Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
ANDRI HARDIANSYAH
206400103
KPI/ II/ A
http://www.andrihardiansyah.blogspot.com/
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................4
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................................5
1.3 Metodologi Penelitian..........................................................................................5
1.4 Sistematika penelitian..........................................................................................5
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN.........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Mudah-mudahan dengan penelitian ini bisa menjadi salah satu sajian alternatif
untuk menyusur keadaan mad’u yang akan dihadapi, serta beberapa cara mengatasi
kegagalan dakwah dan untuk meningkatkan kualitas dakwah seorang da’i. Kendati pun
kini aktifitas dakwah di mesjid Nurul Huda yang saya analisa mengalami penurunan
kualitas dakwah. Penelitian ini saya susun berdasarkan observasi langsung dengan jangka
waktu yang berkala, penelitian ini saya gabungkan pula dengan beberapa catatan dakwah
saat menjadi aktivis dakwah di tempat saya tinggal dulu, sedangkan untuk kerangka
penelitian yang saya lakukan berkaca kepada penelitian rekan saya Ade Susilawati.
Diharapkan dengan rampungnya laporan penelitian ini dapat menjadi salah satu syarat
untuk memenuhi perbaikan nilai ujian akhir mata kuliah Sejarah Dakwah.
b. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan peneliatan ini dapat menjadi panduan dasar bagi seorang da’i
untuk mengetahui dengan sistematis mengenai upaya da’i dalam setiap melakukan
kegiatan dakwah, sehingga seorang da’i dapat mengimplementasikan setiap metode
dakwah yang dimilikinya dilingkungan masyarakat, dengan tanpa adanya penolakan dari
mad’u yang dihadapinya, dengan harapan yang lebih jauh mad’u dapat
mengimplementasikan maudu’ (pesan dakwah) dalam kehidupannya sehari-hari.
Bab I: merupakan pendahuluan yang menjelaskan, Latar Belakang, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Metodologi Penelitian, sistematika Penulisan;
Bab II: Dalam bab ini di bahas tentang Komponen Unsur-unsur Dakwah yang meliputi;
Pengertian Dakwah, Subjek Dakwah (dai), Pesan Dakwah (Maudu), Metode Dakwah
(Uslub), Media Dakwah (Wasilah), Objek Dakwah (Mad’u)
Bab III: Dalam Bab ini dibahas tentang Tinjauan Umum Gg. Sasak Waru Kelurahan
Kebon lega Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung, serta mengenai faktor
Keberhasilan dan Kegagalan dalam Kegiatan Dakwah di lingkungan tersebut. Yang
meliputi; Identitas Gg. Sasak Waru, Karakteristik dan Kondisi Mad’u Gg. Sasak Waru,
Faktor Keberhasilan dan Kegagalan dalam Berdakwah di Mesjid Nurul Huda.
Bab IV: Upaya untuk Mengatasi Kegagalan Dakwah dan untuk Meningkatkan Kualitas
Dakwah di Masjid Nurul Huda Gg. Sasak Waru Kelurahan Kebon lega Kecamatan
Bojongloa Kidul Kota Bandung.. Yang meliputi; penawaran solusi untuk untuk
meningkatkan kualitas dakwah di kawasan tersebut.
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
manusia menerima seruan Allah swt dan Rasul-Nya saw. Adapun hukum berdakwah
adalah wajib dan kewajiban ini tertaklif pada setiap muslim dan muslimat di setiap masa.
Terutamanya di zaman ini dakwah menjadi wajib, karena umat islam pada hari ini
terbelenggu kepada serangan, pengaruh serta intrik jahat yang anti agama Allah (orang-
rang kafir) yang bertujuan menyabut teras dakwah Islam dari jiwa umat Islam. Menyeru
kepada manusia kejalan Allah adalah satu kemuliaan besar kepada pendukung dakwah.
Firman Allah swt;
”siapakah yang lebih baik perbuatannya daripada orang yang menyeru kepada jalan
Allah swt, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri.” (al-fushilat:33)
Menyeru manusia ke jalan Allah menghasilkan pahala yang besar dan tidak
ternilai sebagaimana pengakuan Rasul saw:
”jika Allah swt memberi hidayah kepada seorang lelaki lantaran anda, itu lebih baik
bagimu daripada setiap apa yang disinari matahari” (H.R At Tabrani)
Firman Alloh :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan
janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-
hadid: 16)
Para Rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt. untuk
melakukan tugas utama mereka yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan dakwah
terletak pada disandarkannya amalan dakwah ini kepada manusia Rasulullah saw,
saudara-saudara beliau para nabi serta rasul – rasul lainnya.
“Katakanlah (Hai Muhammad): “Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku
berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (Yusuf (12): 108).
Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah saw. dan para pengikut beliau adalah
jalan dakwah. Maka barangsiapa mengaku menjadi pengikut beliau saw. ia harus terlibat
dalam dakwah sesuai kemampuannya masing-masing.
Tentang Nabi Nuh as. Allah mengisahkan kesibukan beliau yang tak kenal henti dalam
menjalankan tugas berdakwah siang dan malam:
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru) kaumku
malam dan siang.” (Nuh (71): 5).
Tentang Nabi Ibrahim as. Allah mengisahkan dakwah yang beliau lakukan kepada ayah
dan ummatnya:
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?” Mereka menjawab: “Kami menyembah
6 http://www.dakwatuna.com/2008/berdakwahlah-anda-akan-mulia/
berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”. Berkata Ibrahim: “Apakah
berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, Atau
dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?” Mereka
menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat
demikian”. Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu
kamu sembah. Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?. Karena sesungguhnya apa
yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang
telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia
memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku
(kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
(Asy-Syuara (26): 69-82).
Tentang Nabi Musa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam banyak ayat-ayat
Al-Quran, diantaranya:
“Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat
Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata:
“Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”. Maka tatkala dia
datang kepada mereka dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta
mereka mentertawakannya.” (Az-Zukhruf (43): 46-47).
Tentang Nabi Isa as, Allah swt mengisahkan dakwah beliau dalam firman-Nya:
“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang
kepadamu dengan membawa hikmah[1] dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari
apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
(kepada) ku”. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah
Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf (43): 63-64).
Pintu kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup selama-lamanya, namun kita masih
dapat mewarisi pekerjaan dan tugas mulia mereka, sehingga kita berharap semoga Allah
swt. berkenan memuliakan kita.
Dakwah adalah amal yang terbaik, karena da’wah memelihara amal Islami di
dalam pribadi dan masyarakat. Membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah
amal da’wah, sehingga da’wah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan
penting di dalam menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka amal sholeh tidak akan
berlangsung.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah (menyeru)
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?” (Fushilat (41): 33).
Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: Allah swt menyeru
manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang
mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti
pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah (mengajak) hamba-hamba Allah untuk
mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan.” (Tafsir Ath-
Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wil Al-Quran, 21/468).
Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang terbaik? Sementara dakwah
adalah pekerjaan makhluk terbaik yakni para nabi dan rasul alaihimussalam.
“Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia
naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan
amal shalih yang membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga
tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk
Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak
pantas kalimat seorang da’i kita sikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau
pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia
berada dalam kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).
Dakwah memiliki keutamaan yang besar karena para da’i akan memperoleh balasan yang
besar dan berlipat ganda (al-hushulu ‘ala al-ajri al-‘azhim).
Sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt
menunjuki seseorang dengan (da’wah)mu maka itu lebih bagimu dari unta merah.” (HR.
Bukhari, Muslim & Ahmad).
Ibnu Hajar Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa: “Unta merah
adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.”
Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang da’i menyampaikan hidayah kepada
seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah swt. lebih besar dan lebih
baik dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan mewah miliknya.
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah swt menunjuki seseorang dengan usaha kedua
tanganmu, maka itu lebih bagimu dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya
(lebih baik dari dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt memberi banyak kebaikan, para
malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-
ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.”
(HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
Berapakah jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa
besar kebaikan yang diperoleh oleh seorang da’i dengan doa mereka semua!
Imam Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga mengutip ucapan Fudhail bin
‘Iyadh yang mengatakan:
“Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai
orang besar (mulia) di kerajaan langit.”
Keagungan balasan bagi orang yang berdakwah tidak hanya pada besarnya balasan
untuknya tetapi juga karena terus menerusnya ganjaran itu mengalir kepadanya meskipun
ia telah wafat.
“Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya
dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang
mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan
barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain,
maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi
mereka yang menirunya.” (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).
BAB III
TINJAUAN UMUM AKTIVITAS SERTA EFEKTIFITAS KEGIATAN DAKWAH
DI MASJID NURUL HUDA GG. SASAK WARU KELURAHAN KEBONLEGA
KECAMATAN BOJONGLOA KIDUL KOTA BANDUNG
3.3 Faktor Keberhasilan dan Kegagalan dalam Berdakwah di Gang Sasak Waru
1. Faktor keberhasilan dakwah di Gang Sasak Waru
Dari pantauan dilapangan, ada beberapa faktor yang dapat dikatakan
sebagai faktor keberhasilan dakwah di Gang Sasak Waru , antara lain adalah
seorang da’i menyampaikan ajaran Islam dengan istiqomah pada generasi muda
dan anak-anak, mengingat generasi muda masa mencari jati diri sedangkan anak-
anak sangat mudah untuk dipengaruhi sehingga secara bertahap dapat menjadi
median dakwah bagi da’i, walaupun hanya dengan penekanan bakti kepada orang
tua dan lingkungan sekitar. Sehingga efektifitas dakwah berlangsung lamban
kepada mad’u dewasa, karena orang tua di gang sasak waru lebih menerima saat
anaknya beranjak dewasa saat menjadi pemuda atau pemudi yang sholeh yang
menjadi cerminan bagi orang tuanya, kita mengenal strategi dakwah yang
digunakan adalah Dakwah bilhaal.
Bagi lingkungan sekitar dakwah yang dilakukan secara konsisten oleh Ust.
Toha mampu mengkontrol hal-hal yang dilarang oleh agama, terlihat banyak
faktor keberhasilan para dai dalam melakukan kegiatan dakwahnya seperti halnya
pelaksanaan ibadah rutin, pengajian, renovasi masjid hingga mampu memberikan
motivasi lingkungan sekitar gang untuk mendirikan masjid.
BAB IV
UPAYA UNTUK MENGATASI KEGAGALAN DAKWAH DAN UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS DAKWAH DI GANG SASAK WARU
a. Dakwah Fardiyah
Berdakwah di gang Sasak waru hendakbnnya menggunakan pendekatan personal
yang disertai emotional approach atau pendekatan emosional, teknik penekatan yang
biasanya digunakan dalam pendekatan semacam ini biasanya bersifat icing (baca:
aising), yaitu seni menata dakwah dengan emotional appeal sedemikian rupa, sehingga
komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Bisa dianalogikan dengan kue yang baru
dikeluarkan dari panggangan yang ditata dengan lapisan gula warna-warni sehingga kue
yang tadinya tidak menarik menjadi indah dan memikat. Dalam hubungan ini Da’i
mempertaruhkan kepercayaan mad’u terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka
teknik ini berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara
“mengiming-imingi” mad’u dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan.7
Pada umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai senjata yang
ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa
secara langsung menyentuh perasaan mad’u. Baik dari orang terdekat atau orang yang
sama sekali baru dijumpai.
Metoda Emotional approach ini dalam kajian bidang dakwah terkait dengan
dakwah Fardiyah (berdakwah kepada perorangan) hal ini dapat menjadi pilihan utama
7 http://www.pjtv.co.id/technology/detail/0/3/technology-3.html
yang bisa dilakukan. Jika dakwah ini dilakukan Sedikitnya akan ada perubahan pada diri
mad’u, namun seorang da’i harus memiliki beberapa dasar yang pertama, kematangan
pemahaman atas ajaran Islam. Dengan kematangan pemahaman dan kelengkapan
wawasan Islam hingga terperinci, seseorang bisa memahami pada sisi mana peluang
dakwah itu bisa ditawarkan. Misalnya bila menghadapi seorang pedagang untuk
dijadikan objek dakwah, maka paling tidak jalan masuk yang bisa dijajaki adalah bicara
tentang sistem serta strategi berdagang sesuai dengan ekonomi Islam. Karena bagi
seorang pedagang, bila disampaikan bahwa Islam mengajarkan pula tentang berdagang
memberi ruang bagi peadagang bahwa pedagang mempunyai peran yang sangat penting
dalam penerapan ekonomi Islam ditengah masyarakat, tentu saja dengan dakwah yang
duilakukan pedagang akan merasa diakui keberadaannya di dalam ranah dakwah
tyersebut. Sedangkan bila seorang dai tidak punya wawasan yang luas dan mendalam atas
ajaran Islam, bisa saja da’i menyampaikan dakwah pembukanya menyinggung tentang
perdagangan yang tidak islami. Alhasil pedagang tersebut menghindar atau bahkan
memiliki kebencian terhadap da’i tersebut. Karena belum apa-apa sudah dilarang dan
dituding-tuding. Padahal ada sekian banyak ruang yang bisa ditempati buat sosok
pedagang di dalam ajaran Islam.
Kedua adalah kemampuan seorang da’i memahami latar belakang dan pola
berpikir objek dakwah. Baik yang sifatnya internal maupun eksternal. sehingga logika
dan paradigma inilah yang harus dipahami, bahkan bila perlu dikuasai untuk dijadikan
hujjah dalam dakwah, yang selanjutnya mencari bantahan – bantahan logis, mudah
dimengerti yang akan disampaikan untuk mengubah paradigma yang terjadi dilingkungan
Mad’u. Bisa jadi seseorang tidak bisa berubah hanya dengan dijejali dengan ayat dan
hadits. ayat dan hadits hanya efektif buat para ahli syariat yang sejak awal logika
berpikirnya adalah mencari dasar pijakan dari Al-Quran Al-Karim dan Sunnah.
Sementara bagi masyarakat Gang sasak waru masih awam dalam cara bepikir. Sehingga
meski ayat-ayat ancaman, bantahan serta perintah dibacakan, belum tentu bisa
menggerakkan hati mad’u. Namun kita tidak bisa pula memvonis mereka sebagai kufur
terhadap kitab dan sunnah. Karena pada dasarnya seseorang bisa berubah itu karena
turunnya hidayah adari Alloh. Petunjuk Allah dalam Al Quran pun sudah amat jelas,
antara lain: “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al Qashash ( 28 ) :
56) Dalam surah lain, ditegaskan “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat
yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang paling baik dan ramah.
Sungguh Tuhanmu, Ia lah yang lebih mengetahui.” (An-Nahl ( 16 ) : 125 ).
Ketiga adalah metode dakwah yang ramah, Alloh berfirman : “Disebabkan
rahmat dari Allahlah kamu bisa bersikap ramah terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (Ali Imran 159). Dari ayat tadi
jelaslah bahwa penyampaian yang kita lakukan harus baik dan tidak terkesan ambisius.
Jangan sampai dalam berdakwah fardiyah itu, objek dakwah atau mad’u langsung merasa
akan dipojokan. Namun bangunlah keakraban, kedekatan dan persahabatan yang tulus
dengan objek dakwah. Nabi SAW adalah orang yang paling lembut dalam membimbing
manusia. Beliau tidak pernah marah atas kelemahan orang lain. Orang-orang yang selalu
berdekatan dengan Rasulullah SAW hampir tidak mau berpisah setiap saat. Mereka siap
untuk mendampingi beliau dimana pun. Akibat dari kelembutan itulah, para sahabat
berani dan rela menjadi pendamping beliau walaupun nyawa taruhannya. Membangun
simpati. menuntun manusia ke jalan Allah SWT merupakan amaliyah yang cukup pelik.
Namun suatu amaliyah yang mahal ketika seorang da’i sukses melakukan dakwah
fardiyyah, hal ini akan terbukti efektif. Da’i yang lemah lembut akan selalu didatangi
oleh orang lain walaupun tempatnya jauh. Sedangkan, Da’i yang kasar tidak akan
didekati oleh orang lain walaupun tempat tinggalnya dekat. Seorang dai yang tidak
mampu bersikap ramah, hampir bisa dipastikan dia juga tidak akan mampu menarik
minat orang untuk mendengarkan ceramahnya. Seorang bisa berbisnis, juga dituntut
untuk mampu bersikap ramah. Pendeknya sikap ini diperlukan dalam seluruh aktivitas.
Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya melalui dakwah
fardiyah. Banyak pengalaman orang lain dalam merekrut orang melalui dakwah fardiyah.
b. Dakwah Bil Hal
Dakwah ibarat lentera kehidupan, yang memberikan cahaya dan menerangi jalan
kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang benderang, dari keserakahan
menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian yang cukup terpenting bagi umat saat
ini. Tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi,
kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan, kecurangan dan sederet tindakan-
tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan,
atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.
Muhammad Natsir dalam bukunya Fiqhud Dakwah mengatakan bahwa ada tiga
metode dakwah yang relevan disampaikan ditengah masyarakat yakni dakwah bi al-
lisan, bi al-kalam, dan yang terakhir bil hal8 Dalam prakteknya dewasa ini, baru dakwah
bi al-lisan yang sering dilakukan. Sementara dakwah bi al-kalam dan bi al-hal masih
jauh dari harapan. Kendati demikian, dewasa ini banyak organisasi/lembaga dakwah
Islam mengambil peran dalam program dakwah bi al-hal seperti Muhammadiyah. Hal ini
bisa dilihat pada produk-produk yang dikembangkan oleh Muhammadiyah sebagai
konsekuensi dakwahnya seperti sekolah, madrasah, panti asuhan, yatim, koperasi dan
sebagainya. Dari dakwah model Muhammadiyah tersebut kita dapat melihat bahwa
dakwah tidak hanya dengan cara penyampaian secara lisan, tetapi juga dengan
keteladanan dengan perbuatan nyata.
Setelah hal tersebut dipersiapkan dengan matang, maka operasional dakwah pun akan
berjalan dengan lancar. Setelah tiap-tiap langkah yang dilakukan, perlu diadakan
evaluasi, dalam rangka menyusun untuk langkah-langkah berikutnya yang lebih baik.
Dalam membina dan membimbing masyarakat, harus digunakan pula umpan umpan itu
sendiri adalah perilaku nyata seorang da’i maka, masyarakat pun akan menuruti apa yang
digagas oleh seorang da’i.
BAB V
PENUTUP
SIMPULAN
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan dakwah di Gang
Sasak Waru belum efektif secara komprehensif, hal tersebut telihat pada alur dakwah
yang terjadi bersifat fluktuatif, akhirnya mad’u kurang mengaplikasikan pada kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu seorang da’i dalam menghadapi mad’u, setiap gerakan
dakwah perlu merumuskan perencanaan dakwah yang muatan misinya tetap sesuai
dengan ajaran Islam yang dipesankan al-Qur’an dan al-Sunnah, namun orientasi
programnya perlu perlu berdasarkan data empirik dari potensi, masalah, kebutuhan, dan
tantangan yang dihadapi masyarakat. Program dan kegiatan dakwah bagi masyarakat
peerkotaan harus dirumuskan secara lebih bervariasi dan lebih kongkrit berdasarkan
kebutuhan, permasalahan, dan tuntutan konkrit masyarakat dakwah setempat
DAFTAR PUSTAKA
M. Natsir, Fiqhudda’wah
Ibid
http://www.cyberdakwah.net
http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://dakwatuna.com