You are on page 1of 14

KEKERASAN SEKSUAL WANITA DI BAWAH UMUR BERDASARKAN VISUM ET REPERTUM Filvanus Jabiy, R.A.A. Mewengkang, Najoan N.

Warouw Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Abstrak Tujuan : Mendapatkan gambaran kekerasan seksual pada wanita dibawah umur 15 tahun berdasarkan visum et repertum. Tempat : Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT / RSUP Manado Rancangan : Dilakukan kajian retrospektif dan deskriptif, terhadap dokumen catatan medik Visum et Repertum dari Januari 2000 Desember 2003. Metode : Data diambil dari dokumen Visum et Repertum terhadap kasus kekerasan seksual wanita dibawah umur 15 tahun sejak Januari 2000 s/d Desember 2003 di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT / RSUP Manado dan ditabulasi. Hasil : Dari 556 kasus permintaan visum et repertum ditemukan wanita dibawah umur (dibawah 15 tahun) sebanyak 209 kasus (37,58%). Karakteristik umur terbanyak 12 sampai 15 tahun 59,33% (124 kasus), dibawah 12 tahun 40,67% (85 kasus). Berpendidikan sekolah dasar 38,28% (80 kasus). Tempat kejadian, terbanyak di rumah tersangka 31,10% (65 kasus). Tersangka pelaku terbanyak tetangga korban 27,28% (57 kasus). Perlukaan hanya pada alat kelamin 58,86% (123 kasus). Robekan baru 15,32% (32 kasus), robekan lama 39,72% (83 kasus). Yang hamil 6,22% ( 13 kasus) Kesimpulan : Pada penelitian ini kekerasan seksual pada wanita di bawah umur terbanyak pada umur 12-15 tahun dan tersangka pelaku terbanyak adalah tetangga. Kata kunci : Visum et repertum, wanita dibawah umur, karakteristik korban, temuan pemeriksaan

SEXUAL VIOLENCE UPON UNDERAGE WOMEN BASED ON VISUM ET REPERTUM Filvanus Jabiy, R.A.A. Mewengkang, Najoan N. Warouw Department of Obstetrics and Gynaecology Medical Faculty of Sam Ratulangi University Manado General Hospital

Abstract Objective : To obtain an illustration of sexual violence towards women under the age of 15 based on the visum et repertum Setting :Department of Obstetrics and Gynecology of the Medical Faculty UNSRAT/ Manado General Hospital Design : A retrospective-descriptive study based on the medical record documents of Visum et Repertum from January 2000 - December 2003 Methods : The data is collected from The Visum et Repertum documents on the cases of sexual violence towards women under the age of 15 from January 2000 until December 2003 in the Department of Obstetrics and Gyneacology of Medical Faculty Sam Ratulangi University Manado General Hospital and then it is tabulated. Result : Out of 556 cases of Visum et Repertum requets it was found that there were 209 cases (37.58 % ) of women under aged (under athe age of 15). 40.67 % (85 cases) were under12 years of age. 38, 28 % (80 cases) were in elementary school. The scene of action is mostly at the suspects place, which is 31,10 % (65 cases) . The suspect is mostly the victims neigbour, which is 27,28% (57 cases). Wounds on the sexual organ is 58,86% (123 cases). New lacerations weret 15,32% (32 cases), old lacerations 39,72% (83 cases). Those pregnant were 6,22% (13 cases). Conclusion : In this research the sexual violence towards under aged women mostly occured at the age of 12-15 years and the suspect is mostly their neighbors. Key words : Visum et repertum, under aged women, victim characteristicss, examination findingt.

KEKERASAN SEKSUAL WANITA DI BAWAH UMUR BERDASARKAN VISUM ET REPERTUM Pendahuluan Dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Anak dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia, bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.1 Kekerasan terhadap perempuan serta pemerkosaan terhadap gadis dibawah umur masih sering terjadi dan fluktuasinya terus meningkat dari tahun ketahun.. Di Sulut data Yang diperoleh dari Lembaga swadaya masyarakat Swara Parangpuan Sulut, kasus kekerasan terhadap wanita tahun 2002 sebanyak 376 kasus, Januari 2003 sampai Juni 2003 sebanyak 314 kasus 2,3 Permasalahan yang sering muncul dalam penanganan kasus-kasus kekerasan seksual adalah kesulitan menemukan bukti telah terjadi persetubuhan maupun kekerasan.4 Dalam KUHAP Pasal 287 ayat 1, dikatakan barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatuhnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.5 Pada penelitian ini meninjau wanita-wanita dibawah umur 15 tahun yang dibuat visum et repertum, atas permintaan penyidik di Bagian /SMF Obstetri-Ginekologi FK UNSRAT / RSUP Manado. Tujuan Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang kasus-kasus kekerasan seksual pada wanita dibawah umur ( dibawah 15 tahun ) yang dimintakan untuk dilakukan Visum et repertum di Bagian / SMF Obstetri Ginekologi FK UNSRAT / RSUP Manado.

Bahan dan Cara Penelitian dilakukan di Bagian/SMF Obstetri -Ginekologi FK UNSRAT/RSUP Manado. Bahan penelitian diambil dari dokumen catatan medik penderita/kasus yang dimintakan visum et repertum di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT/RSUP Manado dari Januari 2000 sampai Desember 2003. Bentuk penelitian adalah retrospektif dan disajikan secara deskriptif. Batasan Operasional Kekerasan terhadap wanita, yaitu setiap tindakan kekerasan berdasarkan jender yang menyebabkan, atau dapat menyebabkan kerugian atau penderitaan fisik, seksual atau psikologis terhadap perempuan, termasuk ancaman untuk melaksanakan tindakan tersebut dalam kehidupan masyarakat dan pribadi. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pelecehan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu. Visum et repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter mengenai apa yang dilihat dan ditemukan termasuk kesimpulannya berdasarkan sumpah jabatan atas permintaan tertulis dari pihak yang berwenang untuk kepentingan peradilan. Wanita dibawah umur adalah wanita yang berumur dibawah 15 tahun yang kawin maupun yang belum kawin. Pelaku adalah orang yang melakukan perbuatan kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Korban adalah seorang perempuan yang mengalami kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Hasil Penelitian Dalam kurun waktu 4 tahun sejak 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2003, didapatkan permintaan visum et repertum sebanyak 556 kasus, dari dokumen permintaan visum et repertum tersebut didapatkan 209 kasus wanita dibawah umur 15 tahun.

Dari data tersebut di atas didapatkan sebaran karakteristik kasus menurut umur dan pendidikan adalah seperti yang disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Kasus Menurut Umur, Pendidikan, dan Status Perkawinan Karakteristik Umur : Dibawah 12 tahun 12 15 tahun Pendidikan : TK SD SLTP SMU Tidak sekolah Status Perkawinan Kawin Tidak kawin N 85 124 11 80 74 16 28 2 207 % 40,67 59,33 5,26 38,28 25,40 7,66 13,40 0,95 99,05

Tabel 2. Sebaran Kasus Menurut Tempat Kejadian Tempat Rumah pelaku Tempat terbuka Rumah korban Rumah teman Rumah kost Hotel / Penginapan Sekolah Di Gudang Di Kendaraan Tidak ada data / tidak jelas Jumlah n 65 45 31 18 9 7 5 2 2 25 209 % 31,10 21,53 14,84 8,61 4,31 3,34 2,39 0,96 0,96 11,96 100,00

Tempat tersering terjadinya kekerasan seksual yaitu di rumah pelaku, sebanyak 65 kasus (31,10%) sedangkan di gudang dan kendaraan masing-msing 2 kasus.

Tabel 3. Karakteristik Kasus Menurut Jumlah Pelaku Jenis Pelaku 1 orang lebih dari 1 orang Tidak ada data Jumlah n 202 5 2 209 % 96,65 2,39 0,96 100,00

Tabel 4. Sebaran kasus menurut hubungan korban dengan tersangka sebagai pelaku Hubungan dengan Pelaku Tetangga Pacar Teman Paman Tidak dikenal Kakek Saudara sepupu Ayah tiri Ayah kandung Bapak kost Penjaga sekolah Sopir Saudara tiri Jumlah n 57 55 29 17 16 9 8 7 4 3 2 1 1 209 % 27,28 26,31 13,87 8,13 7,65 4,30 3,84 3,34 1,92 1,44 0,96 0,48 0,48 100

Jumlah pelaku terbanyak dilakukan oleh satu orang sebanyak 202 kasus (96,65%) sedangkan hubungan dengan tersangka pelaku terbanyak adalah tetangga korban sebanyak 57 kasus (27,28%). Tabel 5. Karakteristik Lokasi Perlukaan Perlukaan n %

Hanya pada alat kelamin Alat kelamin dan sebagai tubuh lainnya Hanya bagian tubuh di luar alat kelamin Tidak ada perlukaan Jumlah

123 2 2 82 209

58,86 0,96 0,96 39,22 100,00

Tabel 6. Keadaan Selaput Dara Keadaan Selaput Dara Utuh Robekan lama Robekan baru Jumlah n 94 83 32 209 % 44,96 39,72 15,32 100,00

Lokasi perlukaan terbanyak hanya pada alat kelamin sebanyak 123 kasus (58,86%), sedangkan keadaan selaput dara utuh terbanyak yakni 94 kasus (44,96%).

Tabel 7.

Karakteristik Perlukaan Pada Alat Kelamin dan di Luar alat Kelamin Karakteristik n %

Perlukaan pada alat kelamin : Hanya pada selaput dara Selaput dara dan komisura posterior Perineum dan selaput dara Luka lecet perineum 109 4 2 3 5 85,82 3,15 1,57 2,36 3,94

- Hanya komisura postesior Alat kelamin dan bagian tubuh lainnya : Luka memar pada lengan atas dan lecet pada bibir kemaluan Luka lece pata labia dan memar 1 0,79 pada leher Hanya bagian tubuh diluar alat kelamin : luka memar pada payudara dan leher luka lecet pada wajah dan lengan Jumlah 1 1 127 0,79 0,79 100,00 1 0,79

Pada tabel 8, ditemukan terbanyak korban pernah mendapat haid yakni 114 kasus (54,55%).Yang pernah koitus sebanyak 112 kasus (53,59%) dan yang hamil 13 kasus (6,22%).

Tabel 8. Karakteristik Riwayat haid, koitus dan test kehamilan Karakteristik n %

Riwayat haid : Pernah mendapat haid Belum pernah haid Riwayat koitus : Pernah koitus Belum pernah koitus Tidak ada data Test kehamilan Positif Negatif Tidak diperiksa 114 95 90 112 7 13 41 155 54,55 45,45 43,06 53,59 3,35 6,22 19,62 74,16

Pembahasan Dalam kurun waktu 4 tahun dari 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2003 terdapat 556 kasus permintaan Visum et repertum, dari dokumen permintaan visun et repertum tersebut didapatkan 209 kasus wanita di bawah umur 15 tahun. Sebagian besar kasus yang dimintakan visum et repertuin yakni berumur 12-15 tahun yaitu sebanyak 124 kasus (59,33%) dimana 2 kasus diantaranya berstatus sudah kawin, sedangkan umur dibawah 12 tahun ditemukan sebanyak 85 kasus ( 40,67%), dimana umur terkecil dari kasus adalah 2 tahun. Di luar negeri korban kekerasan seksual berusia 15 tahun kebawah didapatkan angka yang bervariasi yaitu : Malaysia 58%, Mexico City 36%, Panama City 40%, Papua New Guinea 47%, Chile (Santiago) 58%. Di RSUP Denpasar suatu penelitian mendapatkan kasus yang berusia 15 tahun ke bawah 22,68%, Upadana tahun 1992 mendapatkan 36,18% dan Kayika tahun 1998 melaporkan 41,55%.4,6 Sebanyak 99,05% korban tidak kawin dan yang kawin hanya 0,95%. Tingkat pendidikan dari korban bervariasi, dari data yang ada sebagian besar adalah pelajar SD dan SLTP yaitu masing-masing 80 kasus (38,28%) dan 74 kasus (35,40%). Tidak

bersekolah sebesar 28 kasus (13,40%), SMU dan sederajat 16 kasus (7,66%) dan Taman kanak-kanak sebanyak 11 kasus (5,26%). Dari 209 kasus, sebagian besar yaitu 65 kasus (31,10%) tempat kejadian di rumah pelaku/ tersangka, 45 kasus (21,53%) terjadi ditempat terbuka, yaitu di pantai, lapangan umum, kebun, pasar, 31 kasus (14,84%) terjadi pada rumah korban, 18 kasus (8,61%) di rumah teman sisanya terjadi di rumah kost, hotel/ penginapan, sekolah, di gudang, dikendaraan dan ada 25 kasus (11,96%) tidak jelas/ tidak ada data. Prabarini dan Kayika di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo melaporkan lokasi kejadian paling tinggi di rumah (19%). Mengenai tempat kejadian ini juga didapatkan oleh Upadana dan Kayika dimana 39,50% tempat kejadiannya tidak jelas, Upadana melaporkan 40,53% dan Kayika melaporkan 54,8% tidak ada data tentang lokasi kejadiannya.7,8 Tindakan yang dilakukan oleh wanita setelah kejadian dapat merupakan bukti penunjang, seperti fakta bahwa wanita segera melaporkan kejadian tersebut kepada yang berwajib. Juga penampakan dan tingkah laku wanita setelah kejadian itu, seperti rambut yang tidak rapih disisir, make up yang terhapus disana sini, pakaian yang kusut, sedih, menangis atau termenung. Namun hal-hal tersebut tidak selalu dapat diterima sebagai bukti koroboratif karena hal-hal itu dapat pula dijumpai pada persetubuhan yang disetujui wanita bersangkutan. Setelah persetubuhan itu wanita menyesal dan menjadi sedih. Terdorong oleh berbagai maksud dapat saja wanita berpura-pura sedih agar orang mempercayainya bahwa ia telah diperkosa.9 Pada Tabel 4 terlihat bahwa hubungan korban dengan tersangka sebagai pelaku sebagian besar telah dikenal sebelumnya. Dari pelaku yang telah dikenal ini sebagian besar pelaku adalah tetangga korban (27,28%), pacar korban 26,31%, teman sebanyak 13,87% sedangkan yang dilakukan oleh ayah kandung ditemukan 4 kasus (1,92%) Upadana mendapatkan hubungan korban dengan pelaku yang terbanyak adalah sebagai pacar dan teman (29,81%) Kayika melaporkan 63,4% pelaku dikenali oleh korban.4,7 Marpaung L. mengumpulkan berbagai berita perkosaan yang dimuat dalam beberapa media massa pada tahun 1994 didapatkan 185 berita perkosaan. Dari sejumlah kasus tersebut, 74% pelaku dikenal korban, 15% pelaku tidak dikenal, 5% pelaku adalah

10

ayah kandung, 7% pelaku keluarga dekat, 99% pelaku tidak sakit jiwa, 9% hubungan majikan-anak buah, 28% korban tidak cantik dan tidak muda, 6% korban berusia 6-14 tahun, 36,5% korban berusia 15-17 tahun, 25% korban berusia > 17 tahun, 73% perkosaan direncanakan, 27% perkosaan tidak direncanakan.10 Samil R.S. mengatakan meskipun perkosaan dan penyerangan seksual dapat dilakukan oleh orang asing (orang yang tidak dikenal) bukti-bukti dari banyak sumber menunjukkan bahwa sejumlah besar pemerkosa adalah kenalan, teman, saudara dan mereka yang berada dalam posisi yang dipercaya. Menurut Sadock (1980) kira-kira 50% dari semua perkosaan dilakukan oleh pria yang tidak dikenal dan 50% oleh pria yang sedikit banyak dikenal korban, didalamnya 7% oleh seorang anggota keluarga dekat.4,11 Jumlah tersangka sebagian besar dilakukan oleh satu orang (96,65%) dan ada 5 kasus (2,39%), pelakunya lebih dari satu orang. Samil R.S. mengemukakan perkosaan kelompok (gang rape) dimana dua atau lebih pria menaklukan dan memperkosa korban adalah hal yang jamak.11 Dari hasil anamsesis didapatkan 90 kasus (43,06%) pernah melakukan koitus dan 112 kasus (53,59%) belum pernah melakukan koitus. Pada sebuah survei yang dilakukan terhadap pelajar Sekolah Menengah Atas di Amerika Serikat didapatkan hampir 20% dari pelajar tersebut pernah mengalami sekali episode hubungan seksual dengan kekerasan dan hanya separuh saja yang melaporkan kejadian ini kepada orang lain (pada orang tua, penegak hukum).12 Pada pemeriksaan fisik dari 209 kasus sebagian besar yaitu 123 kasus (58,86%) ditemukan adanya perlukaan hanya pada alat kelamin. Dari 127 kasus yang mengalami perlukaan hanya pada alat kelamin dan di luar alat kelamin, ditemukan : 109 kasus (82,82%) perlukaan hanya pada selaput dara, 5 kasus (3,94%) pada komisura posterior, 4 kasus (3,15%) pada selaput dara dan komisura posterior, 3 kasus (2,36%) luka lecet pada perineum, perlukaan pada perineum dan selaput dara sebanyak 2 kasus (1,57%). Dari 2 kasus yang mengalami perlukaan pada alat kelamin dan bagian tubuh lainnya; satu kasus terdapat luka memar pada lengan atas dan lecet pada bibir kemaluan, satu kasus terdapat luka memar pada leher dan lecet pada bibir kemaluan. Dari 2 kasus yang hanya mengalami perlukaan di luar alat kelamin, didapatkan satu kasus luka memar pada

11

payudara dan leher, satu kasus luka lecet pada wajah dan lengan, pada kasus ini datang dengan kecurigaan diperkosa. Keadaan selaput dara didapatkan sebagian besar robekan lama yaitu 83 kasus (39,72%), robekan baru 32 kasus (15,32%) dan selaput dara masih utuh 94 kasus (44,96%). Lakoti mendapatkan sebagian besar kejahatan seksual yang terjadi pada anak-anak pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan, tetapi keterangan yang diberikan oleh anak-anak yang menjadi korban kejahatan tersebut sering merupakan informasi yang sangat penting untuk menentukan kemungkinan terjadinya kejahatan seksual. 13 Bukti klinis telah terjadi persetubuhan, sering sulit ditemukan, oleh karena itu pemeriksaan laboratorium sangat penting dilakukan. Dari 209 kasus hanya 114 kasus yang sudah pernah haid (54,55%). Dari 54 kasus yang dikerjakan pemeriksaan test kehamilan hanya 13 kasus (6,22%) yang test kehamilannya positip. Kesimpulan Dari keseluruhan visum et repertum yang dilakukan di Bagian / SMF ObstetriGinekologi FK UNSRAT / RSUP Manado selama 4 tahun ditemukan 37,59% korban adalah wanita di bawah umur ; dimana umur terbanyak adalah 12-15 tahun. Sebagian besar tersangka pelakukanya berjumlah satu orang dan tersangka pelaku terbanyak adalah tetangga korban Saran Perlu peranan orangtua yang lebih banyak serta kerjasama lintas sektoral dalam menurunkan tingkat kekerasan seksual wanita dibawah umur. Mengingat Vitsum et Repertum adalah merupakan pengganti barang bukti yang penting, maka perlu diadakan buku register khusus yang mencatat semua kasus-kasus dengan permintaan Visum et Repertum di Bagian/SMF Obstetri dan Ginokologi FK Unsrat/RSUP Manado, sehingga bila dikemudian hari ada keperluan atau ada permasalahan yang berkaitan dengan Visum et Repertum lebih mudah ditelusuri. Daftar Pustaka 1. Undang-Undandang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Penerbit Citra Umbara, Bandung.

12

2. Khofifah, Diperlukan Undang-Undang Kekerasan Terhadap Perempuan, Bali Post, 23 Juli 2001. 3. Swara Parangpuan Sulut, Rekap Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Di Sulut sejak tahun 2002 sampai Juni 2003. 4. Upadana P.I.B., 1992. Visum et repertum kasus-kasus dugaan kejahatan kesusilaan di Lab Obstetri dan Ginekologi FK Unair / RSUD dr Soetomo Januari 1986 Desember 1991. 5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, diterbitkan atas kerja sama Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta, 1983 6. Nuada, Kartana, Sugiharta, Tinjauan Kasus VER di Lab/SMF Obs-Gin FK UNUD/ RS Denpasar. Disampaikan pada PIT XIII, Malang, 2002. 7. Kayika IPG, Reksoprodjo M, Pemeriksaan Visum et Repertum tahun 1995 di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 1995 8. Dewi Prabarini S.R., Kayika IPG, 1998. Tinjauan kasus Visum et Repertum tahun 1998 di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UI/RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta 9. Budijanto A, Sudiono S, Purwadianto.A, Kejahatan Seks dan Aspek Medikolegal Gangguan Psikoseksual, Kalman Media Pusaka Jakarta, Edisi 1, 1982, hal : 1-58 10. Marpaung L., 1996. Kejahatan terhadap kesusilaan dan masalah prevensinya. Sinar Grafika Jakarta, Edisi I, hal : 1-97. 11. Samil R. S., 5 Juli 2000. Pembahasan tentang definisi, epidemiologi, permasalahan kasus kekerasan pada wanita dan penanganan dibidang obstetri. Disampaikan pada : Simposium kekerasan pada wanita dalam rangka kongres obstetri dan ginekologi Indonesia IX Denpasar Bali. 12. Bechtel K, MD., Podrazik M. MD., 1999. Evaluation of the adolescent rape victim in adolescent gynecologyu Part II : The sexsually active adolescent. Pediactric clinics of North America, vol. 46. No. 4, Copyright W. B. Saunders Company.

13

13. Lahoti S.L. MD, Mc.Clain.N, Girardet R, Mc.Neese M, Cheung.K, Evaluating the Child for Sexual Abuse, American Family Physician. Vol 63, No.5, copyright American Academy of Family Physicians.

14

You might also like