You are on page 1of 6

Pengertian Teori Sibernetik Teori sebernetik merupakan teori belajar yang paling baru dibandingkan dengan teoriteori belajar

lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sebernetik belajar adalah pemprosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan tersebut. Teori sebernetik beramsumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Teori ini telah dikembangkan oleh para penganutnya, antara lain seperti pendekatan pendekatan yang berorientasi pada pemprosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler dan Snowman, Baine, serta Tennyson,bahwa proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).

Kelebihan Teori Sibernetik 1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol. 2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis. 3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap. 4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai. 5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya. 6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu 7. Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Kelemahan Teori Sibernetik Ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar, , sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi tersebut. Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi yang akan dipelajari, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan

mengorganisasikan informasi. Teori aliran ini tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan.

Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini. Pada akhirnya, masingmasing aliran teori belajar ini mengandung keunggulan-keunggulan dan kelemahankelemahannya sendiri yang harus kita ketahui untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan belajar yang lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik. Aplikasi teori belajar sibernetik dalam multimedia sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi Dalam dunia pendidikan, dikenal beberapa teori pembelajaran, dari teori tersebut dijadikan sebagai pijakan dalam penerapan pembelajaran di ruang-ruang pendidikan di berbagai negara. Sebelumnya banyak orang meyakini bahwa pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang belum mengenal apa dan bagaimana melakukan sesuatu menjadi mengerti terhadap apa dan bagaimana yang harus diperlakukan sesuatu tersebut. Dalam pemahaman ini yang terpenting adalah input (masukan) berupa stimulus dan output (keluaran) berupa respon. Yang selanjutnya dikenal sebagai teori behavioristik. Sesuai namanya yang diambil dari kata behavior yang berarti tingkah laku, teori ini didasarkan pada prinsip bahwa pembelajaran seharusnya didesain untuk menghasilkan tingkah laku peserta didik yang dapat diobservasi. Dengan kata lain, perubahan tingkah laku dalam teori ini dapat diukur dan perubahan yang dapat dilihat secara jelas. Seperti yang dikemukakan Simonson dan Thompson, behaviorism is based on the principle that instruction should be designed to produce observable and quantifiable behaviors in the learner (Behaviorisme didasarkan pada prinsip bahwa pembelajaran seharusnya didesain untuk menghasilkan tingkah laku pembelajar yang dapat diamati dan diukur). Dalam perkembangan selanjutnya istilah ini menjadi popular sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan, informasi, pemecahan masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa Teori belajar kognitif memandang peserta didik sebagai sumber rencana, perhatian, tujuan, gagasan, ingatan, dan emosi yang secara aktif digunakan untuk memperhatikan,

menyeleksi, dan membentuk makna dari stimulus dan pengetahuan dari pengalaman. Menurut teori belajar kognitif belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengalaman dan pengetahuan pada dirinya sendiri. Pengalaman dan pengetahuan tersebut tertata dalam bentuk struktur kognitif. Untuk itu, proses belajar yang baik adalah apabila materi pembelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Misalnya peserta didik yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika guru memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan yang sudah ada di benak peserta didik dengan prinsip perkalian sebagai informasi baru, maka proses inilah yang disebut asimilasi. Tetapi jika peserta didik diberi soal perkalian maka situasi ini disebut akomodasi yang dalam hal ini berarti pemakaian prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik. Menurut teori ini proses pembelajaran akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambungan) secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya. Seperti yang pernah dikemukan Piaget bahwa perkembangan intelektual sebagai produk dari adaptasi Intelligence is an adaptation life is a continuous creation of increasingly complex forms and a progressives balancing of these forms with the environment (Kecerdasan adalah sebuah adaptasi kehidupan dimaknai sebagai sebuah penciptaan yang berkelanjutan dari bentuk-bentuk kompleks yang terus bertambah dan keseimbangan kemajuan dari bentuk ini dengan lingkungan). Senada dengan perkembangan teori-teori belajar lain, teori kognitifpun kini dianggap masih belum mewakili zaman saat ini. Ketika era teknologi mulai merebak dan merambah ke berbagai wilayah termasuk dalam dunia pendidikan, maka muncullah teori belajar baru bernama teori sibernetik. Teori ini relatif baru dengan teori-teori belajar yang lain. Menurut teori sibernetik, dijelaskan bahwa belajar adalah pengolahan informasi. Dalam teori sibernetik proses belajar memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi adalah pengolahan sistim informasi. Dengan kata lain, sistim informasi dipandang sangat memegang peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar manapun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk semua peserta didik, karena cara belajar

sangat ditentukan oleh sistim informasi. Teori ini sangat relevan dan menjadi landasan pengembangan multimedia yang berkembang di dunia pendidikan. Pada taraf aplikasi, teori sibernetik dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan di antaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi. Berdasarkan pendekatan ini, Reigeluth, Bunderson & Merril mengembangkan strategi penataan isi atau materi pembelajaran berdasarkan empat hal, yakni : pemilihan (selection), penataan urutan (sequencing), rangkuman (summary), dan sintesis (synthesizing). Menurut mereka, jika isi pelajaran ditata dengan menggunakan dari urutan umum ke rinci, maka materi pembelajaran pada tingkat umum akan menjadi kerangka untuk mengaitkan isi-isi lain yang lebih rinci. Hal ini sesuai dengan struktur representasi informasi di dalam long term memory, sehingga akan mempermudah proses penelusuran kembali informasi. Jika rangkuman diintegrasikan ke dalam strategi penataan materi pembelajaran, maka akan berfungsi untuk menunjukkan kepada pebelajar informasi yang perlu diberi perhatian, di samping itu juga menghemat kapasitas working memory. Prinsip-prinsip belajar berdasarkan teori belajar yang telah dikemukakan, banyak teraplikasi dalam pembelajaran dengan multimedia pembelajaran. Maka bukan hal yang aneh ketika banya multimedia pembelajaran hadir di ruang-ruang kelas. Hal ini karena dianggap multimedia baik berupa cd (Compac disk, dll) reperensentasi dari berbagai teori belajar lainya termasuk behavioristik dan kognitif. Penerapan pada teori behavioristik, terlihat jelas dari pemberian stimulus pada peserta didik (user) dalam menggunakan multimedia semisal dengan cara membuka program, memilih menu materi, mengejakan latihan, dsbnya. Sedangkan aplikasi teori belajar kognitif dalam multimedia pembelajaran yang akan dikembangkan pada perolehan pengetahuan baru yang didesain secara khusus bagi peserta didik. Pengetahuan lama akan diperkuat oleh pengetahuan baru tersebut sehingga dapat berkesinambungan dan klop. Aplikasi teori belajar sibernetik dalam multimedia sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi, peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu IT yang di dapat dengan cara menggunakan multimedia pembelajaran.

Teori Sibernetik Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan th.1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. Nobert mendefinisikan Cybernetics sebagai berikut, The study of control and communication in the animal and the machine. Istilah sibernetika digunakan juga oleh Alan Scrivener (2002) dalam bukunya A Curriculum for Cybernetics and Systems Theory. Sebagai berikut Study of systems which can be mapped using loops (or more complicated looping structures) in the network defining the flow of information. Systems of automatic control will of necessity use at least one loop of information flow providing feedback. Artinya studi mengenai sistem yang bisa dipetakan menggunakan loops (berbagai putaran) atau susunan sistem putaran yang rumit dalam jaringan yang menjelaskan arus informasi. Sistem pengontrol secara otomatis akan bermanfaat, satu putaran informasi minimal akan menghasilkan feedback. Sementara Ludwig Bertalanffy memandang fungsi sibernetik dalam berkomunikasi. Cybernetics is a theory of control systems based on communication (transfer of information) between systems and environment and within the system, and control (feedback) of the systems function in regard to environment. Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya perbedaan, bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT Teori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual learning, e-learning, dll.

Beberapa kelebihan teori sibernetik: Setiap orang bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan untuk dirinya, dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta modulnya dari berbagai penjuru dunia. Pembelajaran bisa disajikan dengan menarik, interaktif dan komunikatif. Dengan animasi-animasi multimedia dan interferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk berjam-jam mempelajari modul yang disajikan. Menganggap dunia sebagai sebuah global village, dimana masyarakatnya bisa saling mengenal satu sama lain, bisa saling berkomunikai dengan mudah, dan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, sepanjang sarana pembelajaran mendukung. Buku-buku materi ajar atau sumber pembelajaran lainnya bisa diperoleh secara autentik (sesuai aslinya), cepat dan murah. Ketika bertanya atau merespon pertanyaan guru atau instruktur, secara psikologis siswa akan lebih berani mengungkapkanya, karena siswa tidak akan merasa takut salah dan menanggung akibat dari kesalahannya secara langsung.

You might also like