You are on page 1of 29

PENELITIAN

ANALISA AKTIVITAS SERTA EFEKTIFITAS KEGIATAN DAKWAH DI GG.


SASAK WARU KELURAHAN KEBONLEGA
KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah


Sejarah Dakwah

Oleh:
ANDRI HARDIANSYAH
206400103
KPI/ II/ A

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2008

http://www.andrihardiansyah.blogspot.com/

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................4
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................................5
1.3 Metodologi Penelitian..........................................................................................5
1.4 Sistematika penelitian..........................................................................................5

BAB II KOMPONEN UNSUR-UNSUR DAKWAH


2.1 Pengertian Dakwah ......................................................................................7
2.2 Subjek Dakwah (Dai)...........................................................................................9
2.3 Pesan Dakwah (Maudu).......................................................................................9
2.4 Metode Dakwah (Uslub)......................................................................................10
2.5 Media Dakwah (Wasilah).....................................................................................11
2.6 Objek Dakwah (Mad’u).......................................................................................12
2.7 Keutamaan Dakwah ............................................................................................ 13

BAB III TINJAUAN UMUM KEBERHASILAN SERTA KEGAGALAN DALAM


KEGIATAN DAKWAH DI GG. SASAK WARU KELURAHAN KEBONLEGA
KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG
3.1 ..............................................................................................................................13
3.2 Karakteristik dan Kondisi Mad’u GG. Sasak Waru ............................................14
3.3 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Dakwah di GG. Sasak Waru .....................15

BAB IV UPAYA YANG DITAWARKAN UNTUK MENGATASI KEGAGALAN


DAKWAH DI GG. SASAK WARU
4.1 Upaya untuk Mengatasi Kegagalan Dakwah di GG. Sasak Waru ......................17
4.2 Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Dakwah di Gg. Sasak Waru .....................19

BAB V PENUTUP
KESIMPULAN.........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia yang lahir ke muka bumi ini memiliki kewajiban untuk
berdakwah. Karena berdakwah merupakan salah satu aktivitas yang menunjukan kualitas
value atau nilai umat manusia, tentu saja dakwah yang dimaksud adalah dakwah islam,
dakwah yang senantiasa mengajak mad’u untuk ta’muruna bil ma’ruf wa tanhauna ’anil
munkar ”mengajak manusia kepada kebaikan dan melarang kepada keburukan”. Seperti
yang telah Alloh serukan dalam Firmannya, “ Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik.” (Ali Imran:110). Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa kita sebagai umat
manusia seorang sudah digariskan untuk berdakwah setelah Rasululloh wafat, untuk
merubah suatu situasi yang buruk ke situasi yang lebih baik, menggugah hati manusia
untuk berbuat kebaikan serta dakwah ini merupakan suatu petunjuk agar manusia tidak
terjebak kedalam lembah kenistaan. Adapun dakwah yang dilakukan hendaknya dengan
metode dan media yang sesuai dengan keadaan orang yang di dakwahi (mad’u).
Allohu Karim telah berfirman di dalam Al-qur’an, “Serulah manusia kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah yang mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”
(An-Nahl:125). Ayat tadi berisi panduan khusus mengenai berdakwah yang cerdas.
Sekalipun dakwah kepada Allah merupakan amal shalih, tetapi seorang aktivis dakwah
dalam mengerjakan tugasnya tidak boleh dilakukan dengan secara serampangan. oleh
karena itu seorang aktivis dakwah harus cerdas dalam menjalankan tugasnya. karena,
berdakwah bukan pekerjaan biasa, tetapi dakwah merupakan pekerjaan yang sangat
mulia, menuntut perhatian khusus dengan beberapa cara penyampaian yang kreatif. Jika
tidak, dakwah tersebut akan kontra produktif. Seorang Da’i, harus mampu mengenal
mad’u, menguasai materi dakwah yang akan disampaikan, serta harus menyesuaikan
metode yang digunakan dengan mad’u atau sasaran dakwah.

Mudah-mudahan dengan penelitian ini bisa menjadi salah satu sajian alternatif
untuk menyusur keadaan mad’u yang akan dihadapi, serta beberapa cara mengatasi
kegagalan dakwah dan untuk meningkatkan kualitas dakwah seorang da’i. Kendati pun
kini aktifitas dakwah di mesjid Nurul Huda yang saya analisa mengalami penurunan
kualitas dakwah. Penelitian ini saya susun berdasarkan observasi langsung dengan jangka
waktu yang berkala, penelitian ini saya gabungkan pula dengan beberapa catatan dakwah
saat menjadi aktivis dakwah di tempat saya tinggal dulu, sedangkan untuk kerangka
penelitian yang saya lakukan berkaca kepada penelitian rekan saya Ade Susilawati.
Diharapkan dengan rampungnya laporan penelitian ini dapat menjadi salah satu syarat
untuk memenuhi perbaikan nilai ujian akhir mata kuliah Sejarah Dakwah.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian


a. Tujuan Penelitian
 Untuk Mengenal karakter mad’u di lingkungan sekitar Masjid Nurul
Huda
 Untuk mengetahui penerapan metode yang sesuai dengan karakter mad’u
dalam melakukan kegiatan dakwah
 Untuk mengetahui faktor keberhasilan dan kegagalan dalam berdakwah
 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi kegagalan
dakwah, demi menciptakan dakwah yang berkualitas

b. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan peneliatan ini dapat menjadi panduan dasar bagi seorang da’i
untuk mengetahui dengan sistematis mengenai upaya da’i dalam setiap melakukan
kegiatan dakwah, sehingga seorang da’i dapat mengimplementasikan setiap metode
dakwah yang dimilikinya dilingkungan masyarakat, dengan tanpa adanya penolakan dari
mad’u yang dihadapinya, dengan harapan yang lebih jauh mad’u dapat
mengimplementasikan maudu’ (pesan dakwah) dalam kehidupannya sehari-hari.

1.3 Metodologi Penelitian


a. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Adapun pengertian metode
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.

b. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di Masjid Nurul Huda Gg. Sasak Waru Kelurahan
Kebon lega Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung. Adapun waktu penelitian
dilakukan Secara Berkala dari bulan Juli 2008 hingga Oktober 2008.
1.4 Sistematika Penelitian
Penelitian ini di bahas dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

Bab I: merupakan pendahuluan yang menjelaskan, Latar Belakang, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Metodologi Penelitian, sistematika Penulisan;

Bab II: Dalam bab ini di bahas tentang Komponen Unsur-unsur Dakwah yang meliputi;
Pengertian Dakwah, Subjek Dakwah (dai), Pesan Dakwah (Maudu), Metode Dakwah
(Uslub), Media Dakwah (Wasilah), Objek Dakwah (Mad’u)

Bab III: Dalam Bab ini dibahas tentang Tinjauan Umum Gg. Sasak Waru Kelurahan
Kebon lega Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung, serta mengenai faktor
Keberhasilan dan Kegagalan dalam Kegiatan Dakwah di lingkungan tersebut. Yang
meliputi; Identitas Gg. Sasak Waru, Karakteristik dan Kondisi Mad’u Gg. Sasak Waru,
Faktor Keberhasilan dan Kegagalan dalam Berdakwah di Mesjid Nurul Huda.

Bab IV: Upaya untuk Mengatasi Kegagalan Dakwah dan untuk Meningkatkan Kualitas
Dakwah di Masjid Nurul Huda Gg. Sasak Waru Kelurahan Kebon lega Kecamatan
Bojongloa Kidul Kota Bandung.. Yang meliputi; penawaran solusi untuk untuk
meningkatkan kualitas dakwah di kawasan tersebut.

Bab V: merupakan bab penutup yaitu keimpulan


BAB II
KOMPONEN UNSUR-UNSUR DAKWAH

2.1 Pengertian Dakwah


Dakwah menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penyiaran; propaganda;
penyiaran agama di kalangan masyarakat dan pengembangannya; seruan untuk
memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.1
Menurut rumusan musyawarah kerja Nasional ke I Pendidikan Tinggi Dakwah
Islam (PTDI) di Jakarta Bulan Mei 1968; dakwah berarti mengajak atau menyeru untuk
melaksanakan kewajiban dan mencegah kemunkaran, merubah umat dari satu situasi
kepada situasi yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasikan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari bagi seorang pribadi, keluarga, kelompok, atau massa serta bagi
kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka

1 Kamus besar bahasa Indonesia;hlm.181


pembangunan bangsa dan umat manusia.
Dakwah adalah beberapa cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain
supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama,
pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i"
sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang
menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".2
Dakwah dilihat dari segi bahasa (etimologi) merupakan kata yang berasal dari
bahasa Arab yaitu da’a yad’u da’watan, yang berarti seruan, ajakan, panggilan,
undangan, dan do’a. Dalam arti proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan,
seruan, undangan, untuk mengikuti pesan tersebut. Selain itu karena dalam kegiatannya
ada proses penyampaian sering disebut juga tabligh, orangnya disebut mubaligh. Dalam
proses dakwah tersebut, orang yang mengajak disebut dai, dan orang yang diajak disebut
mad’u.
Sedangkan pengertian dakwah menurut istilah diantaranya dapat mengambil dari
surat An-Nahl (16), al-baqarah (208), al-maidah (67), al-ahzab (33), dan al-imran (104
dan 110), yaitu dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan Allah (sistem islam)
secara menyeluruh; baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar
(upaya) muslim mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi
(insan kamil), keluarga (khoiru usroh), masyarakat dalam semua segi kehidupan secara
menyeluruh sehingga terwujud khoirul ummah (masyarakat madani).
Kata dakwah berarti menyeru, atau mengajak manusia untuk melakukan
kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebaikan dan melarang perbuatan
yang munkar yang dilarang oleh Allah swt dan Rasul saw.
Syekh Ali Mahfuz murid Syekh Muhammad Abduh memberi batasan dakwah
sebagai:
”Membangkitkan kesadaran di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma’ruf
dan mencegah berbuat munkar, supaya mereka beroleh keberuntungan kebahagiaan di
dunia dan akhirat.”
Dakwah merupakan sunnah para nabi a.s mereka menyeru manusia kepada subul-
as-salam (jalan kebahagiaan), menunjukkan manusia kepada jalan yang lurus, sehingga

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
manusia menerima seruan Allah swt dan Rasul-Nya saw. Adapun hukum berdakwah
adalah wajib dan kewajiban ini tertaklif pada setiap muslim dan muslimat di setiap masa.
Terutamanya di zaman ini dakwah menjadi wajib, karena umat islam pada hari ini
terbelenggu kepada serangan, pengaruh serta intrik jahat yang anti agama Allah (orang-
rang kafir) yang bertujuan menyabut teras dakwah Islam dari jiwa umat Islam. Menyeru
kepada manusia kejalan Allah adalah satu kemuliaan besar kepada pendukung dakwah.
Firman Allah swt;
”siapakah yang lebih baik perbuatannya daripada orang yang menyeru kepada jalan
Allah swt, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri.” (al-fushilat:33)
Menyeru manusia ke jalan Allah menghasilkan pahala yang besar dan tidak
ternilai sebagaimana pengakuan Rasul saw:
”jika Allah swt memberi hidayah kepada seorang lelaki lantaran anda, itu lebih baik
bagimu daripada setiap apa yang disinari matahari” (H.R At Tabrani)
Firman Alloh :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-
hadid: 16)

2.2 Subjek Dakwah (Dai)


Kata Da’i berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang mengajak. Menurut
Istilah Da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau
tidak langsung, melalui lisan, tulisan, ataupun perbuatan kearah kondisi yang lebih baik
menurut ajaran Islam.3 Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia Da’i adalah
orang yang kerjanya berdakwah; pendakwah: melalui kegiatan dakwah ,
menyebarluaskan ajaran agama.4 Da’i dalam istilah lain disebut sebagai subjek dakwah,
3 Aliyudin;Dasar-dasar ilmu Dakwah; hlm 10
4 Kamus Besar Bahasa Indonesia; hlm 181
seorang Da’i harus memiliki keistiqomahan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
penyeru kepada jalan yang benar dengan cara-cara yang sesuai dengan Al-quran.
Da’i adalah serang pemandu bagi orang-orang yang ingin mendapat keselamatan
hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu seorang dai memiliki
kedudukan yang sangat penting di tengah-tengah masyarakat, dia menjadi figur bagi
masyarakat. Pada dasarnya seorang Da’i memiliki tugas yang pokok yaitu meneruskan
tugas rasul Muhammad saw, sebagai pewaris nabi yaitu menyampaikan ajaran Allah
seperti yang termuat dalam Al-Quran, dan juga menyampaikan ajaran Rasul saw (as-
sunnah).

2.3 Pesan Dakwah (Maudu)


Pesan atau materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus
disampaikan oleh Da’i kepada mad’u, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam
Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya. Secara umum pokok isi Al-Quran meliputi:
1. akidah
2. ibadah
3. muammalah
4. akhlak
5. sejarah
6. prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi, yaitu petunjuk-petunjuk singkat yang
memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan analisa dan
mempelajari isi alam dan perubahan-perubahannya.
7. lain-lain berupa anjuran-anjuran, janji-janji, ataupun ancaman5

2.4. Metode Dakwah (Uslub)


Di dalam al-Quran, ayat yang menyebut perkataan uslub sebenarnya tidak ada.
Apa yang ada ialah pemahaman yang boleh diambil sewaktu Allah swt berfirman
memerintah manusia menyeru ke jalan-Nya. Firman Allah swt yang bermaksud:
”serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan
nasihat pengajaran yang baik, dan berbahasalah dengan mereka (yang engkau serukan

5 Aliyudin; Dasar-dasar Ilmu Dakwah;hlm 14


itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih
mengetahui akan orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui
akan orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk”. (an-Nahl;125)
Apabila persoalan uslub didalam ayat tersebut diletakkan selepas daripada seruan
dakwah, ayat tersebut menunjukkan bahwa uslub adalah perkara ke dua. Perkara paling
utama adalah menyeru manusia terlebih dahulu, barulah berbincang mengenai uslub
dakwah.
Perkataan uslub secara jelas tidak disebut dalam Al-Quran, namun begitu
perkataan yang hampir sama dengan pengertian uslub telah disebutkan oleh Allah dalam
firman-Nya yang bermaksud:
”wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan carilah yang boleh
menyampaikan kepada-Nya (dengan mematuhi perintahnya dan menjauihi larangan-
Nya) dan berjuanglah pada jalan Allah (untuk menegakkan Islam) supaya kamu beroleh
kejayaan.” (Al-maidah:35)
Pengertian Metode dalam kamus besar bahasa indonesia adalah cara yang teratur
dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (di ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Di dalam buku Dasar-dasar Ilmu dakwah karangan Aliyudin, M.ag metetode
berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, merupakan gabungan dari kata meta yang
berarti melalui, mengikuti, sesudah, dan kata hodos berarti jalan, cara. Jadi metode
artinya suatu cara atau jalan termasuk strategi, pola yang ditempuh oleh seorang dai
dalam melaksanakan dakwah.
Pada prinsipnya metode dakwah berpijak pada dua aktivitas yaitu aktivitas bahasa
lisan/tulisan dan aktivitas badan. Aktivitas lisan dalam mennyampaikan pesan dapat
berupa metode ceramah, diskusi, dialog, petuah, nasehat, wasiat, ta’lim, peringatan, dan
lain-lain. Aktivitas tulisan berupa penyampaian pesan dakwah melalui berbagai media
massa cetak (buku, majalah, koran, pamflet, dan lain-lain). Aktivitas badan dalam
menyampaikan pesan dakwah dapat berupa berbagai aksi amal sholeh contohnya tolong-
menolong melalui materi, lingkungan, penataan organisasi atau lembaga-lembaga
keislaman.
Menurut jamaluddin kafie yang dikutip dari buku Dasar-dasar Ilmu Dakwah
(Aliyudin, M.ag) metode klasik yang masih tetap up-to-date adalah:
1. metode sembunyi-sembunyi, pendekatan kepada sanak keluarga terdekat
2. metode bilisan, bilqalam,bilhal
3. metode bilhikmah, mauidah hasanah, mujadalah bi alati hiya ahsan
4. metode tabsyr wa al-tandzir, amar ma’ruf nahi munkar, ta’awanu ala al-biri wa al-
taqwwa, wala ta’awanu ala al-ismi wa al-udwan, dalla ala al-khair, tawashau bi al-
haq wa al-sabr, tadzkirah.

2.5 Media Dakwah (Wasilah)


Media dakwah adalah instrument yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang
menghubungkan antara dai dan mad’u. Pada prinsipnya dakwah dalam tataran proses,
sama dengan komunikasi, maka media pengantar pesan pun sama. Media dakwah
berdasarkan jenis dan peralatan yang melengkapinya terdiri dari media tradisional
(gendang, rebana, bedug, siter, suling, wayang, dll), media modern (telephone, radio, tape
recorder, surat kabar, buku, majalah, brosur, poster, dan pamplet), dan perpaduan kedua
media tradisional dan modern (wayang, sandiwara yang bernuansa Islam dan ditayangkan
televisi).

2.6 Objek Dakwah (Mad’u)


Objek dakwah adalah manusia, mulai dari individu, keluarga, kelompok,
golongan, kaum, massa, dan umat manusia seluruhnya.
Manusia sebagai objek dakwah dapat digolongkan menurut kelasnya masing-masing
serta menurut lapangan kehidupannya.
2.7 Keutamaan Dakwah 6

Beberapa keutamaan dakwah adalah :

1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam)

Para Rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt. untuk
melakukan tugas utama mereka yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah
terletak pada disandarkannya amalan dakwah ini kepada manusia Rasulullah saw,
saudara-saudara beliau para nabi serta rasul – rasul lainnya.

“Katakanlah (Hai Muhammad): “Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku
berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf (12): 108).

Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah saw. dan para pengikut beliau adalah
jalan dakwah. Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw. ia harus terlibat
dalam dakwah sesuai kemampuannya masing-masing.

Tentang Nabi Nuh as. Allah mengisahkan kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam
menjalankan tugas berdakwah siang dan malam:

“Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru) kaumku
malam dan siang.” (Nuh (71): 5).

Tentang Nabi Ibrahim as. Allah mengisahkan dakwah yang beliau lakukan kepada ayah
dan ummatnya:

“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?” Mereka menjawab: “Kami menyembah

6 http://www.dakwatuna.com/2008/berdakwahlah-anda-akan-mulia/
berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”. Berkata Ibrahim: “Apakah
berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, Atau
dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?” Mereka
menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat
demikian”. Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu
kamu sembah. Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?. Karena sesungguhnya apa
yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang
telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia
memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku
(kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
(Asy-Syuara (26): 69-82).

Tentang Nabi Musa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam banyak ayat-ayat
Al-Quran, diantaranya:

“Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat
Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata:
“Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”. Maka tatkala dia
datang kepada mereka dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta
mereka mentertawakannya.” (Az-Zukhruf (43): 46-47).

Tentang Nabi Isa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam firman-Nya:

“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang
kepadamu dengan membawa hikmah[1] dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari
apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
(kepada) ku”. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah
Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf (43): 63-64).

Pintu kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup selama-lamanya, namun kita masih
dapat mewarisi pekerjaan dan tugas mulia mereka, sehingga kita berharap semoga Allah
swt. berkenan memuliakan kita.

2. Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik)

Dakwah adalah amal yang terbaik, karena da’wah memelihara amal Islami di
dalam pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah
amal da’wah, sehingga da’wah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan
penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka amal sholeh tidak akan
berlangsung.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru)
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?” (Fushilat (41): 33).

Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah swt menyeru
manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang
mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti
pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah untuk
mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan.” (Tafsir Ath-
Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, 21/468).

Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang terbaik? Sementara dakwah
adalah pekerjaan makhluk terbaik yakni para nabi dan rasul alaihimussalam.

Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran :

“Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia
naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan
amal shalih yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga
tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk
Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak
pantas kalimat seorang da’i kita sikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau
pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia
berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).

Dakwah memiliki keutamaan yang besar karena para da’i akan memperoleh balasan yang
besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri al-‘azhim).

Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt
menunjuki seseorang dengan (da’wah)mu maka itu lebih bagimu dari unta merah.” (HR.
Bukhari, Muslim & Ahmad).

Ibnu Hajar Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa: “Unta merah
adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.”

Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’i menyampaikan hidayah kepada
seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah swt. lebih besar dan lebih
baik dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan mewah miliknya.

Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan:

“Wahai Ali, sesungguhnya Allah swt menunjuki seseorang dengan usaha kedua
tanganmu, maka itu lebih bagimu dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya
(lebih baik dari dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt memberi banyak kebaikan, para
malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-
ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.”
(HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).

Berapakah jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa
besar kebaikan yang diperoleh oleh seorang da’i dengan doa mereka semua!

Imam Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga mengutip ucapan Fudhail bin
‘Iyadh yang mengatakan:

“Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai
orang besar (mulia) di kerajaan langit.”

Keagungan balasan bagi orang yang berdakwah tidak hanya pada besarnya balasan
untuknya tetapi juga karena terus menerusnya ganjaran itu mengalir kepadanya meskipun
ia telah wafat.

Perhatikan sabda Rasulullah saw. berikut ini:

“Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya
dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang
mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan
barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain,
maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi
mereka yang menirunya.” (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).
BAB III
TINJAUAN UMUM AKTIVITAS SERTA EFEKTIFITAS KEGIATAN DAKWAH
DI MASJID NURUL HUDA GG. SASAK WARU KELURAHAN KEBONLEGA
KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG

3.1 Identitas GG. SASAK WARU


Sejarah asal mula Gg. Sasak Waru Kel. Kebonlega Kec. Bojongloa Kidul Kota
Bandung, secara historis nama gang ini belum pernah diakui keberadaannya, pasalnya
jika diamati secara geografis, tata letak gang ini merupakan bantaran anak sungai citepus
yang melintasi jalan Soekarno-Hatta, sehingga jalan setapak yang berada di pinggiran
sungai ini sering dijadikan jalan warga yang akan menuju ke arah cibaduyut atau menuju
komplek pegawai serta LP Banceuy Soekarno Hatta, jika siang hari saja, pasalnya jika
waktu maghrib telah tiba tidak ada yang berani melintasinya karena begitu gelap dan
sunyi, mengingat di daerah tersebut hanya terdapat empat rumah warga saja.
Namun sekitar tahun 1995 keberadaan kawasan tersebut menjadi ramai setelah
beberapa tanah kosong di daerah tersebut dibeli oleh seorang bandar domba yang
bernama H. Iyon, jika ditinjau dari segi pengembangan masyarakat kedatangan H. Iyon
ke daerah tersebut nampaknya membawa perubahan yang cukup signifikan, pasalnya
setelah beliau membangun rumahnya, beberapa bulan kemudian diatas tanah sekitar 5
tumbak Masjid yang cukup sederhana pun dibangun. Walaupun hanya berdinding bilik,
Masjid tersebut atas dasar keprihatinan beliau melihat beberapa warga asli di sana yang
kurang begitu memahami tentang Islam. H. Iyon pun merasa bingung untuk menamakan
memberi nama masjid tersebut, hingga pada akhirnya sepakat dengan warga sekitar untuk
mengukuhkan nama masjid tersebut dengan ”Nurul Huda”. ”Nurul’ artinya cahaya dan
”Huda” artinya petunjuk.
Masjid pun digunakan untuk beribadah sehari-hari, seperti sholat berjamaah,
pengajian anak-anak, rapat warga terkecuali ibadah jum’at. Hal tersebut terjadi bukan
tanpa alasan, selain karena masalah jumlah penduduk yang hanya berjumlah tidak lebih
dari 20 orang ketua DKM Nurul Huda Ust. Toha, mempunyai pemahaman bahwa jamaah
pelaksanaan ibadah Jum’at minimal berjumlah 40 orang, maka di masjid itu tidak
dilaksanakan ibadah jum’at, tetapi setelah banyak warga yang berdatangan kegiatan
ibadah jum’at pun digelar, bahkan warga dari luar sekitar Masjid Nurul Huda seperti para
pegawai LP serta warga perkampungan blok haji Entang turut pula melakukan ibadah
jum’at di masjid tersebut, tidak hanya itu kelompok remaja maupun anak-anak dari
dalam maupun luar lingkungan Masjid mengikuti pengajian ba’da maghrib yang di
pimpin oleh Ust. Toha.
Secara administratif keberadaan warga yang berada di sekitar Masjid Nurul Huda
belum terdaftar sebagai penduduk, namun diakui letak geografisnya masih berada di
lingkungan RT 01 RW 09 Kel. Kebonlega Kec. Bojongloa kidul Bandung. Belum
terdaftarnya akibat dari terlalu luasya daerah kepengurusan yang dimiliki RW 09
sehingga kurang terperhatikan oleh para pengurus daerah setempat. Namun dikemudian
hari warga pun sepakat agar segera memberi nama daerah tersebut, hingga pada akhirnya
muncul nama Sasak Waru, nama ini diambil dari letak geografis gang tersebut, karena di
depan gang ini terdapat sebuah jembatan yang berdempetan dengan tangkal waru, maka
disebutlah daerah tersebut sasak waru.
Gang ini merupakan jalan hidup, sangat strategis keberadaannya untuk jalan
pintas dari jalan raya Soekarno-Hatta. Namun Populasi di gang sasak dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya pendatang yang menempati beberapa
lahan kosong, terutama banyak para pendatang memberanikan diri mendirikan bedeng di
atas sungai, kendati melanggar namun pihak kecamatan tifdak pernah memberikan sangsi
yang tegas dengan keadaan ini. Sasak Waru didominasi oleh etnis Sunda, yang berjumlah
276 orang (99,9%) dan etnis jawa sebanyak 1 orang sehingga seluruhnya jumlah
penduduk di desa ini adalah 277 orang. Etnis sunda yang berada di gang ini, pada
umunya berasal dari Garut, Tasikmalaya dan Kab. Bandung, sedangkan Orang jawa
tersebut datang dari cilacap untuk mencari nafkah sebagai tukang becak.
Di desa ini mayoritas penduduknya adalah pedagang (75%), buruh serabutan
15%, dan tukang becak 5% , sedangkan 5% lainnya berprofesi sebagai PNS dan kuli.
Adapun luas wilayah dari gang ini adalah 200 m2. Sekitar 100% penduduk gang ini
adalah pemeluk agama Islam, warga muslim ini umumnya berpedoman pada tata cara
beribadah Nahdatul Ulama (NU) Selain NU, terdapat pula yang berpedoman pada tata
cara beribadah ajaran PERSIS. Tapi yang menarik adalah penduduk asli gang ini sangat
awam terhadap Agama Islam, hal itu terlihat saat masjid ini didirikan aktualisasi
beribadah dari warga asli yang minoritas tampak kurang antusias.
Keberadaan Muslim di gang ini dipimpin oleh Ust. Toha kakanya H. Iyon
pendiri Masjid nurul Huda. sama halnya dengan H. Iyon, Ust. Toha berasal dari
Rajapolah Tasikmalaya, bermaksud pula mencari nafkah di Kota bandung. Namun
karena hatinya sudah tertambat di masjid, maka sehari-hari beliau lebih mencurahkan
waktunya untuk mengurus Masjid Nurul Huda. Upaya Ust. Toha mengajak masyarakat
untuk beribadah belum begitu diperhatikan secara serius, hal tersebut nampak jelas saat
sholat idul fitri yang pertama kalinya digelar. Masih banyak ditemui warga sekitar yang
berada dirumahnya bahkan tanpa rasa malu melintas mondar-mandir di sekitar tempat
pelaksanaan sholat idul fitri digelar, padahal jauh-jauh hari pada saat bulan Ramadhan
Ust. Toha menggembar-gemborkan tentang hikmah sholat sunnat idul fitri namun
sebagian besar penduduk tidak menggubrisnya, tidak hanya itu banyak ditemui pula
penduduk yang melalaikan sholat wajib, tidak berpuasa.
Seiring dengan berdirinya Masjid Nurul Huda, Ust. Toha tidak patah semangat
untuk berdakwah, namun tetap saja sebagian besar penduduk sekitar masih percaya
dengan mitos dan takhayul. Contohnya setiap malam jum’at sebagian masyarakat
membakar kemenyan dan membaca ”jangjawokan” dan menaburkan garam disekitar
rumah mereka. Mereka meyakini bahwa dengan melakukan ritual tersebut dapat
membawa keberkahan bagi rumah mereka.
Saat itu nampaknya strategi dakwah yang dilakukan oleh Ust. Toha lebih fokus ke
anak-anak, dengan tujuan masa depan mereka dari hal-hal yang dilarang agama. Dengan
pengajian rutin yang dilakukan Ust. Toha dengan didampingi oleh ketiga rekannya Ust.
Engkus, Ust. Jajang, dan Ust. Ujang mencoba menanamkan nilai-nilai keislaman, serta
akidah secara bertahap. Kendatipun hal tersebut dilakukan namun kerap kali
mendapatkan issue-issue negatif yang mengarah kepada ghibah di masyarakat, seperti
halnya dituduh mengganggu santri putri saat pengajian, menyalahgunakan uang
kencleng, hal tersebut terjadi beberapa kali.
Namun tanpa disadari beberapa tahun kemudian pola pikir masyarakat pun
berubah, karena yang dulunya santri anak-anak bimbingan Ust. Toha telah beranjak
dewasa, sehingga dari mulai perilaku mereka yang biasa berlaku tidak sopan, berkata-
kata yang kurang baik menjadi perilaku sesuai dengan tuntunan agama Islam, akhlak
yang tertanam dalam benak santri Ust. Toha ini tercermin di setiap pribadi santri,
terutama tentang pergaulan dan berbakti kepada orang tua, dengan perilaku islami yang
ditonjolkan, mampu merubah pemikiran para orang tua Santri dan tertarik untuk
mempelajari tentang Islam.
Dengan situasi lingkungan Islami yang kian lama menjadi kondusif, Ust. Toha
pun menggelar pengajian dewasa yang digelar setiap malam jum’at, jamah dewasa pun
berangsur bertambah walaupun pengajian yang disuguhkan hanya membaca surah Yasin
dan berdo’a bersama. Dengan pengajian rutin yang digelar setiap malam jum’at tersebut,
kapasitas jama’ah pun kian tidak tertampung, hal ini memberikan suatu motivasi bagi
masyarakat untuk merenovasi mesjid, masyarakat Sasak waru kian gemar bershodaqoh,
hingga pada akhirnya mampu memperindah infrastruktur masjid Nurul Huda, yang
semula hanya berdinding bilik kini berbeton dan berlantai keramik.
Dengan adanya perbaikan tampilan Masjid Nurul Huda, memberikan motivasi
kepada tiap warga gang lain yang melewati sasak waru, untuk mendirikan Masjid. Saat
ini di sekitar Sasak Waru terdapat 4 mesjid, yaitu ; masjid Al-Hikmah RT 04, Al-Miftah
di RT 06, Nurul Hidayah di RW 10, Al-Huda RW 10. Di masing-masing Mesjid tersebut
kini kian aktif diselenggarakan kegiatan keagamaan rutin harian maupun jika ada
peringatan hari besar. Terakadang masing – masing DKM masjid saling mengundang jika
ada ceramah umum atau Tabligh akbar.

3.2 Karakteristik dan Kondisi Mad’u Gang Sasak Waru

Karakteristik adalah suatu ciri khas yang dimiliki oleh seseorang/lembaga


organisasi yang sudah melekat padanya. Oleh karena itu, karakteristik warga di masa
datang hanya bisa di rencanakan, sulit untuk ditentukan, dengan adanya kemajuan
berbagai informasi yang demikian pesat pada dasawarsa terakhir ini telah membawa
kemajuan dan perubahan disegala bidang, namun tidak bisa dipungkiri pesat informasi
pula dapat berpengaruh negatif bagi satu komunitas pada masa yang akan datang.
Karakteristik dapat menjadikan pembeda antara sesuatu dengan sesuatu yang lainnya,
karakteristik pada manusia menunjukkan pembeda atau ciri terhadap manusia dengan
manusia yang lainnya.
Karakteristik ini dapat dilihat dari prilaku manusia yang menjadi watak, sifat dan
tingkah laku yang melekat pada manusia tersebut. Sedangkan kondisi merupakan salah
satu hal yang menunjukkan suatu keadaan yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup.
Kondisi mempunyai banyak ragam, kondisi yang baik, kondisi yang buruk, dan lain
sebagainya.
Adapun karakteristik dan kondisi Gang Sasak Waru adalah:
1. Mayoritasnya tingkat pendidikan warga Gang Sasak Waru sangat rendah, rata-
rata tingkat pendidikan akhir adalah Sekolah Dasar, sehingga mereka memiliki
wawasan yang kurang.
2. Di Gang Sasak Waru ini juga ada kecenderungan dikalangan masyarakat yang
sebagian besarnya enggan mempelajari Islam. Terutama penduduk asli mereka
mempelajari falsafah hidup atas dasar pemahaman dan tradisi orang tua mereka,
mereka menganggap untuk mempelajari Islam sangat sulit.
3. Mempunyai motivasi yang sangat rendah untuk mempelajari Islam, mengingat
puluhan tahun di gang tersebut tidak ada masjid.

3.3 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan dalam Berdakwah di Gang Sasak Waru
1. Faktor keberhasilan dakwah di Gang Sasak Waru
Dari pantauan dilapangan, ada beberapa faktor yang dapat dikatakan
sebagai faktor keberhasilan dakwah di Gang Sasak Waru , antara lain adalah
seorang da’i menyampaikan ajaran Islam dengan istiqomah pada generasi muda
dan anak-anak, mengingat generasi muda masa mencari jati diri sedangkan anak-
anak sangat mudah untuk dipengaruhi sehingga secara bertahap dapat menjadi
median dakwah bagi da’i, walaupun hanya dengan penekanan bakti kepada orang
tua dan lingkungan sekitar. Sehingga efektifitas dakwah berlangsung lamban
kepada mad’u dewasa, karena orang tua di gang sasak waru lebih menerima saat
anaknya beranjak dewasa saat menjadi pemuda atau pemudi yang sholeh yang
menjadi cerminan bagi orang tuanya, kita mengenal strategi dakwah yang
digunakan adalah Dakwah bilhaal.
Bagi lingkungan sekitar dakwah yang dilakukan secara konsisten oleh Ust.
Toha mampu mengkontrol hal-hal yang dilarang oleh agama, terlihat banyak
faktor keberhasilan para dai dalam melakukan kegiatan dakwahnya seperti halnya
pelaksanaan ibadah rutin, pengajian, renovasi masjid hingga mampu memberikan
motivasi lingkungan sekitar gang untuk mendirikan masjid.

2. Faktor kegagalan dakwah di Gang Sasak Waru


Beberapa faktor kegagalan da’i dalam melakukan kegiatan dakwah terhadap
mad’u, di lingkungan ini dapat diamati sebagai berikut :
a) Di Gang Sasak Waru ini da’i lebih cenderung mengajarkan
Islam beberapa bagian saja, Ust. Toha hanya mengajarkan
Akhlaq dan cara membaca Al-qur’an, sehingga wawasan
tentang Islam pun sangat sempit.
b) Sebagian dakwah terutama dikalangan remaja dan anak-anak
lebih banyak diberikan materi pengajian, tanpa diberikan cara
menyampaikannya. Keadaan ini menjadikan remaja tersebut
hanya dapat mengimplementasikan ajaran hanya untuk dirinya
pribadi bukan untuk orang lain, sehingga tidak terjadinya
regenerasi.
c) Masih kentalnya egoisme organisasi, sehingga da’i tidak mampu
mengakomodir organisasi islam lainnya. Jelas hal tersebut
mengakibatkan terkotak-kotaknya umat.
d) Timbulnya rasa memiliki yang tinggi pada diri DKM. Sehingga
hingga saat ini tidak ada pergantian kepengurusan, hal tersebut
mengakibatkan kepercayaan jam’ah berkurang, seiring dengan
hal ini jamaah pun berkurang.
e) Munculnya sifat futur pada diri da’i, Secara Etimologi arti futur
adalah : diam setelah giat dan lemah setelah semangat.
Sedangkan Secara Terminologis futur adalah sebuah kendala
yang menimpa para aktivis dakwah. Efek terburuknya berupa,
”inqitha” (terputusnya aktivitas) setelah istimrar (kontinu)
dilaksanakan. Sedangkan efek minimalnya adalah timbulnya
sikap acuh, berkembangnya rasa malas, berlambat-lambat dan
santai, dimana sikap tersebut datang setelah sikap giat bergerak.
Hal tersebut yang saat ini terjadi pula di Masjid Nurul Huda.

BAB IV
UPAYA UNTUK MENGATASI KEGAGALAN DAKWAH DAN UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS DAKWAH DI GANG SASAK WARU

4.1 Upaya untuk Mengatasi Kegagalan Dakwah GANG SASAK WARU

a. Dakwah Fardiyah
Berdakwah di gang Sasak waru hendakbnnya menggunakan pendekatan personal
yang disertai emotional approach atau pendekatan emosional, teknik penekatan yang
biasanya digunakan dalam pendekatan semacam ini biasanya bersifat icing (baca:
aising), yaitu seni menata dakwah dengan emotional appeal sedemikian rupa, sehingga
komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Bisa dianalogikan dengan kue yang baru
dikeluarkan dari panggangan yang ditata dengan lapisan gula warna-warni sehingga kue
yang tadinya tidak menarik menjadi indah dan memikat. Dalam hubungan ini Da’i
mempertaruhkan kepercayaan mad’u terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka
teknik ini berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara
“mengiming-imingi” mad’u dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan.7
Pada umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai senjata yang
ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa
secara langsung menyentuh perasaan mad’u. Baik dari orang terdekat atau orang yang
sama sekali baru dijumpai.
Metoda Emotional approach ini dalam kajian bidang dakwah terkait dengan
dakwah Fardiyah (berdakwah kepada perorangan) hal ini dapat menjadi pilihan utama

7 http://www.pjtv.co.id/technology/detail/0/3/technology-3.html
yang bisa dilakukan. Jika dakwah ini dilakukan Sedikitnya akan ada perubahan pada diri
mad’u, namun seorang da’i harus memiliki beberapa dasar yang pertama, kematangan
pemahaman atas ajaran Islam. Dengan kematangan pemahaman dan kelengkapan
wawasan Islam hingga terperinci, seseorang bisa memahami pada sisi mana peluang
dakwah itu bisa ditawarkan. Misalnya bila menghadapi seorang pedagang untuk
dijadikan objek dakwah, maka paling tidak jalan masuk yang bisa dijajaki adalah bicara
tentang sistem serta strategi berdagang sesuai dengan ekonomi Islam. Karena bagi
seorang pedagang, bila disampaikan bahwa Islam mengajarkan pula tentang berdagang
memberi ruang bagi peadagang bahwa pedagang mempunyai peran yang sangat penting
dalam penerapan ekonomi Islam ditengah masyarakat, tentu saja dengan dakwah yang
duilakukan pedagang akan merasa diakui keberadaannya di dalam ranah dakwah
tyersebut. Sedangkan bila seorang dai tidak punya wawasan yang luas dan mendalam atas
ajaran Islam, bisa saja da’i menyampaikan dakwah pembukanya menyinggung tentang
perdagangan yang tidak islami. Alhasil pedagang tersebut menghindar atau bahkan
memiliki kebencian terhadap da’i tersebut. Karena belum apa-apa sudah dilarang dan
dituding-tuding. Padahal ada sekian banyak ruang yang bisa ditempati buat sosok
pedagang di dalam ajaran Islam.
Kedua adalah kemampuan seorang da’i memahami latar belakang dan pola
berpikir objek dakwah. Baik yang sifatnya internal maupun eksternal. sehingga logika
dan paradigma inilah yang harus dipahami, bahkan bila perlu dikuasai untuk dijadikan
hujjah dalam dakwah, yang selanjutnya mencari bantahan – bantahan logis, mudah
dimengerti yang akan disampaikan untuk mengubah paradigma yang terjadi dilingkungan
Mad’u. Bisa jadi seseorang tidak bisa berubah hanya dengan dijejali dengan ayat dan
hadits. ayat dan hadits hanya efektif buat para ahli syariat yang sejak awal logika
berpikirnya adalah mencari dasar pijakan dari Al-Quran Al-Karim dan Sunnah.
Sementara bagi masyarakat Gang sasak waru masih awam dalam cara bepikir. Sehingga
meski ayat-ayat ancaman, bantahan serta perintah dibacakan, belum tentu bisa
menggerakkan hati mad’u. Namun kita tidak bisa pula memvonis mereka sebagai kufur
terhadap kitab dan sunnah. Karena pada dasarnya seseorang bisa berubah itu karena
turunnya hidayah adari Alloh. Petunjuk Allah dalam Al Quran pun sudah amat jelas,
antara lain: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al Qashash ( 28 ) :
56) Dalam surah lain, ditegaskan “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat
yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang paling baik dan ramah.
Sungguh Tuhanmu, Ia lah yang lebih mengetahui.” (An-Nahl ( 16 ) : 125 ).
Ketiga adalah metode dakwah yang ramah, Alloh berfirman : “Disebabkan
rahmat dari Allahlah kamu bisa bersikap ramah terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (Ali Imran 159). Dari ayat tadi
jelaslah bahwa penyampaian yang kita lakukan harus baik dan tidak terkesan ambisius.
Jangan sampai dalam berdakwah fardiyah itu, objek dakwah atau mad’u langsung merasa
akan dipojokan. Namun bangunlah keakraban, kedekatan dan persahabatan yang tulus
dengan objek dakwah. Nabi SAW adalah orang yang paling lembut dalam membimbing
manusia. Beliau tidak pernah marah atas kelemahan orang lain. Orang-orang yang selalu
berdekatan dengan Rasulullah SAW hampir tidak mau berpisah setiap saat. Mereka siap
untuk mendampingi beliau dimana pun. Akibat dari kelembutan itulah, para sahabat
berani dan rela menjadi pendamping beliau walaupun nyawa taruhannya. Membangun
simpati. menuntun manusia ke jalan Allah SWT merupakan amaliyah yang cukup pelik.
Namun suatu amaliyah yang mahal ketika seorang da’i sukses melakukan dakwah
fardiyyah, hal ini akan terbukti efektif. Da’i yang lemah lembut akan selalu didatangi
oleh orang lain walaupun tempatnya jauh. Sedangkan, Da’i yang kasar tidak akan
didekati oleh orang lain walaupun tempat tinggalnya dekat. Seorang dai yang tidak
mampu bersikap ramah, hampir bisa dipastikan dia juga tidak akan mampu menarik
minat orang untuk mendengarkan ceramahnya. Seorang bisa berbisnis, juga dituntut
untuk mampu bersikap ramah. Pendeknya sikap ini diperlukan dalam seluruh aktivitas.
Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya melalui dakwah
fardiyah. Banyak pengalaman orang lain dalam merekrut orang melalui dakwah fardiyah.
b. Dakwah Bil Hal
Dakwah ibarat lentera kehidupan, yang memberikan cahaya dan menerangi jalan
kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang benderang, dari keserakahan
menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian yang cukup terpenting bagi umat saat
ini. Tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi,
kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan, kecurangan dan sederet tindakan-
tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan,
atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.
Muhammad Natsir dalam bukunya Fiqhud Dakwah mengatakan bahwa ada tiga
metode dakwah yang relevan disampaikan ditengah masyarakat yakni dakwah bi al-
lisan, bi al-kalam, dan yang terakhir bil hal8 Dalam prakteknya dewasa ini, baru dakwah
bi al-lisan yang sering dilakukan. Sementara dakwah bi al-kalam dan bi al-hal masih
jauh dari harapan. Kendati demikian, dewasa ini banyak organisasi/lembaga dakwah
Islam mengambil peran dalam program dakwah bi al-hal seperti Muhammadiyah. Hal ini
bisa dilihat pada produk-produk yang dikembangkan oleh Muhammadiyah sebagai
konsekuensi dakwahnya seperti sekolah, madrasah, panti asuhan, yatim, koperasi dan
sebagainya. Dari dakwah model Muhammadiyah tersebut kita dapat melihat bahwa
dakwah tidak hanya dengan cara penyampaian secara lisan, tetapi juga dengan
keteladanan dengan perbuatan nyata.

Kalau kita menelaah kembali sejarah Muhammad SAW dalam menyampaikan


dakwahnya, beliau tidak hanya bertabligh, mengajar, atau mendidik dan membimbing,
tetapi juga sebagai uswatun hasanah. Ia juga memberikan contoh dalam pelaksanaanya,
sangat memperhatikan dan memberikan arahan terhadap kehidupan sosial, ekonomi
seperti pertanian, peternakan, perdagangan dan sebagainya.9 Hal ini pula menjadi suatu
jawaban untu pertanyaan mengapa Rasululloh diceritakan memiliki beberapa profesi di
tengah masyarakat.

4.2 Upaya untuk Meningkatkan Kualitas Dakwah di Gang Sasak Waru


Upaya untuk meningkatkan kualitas dakwah di Gang Sasak Waru. Upaya ini
dilakukan untuk menarik simpati mad’u agar hatinya bisa ditembus dan siap menerima
dakwah yang disampaikan. Bimbingan secara perasonal yang dilakukan oleh da’i harus
dilakukan secara intens sehingga mad’u kenal dekat dengan da’i, dari sanalah materi
dakwah akan diterima menjadi sebuah kebutuhan bukan menjadi sebagai pelengkap
identitas keislaman dalam suatu daerah. Adapun hal yang harus dilakukan adalah :
1. Adanya badan atau kelompok orang yang terorganisasi, walaupun kecil dan
sederhana. Yang dilakukan Ust. Toha di Mesjid DKM hanyalah suatu organisasi
kecil, itupun masih lemah dalam tata organisasi secara administratif.
2. Adanya tenaga potensial, terdiri dari beberapa orang dengan pembagian tugas
sesuai kemampuan masing-masing seperti: tenaga pengelola/koordinator tenaga
pelaksana di lapangan, tenaga yang berpengetahuan akademis, dan penambahan
tenaga mubaligh atau guru agama, dan yang terakhir tetapi sangat penting ialah
tenaga penghimpun dana. Yang dilakukan Ust. Toha selama ini semua bidang
8 M. Natsir, Fiqhudda’wah
9 Ibid…hal.226
dikerjakan sendiri tanpa memperhatikan potensi yang dimiliki oleh masyarakat
sekitar. Sehingga ketika ada suatu permasalahan Ust. Toha lemah karena
di”handle” sendiri.
3. Mengembangkan dana dan sarana-sarana yang diperlukan, seperti mendirikan
BMT, Optimalisasi dana zakat infaq dan sodaqoh.
4. Adanya rancangan program walaupun sederhana, yang disusun berdasarkan data-
data tentang sasaran yang dituju dan sebagainya, selama ini DKM Mesjid
melaksanakannya tanpa terencana yang pada akhirnya dakwah tidak terarah dan
tidak efektif.
5. Adanya pendekatan terlebih dahulu dengan mad’u di dalam maupun di dalam
mesjid, membina hubungan baik pula dengan instansi-instansi dan orang orang
yang terkait. Seperti halnya seksi keagamaan di lingkungan RW, MUI kel dan
kecamatan.

Setelah hal tersebut dipersiapkan dengan matang, maka operasional dakwah pun akan
berjalan dengan lancar. Setelah tiap-tiap langkah yang dilakukan, perlu diadakan
evaluasi, dalam rangka menyusun untuk langkah-langkah berikutnya yang lebih baik.
Dalam membina dan membimbing masyarakat, harus digunakan pula umpan umpan itu
sendiri adalah perilaku nyata seorang da’i maka, masyarakat pun akan menuruti apa yang
digagas oleh seorang da’i.

BAB V
PENUTUP
SIMPULAN

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan dakwah di Gang
Sasak Waru belum efektif secara komprehensif, hal tersebut telihat pada alur dakwah
yang terjadi bersifat fluktuatif, akhirnya mad’u kurang mengaplikasikan pada kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu seorang da’i dalam menghadapi mad’u, setiap gerakan
dakwah perlu merumuskan perencanaan dakwah yang muatan misinya tetap sesuai
dengan ajaran Islam yang dipesankan al-Qur’an dan al-Sunnah, namun orientasi
programnya perlu perlu berdasarkan data empirik dari potensi, masalah, kebutuhan, dan
tantangan yang dihadapi masyarakat. Program dan kegiatan dakwah bagi masyarakat
peerkotaan harus dirumuskan secara lebih bervariasi dan lebih kongkrit berdasarkan
kebutuhan, permasalahan, dan tuntutan konkrit masyarakat dakwah setempat
DAFTAR PUSTAKA

Aliyudin. Dasar-dasar Ilmu dakwah. 2007. Bandung: fakultas dakwah UIN


SGD Bandung

Kusnawan, Aep. Ilmu dakwah. 2004. Bandung: Pustaka Bani Quraisy

M. Natsir, Fiqhudda’wah

Ibid
http://www.cyberdakwah.net
http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://dakwatuna.com

You might also like