You are on page 1of 4

Isolasi Bakteri Acetobacter xylinum pada media cair fermentasi Nata de Coco

TUJUAN Mengetahui cara mengisolasi bakteri Acetobacterium xylinum dari media cair fermentasi Nata de Coco. PEMBAHASAN Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Nata berasal dari bahasa spanyol yang artinya terapung. Ini sesuai dengan sifatnya yaitu sejak diamati dari proses awal terbentuknya nata merupakan suatu lapisan tipis yang terapung pada permukaan yang semakin lama akan semakin tebal. Pada prinsipnya untuk menghasilkan nata de coco yang bermutu baik, maka perlu disediakan media yang dapat mendukung aktivitas Acetobacter xylinum untuk memproduksi selulosa ekstraseluler atau yang kemudian di sebut nata de coco. (Saputra, 2009) Fermentasi bahan pangan adalah sebegai hasil kegiatan beberapa jenis mikroorganisme diantara beribu-ribu jenis bakteri, khamir, dan kapang yang telah dikenal. Dari organisme-organisme yang memfermentasi bahan pangan yang paling penting adalah bakteri pembentuk asam laktat, bakteri pembentuk asam asetat dan beberapa jenis khamir penghasil alcohol. Bakteri yang termasuk bakteri pembentuk asam asetat adalah Acetobacter xylinum, bakteri ini berbentuk batang dan gram negatif (Buckle, 1985). Acetobacter Xylinum merupakan bakteri gram negative, aerobik berbentuk batang pendek, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bisa membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat nonmotil. Sebuah sel tunggal A. xylinum mampu polimerisasi molekul glukosa 200 000 per detik ke -1 ,4-glukan rantai yang kemudian diekskresikan ke dalam membentuk sekitar menengah pita seperti bundle mikrofibril. Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum ose. (Saxena, dkk. 1995) Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang dominant mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen.

Tahapan pembuatan nata adalah: Air kelapa yang telah dibersihkan dari kotoran ditambah gula pasir 2,5% dan amonium sulfat 0,5% kemudian direbus. Setelah perrebusan ditambahkan asam asetat 99,8% sebanyak 0,75% untuk menurunkan pH agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Setelah medium dingin ditambahkan starter nata (Acetobacter xylinum) dan diinkubasi selama 1 minggu pada suhu kamar. Nata yang terbentuk kemudian dipanen dan lembaran direndam dalam air segar untuk menghilangkan lendir dan asam kemduian dilakukan pemotongan dan pencucian kembali hingga asam hilang. Nata yang telah bersih kemudian diberi sirup ntuk dikemas atau untuk konsumsi yang lain. Proses terbentuknya nata adalah sebagai berikut: sel-sel Acetobacter xylinum mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel, kemudian keluar bersama-sama enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel. Prekursor dari polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa. Pembentukan prekursor ini distimulir oleh adanya katalisator seperti Ca2+, Mg2+. Prekursor ini kemudian mengalami polimerisasi dan berikatan dengan aseptor membentuk selulosa. Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan nama Acetobacter xylinum. Dalam kehidupan jasad renik, bakteri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu bakteri yang membahayakan, bakteri yang merugikan dan bekteri yang menguntungkan. Adapun yang termasuk dalam kelompok bakteri yang membahayakan antara lain adalah bakteri yang menghasilkan racun atau menyebabkan infeksi, sedangkan ternasuk dalam kelompok bakteri yang merugikan adalah bakteri pembusuk makanan. Sementara yang termasuk dalam kelompok bakteri yang menguntungkan adalah jenis bakteri yang dapat dimanfaatkan oleh manusia hingga menghasilkan produk yang berguna. Acetobacter xylinum merupakan salah satu contoh bakteri yang menguntungkan bagi manusia seperti halnya bakteri asam laktat pembentuk yoghurt, asinan dan lainnya. Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. Sumber karbon merupakan faktor penting dalam proses fermentasi. Bakteri untuk menghasilkan nata membutuhkan sumber karbon bagi proses metabolismenya. Glukosa akan masuk ke dalam sel dan digunakan bagi penyediaan energi yang dibutuhkan dalam perkembangbiakannya. Fruktosa yang ada akan disintesis menjadi selulosa. Jumlag gula yang ditambahkan harus diperhatikan sehingga mencukupi untuk metabolisme dan pembentukan pelikel nata. Meskipun pada air kelapa terdapat gula namun gula yang ada belum mencukupi untuk pembentukan pelikel sehingga perlu ditambahkan dari luar. Selain gula, sumber nitrogen merupakan faktor penting pula. Nitrogen diperlukan dalam pembentukan protein yang penting pada pertumbuhan sel dan pembentukan enzim. Kekurangan nitrogen menyebabkan sel kurang tumbuha dengan baik dan menghambat pembentukan enzim yang diperlukan sehingga proses fermentasi dapat mengalami kegagalan atau tidak sempurna.

Nitrogen yang digunakan untuk pembuatan nata umumnya adalah pupuk ZA yang relatif murah dan cenderung asam dibandingkan urea. pH medium dibuat sekitar 4,3 menggunakan asam cuka dan suhu inkubasi sekitar 28 300C atau suhu kamar dan dijaga dari kontaminan, misalnya dengan ditutup kain saring atau kertas koran. Bak fermentasi umumnya dibuat bertingkat untuk menghemat tempat. Praktikum yang dilakukan kali ini adalah untuk mengisolasi Acetobacter xylinum pada media cair fermentasi Nata de coco. Isolasi bakteri yang dilakukan pada praktikum kali ini menggunakan 2 cara, yaitu: 1. Cara tuang Pada cara ini kita mengambil 1 ml sampel Nata de coco yang ditambahkan 9 ml NaCl 0,85%, lalu dibuat sampai pengenceran 10-6, dan dilakukan penuangan pada cawan petri pada pengenceran 10-5 dan 10-6 kemudian di inkubasi dan diamati hasilnya. 2. Cara gores Pada cara ini kita mengambil satu ose dari sampel Nata de coco dan digoreskan pada media yang sudah padat setelah itu diinkubasi dan diamati hasilnya. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 5, diperoleh 4 koloni pada pengenceran10-5 dan 10-6. Sehingga diperoleh SPC senilai< 3,0 x 106 (4,0 x 105). Terdapat kejanggalan pada hasil pengamatan pada metode streak. Bakteri Acetobacter xylinum seharusnya merupakan bakteri gram negatif, bukan bakteri gram positif. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan tidak hanya bakteri A.xylinum yang tumbuh, tetapi bakteri jenis lain juga ikut tumbuh, seperti jenis bakteri Bacillus.sp. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 6, diperoleh 11 koloni pada pengenceran 10-5 dan 6 koloni pada pengenceran 10-6. Sehingga diperoleh SPC senilai< 3,0 x 106 (1,1 x 106). Pada pengenceran 10-5, agar sebagai medium pertumbuhan bakteri, tidak dapat mengeras dan masih encer setelah diinkubasi dalam incubator selama 2 hari. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena pada saat agar dituang ke dalam cawan petri, cawan digoyang-goyang terlalu lama, sehingga agar yang telah homogen dengan sampel pecah dan tidak dapat mengeras. Terjadi kejanggalan pada pengamatan mikroskop pada pengenceran 10-6. Bakteri Acetobacter xylinum seharusnya merupakan bakteri gram negatif, bukan bakteri gram positif. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan tidak hanya bakteri A.xylinum yang tumbuh, tetapi bakteri jenis lain juga ikut tumbuh, seperti jenis bakteri Bacillus.sp. Selain itu, terjadi kegagalan saat pewarnaan gram pada sampel pengenceran 10-5. Bakteri A.xylinum tidak bisa terlihat. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan koloni pada agar, koloni yang digoreskan pada objek glass terlalu tipis. Sehingga pada saat diamati dengan menggunakan mikroskop, bakteri tidak dapat terlihat. Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 7, ditemukan bakteri A.xylinum pada pengenceran 105, 10-6, dan pada metode streak. Namun terjadi kejanggalan pada jumlah koloni yang tumbuh. Pada pengenceran 10-5 diperoleh koloni sebanyak 3 koloni, dan pada pengenceran 10-5 diperoleh 14 koloni. Berasarkan literature (Fardiaz, 1992), seharusnya semakin tinggi pengenceran yang dilakukan, maka semakin rendah mikroorganisme yang tumbuh. Maka dari

hasil pengamatan kelompok 7 ini nilai SPC tidak dapat ditentukan.  KESIMPULAN Acetobacter xylinum dapat mensintesis glukosa menjadi selulosa. Acetobacter xylinum berbentuk basil dengan gram negatif Ditemukan juga bakteri Bacillus.sp yang tumbuh pada Nata de Coco dengan bentuk basil, gram positif.  DAFTAR PUSTAKA Buckle, K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton. 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Fardiaz, S.1992.Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Saputra, Yoky. 2009. Daya Tarik Nata de coco, Produk Kaya Serat. Available at www.chem-istry.org. diakses pada 3 September 2011 Saxena, IM, Kudlicka, K., Okuda K., dan Brown, RMJR. 1994. Karakterisasi Gen di Sintesis Selulosa Operon (ACS Operon) dari Acetobacter xylinum: Implikasi untuk Kristalisasi selulosa, Journal of Bacteriology, ay 176, n. 18, hal 5735-5752.  JAWABAN PERTANYAAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan, apakah prosedur yang dilakukan menjamin keberhasilan untuk mengisolasi bakteri A.xylinum dari media cair nata de coco ? Jika tidak, apa alasannya ? Jawab: Prosedur di atas belum dapat menjamin keberhasilan untuk mengisolasi bakteri A.xylinum karena masih adanya bakteri lain yang tumbuh yaitu Micrococcus. Hal ini dimungkinkan karena Micrococcus juga sama seperti A.xylinum yang mensintesis glukosa, namun kalau A.xylinum mengubah glukosa menjadi selulosa, maka Micrococcus mengubah glukosa menjadi asam. Sehingga kemungkinan Micrococcus yang tumbuh, memang berasal dari sampel nata de coco tersebut. 2. Bagaimana tingkat keberhasilan isolasi yang dilakukan, mengapa demikian ? Jawab: Tingkat keberhasilan isolasi yang dilakukan berkisar antara 34%. Karena dari 3 cawan petri, cawan yang ditumbuhi oleh A.xylinum hanya 1. Hal ini disebabkan karena adanya 1 cawan petri yang ditumbuhi oleh bakteri Bacillus dan 1 cawan petri yang ditumbuhi oleh bakteri tetapi medium yang digunakan tidak mengeras, sehingga pertumbuhan bakteri tidak optimal.

You might also like