You are on page 1of 35

ANALISIS ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PT.

TELKOM Tbk (Periode 2004-2008)

Kelompok 7 : Nahlumbiah Mentari Dini (4308010220)

Puji Lestari (4308010 Widyastuti KN (43108010118)

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Kelangsungan hidup perusahaan di era kompetisi global, menuntut manajemen untuk menyusun perencanaan strategis dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi. Perubahan-perubahan yang perlu direspon oleh perusahaan bukan hanya yang berorientasi pada produk perusahaan saja, melainkan juga pada aspek-aspek penting yang menyangkut kinerja perusahaan sebagai suatu entitas yang berada ditengah masyarakat. Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat tergantung pada bagaimana manajemen mengelola keuangan dan melaksanakan aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu pihak manajemen dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan dan

profesionalismenya. Hal ini bertujuan agar manajemen perusahaan mampu mencapai tujuan-tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam mencapai tujuan perusahaan pihak manajemen harus memperhatikan kinerja keuangan perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangan dan perkembangan perusahaan dalam mencapai tingkat keuntungan. Posisi dan kinerja keuangan perusahaan sangat penting artinya bagi perusahaan untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan. Keungguulan yang perlu diketahui kiranya dapat dipertahankan dan bahkan bisa ditingkatkan. Sedangkan kelemahan-kelemahan yang perlu diketahui juga harus segera diperbaiki. Kinerja perusahaan merupakan suatu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan dan prestasi perusahaan. Sampai saat ini, pengukuran kinerja dan prestasi manajemen lebih dititik beratkan pada rasio-rasio keuangan di dalam laporan keuangan, yang secara langsung berhubungan dengan laba bersih periode sekarang, total aktiva, penjualan bersih. Misalnya return on asset (ROA), return on equity (ROE), return on invesment (ROI), dan operating profit margin. Return on asset (ROA) mengukur imbal hasil perusahaan yang diperoleh melalui pendayagunaan total aktiva, return on equity (ROE) mengukur

kinerja dan presfektif pemegang saham, return on invesment (ROI) mengukur tingkat pengembalian investasi (rasio perbandingan antara pendapatan yang dilaporkan pada laporan keuangan dengan aktiva yang digunakan) dan operating profit margin untuk mengukur keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan melalui operasi peruasahaan. Metode-metode yang dilakukan diatas masih memiliki kelemahan yaitu mengabaikan biaya modal. Selain itu, pengukurannya sangatlah tergantung pada perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Sehingga seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, dimana kenyataannya kinerja tidak mengalami peningkatan bahkan menglami penurunan. Laba (earning) juga sering digunakan sebagai alat ukur kinerja manajemen. Laba bersih selama ini digunakan sebagai suatu indikator kuat keberhasilan manajemen. Laba bersih tergantung pada efesiensi operasi, financial leverage, dan kemampuan perusahaan untuk merumuskan strategi yang tepat untuk menghasilkan keuntungan yang memuaskan. Dalam suatu laporan laba rugi dapat dilihat secara jelas hasil operasi perusahaan yang dipisahkan dengan hasil non operasinya. Karena bentuk suatu laporan laba rugi yang sederhana, maka banyak perusahaan yang menggunakan sebagai ukuran kinerja selama satu tahun/periode. Pemilik perusahaan akan sangat senang jika perusahaan mendapat laba yang besar, sebaliknya merasa kecewa jika terjadi kerugian. Besar kecilnya laba yang diperoleh dipengaruhi oleh metode

akuntansi yang digunakan. Sehingga cenderung membandingkan laporan laba rugi antar periode untuk menentukan baik tidaknya kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja diatas tidaklah mengukur nilai tambah (value added) yang diciptakan di dalam suatu perusahaan. Tetapi, lebih cenderung kepada jumlah (amount). Maka diperlukan suatu alat ukur kinerja yang menunjukkan prestasi perusahaan yang sebenarnya dengan tujuan untuk mendorong aktivitas atau strategi yang menambah nilai ekonomis dan menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai. Economic Value Added (EVA) hadir sebagai metode alternatif lainnya untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai tambah. Yang diperkenalkan oleh G. Bennet Stewart dan Joel M.Stern Stewart, analis keuangan dari perusahaan konsultan Sten Stewart & Co pada tahun 1993. Economic Value Added dapat didefinisikan sebagai keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal yang digunakan untuk memperoleh laba. Economic Value Added ditentukan

oleh dua hal yaitu laba bersih operasional setelah pajak dan biaya modal, dimana laba operasi setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai didalam perusahaan. Sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut. Economic Value Added memiliki keunggulan dibandingkan dengan analisa rasio keuangan yaitu: 1. Economic value added memfokuskan pengukurannya pada nilai tambah dengan menghitung beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. 2. Perhitungan economic value added relatif lebih banyak dan analisisnya lebih mendalam. 3. Economic value added dapat secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standard industri atau data perusahaan lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisa rasio keuangan. Dengan konsep economic value added, maka laba bersih bukan lagi jaminan utama kinerja prima. Disebabkan perusahaan yang menghasilkan laba bersih belum tentu mampu menghasilkan economic value added yang positif. Hal ini karena dalam laporan laba rugi, pada aspek cost of equity tidak diperhitungkan. Sebaliknya, jika perusahaan menghasilkan economic value added yang positif dapat dipastikan laba bersihnya bagus. Sehingga metode ini seringkali disebut the real value creator. Dengan pendekatan economic value added dapat membantu perusahaan mengungkap efisiensi penggunaan modal. Adanya economic value added menjadi relevan dalam hal ini, karena economic value added mengukur kinerja berdasarkan ada tidaknya nilai tambah yang diciptakan selama periode tertentu. Dengan adanya economic value added, maka stake holder hanya akan memberi imbalan (reward) atas aktivitas yang bernilai tambah dan menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai tambah karena akan mengurangi nilai keseluruhan perusahaan. Oleh karena itu, stake holder diharuskan mendorong manajemen untuk mengambil tindakan atau strategi yang menambahkan nilai, karena hal ini memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan baik. Sesuai dengan visi dari Telkom yang ingin menjadi perusahaan komunikasi yang terdepan di wilayah regional, maka mau tidak mau kinerja yang selama ini sudah terlaksana dengan baik dapat dipertahankan bahkan bisa ditingkatkan. Salah satu

kinerja yang harus diperhatikan adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan merupakan salah satu aspek penting untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Karena perusahaan dalam perkembangannya nanti akan menghadapi tantangan dan hambatan dalam era globalisasi apabila tidak didukung dengan peningkatan kinerja perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu penilaian kinerja keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap perusahaan, tidak terkecuali PT Telkom sebagai perusahaan negara. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik dan mengambil judul Analisis Economic Value Added (EVA) untuk Mengukur Kinerja Keuangan PT.TELKOM Tbk 1.2 Rumusan Masalah PT Telkom sebagai perusahaan yang mengelola kekayaan negara adalah sangat

penting untuk memberikan informasi kinerjanya. Kinerja perusahaan mencerminkan tingkat produktivitas dan efisiensi dalam memperoleh laba, selain itu dari kinerjanya akan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan pada saat ini. Dari hal tersebut diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan tentang Bagaimana tingkat kinerja keuangan PT Telkom dengan pendekatan Economic Value Added (EVA). 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan, dengan ukuran kinerja keuangan dan nilai EVA pada PT Telkom Tbk selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2004 hingga 2008. 1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk Mengetahui Kinerja Keuangan PT Telkom Tbk dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA).

1.4.2 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan, diantaranya : 1) Bagi Penulis Penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan teori Manajemen Keuangan yang diperoleh di perguruan tinggi. Sekaligus merupakan syarat untuk lulus dan mendapatkan gelar kesarjanaan. 2) Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi PT. Telkom Tbk, yang berkenaan dengan kinerja keuangan perusahaan di lima tahun terakhir. 3) Bagi Pembaca Bagi investor dapat digunakan sebagai acuan ataupun pertimbangan sebelum menanamkan modalnya di PT. Telkom Tbk. Sedangkan bagi masyarakat dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan tolak ukur dalam penelitian berikutnya.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2003:3) Manajemen Keuangan adalah semua aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien Sedangkan menurut Agus Sartono (2001:6) Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi dan pembelanjaan secara efisien. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Dalam pengertian manajemen keuangan terkandung fungsi-fungsi diantaranya perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut kita sebut manajer keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan oleh mereka. Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan mencari dana dan kegiatan menggunakan dana. Manjer keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan (financial Market). Pasar keuangan menunjukkan pertemuan antara demand dan supply akan dana. Untuk pertimbangan praktis, dana tersebut kadang dipisahkan menjadi dana jangka pendek (biasanya untuk pasar uang atau money market) dan jangka panjang (pasar modal atau capital market). Dana yang diperoleh kemudian di investasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk mendanai kegiatan perusahaan. Kemudian kegiatan menanamkan dana mengakibatkan perusahaan rill seperti tanah, mesin,

persediaan, merek dagang, patent dan sebagainya. Dari kegiatan menanamkan dana tersebut atau yang sering kita sebut investasi, perusahaan mengharapkan untuk memperoleh hasil yang lebih besar dari pengorbanannya. Dengan kata lain, diharapkan memperoleh laba. Laba yang digunakan perlu diputuskan untuk dikembalikan ke pemilik dana. Atau diinvestasikan ke perusahaan. Dari kegiatan-kegiatan diatas maka dapat disimpulkan : a. Perolehan dana disebut sebagai keputusan pendanaan b. Penggunaan dana disebut sebagai keputusan investasi c. Pembagian laba disebut sebagai kebijakan deviden Kegiatan keputusan tersebut merupakan keputusan-keputusan keuangan yang harus diambil oleh manajer keuangan. Keputusan investasi akan tercemin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan. Yaitu, perbandingan antara aktiva tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan kebijakn deviden tercemin pada sisi passiva perusahaan. Apabila kita hanya memperhatikan dana yang akan tertanam dalam jangka waktu yang lama, maka perbandingan tersebut disebut sebagai struktur modal. Apabila diperhatikan baik dana jangka pendek maupun dana jangka panjang, perbandinganya disebut sebagai struktur finansial. Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen mempengaruhi kedua struktur tersebut. 2.1.3 Perkembangan Manajemen Keuangan Pada mulanya studi pembelajaran perusahaan lebih menekankan pada perolehan dana perusahaan. Oleh karena itu, studi pembelajaran perusahan banyak bersangkutan dengan masalah instrumen dan institusi terutama untuk mendapatkan dana jangka panjang melalui pasar modal. Tetapi, studi ini masih dikuasai oleh studi deskriptif tentang instrumen, institusi dan aspek-aspek legalistik saja. Secara ringkas, disiplin keuangan mengalami perkembangan dari disiplin yang deskriptif menjadi makin analitis dan teoritis. Dari yang lebih menitikberatkan dari sudut pandang ekstern menjadi berorientasi pengambilan keputusan manajemen. Para ekonomi dunia mulai merumuskan teori-teori keuangan. Berbagai konsep, model, dan

teori telah dikembangkan dalam bidang keuangan, yang kemudian mendapat tempat yang sangat penting dalam keuangan perusahaan (corporate financing). Pada tahun 1958 seorang ahli ekonomi bernama F. Modigliani dan M.H Miller telah merumuskan beberapa hipotesis dasar yang mencerminkan kerangka kerja yang bernilai untuk pendekatan materi-materi dalam bidang pembelanjaan. Dengan tanpa memandang apakah studi-studi empiris berikutnya menunjang atau menolak dalildalil mereka mengenai pengaruh leverage dan kebijakan deviden terhadap penilaian perusahaan. Di era 60-an berkembanglah teori portofolio dan sekaligus penerapannya dalam manajemen keuangan atau manajemen pembelanjaan. Teori portofolio ini pertamatama dikemukan oleh Harry Markowitz pada tahun 1992, yang kemudian diperluas oleh sejumlah penulis lainnya seperti Sharpe dan Lintner. Tahun 1970-an muncul arbitrage pricing theory dan option pricing theory. Teori ini pertama kali memberikan alternatif selain capital asset pricing model untuk menaksir harga aktiva. Sedangkan teori yang kedua menjelaskan bagaimana suatu option ditaksir nilainya. Sama seperti teori-teori yang lain, kedua teori tersebut juga akan dibicarakan terutama dalam penerapannya bagi keuangan perusahaan. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembelanjaan perusahaan dalam

perkembangannya telah berubah sebagai berikut : a. b. Dari studi yang terdeskriptif menjadi studi yang teranalisa dan normatif. Dari yang hanya mendapatkan dana berkembang menjadi penggunaan atau pengalokasian dana. c. Dari yang menekankan pada analisa eksternal perusahaan menjadi penekanan pada pengambilan keputusan didalam perusahaan. 2.2 Kinerja Keuangan Dalam bukunya Mulyadi (2001:145) mengatakan penelitian secara periode keefektifan operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan yang berdasarkan sasaran dan kriteria yang telah ditetapkan. Terdapat berbagai teknik analisis untuk mengukur keinerja keuangan, termasuk berbagai analisis rasio keuangan yang lazim dipakai. Akan tetapi, perlu disadari bahwa teknik yang berbeda

akan sesuai untuk tujuan yang berbeda pula. Tujuan penting dalam melakukan penilaian kinerja adalah untuk menilai apakah tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan telah tercapai, sehingga mampu memenuhi kepentingan pemilik dana yaitu investor ataupun kreditor. Dalam penilaian kinerja ini terdapat banyak individu dan kelompok yang berbeda yang berkepentingan atas keberhasilan dan kegagalan perusahaan. Kelompok pertama adalah pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan adalah investor. Yaitu pihak yang menerima tanggung jawab dari manajemen. Manajemen herus memahami sudut pandang dan harapan pemilik perusahaan dalam menentukan waktu yang tepat, pelaksanaan, dan penilaian kinerja keuangan. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan dan pemegang saham dalam suatu perusahaan adalah laba. Laba perusahaan merupakan ukuran keberhasilan bagi suatu manajemn maupun pemegang saham. Kelompok kedua adalah pihak manajemen yang mempunyai kepentingan ganda dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu melalui efisiensi dan profitabilitas operasi serta menimbang seberapa efektif penggunaan sumber data. Kelompok ketiga adalah kreditor, dimana kreditor tertarik untuk meminjamkan dananya kepada perusahaan yang menunjukkan kinerja yang baik seperti yang diharapkan dan pada saat yang sama kreditor juga harus mempertimbangkan konsekuensi negatif sepeerti kegagalan atau likuidasi perusahaan. Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu hal yang penting dalam proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksional seperti merger, akusisi, dan emisi saham. Melalui penilaian kinerja, perusahaan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sehingga pihak manajemen dapat memilih strategi dan struktur keuangan yang cocok bagi perusahaan. 2.3 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan penerapan dari seperangkat dan teknik analisis terhadap data-data dan laporan keuangan dengan tujuan untuk membuat suatu pengukuran dan hubungan yang bermanfaat atas data-data tersebut sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Analisis keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan yang dilakukan dengan menggunakan data laporan

keuangan dengan tujuan utama menentukan dan memprediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan yang akan datang. 2.3.1 Rasio Likuiditas Rasio ini diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutangnya pada saat jatuh tempo. Ukuran likuiditas dari sebuah aktiva adalah periode umtuk mengantisipasi berlalunya waktu, sampai aktiva itu dapat ditukarkan menjadi kas, pengukuran likuiditas dilakukan menggunakan rasio lancar (current ratio), dan rasio cepat (quick ratio). 2.3.2 Rasio Solvabilitas Rasio ini menujukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan dapat menggunakan berbagai rasio keuangan seperti rasio hutang terhadap kekayaan dan rasio pencakupan bunga. 2.3.3 Rasio Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya yang merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai peusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Rasio yang umum digunakan adalah Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE). 2.3.4 Rasio Aktivitas Bringham dalam bukunya menyatakan rasio aktivitas adalah A set of ratios which measure how effectively a firm is managing its assets. Ratio ini mengukur seberapa efektif sebuah perusahaan mengatur aset yang dimiliki.

2.4 2.4.1

Penilaian dan Penggunaan Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari proses atau kagiatan-kegiatan akuntansi yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan memberi informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan. Laporan keuanggan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi., untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan. Menurut Harahap (2002 : 117) Laporan keuangan adalah suatu alat dimana informasi keuangan dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukkan dalam bentuk laporan dan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya. Lebih lanjut menurut Gill dan Chatton (2003 : 2) laporan keuangan adalah sarana utama untuk membuat laporan informasi keuangan kepada orang-orang dalam perusahaan (manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat diluar perusahaan (bank, investor, pemasok dan sebagainya). Melalui laporan keuangan itu, secara periodik dilaporkan informasi penting mengenai suatu perusahaan berupa : a. Informasi mengenai sumber-sumber ekonomi, kewajiban dan modal perusahaan. b. Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto atau kekayaan bersih (modal = aktiva dikurangi kewajiban), yang timbul dari aktivitas usaha perusahaan dalam rangka memperoleh laba.

c. Informasi mengenai hasil usaha perusahaan yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menilai dan membuat estimasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Informasi mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, yang disebabkan oleh aktivitas pembelanjaan dan investasi. e. Informasi penting lainnya yang berhubungan dengan laporan keuangan, seperti kebijaksanaan akuntansi yang dianut oleh perusahaan. Sedangkan tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Sandy Teguh A, 2006 : 10) 2.4.2 Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang, investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman (kreditor), pemasok (supplier), pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda. Menurut (Harahap: 2002 : 166) pengguna laporan keuangan terdiri dari : a. Pemakai langsung : 1) Pemilik Perusahaan 2) Kreditur 3) Pemasok 4) Manajemen 5) Fiskus (pajak) 6) Pegawai/karyawan Perusahaan 7) Langganan

b. Pemakai tak langsung : 1) Konsultan 2) Para pesaing 3) Masyarakat Umum 2.4.3 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut: menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Sandy Teguh Ariansyah, 2006 : 10) 2.4.4 Bentuk-bentuk Laporan Keuangan Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan : neraca laporan rugi laba dan laporan arusa kas (Keown dkk : 2001 : 107). Neraca menggambarkan mengenai aktiva, utang dan ekuitas para pemilik perusahaan untuk tanggal tertentu, sedangkan laporan rugi laba menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan rugi laba untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan. 2.4.4.1 Neraca Neraca merupakan suatu gambaran keuangan perusahaan pada satu saat/periode, biasaanya pada hari terakhir bulan atau tahun. Satu sisi neraca menunjukkan nilai semua aktiva yang dimilki perusahaan, dan sisi yang lain menunjukkan sumbersumber dana untuk memperoleh aktiva tersebut. Neraca sebagai suatu gambaran posisi keuangan suatu badan usaha pada saat tertentu yang lazimnya disajikan dalam bentuk, aktiva, hutang dan modal Secara umum neraca terdiri atas aktiva atau kekayaan (assets), kewajiban-kewajiban (liabilities) dan modal (capital) yang menerangkan posisi keuangan suatu usaha dengan prinsip-prinsip akuntansi. Adapun pembagian pos-pos dalam neraca sebagai berikut:

a. Aktiva Aktiva adalah saldo debet (debit balance) yang terdiri segala sesuatu yang dimilki oleh perusahaan. Aktiva terbagi menjadi dua, yaitu : 1) Aktiva lancar, yaitu segala assets atau aktiva yang dapat diubah menjadi uang tunai (kas) selama setahun. 2) Aktiva tetap, yaitu sering disebut aktiva jangka panjang, berupa barang-permanen, seperti bangunan dan peralatan utama. b. Kewajiban Kewajiban (liabilities) adalah segala sesuatu yang harus dibayarkan kepada kreditur, kewajiban merupakan hutang perusahaan kepada pihak lain. Kewajiban terbagi menjadi dua, yaitu : 1) Kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek, yaitu : jumlah seluruh uang yang dipinjam oleh perusahaan yang harus dikembalikan (jatuh tempo) dalam waktu setahun. 2) Kewajiban jangka panjang, yaitu segala kewajiban seperti hipotek, surat obligasi, pinjaman bersyarat, dan sebagainya dan dilunasi dalam waktu lebih dari setahun sejak tanggal pinjaman. c. Modal Modal adalah hak pemilik atau kekayaan perusahaan dan merupakan sisa jumlah kekayaan setelah dikurangi kewajiban-kewajiban. 2.4.4.2 Laporan Rugi Laba Laba adalah sejumah nominal yang menunjukkan perkembangan kegiatan usaha suatu perusahaan. Laporan rugi laba memiliki peranan penting di sini, yaitu sebagai alat ukur efsiensi menajemen perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah informasi kinerja perusahaan yang ditunjukkan dari informasi laba dan komponennya dan tujuan utamanya memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dalam laporan keuangan. Perhitungan rugi laba mengukur arus kas

dari pendapatan dan beban (expenses) selama satu selang waktu yang biasanya satu tahun Laporan rugi laba adalah laporan yang memuat ikhtisar dari pendapatan dan biayabiaya dari suatu kesatuan usaha untuk suatu periode tertentu. Laporan rugi laba digunakan pada perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam periode tertentu dan meramal kondisi perusahaan yang akan datang, oleh karena itu arti laba menjadi sangat penting di dalam laporan keuangan. Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa laporan rugi laba mengukur kinerja keuangan perusahaan selama satu periode tertentu dengan membandingkan penjualan yang dihasilkan dengan pengeluaran biaya yang terjadi selama satu periode dan menunjukkan apakah laba perusahaan mengalami surplus atau defisit yang merupakan kinerja keuangan perusahaan tersebut. 2.4.4.3 Laporan Arus Kas Arus kas adalah kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan digunakan untuk membayar kepada debitur dan pemegang saham. Laporan arus kas adalah alat perencanaan yang akan membantu kita pada masa yang akan datang, menentukan kapan uang tunai diperlukan untuk membayar tagih-tagihan, membantu manajer membuat keputusan usaha dan membantu kita dalam mengatur segala sesuatu aktivitas kas sebelum kas benar diperlukan. 2.5 Economic Value Added (EVA)

2.5.1 Latar Belakang EVA Dalam sebuah diskusi yang dilakukan oleh para staf profesional Stern Stewart, mereka adalah David Glassman, Gregory Milano, dan Bennet Stewart. Ditemukan sebuah metode baru yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Metode tersebut dinamakan metode Economic Value Added (EVA).

Konsep EVA menyertakan apa yang disebut dengan 5M, yaitu : a. b. c. Measurement of performance (pengukuran kerja) Management of the capital allocation process (manajemen proses modal). Altering Mindset through effective training and development of people (perubahan pola pikir melalui pelatihan dan pengembangan SDM yang efektif). d. Motivating the workforce by designing incentives to reinforce behavior (memotivasi karyawan dengan desain insentif untuk melakukan perubahan proses strategi agar sesuai dengan nilai tambah). e. Mollifying the strategy process to conform to a value add rather than a market share focus (menjalankan proses strategi lebih pada pencapaian nilai tambah daripada fokus pada pangsa pasar).

2.5.2 Definisi EVA Economic Value added adalah manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). (tanggal, 2001 : 1) Economic value added menunjukkan ukuran yamg baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan. (Suad dan Pudjiastuti, 2004 :66) Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Economic Value Added adalah laba yang tertingggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA merupakan tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolut dari nilai pemegang saham (shareholder) yang diciptakan atau dirusak pada suatu periode tertentu. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai dari modal yang telah ditanamkan oleh para investor.

Dari uraian diatas maka EVA dapat dicari dengan memperhitungkan laba bersih operasional setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) dan biaya modal (cost of capital). NOPAT menunjukkan hasil penciptaan nilai perusahaan. Sedangkan cost of capital dapat diartikan sebagai resiko serta biaya yang harus dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut. Adanya penciptaan nilai atau tidak didalam perusahaan dapat dilihat atau dikategorikan dari hasil perhitungan EVA yang positif atau negatifnya. Penjelasannya dapat dilihat dibawah ini : a. Jika nilai EVA > 0 (nol), atau positif maka perusahaan menciptakan nilai tambah (creating value) atau memiliki kinerja keuangan yang baik. b. Jika nilai EVA = 0 (nol), maka perusahaan telah memiliki nilai tambah. c. Jika nilai EVA < 0 (nol), maka perusahaan telah menghancurkan nilai (destroying value), atau memiliki kinerja keuangan yang tidak baik (buruk). Prinsip EVA adalah memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja atau prestasi keuangan perusahaan karena EVA terkait dengan nilai pasar saham perusahaan. Namun, bukan hanya sebagai pengukur kinerja saja tetapi juga sebagai bentuk manajemen keuangan dan sistem kompensasi insentif dalam pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan kinerja masing-masing karyawan dalam organisasi dan membantu menciptakan nilai yang lebih baik untuk pemegang saham, perusahaaan, maupun konsumen. 2.5.3 Manfaat EVA EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (Value creation). Penilaian manajemen sesuai dengan kepentingan investor atau pemilik perusahaan. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya investor, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Hasil penelitian di Amerika Serikat ternyata menunjang digunakannya EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. Lehn dan Makhija (1996) meneliti berbagai pengukur kinerja seperti EVA (Economic Value Added), ROA (Return on Assets) yang secara

umum dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja perusahaan. Temuan mereka mendukung keefektifan EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. EVA dapat digunakan untuk mengidentifkasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Kegiatan atau proyekyang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan dan dengan demikian sebaiknya diambil. Sebaliknya, kegiatan atau proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu diambil. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat rasio proyek yang bersangkutan. Dengan EVA, para manajer harus selalu membandingkan tingkat pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat rasio proyek tersebut. 2.5.4 Keunggulan dan Kelemahan EVA EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain : a. EVA menfokuskan penilainnya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. b. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan hanya menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan analisa yang lebih mendalam. c. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan dan pembanding seperti standar industri atau perusahaan lain sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisa ratio. Dalam prakteknya data pembanding ini, seringkali tidak tersedia. Meskipun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Murti (1999:107) EVA memiliki beberapa kelemahan EVA antara lain : a. EVA hanya mengukur hasil akhir b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual

atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan. c. Data yang disajikan berupa data yang berbentuk nominal bukan persentase. Sehingga pihak menajemen tidak mengetahui berapa peersen kemajuan atau kemuduran yang dicapai perusahaan. Sedangkan menurut Stern, seperti yang dikutip oleh Gani dkk (2005), ia menjelaskan aspek negatif perusahaan yang menerapkan EVA : Satu-satunya hal negatif yang saya temukan, manajemen berusaha menipu investor dengan mengatakan akan melakukan satu hal, tetapi melakukan hal lain. Banyak perusahaan yang mengatakan bahwa mereka menerapkan EVA, tetapi tidak menerapkan kontrak insentif dengan manajemen sesuai dengan peningkatan EVA. Mereka sama sekali tidak menciptakan pendorong bagi peningkatan kinerja. Walaupun adanya beberapa kelemahan EVA, konsep ini tetap bermanfaat untuk dijadikan acuan, mengingat EVA memberikan pertimbangan atas harapan-harapan para investor terhadap investasi mereka. Hal ini menjadi penting karena setiap investasi tidak dapat melepaskan diri dari konsekuensi munculnya biaya modal sebagai konpensasi atas dana yang digunakan untuk membiayai investasi tersebut. Pengembalian dari suatu investasi baru akan berarti apabila besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal yang dikeluarkan untuk terwujudnya investasi tersebut. Semakin banyak perusahaan yang menggunakan EVA sebagai suatu alat untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur penciptaan nilai. Perusahaan-perusahaan tersebut percaya bahwa penggunaan EVA akan membuat kepentingan manajer semakin sesuai dengan kepentingan pemilik modal. EVA mengukur besarnya nilai yang diciptakan oleh suatu perusahaan karena berbeda dengan pengukuran akuntansi tradisional, EVA memperhitungkan biaya modal atas investasi yang dilakukan. Dengan diperhitungkannya biaya modal, EVA

mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan telah nilai bagi pemilik modal. Namun demikian, dalam prakteknya EVA dapat menimbulkan masalah, terutama karena diperlukannya estimasi atas tingkat biaya modal. Untuk itu dalam menerapkan EVA, kita harus selalu memonitor dan mengevaluasi atas kewajaran tingkat biaya modal yang digunakan.

2.5.5 Langkah-langkah Menentukan EVA Perhitungan EVA diperoleh dari laba usaha setelah pajak dikurangi biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (invested capital) atau disebut juga Capital Charges. Dimana capital charges sama dengan modal yang diinvestasikan dikalikan biaya modal rata-rata tertimbang (Weight Average Cost Capital - WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal yaitu utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham. ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan. Secara rumus : EVA = NOPAT Capital Charges EVA = NOPAT (WACC x IC) Keterangan : NOPAT = Net Operating Profit After Tax (laba usaha setelah pajak) WACC = Weighted Average Cost of Capital (Biaya modal rata-rata tertimbang) IC = Invested Capital (Modal yang diinvestasikan)

Namun sebelum menghitung EVA ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu : a. Menghitung atau menaksir biaya hutang (cost of debt). b. Menghitung biaya modal sendiri ( cost of equity) c. Menghitung modal yang diinvestasikan (invested capital) d. Menghitung biaya modal tertimbang (weighted average cost of capital-WACC). e. Menghitung EVA

a) Biaya Utang (cost of debt Cd) Biaya utang adalah tingkat pengembalian utang yang dikehendaki karena adanya resiko kredit (credit risk), yaitu resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang. Biaya hutang dapat dihitung dengan cara :
Cd = b (1-t)

Dimana : Cd b t = Cost of debt (biaya hutang) = Interest rate (tingkat bunga) = Tax rate (tingkat pajak)

Adapun tingkat pajak yang didasarkan pada ketentuan pasal 17 ayat 1 undang-undang pajak penghasilan. Sedangkan untuk menentukan tingkat bunga perusahaan , dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Bunga (%) = beban bunga Total kewajiban tidak lancar

b) Biaya ekuitas (cost of capital) Biaya ekuitas adalah biaya tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Dalam menentukan biaya ekuitas PT. Telkom Tbk, rumus yang akan digunakan penulis adalah dengan menggunakan pendekatan premi resiko (risk premium approach). Dengan dasar pertimbangan risk premium telah diketahui sebesar 8 persen untuk indonesia. Dimana data ini berasal dari penelitian yang dilakukan oleh suatu lembaga di Amerika Serikat ( dari training EVA yang dilakukan oleh Stern Stewart & Co).

Adapun rumus yang digunakan untuk pendekatan ini adalah :


Ce = Cd + RP

Dimana : Ce = Cost of equity (biaya ekuitas) Cd = Cost of debt (biaya hutang) Rp = Risk premium (resiko premium) c) Invested Capital (modal yang diinvestasikan) Invested capital digunakan untuk melihat seberapa besar modal yang diinvestasikan dalam aktifitas operasional perusahaan dan non operasional lainnya. Perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Invested capital = total kewajiban lancar + total ekuitas

d) Biaya rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital) WACC merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, yang menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk menghadapi required rate of return ( tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungannya akan mencakup masing-masing komponennya, yaitu cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity (biaya modal sendiri) serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan. Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan. Rumus :
WACC = (Cd xPd) + (Ce x Pe)

Dimana : Cd = Cost of debt (biaya hutang setelah pajak) Ce = Cost of equity (biaya modal sendiri) Pd = Proportion of debt (proporsi hutang) Pe = Proportion of equity (proporsi modal sendiri) Untuk menentukan proporsi hutang dalam struktur modal adalah dengan cara total kewajiban tidak lancar dibagi dengan modal yang diinvestasikan atau dengan rumus :
Proporsi hutang (%) = Total kewajiban tidak lancar Invested capital

Sedangkan untuk menghitung proporsi modal sendiri terhadap keseluruhan pembiayaan dalam struktur modal dapat dihitung dengan cara total ekuitas dibagi dengan modal yang diinvestasikan atau dapat dirumuskan :
Proporsi ekuitas (%) = total ekuitas Invested capital

e)

Menghitung EVA Secara sederhana, nilai EVA diperoleh dari laba operasi setelah pajak dikurangi biaya-biaya (charges) atas modal yang telah diinvestasikan atau disebut juga capital charges. Pendekatan ini telah memasukkan semua unsur dalam laporan rugi laba dan neraca perusahaan. Secara rumus :
EVA = NOPAT capital charges EVA = NOPAT (WACC x IC)

Keterangan : NOPAT = Net operating profit after tax (laba usaha setelah pajak) WACC = Weighted average cost of capital (biaya modal rata-rata tertimbang) IC = Invested capital ( modal yang diinvestasikan)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jakarta dengan objek pada salah satu perusahaan telekomunikasi yang sudah GO Public dan terbesar di Indonesia yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk atau yang disingkat PT.Telkom Tbk. 1. Sekilas tentang perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (infoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang terbesar di Indonesia. PT. TELKOM yang merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mayoritas sahamnya dimilki oleh negara merupakan perusahaan yang menyediakan layanan sambungan telepon kabel terbesar di Indonesia. Dengan PT Telkomsel yang merupakan anak perusahaan dari PT Telkom juga merupakan operator selular terbesar di Indonesia. 2. Visi dan Misi Perusahaan To become a leading InfoCom player in the region Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik. 3. Misi Perusahaan Telkom mempunyai misi memberikan layanan One Stop InfoCom Service With Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the Best Managed Indonesia Corporation dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan

layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif. Telkom akan mengelola bisnis melalui pratek-pratek terbaik dengan

mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menuguntungkan dan saling mendukung secara sinergis. 4. Struktur Organisasi Telkom diurus dan dipimpin oleh suatu Direksi yang terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang dan sebanyak-banyaknya 5 orang Direktur dan diawali oleh Dewan Komisaris yang terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang dan sebanyak-banyaknya 5 orang. Tim Manajemen PT. Telkom Tbk Dengan Komisaris : Komisaris Utama Komisaris Komisaris Komisaris Independen Komisaris Independen Dengan Direksi : Direktur Utama Direktur Keuangan Direktur Human Capital & General Affair Direktur Konsumer Direktur Network & Solution Direktur Enterprise & Wholesale Direktur Compliance & Risk Management : Rinaldi Firmansyah : Sudiro Asno : Faisal Syam : I Nyoman G. Wiryanata : Ernady Dahlan : Arief Yahya : Prasetio : Tanri Abeng, MBA : Bobby A.A Niazief : Mahmudin Yasin : P.Sartono : Arif Arryman

Chief Information Technology

: Indra Utoyo

3.2

Desain Penelitian Metode yang dilakukan dalam penulisan ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggunakan dan menggambarkan secara mendalam mengenai kinerja keuangan PT. Telkom Tbk, berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data-data yang dikumpulkan.

3.3

Variabel dan Skala Pengukuran Dalam melakukan penelitian variabel-variabel yang digunakan adalah NOPAT, Invested capital, Cost of debt, Cost of equity, WACC dan EVA untuk mengukur kinerja keuangan. Dimana variabel ini akan dianalisis dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). Untuk memperoleh laba yang valid maka digunakan alat yang menggunakan skala pengukuran. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala pengukuran rasio, karena data ini merupakan data yang paling diteliti.

a.

Net Operating After Tax (NOPAT) NOPAT yaitu hasil penjumalahan dari laba usaha, pendapatan bunga, beban/manfaat pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian rugi/laba bersih anak perusahaan, rugi/laba kurs, dan rugi/laba lain, tidak mengikutkan faktor-faktor non oprasional dan rugi/laba luar biasa seperti halnya laba/rugi karena penghentian usaha (Meilany : 2005).

b.

Invested capital Invested capital dapat dikatakan sebagai hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan. Baik itu yang dilakukan oleh kreditur maupun pihak yang mempunyai modal (investor). Invested capital juga digunakan dalam aktifitas operasional dan non operasional lainnya.

c.

Cost of debt (biaya hutang) Biaya hutang ini merupakan biaya yang timbul karena menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman. Biaya hutang dapat diartikan sebagai tingkat

pengembalian yang dinyatakan kreditur. Untuk dapat melakukan perhitungan tingkat pajak. d. Cost of equity (biaya ekuitas) Biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. e. Weighted average cost of capital (WACC) WACC merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, yang menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return (tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kerditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungannya akan mencakup perhitungan masing-masing komponennya, yaitu cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity (biaya modal sendiri) serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan, f. Capital charges Capital charges merupakan aspek penting dalam EVA. Hal ini dikarenakan capital charges tidak memperhitungkan berapa besarnya biaya bunga yang harus dibayar kepada kreditur, tetapi juga biaya-biaya yang seharusnya dibayarkan kepada pemegang saham. g. Economic value added (EVA) EVA diperoleh dari laba operasi setelah pajak dikurangi biaya-biaya (charges) atas modal yang telah diinvestasikan atau disebut juga capital charges. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah libray research yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan, memilih dan mempelajari serta memahami bahan bacaan seperti, buku-buku, artikel-artikel dan sumber lainnya seperti internet yang berhubungan dengan obek yang diteliti.

3.5

Jenis Data Jenis data yang dilakukan adalah data sekunder. Dikarenakan bersumber dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 hingga 2008 dan data penunjang lainnya yang terkait dengan objek penelitian.

3.6

Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu analisa data dengan berdasarkan pada angka-angka, persentase, frekuensi, rata-rata, diagram atau grafik dimana untuk mengolahnya dapat digunakan statistik deskriptif. Adapun, langkah-langkah yang dilakukan di dalam menetukan Economic Value Added (EVA) adalah sebagai berikut :

1.

Menghitung laba operasi bersih setelah pajak (Net operating profit after tax) NOPAT merupakan hasil penjualan dari laba usaha, pendapatan bunga,

beban/manfaat pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian laba/rugi bersih anak perusahaan, laba/rugi kurs, dan laba/rugi lain, tidak mengikutkan faktor-faktor non operasional dan laba/rugi luar biasa seperti halnya laba/rugi karena penghentian usaha (Meilany : 2005) Rumus NOPAT :
NOPAT = { a + b + (-) c (-) d + / (-) e + / (-) f}

a = laba usaha b = pendapatan bunga c = manfaat (beban) pajak penghasilan d = pembebasan pajak terhadap biaya bunga e = laba (rugi) bersih perusahaan f = laba (rugi) kurs

2.

Menghitung modal yang diinvestasikan (invested capital) Invested capital dapat dikatakan sebagai hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan. Baik itu yang dilakukan oleh kreditur maupun pihak yang mempunyai modal (investor). Invested capital juga digunakan untuk melihat seberapa besar capital yang diinvestasikan dalam aktifitas operasional dan non operasional lainnya. Perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut :
Insted capital = total kewajiban tidak lancar + total ekuitas

3.

Menghitung Struktur Permodalan di Neraca Proporsi penggunaan hutang jangka panjang terhadap keseluruhan pembiayaan dalam struktur modal dapat dihitung dengan cara total kewajiban tidak lancar dibagi dengan modal yang di investasikan atau dirumuskan sebagai berikut :
Proporsi Hutang (%) = Total Kewajiban tidak lancar Invested capital

Sedangkan proporsi penggunaan modal sendiri terhadap keseluruhan pembiayaan dalam struktur modal dapat dihitung dengan cara total ekuitas dibagi dengan modal yang di investasikan atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
Propordi ekuitas = total ekuitas Invested capital

4.

Menghitung biaya hutang (Cost of debt) Biaya hutang ini merupakan biaya yang timbul karena menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman. Biaya hutang dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian yang diisyaratkan kreditur. Untuk dapat melakukan perhitungan tingkat pajak. Perhitungan tingkat pajak (tax rate) berdasarkan pada undang-undang no 17 tahun 2000 tetntang pajak penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Laba < 50 juta b. Laba 50 juta 100 juta c. Laba > 100 juta

= 10% = 15% = 30%

Bagi perusahaan yang menggunakan sebagian sumber dana dan hutang akan terkena kewajiban membayar bunga. Dengan adanya beban bunga akan menyebabkan besarnya pembayaran pajak menjadi berkurang. Cost of debt dapat dihitung dengan rumus :
Cd = bunga x faktor koreksi

Dimana : Bunga (%) = Beban equitas Total kewajiban tidak lancar Faktor koreksi (%) = 1 tingkat pajak perusahaan 5. Biaya ekuitas (cost of equity) Biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Dalam menentukan biaya ekuitas PT. Telkom Tbk, rumus yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan pendekatan premi resiko (risk premium approach). Dengan dasar pertimbangan yaitu risk permium telah diketahui sebesar 8 persen untuk Indonesia. Dimana data ini berasal dari penelitian yang dilakukan oleh suatu lembaga di Amerika serikat (dari training EVA yang dilakukan oleh Stern Stewrt 7 Co). Adapun rumus yang digunakan untuk pendekatan ini adalah :
Ce = Cd + Rp

Dimana : Ce = Cost of equity (biaya ekuitas) Cd = Cost of debt (biaya hutang) RP = Risk Premium (resiko premium)

6.

Biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital) WACC merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, ini menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return (tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungannya akan mencakup perhitungan masing-masing komponennya, yaitu cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity (biaya modal sendiri) serta proporsi masing-masing di dalam struktur modal perusahaan. Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan. Rumus :
WACC = (Cd x Pd) + (Ce x Pe)

Dimana : Cd = Cost of debt (biaya hutang setelah pajak) Ce = Cost of equity (biaya modal sendiri) Pd = Proportion of debt (proporsi hutang) Pe = Proportion of equity (proporsi modal sendiri)

Untuk menetukan proporsi utang dalam struktur modal adalah dengan cara total kewajiban tidak lancar dibagi dengan modal yang diinvestasikan atau dengan rumus :
Bunga (%) = beban equitas Total kewajiban tidak lancar

Sedangkan untuk menghitung proporsi modal sendiri terhadap keseluruhan pembiayaan dalam struktur modal dapat dihitung dengan cara total ekuitas dibagi dengan modal yang diinvestasikan atau dapat dirumuskan :
Proporsi ekuitas (%) = total equitas Invested Capital

7.

Menghitung biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (capital charges) Capital charges merupakan aspek penting dalam EVA. Hal ini dikarenakan capital charges tidak hanya memperhitungkan berapa besarnya biaya bunga yang harus dibayar kepada kreditur, tetapi juga biaya-biaya yang seharusnya dibayarkan kepada pemegang saham, yang selama ini tidak tercemin dalam laporan akuntansi. Secara sisitematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Capital charges = WACC + IC

8.

Menghitung Economic Value Added (EVA) Secara sederhana, nilai EVA diperoleh dari laba operasi setelah pajak dikurangi biaya-biaya (charges) atas modal yang telah diinvestasikan atau disebut juga capital charges. Pendekatan ini telah memasukkan semua unsur dalam laporan rugi laba dan neraca perusahaan. Secara rumus :
EVA = NOPAT Capital charges EVA = NOPAT (WACC x IC)

Keterangan : NOPAT = Net oprating profit after tax (laba usaha setelah pajak) WACC = Weighted average cost of capital (biaya modal rata-rata tertimbang) IC = invested capital (modal yang diinvestasikan)

Setelah EVA terhitung maka dapat dilihat jika : a. Nlai EVA > 0 (nol), atau positif maka perusahaan menciptakan nilai tambah (creating value) atau memiliki kinerja keuangan yang baik. b. c. Nilai EVA = 0 (nol), maka perusahaan tidak memiliki niali tambah. Nilai EVA < 0 (nol), maka perusahaan telah mengancurkan nilai (destroying value), atau memilki kinerja keuangan yang tidak baik (buruk).

You might also like