You are on page 1of 15

BAB II Gambaran Mengenai ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan INSW

II.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi, pada awalnya kerjasama difokuskan dengan pemberian prefensi perdagangan (Predential trade), usaha patungan (Joint Venture) dan skema saling melengkapi (Complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti Industrial Project Plan (1976), Prefential Trading Area (1977), ASEAN Industrial Complement Scheme (1981), ASEAN Joint Venture Scheme (1981) dan Enhanched Prefential Trading Arengement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika antar negara di berbagai belahan dunia melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negaranegara ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Pada KTT ke-5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framewok Agreement Enchanching ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993 dengan Common Efective Prefential Tariff (CEPT)34 sebagai mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan implementasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi
34

Dalam skema CEPT setiap negara dimungkinkan untuk tidak melakukan liberalisasi perdagangan sepanjang hal tersebut menurut pertimbangannya dapat membahayakan keamanan nasional, moral masyarakat, kesehatan manusia, binatang dan tanaman, dan nilai-nilai seni, sejarah, purbakala dan arkeologi. Dikutip dari Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 97

Universitas Sumatera Utara

tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap kebijakankebijakan fasilitas pedagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan, jasa dan investasi. Sejalan dengan perkembangan konstelasi global, ASEAN pun mengalami pengembangan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pada awal berdirnya, ASEAN mencurahkan perhatiannya untuk membangun rasa saling percaya (confidence Bulding Measure), itikad baik dan mengembangkan kebiasaan secara terbuka dan dinamis diantara sesama angotanya. Menjelang usianya yang ke-40, ASEAN telah mencapai tingkat koefisitas dan memiliki rasa saling percaya yang cukup tinggi dantara para anggotanya serta mulai menyentuh kerjasama di bidang-bidang yang dianggap sensitif. Perkembangan ASEAN yang pesat tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan baik di dalam maupun luar kawasan yang turut membentuk dan memperkaya pola-pola kerjasama diantara negara anggota ASEAN. Pengalaman kawasan Asia Tenggara semasa krisis keuangan dan ekonomi Tahun 1997-1998 memicu kesadaran ASEAN mengenai pentingnya peningkatan dan perluasan kejasama intra kawasan. Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diadopsinya Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai Komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, sejahtera, saling perduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Selanjutnya ASEAN juga mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN. Pembentukan Komuntas

Universitas Sumatera Utara

ASEAN ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi ASEAN. Selain itu juga merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam membahas permasalahan domestik yang berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsp-prinsip utama ASEAN, yaitu: saling menghormati (Mutual Respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri (NonInterfence), konsensus, diaog dan konsultasi. Komunitas ASEAN terdiri dari tiga pilar yang termasuk di dalamnya kerjasama di bidang ekonomi, yaitu: Komonitas Keamanan ASEAN ( ASEAN Security Comunity/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community/ASCC). Pencapaian Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya Cebu Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015 oleh para pemumpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu Filiphina, 13 Januari 2007. Dengan ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati percepatan pembentukan Komunitas ASEAN/ASEAN Community dari tahun 2020 menjadi 2015. Lalu komimen tersebut, khususnya di bidang ekonomi, dilanjutkan dengan penandatanganan ASEAN Charter/Piagam ASEAN beserta cetak biru AEC 2015 pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura, pada tanggal 20 November 2007. Penandatanganan Piagam ASEAN beserta cetak birunya AEC adalah merupakan babak baru dalam kerjasama ASEAN di bidang ekonomi diusianya yang kempat puluh tahun. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa AEC adalah merupakan salah satu dari tiga pilar utama dalam ASEAN Community 2015, yang ingin membentuk

Universitas Sumatera Utara

integrasi ekonomi di kawasan ASEAN Tenggara. AEC memiliki lima plar utama, yakni: 1. Aliran bebas barang (free flow of goods), 2. Aliran bebas jasa (free flow of sevice), 3. Aliran bebas investasi (free flof of investment), 4. Alran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour), dan 5. Alian bebas modal ( free flow of capital). Gambar II.1.a: AEC dalam piagam ASEAN 35
ASEAN Charter

ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Cetak biru Jadwal strategis

Pasar tunggal dan basis produksi - Melalui aliran bebas di: Barang Jasa Investasi TK terampil Modal - 12 sektor prioritas - Pengembangan sector makanan, pertanian dan kehutanan

Kawasan ekonomi yang berdaya saing - Kebijakan Ekonomi yang berdaya saing - Perlindungan konsumenintelectual proverty rights Pengembanga n infrastruktur - perpajakan - E-Commerce

Petumbuhan ekonomi yang merata - Pengembangan UKM - inisiatif integrasi

Integrasi ke perekonomian global - Pendekatan koeheren hubungan ekonomi eksternal. - Partisipasi di global supply network

Penelitian

Pengembangan SDM

Kerangka institusi regional (Sekretariat, Dispute l HAM)

Political will dan implementasi

35

Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 5

Universitas Sumatera Utara

Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN. Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan kehutanan. Secara umum AEC memiliki 12 sektor prioritas, yakni: produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, poduk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik. Inilah sector-sektor yang paling diminati, anggota ASEAN, dan menjadi ajang mereka untuk bersaing satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasikan secara penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu) anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan outsourching) serta membantu mengembangkan produk-poduk buatan ASEAN. Selain itu dilakukan pengembangan terhadap sektor prioritas pangan, pertanian dan kehutanan.

Universitas Sumatera Utara

II.2 Gambaran Mengenai Aliran Bebas Barang (Free Flow of Goods) GambarII.2.a: skema cetak biru aliran bebas barang AEC 2015 36
Cetak biru aliran bebas barang AEC 2015

Penghapusan hambatan tarif

Penghapusan hambatan non-tarif

Fasilitas perdagangan

CEPT

Komitmen terhadap penyesuaian kebijakan

Peningkatan transparansi

Asesmen terhadap kesesuaian dengan standart internasional

Integrasi sector prioritas

Kerjasama kepabeanan

Di dalam aliran bebas barang (free flow of goods) sesuai dengan skema AEC 2015 memiliki tiga sector pioritas, yakni hambatan tarif, hambatan non-tarif dan fasilitas perdagangan. Ketiga sekor prioritas in adalah merupakan instrumen untuk meliberalisasikan perdagangan dengan berusaha menghilangkan hambatan-hambatan di dalam perdagangan internasional. Dalam pengurangan tarif dalam AEC, skema CEPT akan terus dievaluasi dan dikembangkan menjadi perjanjian yang kompeherensif dalam rangka mewujudkan aliran bebas barang 2015, ASEAN melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghapuskan bea masuk bagi semua barang yang tergolong dalam sensitive list dan hightly sensitive list pada 2010 untuk ASEAN6, dan 2015 untuk CLMV (dengan fleksibilitas hingga 2018 untuk sensitive product),

36

Syamsul Arifin. Dkk, opcit, hal 73

Universitas Sumatera Utara

2. Menghapuskan bea masuk dari barang yang tergolong 12 sekor prioitas pada 2007 untuk ASEAN6 dan 2012 untuk CLMV, 3. Memindahkan barang yang ada di SL ke IL dan mengurangi tarifnya menjadi 0-5% pada 1 Januari 2007 (Laos dan Myanmar) dan 1 Januari 2018 (Kamboja). Dalam pengurangan hambatan non-tarif, ASEAN berusaha untuk

mengklaifikasikan kebijakan non-tarif (Non-tarif measureNTM), ASEAN membentuk suatu database yang dibentuk ASEAN database untuk setiap lini poduk tingkat HS 8 digit. ASEAN NTM database merupakan kompilasi dari kebijakan non-tarif yang ada di setiap negara anggota ASEAN yang merupakan hambatan dalam perdagangan. Klasifikasi NTM didasarkan pada UNCTAD Cooding Sceme for Trade Control Measure. 37 Selain itu, cetak biru AEC 2015 juga dijabarkan mengenai agenda-agenda dan jadwal strategis untuk mengeliminasi hambatan non-arif, antara lain sebagai berikut: 38 1. Menjalankan komitmen standsill (tidak lebih mundur dari komitmen saat ini) dan roolback (lebih maju adri saat ini) berlaku efektif, 2. Meningkatkan tansparansi dengan mengikuti Protocol on Notification Posedure dan memuat surveilence yang efektif,

37 38

Lihat Syamsul .Arifin.dkk, ibid, hal 106 Syamsul .Arifin.dkk , ibid

Universitas Sumatera Utara

3. Menghilangkan hambatan non-tarif pada 2020 untuk Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, 2012 untuk Filiphina dan 2015-2018 untuk CLMV. Dalam fasilitas perdagangan, sektor ini memiliki arti penting dalam mendukung kelancaran arus pedagangan barang, karena prosedur arus barang dapat dilakukan dengan lebih sederhana, transparansi dan memenuhi standar kualifikasi yang diakui secara internasional. Fasilitas perdagangan yang dilakukan melalui evaluasi terhadap kesesuaian dengan standar internasional dan kerjasama kepabeanan juga penting dalam rangka meningkatkan efisiensi biaya transaksi di ASEAN sehingga meningkatkan daya saing ekspor produk ASEAN. Evaluasi terhadap kesesuaian dengan standar internasional dilakukan agar produk ASEAN dapat diterima dan berdaya saing, baik di pasar domestik maupun global, sesuai standar mutu, keamanan, kesehatan, dan teknis barang yang diakui secara internasional. Dalam rangka menyelaraskan standar yang ada dengan standar internasional, terdapat dua instrumen utama yang terdapat dalam AEC 2015, yaitu: harmonisasi standar dan Mutual Recognition Arengement (MRA). 39 Salah satu upaya ASEAN dalam fasilitas perdagangna adalah pembentukan NSW masing-masing anggotanya yang nantinya diintegrasikan ke dalam ASW.

39

MRA merupakan suatu perjanjian yang akan membantu dunia industri di ASEAN mengurangi duplikasi dalam pengetesan dan sertifikasi pokok dengan MRA regulator di negara importer akan dapat mempercayai hasil tes yang dikeluarkan negara eksportir terkait produk yang diekspor tersebut. Dkutip dari Syamsu .Arifin.dkk, ibid hal 109-110

Universitas Sumatera Utara

II.3 Gambaran Mengenai INSW Kebutuhan untuk menerapkan Sistem National Single Window di Indonesia, selain dilatar belakangi oleh beberapa kesepakatan di tingkat regional ASEAN (Kesepakatan Pemimpin Negara Anggota ASEAN dalam The Declaration of ASEAN Concord II 7 Oktober 2003 , Kesepakatan Menteri Ekonomi ASEAN dalam ASEAN Agreement to Establish & Implement The Asean Single Window 9 Desember 2005 , Kesepakatan Menteri Keuangan ASEAN dalam Asean Protocol to Establish and Implement The Asean Single Window , April 2006 dan Kesepakatan Pemimpin Negara Anggota ASEAN dalam Declaration on the ASEAN Economic Community Blueprint, 20 Nopember 2007), juga didorong oleh adanya kebutuhan di tingkat nasional untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor-impor di Indonesia. Harus diakui bahwa kondisi kinerja layanan ekspor-impor di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara lain, terutama bila dilihat dari indikator leadtime pelayanan impor, masih banyaknya point of services dalam penyelesaian impor, masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan adanya ketidakpastian dalam proses pelayanan ekspor-impor. Selain itu, dari sisi kepentingan nasional perlu dilakukan peningkatan validitas dan akurasi data ekspor-impor, serta pengawasan terhadap lalulintas barang antar negara. Pembangunan dan penerapan Sistem NSW di Indonesia, pada awal pembahasannya disatukan dengan program pemerintah untuk meningkatkan kelancaran arus barang ekspor-impor, sehingga pada awal

pelaksanaannya pemerintah menggabungkan kedalam Tim Keppres Nomor 54 Tahun 2002 yang menangani tentang kelancaran arus barang ekspor dan impor.

Universitas Sumatera Utara

Indonesia National Single Window (INSW) merupakan suatu sistem layanan publik yang terintegrasi, yang menyediakan fasilitas pengajuan, pertukaran dan pemrosesan informasi standar secara elektronik, guna menyelesaikan semua proses kegiatan dalam penanganan lalulintas barang ekspor dan impor, untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional. INSW juga sistem nasional yang memungkinkan dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of data and information), pemrosesan data dan informasi secara sinkron (synchronous processing of data and information), integrasi informasi, dan memadukan alur proses bisnis antara sistem kepabeanan, perijinan ekspor-impor, kepelabuhanan/

kebandarudaraan, pembayaran, pengangkutan barang dan logistik, serta sistem lain yang terkait dengan penanganan lalulintas barang ekspor-impor.40 Pembentukan INSW memiliki visi misi serta tujuan yang menjadi sasaran dalam pembentukannya. Berikut ini visi misi serta tujuan pembentukan INSW: Visi dari pengembangan Indonesia NSW adalah terwujudnya lingkungan National Single Window di Indonesia, yaitu layanan tunggal elektronik untuk memfasilitasi pengajuan informasi standar guna menyelesaikan semua pemenuhan persyaratan dan ketentuan, serta semua kegiatan yang terkait dengan kelancaran arus barang ekspor, impor, dan transit, dalam rangka meningkatkan daya saing nasional.

Misi pengembangan sistem NSW di Indonesia adalah mewujudkan suatu sistem layanan publik yang terintegrasi dalam penanganan atas lalulintas barang ekspor dan impor.

40

Lihat www.deplu.go.id, opcit

Universitas Sumatera Utara

Tujuan umum dilakukannya penerapan Sistem National Single Window di Indonesia : 41 1. Meningkatkan kecepatan penyelesaian proses ekspor-impor melalui

peningkatan efektifitas dan kinerja sistem layanan yang ter-integrasi antar seluruh entitas yang terkait. 2. Meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan lalulintas barang ekspor-impor, terutama terkait dengan proses customs release and clearance of cargoes. 3. Meningkatkan validitas dan akurasi data dan informasi yang terkait dengan kegiatan ekspor dan impor. 4. Meningkatkan daya saing perekonomian nasional dan mendorong masuknya investasi 5. Manfaat Penerapan Sistem NSW bagi Pemerintah a. Memfasilitasi peningkatan kecepatan dalam proses customs release and clearance of cargoes. b. Menyediakan sistem pelayanan yang mudah, murah, nyaman, aman, dan memberikan kepastian usaha. c. Menciptakan manajemen risiko yang lebih baik. d. Menghilangkan redundansi dan duplikasi data. e. Meningkatkan validitas dan akurasi data. f. Memudahkan pelaksanaan penegakan hukum oleh aparat pemerintah dalam kaitan dengan kegiatan ekspor-impor.
41

www.deplu.go.id, ibid

Universitas Sumatera Utara

g. Meningkatkan perlindungan atas kepentingan nasional dari ancaman yang mungkin timbul karena lalulintas barang ekspor-impor. h. Mengoptimalkan penerimaan negara. i. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Public Governance dalam seluruh kegiatan pelayanan ekspor-impor

6. Manfaat Penerapan Sistem NSW bagi Masyarakat Usaha (Private Sector) a. Memberikan kepastian terhadap biaya dan waktu yang diperlukan dalam pelayanan yang terkait dengan ekspor-impor. b. Meningkatkan daya saing produk dalam negeri. c. Memperluas akses pasar dan sumber-sumber faktor produksi. d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya. e. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kewirausahaan. f. Mendukung penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam penyelesaian ekspor-impor

Penerapan Sistem NSW di Indonesia, dilakukan melalui penyediaan Portal INSW, yaitu suatu sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/ kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang.

Universitas Sumatera Utara

Pada tataran ideal dalam penerapan Sistem NSW, diharapkan Portal INSW akan menjadi akses tunggal bagi siapapun (seluruh entitas) yang akan melakukan kegiatan apapun yang berkaitan dengan penanganan dan pelayanan ekspor-impor. Demikian juga bagi User (Pengguna Portal INSW), cukup sekali saja melakukan akses (single sign on) akan dapat memperoleh semua layanan dari semua GA dan entitas lainnya yang tergabung kedalam Portal INSW. Penggunaan Portal INSW secara live dalam proses pelayanan kepabeanan dan perijinan atas barang impor dan ekspor, akan membawa Indonesia menuju otomasi secara elektronik sistem pelayanan publik yang terintegrasi, sehingga diharapkan secara konkrit akan dapat mewujudkan Reformasi Layanan Publik di Bidang Ekspor-Impor. Portal INSW dapat diakses melalui halaman utama (homepage) situs resmi INSW dengan nama domain http://www.insw.go.id Dengan adanya liberalisasi perdagangan yang ingin dibentuk dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015 secara umum dituntut adanya daya saing yang baik baik dari ASEAN maupun seluruh anggotanya untuk dapat mempeoleh semua hasil maksimal yang dapat diraih dari kerjasama ini. Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya persiapan yang baik dari seluruh anggota ASEAN termasuk Indonesia, yang pelaksanaannya sesuai dengan cetak biru AEC 2015 yang telah disepakati oleh seluruh anggota ASEAN.

INSW sebagai salah satu instrumen dalam fasilitas perdagangan yang berupaya untuk meliberalisasikan perdagangan dengan menghapus hambatanhambatan yang terdapat dalam proses aliran barang tentunya adalah sebuah peluang

Universitas Sumatera Utara

dan tantangan yang besar yang membutuhkan persapan serta daya saing yang baik agar mampu bersaing di dalamnya, dan salah satu insrumen dalam hal ini adalah pembentukan NSW. Pembangunan dan pengembangan Sistem NSW yang sedemikian besar dan sangat kompleks, memerlukan banyak sekali perubahan mendasar dan penyesuaian di lingkungan internal setiap GA (Goverment Agencies) dimana dalam prakteknya sering menemui banyak permasalahan, kendala dan hambatan sehingga perlu langkah antisipasi dan solusi bersama. Persiapan yang dilakukan oleh Indonesia harus mampu mengatasi lemahnya kondisi kinerja pelayanan ekspor-impor yang ada di Indonesia saat ini. Berikut ini kondisi kinerja pelayanan ekspor-impor yang perlu ditingkatkan: 42

1. Lead Time waktu penanganan barang impor dan ekspor yang masih terlalu lama (dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya) 2. Masih banyaknya titik layanan (Point of Services) dalam proses pelayanan ekspor-impor sehingga mengakibatkan pelayanan tidak efisien 3. Masih adanya biaya-biaya dalam penanganan lalulintas barang ekspor-impor, sehingga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy) 4. Tingkat validitas dan akurasi data atas transaksi dan kegiatan ekspor-impor yang belum memadai, terutama terkait dengan data perijinan ekspor-impor 5. Kepentingan nasional untuk mengontrol lalu-lintas barang antar negara Untuk melindungi kepentingan nasional, perlu adanya kontrol terhadap lalulintas barang ekspor-impor secara lebih baik, terutama yang terkait dengan

42

www.deplu.go.id, ibid

Universitas Sumatera Utara

isu terorisme, trans-national crime, drug trafficking, illegal activity, Intellectual Property Right dan perlindungan konsumen 6. Kinerja sistem pelayanan publik yang perlu ditingkatkan

Untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional, perlu dilakukan peningkatan kinerja sistem pelayanan publik dengan menerapkan prinsipprinsip good-governance melalui pembangunan otomasi sistem pelayanan yang terintegrasi 7. Sistem pelayanan yang masih belum terintegrasi sehingga menghambat kelancaran arus barang. Untuk meningkatkan kelancaran arus barang eksporimpor, sangat dibutuhkan adanya integrasi sistem antar Instansi Pemerintah (GA) yang akan mampu meningkatkan efisiensi pelayanan keseluruhan proses ekspor-impor

Kinerja dari pelayanan ekspor impor dari Indonesia tersebut adalah bentukbentuk hambatan yang terdapat dalam aliran bebas barang di Indonesia, sekaligus merupakan hambatan bagi Indonesia dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan dengan berusaha menghapuskan segala bentuk hambatan dalam aliran bebas barang di ASEAN, bahkan di duna secara global. Penelitian ini tentunya ingin melihat sejauh mana persiapan yang dilakukan oleh Indonesia dalam merealisasikan pembentukan NSW tersebut dan juga manfaat yang dapat diperoleh dalam INSW ini. Persiapan Indonesia ini akan dibahas pada bab berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

You might also like