You are on page 1of 18

PPH PASAL 22 DAN 23

PPh Pasal 22 Bendaharawan dan BUMN/BUMD


Ditjen Anggaran/Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang; BUMN/BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN)/ belanja daerah (APBD) Bank Indonesia (BI), Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Badan Urusan Logistik (BULOG), PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina, dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun non-APBN

Penghitungan PPh 22 Bendaharawan 1,5% (satu setengah persen ) dari harga pembelian (tidak termasuk PPN)
Mekanisme Pemungutan PPh Pasal 22 disetor oleh pemungut dengan menggunakan SSP atas nama wajib pajak yang dipungut (penjual)

PPh Pasal 22 Impor


Subjek PPh Pasal 22 Impor Setiap wajib pajak yang melakukan impor kecuali yang mendapat fasilitas pembebasan (memperoleh Surat Keterangan Bebas)

Tarif PPh 22 Impor


1. yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari nilai impor; 2. yang tidak menggunakan API, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari nilai impor; 3. yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujuh setengah persen) dari harga jual lelang;

Nilai Impor
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambahkan dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean dibidang impor. Untuk menghitung nilai impor digunakan kurs berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

Saat Terutangnya Pajak


Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk; Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, maka Pajak Penghasilan Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

PPh Pasal 22 Atas Barang Sangat Mewah


Pasal 22 ayat (1) huruf c memberikan wewenang kepada Menteri Keuangan untuk menunjuk badan tertentu untuk memungut PPh Pasal 22 dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah Pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan barang sangat mewah ini adalah Wajib Pajak Baadan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Barang Sangat Mewah


Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp20.000.000.000, Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp10.000.000.000, Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,- dan luas bangunannya lebih dari 500 m2.

Apartemen, kondominium dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,- dan/atau luas bangunannya lebih dari 400 m2. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, SUV, MPV, minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp5.000.000.000,- dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc..

Tarif & Sifat Pemungutan


Tarif PPh Pasal 22 yang dikenakan atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah ini adalah 5% dari harga jual, tidak termasuk PPN dan PPnBM. Tarif 100% lebih tinggi dikenakan jika pembeli tidak memiliki NPWP. Sifat pengenaan PPh Pasal 22 ini tidak final.

PPh Pasal 22 Atas Penyerahan Produkproduk Tertentu


Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premik, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul

Pemotong PPh 23
Badan Pemerintah, Subjek Pajak Badan dalam negeri, Penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak, yaitu : Akuntan, arsitek, dokter, notaris, PPAT, pengacara, konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas

Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa sewa

PPh 23 sebesar 15% Bruto


Dividen Bunga Royalti Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dikenakan PPh pasal 21

PPh 23 sebesar 2% Bruto


sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan peng gunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain seh ubungan dengan penggunaan harta yang telah dik enai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa man ajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa l ain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasil an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak memiliki No mor Pokok Wajib Pajak, besarnya tarif pem otongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen)

Pengecualian Objek PPh 23


penghasilan yang dibayar atau terutang kepad a bank; sewa yang dibayarkan atau terutang sehubung an dengan sewa guna usaha dengan hak opsi; dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen yang diterima ole h orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c);

bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pas al 4 ayat (3) huruf i; sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya; penghasilan yang dibayar atau terutang kepad a badan usaha atas jasa keuangan yang berfu ngsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau p embiayaan yang diatur dengan Peraturan M enteri Keuangan

You might also like