You are on page 1of 10

ASUHAN MASA NIFAS NORMAL A.

Pengkajian (Pengumpulan data dasar) Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. 1. Data Subyektif a. Identitas pasien  Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.

 Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.

 Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

 Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebi-danan dan untuk mengetahui sejauhmana ringkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.

 Suku/bangsa Berpengaruh pada adapt istiadat atau kebiasaan sehari hari.

 Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.

 Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

b. Keluhan

Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.

c. Riwayat Kesehatan  Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.

 Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.

 Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada-penyakit keluarga yang menyertainya.

d. Riwayat Perkawinan. Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.

e. Riwayat Obstetrik  Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.

 Riwayat Persalinan sekarang. Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa ber-pengaruh pada masa nifas saat ini.

f. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.

g. Kehidupan Sosial Budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adapt istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.

h. Data Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi seting diakibatkan oleh sejumlah faktor.

i.

Data Pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.

j.

Pola pemenuhan kebutuhan Sehari-hari.  Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.

 Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekrest yaitu kebiasaan buang air besar

meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.  Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.  Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalii menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genctalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.

 Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.

B. DataObyektif Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah: 1. Vital sign

Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. a. Tempetatur / suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38OC adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.

b. Nadi dan pernafasan  Nadi berkisar antara 60 80x/ menit. Denyut nadi di acas 100 x/ menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibaikan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.  Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.  Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan.  Pernafasan harus berada dalam tentang yang normal, yaitu sekitar 20 30x/menit.

c. Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.

2.

Pemeriksaan fisik a. Wajah Mata Conjungtiva Sclera : anemis atau tidak : ikterik atau tidak

Terdapat oedema disekitar wajah atau tidak. Leher Palpasi apakah adan pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan bendungan vena jugolaris.

b. Payudara Simetris/ tidak Konsistensi, ada pembengkakan/ tidak Adanya nyeri tekan Puting menonjol/tidak, lecet/tidak Pengeluaran ASI

c. Abdomen Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diatesis recti dan kandung kemih. Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus apakah baik atau lembek, posisi dan tinggi fundus uteri (normalnya TFU pada ibu nifas di bawah pusat).

d. Genitalis Lochea

Normal: y y y y Merah hitam (lochia rubra) Bau biasa Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)

Abnormal: Merah terang Bau busuk Mengeluarkan darah beku Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 02 jam)

y y y y

Keadaan perineum Perhatikan apakah perineum oedema, hematoma, bekas luka episiotomy / robekan, hecting.

Keadaan anus: Apakah pasien mempunyai hemorrhoid atau tidak.

e. Ekstremitas Varices Oedema Refleks patella

C. Intepretasi Data Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.

D. DiagnosaPotensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.

E. Antisipasi Masalah Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. F. Perencanaan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang tetah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.

G. Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.

H. Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.

KONSELING PADA IBU NIFAS Bantuan konseling pada ibu nifas, meliputi: adaptasi pada masa nifas, teknik menyusui dan perawatan payudara atau manajemen laktasi. Pemahaman klien terhadap keadaan dirinya perlu kita bantu, hal tersebut karena klien masih dalam keadaan lelah akibat persalinan, adanya perasaan nyeri setelah bersalin, engorgement, proses involusi, proses lokhea, dan laktasi. Dalam proses konseling, bidan sebagai konselor harus mampu mendengarkan klien dan melaksanakan bimbingan dan pelatihan kepada ibu dalam rangka memandirikan ibu dalam merawat dan memenuhi kebutuhan bayinya. Bidan memeriksa keadaan fundus uteri dengan penuh kelembutan serta melakukan komunikasi dengan klien dan menerima segala keluhan klien. Bidan membimbing klien dalam melaksanakan proses menyusui yang baik pada proses rawat gabung. Bidan mencontohkan cara memegang bayi dengan kasih saying penuh.

You might also like