You are on page 1of 17

PROPOSAL TENTANG KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Seiring laju perkembangan peradaban dunia, banyak terjadi perubahan pola hidup dalam masyarakat. Masyarakat cenderung tidak disiplin dalam menerapkan pola makan gizi seimbang, gaya hidup yang tidak sehat sehingga akan memherikan dampak pada pergeseran pola penyakit, yaitu dari pola penyakit infeksius bergeser ke pola penyakit degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang tam Kehidupan modern kini menuntut segala sesuatu serba instan dan cepat. Seiring dengan itu ternyata kita harus membayar mahal dengan kesehatan kita. Di dalam makanan ada beberapa faktor yang apabiia dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu, kita membutuhkan sesuatu yang dapat mempertahankan kesehatan tubuh kita. khususnya dalam melancarkan peredaran darah, mengurangi timbunan lemak dalam pembuluh darah ( mencegah penyumbatan ) dan meringankan kerja jantung (zuifianto arbi, 2008 ). Dewasa ini tingkat kepedulian masyarakat akan pemeliharaar kesehatan terhadap berbagai resiko yang dapat menimbulkan stroke masih sangat rendah, terlihat dari insiden stroke cenderung meningkat setiap tahunnya sehingga stroke menjadi masalah serius yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar ( Misbach, 2004). Resiko stroke meningkat seiring dengan beratnya dan banyaknya faktor resiko. Data epidemiologi menyebutkan resiko untuk timbulnya serangan ulang stroke adalah 30 % dan populasi yang pernah menderita stroke memiliki kemungkinan serangan ulang adalah 9 kali dibandingkan populasi normal ( Misbach, 2004 ).

Stroke merupakan sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis vokal dan latau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian. Penyebab stroke sangat kompleks dengan berbagai faktor resiko seperti hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, gaya hidup dan ada penyebab yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin, genetik (Mansjoer, 2000). Umumnya stroke berlanjut dengan depresi, artinya penderita sadar kondisinya sudah lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari, hal ini disebabkan oleh masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke seperti kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh, menurun atau hilangnya perasaan (tidak bisa membedakan panas dan dingin), gangguan lapangan pandang, gangguan persepsi (sulit membedakan bentuk, ukuran, warna), rnasalah emosional (tertawa atau menangis tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya), masalah komunikasi (kesulitan dalam mengungkapkan pendapat atau tidak bisa bicara sama sekali). Penderita sering bertanya mengapa hal ini terjadi, ada yang mengatakan mau segera mati karena sudah tidak tahan lagi dengan keadaan tersebut (Idris, 2004). Masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke menyebabkan stres berat pada keluarga, persoalan kecil menjadi masalah besar, terkadang menimbulkan kemarahan yang akhirnya menyebabkan perpisahan antara anggota keluarga, saudara laki-laki dan perempuan bertengkar masalah tanggung jawab, sementara yang lainnya merasa depresi dan ingin bunuh diri. Merupakan hal yang umum dan normal bila merasakan kemarahan terhadap orang sakit. Meskipun, dalam hati sanubari, anda tahu itu tidak logis. Kelelahan sendiri dapat menyebabkan situasi situasi yang bisa meledak, yang dapat berakibatkan keretakan-keretakan perkawinan atau hubunga keluarga (Henderson, 2004). Masa pengobatan adalah masa-masa menyusahkan seperti goncangan yang disebabkan oleh serangan stroke yang tiba-tiba, biaya pengobatan yang sangat besar dan memerlukan perawatan secara terus-menerus dalam jangka

waktu yang lama. Nielihat keadaan ini keluarga merasa frustasi dan mengkhawatirkan tentang apa yang akan terjadi dikemudian hari ( Shimberg, 1998 ). Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan gembunuh no.l di RS Pemerintah diseluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 5 00.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan repertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur (www.medicastore.com). Penderita stroke memerlukan banyak dukungan untuk mempercepat kesembuhan. Tidak dapat dipungkin, merawat penderita stroke merupakan beban psikososial yang tidak ringan. Perasaan cemas, tertekan, binggung, sedih, dan jengkel akan menyelimuti anggota keluarga karena banyak faktor yang mempengaruhinya teori tersebut. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang "Gambaran Tingkat Stres Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Rumah Sakit Umum Keluarga Tanjung Morawa."

1.2

Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Untuk mengetahui gambaran tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke di rumah sakit umum keluarga. Tujuan Khusus : Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke di rumah sakit umum keluarga.

1.3

Pertanyaan Penelitian Bagaimana tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke di rumah sakit umum keluarga?

1.4

Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai informasi tambahan bagi peneliti dalam memberikan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas hidup penderita stroke sehingga dapat rneningkatkan mutu pelayanan keperawatan terutama dalammemberikan asuhan keperawatan terhadap penderita dan keluarga. 1.4.2 Bagi pelayanan kesehatan Dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dirumah sakit yang lebih komprehesif pada keluarga dan penderita stroke. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Sebagi bahan masukan dalam memberikan materi perkuliahan yang dapat bermanfaat untuk pengetahuan dan pengembangan ilmu keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. STRESS 2.1.1. Pengertian Stres Stres dapat didefenisikan sebagai respon adaptif, dipengaruhi oleh karakteristik individual dan / atau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan / atau psikologis terhadap seseorang.(Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam Kreitner dan Kinicki, 2004). Stres adalah respons flsiologis terhadap naiknya emosi dan menekankan fungsi adaptif dari reaksi" fight-or-flight "( menghadapi atau lari dari stress ). Sementara Hans Selye, 1976, menyatakan bahwa stres merupakan situasi dimana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan mengharuskan seseorang memberikan respons atau mengambil tindakan ( Hidayat, 2007 ). Menurut Dadang Hawari, 2001 stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stres psikososial ( tekanan mental atau beban kehidupan ). Menurut Maramis, 1999 stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuian diri dan karena itu, sesuatu yang menggangu keseimbangan kita. Menurut Soeharto Heerdjan 1987, stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan tekanan, perubahan ketegangan emosi, dan lain-lain. Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht, 2000 bahwa yang dimaksudkan " stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut"

2.1.2. Jenis Stres Ditinjau dari penyebabnya, stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis: Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalu menyengat, dan lain-lain. Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa ia yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas, dan lain-lain. Stres mikrobiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman, seperti: virus, bakteri, atau parasit. Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh, antara lain: gangguan strukur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lainlain. Stres proses tumbuh kembang merupakan stres yang disebabkan oleh proses tumbuh kembang seperti: pada masa pubertas, pernikahan, pertambahan usia. Stres psikologis atau emosional, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan interpersonal, sosial budaya, atau keagamaan (Hidayat, 2007 ). 2.1.3. Penyebab Stres Menurut Brench Grand, 2004 stres ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Penyebab makro, yaitu: menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan. Penyebab mikro, yaitu: menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti: pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Stres a. Faktor biologis-Herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik, dan neurohormonal. b. Faktor psikoedukatiflsosio cultural-perkembangan kepribadian,

pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruhi. 2.1.5 Sumber Stres Stres yang diatami manusia berasal dari berbagai sumber. Menurut Hidayat (2007) ada tiga sumber stres: a. Dalam Diri Pada umumnya disebabkan oleh konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres. b. Dalam Keluarga Stres bersumber dari masalah keluarga yang ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga (anggota keluarga sakit, putus sekolah), masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres. c. Dalam Masyarakat dan Lingkungan Sumber stres dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karena Lingkungan fisik, kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga sulit untuk berkembang kearah yang lebih baik( Hidayat, 2447 ). 2.1.6 Cara Mengendalikan Stres ivSengendalikan stres menurut Grant Brench, 2440 dalah sebagai berikut; a. Sikap, keyakinan, dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional, dan adaptif terhadap orang lain. b. Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan: Kemampuan menyadari (awareness skills). Kemampuan untuk menerima (acepetance skills).

Kemampuan untuk menghadapi { coping skill ). Kemampuan untuk bertindak ( action skill ). c. Perhatikan diri Anda, Proses interpersonaldan interaktif, serta lingkungan d. Lembangkan sikap efisien. e. Relaksasi. f. Visualisasi ( angan-angan terarah ). g. Circuit breaker dan koridor stres (Sunaryo, 2007 ). 2.1.7 Cara Menilai Stres Terdapat beberapa cara untuk menilai stres, antara lain Skaia Homes dan Rahe, 1967, beserta Skala Miller dan Smith, 1985. Skala Holmes dan Rahe Skala ini menghitung jumlah stres yang dialami seseorang dengan cara menambahkan nilai relatif stres, yang disebut Unit Perubahan Hidup ( life Change Units - LCU ), untuk berbagai peristiwa yang dialami seseorang. Tingkat Stres Tidak signifikan : <> Rendah : 150 - 200 Sedang : 200 - 299 Tinggi : > 300 Skala Miller dan Smith Beberapa aspek tertentu dari kebiasaan, gaya hidup, dan lingkungan seseorang dapat menjadikannya lebih kebal atau lebih rentan terhadap dampak negatif stres. Skor Ketahanan Stres 0-10 : Memiliki ketahanan luar biasa terhadap stres 11-30 : Tidak terlalu rentan terhadap stres 31-50 : Cukup rentan terhadap stres 51-74 : Rentan tcrhada p stres 75-80 : Sangat rentan terhadap stres ( Hidayat, 2007 ). 2.1.8 Tahapan Stres

Menurut Van Amberg, sebagaimana dikemukakan oleh Hawari (2001) dal Hidayat, 2004 mengenai tahapan stres : 1. Stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki menyelesaikan pekerjaan penglihatan menjadi tajam. 2. Stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai. 3. Tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. 4. Stres dengan keluhan tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menunm, serta timbul ketakutan dan kecemasan. 5. Stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang ringan, gangguan pencernaan berat,

meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik. 6. Stres dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, serta pingsan atau collaps. 2.1.9 Reaksi Tubuh Terhadap Stres Reaksi terhadap stres berbeda-beda tergantung tingkat kedewasaan kepribadiaan, pendidikan dan pengalaman hidup seseorang. Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stres seperti menghadapi langsung dengan segala resikonya, menarik diri dan tidak mau tahu tentang persoalan yang dihadapinya, menggunakan mekanisme pertahanan diri (Hadi, 2004). 2.1.10 Tingkatan Stres Potter (2005), membagi stres menjadi tiga lingkaran besar :

1. Stres Ringan, stressor yang dihadapi setiap orang teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas situasi seperti ini biasanya berlangsung bebcrap menit atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit tegang. 2. Stres Sedang, berlansung lebih lama, dari beberaa sampai beberapa hari, misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. 3. Stres Berat, situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus-menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan, penyakit fisik yang

berkepanjangan, pada keadaan stres berat ini individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental. 2.1.11 Gejala Stres Beberapa gejala untuk mengetahui seseorang mengalami stres: a) Gejala fisik Ditandai dengan muncul rasa sakit kepala, sakit lambung, hypertensi (darah tinggi), sakit jantung atau jantung yang sering berdebar-debar tanpa sebab yang jelas, insomnia, mudah lelah, berkeringat, hilangnya selera makan, sring buang air kecil. hl b) Gejala psikis. Ditandai dengan gelisah atau muncul kecemasan, sulit berkonsentrasi, sikap apatis, pesimis, hilangnya rasa humor, sering melamun, kehilangan gairah terhadap belajar atau pekerjaan, cenderung bersikap agresif baik secara verbal maupun non-verbal (physic aggression) (www.artiklpsikologi.com) 2.2.1 Pengertian Keluarga Menurut Friedm, Menurut Friedman (1998) bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing - masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari yogyakarta, syekti ( 1994 ) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan / persetujuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seseorang

perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No. 10 Tahun1992 bahwa keluarga adalah unit kecil dari masyarakat yang terdiri dari suami - isteri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. 2.2.2 Struktur Ketuarga Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat - Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma yang dipeiajari dan dianut oleh keluarga yang berhublmgan dengan kesehatan. - Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama, dan bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi. - Struktur kekuatan keluarga menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk memgubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. 2.2.3 Fungsi Keluarga 1. Fungsi ekonomi menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasiian keluarga. 2. Fungsi mentlapatkan status sosial menjelaskan tentang upaya keluarga untuk memperoleh status sosial dimasyarakat tempat tinggal keluarga. 3. Fungsi Pendidikan menjelaskan upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam pendidikan selain upaya yang diperoleh dari sekolah atau masya.rakat sekitar. 4. Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan anggota keiuarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin, niiai, normal, budaya, dan prilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat, 5. Fungsi pemenuhan

kesehatan Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan.

Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat. { Supra.titno, 2004 }

2.2.4 Pengertian Stres Keluarga Gangguan pada tubuh dan sikap yang disebabkan oleh adanya suatu sistem sosial yang saling berinteaksi satu sama lain yang menyebabka.n perubahan tuntutan kerja maupun penampilan individu dalam lingkungan (Leininger dalam Mulyadsi, 2003). 2.3 STROKE 2.3.1 Pengertian Stroke Stroke atau cedera serebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner dan Suddrath, 2001). Menurut Tjahjono,dkk, 2000 Stroke adatah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis vokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menunbulkan kematian dan sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. 2.3.2 Jenis Stroke Stroke dibedakan berdasarkan penyebabnya, menurut Shimberg (1998), jenis stroke dibagi atas tiga bagian besar: a. Thrombosis Pembuluh darah dari jantung menuju ke otak mengalami penyempitan yang disebabkan terjadinya artherosclerosis (disebut sebagai pengerasan pembuluh pembuluh darah arteri/nadi yang membawa darah dari jantung ke alat tubuh), akibat tingginya kadar kolesterol dan tinggginya tekanan darah. b. Embolus Jenis stroke seperti ini akan terjadi pada saat suatu gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang berasal dari dinding pembuluh arteri rantok dan menyumbat

pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil yang merupakan cabang dari pembuluhpembuluh arteri utama yang menuju ke otak. c. Hemorrhage Pembuluh arteri menuju ke otak mengalami pelemahan. Tekanan darah yang tinggi telah menirnbulkan pukulan-pukulan yang besar terhadap pembuluh arteri sehingga melemah dan rapuh dan akhimya pecah seperti balon yang ditiup terlalu besar. Hemorrhage disebut juga pendarahan otak atau cerebral hemorrhage, stroke jenis ini paling berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan yang Was yang disebabkan tumpahan-tumpahan darah sehingga mengenai seluruh jaringan atak. 2.3.3 Penyebab Stroke Shimberg (1998 ), membagi penyebab stroke atas empat bagian : 1. Trombosis (bekuan) darah di dalam pembuluh darah atak leher atau arterosklerosis serebral merupakan penyebab utama yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosit serebral bervariasi, beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, kejang dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemorage serebral atau embolisme serebral. Trombosis terebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau paraspesia pada setengah tubuh. 2. Embolisme serebral, abnormalitas patologik pada jantung kiri seperti endokarditis infektif, penyakit jantungrheumatik, infarkmiokard serta infeksi primonal adalah tempat-tempat diasal emboli. Embolus biasanya menyumbat dari arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral. 3. Iskemia serebral (Insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. 4. Hemoragi serebral, hemoragi dapat terjadi di luar dura mater ( hemoragi ekstradural atau epidural ), atau di dalam substansi otak. 2.3.4 Faktor Resiko Stroke Faktor resiko stroke dibagi atas faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah:

a. Faktor yang dapat diubah Hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurisemia, dan dislipidemia. b. Faktor yang tidak dapat diubah Usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA (Transient Ischemic Attack) atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria (Mansjoer, 2000). 2.3.5 Manifestasi Klinis Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral, fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Manifestasi klinis stroke digolongkan atas lima bagian: 1. Kehilangan motorik. Stroke adalah penyakit motorneuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan control motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada motorneuron atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralysis pada. salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh. Di awal tahapan stroke gambaran klinis yang muncul adalah paralysis dan hilang atau menurun refleks tendon dalam. Apabila refleks tendon dalam ini kembali (biasanya dalam 48 jam), peningkatan tanus disertai dengan spastisitis (peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas yang terkena. 2. Kehilangan komunikasi. Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh disartria (kesulitan berbicara),

ditunjukkan dengan bicara yang atau reseptif. Apraksia (ketidakmampua.n melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya. 3. Gangguan Persepsi.

Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara dan permanen. Sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralysis dan kehilangan sensori yang akhir. 4. Disfungsi Kandung Kemih. Setelah stroke pasien mesngalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan,

ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan control motorik dan pastural. Kadang-kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dal respon terhadap pengisisan kandung kemih. 5. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologik. Bila kerusakan telah terjadi pada labus frontal, mempelajari kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang menyehabkan pasien menghadapi masalah frustasi, depresi umum terjadi dan diperberat oleh respons alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik. Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional, frustasi, dendam yang kurang kerja sama (Brunner & Sudarth, 2002). 2.3.6. Pencegahan(P.R.E.V.E.N.T) Tujuh rencana pokok NSW Stroke Recovery Association Untuk pencegahan stroke : 1. Proper diet and exercise. makan dan olah raga yang benar. 2. Reduce high blood Pressure (kurangi tekanan darah tinggi), yang merupakan faktor resiko paling tinggi untuk terkena stroke. 3. Eliminate stress singkirkan stres. 4. View diabetes and high blood pressure as high risks

pandanglah diabetes dan tekanan darah tinggi sebagai resiko tinggi. 5. End smoking habit akhiri kebiasaan merokok 6. Notify your doctor of stroke warning signs beri tahukan dokter anda tentang tanda - tanda peringatan stroke. 7. Take your medication as prescribed makanlah obat - obatan yang diberikan dalam resep (Henderson, 2004). BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk Mengambarkan Tingkat Stres Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Stroke dalam penelitian ini yang diteliti yaitu keluarga yang merawat pasien stroke. Skema : Kerangka konseptual Gambaran Tingkat Stres Keluarga dalam Merawat Keluarga yang Menderita Stroke di RSU Keluarga Tanjung Morawa.

3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional 3.2.1 Defenisi Konseptual Stres adalah didefenisikan sebagai respon adaptif, dipengaruhi oleh karakteristik individual danlatau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan/atau psikologi terhadap seseorang (Ivancevich dan Matteson, 1980 dalam kreitneir dan Kinicki, 2004).

Pengertian stres keluarga adalah Gangguan pada tubuh dan sikap yang disebabkan oleh adanya suatu sistem sosial yang saling berinteaksi saiu sama lain yang menyebabkan perubahan tuntutan kerja maupun penampilan individu dalam lingkungan (Leininger dalam Mulyadsi, 2003). Potter (2005), membagi stres menjadi tiga lingkaran besar : 1. Stres Ringan, stressor yang dihadapi setiap orang teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas situasi seperti ini biasanya berlangsung beberap menit atau jam dan belum berpengaruh kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit tegang. 2. Stres Sedang, berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari, misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. 3. Stres Berat, situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus-menerus, kesulitan fmansial yang berkepanjangan, penyakit fisik yang berkepanjangan, pada keadaan stres berat ini individu sudah mutai ada gangguan fisik dan mental. 3.2.2 Defenisi Operasional Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut. Reaksi terhadap stres berbeda-beda tergantung tingkat kedewasaan kepribadiaan, pendidikan dan pengalaman hidup seseorang. Reaksi psikologis yang mungkin timbul dalam menghadapi stres seperti menghadapi langsung dengan segala resikonya, menarik diri dan tidak mau tahu tentang persoalan yang dihadapinya, menggunakan mekanisme pertahanan diri (Hadi, 2004).

You might also like