You are on page 1of 25

NAMA : Septian Widaguna NIM : 2243 060 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara maritim seperti Indonesia, peranan moda transpor laut sangatlah penting keberadaannya, karena moda transpor laut memiliki kapasitas daya angkut yang jauh lebih besar dibandingkan dengan moda transpor lainnya. Moda transpor laut menggunakan jenis alat angkut yang disebut kapal. Kapal adalah alat transportasi yang digunakan di laut dengan alat penggerak berupa tenaga mesin, tenaga manusia, dan bantuan alam. Terdapat berbagai jenis macam kapal, mulai dari kapal lintas penyebrangan antar pulau hingga untuk lintas antar samudera. Kapal dibangun dengan beberapa desain khusus yang dirancang untuk berbagai macam keperluan. Kapal dibangun dengan beberapa desain khusus sesuai dengan berbagai macam keperluan, contohnya adalah kapal penumpang yang didesain untuk dapat mengangkut penumpang dengan tujuan antar pulau bahkan antar samudera. Begitu juga dengan kapal barang konvensional didesain khusus untuk mengangkut muatan-muatan dengan berbagai macam ukuran. Desain khusus pada kapal curah memungkinkan untuk dapat mengangkut muatan curah dengan sifat yang sejenis seperti muatan curah kering, curah cair, dan curah gas. Desain khusus pada kapal peti kemas dapat mengangkut muatan yang telah dikemas sebelumnya dalam peti kemas, sehingga muatan dapat terlindungi dengan baik dan memudahkan penanganan bongkar muatnya. Kelebihan pada kapal peti kemas tersebut memicu pertumbuhan bisnis pelayaran peti kemas dengan pesat. Akhir-akhir ini, banyak bermunculan perusahaan pelayaran peti kemas yang tumbuh dari berbagai macam negara. Jumlah pemakaian peti kemas juga semakin meningkat, dikarenakan

kelebihannya dibandingkan dengan memakai jenis alat kemas lainnya. Oleh karena itu pertumbuhan jumlah kapal peti kemas dan jumlah pelayarannya harus ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin bertambah. Hal tersebut menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia pelayaran peti kemas. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal sehingga dapat menguasai pangsa pasar pelayaran peti kemas. PT American President Line (PT APL) merupakan salah satu perusahaan pengangkut peti kemas yang berasal dari Amerika, dengan pengalaman beroperasi lebih dari 150 tahun dalam dunia pelayaran. Pengalamannya tersebut merupakan kelebihan utamanya dalam melayani pelanggan dan menghadapi persaingan dari kompetitor. Lebih dari itu perusahaan yang telah bergabung group Neptune Orient Lines (NOL) ini memiliki jumlah armada kapal dan jumlah peti kemas yang cukup banyak sehingga PT APL sangatlah memungkinkan untuk meraih pangsa pasar di seluruh penjuru dunia termasuk negara Indonesia. Permintaan pengiriman peti kemas di Indonesia semakin banyak, baik untuk penanganan impor maupun ekspor. Oleh karena itu, PT APL membuka kantor di Indonesia untuk memperluas pangsa pasar. Dengan membuka jalur pelayaran peti kemas untuk impor maka secara otomatis jalur pelayaran untuk ekspor juga dibuka. Jalur pelayaran ekspor dan impor seluruhnya dipusatkan di Singapura terlebih dahulu, yang merupakan pelabuhan pusat sehingga seluruh kapal super large container carrier (mother vessel) dapat berlabuh. Oleh karena itu, PT APL membuka jalur pelayaran peti kemas untuk mengambil muatan dari Singapura ke Jakarta disebut pelayaran feeder. Dalam pelayaran feeder diperlukan perencanaan pelayaran yang tepat untuk menegah terjadinya kerugian. Kerugian dapat disebabkan bila ada peti kemas yang tidak dapat terangkut karena perencanaan pelayaran yang tidak tepat. Dalam pelayaran peti kemas Singapura-Jakarta (feeder service), PT APL Indonesia menghadapi tantangan dalam menghadapi kondisi persaingannya yang sangat ketat dari perusahaan kompetitor. Oleh karena itu PT APL Indonesia diharuskan merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan dalam pelayaran peti kemas SingapuraJakarta (feeder service) untuk dapat merebut pasarnya.

Atas dasar latar belakang tersebut, peneliti terdorong untuk meneliti dan menelaah lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan judul Strategi PT American President Line Indonesia Dalam Menghadapi Persaingan Angkutan Peti Kemas Jakarta Feeder Service. B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut. a. Semakin bertambahnya permintaan pasar akan angkutan peti kemas ekspor dan impor, seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. b. Persaingan yang cukup ketat dalam bisnis angkutan peti kemas ekspor dan impor di Indonesia. c. PT APL Indonesia diharuskan merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan dalam usaha memperebutkan pangsa pasar. 2. Pembatasan Masalah Dengan adanya keterbatasan peneliti, seperti keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada strategi PT APL Indonesia dalam menghadapi persaingan dalam usaha memperebutkan pangsa pasar pada angkutan peti kemas Jakarta feeder service pada tahun 2008. 3. Pokok Masalah Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, maka peneliti menetapkan pokok masalah sebagai berikut. a. Bagaimanakah kondisi internal yang dimiliki PT APL Indonesia dalam persaingan angkutan peti kemas Jakarta feeder service? b. Bagaimanakah kondisi eksternal yang dihadapi PT APL Indonesia dalam persaingan angkutan peti kemas Jakarta feeder service?

c. Bagaimanakah strategi PT APL Indonesia dalam persaingan angkutan peti kemas Jakarta feeder service? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimanakah kondisi internal yang dimiliki PT APL Indonesia dalam persaingan angkutan peti kemas Jakarta feeder service. b. Untuk mengetahui bagaimanakah kondisi eksternal yang dihadapi PT APL Indonesia dalam persaingan angkutan peti kemas Jakarta feeder service. c. Untuk mengetahui bagaimanakah strategi PT APL Indonesia dalam persaingan angkutan peti kemas Jakarta feeder service. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) dengan konsentrasi jurusan Manajemen Transpor Laut di Sekolah Tinggi Manajemen Transpor (STMT) Trisakti. Selain itu, penelitian ini juga sebagai aplikasi dari teori-teori yang sudah dipelajari oleh peneliti selama mengikuti kuliah. b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi kepustakaan khususnya mengenai strategi perusahaan dalam mengelola pelayaran angkutan peti kemas feeder service dan pengembangan ilmu pada jurusan Manajemen Transpor Laut STMT Trisakti pada umumnya. c. Bagi perusahaan yang dijadikan objek penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan bahan masukan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dan perumusan strategi khususnya penanganan ekspor impor pada angkutan peti kemas Jakarta feeder service. D. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang diperoleh dari PT APL Indonesia sebagai subyek penelitian. Data primer didapat melalui wawancara dan kuesioner dengan karyawan dan pejabat PT APL Indonesia. Data sekunder berupa Throughtput Inbound-Outbound peti kemas PT APL Indonesia dan data ekspor-impor Indonesia dalam angkutan peti kemas Jakarta feeder service. 2. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan hasil kesimpulan yang akurat, maka peneliti melakukan beberapa metode untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun metode-metode yang dipakai adalah sebagai berikut: a. Penelitian Lapangan (Field Research), Merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara meninjau langsung kegiatan perusahaan, sehingga didapatkan data secara langsung atau data primer. Metode ini ditempuh dengan cara sebagai berikut: 1). Observasi langsung, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung mengenai obyek yang diteliti yaitu kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta peluang-peluang dan ancaman-ancaman yang dihadapi perusahaan. 2). Wawancara, yaitu peneliti melakukan tanya-jawab dan diskusi terhadap karyawan operasional PT APL Indonesia yang biasa menangani kondisi dan situasi yang

dialami perusahaan secara langsung. Metode wawancara digunakan untuk mengklarifikasikan hasil pengamatan dari obyek yang diteliti dari observasi. 3). Kuesioner, yaitu untuk mendapatkan penilaian (pembobotan) mengenai situasi dan kondisi obyek yang diteliti. Kuesioner dilakukan kepada karyawan dan pejabat dari PT APL Indonesia. 3. Populasi dan Sampel Populasi merupakan obyek secara keseluruhan atau subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya. Adapun populasi data dalam penelitian ini adalah para karyawan PT APL Indonesia. Sampel adalah bagian dari populasi atau bagian dari karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah penelitian (Umar, 2002: 128). Metode yang digunakan untuk menentukan responden adalah metode Convenience Sampling (Ibid: 132). Peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang ditemui karena responden bersifat homogen, dalam hal ini karyawan dan pejabat PT APL Indonesia memiliki kesamaan dalam pengetahuan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan.. Dalam penelitian ini peneliti mengambil jumlah sampel sebanyak 25 responden dengan rincian sebagai berikut: a. Divisi Dokumentasi sebanyak 10 sampel responden; b. Divisi Keuangan sebanyak 8 sampel responden; c. Divisi Operasional sebanyak 7 sampel responden. (sifat dari para responden berada pada lampiran 2)

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konsep dan Teori Strategi Seiring dengan berkembangnya dunia ini, konsep dari strategi berubah sesuai dengan jamannya. Demikian pula konsep dari strategi berkembang sebagaimana pendapat para pakar adalah sebagai berikut. Perkembangan strategi secara singkat dibahas oleh Siswanto Sutojo dan Kleinsteuber (2002 : 1) sebagai berikut : Strategi pada mulanya digunakan pada kemiliteran. Strategi diartikan sebagai rencana pengalokasian dan penggunaan pasukan dan peralatan militer di medan perang tertentu guna mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya memenangkan pertempuran atau merebut daerah teritorial. Pada akhirnya analogi penggunaan strategi dalam dunia kemiliteran tersebut mulai digunakan pada dunia bisnis. Strategi dalam duina bisnis diartikan menyusun rencana penggunaan alokasi sumber daya manusia dan sarana usaha yang mereka miliki untuk mencapai usaha tertentu. Menurut Fred R David (2004 : 15), strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya dengan dampak jangka panjang . Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2006 : 183), strategi adalah perencanaan induk yang komprehensip, yang menjelaskan bagaimana perusahaan alan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Dari beberapa pangertian strategi di atas, peneliti menyimpulkan, bahwa strategi adalah penyusunan rencana sedemikian mungkin dengan menggunakan segala sumber daya yang ada untuk digunakan mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. B. Kapal dan Perkembangan Kapal Peti Kemas

1. Pengertian Kapal Pengertian kapal menurut Suranto (2004 : 7) mendefinisikan kapal menurut peraturan pemerintah nomor 82 tahun 1999, yaitu : Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apa pun yang de gerakan dengan tenaga mekanik, tenaga mesin, atau tunda, termasuk kendaraan berdaya dukun dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang berpindah-pindah. Sedangkan Suyono (2005 : 15) mendefinisikan secara lebih singkat, kapal yaitu kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut . Dari kedua pendapat tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa pengertian kapal yaitu alat transportasi yang digunakan di perairan laut dengan menggunakan mesin atau tidak sebagai alat penggerak. 2. Perkembangan Kapal Peti Kemas Seiring dengan penggunaan sistem peti kemas pada akhir perang dunia II oleh militer Amerika Serikat untuk mengirim persenjataannya, turut menbuka sejarah dunia akan adanya penggunaan sistem peti kemas. Oleh sebab itu penggembangan pada kapal khusus peti kemas turut pula dilakukan untuk menangani adanya permintaan untuk pengangkutan peti kemas yang jumlahnya semakin hari kian bertambah. Perkembangan kapal peti kemas di awali dengan memodifikasi kapal kovensional hingga kapal tanker untuk dapat mengangkut peti kemas dengan jumlah kapasitas yang lebih besar. Perkembangan kapal tersebut di sebabkan oleh adanya perkembangan tekhnologi sehingga meningktakan kemampun daya dan kapasitas angkut yang dapat di kategorikan dengan sebutan generasi (generation) dan oleh Dirk Koleangan (2008 : 9) di jelaskan pada tabel berikut : Table 2.1 Generasi Kapal Peti Kemas

GENERATION & YEAR 1st (1968) 2nd (1969) 3rd (1972) 4th (1984) 5th (1993)

CAPACITY (TEUs) 600 - 1000 1100 - 1800 2000 - 3000 3700 - 4180 6800

DWT (TONs)

LENGTH (m)

DRAFT (m)

14000 30000 40000 58620

180 225 290 290 368

9 11 13 11,7 12

C. Feeder Service & Feeder Ship, dan Terminal Peti Kemas 1. Pengertian Feeder Service & Feeder Ship Subandi (1992 : 166) menjelaskan pengertian Feeder Service dan Feeder Ship berikut ini. Feeder Service adalah trayek pelayaran tambahan untuk mengangkut muatan dari dan ke daerah-daerah yang tidak dilayari secara langsung oleh kapal peti kemas. Berasal dari kata to feed (memberi makan). Feeder Service dapat juga dilakukan melalui darat dan laut. Sedangkan Feeder Ship adalah kapal yang dipergunakan untuk mengangkut peti kemas dalam trayek Feeder Service, dan memberikan peti kemas-peti kemas tersebut kepada kapal peti kemas yang tidak dapat singgah di pelabuhan kecil. Sedangkan menurut Koleangan (Ibid : 28), Feeder Ship merupakan kapal yang di lengkapi alar bongkar dan muat untuk menaikan dan menurunkan peti kemas di pelabuhan kecil yang tidak dilengkapi dengan fasilitas khusus bongkar muat peti kemas. Peneliti berkesimpulan bahwa Feeder Service adalah jasa moda transport laut yang melayani jalur pelayaran antara pelabuhan besar dengan pelabuhan kecil (ditunjuk oleh perusahaan pelayaran) yang berfungsi sebagai pengumpul muata pelabuhan besar (ditunjuk oleh perusahaan pelayaran).

2. Terminal Peti Kemas dan Komponen-Komponennya Terminal peti kemas didefinisikan oleh beberapa ahli seperti berikut. Subandi (Ibid : 162) berpendapat Terminal peti kemas adalah wilayah dimana fasilitas penyimpanan dan bongkar muat peti kemas secara besar-besaran. Menurut Koleangan (2008 : 37) : Tujuan didirikannya terminal peti kemas adalah sebagai sarana pertemuan antara moda laut dan moda darat yang dikhususkan hanya melayani menanganan peti kemas dengan ketersediaan alat khusus bongkar-muat, fasilitas, serta tenaga ahli khusus demi mengejar efisiensi. Lebih lanjut Koleangan (Ibid) menjelaskan bahwa efisiensi mengandung 3 arti yaitu : a. Tarif bongkar muat yang murah; b. Jumlah tenaga kerja yang sedikit; c. Waktu bongkar muat yang cepat. Sementara Suyono (Ibid : 270) Mendefinisikan terminal peti kemas dari keputusan direksi pelabuhan Indonesia II, adalah sebagai berikut : Berdasarkan ketentuan pasal 1 d dari keputusan direksi pelabuhan Indonesia II nomor HK.56/2/25/P.I-II-2002, yang dimaksud dengan terminal peti kemas adalah terminal yang dilengkapi sekurang-kurangnya dengan fasilitas berupa tambatan, dermaga, lapangan penumpukan (container yard), serta peralatan yang layak untuk melayani kegiatan bongkar muat peti kemas. Komponen-komponen terminal peti kemas menurut Koelangan (Ibid : 38) adalah sebagai berikut.

Komponen-komponen atau fasilitas terminal peti kemas merupakan penunjang kelancaran penanganan peti kemas dalam suatu terminal peti kemas. Adapun komponennya yang terpenting adalah sebagai berikut : a. Marshailling Yard (lapangan penimbunan sementara) b. Container Yard (lapangan penimbunan peti kemas) c. Berth Apprond (dermaga untuk bongkar muat kapal peti kemas) d. Control Tower (menara pengawas dan pengatur) e. Consolidation Shed atau Consolidation Freight Station (tempat bongkar muat peti kemas LCL) f. Maintenance Workshop (bengkel peralatan alat bongkar muat) g. Gate In & Out (gerbang keluar masuk terminal peti kemas) h. Administrative Office (kantor terminal) i. Ship Planning Centre (tempat perencanaan bongkar muat kapal) Sedangkan fungsi terminal peti kemas secara umum menurut Koelangan (Ibid) adalah sebagai berikut. Secara umum fungsu dari terminal peti kemas adalah sebagai berikut : a. Perencanaan bongkar muat (Shipping/Planning) b. Bongkar muat serat pergerakan atau pemindahan peti kemas (Container Handling) c. Mengisi dan mengosongkan peti kemas (Stuffing & Striping Container) d. Penyimpanan barang (Storage)

e. Perawatan alat bongkar muat (Equipment Maintenance) f. Penimbunan peti kemas (Container Stacking) g. Perawatan dan perbaikan peti kemas (Container Maintenace & Repair) h. Melakukan kegiatan administrasi pengoperasian terminal i. Dan lain-lain. Dari beberapa pengertian tersebut diatas, peneliti menyimpulkan bahwa terminal peti kemas adalah pelabuhan yang di desain khusus untuk melayani kegiatan bongkar muat kapal pengangkut peti kemas dengan disediakannya alat-alat bongkar muat khusus untuk peti kemas serta fasilitas-fasilitas yang khusus pula. D. Jenis dan Tipe, dan Ukuran Peti Kemas 1. Pengertian peti kemas Pengertian dari peta kemas mengalami perubahan pada setiap jamannya. Mulai dari sejak digunakannya peti kemas pertaman kali hingga pada saat ini. Perubahan pengertian ini dikarenakan perkembangan dari peti kemas itu sendiri yang berubah sesuai dengan perkembangan tekhnologi yang ada. Pengertian dari peti kemas dapat dipahami dari beberapa pendapat para ahli berikut ini. Menurut Herman Carel L Lawalata (1980 : 13) kontainer yang ada di Indonesia dikenal dengan nama popular peti kemas dalam prakteknya, merupakan peti-peti yang terbuat dari bahan logam terdiri dari beberapa macam ukuran dan tipe. Selain itu, Lawalata (Ibid) mendefinisikan peti kemas adalah gudang mini yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sebagai akibat dari adanya pengangkutan . Sedangakan menurut Amir (1997 : 6) peti kemas adalah peti yang terbuat dari logam yang memuat barang-barang yang lazim disebut muatan umum (general cargo) yang akan dikirimkan melalui laut .

Menurut ahli moda transportasi laut Kramadibrata (2002 : 280), sejarah dan pengertian dari peti kemas adalah sebagai berikut. Peti kemas adalah suatu bentuk kemasan satuan muatan yang terbaru, yang diperkenalkan seja kawal 1960, di awali dengan ukuran 20 kaki (twenty feet container). Peti kemas adalah suatu kotak besar yang terbuat dari bahan campuran baja dan tembaga atau anti karat dengan pintu yang dapat terkunci dan tiap sisi-sisi dipasang suatu pitting sudut dan kunci putar (Corner Fitting and Twist Lock), sehingga antara satu peti kemas dengan yang lainnya dapat dengan mudah disatukan atau dilepaskan. Pada tempat pengiriman barang-barang dengan satuan yang kecil dimasukan kedalam peti kemas kemudian dikunci atau disegel untuk siap dikirimkan. Dalam bukunya, Koleangan (Ibid : 6), mencantumkan batasan pengertian peti kemas (Freight Container) menurut International Standart Organization (ISO) adalah sebagai berikut : Peti kemas muatan adalah sebagai bagian dari alat transpor yang mempunyai sifat sebagai berikut. a. Sifatnya cukup kuat bila digunakan berulang kali b. Dirancang secara khusus sebagai fasilitas untuk membawa barang dengan moda-moda transport yang ada c. Dipasang alat-alat yang memungkinkan sewaktu-waktu digunakan untuk

menanganinya dari satu alat transport ke alat transport lainnya d. Dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk mengisi maupun mengosongkan e. Mempunya isi ruangan dalam sekurang-kurangnya satu m3 (35,8 cuft) Peneliti berkesimpulan, bahwa pengertian dari peti kemas adalah sebuah kotak besi besar yang dirancang sedemikian rupa ukuran, desain dan tekhnologinya, yang dapat digunakan

berkali-kali untuk memuat dan membongkar muatan, sehingga dapat diangkut dengan alat transportasi khusus yang memudahkan pengangkutannya. 2. Jenis dan Tipe Peti Kemas Seiringnya perubahan jaman menyebabkan semakin banyaknya kebutuhan akan adanya jenis peti kemas yang baru, maka muncul perkembangan pada jenis dan tipe peti kemas yang semakin menjadi lebih pariatif. Menurut Koelangan(Ibid :6), Peti kemas dapat dibedakan menjadi 6 kelompok : a. General Caro Container (peti kemas untuk general kargo) 1. Closed container with doors at one end (peti kemas tertutup dengan satu pintu di satu ujung) 2. Closed with doors at one end sides (dengan satu pintu diujung dan di samping) 3. Open top (terbuka di atas) 4. Open sided (terbuka di samping) 5. Open top, open sided (terbuka di atas dan di samping) 6. Open top, open sided, open end (terbuka di atas, di samping dan kedua ujung) 7. Half height (setengah tinggi) 8. Ventilated, (not insulated) containers (dengan ventilasi) b. Thermal Container (dengan pengaturan suhu) 1. Insulated container

2. Refrigerated Container 3. Heated Container (peti kemas dengan alat pemanas) c. Tank Container (peti kemas tangki) 1. Bulk liquid container (untuk cairan sejenis) 2. Compressed gas container (gas yang di mampatkan) d. Dry bulk container 1. For gravity dischange (untuk pembongkaran dengan titik berat) 2. For pressure dischange (untuk pembongkaran cara di tekan) e. Platform Container (peti kemas dasar) 1. Platform based superstructure (dasar dengan dinding pada kedua ujung) 2. Platfoem / flat (datar) f. Specials Container 1. Collabside container (dapat di lipat) 2. Cattle container (peti kemas hewan) 3. Other named cargo container (peti kemas dengan nama lain) 3. Ukuran Peti Kemas Dalam bukunya Koelangan (Ibid : 12) mencantumkan ukuran peti kemas yang di tetapkan oleh ISO adalah sebagaimana tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.2

Ukuran ISO Peti kemas

TYPE CODE IA

TINGGI BAGIAN LUAR m 2,438 2,591 ft-in 8-00 8-06

LEBAR BAGIAN DALAM m 2,438 2,438 ft 8 8

PANJANG LUAR m 12 12 ft-in 40-00 40-00

BERAT KOTOR MAKSIMUM kg Ibs 30480 67200 30480 67200

KAPASITAS m3 61,4 65,7 ft3 2167,5 2317,5

I AA IB 2,438 2,591 I BB IC 2,438 2,591 I CC ID IE IF 2,438 2,438 2,438 8-00 8-00 8-00 2,438 2,438 2,438 8 8 8-00 8-06 2,438 2,438 8 8 6 3 2 10-00 6-08 5-00 10160 7110 5080 22400 15700 11200 14,3 9,1 6,5 506,2 321,6 230,0 8-00 8-06 2,438 2,438 8 8 9 6 20-00 20-00 20320 20320 44800 44800 30,0 30,0 9 30-00 30-00 25400 25400 56000 56000 45,7 48,9 1725,4 1060,1 1060,1 1613,5

8 1,5

Menurut Suyono (Ibid: 264), "Ukuran peti kemas dinyatakan dalam TEU (twenty foot equivalent unit) untuk peti kemas ukuran 20'. Peti kemas yang berukuran 40' berarti dinyatakan sebagai 2 TEU's atau sering juga dinyatakan dalam FEU (fourty foot equivalent unit)".

E. Status Pengiriman Peti Kemas


Status pengiriman peti kemas dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Less than Container Load (LCL)

Menurut Subandi (Ibid : 26) : LCL adalah suatu istilah yang digunakan dalam pengangkutan peti kemas yang menyatakan bahwa muatan tidak sepenuhnya dimuat secara peti kemas. Artinya dalam suatu peti kemas berisi bermacam-macam barang dengan pemilik barang yang berlainan. 2. Full Container Load (FCL)

Menurut Subandi (Ibid: 27),

FCL adalah suatu istilah yang lazim digunakan dalam pengangkutan peti kemas yang menyatakan bahwa muatan sepenuhnya dimuat secara peti kemas, Artinya dalam suatu peti kemas berisi muatan penuh yang dimiliki oleh suatu pemilik muatan. Dengan kondisi FCL memungkinkan pengiriman muatan secara "door to door".

F. Pengertian Analasis SWOT


1. Pengertian Analisis SWOT Menurut David (Ibid: 288) pengertian analisis SWOT adalah sebagai berikut :

Matriks SWOT merupakan perangkat pencocokan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: strategi SO (Strengths-Opporunities), strategi WO (Weaknesses-Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi WT (Weaknesses-Threats). Menurut Rangkuti (Ibid: 18-19),

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). 2. Faktor-Faktor Eksternal dan Faktor-Faktor Internal

David (Ibid: 118) menjelaskan lebih lanjut bahwa peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan trend ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, dan politik hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi. Dimana peluang dan ancaman tersebut sebagian besar diluar kendali suatu organisasi.

David (Ibid: 174) juga menjelaskan bahwa kekuatan dan kelemahan internal adalah segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistim informasi manajemen di setiap perusahaan.

G. Cara Membuat Analisis SWOT


Menurut Rangkuti (Ibid: 19-22), "kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT". SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dalam dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses).

1. Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti : a. Analisis pasar

b. Analsis kompetitor

c. Analisis komunitas

d. Analisis pemasok

e. Analisis pemerintah

f. Analisis kelompok kepentingan tertentu

Data internal dapat diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti : a. Laporan keuangan (Neraca, Laba-rugi, Cash-flow, Struktur pendanaan) b. Laporan kegiatan sumber daya manusia (jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn-over) c. Laporan kegiatan operasional d. Laporan kegiatan pemasaran Model yang dipakai pada tahap ini terdiri dari tiga, yaitu : a. Matriks Faktor Strategi Eksternal

b. Matriks Faktor Strategi Internal

c. Matriks Profil Kompetitif

2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks ini, kita perlu mengetahui faktor strategi eksternal yang biasa disebut external factors analysis summary (EFAS). Berikut adalah cara-cara penentuan EFAS : a. Susunlah, dalam kolom 1 (lima sampai dengan sepuluh peluang dan ancaman) b. Beri bobot pada masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (sangat tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor tersebut strategis. c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (nilai sangat besar) sampai dengan memberikan skala 1 (nilai sangat kecil) berdasarkan pengaruh faktor terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, ratingnya adalah 1. sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4. d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tenentu dipilih dan bagaimana skor pembobotanya dihitung. f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama. 3. Matriks Faktor Strategi Internal

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal suatu perusahaan, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapnya adalah :

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (paling tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) unutk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (oustanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan., Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau pesaing utama. Sedangkan variabel negatif, kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan

besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama

4. Penentuan Posisi Perusahaan

Setelah dicari nilai EFAS dan IFAS, posisi strategi perusahaan dapat dibuat dengan matriks SWOT sehingga dapat diketahui posisi perusahaan, menurut Rangkuti (Ibid: 19-20) adalah sebagai berikut : Gambar 2.l

AnalisisSWOT

I. mendukung strategi agresif

III. mendukung strategi turn around IV. mendukung strategi defensif II. mendukung strategi diversifikasi

kukuatan
internal

KELEMAHAN
internal BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN a . Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang hams ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

b. Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memilki kekuatan dari segi internal. Strategi yang haras diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi produk.

c. Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peuang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, perusahaan menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran ini mirip dengan Question Mark pada BCG matriks. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

d. Kuadran 4 : Ini merupukan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

5. Matriks TOWS atau SWOT

Menurut Rangkuti (Ibid: 31-32) alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

Tabel 2.3

Matriks SWOT
STRENGTHS (S) Tentukan 5- 10 Faktorfaktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 Faktorfaktor kelemahan internal

IFAS EFAS OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 Faktor peluang eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan unutk memanfaatkan peluang STRATEGI WT

THREATS (T) Tentukan 5-10 Faktor ancaman eksternal

Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman dan mehghindari ancaman

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimilki oleh perusahaan untuk mengatasi ancaman.

You might also like