You are on page 1of 5

Keteladanan Rasulullah SAW

Posted on March 4, 2011 by vade Sahabatku, kita punya cara untuk mengenang orang paling mulia di dunia, Nabi Muhammad saw.. Catatan ringkas ini semoga menjadi renungan buat kita. Berteladan kepada Nabi saw. Dia sejatinya uswah (keteladanan), pasti tidak akan membuat kita kecewa! 1) Kalau ada pakaian yang koyak, Nabi saw menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual. 2) Setiap kali pulang ke rumah, bila belum tersaji makanan karena masih dimasak, sambil tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Aisyah menceritakan bahwa kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga. 3) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudahnya. 4) Pernah beliau pulang menjelang pagi hari. Tentulah beliau teramat lapar waktu itu. Namun dilihatnya tiada apa pun yang tersedia untuk sarapan. Bahkan bahan mentah pun tidak ada karena Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, Belum ada sarapan ya Khumaira? Aisyah menjawab dengan agak serba salah, Belum ada apa-apa wahai Rasulullah. Rasulullah lantas berkata, Jika begitu aku puasa saja hari ini. tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah beliau. 5) Sebaliknya Nabi saw sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya. Rasulullah menegur, Mengapa engkau memukul isterimu? Lantas lelaki itu menjawab dengan gementar, Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap membangkang juga, jadi aku pukul dia. Jelas lelaki itu. Aku tidak bertanya alasanmu, sahut Nabi saw. Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu dari anak-anakmu? 6) Kemudian Nabi saw bersabda,Sebaik-baik suami adalah yang paling baik, kasih dan lemahlembut terhadap isterinya. Prihatin, sabar dan tawadlunya beliau dalam posisinya sebagai kepala keluarga langsung tidak sedikitpun merubah kedudukannya sebagai pemimpin umat. 7) Pada suatu ketika Nabi saw menjadi imam shalat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan Nabi antara satu rukun ke rukun yang lain agak melambat dan terlihat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi gemeretak seakan sendi-sendi di tubuh Nabi mulia itu bergeser antara satu dengan yang lain. Lalu Umar ra tidak tahan melihat keadaan Nabi yang seperti itu langsung bertanya setelah shalat.

Ya Rasulullah, kami melihat sepertinya engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasulullah? Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat wal afiat. Ya Rasulullah.. .mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar suara gemeretak pada sendi-sendi tulangmu? Kami yakin engkau sedang sakit desak Umar penuh cemas. Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut beliau yang kempis, kelihatan dililit sehelai kain yang berisi batu kerikil, untuk menahan rasa lapar beliau. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi gemeretak setiap kali bergeraknya tubuh beliau. Ya Rasulullah! Apakah saat engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kemudian kami tidak akan mengusahakannya buat engkau? Lalu Nabi saw menjawab dengan lembut, Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya? Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebihlebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak. 8) Nabi saw pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor. 9) Beliaupun hanya diam dan bersabar ketika kain sorbannya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Badawi hingga berbekas merah di lehernya. Begitupun dengan penuh rasa kehambaan beliau membersihkan tempat yang dikencingi seorang arab Badawi di dalam masjid sebelum beliau tegur dengan lembut perbuatan itu. 10) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa penghambaan yang sudah menghunjam dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ingin diistimewakan (dipertuan). 11) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan keramaian (publik) maupun saat seorang diri. 12) Pintu Syurga terbuka seluas-luasnya untuk Nabi, namun beliau masih tetap berdiri di sepinya malam, terus-menerus beribadah hingga pernah beliau terjatuh lantaran kakinya bengkakbengkak. 13) Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh Aisyah, Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini? Jawab baginda dengan lembut, Ya Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.

Sungguh pada diri Rasulullah, kamu dapatkan suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap ridho Allah, hari kemudian, dan yang banyak mengingatnya/The messenger of GOD has set up a good example for those among you who seek GOD and the Last Day, and constantly think about GOD.. (QS Al-Ahzab (33): 21) Kita menyadari dan menyakini bahwa pada suatu ketika sesuai dengan ketetapan Allah Swt. hidup kita akan berakhir. Pada saat tertentu kita akan terlempar dari waktu, sedangkan waktu akan terus berlalu tanpa henti. Di saat itulah kita mengalami apa yang disebut dengan mati. Tubuh membujur beku, mata terkatup kaku, telinga dan mulut tertutup bisu, tangan dan kaki semuanya menjadi beku, keluarga dan sanak saudara menangis tersedu-sedu, handai taulan datang satu persatu melayat dan menyampaikan duka pilu. Andaikan pada saat itu dapat berucap pantaslah kalau berkata selamat tinggal wahai teman-teman, keluarga dan sanak saudaraku, nanti pada saat-saat tertentu kalian juga akan seperti aku, kini aku telah masuk ke dalam kehidupan baru yang ternyata jauh berbeda dari biasanya sehari-hari berlaku. Itulah peristiwa atau kejadian yang sering kita saksikan, semuanya itu menjadi peringatan bagi kita semua yang kini masih memiliki kesempatan hidup di dunia sampai datang ajal atau kematian. Perlu diingat bahwa manusia hidup di dunia itu seperti halnya berada di medan perang, manusia dituntut dengan jiwanya yang bersih mampu mengalahkan pengaruh hawa nafsunya. Allah berfirman : Beruntunglah siapa yang

mensucikan jiwanya dan merugilah siapa yang mengotorinya.


Di dalam pertarungan ini manusia terbagi menjadi tiga golongan:

Pertama, pengaruh agamanya yang menang total, pengaruh hawa nafsunya menyerah kalah tidak berdaya, sehingga
pengaruh agamalah yang muncul menjiwai kehidupan sehari-hari setiap saat. Golongan pertama ini sebagaimana diisyaratkan di dalam firman Allah Surat Fushilat ayat 30:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Allah Tuhan kami kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dan mengatakan janganlah kamu merasa takut dan merasa sedih, serta gembirakanlah mereka dengan perolehan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.

Kedua, golongan yang pengaruh hawa nafsunya yang menang mengalahkan pengaruh agamanya, sehingga
pertarungan berakhir dengan kemenangan yang besar di pihak setan. Mereka itulah yang dijelaskan sifatnya dalam firman Allah : Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat.

Ketiga, golongan ini berada di antara golongan pertama dan golongan kedua. Di dalam pertarungan melawan hawa
nafsu, kadang-kadang pengaruh agamanya menang dan kadang-kadang sebaliknya, justru pengaruh hawa nafsunya yang menang gemilang. Golongan ketiga inilah yang mungkin dialami oleh sebagian besar di antara kita. Namun demikian, golongan ini menyadari kekalahannya oleh pengaruh hawa nafsu. Ketika itu juga timbul rasa penyesalan dan sedikitpun tidak terbetik di dalam hati merasa betah di dalam pengaruh hawa nafsu, bahkan dengan niat dan tekad yang kuat tidak ingin sama sekali mengulanginya lagi untuk selama-lamanya. Kemudian, bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar taubat. Golongan manusia muslim yang ketiga inilah yang diisyaratkan Rasulullah Saw. di dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi:

Setiap manusia mengalami kesalahan dan sebaik-baik orang bersalah adalah mereka yang bertaubat. (HR. Ahmad
dan Tirmidzi). Muhammad Rasulullah diutus oleh Allah menjadi seorang Rasul, untuk memberi petunjuk dan ajaran kepada manusia, agar manusia di dalam hidupnya tidak terjebak oleh ajakan dan bujuk rayu hawa nafsu setan yang menyesatkan. Sepanjang kehidupan Rasulullah Saw. sungguh menjadi teladan bagi manusia pada umumnya dan bagi umat Islam khususnya. Dalam kesempatan ini kita petik tiga saja di antara sekian banyak yang harus kita teladani dari kehidupan Rasulullah Saw. itu, sebagaimana tercantum di dalam sejarah kehidupannya, antara lain : Teguh Pendirian Setelah junjungan kita Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, beliau tidak henti-hentinya mendakwahkan agama Islam di kalangan orang-orang musyrik Quraisy Jahiliah, sampai-sampai tokoh mereka seperti Abu Jahal dan Abu Lahab merasa perlu untuk menghentikan dakwah muhammad Rasulullah itu dengan cara bujuk rayu melalui pamannya Abu Tholib. Abu Tholib berkata Wahai Muhammad apa yang kamu inginkan ? Apakah harta kekayaan yang banyak atau kedudukan yang tinggi di kalangan orang Quraisy ataukah wanita cantik semua telah tersedia asal kamu berhenti dari mendakwahkan agama Islam itu. Rasulullah saw. menjawab : Wahai paman, andaikan di tangan kiriku diletakkan bulan dan ditangan kananku diletakkan matahari, aku tidak akan berhenti menjalankan tugas ini sampai aku mengetahui bagaimana akhir kesudahannya. Memikirkan Kepentingan Umat Jauh ke Depan

Dalam peristiwa lain, setelah Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah, beliau bermusyawarah dengan para sahabat tentang bagaimana sikap terhadap tawanan perang yang banyak itu. Umar Bin Khatab berpendapat sebaiknya tawanantawanan perang itu semuanya dibunuh saja, karena mereka telah memusuhi, memerangi, dan membunuh kaum muslimin. Rasulullah Saw. berpikiran lain, seraya berkata : Tawanan-tawanan perang itu jangan dibunuh, sebaiknya

di antara mereka yang pandai baca tulis setiap masing-masing diperintahkan mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang muslim.
Sangat Peduli Terhadap Kepentingan Orang Lain Suatu ketika Rasulullah Saw. sedang mengimami sholat berjamah. Tiba-tiba beliau mendengar ada seorang bayi menangis di barisan belakang. Rasulullah Saw. segera memendekkan bacaan ayat-ayat al-Quran. Beliau mengetahui bahwa bayi yang menangis itu karena ingin menyusu kepada ibunya yang kebetulan sedang ikut sholat berjamaah. Demikianlah, Rasulullah Saw. senantiasa memperhatikan kepentingan orang lain (umat) dan mengenyampingkan kepentingan dirinya atau kepuasan dirinya semata-mata. Banyak lagi sifat dan perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dalam melaksanakan tugas sebagai Rasul, memimpin umat dan menegakkan agama Islam, sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang tentram dan damai, sejahtera lahir dan batin. Semoga sifat dan perilaku kita sebagai muslim, umat Muhammad Saw tidak makin jauh dari sifat dan perilaku yang dicontohkan olehnya. Tentunya, kita tidak ingin lebih jauh lagi dari harapan terciptanya kehidupan masyarakat yang tentram dan damai, sejahtera lahir dan batin di bawah curahan rahmat dan ridlo Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sumber : psq.org

You might also like