You are on page 1of 32

http://nyetnyetanyet.wordpress.

com/2011/03/21/laporan-praktikum-biologi-perikanan-ikan-ma

Laporan praktikum biologi perikanan ikan mas


Filed under: Laporan Praktikum 1 Komentar Maret 21, 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kata Pengantar Reproduksi adalah salah saatu cara suatu mahluk hidup mempertahankan kelangsungan hidupnya. Begitupun juga denga ikan, ikan merupakan salah satu mahluk hidup yang melakukan reprodusi untuk melestarikan/melangsungkan kehidupannya. Pada dasarnya, ikan bersifat ovivar (bertelur). Jadi ikan melakukan reproduksi dengan cara bertelur. Ikan melakukuan reproduksi pada sdaat musim ikan itu m,elakukan reprodusi, seiap ikan musimnya berbeda-beda. Musim reprodusi/pemijahan ikan mempengaruhi terhadap umlah telur yang dihasilkan ikat tersebut. Jika pada musimnya ikan akan mengeluarkan telur yang banyak. Selain itu juga jumlah telur yang dihasilkan dipengaruhi olehketersediaan atau asupan makanan yang dimakan oleh ikan. Begitu pula dengan ikan mas. Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan yang bersifat ovivar dalam system reproduksinya. Ikan mas juga merupakan ikan yang reprodusinya di pengaruhi oleh musim. Selain itu juga, jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan mas selain dipengaruhi musim, dipengarus=hi oleh asupan makanan yang dimakan. Oleh karena hal di atas, dalam praktikum kali ini mempelajari mulai dari seksualitas ikan, tingkat kematangan gonad ikan, indeks kematangan gonad, dan kebiasaan makan ikan. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari mpraktikum kali ini adalah : Mengetahui indeks kematangan gonad ikan mas (Cyprinus carpio) Mengetahui tingkat kematangan gonad ikan mas (Cyprinus carpio) Mengetahui fekunditas dari ikan mas (Cyprinus carpio) , dan Mengidentifikasi food feeding habits dari ikan mas (Cyprinus carpio) BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Bagian-bagian Tubuh Ikan Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bias menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi. Ukuran tubuh ikan. Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.

- Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga ujung ekor. - Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor) - Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla) hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum. - Panjang batang ekor (LCP) diukur mulai dari jari terakhir sirip dubur hingga pertengan pangkal batang ekor. - Panjang moncong (SNL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga pertengan garis vertikal yang menghubungkan bagian anterior mata. - Tinggi sirip punggung (DD) diukur mulai dari pangkal hingga ujung pada jari-jari pertama sirip punggung. - Diameter mata (ED) diukur mulai dari bagian anterior hingga posterior bola mata, diukur mengikuti garis horisontal. - Tinggi batang ekor (DCP) diukur mulai dari bagian dorsal hingga ventral pangkal ekor. - Tinggi badan diukur (BD) secara vertikal mulai dari pangkal jari-jari pertama sirip punggung hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut. - Panjang sirip dada diukur mulai dari pangkal hingga ujung jari-jari sirip dada. - Panjang sirip perut diukur mulai dari pangkal hingga ujung sirip perut. 2.2 Perkembangan Gonad Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan populasinya. Setiap spesies ikan mempunyai strategi reproduksi yang tersendiri sehingga dapat melakukan reproduksinya dengan sukses. Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari system reproduksi. Sistem reproduksi terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya (Hoar & Randall, 1983). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah (Sutisna, 1995). Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding & Reynaldo, 1993). Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk hormone Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan. Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher, 1995)

Faktor lingkungan merupakan stimuli yang dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti kulit, mata dan hidung. Informasi berasal dari lingkungan sampai di otak melalui reseptor yang terdapat pada masingmasing organ sensori. Tingkat Perkembangan Gonad Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian pada pengamatan reproduksi ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari eproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan gonad. Pada saat ini gonad semakin bertambah berat diikuti dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Peningkatan ukuran gonad atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit, pada saat ini terjadi perubahan morfologi yang mencirikan tahap stadianya. Pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pertambahan pada jantan sebesar 5-10%. Pencatatan perubahan kematangan gonad dapat digunakan untuk mengetahui bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu : i) ii) cara histologi yang dilakukan di laboratorium, pengamatan morfologi yang dilakukan di laboratorium dan dapat pula di lapangan.

Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Kesteven membagi tingkat kematangan gonad dalam beberapa tahap yaitu: a. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung, testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa. b. Dara Berkembang. Testis dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar. c. Perkembangan I. Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih. d. Perkembangan II. Testis berwarna putih kemerah-merahan, tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur dapat dibedakan dengan jelas, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisis kira-kira dua pertiga ruang bawah. e. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis berwarna putih, keluar tetesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari telur ini jernih dan masak. f. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan di perut. Kebanyakan telur berwarna jerinih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium. g. Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat telur. h. Salin. Testis dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali. i. Pulih Salin. Testis dan ovarium berwarna jernih, abu-abu merah. (Begenel & Braum (1968) dalamEffendie, 1997).

Indeks Kematangan Gonad (IKG) Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad, tingkat perkembangan ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu Indeks Kematangan Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100 persen (Effendie, 1979 dalam Hadiaty, 2000). IKG = Wg / W x 100% Wg = berat gonad ; W = berat tubuh ikan Indeks Kematangan Gonad atau Gonado somatic Index (GSI) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Penghitungan indeks kematangan gonad selain menggunakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan, dapat juga dengan mengamati perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis. Perkembangan gonad akan diikuti juga dengan semakin membesarnya pula garis tengah telur yang 62dikandung di dalamnya. Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut. Fekunditas Fekunditas ikan merupakan aspek yang berhubungan dengan dinamika populasi, sifatsifat rasial, produksi dan persoalan stok rekruitmen (Bagenal, 1978 dalam effendi 1997). Fekunditas merupakan kemampuan reproduksi ikan yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang ada dalam ovarium ikan betina. Secara tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. selanjutnya ia menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar dan yang kecil. Hubungan fekunditas dengan panjang, berat dan populasi Fekunditas dengan panjang Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang dari pada dengan berat, karena panjang penyusutannya relatif kecil sekali tidak seperti berat yang dapat berkurang dengan mudah. Seringkali para peneliti memplotkan fekunditas mutlak dengan panjang ikan dan hubungan itu ialah : F = a Lb Dimana F = fekunditas, L = panjang ikan, a dan b merupakan konstanta yang didapat dari data. Persamaan tersebut kalau ditransformasikan ke logaritma akan mendapatkan persamaan regresi garis lurus : Log F = log a + b log L Menurut Bagenal dalam Effendie (1997) harga eksponen b berkisar antara 2,34 5,28 dan kebanyakan berkisar di atas 3. Ada juga yang membuat Korelasi antara fekunditas dengan

panjang dengan cara regresi biasa kemudian dites dengan melihat koefisien korelasinya. Hoyt (1971) mendapatkan persamaan untuk panjang ikan dengan jumlah telur masak dari ikan sliver jaw (Ericymba bucata) yaitu: Y = (-1379,3 + 32,74 X) dengan koefisien korelasi r = 0,89 Korelasi ini memperlihatkan hubungan positif dan kuat dari kedua variabel. Pertambahan panjang berkorelasi dengan pertambahan telur. Healy (1971) mendapatkan korelasi hampir linier antara fekunditas dengan panjang ikan sand goby (Gobius minutus pallas), tetapi variasi diantara ikan yang sama panjang, fekunditasnya berbeda-beda dan koefisien korelasinya rendah yaitu 0,55. dalam menyelidiki ikan fall fish (Semotilus corporalis), Reed (1971) mendapatkan hubungan antara fekunditas dengan panjang ikan ialah : F = -14.913,3 + 76,7 L dengan koefisien korelasi r = 0,958 Fekunditas dengan berat Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati kondisi ikan itu dari pada panjang. Namun dalam hubungan fekunditas dengan berat terdapat beberapa kesukaran. Berat akan cepat berubah pada waktu musim pemijahan. Misalnya ikan salmon dan sidat yang melakukan ruaya sebelum berpijah, mereka tidak lagi mengambil makanan, jadi berpuasa sampai ke tempat pemijahan. Jika fekunditas mutlak secara matematis dikorelasikan dengan berat total termasuk berat gonad akan menimbulkan kesukaran secara statistik. Hal ini disebabkan akan termasukkan telur dalam jumlah yang lebih besar dari ikan yang sebenarnya berfekunditas kecil. Disebabkan oleh kesulitan ini, maka kebanyakan digunakan fekunditas relatif, yaitu berat telur persatuan berat ikan. Namun menggunakan fekunditas relatifpun mendapatkan kesukaran juga, karena tidak dapat dipakai membandingkan satu populasi dengan lainnya atau keadaan dari satu tahun ke tahun lainnya. Pengunaan penghitungan fekunditas yang dikorelasikan dengan berat yang dituliskan dengan persamaan : F = a + bW dalam beberapa hal hasilnya baik, tetapi ternyata bahwa korelasi antara fekunditas dengan berat adalah tidak linier. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa berat gonad pada awal kematangan berbeda dengan berat akhir dari kematangan itu karena perkembangan telur yang dikandungnya. Selama dalam proses perkembangan tersebut terjadi pengendapan kuning telur yang berangsur-angsur serta terjadi hidrasi pada waktu hampir mendekati pemijahan. BAB III ALAT DAN BAHAN 3.1 1. Cawan petri 2. Hand counter 3. Penggaris 4. Kaca pembesar 5. Pisau bedah Alat

6. Pinset Bahan 1. Ikan mas (Cyprinus caprio) 2. Akuades 3.2 Langkah-langkah 1. Ikann ditimbang terlebih dahulu 2. Diukur panjang TL dan SL ikan tersebut 3. Ikan di bedah, pisahkan gonad dan usus ikan ke tempat lain 4. Timbang berat gonad untuk mendapatkan data IKGnya 5. Buka usus ikan, untuk melihat makanan apa yang dimakannya. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perhitungan Relasi panjang berat Perhitungan relasi panjang dan berat yaitu : 1. Mengukur panjang total ikan mas (TL), 2. Mengukur panjang standar (SL) 3. Menghitung berat ikan 3.2 Indeks Kematangan Gonad Indeks kematangan gonad di hitung dengan rumus : Wg/W x 100% 3.3 Tingkat Kematangan Gonad Tingkat kematangan gonad dilihat dengan mengacu pada teori Kesteven pada buku biologi perikanan. 3.4 Fekunditas Fekunditas dapat di hitung berdasarkan : Volume. Dengan rumus : X:x=V:v Keterangan : x = Jumlah telur di hitung secara manual V = Perhitungan volume air stelah dimasukan air 3.5 Food feeding habits Pengidentifikasian kebiasaan makannya dengan mengidentifikasi isi dari usus ikan, kemudian diamati di bawah mikroskof. Data hasil praktikum biologi perikanan kelas B : Seksualitas N o ikan Kelompok jant an 1 Anjar Wahyu A beti na tl sl Relasi Panjang Berat tkg ikg 177,31 4 Perkembangan Gonad fekundi tas

32

29.5

790

bunting

13.9

Succy Lestari Aep Ruhiat Dewi Addinilia 2 Nur Zamzam Aloysius Dimas Dede Ahdiat 3 Ramduni Barqah Melati Annisa Sugianto R.Rocky 4 Savoetra Febyanti Utami Roy Docklas 5 Arfiani Karuniasari Reza Hamzah Harry Akhbar D 6 Vannie Elsis Ranita Tyarawatty 7 Arief Rachman 18.5 16 100 dara 1.09 21 17.5 180 perk.III 1.1 17.5 15 150 perk.II 0.82 23 19.5 185 perk.II 3.4 15.5 13 80 dara 5 22.5 18 240 mijah 4

Nurdin Arif Richardson Sitohang Arya Bayu 8 Harri Sidiq Yurivalendra 9 Tegar Alghafany Sandy Destra Lela 1 0 Komalasari M.Rudyansah Nofi Puji Nurfajri M 1 1 Aini Andriyani Taufik Hidayat Galang Satrya 1 2 Zano Maylendo Rully Johan Bayu 1 3 Reksono Tommy Irawan 13.5 11.1 32.5 dara 1.48 14 13 60 dara 0.91 14.5 11.5 42 dara 0.01 22.9 19.8 220 dara brkemb ng 2.2 14.6 12 39.5 bunting 7.31 16 13.5 60 perk.II 2.83

Rovi Rizkia Rinaldi 1 4 Lucky Rizki Windy Meuraxa 1 5 Wielmarte Lukman Hakim M.Iqbal 1 6 Devi Nurkhasanah Samsuri Raymond Marbun 1 7 Junianto Wibowo Aji Tirta Hendrawawa 1 8 nsah Azwan Ruswandi Romauli 1 9 Siskayani Riyanti Puspa Setiani 2 Asep Sahidin 18.6 16.8 158.5 bunting 12 18 17 156.3 dara brkemb ng 5 13.9 11.8 31.5 Perk.I 0.79 16 13.6 56 bunting 7.5 19.5 17.5 14.5 bunting 8.7 23.5 19.5 210 bunting 7 Amanta 20 16.5 129 bunting 8

Eva Dini Erdiani Ruddy Prawira

2 1

Dimas Akhrulla Irmasari rata-rata

15

11

50

dara

18.5 7 15 6 390

15.8 7 333. 62

142.1 4 2985. 04 bunting =7 mijah = 1 Perk I = 1 Perk II = 2 Perk III =1 dara = 5 dara berkmba ng = 2

6.83 3 94,5 75 177,31 4

Jumlah

4.5

Nilai B N o Panjang (cm ) Kelompok tl Anjar Wahyu 1 A Succy Lestari 32 29.5 790 1.47 2.89 4.36 2.1609 sl (L) berat (gr)

log L

log W

log (LxW)

(log L)^2

Aep Ruhiat Dewi Addinilia 2 Nur Zamzam Aloysius Dimas Dede Ahdiat 3 Ramduni Barqah Melati Annisa Sugianto R.Rocky 4 Savoetra Febyanti Utami Roy Docklas 5 Arfiani Karuniasari Reza Hamzah Harry Akhbar D 6 Vannie Elsis Ranita Tyarawatty Arief Rachman 7 Nurdin Arif Richardson Sitohang 18.5 16 100 1.2 2 3.2 1.44 21 17.5 180 1.24 2.26 3.5 1.5376 17.5 15 150 1.18 2.18 3.36 1.3924 23 19.5 185 1.29 2.27 3.56 1.6641 15.5 13 80 1.11 1.9 3.01 1.2321 22.5 18 240 1.26 2.38 3.64 1.5876

Arya Bayu 8 Harri Sidiq Yurivalendra 9 Tegar Alghafany Sandy Destra Lela 1 0 Komalasari M.Rudyansah Nofi Puji Nurfajri M 1 1 Aini Andriyani Taufik Hidayat Galang Satrya 1 2 Zano Maylendo Rully Johan Bayu Reksono 1 3 Tommy Irawan Rovi Rizkia Rinaldi 1 4 Lucky Rizki 1 5 Windy Meuraxa 23.5 19.5 210 1.29 2.32 3.61 1.6641 Amanta 20 16.5 129 1.22 2.11 3.33 1.4884 13.5 11.1 32.5 1.05 1.51 2.56 1.1025 14 13 60 1.11 1.78 2.89 1.2321 14.5 11.5 42 1.06 1.62 2.68 1.1236 22.9 19.8 220 1.29 2.34 3.63 1.6641 14.6 12 39.5 1.07 1.59 2.66 1.1449 16 13.5 60 1.13 1.78 2.91 1.2769

Wielmarte Lukman Hakim M.Iqbal 1 6 Devi Nurkhasanah Samsuri Raymond Marbun 1 7 Junianto Wibowo Aji Tirta Hendrawawan 1 8 sah 13.9 Azwan Ruswandi Romauli 1 9 Siskayani Riyanti Puspa Setiani Asep Sahidin 2 0 Eva Dini Erdiani Ruddy Prawira 2 1 Dimas Akhrulla Irmasari 15 11 50 1.04 1.69 2.73 1.0816 18.6 16.8 158.5 1.23 2.2 3.43 1.5129 18 17 156.3 1.23 2.19 3.42 1.5129 11.8 31.5 1.07 1.49 2.56 1.1449 16 13.6 56 1.13 1.74 2.87 1.2769 19.5 17.5 14.5 1.24 1.16 2.4 1.5376

rata-rata Pembahasan :

19.44 4

14.37 5

170.13 33

1.186 2

1.971 4

3.157619 05

1.41800 48

Dari data diatas, jika dianggap semua ikan mas situ dari satu peraira dapat dapat disimpulkan bahwa: 1. Perairan tersebut di dominasi oleh ikan mas jantan, dengan jumlah Jantan berjumlah 15 ekor, betina berjumlah 6 ekor. Perbandingannya mensapai 2:1. Untuk jenis spesies seperti ikan mas, itu bagus, karena pada saat betina melakukan pemijahan tidak akan kekurangan sperma. 2. Persentasi tingkat kematangan gonadnya, ikan-ikan di peraiaran tersebut belum siap untuk mengeluarkan telurnya. Kematanagn gonadnya rata-rata masih tahap perkembangan. 3. Dilihat dari rata-rata indeks kematangan gonadnya, masih jauh unutk melakukan pemijahan. 4. Populasi pertumbuhan pada ikan mas di atas tidak sama, mungkin dipengaruhi oleh makanan. 5. Berdasarkan data hasil penelitian ikan mas diatas, tropik levelnya, ikan tersebut banyak mengkonsumsi jenis fito plangton dan daun-daunan. Ditemukan juga beberapa zooflankton. Dapat disimpulkan bahwa ikan tersebut termasuk ikan omnivore (pemakan segala). BAB IV KESIMPULAN Tingkat kematangan gonad ikan mas dalam suatu perairan tidak lah sama, tergantung terhadap kondisi ikan dan makan yang terjadi. Besar tubuh dan berat ikan mempengaruhi terhadap perkembangan gonad ikan tersebut. Pemijahan/ pengeluaran telur pada ikan dapat terjadi pada tahap ikan itu menginjak kematangan gonadnya pada fase Sali. Setelah memasuki fase itu, ikan akan siap mengeluarkan telurnya Jumlah telur yang dihasilkan, juga dipengaruhi oleh musim. Seperti halnya ikan mas, ikan mas akan banyak mengeluarkan telur pada musim dingin DAFTAR PUSTAKA file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Cover%20Buku%20ajar%20(ikhtiologi).htm

Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)


Oleh

Teguh Heriyanto Ilmu Kelautan

LABORATORIUM BIOPER FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2010

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT, akhirnya laporan Praktikum Biologi Perikanan ini dapat penulis selesaikan. Dalam laporan ini penulis membahas mengenai Fekunditaas dan Diameter Telur. Praktikum ini dilaksanakan sebagai upaya pembelajaran serta pelatihan bagi Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Sebagai manusia penyandang relativitas kebenaran, penulis sangat menyadari adanya kekurangan didalam pembuatan laporan ini. Atas segala kekurangan tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada asisten yang telah memberikan bimbingan didalam praktikum dan pembuatan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 25 Oktober 2010

Teguh Heriyanto

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. 1.1. 1.2. 1.3. II. III. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. IV. 4.1. 4.2. V. 5.1. 5.2. PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan praktikum Manfaat praktikum TINJAUAN PUSTAKA METODE PRAKTIKUM Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode praktikum Prosedur praktikum HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ikan tambakan (helostoma temmincki)

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Morphometrik ikan Tabel 2. Ukuran diameter telur dari keenam bagian ovari ikan

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat alat yang digunakan

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetehuan yang mempelajari keadaan ikan yaitu sejak individu ikan tersebut menetas (hadir ke alam) kemudian makan, tumbuh, bermain, bereproduksi, dan akhirnya mengalami kematian secara alami atau oleh karena factor lain. Pengetahuan itu akan menguraikan tentang aspek aspek biologi individu dari spesies ikan. Sehingga pengetahuan biologi perikanan ini merupakan pengetahuan dasar ketika mendalami pengetahuan dinamika populasi ikan, pengembngan spesies ikan untk dikelola menjadi ikan budidaya dan upaya pelestarian spesies ikan yang akan mengalami kepunahan di perairan alaminya. (Pulungan, 2010) Ikan adalah binatang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilothermal), hidup dalam air, gerakan dan keseimbangan badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan insang. Sebagian besar ikan hidup di perairan laut sedangkan sebagiannya di perairan darat (Tim iktiologi, 2001). Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan tentang fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh individu ikan pada waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk memprediksikan berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan.

1.2.Tujuan praktikum
Tujuan dari praktikum fekunditas dan diameter telur adalah agar kita dapat memperkirakan jumlah larva atau anak ikan yang akan dihasilkan dan juga dapaat memprediksi jumlah anak ikan dalam kelas umur yang sama.

1.3. Manfaat praktikum


Manfaat dari praktikum fekunditas dan diameter telur adalah kita dapat memahami metode metode atau teknik teknik penghitungan jumlah telur yang dihasilkan dan juga dapat menentukan produksi suatu jenis ikan dan potensi jenis ikan di suatu perairan.

I. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan tambakan (helostoma temmincki) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki cita rasa yang lezat dan kandungan protein yang tinggi sehingga banyak disukai oleh masyarakat indonesia. Selain itu, ikan ini juga dijadikan ikan hias karena bentuk dan gerakannya yang cukup menarik. Karena mempunyai nilai ekonomis sebagai ikan konsumsi dan ikan hias, sehingga diharapkan nantinya ikan ini bisa menjadi ikan yang menjanjikan keuntungan bagi pembudidayanya (Desrino, 2009). Ikan tambakan adalah jenis ikan omnivora, makanan utama ikan ini adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kecil seperti plankton dan alga yang hidup menempel pada akar tumbuhan air dan substrat. Ikan tambakan juga menyukai jenis makanan seperti cacing tubifex dan cacing tanah yang berukuran kecil (Wiki, 2005). Djuhanda (1991) dalam Murdani (2008) mengatakan bahwa ikan dari keluarga scombridae memiliki ciri-ciri seperti : sirip ekor bercagak dua dan lekuk dari cagak tersebut dimulai dekat pangkal ekor. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya dibelakang sirip ekor dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil. Ikan dari genus osteichilus ukuran panjang tubuhnya lebih besar daripada tinggi tubuhnya, badannya ditutupi dengan sisik cicloid atau stenoid, sirip ekor bercagak dua dan bentuknya simetris, mulutnya terletak didepan kepala dan menyerupai gelembung rehang yang terbagi dalam dua bagian, bagian belakang lebih kecil daripada bagian depan. Dari bentuk tubuh dan sisiknya, ikan ini habitatnya adalah sungai, selain itu suka hidup dirawa-rawa dan danau, menyukai perairan yang berarus sedang dan diperairan yang lebar dengan air yang jernih dan banyak ditumbuhi tanaman. Diperairan umum, ikan ini memijah pada musim penghujan (Aimeri, 2007). Menurut Nikolsky (1967) dalam Pulungan (2010), jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlainlainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Nikolsky selanjutnya menyatakan bahwa fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula. Dalam ovari biasanya ada dua macam ukuran telur, yang besar

dan yang kecil. Telur yang besar akan dikeluarkan pada tahun itu dan yang kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya. Namun apabila kondisi baik, telur yang kecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar. Sehubungan dengan hal ini maka perlu menentukan fekunditas ikan apabila ovari ikan itu sedang dalam tahap kematangan yang ke-iv(menrut Nikolsky 1969) dan yang paling baik sesaat sebelum terjadi pemijahan. Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang. Jadi fekunditas individu ini baik diterapkan pada ikan-ikan yang mengadakan pemijahan tahunan atau satu tahun sekali.

II. METODE PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan tempat


Praktikum biologi perikanan tentang fekunditas dan diameter telur ini dilaksanakan pada hari selasa, 19 oktober 2010 pukul 10.00 12.00 wib. Bertempat di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2.Bahan dan alat


Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan tambakan (helostoma temminckii) sebanyak 20 ekor. Alat yang digunakan pada praktikum adalah pena, pensil, penghapus, penggaris , serbet, buku gambar, nampan, timbangan, pisau bedah, tabung ukur dan buku penuntun praktikum.

3.3. Metode praktikum


Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan langsung terhadap objek yang akan diamati.

3.4. Prosedur praktikum


Prosedur praktikum yaitu letakan ikan dalam wadah nampan yang telah disediakan. Kemudian ukur panjang totalnya, panjang baku, berat ikan dan kemudian gambar ikan tersebut di laporan sementara, buat klasifikasinya, setelah itu bedah bagian abdominal ikan, lihat gonadnya apakah jantan atau betina. Hitung jumlah telur yang dihasilkan dengan metode volumetrik dan metode van bayer.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil


Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum fekunditas dan diameter telur ini dapat diketahui hasilnya adalah sebagai berikut: Ikan tambakan (helostoma temmincki) diklasifikasikan kedalam ordo : labirinthici, family : anabantidae, genus : helostoma, species : helostoma temmincki.

Gambar 1. Ikan tambakan (helostoma temmincki)

Tabel 1. Morphometrik ikan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Tl (mm) 160 130 115 140 120 120 120 135 Sl (mm) 120 105 90 110 90 95 91 100 W (gram) 110 70 40 60 45 40 40 50

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

130 80 130 120 140 120 130 90 120 120 110 110

100 60 100 90 100 90 105 70 80 100 80 90

55 20 60 45 60 40 65 20 45 50 40 40

Penghitungan jumlah telur : Metode volumetrik

X:x=v:v

Dimana : X = jumlah telur dalam ovari yang akan dihitung X = jumlah rataan telur dari sub sampel ovari V = volume ovari V = volume sub sampel ovari Data yang diperoleh : Volume gonad = 10 ml Volume sub sampel posterior = 1 ml Volume sub sampel tengah = 2 ml Volume sub sampel anterior = 1 ml Maka, x (bagian posterior) = X (bagian tengah) = X (bagian anterior) = Metode von bayer Tabel 2. Ukuran diameter telur dari keenam bagian ovari ikan Frekuensi (butir) Diameter Kiri Anterior 0,6 Tengah Posterior Kanan Anterior Tengah Posterior

0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 Jumlah

14

14

14

12

14

12

4.2. Pembahasan
Ikan tambakan memiliki bentuk tubuh compressed, kepala tumpul bersisik, mulut terminal, tidak memiliki sungut, lubang hidung dirhinous, mata terdapat dikiri dan dikanan, terdapat tutup insang, squama menutupi seluruh bagian tubuh. Mulut proctractile (dapat disembulkan ke depan dan dapat ditarik kembali ke posisi semula). Ukuran mulut sempit, karena celah mulut tidak dapat dimasuki oleh jari kelingking tangan. Posisi sudut mulut dengan bola mata berada pada tegak lurus dengan sisi depan bola mata. Ukuran bibir tipis, kedua bibir berlipatan, bibir atas bersanbung dengan bibir bawah. Bentuk bibir atas tidak bergerigi. Moncong pendek, tumpul, ujung moncong tidak terdapat tonjolan duri. Sirip punggung (pinnea dorsalis) : bentuk sirip sempurna, jumlah sirip punggung hanya satu, letak sirip punggung terletak di belakang kepala di bagian anterior badan, permulaan dasar sirip punggung di depan sirip perut, sirip punggung terpisah dengan sirip ekor. Sirip dada (pinnea pectoralis) : posisi sirip dada adalah oblique (miring 450 atau hamper horizontal), posisi sirip dada berada di bawah linea lateralis di belakang tutup insang. Sirip perut (pinnea ventralis) : sub abdominal (sirip perut terletak di belakang sirip dada). Sirip anus (pinnea analis) : terpisah dengan sirip ekor, sirip anus tidak ditutupi sisik. Sirip ekor (pinnea caudalis) : berpinggiran tegak. Dxv.1.15, p13, vii.3, axiv.16, c13.

Ikan tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat dan biasanya terdapat pada ketinggian 150-750 meter dari permukaan laut. Kisaran temperature 25-30derajat selsius dan ph netral (Susanto, 1984). Ikan tambakan (helostoma temmincki) mempunyai bentuk mulut protactile yaitu bentuk mulut yang dapat disembulkan, celah mulut horirzontal sangat kecil, rahang atas dan rahang bawah sama, bibir tebal dan mempunyai gigi yang ujungnya tajam(susanto, 1996). Ikan ini hidup di lingkungan bentoplagis, potamodromus (Riedie, k., 2004), air tawar pada ph berkisar antara 6,0 8,0 dan dh antara 5 19, hidup kisaran kedalaman lebih dari 2m. Biasanya ditemui di danau dan sungai (Kottelat, m. dan Widjanarti, 2005). Royce (1972) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat lebih mendekati kepada kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan panjang. Bahkan menurut Nikolsky (1969) lebih mencerminkan status ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky, 1969). Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative yang lebih kecil. Umumnya fekunditas relative lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda. Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Di alam, pemijahan (spawing) dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (eksternal) misalnya : hujan, habitat, oksigen terlarut, daya hantar listrik, cahaya, suhu, kimia, fisika air, waktu (malam hari) dan lain lain. Kondisi lingkungan ini akan mempengaruhi kontrol endokrin untuk menghasilkan hormon hormon yang mendukung proses perkembangan gonad dan pemijahan (Fujaya, 2004). Faktor faktor tersebut berpengaruh terhadap jumlah telur yang akan dihasilkan.

Didalam pemijahan ikan tambakan akan ditandai dengan bau amis pada permukaan air kolam. Telur akan terlihat bergaris tengah (diameter) 1- 2,5 mm, terapung karena adanya lapisan globul lemak (Susanto, 2004).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pada praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ukuran diameter telur pada ikan tambakan ( helostoma temmincki ) tiap bagian berbeda, begitu juga dengan jumlah telur yang dihasilkan pada tiap bagian seperti anterior, tengah, posterior. Hal ini disebabkan tingkat kematangan gonad pada ikan setiap bagian tidak sama, semakin matang gonad ikan maka diameter telurnya semakin besar karna adanya pembentukan kuning telur begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat kematangan gonad ikan maka diameter telur semakin kecil.

5.2. Saran
Didalam melakukan praktikum fekunditas dan diameter telur penulis menyarankan agar untuk praktikum kedepannya semua praktikan dapat melakukan praktikum dengan mengunakan semua metoda perhitungan telur dan juga diharapkan kelengkapan alat terutama mikroskop dapat disediakan untuk satu kelompok satu mikroskop.

DAFTAR PUSTAKA
Fujaya, Yusinta. 2004. Fisiologi ikan dasar pengembangan teknologi perikanan. Pt rineka cipta, jakarta. 179 hal. Kottelat, M. dan E. Widjanarti. 2005. The fishes of danau sentarum national park and the kapuaslakes area, kalimantan barat, indonesia, raffles bull. Zool. Supplement (13) : 139 173. Pulungan, C. P. 2010. Penuntun praktikum biologi perikanan. Pusat universitas riau. Pekanbaru 75 hal. (tidak diterbitkan). Riedie, K. 2004. Global register of migratory species-from global to regional scale. Final report of the r&d-projekt 808 05 081. Federal agency for nature conservation, bonn, germany. 329 p. Susanto, Heru. 1996. Membuat kolam ikan. Penebar swadaya. Jakarta. 73 hal. Susanto, Heru. 2004. Budidaya ikan di perkarangan. Penebar swadaya, jakarta. 150 hal. http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/21/aspek-biologi-reproduksi-ikan lele-clarias-batrachus/ http://dianpamela.blogspot.com/2010/03/literatur-ikan-tambakan.html http://fishbase.org

http://teguhheriyanto.blogspot.com/2011/01/biologi-perikanan-fekunditas-dan.html

You might also like