You are on page 1of 16

Sistem Kesehatan

Oleh Ede Surya Darmawan a. Pengertian Sistem Kesehatan Banyak pihak yang telah mendefiniskan sisstem kesehatan baik lembaga maupun ahli perseorangan sebagaimana berikut ini: Departemen Kesehatan dalam buku Sistem Kesehatan Nasional: SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. Dari rumusan pengertian di atas, jelaslah SKN tidak hanya menghimpun upaya sektor kesehatan saja melainkan juga upaya dari berbagai sektor lainnya termasuk masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan kesehatan tidak ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja. Dengan demikian, pada hakikatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.

WHO dalam the World Health Report 2000: This report defines a health system to include all the activities whose primary purpose is to promote, restore or maintain health. Sementara itu menurut Lassey1: Health care system is defined as the combination of health care institutions, supporting human resources, financing mechanism, information system,

organizational structures that link institutios and resources, and management structures that collectively culminate in the delivery of health services to patients Dan menurut Roemer2:
1 Lassey, Marie L. et all, Health Care Systems Around the World: Characteristic, Issues, Reform., Prentice Hall, 1997 2 Roemer, Milton Irwin., National Health System of the World Volume I, Oxford University Press, 1991

A system is a set of interr related and i interdepende parts, de ent esigned to ac chieve a set o of go oals. Health system is the combina h ation of reso ources, orga anization, fi financing, an nd management that culmina in the del m ate livery of hea services to the popul alth lation.

Komponen Sistem Kese S ehatan b. K Roemer berp R pendapat bahwa sebua sistem kesehatan haruslah di ah ibangun ata as pemahaman terhadap det t terminan kes sehatan yang selanjutny disajikan dalam bentu g ya uk ebuah mode determina kesehatan Model de el an n. eterminan ke esehatan dar Roemer in ri ni se mencoba me m embagi dua faktor yang berpengar g ruh terhadap status kesehatan yait p tu fa aktor karakt teristik indiv vidu dan fak ktor pelayan kesehata seperti d nan an dalam gamba ar berikut:

Gambar: Dete erminan Kes sehatan (Milt Roemer, 1996) ton ,

Model determ M minan kesehatan dari Ro oemer di ata berbeda d as dengan mode determina el an ya dikenalk sebelum ang kan mnya oleh H Blum (19 HL 974). Perbed daan ini lebi pada sudu ih ut pa andang inte ervensi yang diperluka Blum memandang bahwa stat g an. m tus kesehata an di ipengaruhi o oleh empat determinan yang pada setiap dete n a erminan itu memerluka an in ntervensi ke esehatan. A Adapun Ro oemer mem mandang ke esehatan tid daklah haru us

melakukan intervensi pada seluruh determinan, namun lebih fokus pada upaya kesehatan baik itu promosi, preventif, proteksi, pengobatan, rehabilitasi dan lain-lain. Agar status kesehatan dapat meningkat, maka haruslah dibangun suatu sistem kesehatan yang memiliki 5 komponen utama (Roemer, 1996) yaitu: Production of resources Organization of program Economic support mechanism Management methods Deliveryof services

Adapun model yang dibuat berdasarkan kelima komponen itu sebagai berikut:

Management

Health Needs

Resources

Organization

Service Delivery

Health Results

Economic Support

Sementara itu Lassey, menjelaskan komponen dasar tentang sistem kesehatan yang sudah tercakup dalam definisi sistem kesehatan yang diajukannya sebagai berikut: Lembaga Departemen Kesehatan Masyarakat: Daerah, Propinsi dan Pusat Rumah sakit Klinik Organisasi pemelihara kesehatan (HMO) Fasilitas perawatan jangka panjang Klinik kesehatan mental Sumber Daya Manusia Pendukung Kesehatan masyarakat Dokter Dokter gigi Administrasi kesehatan Perawat Apoteker Psikolog Pekerja Sosial

Terapist: fisik, kesehatan kerja, bicara Alhi nutrisi dan diet Teknologi medis Sistem Informasi Mekanisme Pembiayaan Komunikasi inter personal Unit keuangan kesehatan pemerintah Jaringan komputer, termasuk email Asuransi kesehatan nasional Dana asuransi daerah (dana pengobatan) Jurnal, majalah, dan buletin Sistem telepon termasuk voicemai Asuransi kesehatan swasta Orgasnisasi pengelola layanan Sistem video dan komuniskasi interaktif lainnya (managed care) Asuransi khusus seperti medicare dan medicaid Gaji dan pajak Pembayaran langsung (out of pocket) Sumbarangan dan wakaf Struktur Management Organisasi Terkait Sistem administrasi kesehatan Asosiasi ahli kesehatan masyarakat masyarakat Asosiasi dokter Administrasi pelayanan kesehatan Asosiasi rumah sakit primer, sekunder dan tersier Asosiasi perawat Administrasi lembaga penyedia layanan Asosiasi apoteker kesehatan Asosiasi tenaga kesehatan pedesaan Siste adminstrasi multi lembaga Asosiasi tenaga kesehatan mental Administrasi sistem keuangan Asosiasi asuransi kesehatan Pemerintah Sumber: Diadaptasi dari Lassey et all 1997 berdasarkan Anderson 1989 dan Frenk 1994 Perguruan tinggi sekolah kesehatan Unit-unit teknologi kesehatan

Pada perkembangan terakhir, tepatnya tahun 2000 WHO menerbitkan laporan kesehatan tahunan yang memberikan gambaran komponen sistem kesehatan secara lengkap. Menurut WHO (2000) sistem kesehatan yang baik memiliki 3 tujuan dan 4 fungsi kunci sebagaimana dalam gambar berikut ini:

Penjelasan dari 3 tujuan sistem kesehatan menurut WHO sebagai berikut: 1) Meningkatkan derajat kesehatan dari masyarakat yang dilayaninya (improving the health of the population they serve) sebagai tujuan akhir sistem kesehatan. Status kesehatan merupakan tujuan akhir yang sangat jelas yang harus dicapai oleh sistem kesehatan. Hal ini berarti melakukan berbagai upaya yang diperlukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang sebaik mungkin bagi seluruh penduduk pada seluruh tahapan siklus kehidupan (kelompok umur) harus diupayakan termasuk di dalamnya adalah pencegahan kematian prematur dan kecacatan. 2) Tanggap terhadap kebutuhan/harapan masyarakat (responding to peoples expectations). Sistem kesehatan yang tanggap terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat tidaklah diukur dari bagaimana sistem merespon kebutuhan kesehatan yang dapat dilihat dari outcome kesehatan, tetapi dilihat dari bagaimana kinerja sistem yang berkaitan dengan aspek-aspek di luar kesehatan, terpenuhi atau tidak terpenuhinya harapan masyarakat tentang bagaimana mereka dilayani oleh pemberi pelayanan kesehatan, perawatan, dan pelayanan tidak langsung lainnya. Secara umum tingkat ketanggapan dapat dilihat pada prinsip memberikan pelayan yang baik bercirikan memberikan rasa hormat kepada setiap manusia dan berorientasi kepada pelanggan. Pelayanan yang memberikan rasa hormat pada setiap manusia diantaranya termasuk:

Menghormati harkat derajat manusia setiap orang. Pada tataran yang ekstrim adalah tidak mengucilkan manusia karena kelainan genetik atau penyakit menular yang akan melanggar hak asasi manusia

Kerahasiaan, atau hak untuk menentukan siapa yang dapat akses terhadap informasi kesehatan (rekam medik) Otonomi untuk berpartisipasi dalam menentukan pilihan yang terkait dengan kesehatan seseorang. Hal ini termasuk memberikan bantuan untuk memilih yang mau diterima atau tidak mau diterima.

Pelayanan yang berorientasi kepada pelanggan, termasuk diantaranya: Perhatian yang selayaknya seperti: pelayanan yang cepat pada saat gawat darurat dan waktu tunggu yang wajar untuk pelayanan tidak gawat darurat Kenyamanan dalam kualitas yang memadai seperti kebersihan, ruangan, dan makanan dari rumah sakit Akses terhadap dukungan social, keluarga dan sanak saudara Memilih pemberi layanan, atau bebas untuk memilih perorangan atau lembaga untuk memberikan pelaayan.

3) Kontribusi pembiayaan yang adil (fairness in financial contribution) Pembiayaan kesehatan yang adil atau fair financing dalam sistem kesehatan diartikan bahwa risiko dari setiap rumah tangga terhadap biaya kesehatan didistribusikan berdasarkan kemampuan membayar daripada risiko terhadap kesakitan. Dengan kata lain sistem pembiayaan yang adil yang dapat memberikan jaminan perlindungan keuangan untuk setiap orang atau dengan bahasa lain menyediakan perlindungan keuangan terhadap biaya kesehatan dan kesakitan. Hal ini merupakan jawaban terhadap kenyataan bahwa setiap orang dan rumah tangga ada kalanya dihadapkan pada kejadian pemiskinan akibat biaya berobat yang diperlukan. Pembayaran untuk layanan kesehatan dapat menjadi tidak adil dalam bentuk 2 cara yang berbeda yaitu besarnya pembelanjaan tak terduga (unexpected expenses) dan proporsi pembayaran yang tidak berimbang karena mereka yang tidak mampu akan membayar biaya kesehatan yang proporsinya jauh lebih besar dibandingkan mereka yang mampu (regressive payment). Masalah pertama dapat diselesaikan

dengan minimalisasi pembiayaan dari saku (out of pocket) dan disediakan sistem pembiayaan prabayar yang lebih bisa diperkirakan dan tidak berhubugann denga kesakitan atau pemanfaatan layanan. Masalah yang kedua dapat diselesaikan dengan memberikan jaminan pembiayaan prabayar melalui pajak, asuransi sosial atau asuransi sukarela yang progresif yang terkait dengan kemampuan membayar daripada risiko sakit.

Dalam bahasa lain, pembiayaan kesehatan dapat dikatakan adil secara sempurna jika ratio besar kontribusi biaya kesehatan terhadap besar dana untuk pembiyaan non-pangan adalah sama untuk seluruh rumah tangga yang tidak tergantung dari pendapatan, status kesehatan atau pemanfaatan layanan dalam sistem kesehatan itu. Sistem kesehatan yang adil secara sempurna tidak akan memberikan perbedaan layanan pada setiap orang walaupun berasal dari kelompok dan latar belakang yang berbeda.

Dari sudut pandang fungsi, WHO menyebutkan 4 fungsi kunci yang harus diselenggarakan oleh sebuah sistem kesehata yaitu penyediaan pelayanan (delivering services), pembuatan dan pengelolaan sumber daya (creating resources), pendanaan (financing), dan pengawasan (stewardship/oversight). 1) Penyediaan Pelayanan (selivering services) Prinsip utama dalam penyediaan pelayanan adalah memilih pelayanan dengan baik dan mengelolanya dengan baik pula (well chosen and well organised). Untuk dapat memberikan layanan kesehatan yang baik, ada beberapa pertimbangan yang disarankan sehingga dapat dilaksanakan oleh suatu negara/pemerintahan sebagai berikut: Masyarakat sebagai pusat dari layanan kesehatan Layanan kesehatan adalah tempat dimana masyarakat memenuhi kebutuhannya akan layanan kesehatan yang diperlukan. Pada saat yang sama masyarakat pun berperan dalam memberikan kontribusi pembiayaan, penyedian tenaga kesehatan, dan pengawas terhadap proses layanan. Ilustari peran masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat adalah pusat dari layanan kesehatan

digambarkan sebagai berikut:

Memilih layanan yang paling besar memberikan dampak kesehatan Dalam Laporan Pembangunan Dunia tahun 1993, Bank Dunia yang dikutip oleh WHO (2000) telah melakukan identifikasi berbagai pelayanan kesehatan yang memberikan dampak kesehatan paling besar. Secara khusus Bank Dunia menyatakan bahwa pelayanan kesehatan harus dikelola dengan baik agar dapat mengurangi beban penyakit, utamanya pada masyarakat miskin, dengan biaya yang masuk akal atau cost effective. Unutk bisa memilih pelayanan yang baik, WHO menyatakan dapat dimulai dengan menganalisis kapasitas layanan yang ada, menetapkan dampak dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan, menetapkan langkah-langkah untuk mewujudkannya, dan menghilangkan atau melakukan perubahan dari layanan yang ada.

Pertimbangan pembiayaan dalam memilih layanan Layanan kesehatan yang disediakan haruslah mempertimbangkan berapa besar biaya diperlukan dan kemampuan untuk mendanainya. Pertimbangan hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan kerangka berpikir berikut ini.

Menetapkan layanan prioritas berdasarkan layanan yang rasional Pelayanan kesehatan yang disediakan haruslah untuk mengatasi masalah kesehatan yang menjadi prioritas oleh masyarakat banyak. Dengan kata lain pelayanan yang disediakan akan menguntungkan untuk seluruh masyarakat dan bukan oleh sekelompok kecil masyarakat tertentu yang memiliki kemampuan membayar tinggi. Pada sisi lain, pertimbangan kemampuan penyediaan sumber daya yang diperlukan harus diperhatikan. Untuk dapat mengetahui hal ini WHO menyarakan beberapa langkah sebagai berikut: o Penilaian terus-menerus terhadap faktor-faktor risiko, beban panyakit, dan pola penggunaan layanan pada masyarakat o Informasi global tentang efektifitas dan pembiayaan suatu intervensi termasuk strategi dan pelaksanaanya, haruslah diadaptasi ke dalam konteks daerah berikut pendanaannya o Setiap negara harus membuat kebijakan yang jelas tentang pelayanan yang rasional untuk menjamin sumber daya yang terbatas dimanafaatkan pada pelayanan yang memberikan dampak besar o Pada akhirnya, tidak ada satu pun langkah diatas yang bermanfaat kecuali layanan kesehatan diberikan jaminan atas kualitasnya

Pengorganisasian dan penyediaan imbalan atas jasa layanan

Pelayanan kesehatan yang telah disediakan dan dibiayai, haruslah dikelola dalam sebuah pengorganisasian yang baik. Agar pengorganisasian dapat berjalan dengan baik maka tuntutan berikuntya adalah penyediaan imbalan atas jasa layanan yang memadai. WHO menyebutkan secara berurut peranan antara organisai, kelembagaan, intervensi hingga imbalan sebagai berikut: o Organisasi adalah para pemeran seperti penyedia layanan individual, rumah sakit, klinik, apotek dan toko obat, dan program kesehatan masyarakat. o Kelembagaan adalah peraturan (aturan formal dan kesepakatan) secara social disepakati dan mengatur hubungan antar manusia dengan mekanisme yang memungkinkan tegaknya peraturan. Kelembagaan pokok yang mempengaruhi sistem penyediaan layanan adalah peraturan yang terkait dengan pengawasan (pengelolaan, diseminasi informasi, koordinasi, dan regulasi) dan pengadaan barang dan jasa. o Intervensi, dari sudut pandang penydiaan pelayanan atau kegiatan maka intervensi merupakan objek dari aturan main yang dibuat termasuk didalamnya adalah pengobatan klinis, pengukuran kesehatan masayrakat, dan aksi-aksi promosi kesehatan lintas sekoral. o Imbalan adalah penghargaaan dan hukuman yang akan dihadapi oleh penyedia layanan sebagai konsekuensi dari organisasi tempat mereka bekerja, kelembagaan yang mengatur mereka beroperasi, dan intervensiintervensi spesifik yang mereka sediakan.

Dari berbagai pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyediaan pelayanan harus berdasakan pada upaya memilih jenis layanan yang sesuaidan dibutuhkan masyarakat, memilih layanan yang cost effective, dikelola dengan baik dan diberikan insenstfi yang memadai bagi para pengelolanya.

2) Penyediaan Sumber Daya (Creating resources) Penyediaan layanan kesehatan membutuhkan sumber daya yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan layanan dengan baik. Sumber daya dimaksud adalah sumber daya manusia, gedung-gedung dan peralatan, dan bahan habis pakai termasuk obat. Sumber daya yang dibutuhkan haruslah lengkap, karena walaupun memiliki tenaga kesehatan seperti dokter, bida, perawat dan lain-lain namun tidak didukung gedung,

peralatan, dan prasarana lain menjadi tidak bermanfaat. Sumber daya harus disediakan untuk kegiatan investasi dan juga pemeliharaannya. Investasi yang telah dikeluarkan untuk menguasai keterampilan, gedung-gedung, dan peralatan kesehatan harus dipelihara dengan baik agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar dan lebih lama. Keberimbangan juga harus memperhatikan jangka waktu dan perbedaan geografi. Dalam tataran praktis, ketidakberimbangan sering terjadi antara investasi dengan pemeliharaan, antar berbagai kategori input, dan akhirnya akan berimbas pada kinerja organisasi. Sebuah pilihan investasi haruslah dibuat dengan hati-hati untuk mengurangi kemungkinan kejadian ketidakberimbangan pada masa yang akan datang. Agar dapat memenuhi sumber daya yang berimbang, sebuah sistem kesehatan haruslah menghitung berapa kebutuhan dana yang diperlukan sebagaimana ilustrasi sebagai berikut:

Dalam hal penyediaan sumber daya manusia, WHO mengidentifikasi 4 jenis ketidakberimbangan yaitu dalam hal jumlah, kualifikasi (pelatihan dan kemampuan), distribusi, dan kegagalan kebijakan publik sebelumnya. Gambaran yang jelas tentang ketidakberimbangan dapat dilihat pada rendahnya kinerja, fasilitas kesehatan yang memburuk, dan moral kerja yang rendah. Akibat dukungan sumber daya yang terbatas, sering terjadi termasuk di Indonesia, SDM kesehatan yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil memiliki semangat dan kerja dan kinerja yang rendah ketika

bekerja di instansi pemerintah. Mereka kemudian bekerja lagi di instansi swasta dan bahkan ada yang pindah sepenunhya. Hal ini kemudian membawa pindah juga pasien dari instansi layanan kesehatan milik pemerintah ke miliki swasta walaupun tenaga kerja yang melayaninya sama.

Untuk mengatasi masalah SDM kesehatanu, WHO merekomendasikan beberapa cara yaitu: Efisiensi pendayagunaan SDM yang tersedia melalui ditribusi geografis yang lebih baik (visit dokter spesialis ke puskesmas) Penggunaan SDM yang memiliki keterampilan banyak dan sesuai (melatih SDM kesehatan sekaligus fasilitator pemberdayaan kesehatan) Menjamin kesesuaian antara keterampilan dengan fungsi yang diberikan (dokter lebih fokus ke pelayanan pasien drpd manajemen)

Pada sisi lain, penguasaan teknologi kedokteran dan kesehatan pun menuntut ketersediaan dana untuk pengadaan alat, pelatihan operator, operasional dan pemeliharaan. Ketidak mampuan memenuhi teknologi kesehatan yang cepat berkembang pun dapat menjadi salah satu factor yang mengakibatkan pasien berpaling kepada pelayanan yang lebih lengkap. Perkembangan teknologi kesehatan khususnya teknologi kedokteran pada sisi, dan peningkatan status social ekonomi masyarakat pada sisi lain, telah mendorong berubahnya kecenderungan pasien dalam menggunakan layanan kesehatan. Agar layanan kesehatan tidak tertinggal dan kalah bersaing, diperlukan pembuatan keputusan dan kebijakan kesehatan yang tepat dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi. Termasuk dalam kebijakan ini adalah menempatkan kesehatan sebagai sektor utama dalam kerangka pembangunan manusia, dan oleh karenanya memerlukan dukunan sumber daya yang memadai.

3) Pembiayaan (Financing) Pembiayan kesehatan meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut: Pengumpulan pendapatan atau Revenue collection Penghimpunan atau Pooling Pembelanjaan atau Purchasing

Revenue collection adalah proses penerimaan dana dari rumah tangga, organisasi, perusahaan dan donor. Bentuk pengumpulan dana ini dapat berupa pendapatan pemerintah dari pajak, asuransi sosial yang diwajibkan bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah lainnya, asuransi swasta sukarela, pembayaran dari saku masyarakat, dan sumbangan. Sebuah sistem kesehatan yang baik harus dapat mendorong proses pengumpulan dana kesehatan yang terus menerus dalam jumlah yang mencukupi untuk membiayai belanja kesehatan yang dibutuhkan. Proses pengumpulan dana yang disarankan WHO menunjukkan perlunya mengurangi pembiayaan kesehatan dengan modus

pengeluaran dari saku dan menggantinya dengan sistem bayar dimuka (pre-payment) melalui sistem asuransi sosial yang sesuai. Pembiayaan berasal dari pemerintah (yang berasal dari pajak) diperlukan khususnya untuk investasi program-program kesehatan masyarakat yang memiliki eksternalitas tinggi dan tidak menarik untuk dibiayai dengan modus yang lain.

Pooling adalah proses penggabungan dan pengelolaan pendapatan yang sedemikian rupa sehingga risiko untuk membayar ditanggung bersama oleh para anggota yang terhimpun dan bukan berdasarkan kontribusi perorangan. Secara tradisional proses penghimpunan ini dikenal dengan istilah fungsi asuransi yang adala dalam suatu sistem kesehatan yang bisa saja diketahui secara terbuka karena setiap orang memahami adanya mekanisme itu ataupun tidak diketahui karena melalui pembayaran tidak langsung melalui sistem perpajakan. Mekanisme penghimpunan ini menjadi penting untuk mengantisipasi sifat kebutuhan kesehatan yang sering tak terduga dalam hal kejadian dan kebutuhan pembiayaan. Oleh karena itu, dalam keadaan yang mana semua orang melakukan pembayaran langsung dari saku, maka mekanisme penghimpunan tidak dapat terjadi sama sekali. Penghimpunan akan mengurangi ketidak pastian baik bagi konsumen maupun

produsen layanan kesehatan. Hal ini karena adanya stabilitas pembiayaan yang dapat menjamin kemampuan masyarakat untuk membayar layanan kesehatan pada satu sisi dan jaminan ketersediaan untuk menyediakan layanan bagi produsen layanan pada sisi lain.

Purchasing atau pembelanjaan adalah proses pembayaran dana yang telah dihimpun kepada penyedia layanan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang dibutuhkan. Pembelanjaan dapat dilakukan secara pasif maupun strategis. Pembelanjaan pasif terjadi bila dilakukan setelah mendapatkan layanan dan tepatnya ketika rekening pembayaran diterima. Pembelanjaan strategis terjadi jika dilakukan untuk membiayai kegiatan pencarian layanan kesehatan yang terbaik terus menerus termasuk membuat keputusan pelayanan apa, bagaimana dan untuk siapa. Hal ini berarti terus menerus dilakukan proses pemilihan intervensi untuk meningkatkan kinerja kesehatan baik individual maupun masyarakat umum dengan suatu mekanisme tertentu. Termasuk dalam mekanisme pembelanjaan ini adalah penggunaan berbagai instrumen seperti pemilihan provider, kontrak, dan penetapan anggaran belanja. 4) Pengawasan (Stewardship/Oversight) Stewardship menurut WHO diartikan sebagai the function of a government responsible for the welfare of the population, and concerned about the trust and legitimacy with which its activities are viewed by the citizenry. It requires vision, intelligence and influence, primarily by the health ministry, which must oversee and guide the working and development of the nations health actions on the governments behalf.

Pengawasan merupakan hal penting untuk menjamin sistem kesehatan berjalan menuju tujuan yang telah ditetapkan dengan mekanisme dan metode yang telah disepakati sebelumnya. Setiap negara dituntut untuk memberikan yang terbaik dan paling adil dalam membangun sistem kesehatan. Dalam konteks ini, maka pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan stewards terhadap sumber daya nasional, memelihara dan meningkatkan manfaatnya bagi masyarakat. Atau dengan kata lain pemerintah merupakan penanggung jawab utama untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya sebagai modal utama dalam ketahanan negara dan pembangunan nasional.

Dalam praktiknya maka fungsi pengawasan yang menjadi tanggung jawab pemerintah dilaksanakan oleh kementrian atau departemen kesehatan dan jajarannya hingga di daerah. Menurut WHO, pada beberapa negara berkembang (termasuk Indonesia) departemen kesehatan dan jajarannya memiliki reputasi sebagai lembaga yang paling birokratis dan kurang efektif dalam mengelola sektor publik. Oleh karena itu perlu didorong keterlibatan masyarakat dan pihak lain dalam mendukung berlakunya pengawasan oleh pemerintah yang efektif dan cepat tanggap. Menurut WHO, tugas pengawasan setidaknya harus termasuk tiga hal berikut: Formulasi kebijakan kesehatan untuk menetapkan visi dan arah pembangunan kesehatan Mempengaruhi proses layanan melalui pengaturan yang memadai Mengumpulkan dan memepergunakan informasi kesehatan sebagai umpan balik perbaikan kebijakan, layanan dan intervensi. Agar tugas-tugas pengawasan diatas dapat berjalan dengan baik, maka proses kerja yang dilakukan haruslah selalu melakukan proses-proses koordinasi, konsultasi, dan komunikasi berdasarkan data. Proses itu melibatkan berbagai instansi terkait pemerintah, swasta, dan masyarakat serta lembaga-lembaga lain yang terkait.

c. Pengembangan Sistem Kesehatan Untuk mengembangkan sistem kesehatan, banyak faktor yang harus dipertimbangkan karena akan berpengaruh terhadap berjalannya sistem pada saat dikembangkan dan saat dilaksanakan. Menurut Roemer (1996), faktor-faktor berikut harus diperhatikan dalam mengembangkan suatu sistem kesehatan yaitu: 1) Tren dan dampak perubahan sosial Urbanisasi Industrialisasi Tingkat pendidikan Struktur pemerintahan Perdagangan internasional Perubahan demografi

2) Proses Pengembangan Sistem Kesehatan

General system organization Resources Expansion Increased Utilization of Health Services Rising Expenditures Collective Financing Improving System Efficiency Higher Technology Prevention adn Primary Health Care Quality Assurance Scope of Public Responsibilities Popular Participation in Policy Determination

3) Dinamika dan Peranan Public/Private dalam Sistem Kesehatan Dalam mengembangkan sistem kesehatan, Lassey menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh dan kombinasi antar faktor itu, sebagai berikut: Gambaran umum lingkugan fisik termasuk perumahan Lingkungan politik, budaya, masyarakat, dan keluarga Faktor individu seperti karakteristik pribadi, genetika, gaya hidup, diet, konsumsi rokok dan alkohol, dan olahraga Hal-hal yang berhubungan dengan sistem kesehatan publik private

You might also like