Professional Documents
Culture Documents
Kinflik Intern AD
Inggris
Letjen. Soeharto
Presiden Soekarno
4. Inggris
Dikemukakan oleh Audrey dan George Mac Turner Kahin dalam buku Subversion as Foregn Policy, pihak Inggrislah yang paling memiliki motif untuk mendesak perubahan politik di Indonesia. Alasannya, dengan perubahan politik, Ingris tidak perlu mengeluarkan dana besar-besaran guna mempertahankan Malaysia dari konfrontasi yang saat itu dilaksanakan pihak Indonesia.
5. Letjen. Soeharto
1. Pengakuan Kol. A. Latief (gembong PKI) bahwa dua kali ia memberitahukan kepada Soeharto tentang rencana penindakan terhadap sejumlah jendral. Dalam bahasa laten menghadapkan Dewan Jendral kepada Presiden. Namun Soeharto yang pada saat itu Panglima Kostrad tidak mengambil inisiatif melapor kepada atasannya. Dia diam saja dan hanya manggut-manggut mendengar laporan itu. Latief menginformasikan rencana penindakan terhadap pera Jendral itu dua hari dan enam sebelum hari H. 2. Fakta bahwa sebagai perwira tinggi dengan fungsi pemandu di bawah Pangab Jendral A. Yani, Soeharto tidak termasuk sasaran G30S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, mengingat strategisnya posisi Kostrad apabila Negara dalam keadaan bahaya. Kalau betul Soeharto tidak berada dalam Inner Cycle gerakan, kemungkinan besar ia termasuk dalam daftar korban yang dihabisi di malam tersebut.
3. Hubungan emosional cukup dan amat dekat Soeharto dengan para pelaku PKI yakni Untung dan Latief sedangkan Sjam termasuk kolega Soeharto di tahun-tahun sesudah Proklamasi. 4. Menurut penuturan Mayjen (Purn) Mursjid, 30 September malam menjelang 1 Oktober 1965 itu pasukan Yon 530/Brawijaya berada di sekitar Monas. Padahal tugas panggilan dari Pangkostrad Mayjen Soeharto adalah untuk defile 5 Oktober. 5. Mayjen (Purn) Suharjo, mantan Pangdam Mulawarman yang sama-sama dalam tahanan dengan Mayor (Purn) Soekardi, eks Wadan Yon 530/Brawijaya menceritakan bahwa surat perintah dari Pangkostrad kepada DanYon 530 itu dalam rangka penugasan yang disinggung Jendral Mursjid tadi, ternyata kemudian dibeli oleh Soeharto seharga Rp 20 juta.
6. Presiden Soekarno
G30S/PKI diduga merupakan skenario Presiden Soekarno untuk melenyapkan oposisi dari pihak perwira tinggi AD yang menentang sikap politiknya. Alasannya adalah kemunculan Soekarno di pangkalan udara Halim Perdanakusuma, perlindungannya kepada sejumlah perwira PKI, dan juga ketidakmampuannya menunjukkan rasa simpati atas terbunuhnya para Jendral. Versi ini berdasarkan pendapat Anthony Dake, sejarawan Amerika Serikat. Kesimpulannya itu didasarkan pada pengakuan Bambang Widjonarko, ajudan Presiden yang memberikan kesaksian di Mahmilub.