You are on page 1of 10

Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor

A. Administrasi dan Supervisi Pendidikan Menurut Sondang P. Siagian, administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.[1] Sedangkan menurut Ars. The Liang Gie dalam Pengertian Kedudukan dan Ilmu Administrasi mengataknan bahwa administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam bekerjasama untuk mencpai tujuan tertentu.[2] Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto dalam Administrasi pendidikan, adalah segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personel, spiritual dan material yang bersangkut paut dengan pencapain tujuan pendidikan.[3] Dari pengertian administrasi di atas dapat disimpulkan bahwa administrasi pendidikan adalah suatu ilmu tentang penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar tercapai tujuan pendidikan di sekolah itu. Di atas telah dikemukakan pengertian administrasi pendidikan, maka kita perlu melengkapi dengan pengertian supervisi. Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto dalam Administrasi Pendidikan, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang

direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.[4] Menurut N.A. Ametembun dalam supervisi Pendidikan, supervisi pendidikan adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan. Pembinaan bermaksud berupa bimbingan atau tuntutan ke arah situasi pendidikan termasuk pengajaran pada umumnya, dan peningkatan mutu belajar mengajar pada khususnya.[5] Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian supervisi pendidikan adalah pembinaan yang direncanakan dalam perbaikan situasi pengajaran dengan lebih meningkatkan pendayagunaan sumber personel dan material dalam pencapain tujuan pendidikan secara lebih efektif dan efisien. B. Kepala Sekolah

1.

Pengertian kepala sekolah Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. (Sudarman 2002: 145).[6] Meskipun sebagai guru yang mendapat tugas tambahan, kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik, di sini berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berarti kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pendidik. Namun ketika memperhatikan pasal-pasal pada Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 ternyata para Calon Kepala Sekolah dihadapkan pada penafsiran ganda. Artinya kualifikasi dan kompetensi tersebut bisa diartikan sebagai syarat memasuki wilayah profesi kepala sekolah. Setelah yang bersangkutan diangkat sebagai kepala sekolah maka statusnya sebagai pendidik/ guru menjadi lepas. Namun bisa pula ditafsirkan sebagai memperkuat status lama yakni "hanya" seorang guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Jika itu yang terjadi maka sebelah kakinya masih menginjakkan ke wilayah profesi guru, dan sebelah lagi menginjak profesi kepala sekolah. Berarti seorang Kepala Sekolah walaupun dipersyaratkan harus berasal dari seorang guru namun setelah diangkat sebagai kepala sekolah maka yang bersangkutan sebaiknya tidak lagi berstatus Guru / Pendidik melainkan sebagai Tenaga Kependidikan/ Kepala Sekolah Profesional dengan tugas dan fungsi yang sudah jelas memerlukan perhatian khusus layaknya profesi kependidikan lain seperti Pengawas Sekolah, Laboran, dan Pustakawan. [7] Seorang kepala sekolah pada hakekatnya adalah pemimpin yang

menggerakkan, mempengaruhi, memberi motivasi, serta mengarahkan orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Kompetensi kepala sekolah

Para pakar pendidikan dan administrasi pendidikan cendrung sependapat bahwa kemajuan besar dalam bidang pendidikan hanya mungkin dicapai jika administrasi pendidikan itu sendiri dikelola secara inovatif serta bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan administrasi tersebut di suatu sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus memiliki kemampuan professional yang menurut Sanusi ada empat kemampuan profesional kepala sekolah yaitu: a. Kemampuan untuk menjalankan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya selaku unit kehadiran murid. b. Kemampuan untuk menerapkan keterampilan-keterampilan konseptual, manusiawi, dan teknis pada kedudukan jenis ini. c. Kemampuan untuk memotivasi para bawahan untuk bekerja sama secara sukarela dalam mencapai maksud-maksud unit dan organisasi. d. Kemamapuan untuk memahami implikasi-implikasi dari perubahan social, ekonomis, politik, dan educational; arti yang mereka sumbangkan kepada unit; untuk memulai dan memimpin perubahan-perubahan yang cocok di dalam unit didasarkan atas perubahan-perubahan social yang luas.(2002 :133)[8] Sedangkan menurut PERMEN DINKNAS No 13 tahun 2007 tentang Standar kepala sekolah/ Madrasah, kepala sekolah harus memiliki kompetensi atau kemampuan yang meliputi: a. b. c. d. e. 3. Kompetensi Kepribadian Kompetensi Manajerial Kompetensi Kewirausahaan Kompetensi Supervisi Kompetensi Sosial[9] Tugas dan fungsi kepala sekolah Stoop & Johnson (1967) mengemukakan empat belas peranan kepala sekolah dasar, yaitu: a. b. c. d. kepala sekolah sebagai business manager, kepala sekolah sebagai pengelola kantor, kepala sekolah sebagai administrator, kepala sekolah sebagai pemimpin profesional,

e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. C.

kepala sekolah sebagai organisator, kepala sekolah sebagai motivator atau penggerak staf, kepala sekolah sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai konsultan kurikulum, kepala sekolah sebagai pendidik, kepala sekolah sebagai psikolog, kepala sekolah sebagai penguasa sekolah, kepala sekolah sebagai eksekutif yang baik, kepala sekolah sebagai petugas hubungan sekolah dengan masyarakat, kepala sekolah sebagai pemimpin masyarakat. Kepala Sekolah sebagai Administrator Kepala sekolah sebagai administrator bermakna kepala sekolah sebagai insan yang mengatur penatalaksanaan sistem administrasi pendidikan.

Kepala sekolah sebagai administrator bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Ia selalu berusaha agar segala sesuatu disekolahnya berjalan lancar. Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah, seperti; proses belajar-mengajar, kesiswaan, personalia, sarana prasarana, ketatausahaan dan keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan sekolahnya. Untuk itu, Kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional sebagai berikut: 1) Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam kelengkapan penyusunan data administrasi pembelajaran; penyusunan kelengkapan data administrasi bimbingan konseling; penyusunan kelengkapan data kegiatan praktikum; dan penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan. 2) Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi peserta didik; penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan ekstrakurikuler, dan penyususnan kelengkapan data administrasi hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik.

3) Kemampuan mengelola administrasi personalia harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga guru; serta pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga kependidikan nonguru, seperti pustakawan, laporan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah dan teknisi. 4) Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana harus diwujudkan dalam pengembangan dan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang; pengembangan data administrasi meubeler; pengembangan kelengkapan data administrasi alat mesin kantor; pengembangan administrasi buku-buku atau bahan pustaka; dan pengembangan kelengkapan data administrasi alat laboratorium. 5) Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi surat masuk, surat keluar, surat keputusan, dan surat edaran. 6) Kemampuan mengelola administrasi keuangan harus diwujudkan dalam mengembangkan administrasi keuangan rutin, administrasi keuangan yang

bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik, dari pemerintah, dan bantuan dan operasional. Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas maka: a. Kepala sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun demikian kepala sekolah harus lebih mengutamakan tugas, tetapi juga harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para stafnya, agar setiap tenaga kepandidikan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. b. Kepala sekolah hendaknya terbuka tetapi tetap menjaga jarak dengan para tenaga kepandidikan, agar mereka bisa mengemukakan berbagai permasalahn yang dihadapi. c. Kepala sekolah menggunakan gaya gabungan antara pembagian tugas dan hubungan manusiawi.[10] Sebagai syarat mutlak menjadi kepala sekolah yang berkompeten, harus mampu dengan baik melaksanakan fungsi-fungsi administrasi pendidikan, yang meliputi perencanaan, penyusunan organisasi sekolah, pengoordinasian dan pengarahan serta pengelolaan kepegawaian.[11] 1. Membuat Perencanaan

Perencanaan yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah, diantaranya adalah menyusun program tahunan sekolah, yang mencakup program pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang

diperlukan. Perencanaan ini selanjutnya dituangkan dalam rencana tahunan sekolah yang dijabarkan dalam dua program semester. Adapun cakupan perencanaan tahunan itu meliputi: a. b. c. d. e. Program Pengajaran Kesiswaan Kepegawaian Keuangan Perlengkapan[12] 2. Menyusun Organisasi Sekolah Organisasi memainkan peranan penting dalam fungsi administrasi karena merupakan tempat pelaksanaan semua kegiatan administrasi. Selain itu, dilihat dari fungsinya organisasi juga menetapkan dan menyusun hubungan kerja seluruh anggota organisasi agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melakukan tugasnya masing-masing. Penyusunan organisasi merupakan tanggungjawab kepala sekolah sebagai administrator pendidikan. Sebelumnya ditetapkan, penyusunan organisasi itu sebaiknya dibahas bersama-sama dengan seluruh anggota agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan kesepakatan bersama. Selain menyusun struktur organisasi, kepala sekolah juga bertugas untuk mendelegasikan tugas-tugas dan wewenang kepada setiap anggota administrasi sekolah sesuai dengan struktur organisasi yang ada. Dalam penyusunan organisasi sekolah, kepala sekolah perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini; mempunyai tujuan yang jelas, para anggota menerima dan memahami tujuan tersebut, adanya kesatuan arah sehingga menimbulkan kesatuan tindakan dan pikiran, adanya kesatuan perintah; para bawahan mempunyai atasan langsung, adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang di dalam organisasi itu, adanya pembagian tugas yang sesuai dengan kemampuan,

keahlian dan bakat masing-masing, struktur organsasi disusun sesuai dengan kebutuhan koordinasi, pengawasan dan pengendalian, pola organisasi bersfat permanen dan adanya jaminan keamanan dalam bekerja serta garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab secara hirearki jelas tergambar di dalam struktur organisasi.[13] 3. Bertindak Sebagai Koordinator Pengoordinasian organisasi sekolah ini merupakan wewenang dari kepala sekolah. Dalam melakukan pengoordinasian ini sebaiknya kepala sekolah bekerja sama dengan berbagai bagian dalam organisasi, agar pengoordinasian yang dilakukan dapat menyelesaikan semua hambatan dan halangan yang ada. Kepala sekolah sebagai admnistrator harus mampu mengoordinasikan bawahannya, yang kegiatannya meliputi pengawasan, penilaian, pengarahan dan bimbingan terhadap setiap personal organisasi sekolah. Dalam pelaksanaan pengoordinasian kepala sekolah sebaiknya bekerja sama dengan berbagai bagian dalam organsasi sekolah, seperti wali kelas, tata usaha, bimbingan dan penyuluhan, guru bagian kurikulum dan lain sebagainya. 4. Melaksanaan Pengelolaan Pegawai Kepala sekolah memiliki kewenangan dalam mengelola kepegawaian dalam organsasi sekolah, diantaranya kepala sekolah dapat mengangkat, mempromosikan, menempatkan atau menerima pegawai baru, baik itu sebagai guru, TU ataupun pembimbing ekstra kurikurer. Dalam pengelolaan kepegawaian, kepala sekolah harus memperhatikan kesinambungan kondisi dan kemampuan pelaksananya, antara: jenis kelamin, bakat, kekuatan fisik, latar belakang pendidikan dll. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan pegawai, antara lain: mengadakan diskusi, membentuk koperasi, membentuk ikatan keluarga kepada sekolah, para memberikan untuk bantuan dan

kesempatan

seluas-luasnya

pegawai

meningkatkan

kemampuannya, mengusulkan dan mengurus kenaikan gaji atau pangkat guru-guru dan pegawai tepat pada waktunya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kepala sekolah sebagai supervisor adalah upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk membantu mengembangkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pelaksanaan supervisi merupakan tugas kepala sekolah untuk melakukan pengawasan terhadap guru-guru dan pegawai sekolahnya. Tujuan diadakan supervisi secara umum adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf lainnya) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran.[14] Beberapa prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi menurut Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif Supervisi harus bersifat sederhana, realistis dan informasi dalam pelaksanaannya Supervisi harus bersifat objektif Supervisi bersifat preventif Supervisi bersifat korektif Supervisi bersifat kooperatif Supervisi harus memperhatikan kemampuan para anggota organisasi.[15] Adapun hal hal yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai supervisor, antara lain: 1. Pembinaan Guru Guru sebagai pelaksana kurikulum harus mendapatkan bimbingan dari kepala sekolah, sehingga guru mampu melaksanakan kurikulum dengan baik. Maka sebagai supervisor yang mengadakan pembinaan terhadap guru, kepala sekolah dituntut harus memiliki sikap diantaranya; memiliki jiwa kepemimpinan, mengenal keadaan guru dan pegawai lainnya, membangkitkan semangat mereka dalam bertugas, memberikan kesempatan yang luas kepada mereka untuk mengembangkan kariernya dan menciptakan rasa kekeluargaan diantara mereka. Supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, adapun

krakteristiknya sebagai berikut:

1) Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah) sehingga inisiatif tetap di tangan tenaga kependidikan. 2) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan. 3) Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah. 4) Mendiskusikan interpretasi guru. 5) Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan dan menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan. 6) Supervisi klinis sedikitnya mempunyai tiga pengamatan, dan umpan balik. 7) Adanya penguatan dan umpan balik dari supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan. 8) Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah. tahap, yaitu pertemuan awal, dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Secara lebih rinci, perwujudannya adalah: a. Kemampuan menyusun program Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan,

laboratorium dan ujian. b. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurikuler. c. Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan

Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pengembangan sekolah.[16] Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui: 1) Dikusi kelompok, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama guru-guru dan bisa juga melibatkan tenaga administrasi, untuk memecahkan berbagai masaah di sekolah dalam mencapai suatu keputusan. 2) Kunjungan kelas, dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai salah satu teknik untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung. 3) Pembicaraan individual, merupakan teknik bimbingan dan konseling, yang dapat digunakan kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada guru baik berkaitan dengan masalah pembelajaran maupun masalah yang menyangkut profesionalisme guru. 4) Simulasi pembelajaran, merupakan suatu teknik supervisi berbentuk demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru dapat menganalisa penampilan yang diamatinya sebagai instropeksi diri.[17] 2. Pembagian tugas kepada guru Sebelum membagikan tugas-tugas kepada guru, kepala sekolah terlebih dulu harus mengetahui jumlah guru yang akan memberikan pelajaran di sekolah, apakah perlu ditambah, apakah memerlukan guru-guru honorer. Bila semua telah diketahuinya, kepala sekolah dapat memulai pembagian tugas-tugas kepada mereka. Pembagian ini dapat dilakukan dengan cara penetapan sistem guru kelas, sistem guru bidang studi, dan sistem campuran antara keduanya.[18]
[1][1] H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2005), hlm.7 [2] Ibid, [3] Ibid, hlm. 8 [4] Ibid, hlm.203 [5] Ibid, hlm. 202 [6] Mohib Asrori, Kompetensi Peran dan Tugas Kepala Sekolah dalam Manajemen Kurikulum, (22 Februari 2011), http://gurutrenggalek.blogspot.com/2011/02/kompetensi-peran-dan-tugas-kepala.html [7] Muhammad Arsyad, Mencermati Standar Kepala Sekolah, (12 Mei 2008) http://re-searchengines.com/0508arsyad.html [8] Mohib Asrori, loc.cit. [9] MUHAMMAD ARSYAD, LOC.CIT. [10] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hlm.110 [11] Muhammad Fauzi, Kepala Sekolah sebagai Supervisor, Administrator, dan Pemimpin, (25 Desember 2009)http://mufazi881.blogspot.com/2009/12/kepala-sekolahsebagai-supervisor.html [12] Ibid, [13] Ibid, [14] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta,2004), hlm.40 [15]Suharsimi Arikunto, hlm.22 [16] E. Mulyasa, op.cit., hlm.112 [17] Ibid, hlm.114 [18] Muhammad Fauzi, l

You might also like