You are on page 1of 6

Rah inAnastasia Anggoro Suksmonowati 180310110015 Ilmu Sejarah

Kedatangan Bangsa Barat ke Wilayah Nusantara

Visi dan misi yang paling banyak dibicarakan dari kedatangan bangsa barat ke wilayah nusantara adalah untuk mencari sumber rempah-rempah yang digunakan untuk pengawetan makanan. Selain mencari rempah rempah bangsa barat juga menggunakan agama dan kejayaan sebagai indikator dari invasi tersebut. Perang salib menjadi peristiwa kunci mengapa bangsa barat sangat bergairah untuk mencari sumber rempah rempah terbesar di masa itu. Pasca perang salib hubungan antara bangsa portugis dan islam menjadi tidak harmonis disamping ekonomi yang melatarbelakangi faktor agama juga melatarbelakangi invasi tersebut. Perang salib yang terjadi telah menghabiskan banyak dana bagi portugal dan spanyol, belum lagi merebaknya serta kemajuan agama islam di dua daerah tersebut. Dan ditambah jatuhnya konstantinopel ke tangan umat islam juga merupakan faktor yang layak menjadi bahan pertimbangan sebab terjadinya invasi kolonialisme di dunia. Diawali dari sampainya diego lopes de sequeira pada tahun 1509 ke wilayah malaka. Awalnya mereka di sambut baik oleh sultan ahmad akan tetapi terjadi pertentangan di kalangan pedagang islam internasional yang mengatakan bahwa portugal adalah ancaman terbesar bagi perdagangan di malaka. Sultan ahmad akhirnya memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap sequeira dan menahan serta menghabisi anak buahnya. Pada tahun 1511 di bulan april albuquerque tiba di malaka dan terjadilah serangan sporadis yang dilakukan hingga bulan agustus dan akhirnya ia berhasil memonopoli perdagangan di malaka. Akibat ke serakahan portugal akhirnya selat malaka tidak lagi menjadi tempat perdagangan para pedagang dan akhirnya hancur oleh serangan portugis. Setelah menghancurkan perdagangan di malaka bangsa portugal mengirim lagi pasukan ke daerah maluku dengan francisco serrao sebagai pemimpinya. Di wilayah ambon para pasukan portugis di sambut dengan tangan terbuka oleh para anggota kerajaan beserta rakyatnya. Seperti yang tadi saya jelaskan di atas bahwasanya kedatangan dari portugis ke wilayah nusantara bukan hanya di indikatori pencarian rempah-

rempah atau emas semata tapi juga masalah agama. Saat portugis datang bersamaan pula dengan datangnya spanyol kewilayah nusantara. Awalnya kedatangn portugis ke ternate dan tidore disambut dengan baik oleh sultan mansur (tidore) dan sultan khairun (ternate) tetapi saat kedua sultan mengetahui bahwa terjadi pengkristenan oleh para misionaris dengan Franciscus Xaverius sebagai pemimpin. Portugal juga menggunakan paksaan untuk mengkristenkan masyarakat maluku dan dengan cepat terjadilah perlawan di maluku. Perlawanan ini merupakan sinyalemen bahwa ke arogansian yang di tunjukan orang-orang portugis sudah di ambang batas wajar dengan memonopoli perdagangan di maluku. Di saat yang bersamaan pulau ambon dengan cepat diambil alih oleh pasukan portugis dengan dom emanuel sebagai aktor utamanya. Ia menyerahkan ambon kepada ayah baptisnya jordao de feritas dan mulailah ambon sebagai basis pengkristenan di timur. Pendudukan portugis di nusantara tidak terlepas dengan perlawanan rakyat nusantara selalu aktif melakukan pemberontakan karena mereka merasakan bahwa telah terjadi bentrokan antara kegiatan dari rakyat sendiri dengan pasukan portugis. Setelah era portugis dengan penjajahanya berakhir digantikan oleh belanda yang juga memiliki tujuan yang sama dengan portugis menginginkan harta/emas dari pulau penghasil rempah rempah di zamanya. Ada satu perbedaan yang di jalankan pada masa masuknya belanda dan portugis. Saat portugis dengan tegas menancapkan kebudayaan, kosa kata, maupun agama yang menjadi landasan kuat mereka melakukan invasi justru belanda sedikit membagi kebudayaan ataupun secara nyata menyebarkan agama protestan. Di mungkinkan penyebaran itu terjadi tetapi dalam jumlah yang sedikit. Pada saat belanda masuk ke wilayah nusantara di tandai dengan mendaratnya cornelius de houtman di wilayah banten pada tahun 1596, yang merupakan pelabuhan lada terbesar di jawa barat. Awalnya mereka hanya berorientasi pada perdagangan, awalnya VOC masuk dengan tujuan menertibkan persaingan di antara para pedagang yang ada di nusantara dengan cara memonopoli sistem perdagangan yang ada. Mereka di berikan kebebasan dalam membuat perjanjian, melakukan peperangan, dan membangun benteng. Hal ini menjadi usulan dari parlemen belanda pada tahun 1598 dan VOC resmi didirikan pada tahun 1602, dan semua perdagangan yang terjadi di wilayah nusantara melibatkan VOC sebagai penguasa perijinan di wilayah ini. Pada saat berjalanya waktu belanda mulai mempertegas wilayah dengan mengklaim suatu wilayah yang bernama nusantara. Tujuanya jelas mereka ingin mendapatkan harta yang sudah pasti dan secara signifikan merangkak naik di wilayah jajahan dan faktor hegemoni juga di pertegas dengan mulai masuknya tentara belanda secara acak yang memasuki wilayah teritorial

nusantara. Hal ini berlangsung pada saat islam berkuasa. Bagaimana wilayah konstantinopel di block oleh pedagang islam dan bangsa barat tidak mendapatkan ijin untuk berdagang di wilayah itu dan memaksa mereka untuk menemukan jalur serta sistem perdagangan baru. Angota dari VOC adalah orang-orang pengangguran yang dipekerjakan, seperti pengangguran, para kriminalis, serta gelandangan yang di jadikan pasukan. Tidaklah mengherankan jika pada saat VOC ada ini terjadilah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi seperti nepotisme, kebohongan-kebohongan, serta kegiatan criminal dan tindakan yang tidak manusiawi yang di terima rakyat nusantara. Kesuksesan terbesar yang di raih juga tidak banyak salah satunya kemenangan untuk mendapatkan hak untuk membeli rempah-rempah di ambon. Hal ini karena bersamaan dengan penyerangan terhadap orang portugis yang dilakukan rakyat setempat di hitu, ambon. VOC berkonsolidasi dengan rakyat yang memang sudah muak dengan perlakuan portugis, dan setelah melalui yang cukup berat untuk menaklukan portugis akhirnya Belanda berhasil di gadangkan menjadi mitra rakyat hitu dengan cara melakukan perdagangan antara rakyat dengan VOC. Hingga tahun 1605 VOC kembali melakukan konsolidasi dengan rakyat hitu hingga akhirnya portugis benar-benar menyerah dan VOC menduduki benteng portugis. Pada Tahun 1660-an meski sudah mencetak keberhasilan di ambon tetapi tujuan yang sebenarnya belumlah tercapai untuk benar-benar memonopoli perdagangan dan mengusir semua saingan sesame bangsa eropa. Dan diangkatlah gubernur jendral pada masa itu untuk mengontrol kegiatan-kegiatan dari VOC sendiri. Kebutuhan akan adanya markas besar yang di pengaruhi oleh kedatangan orang inggris pada tahun 1577-80 yang di pimpin oleh sir francis drake di Maluku dan pulang dengan membawa muata cengkih dari sana. Pada tahun 1591 secara penuh Elizabeth 1 mendukung melakukan aksi perdaganga secara langsung sama halnya seperti belanda dan mengutus Sir James Lancaster dan George Raymond mengadakan perjalanan tetapi George tenggelam dengan kapalnya dan tinggal menyisakan Lancester yang akhirnya mendarat di penang dan aceh. Perjalanan yang ke-2 dilakukan pada tahun 1600 dan kembali Lancester di tunjuk sebagai pemimpin pelayaran, ia sampai ada tahun 1602-1682 dan pada saat pulang ke inggris dengan membawa banyak lada. Pada tahun 1604 sir henry middleton memimpin pelayaran dan akhirnya tiba di Maluku, Ambon dan Banda, dan pada saat inilah orang-orang Inggris dan Belanda kembali bentrok. VOC mencoba melakukan monopoli perjanjian dengan rakyat setempat untuk melakukan persaingan dengan inggris hingga terjadi ketegangan diplomatic di wilayah inggris sendiri. Dan pada akhirnya Inggris mulai berkonsentrasi dengan

wilayah baru di asia dan mulai menarik diri pasukanya dari nusantara. Dan pada saat itulah tahun 1619 jan pieterszoon coen menjadi gubernur jendral dan menyadari bahwa segala rintangan harus di hancurkan apapun caranya menggunakan kekerasan pun menjadi hal yang di amini pada waktu itu. Pada saat era coen masa VOC dengan cepat begitu menguasai serta memonopoli perdagangan rakyat hanya bias menyelundupkan serta melanggar peraturan yang telah di buat sebagai bentuk perlawanan dan akhirnya Belanda menghabisi serta mengusir rakyat banda dan menggantikannya dengan orang-orang Belanda dan mempekerjakan kaum budak. Ketika belanda menginginkan pusat VOC di pindahkan ke Jakarta, mereka mendapat hadangan dari pihak Inggris yang telah berkonsolidasi dengan wijayakarma dan berhasil memukul mundur pasukan belanda hingga ke Maluku. Belanda segara menghimpun pasukan di Maluku dan kembali lagi pada tahun 1619 ke banten yang pada saat itu telah di kuasai oleh pasukan banten dan berhasil memukul mundur pasukan ini. Hal ini dirasa sangat penting karna seyogyanya mereka telah mendapatkan temapat yang akan dijadikan pusat administrasi serta perniagaan di Batavia dan menjadi satu-satunya kekuatan perniagaan. Pembangunan serta pemeliharaan tempat yang permanen seperti Batavia ini menghabiskan dana yang besar belum lagi serangan-serangan perlawanan yang di lakukan banten dan mataram yang juga menghabiskan dana yang tidak sedikit sehingga dapat menguras neraca keungan VOC sendiri. Korupsi bukanlah menjadi satusatunya factor yang menyebabkan kehancuranya organisasi ini. Lemahnya koordinasi serta persatuan yang terjadi pada masa perlawanan serta lemahnya angkatan laut VOC di sebut-sebut menjadi titik balik masa kehancuran ini. Dan akhirnya parlemen belanda memutuskan untuk mengeluarkan mosi tidak percaya kepada VOC pada tanggal 31 desember 1799 karena pailit dan banyak dugaan korupsi yang terjadi.

Daftar Pustaka

Ricklefs, Marle Calvin (2007). Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta Ali Mohammad (2005). Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta Djaelani, Abdul Qadir (1999). Perang sabil versus perang salib. Jakarta: Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al-Munawarah

You might also like