You are on page 1of 10

Bedah ortopedi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bedah ortopedi atau orthopaedi (juga dieja orthopedi) ialah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang cedera akut, kronis, dan trauma serta gangguan lain sistem muskuloskeletal. Dokter bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal termasuk artritis, trauma dan kongenital menggunakan peralatan bedah dan non-bedah.
Daftar isi

1 Pendidikan 2 Praktek 3 Sejarah 4 Artroskopi 5 Penggantian sendi 6 Ortopedi anak 7 Terminologi 8 Rujukan 9 Lihat pula 10 Pranala luar

[sunting]Pendidikan

Di Indonesia, dokter bedah ortopedi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan yang diajukan dalam bedah ortopedi setelah menjadi dokter umum maupun bedah umum. Dokter ini harus menyelesaikan 104 SKS dalam 9 semester pendidikan klinik. Dokter spesialis ini diberi gelar SpOT (spesialis ortopedi dan traumatologi) atau SpBO (spesialis bedah ortopedi). Banyak dokter bedah ortopedi yang menjalani pelatihan subspesialis dalam program yang dikenal sebagai 'fellowship' (beasiswa) setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai residen. Pelatihan fellowship dalam sebuah subspesialisasi ortopedi khususnya memakan waktu 1 (kadang-kadang 2) tahun dan biasanya memiliki komponen penelitian yang terkait dengan pelatihan klinik dan operasi. Beberapa contoh subspesialisasi ortopedi adalah: 1. 2. Bedah tangan (juga dilakukan oleh dokter bedah plastik) Bedah bahu dan siku

3. Rekonstruksi sendi total (artroplasti)


4. Ortopedi anak

5. Bedah kaki dan pergelangan kaki (juga dilakukan oleh podiatri) 6. Bedah tulang belakang (juga dilakukan oleh dokter bedah saraf)
7. 8. 9. Onkologi muskuloskeletal Bedah kedokteran olahraga Trauma ortopedi

Juga ada 9 wilayah subspesialisasi bedah ortopedi.


[sunting]Praktek

Dokter bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal ringan seperti artritis, trauma dan cacat bawaan menggunakan peralatan bedah dan non-bedah. 25 prosedur paling umum yang dilakukan oleh dokter bedah ortopedi adalah sebagai berikut:

1. Artroskopi lutut dan menisektomi 2. Artroskopi bahu dan dekompresi 3. Pembebasan terowongan tulang pergelangan tangan 4. Artroskopi lutut dan kondroplasti
5. Penyingkiran implan pendukung

6. Artroskopi lutut dan rekonstruksi ligamentum cruciatum anterius 7. Penggantian lutut 8. Perbaikan fraktur collum femoralis 9. Perbaikan fraktur trochanterica 10. Debridement kulit/otot/tulang/fraktur 11. Perbaikan artroskopi lutut untuk kedua menisci 12. Penggantian pinggul 13. Artroskopi bahu/eksisi tulang selangka distal 14. Perbaikan tendo manset rotator 15. Perbaikan fraktur radius (tulang)/ulna 16. Laminektomi

17. Perbaikan fraktur pergelangan kaki (jenis bimalleolus) 18. Artroskopi dan dbridement bahu 19. Fusi spinal lumbar 20. Perbaikan fraktur bagian distal radius 21. Pembedahan discus intervertebalis belakang bawah
22. Insisi selubung tendon jari

23. Perbaikan fraktur pergelangan tangan (fibula) 24. Perbaikan patah tangkai paha femoral 25. Perbaikan patah trochanterica
[sunting]Sejarah

dan hasta. Lihat patahan yang dapat dilihat di tulang hasta (ulna). (lengan bawah bagian kanan) Foto: Peter Battaglia]]
Untuk penjelasan lebih rinci, lihat osteogenesis distraksi. Jean-Andre Venel mendirikan lembaga ortopedi pertama pada tahun 1780, yang merupakan RS pertama yang ditujukan untuk merawat cacat rangka anak-anak. Ia dianggap beberapa orang sebagai bapak ortopedi atau dokter ortopedi pertama dalam pertimbangan pendirian RS-nya dan atas metode-metodenya yang diterbitkan. Antonius Mathysen, seorang dokter bedah militer Belanda, menemukan pembalut gips Paris pada tahun 1851. Banyak perkembangan dalam bedah ortopedi yang dihasilkan dari pengalaman selama masa perang. Di medan pertempuran pada masa Abad Pertengahan prajurit yang terluka dirawat dengan perban yang direndam dalam darah kuda yang dikeringkan unruk membuat belat yang kaku dan tak memenuhi syarat kesehatan. Traksi dan belat dikembangkan selama Perang Dunia I. Penggunaan batang intramedulla untuk merawat patah tulang femur dan tibia dirintis oleh dr. Kuntschner dari Jerman, yang membuat perbedaan nyata pada kecepatan penyembuhan prajurit Jerman yang terluka selamaPerang Dunia II dan menyebabkan adopsi fiksasi intramedulla fraktur di belahan dunia lainnya. Bagaimanapun, traksi adalah metode standar untuk merawat fraktur tulang paha hingga akhir tahun 1970-an saat Harborview Medical Center di Seattle memopulerkan fiksasi intramedulla tanpa membuka patahan tulang. Fiksasi luar fraktur diperhalus oleh para dokter Amerika selama Perang Vietnamnamun sumbangan utama dibuat oleh Gavril Abramovich Ilizarov di Uni Soviet. Ia dikirim, tanpa banyak pendidikan ortopedi, untuk merawat prajurit Soviet yang terluka di Siberia pada tahun 1950-an. Tanpa peralatan apapun ia berhadapan dengan keadaan lumpuh atas fraktur yang tak dirawat, terinfeksi, dan terdislokasi. Degan bantuan toko sepeda setempat ia merancang fiksator cincin yang dieraskan seperti jeruji sepeda. Dengan peralatan ini ia adapat menyembuhkan, mereposisi, dan memperpanjang pada

tingkat yang tak didengar di manapun. Peralatan Ilizarovnya masih digunakan sekarang sebagai salah satu metode osteogenesis distraksi. David L. MacIntosh merintis pembedahan pertama yang berhasil untuk penanganan ligamentum cruciatum anterius yang robek di lutut. Cedera umum dan serius ini menyebabkan para pemain ski, atlet lapangan, dan penari selalu tak bisa melanjutkan pekerjaannya karena ketidakstabilan sendi permanen. Bekerja dengan para pemain sepak bola, dr. MacIntosh merancang cara untuk membetulkan kembali ligamentum dari struktur yang berekatan untuk mempertahankan mekanika sendi lutut yang kuat dan kompleks dan memperbaiki stabilitas. Perkembangan bedah rekonstruksi LCA telah memungkinkan sejumlah atlet untuk bisa melanjutkan kembali kariernya di berbagai tingkat. Penelitian bedah ortopedi dan muskuloskeletal modern telah mencari jalan untuk membuat pembedahan kurang invasif dan membuat komponen yang ditanam lebih baik dan tahan lama.
[sunting]Artroskopi

Penggunaan peralatan artroskopi terutama sekali untuk pasien cedera. Artroskopi dirintis di awal 1950'-an oleh dr. Masaki Watanabe dari Jepang untuk melakukan bedah dan rekonstruksi kartilago invasif minimal dari ligamentum yang robek. Artroskopi membantu pasien sembuh dari pembedahan dalam hitungan hari, daripada minggu ataupun bulan dalam bedah biasa dan 'terbuka'. Artroskopi lutut adalah salah satu operasi yang paling umum dilakukan oleh dokter bedah ortopedi sekarang dan sering digabungkan dengan menisektomi atau kondroplastiyang merupakan pemindahan dari tulang rawan yang robek.
[sunting]Penggantian

sendi

Penggantian sendi tersedia untuk sendi lain pada dasar yang terbatas, yang paling utama bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki serta jari. Di tahun-tahun terkini, penggantian permukaan sendi, khususnya sendi panggul, sudah menjadi lebih terkenal di antara pasien yang lebih muda dan aktif. Jenis operasi ini menunda perlunya penggantian panggul total yang lebih kuno dan kurang mempertahankan tulang, namun membawa risiko signifikan pada gagal awal akibat fraktur dan kematian. Salah satu masalah utama dalam penggantian sendi adalah pemakaian permukaan komponen yang timbul, yang dapat menimbulkan kerusakan tulang di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan gagal implan. Penggunaan permukaan timbul alternatif telah bertambah di tahun-tahun terkini, khususnya pada pasien yang lebih muda, untuk mencoba mengembangkan sifat pemakaian komponen penggantian sendi, yang termasuk keramik dan semua implan logam (berlawanan dengan logam pada plastik yang asli). Plastik itu (sebenarnya polietilena berbobot molekul yang ultratinggi) juga bisa diubah dalam berbagai cara yang dapat memperbaiki sifat pemakaian.

[sunting]Ortopedi

anak

Perawatan anak-anak dengan masalah muskuloskeletal masih menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karena growth plate yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth plate dapat menimbulkan masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang terlambat, dan fraktur risiko harus dimonitor dengan perawatan. Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi anak. Atas alasan yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung pada beberapa anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat yang tak diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan masalah pernafasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan gabungan penjepitan dan pembedahan. Anak-anak memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi sejak masa Hippocrates, termasuk keadaan seperti kaki pekuk dan dislokasi pinggul kongenital (juga dikenal sebagai displasia pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals for Children telah menyediakan bagian substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.
[sunting]Terminologi

Nicholas Andry meluncurkan kata "orthopaedics", diturunkan dari kata Yunani untuk "betul" atau "lurus" ("orthos") dan "anak" ("paidion"), pada tgahun 1741, saat pada usia 81 ia menerbitkanOrthopaedia: or the Art of Correcting and Preventing Deformities in Children. Ejaan yang digunakan di Indonesia beragam, ada ortopedi, orthopaedi, orthopedi, dll.
[sunting]Rujukan

Garrett, WE, et al. American Board of Orthopaedic Surgery Practice of the Orthopaedic Surgeon: Part-II, Certification Examination. The Journal of Bone and Joint Surgery (American). 2006;88:660-667.
[sunting]Lihat

pula
Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Bedah ortopedi

Pencangkokan tulang Computer-Assisted Orthopedic Surgery Arbeitsgemeinschaft fr Osteosynthesefragen

Analisis gaya berjalan Jepit Halo. Bedah tangan Perawatan ortopedi Traksi

[sunting]Pranala

luar

Podiatry Worldwide Directory Homepage Oxford Clinic for Specialist Surgery - Orthopaedic Hospital Yale Orthopaedics Bones MD The History of Orthopaedics Wheeless' Textbook of Orthopaedics The International Society of Orthopaedic Surgery and Traumatology American Academy of Orthopaedic Surgeons Pediatric Orthopaedics Bone Health at Got Bones? AO Surgery Reference The Journal of Bone and Joint Surgery Orthopedics News Orthopedics

Sejarah Orthopaedi di Indonesia


Posted June 9, 2008 by dr. Rudy Dewantara L in History. Leave a Comment

Pendidikan Ilmu Bedah Orthopaedi di Indonesia Sebelum ada pendidikan resmi spesialis Bedah Orthopaedi, untuk mendapatkan keahlian ilmu bedah ini, seorang staf dosen ahli bedah dari bagian dikirim untuk tugas belajar ke luar negeri, khusus dalam bedah orthopaedi. FKUI mengirim dr. Soebiakto W ke Boston USA, dr Nagar Rasjid ke London-UK, dr Soelarto Reksoprodjo ke ParisPerancis. Dari RSPAD Dr. Soejoto dikirim ke Walter Reed USA dan banyak staf RSPAD dikirim ke Kobe Jepang (dr Syamsul Maarif, dr Misban, dr Budiarso Sarwono, dr PT Simatupang dan dr Hara Marpaung). Prof. Dr. R. Soeharso sebagai pendiri Pusat Rehabilitasi Surakarta, yang mendapat bantuan dari Ankatan Darat (Jenderal Gatot Soebroto) dan QHO beserta spesialis bedah orthopaedi dan fisioterapi dari berbagai Negara, beliau mengembangkan ilmu beah Orthopaedi dari segi rehabilitasi. Banyak cacat veteran korban perang merebut kemerdekaan Indonesia, yang memerlukan rehabilitasi fisik seperti pemberian kaki-tangan palsu (ortosis). Bersama Bapak Suroto, seorang teknisi, beliau mendirikan bengkel kaki-tangan palsu. Kemudian bengkel ini dikembangkan menjadi Pusat Rehabilitasi Solo yang dilengkapi dengan sarana pendidikan untuk paramedic rehabilitasi seperti sekolah perawat fisioterapi, perawat rehabilitasi (oleh Ibu Suroto), dan ortosis prosthesis (oleh Bapak Suroto). Selain Pusat Rehabilitasi, juga didirikan Rumah Sakit Lembaga Orhopaedi dan Prosthesis (LOP). Orthopaedic Training di Indonesia Pada Kongres WPOA di Hong Kong tahun 1968, Prof. Dr. R. Soeharso sempat membicarakan tentang pendidikan ahli bedah orthopaedi di Indonesia dengan Allan Mc Kelvie (USA) dan John Jen (Australia). Follow-up pembicaraan ini dilanjutkan dengan kunjungan survey oleh Prof. Hilman dari Campbell Clinic Tennessee (USA) ke Jakarta pada tahun 1968. Pembicaraaan yang dilakukan bersama pimpinan FKUI/RSCM dan Prof. Dr. R. Soeharso dengan Prof. Hilman (CARE Medico Orthopaedic Overseas), memutuskan untuk mengadakan pendidikan berupa Orthopaedic Training Program di FKUI/RSCM sebagai wakil P & K dan DepKes, dengan bantuan CARE Medico dari Orthopaedic Overseas. Pada tanggal 1 Oktober 1968 dimulailah pendidikan Orthopaedic Training Program dengan gur atau konsultan yang dating dari Amerika Utara dan Australia secara bergantian setiap bulan. Konsultan pertama adalah Dr. Harry Fahrni dari Vancouver Canada bersama istrinya Jeanne Fahrni (seorang perawat kamar bedah) yang turut membantu beliau di kamar operasi. Pendidikan Orthopaedic Training Program berlangsung selama 2 tahun setelah ahli bedah. Lahan pendidikan selain RSCM adalah RS Fatmawati setiap hari Rabu dan Jumat, YPAC setiap hari Selasa dan RS Solo pada akhir pendidikan. Sebagai trainee pertama adalah dr Sumanto yang pada saat itu sedang bertugas di UNAND, Padang dan dr Syahbudin Tajib Salim, ahli bedah RS Fatmawati. Namun baru 1 bulan berjalan , dr Sumanto tidak dapat meneruskan pendidikan, diganti oleh dr Soelarto Reksoprodjo. Dengan keikutsertaan dr Soelarto dalam program pendidikan ini, dimana setiap jumat dr Soelarto senantiasa membantu menanggulangi kasus orthopaedi di RS PMI Bogor, maka secara tidak resmi RSPMI Bogor pun dikunjungi setiap minggu, setelah acara RS Fatmawati. Apalagi pada saat itu kasus orthopaedi di RS Fatmawati umumnya adalah kasus TBC tulang belakang, dan belum banyak kasus orthopaedi. KUnjungan ke RS PMI Bogor diisi dengan melakukan konsultasi dan operasi kasus orthopaedi terutama fraktur. Dr Indradi Roosheroe sebagai direktur RS PMI( Bogor akhirnya tertarikuntuk ikut menjadi peserta pendidika, dan turut bergabung setelah dr Chehab Rukni Hilmy (UI) dan dr IP Sukarna (UNAIR) yang lebih dahulu menjadi trainee pada 1969, dr Subroto Sapardan (UI) dan dr Ichwan P Radjamin (UNAIR) pada tahun 1970, dr R Saleh Mangunsudirjo (UNDIP) dan dr Indradi Roosheroe pada tahun 1971. Demikianlah pendidikan ini berlangsung seterusnya. Sejak tahun 1973 peserta setiap semester menjadi 4 orang, dimulai oleh dr Chairuddin Rasyad (UNHAS), dr Djoko Roeshadi (UNAIR), dr Ahmad Djojosugito (UNPAD) dan dr

Errol Untung Hutagalung (UI), yang merupakan trainee terakhir yang mengikuti secara penuh orthopaedic training program bantuan Orthopaedic Overseas sampai dengan 1975. Pada bulan November 1974 PABOI (Perkumpulan Ahli Bedah Orthopaedi Indonesia) menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah International, yang pada saat itu sudah beranggotakan 17orang. Pertemuan tersebut dinyatakan sebagai Kongres I PABOI. Pada saat evaluasi semi-annual bulan Mei 1975, pemerintah RI cq DepKes menghentikan program pendidikan bantuan CARE Medico. Selanjutnya pendidikan dilaksanankan oleh ahli dari Indonesia sendiri. Segera setelah itu PABOI sebagai perkumpulan profesi membuat kurikulum pendidikan ahli bedah orthopaedi. Pada tahun 1975 semua jenis pendidikan diambil alih oleh P & K dan pendidikan ahli yang dulu dilaksanakan oleh perkumpulan profesi dijadikan Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis dibawah P & K. Dalam spesialisasi, berdasarkan prioritas yang dibutuhkan Negara, hanya 14 jenis program pendidikan dokter spesialis yang mendapat pengakuan oleh CMS (Consortium Medical Sciences). Istilah CMS kemudian berubah menjadi CHS (Consortium Health Sciences). Walaupun demikian pendidikan ahli bedah orthopaedi tetap berlangsun. Di Bandung, (sebagai tempat kelahiran PABOI pada tanggal 25 September 1969), dalam pidatonya, Mentreri P & K yang dibacakan oleh Dirjen Dikti Prof. Doddy, Departemen P & K menyatakan pengakuan Orthopaedi sebagai PPDS. Oleh karenanya pendidikan ini dapat menerima sebagian pesertanya yang terdiri dari dokter umum setelah melaksanakan WKS (wajib kerja sarjana di puskesmas) dan realisasinya baru mulai terlaksana pada bulan januari 1981. Pendidikan berlangsung berdasarkan catalog kurikulum PPDS yang diakui CHS dengan jumlah SKS 100 yang terdiri dari: Pengetahuan teori dasar bedah orthopaedi (8 SKS) Pengetahuan teori klinik bedah dasar umum dan khusus bedah (8 SKS) Pengetahuan teori klinik khusus orthopaedi (12 SKS) Keterampilan (diagnostic) (5,5 SKS) Pengetahuan penggunaan alat (1 SKS) Tindakan perawatan non operatif (3,5 SKS) Tindakan operatif (38,5 SKS) Tanggung jawab (6 SKS) Kegiatan Ilmiah (14 SKS) Kegiatan mendidik (3 SKS) Teori penelitian dasar atau lanjutan dan penulisan tesis (2,5 SKS) Katalog ini kemudian diperbaharui menjadi 2 tahun bedah dasar dan 2,5 tahun khusus orthopaedi. Pusat pendidikan yang ditunjuk adalah Jakarta (UI) dan Surabaya (UNAIR). Dengan demikian produksi ahli atau spesialis bedah orthopaedi dapat berkembang lebih pesat. Walaupun sudah tidak ada hubungan secara resmi dengan luar negeri, namun karena tetap ada jalinan hubungan pribadi, maka ujian akhir ilmu Bedah Orthopaedi yang dilaksanakan oleh PABOI dan pusat pendidikan, tetap mengikut-sertakan penguji luar terutama dari Australia dan Singapura, bahkan juga dari Amerika, Kanada, Perancis, dan Jepang. Sampai saat ini ujian akhir tetap diselenggarakan oleh PABOI bekerjasama dengan pusat pendidikan, dengan mengundang penguji luar dari Singapura dan Australia. Pusat pendidikan pun bertambah dengan UNPAD Bandung pada tahun 1988 dan sekarang UNHAS Ujung Pandang telah pula menjadi pusat pendidikan ke 4 (empat). Ujian akhir tetap diselenggarakan oleh PABOI sebagai salah satu kegiatannya yang dilakukan melalui kerjasama dengan pusat pendidikan, dengan cara bergiliran tempat serta pelaksanaannya di pusat pusat pendidikan setiap tahun (2 kali/setahun) Di samping pendidikan dokter spesialis orthopaedi, PABOI sebagai perkumpulan profesi telah mempunyai peserta seminatan dalam bidang tertentu dalam lingkungan bedah orthopaedi. Bedah tulang belakang sejak bulan juli 1994 telah menyelenggarakn Fellowship Training in Spine Surgery bagi mereka (spesialis bedah orthopaedi) yang ingin mendalami bedah tulang belakang di Jakarta oleh FKUI dibawah koordinasi pimpinan dr Subroto Sapardan. Setiap semester bisa menerima seorang peserta. Peserta fellowship ini dikirim ke USA selama 3 bulan belajar di tempat Prof Hansen A Yuan, Syracuse University of New York USA. Pendidikan fellowship ini selama 1 (satu) tahun. Dalam berbagai bidang keahlian atau spesialisasi , muncul kelompok seminatan seperti bedah tangan (hand surgery), paediatrik dan seterusnya sesuai dengan perkembangan dunia internasional terutama dari WPOA (Western Pacific Orthopaedic Association) yang sekarang berubah menjadi APOA (Asia Pacific Orthopaedi Association). Sumber: Divisi Orthopaedi & Traumatologi FKUI RSCM (http://orthoui-rscm.org

Peran Orthopaedy dalam Kasus Patah Tulang Rudi Dewantara Menurut buku Textbook of Disorders and Injuries of the Musculosceletal System tulisan RB Salter, Orthopedi adalah seni dan ilmu mengenai pencegahan, investigasi, serta terapi cedera dan kelainan musculoskeletal melalui terapi fisik, medis/obat-obatan dan bedah. Kata seni dan ilmu dalam definisi tersebut memiliki makna yang sangat mendalam. Orthopedi sebagai suatu ilmu kedokteran tidak hanya menghadapi suatu masalah atau kasus dengan cara ilmiah, tetapi juga dengan seni. Pasien dipandang sebagai suatu kesatuan holistik yang tidak terpisah-pisah. Misalnya pada pasien anak berusia 10 tahun yang jatuh terpeleset di kamar mandi, ditemukan adanya patah pada leher tulang paha. Seorang dokter bedah tulang, dengan bekal ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak hanya berfokus pada patah tulang tersebut, tetapi juga mempertanyakan kemungkinan kelainan/penyakit lain yang mendasarinya karena patah tulang di bagian tersebut pada anak kecil sangat jarang terjadi. Penyakit yang mungkin mendasari patah tulang tersebut antara lain tuberculosis tulang dan kelainan bawaan osteogenesis imperfecta. Seandainya ternyata kemudian didiagnosa suatu TBC tulang, maka dokter orthopaedi akan berkonsultasi dengan dokter spesialis paru untuk turut memberikan edukasi dan informasi tidak hanya kepada pasien namun juga kepada anggota keluarga lain yang tinggal serumah dengan pasien tersebut. Seorang dokter bedah tulang bukan hanya sekedar memperbaiki tulang yang patah. Dokter bedah tulang memiliki tujuan utama berupa menghilangkan nyeri, mengusahakan dan mempertahankan posisi pecahan tulang seoptimal mungkin, mengusahakan tercapainya penyatuan tulang, serta mengembalikan fungsi optimum yang merupakan tujuan terpenting. Hal ini disebabkan karena menyambung tulang yang patah saja tidak memiliki arti bila tulang tersebut kemudian tidak dapat difungsikan. Hal inilah yang kurang diperhatikan oleh pengobatan tradisional patah tulang pada umumnya. Orientasi para praktisi pengobatan tradisional dalam menangani kasus patah tulang hanya mengusahakan

penyatuan tulang (bony union) tanpa memperhatikan perlindungan dan pengembalian (preservation and restoration) fungsi. (phd)

You might also like