You are on page 1of 13

PEMODELAN KUANTITATIF UNTUK ANALISIS FAKTOR PENENTU PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI INSTANSI UNIVERSITAS

JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

QUANTITATIVE MODELLING FOR ANALYSIS THE FACTOR OF PRACTICE GIVEN EXCLUSIVE BREASTFEEDING ON WORKING MOTHER IN JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY PURWOKERTO

Setiyowati Rahardjo dan Dyah Umiyarni Purnamasari Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed Purwokerto

ABSTRACT The main determinant of infant and child mortality is infection desease, such as respiratory tract infection and diarrhea. To prevent infection, we must taking a good care for children, including give exclusive breastfeeding. But there are many resistance of program, especially for working mother. The aim of this research was to know about application of quantitative modelling for analysis the factor of exclusive breastfeeding on working mother in Jenderal Soedirman University Purwokerto. The method of this research is cross sectional study. Research population is all women lecture staff and academic staff who work in Jenderal Soedirman University. Sample is all women lecture staff and academic staff who work in Jenderal Soedirman University and have children underfive 5 24 month. From the result of univariat analysis show that percentase of exclusive breastfeeding is 21%. The majority of mother have knowledge about breastfeeding is midlle, attitude about breastfeeding is midlle, mother get family support, leader and policy support, mother have high education level, expose formula milk promotion. Mean of mother age is 31 year with have children 1 until 2. Bivariat analysis with simple logistic regression showed that factors related with practice given exclusive breastfeeding are mother attitude about given exclusive breastfeeding and policy in the working place. Quantitative modeling with multivariate logistic regression showed that dominant factors for practice given exclusive breastfeeding on working mother in Jenderal Soedirman University are mother attitude about given exclusive breastfeeding, policy in the working place, and instrument in working place. There is a need to make an effort on: increasing the knowledge and motivation of working mother on the importance of the exclusive breastfeeding, facility in working place which support to given exclusive breastfeeding like children place and the policy about work time for mother who breast.

Keywords : Modelling, Exclusive breastfeeding, Working mother

ABSTRAK Penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia adalah penyakit infeksi terutama saluran nafas dan diare. Pencegahan penyakit infeksi dapat dilakukan dengan pemeliharaan gizi bayi dan balita yang baik salah satunya dengan pemberian ASI secara benar dan tepat. Tapi hal ini banyak menemui kendala, terutama pada ibu bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi pemodelan kuantitatif untuk analisis faktor penentu praktik pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Instansi Universitas Jenderal Soedirman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan cross sectional studi. Populasi penelitian adalah seluruh staf pengajar dan staf penunjang akademik wanita yang bekerja di instansi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Sampel adalah semua staf pengajar dan staf penunjang wanita yang bekerja di instansi Universitas Jenderal Soedirnan Purwokerto yang mempunyai anak balita usia 5 24 bulan dan bersedia diwawancarai. Dari hasil analisis univariat diperoleh hasil bahwa persentase pemberian ASI eksklusif sebesar 21%. Sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan mengenai ASI pada tingkat sedang, sikap terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif adalah kurang setuju ibu mendapat dukungan keluarga, dukungan atasan dan peraturan dalam memberikan ASI, tapi semua ibu menyatakan sarana di tempat kerja tidak mendukung. Semua ibu berpendidikan tinggi dan terpapar promosi susu formula. Rata-rata umur ibu adalah 31 tahun dengan jumlah anak 1 sampai 2. Analisis bivariat dengan uji regresi logistik sederhana menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif adalah sikap ibu terhadap kelangsungan pemberian ASI dan peraturan di tempat kerja. Pemodelan kuantitatif dengan regresi logistik multivariat menunjukkan hasil bahwa faktor penentu praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Unsoed adalah sikap terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif, peraturan di tempat kerja dan sarana di tempat kerja. Perlu upaya meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu bekerja mengenai pentingnya ASI eksklusif, upaya penyediaan fasilitas di tempat kerja yang mendukung pemberian ASI eksklusif seperti Tempat Penitipan Anak (TPA), dan adanya kebijaksanaan mengenai jam kerja bagi ibu yang menyusui. Kata kunci : Pemodelan, ASI Eksklusif, Ibu Bekerja PENDAHULUAN Salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia adalah masih tingginya angka kematian bayi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 AKB di Indonesia adalah sebesar 66 per seribu kelahiran hidup, SDKI 1997 sebesar 52 per seribu kelahiran hidup, dan SDKI 2002 2003 sebesar 35 per seribu kelahiran hidup.. Data dari World Factbook tahun 2003 berikut ini menunjukkan AKB untuk negara ASEAN lain yaitu Philipina 24,98 per 1000 kelahiran hidup (KH), Thailand 21,83 per

1000 KH, Malasyia 19 per 1000 KH, Brunei Darussalam 13,5 per 1000 KH, dan Singapura 3,3 per 1000 KH. Penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia adalah penyakit infeksi terutama infeksi saluran nafas dan diare. Upaya pencegahan terhadap penyakit infeksi dapat dilakukan dengan keadaan gizi balita yang baik. Pemeliharaan gizi bayi dan balita yang baik memerlukan pengaturan makanan yang tepat yaitu salah satunya dengan pemberian ASI secara benar dan tepat (Moehji, 1988). Bayi yang mendapat ASI akan lebih terjaga dari penyakit infeksi terutama diare dan ISPA serta mempunyai peluang untuk hidup lebih baik dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula (Weaver, 2003, Lawrence, 1994, Whorthington-Roberts, 1993). Pemberian ASI dapat menurunkan kesakitan bayi antara 10 20 kali dan menurunkan angka kematian bayi 1-7 kali, terutama pada bayi yang diberi ASI eksklusif sampai umur 4 6 bulan (Rosmalina, 1999). Pada tahun 2000 Pemerintah Indonesia mentargetkan minimal 80% bayi di Indonesia disusui secara eksklusif. Namun kenyataannya masih jauh dari harapan, pemberian ASI eksklusif belum membudaya pada masyarakat termasuk di kalangan ibu bekerja. Cakupan ASI eksklusif di Jawa Tengah pada tahun 2003 masih sangat rendah yaitu 17,60%. Kabupaten Banyumas pada tahun 2003, jumlah bayi yang berumur 0 11 bulan yang mendapatkan ASI sebesar 17.187 (BPS, 2003). Berdasarkan Seksi Kesehatan Ibu dan Anak DKK Banyumas (2004), persentase bayi baru lahir yang diberi ASI eksklusif dari tahun 2000 sampai 2003 sebesar 14,53% dan 3,51% berarti mengalami penurunan sebesar 11,02% dalam kurun waktu 3 tahun.

Hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan dan perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah karena program pemberian ASI eksklusif belum berjalan dengan baik. Keadaan demikian juga mencerminkan banyak ibu belum menyadari bahwa pemberian makanan tambahan pada bayi di bawah satu bulan dapat membahayakan keselamatan bayinya mengingat pencernaan bayi berumur kurang dari satu bulan belum sempurna (BPS, 2001). Kenyataan diatas semakin kompleks karena saat ini kesempatan kaum wanita untuk bekerja di luar rumah semakin terbuka, sehingga pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja semakin sulit. Padahal angka wanita yang bekerja di luar rumah semakin meningkat. SDKI 1997 mengungkapkan terdapat 14.328 juta (49,7%) pekerja wanita di Indonesia. Angka tersebut meningkat menjadi 51% (SDKI, 2003), 44,6% diantaranya berada di daerah perkotaan. Diperkirakan angka ini terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan juga oleh kemajuan yang diperoleh wanita di bidang pendidikan. Bekerja menuntut ibu untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dalam jangka waktu yang cukup lama setiap harinya. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2000), menunjukkan bahwa lama waktu pisah dengan bayi memiliki pengaruh negatif terhadap kelangsungan pemberian ASI. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irawan (1996) di Semarang, proporsi pemberian ASI eksklusif sampai 4 bulan oleh ibu bekerja sebanyak 16,9%, dan ibu yang bekerja berisiko 4,62 kali untuk tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Salah satu faktor penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah tidak adanya pusat informasi program ASI eksklusif dan manajemen laktasi yang

benar, terlalu gencarnya promosi susu formula dan sistem cuti bersalin yang hanya 3 bulan yang diberlakukan dengan sistem 1,5 bulan diambil sebelum dan 1,5 bulan sesudah melahirkan. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya tempat penitipan anak di lingkungan kerja (Roesli, 2000). Satu hal lagi yang perlu dicermati adalah ketidaksesuaian antara peraturan pemerintah mengenai cuti bersalin yang hanya 3 bulan ( UU No. 1/1951 pasal 13 ayat 2 dan PP No. 24/1976 pasal 19 ayat 3 yang isinya : lamanya cuti bersalin tersebut adalah 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua bulan sesudah persalinan, dengan Peraturan Menteri Kesehatan tentang PASI (Permenkes 237/Menkes/SK/IV/1997). Di dalam Permenkes 237 tahun 1997 disebutkan bahwa lama pemberian ASI ekslusif adalah 4 bulan. Kesenjangan tersebut tentu saja merupakan kendala yang besar bagi ibu bekerja untuk memberikan ASI ekslusifnya secara optimal. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu adanya perhatian khusus bagi tenaga kerja wanita yang bukan saja dalam bentuk penghargaan materi namun juga memberikan perlindungan terhadap hak-hak kesehatan reproduksinya, misalnya cuti hamil, cuti haid dan memberikan kesempatan bagi ibu bekerja yang mempunyai bayi untuk dapat menyusui bayinya dengan tenang. Universitas Jenderal Soedirman merupakan perguruan tinggi negeri yang ada di Purwokerto dimana wanita merupakan sebagian dari staf pengajar dan staf penunjang akademiknya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai praktik pemberian ASI ekslusif di kalangan ibu yang bekerja di Universitas Jenderal Soedirman.

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian explanatory survey (penelitian penjelasan). Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan cross sectional dimana variabel independen dan dependen yang terjadi pada subjek penelitian dikumpulkan secara simultan (satu saat bersamaan). Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan mulai bulan April Juni 2006. Tempat penelitian adalah di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Populasi penelitian adalah seluruh staf pengajar dan staf penunjang akademik wanita yang bekerja di Universitas Jenderal Soedirnan Purwokerto. Sampel adalah semua staf pengajar dan staf penunjang wanita yang bekerja di instansi Universitas Jenderal Soedirnan Purwokerto yang mempunyai anak balita usia 5 24

bulan dan bersedia diwawancarai. Analisis dalam penelitian ini meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi Square. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan status gizi balita dengan menyertakan variabel pengganggu. Uji yang digunakan adalah regresi logistik multivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja di Universitas Jenderal Soedirman baik staf pengajar maupun staf administrasi. Didapat sampel penelitian sebanyak 58 ibu yang terdiri dari staf pengajar sebanyak 30 orang (51,7%) dan staf administrasi sebanyak 28 orang (48,3%). A. Gambaran Praktik Pemberian ASI eksklusif Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu yang bekerja di Unsoed yaitu 46 orang (79%) tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, dan hanya 12

ibu (21%) yang memberikan ASI eksklusif. Hasil wawancara menunjukkan bahwa para ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif diantaranya dikarenakan karena alasan air susu tidak keluar/tidak lancar, merepotkan, atau juga karena merasa asupan makanan jika hanya dari ASI tidak mencukupi. B. Faktor faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Unsoed Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Unsoed meliputi pengetahuan ibu, sikap ibu terhadap praktik pemberian ASI eksklusif, sikap ibu terhadap kelangsungan pemberian ASI,dukungan keluarga, dukungan atasan, sarana di tempat kerja, peraturan di tempat kerja, umur ibu, pendidikan ibu , dan jumlah anak. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif adalah sikap terhadap kelangsungan pemberian ASI dan peraturan di tempat kerja.

Tabel 1. Hubungan Sikap Ibu terhadap Kelangsungan Pemberian ASI dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Praktik terhadap pemberian ASI Tidak Setuju Kurang setuju Setuju ASI eksklusif Tidak Eksklusif eksklusif n % n % 7 87.5 1 12.5 30 75 10 25 9 90 1 10 Nilai p *

0.013

Pemberian ASI eksklusif dengan persentase terbesar terdapat pada ibu yang mempunyai sikap kurang setuju. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p 0.013 yang berarti ada hubungan antara sikap terhadap kelangsungan pemberian ASI dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Menurut Kosim (1989) sikap ibu terhadap proses laktasi sangatlah penting karena ibu harus menyadari sepenuhnya bahwa proses laktasi 7

merupakan ikatan erat yaitu melibatkan ikatan dan sentuhan fisik maupun psikis sehingga sangat diperlukan pengertian untuk saling memberi dan menerima. Pengertian dari bayi tidak mungkin diharapkan karena ia sebagai objek. Ibu sebagai subjek dalam proses laktasi ini dengan dukungan positif dari ayah akan sangat menentukan. Tabel 2. Hubungan peraturan di tempat kerja dengan praktik pemberian ASI eksklusif

Peraturan di Tempat Kerja

Tidak mendukung Mendukung

ASI eksklusif Tidak eksklusif eksklusif n % n % 2 66.7 1 33.3 44 80 12 20

Nilai p * 0.043

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada ibu yang menyatakan bahwa peraturan di tempat kerjanya tidak mendukung (33.3%) dibandingkan dengan ibu yang menyatakan peraturan di tempat kerjanya mendukung. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p < yang berarti ada hubungan antara peraturan di tempat kerja dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Bekerja seharusnya bukan merupakan halangan untuk menyusui, karena sesungguhnya bila diupayakan dengan seksama wanita yang bekerja dapat menyusui bayinya dengan sukses. Hal yang perlu diupayakan adalah adanya peraturan dari pemerintah yang mengatur agar kantor-kantor atau pihak pengusaha menyediakan fasilitas bagi kelangsungan pemberian ASI ekslusif bagi pekerja wanita. Misalnya Taman Penitipan Anak (TPA) agar ibu selalu dekat dengan bayinya dan dapat memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi atau bila tidak memungkinkan bisa disediakan fasilitas pojok laktasi yaitu tempat untuk memeras ASI.

C. Pemodelan kuantitatif untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif

Masalah utama dalam pembuatan model adalah memilih kumpulan variabel yang harus dimasukkan ke dalam model. Pemilihan varibel di dalam model berdasarkan pertimbangan substansi keilmuan atau pemilihan secara statistik. Pemilihan berdasarkan statistik dilakukan dengan seleksi variabel dengan menggunakan regresi logistik sederhana. Jika hasil uji bivariat mempunyai nilai p uji likelihood rasio < 0,25 maka variabel tersebut dapat diikutkan ke dalam kandidat model multivariat. Bila nilai p > 0,25 tetapi secara substansi variabel tersebut berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif maka variabel tersebut tetap akan diikutkan sebagai kandidat model multivariat (Hosmer and Lemeshow, 2000). Berikut rangkuman hasil nilai p uji likelihood rasio tes dari analisis bivariat : Tabel 3. Rangkuman Hasil Nilai p Uji Likelihood No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Variabel Pengetahuan ibu Sikap terhadap praktik pemberian ASI eksklusif Sikap tehadap kelangsungan pemberian ASI Dukungan keluarga Dukungan atasan Sarana di tempat kerja Peraturan di tempat kerja Keterpaparan promosi susu formula Umur ibu Tingkat pendidikan Jumlah anak nilai p 0.610 0.694 0.008 0.434 0.165 0.232 0.042 0.325 0.446 0.643 0.478 Keterangan Bukan kandidat Bukan kandidat Kandidat Bukan kandidat Kandidat Kandidat Kandidat Bukan kandidat Bukan kandidat Bukan kandidat Bukan kandidat

Keempat variabel yang merupakan kandidat untuk pemodelan multivariat dianalisis secara bersama-sama hingga dihasilkan model akhir sebagai berikut :

Tabel 4. Model akhir Analisis Multivariat No. 1. Variabel Sikap terhadap kelangsungan pemberian ASI - Tinggi - Sedang - Rendah Peraturan di tempat kerja Sarana di tempat kerja Konstanta Beta nilai p 0.012 0 2.96 0.862 -0.2.78 -7.40 51.51 0.066 0.860 1 19.3 2.37 0.062 0.001 POR

2. 3. 4.

Tabel 4 menunjukkan pemodelan akhir dari faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif sehingga didapatkan pemodelan kuantitatif sebagai berikut: ASI = 51.51 + 2.96 Sikap (1) + 0.862 sikap (2) 0.28 aturan 7.40 sarana

Interpretasi dari pemodelan diatas adalah: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional ) sehingga interpretasi yang bisa dilakukan adalah melihat faktor yang paling dominan atau paling menentukan praktik pemberian ASI pada ibu bekerja yaitu pada variabel yang mempunyai nilai POR paling besar. Pemodelan menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan adalah sikap ibu terhadap kelangsungan pemberian ASI.

SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Persentase praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Unsoed adalah sebesar 12 ibu dari 58 (21%). 2. Ada hubungan antara sikap ibu terhadap kelangsungan pemberian ASI dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Unsoed dengan nilai p =0.013

10

3. Ada hubungan antara peraturan di tempat kerja dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Unsoed dengan nilai p =0.043 4. Pemodelan kuantitatif dengan regresi logistik multivariat menunjukkan hasil bahwa faktor penentu praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Unsoed adalah sikap terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif, peraturan di tempat kerja dan sarana di tempat kerja. 5. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif adalah sikap terhadap kelangsungan pemberian ASI. B. Saran 1. Perlu upaya meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu bekerja mengenai pentingnya ASI eksklusif 2. Perlu upaya penyediaan fasilitas di tempat kerja yang mendukung pemberian ASI eksklusif seperti Tempat Penitipan Anak (TPA). 3. Perlu adanya kebijaksanaan mengenai jam kerja bagi ibu yang menyusui. Upaya ini harus didukung dengan kebijakan pemerintah serta kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk tercapainya peningkatan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, BKKBN, Departemen Kesehatan. 2004. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. Jakarta. Badan Pusat Statistik, BKKBN, Departemen Kesehatan.1997. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997. Jakarta Departemen Kesehatan. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2002. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

11

Hasyim, Mahyudin, Agustria Z. Saleh, M.Alfin Sutan Purnama. 2000. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Wanita Pekerja Perusahaan Swasta Kota Palembang, Majalah Obstet Ginekologi Indonesia, Volume 24, No 4 Oktober 2000 Ibrahim, Tilaili. 2000. Analisis Pola Menyusui Bayi di Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar Propinsi DI Aceh. Tesis FKM UI. Tidak Dipublikasikan. Kosim, M. 1989. Psikologi Laktasi dalam Perinasia (editor) Bunga Rampai Menyusui dan Rawat Gabung. Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia). Jakarta. Lemeshow. S, & Hosmer. D.W. 2000. Applied Logistic Regression. A Wiley-Interscience Publication, New York. Moehji, Sjahmien.1988. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta Rosmalina, Yuniar dan Herman Susilowati. 1999. Pemberian ASI Eksklusif dan Status Gizi Bayi. Analisis Data Kesehatan SUSENAS 1998. Yayasan Pusat Pengkajian Sistem Kesehatan Biro Perencanaan Sekretariat Jendral Depkes RI. The World Factbook. 2003. Infact Mortality Http://www.cia.gov/cia/publication/factbook, diakses Februari 2005. Rate.

12

13

You might also like