

10

Pancasila sebagai sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional dalam bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan keamanan. C. PENUTUP Di tengah-tengah carut marutnya kondisi kebangsaan dan moralitas kita saat ini, kita lihat saja bagaimana falsafah Pancasila akan ditanamkannya dalam sistem pembentukan manusia Indonesia, sebagai fundamental kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam pembentukan citizenship, bukan sekedar menjadi orang Indonesia. Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional yang menghapus mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan di lingkungan kampus bertentangan dengan tujuan pendiri bangsa Indonesia. Pasalnya, Pancasila tak hanya dianggap sebagai simbol dasar negara, tapi di dalamnya juga tersirat nilai kepribadian bangsa. Penghapusan mata kuliah pendidikan dasar Pancasila dan Kewarganegaraan di kurikulum sekolah dan perguruan tinggi dapat mengakibatkan ancaman disintegrasi bangsa semakin terbuka. Para pembuat dan penentu kebijakan dalam dunia pendidikan itulah yang harus lebih mengerti duduk perkaranya. Kita yakin bahwa pendidikan nasional adalah mekanisme pemersatu bangsa yang paling ampuh untuk melestarikan NKRI ini. Pendidikan nasional harus mempunyai civic mission, untuk membentuk seorang nasionalis yang patriotik bagi tanah airnya. Faktor utama Pancasila mesti dipertahankan karena sejak lama konsep Soekarno-Hatta ini telah teruji sebagai faktor pemersatu bangsa. Pancasila itu merupakan lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang didalamnya memberikan ajaran tuntunan dan teladan hidup bagi bangsa Indonesia, dan ini apabila bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari negara ini akan damai dan tentram. Melalui pendidikan Pancasila yang diajarkan disemua jenjang sekolah sampai

11

perguruan tinggi, diharapkan kepada generasi muda bangsa ini akan bisa memahami tentang kehidupan bernegara dan hidup rukun berdampingan semuanya. DAFTAR PUSTAKA Wikipedia. 2011. Pancasila dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila/. Diunduh pada hari Senin 7 Maret 2011 pukul 14.07 WIB Tempo. 2011. Berpancasila Jangan Tanggung dalam http://www.prakarsarakyat.org/artikel/fokus/artikel.php?aid=48939. Diunduh pada hari Senin 6 Juni 2011 pukul 14.00 WIB Swib, Arya. 2011. Pancasila Masih Perlukah? dalam http://swib1068fm.blogspot.com/2011/05/pancasila-masih-perlukah.html. Diunduh pada hari Senin 6 Juni 2011 pukul 14.07 WIB

Jawa Pos. 2011. Mendiknas dan Rektor PTN Matangkan Kurikulum Baru Pancasila dalam http://www.jpnn.com/read/2011/06/07/94315/Mendiknas-dan-RektorPTN-Matangkan-Kurikulum-Baru-Pancasila-. Diunduh pada hari Rabu 8 Juni 2011 pukul 14.23 WIB Kompas. 2009. 134 Pengertian Kurikulum (Lengkap) dalam http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/16/134-pengertian-kurikulumlengkap/. Diunduh pada hari Rabu 8 Juni 2011 pukul 14.42 WIB Sardjono, Sigit. Hilangnya Pendidikan Pancasila Dari Stuktur Kurikulum KBK Dan KTSP dalam http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1294. Diunduh pada hari Rabu 8 Juni 2011 pukul 14.43 WIB Natalina, Ari. 2005. Pendahuluan dalam http://arynatalina.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11715/Pendahuluan .ppt. Diunduh pada hari Rabu 8 Juni 2011 pukul 14.55 Lismawati, Ita. 2011. Tahun Depan, Pancasila Masuk Kurikulum dalam http://nasional.vivanews.com/news/read/224635-tahun-depan--pancasilamasuk-kurikulum. Diunduh pada Rabu 8 Juni 2011 pukul 15.01 WIB

12

You might also like