You are on page 1of 12

PERKEMBANGAN MULTIMEDIA, KONVERGENSI, DAN JURNALISME

Tugas Ini Di Susun Untuk Pemenuhan Nilai Tugas Akhir Semester DOSEN: Dedi Kurnia SP, M.SI

Kharisma Tri Hidayat 050903503125082 UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI Kelas Pagi 08.00 09.40

Jalan Arteri Pondok Indah NO. 11. Jakarta Selatan 12240 Telp: (021) 739 8393 Fax: (021) 720 0352 Website: www.usni.ac.id

ABSTRAK Konvergensi media adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan. Konvergensi media biasanya merujuk pada perkembangan teknologi komunikasi digital yang dimungkinkan dengan adanya konvergensi jaringan.Konvergensi jaringan adalah koeksistensi efisien telepon, video dan komunikasi data dalam satu jaringan. Perkembangan konvergensi media Konvergensi pada umumnya berarti persimpangan media lama dan baru. Henry Jenkins menyatakan bahwa konvergensi adalah,Konvergensi media tidak hanya pergeseran teknologi atau proses teknologi, namun juga termasuk pergeseran dalam paradigma industri, budaya, dan sosial yang mendorong konsumen untuk mencari informasi baru. Konvergensi media terjadi dengan melihat bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain pada tingkat sosial dan menggunakan berbagai platform media untuk menciptakan pengalaman baru. Bentuk media baru akibat konvergensi media Munculnya fenomena konvergensi media ini, memaksa media konvensional melebarkan sayap dan masuk kedalam jaringan internet untuk dapat mempertahankan atau memperluas bisnisnya. Jurnalisme konvergensi melibatkan kerjasama antara jurnalis media cetak, media siar, dan media Web (daring) untuk menghasilkan berita terbaik yang dimungkinkan, dengan menggunakan berbagai sistem penyampaian. Hal ini menyebabkan berkembangnya media konvensional menjadi digital. Aplikasi teknologi komunikasi terbukti mampu menjembatani jalur transportasi pengiriman informasi media kepada khalayaknya. Akibatnya muncul jurnalisme online yang membuat wartawan untuk terus-menerus memperbaharui informasi yang mereka tampilkan seiring dengan temuan-temuan baru di lapangan. Dalam konteks ini, konsekuensi lanjutnya adalah berkurangnya fungsi editor dari sebuah lembaga pers karena wartawan relatif mempunyai kebebasan untuk segera memasukan informasi baru tanpa terkendala lagi oleh mekanisme kerja lembaga pers konvensional yang relatif panjang. Kehadiran Multimedia Terhadap Media Konvensional Multimedia telah menjadi istilah untuk sejumlah pilihan media baru yang berkembang dari penyebaran cepat jalur akses internet, digitalisasi media, dan konvergensi media. Definisi multimedia menggantikan komunikasi satu arah pada media massa konvensional dengan kemungkinan komunikasi dua arah dari web. Setiap individu dengan teknologi tepat guna sekarang dapat menghasilkan media online-nya dan termasuk gambar, teks, dan yang lainnya. Perkembangan teknologi multimedia baru adalah metode baru bagi seniman untuk berbagi pekerjaan mereka dan berinteraksi dengan dunia besar. Unsur lain dalam multimedia termasuk radio dan televisi, surat untuk editor, partisipasi pendengar dalam program tersebut, komputer dan program-program aplikasi teknologi.

BAB I A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Lahirnya teknologi multimedia adalah hasil dari perpaduan kemajuan teknologi elektronik, teknik komputer dan perangkat lunak. Kemampuan

penyimpanan dan pengolahan gambar digital dalam belasan juta warna dengan resolusi tinggi serta reproduksi suara maupun video dalam bentuk digital. Multimedia merupakan konsep dan teknologi dari unsur - unsur gambar, suara, animasi serta video disatukan didalam komputer untuk disimpan, diproses dan disajikan guna membentuk interaktif yang sangat inovatif antara komputer dengan user. Teknologi Multimedia merupakan perpaduan dari teknologi komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak dengan teknologi elektronik, perkembangan serta pemanfaatan teknologi multimedia banyak digunakan hampir diseluruh aspek kegiatan. Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri. Di dunia bisnis, multimedia digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning. Pada awalnya multimedia hanya mencakup media yang menjadi konsumsi indra penglihatan (gambar diam, teks, gambar gerak video, dan gambar gerak rekaan/animasi), Dalam perkembangannya multimedia mencakup juga kinetik (gerak) dan bau yang merupakan konsupsi indra penciuman. Multimedia mulai memasukkan unsur kinetik sejak diaplikasikan pada pertunjukan film 3 dimensi yang digabungkan dengan gerakan pada kursi tempat duduk penonton. Kinetik dan film 3 dimensi membangkitkan sense realistis. Baru mulai menjadi bagian dari multimedia sejak ditemukan teknologi reproduksi bau melalui telekomunikasi. Dengan perangkat input pendeteksi bau, seorang operator dapat mengirimkan hasil digitizing bau tersebut melalui internet. Komputer penerima harus menyediakan perangkat output berupa mesin reproduksi bau. Mesin

reproduksi bau ini mencampurkan berbagai jenis bahan bau yang setelah dicampur menghasilkan output berupa bau yang mirip dengan data yang dikirim dari internet. Dengan menganalogikan dengan printer, alat ini menjadikan feromon-feromor bau sebagai pengganti tinta. Output bukan berupa cetakan melainkan aroma.

BAB II
B. KERANGKA TEORI 1. PEMBAHASAAN A. Pengertian Teknis tentang Multimedia Apa yang dimaksud dengan multimedia. Multi artinya banyak. Sedangkan media adalah sarana untuk mendistribusikan dan merepresentasikan informasi, seperti lewat teks, grafik, gambar, suara, musik, animasi, dan video.Jadi multimedia merupakan pengalaman interaktif berbasiskan komputer, yang memanfaatkan suara, animasi, video, dan realitas virtual, sebagai tambahan terhadap media tradisional seperti teks, grafik, dan gambar. Multimedia terbagi dua: Linear dan nonlinear.

Multimedia yang linear, artinya, content-nya bersifat aktif dan linear, serta proses penyampaiannya berlangsung tanpa kontrol navigasi apapun terhadap penonton. Misalnya, seperti kita menonton bioskop atau televisi siaran yang ada sekarang. Sedangkan, multimedia yang non-linear, artinya, ada penyampaian content yang non-linear, yang menawarkan interaktivitas kepada si pengguna, untuk mengendalikan keberlangsungan proses penyampaian informasi tersebut.

Contohnya, seperti yang digunakan pada game komputer sekarang, dan TV masa depan nantinya, di mana penonton bisa memilih acara yang mau ditonton.

B . Rumusan Multimedia dalam Jurnalisme Kata multimedia newsrooms kini sudah semakin diterima, sebagai bagian dari kamus dunia jurnalisme kontemporer. Seperti juga kata konvergensi (convergence), kepemilikan-silang media (media cross ownership), dan

sebagainya. Jurnalisme yang dimaksud di sini bukan cuma dalam praktik yang dilakukan seorang jurnalis sehari-hari, tetapi juga penerapannya dalam dunia pendidikan dan riset. Sejauh ini ada dua cara untuk merumuskan multimedia dalam jurnalisme. Pertama, sebagai presentasi dari paket berita (news story) di situs web, yang menggunakan dua atau lebih format media. Seperti (namun tidak terbatas pada), kata yang dituliskan dan diucapkan, musik, gambar diam dan bergerak, animasi grafis, termasuk unsur-unsur interaktif dan hipertekstual (jurnalisme online). Kedua, sebagai presentasi paket berita yang terpadu (walau tidak harus serentak) melalui media-media yang berbeda. Seperti (namun tidak terbatas pada), situs web, e-mail, SMS, MMS, radio, televisi, teleteks, suratkabar, dan majalah cetak (integrasi horizontal dari media-media)

C. Konvergensi Dan Multimedia

Penjelasan tentang multimedia tadi terkait dengan konvergensi, yang secara umum bisa diartikan dengan menyatunya berbagai layanan dan teknologi komunikasi serta informasi. Konvergensi berarti hilangnya berbagai sekat penghalang, yang sebelumnya memisahkan layanan dan teknologi informasi dan telekomunikasi menurut sejumlah dimensi: antara industri dan industri, antara aplikasi dan aplikasi, antara produser dan konsumen, antara negara dan negara.

Kedua rumusan tentang multimedia dalam jurnalisme tadi mengasumsikan proses konvergensi sebagai sebuah proses yang linear. Kedua definisi itu harus dipahami sebagai titik-titik ujung, yang dimungkinkan pada sebuah garis lurus. Yaitu, pada salah satu ujung tidak terdapat konvergensi sama sekali (no convergence). Sedangkan, pada ujung lain terjadi konvergensi sepenuhnya (full convergence).

Dari sejumlah literatur, ada perbedaan tentang tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh perusahaan media, dari tahap tak ada konvergensi sama sekali, ke arah tahap konvergensi penuh.Namun, semuanya mengasumsikan cepat atau lambat, seluruh organisasi media akan bergerak ke tahapan, di mana integrasi dari bagian-bagian yang berbeda dalam proses pembuatan berita (news making process) bisa tercapai. Bagian-bagian itu termasuk audio, video, teks, gambar, grafis, dan juga langkah pemasaran, promosi-silang, penjualan, redistribusi, dan interaktivitas dengan publik. Bicara tentang jurnalisme multimedia akan terkait dengan konvergensi di perusahaan-perusahaan media berita. Konvergensi umumnya dipandang dalam bentuk (meningkatnya) kerjasama dan kolaborasi antara berbagai newsroom media yang awalnya berbeda/terpisah, dengan bagian-bagian lain dari suatu perusahaan media modern.

Contoh-contoh konvergensi ini bermunculan di Web. Pengoperasian berita multimedia sering dimulai dengan situs web bersama, dan pada beberapa titik tertentu meluas ke jenis-jenis pertukaran lain. Seperti, saling promosi proyekproyek, penjualan iklan lintas media, pertukaran berita, integrasi parsial dari newsroom, dan sebagainya.

Proyek-proyek multimedia terpadu kini sudah menjadi praktik umum, khususnya di industri hiburan. Film Star Wars besutan sutradara George Lucas, misalnya, dengan sangat cermat dan terinci dikembangkan, disiapkan untuk peluncuran, dan saling dipromosikan lewat berbagai platform, saluran, dan pasar media.

D. Contoh Praktik Jurnalisme Multimedia Berikut di bawah ini adalah contoh-contoh jurnalisme multimedia, dari tahapan yang paling awal ke tahapan yang lebih maju,Pertama, aksi stand-up yang dilakukan jurnalis media cetak, untuk menghadirkan beberapa aspek dari berita di depan kamera, bagi perusahaan televisi yang menjadi mitra perusahaan media

Kedua, galeri atau pertunjukan slide foto-foto, yang dilakukan oleh jurnalis foto (media cetak) untuk situs web dari perusahaan suratkabarnya. Termasuk yang dipertunjukkan di situs web itu adalah foto-foto yang tak punya ruang untuk dimuat di media cetak. Ketiga, berita singkat atau rangkuman, yang ditulis oleh reporter media cetak, media siaran, dan media online, yang kemudian digunakan untuk berita lewat email atau SMS.

Keempat, proyek gabungan bersama di antara operasi media-media yang berbeda, untuk mengumpulkan, menyunting, dan menyampaikan berita, lewat format-format

Kelima, newsroom multimedia yang terintegrasi secara penuh, di mana tim-tim dari pekerja berita dari media cetak, media siaran, dan media onlinesecara bersama-sama mengumpulkan informasi, menggali data, dan merencanakan paket berita, yang ditujukan bagi distribusi di seluruh lintas media.Berbagai riset di sejumlah negara menunjukkan, penggunaan kontemporer atas proyek-proyek multimedia dan proses-proses di dalam organisasi berita, cenderung

memproduksi kembali praktik dan budaya jurnalisme gaya lama yang sudah ada.

Misalnya, sebagian besar situs web dan paket berita tidak menggunakan opsi interaktif. Sebagian besar opsi multimedia tetap sangat minimal dimanfaatkan. Sedangkan, sebagian besar contoh penggunaan yang inovatif atas hiperteks, multimedia, dan interaktivitas umumnya justru ditemukan di luar media berita online

E. Perbedaan dengan Jurnalisme Online

Dengan

adanya

internasionalisasi

dan

ekspansi

global

pada

industridan pasar media, kepemilikan silang media menjadi dimungkinkan olehmeningkatnya deregulasi di banyak negara. Terutama, dalam upayaupayaperusahaan media cetak dan siaran mengembangkan mitra online-nya.

Dari uraian tersebut, perwujudan jurnalisme multimedia terkesan mirip atau sama,saja dengan jurnalisme online. Yakni, memproduksi digital

content,(termasukaudio, video, dan teks) yang bisa dibilang eksklusif, sematamata untuk presentasi dan distribusi di World Wide Web. Namun, sebenarnya ada perbedaanantara keduanya. Perbedaannya terletak pada niat atau tujuan jurnalisme

Secara prinsip, kehadiran jurnalisme online tidaklah didorong oleh kepentingan multimedia. Pada jurnalisme online, penyampaian berita secara digital, dengan menggunakan sejumlah media sekaligus (multiple media), dapat dilihat sebagai potensi. Tetapi penggunaan sejumlah media sekaligus bukanlah unsur yang

mutlak dibutuhkan, untuk nilai tambah bagi sebuah presentasi jurnalistik online. Maka, singkatnya, Jurnalisme online tidaklah sama dengan jurnalisme multimedia

Sebagai penutup, patut juga kita pertanyakan beberapa hal. Dari seluruh uraian di atas, terkesan proses konvergensi pada perusahaan media akan berlangsung lurus dan mulus. Namun, apakah betul konvergensi harus dipahami sebagai suatu proses yang linear Konvergensi bisa saja gagal, atau ada sebagian dari organisasi media yang tetap tak tersentuh oleh proses konvergensi.

Asumsi lain yang agak mengganggu adalah, apakah benar proses konvergensi itu sesuatu yang tidak terhindarkan (inevitability)? Apakah betul-betul sudah ada konsensus di kalangan para praktisi media yang terlibat dan pihak-pihak yang berkepentingan, tentang apa arti konvergensi itu bagi mereka, atau pekerjaan,mereka, atau keterlibatan dalam perusahaan.

Masalahnya adalah, konvergensi dalam arti kolaborasi dan integrasi sebagian operasi media-media yang berbeda-- tidak selalu berjalan mulus. Khususnya jika kita mengamati praktik yang ditunjukkan media cetak dan media siaran,.

Berbagai pertanyaan ini sepatutnya kita ingat, sebagai salah satu acuan dalam mengamati perkembangan industri dan teknologi media yang sangat pesat. Perkembangan itu memang melahirkan peluang-peluang baru, tetapi sekaligus juga tantangan-tantangan.

Salah satu hal baru yang patut dicatat adalah perkembangan di pihak audiens atau pengguna media itu sendiri. Survey tahun 2002 terhadap lebih dari 7.800 orang dewasa di Amerika menunjukkan, lebih dari separuh mereka menggunakan beberapa media (multiple media) sekaligus pada saat yang sama. Ini merupakan tren terpenting dalam ritual cara penggunaan media, yang akan semakin mewarnai perkembangan industri media.

Deuze, Mark. 2004. Journalism Journalism Studies hlm. 139-152. Kusuma, Tb Maulana. 2008. Multimedia Technology in Broadcasting

BAB III 3.1 Kesimpulan Dapat kita tarik beberapa kesimpulan tentang peranan multimedia dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Multimedia ,konvergensi dapat digunakan untuk membantu pembelajar membentuk model mental yang akan memudahkannya memahami suatu konsep. 2. Pemanfaatan multimedia dapat membangkitkan motivasi belajar para pembelajar, karena adanya multimedia membuat presentasi pembelajaran menjadi lebih menarik

3.2 Saran Perlu diperhatikan juga bahwa sesuatu yang menarik tidak secara otomatis mudah dipahami karena adakalanya, suatu tampilan yang menarik justru akan memecah fokus perhatian pembelajar. Penggunaan multimedia harus benar-benar dipilih sesuai kebutuhan. Ada beberapa materi

pembelajaran (terutama yang kompleks) yang memerlukan multimedia, tetapi ada juga materi pembelajaran yang cukup disampaikan secara lisan saja, tanpa perlu bantuan perangkat multimedia karena cukup sederhananya materi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Deuze, Mark. 2004. What is Multimedia Journalism?, Journalism Studies Volume 5, Number 2, hlm. 139-152. Kusuma, Tb Maulana. 2008. Multimedia Technology in Broadcasting

You might also like