You are on page 1of 6

IDENTIFIKASI SALMONELLA PADA MAKANAN

I.

Tujuan Untuk mengetahui keadaan hygienitas makanan dan minuman apakah memenuhi syarat kesehatan atau tidak / apakah makanan dan minuman tersebut tercemar oleh salmonella atau tidak

II.

Metode Metode yang digunakan dalam identifikasi salmonella adalah ditumbuhkan pada media pemupuk, ditanam pada media selektif

III. Prinsip Salmonella sp. pada sampel makanan dapat diperiksa dengan cara ditumbuhkan pada media pemupuk, diinkubasi dan ditanam pada media selektif. Diinkubasi lagi dan diamati koloni-koloni yang tumbuh

IV. Dasar Teori Salmonella merupakan nama genus bakteri dengan ciri-ciri berbentuk batang. Motil (kecuali s. gallinarum dan s. pullorum yang non-motil), tidak membentuk spora, dan gram negatif. Bakteri ini tersebar luas di dalam tubuh hewan, terutama unggas dan babi. Lingkungan yang menjadi sumber organisme ini antara lain air, tanah, serangga, permukaan pabrik, permukaan dapur, kotoran hewan, daging mentah, daging unggas mentah, dan makanan laut mentah ( anonim, 2010). Salmonella typhi dan bakteri paratyphoid, biasanya menyebabkan septicemia ( infeksi bakteri di dalam aliran darah) dan menimbulkan demam typoid atau demam seperti tifoid pada manusia. Bentuk bentuk salmonelasis yang lain umumnya gejala yang lebih ringan ( anonim, 2010). Gejala akut mual, muntah, kram perut, diare, demam dan sakit kepala. Akibat kronik, gejala radang sendi (arthritis) mungkin muncul 3-4 minggu setelah dimulainya gejala akut. Waktu dimulainya gejala 6-48 jam setelah infeksi. Dosis infektif hanya 15-20 sel,

tergantung pada usia dan kesehatan korban, serta perbedaan antara strain-strain yang ada. Gejala akut dapat berlangsung selama 1 hingga 2 hari atau lebih lama (anonim, 2010). Salmonella typhi dan salmonella paratyphi A, B, dan C menimbulkan demam tifoid dan demam seperti tifoid pada manusia. Banyak organ yang dapat terinfeksi, menghasilkan lesi/cacat pada permukaan organ. Tingkat kematian karena demam tifoid adalah 10 %, sedangkan tingkat kematian pada kebanyakan salmonelossis sebesar 1%. Tingkat kematian oleh s. dublin sebesar 15 % apabila terjadi septicemia pada orang tua, dan tingkat kematian oleh s. enteriditis sebesar kira-kira 3,6 % dalam kasus-kasus di rumah sakit / rumah perawatan, dengan korban utama orang tua (anonim, 2010). Posteneritis reactive arthritis (radang sendi sebagai reaksi terhadap infeksi pada saluran pencernaan) dan reiters syndrome ( rematik sistemik, yang selain menyerang persendian juga menyerang organ lain), dilaporkan terjadi umumnya 3 minggu setelah infeksi. Arthritis reaksi dapat terjadi dengan frekuensi 2 % dari kasus yang terbukti melaui pembiakan bakteri. Arthritis septis ( radang sendi karena infeksi bakteri ) juga terjadi setelah atau bersamaan dengan septicemia dan perawatan mungkin sulit (anonim, 2010). Berbagai spesies salmonella sejak lama diisolasi dari bagian luar kulit telur, keadaan menjadi kompleks dengan ditemukannya s. enteriditis di dalam kuning telur. Informasi ini dan informasi lainnya menjadi bukti kuat terjadinya penularan secara vertikal, yaitu masuknya organisme ini ke dalam kuning telur sebelum kuning telur terbentuk oleh ayam petelur yang terinfeksi. Makanan selain telur juga pernah menyebabkan kasus penyakit s. enteriditis ( anonim, 2010).

V.

Alat dan Bahan ALAT 1. Inkubator 2. OSE 3. Objek glass 4. Pipet ukur 5. Cawan petri steril 6. Lampu Bunsen 7. Korek api

8. Kertas Label

BAHAN 1. Media pemupuk SCB ( Selenite Cystine Broth Agar) 2. Media selektif : SS Agar dan Mac Conkey ( media diferensial) 3. Sampel tahu

VI.

Cara Kerja Spesimen makanan (tahu) a. Diambil tahu kira-kira 10 gram b. Dimasukkan pada botol yang telah diisi media SCB c. Dikocok hingga tahu hancur di dalam botol dan tercampur dengan media SCB d. Ditutup mulut botol dengan penutup dan alumunium foil e. Diinkubasi pada inkubator dengan suhu 37 C selama 24 jam f. Disiapkan media SS Agar dan MCA, diambil 1 ose dari SCB dan dimasukkan ( dihapuskan zigzat) pada media tersebut g. Diinkubasi pada suhu 37 selama 24 jam

h. Diamati koloni- koloni yang tersangka dari media

VII.

Data Hasil Praktikum 1. Pada media Mac Conkey Agar

Ciri cirri koloni : Smooth ( kelihatan halus), sedikit cembung, kecil-kecil 2. Pada Media SS Agar

Ciri-ciri koloni: kecil, sedang, smooth, bergerombol, rose

VIII. Pembahasan Pada praktikum identifikasi salmonella pada makanan tahu mendapatkan hasil pada SS Agar koloni terlihat halus, sedikit cembung dan kecil- kecil. Pada SS Agar koloni terlihat kecil, sedang, smooth dan rose. Pada SS Agar tampak pada koloni terdapat bintik-bintik hitam, ini menandakan adanya kontaminasi dengan bakteri lain pada media, ini bisa disebabkan oleh praktikan, alat-alat yang digunakan tidak steril. Di bagian pinggir plate juga ditemukan koloni, ini terjadi karena pada saat menggores kuman, ada rembesanrembesan kecil ke pinggir plate. Digunakan media SCB (Selenite Cystine Broth) sebagai media pemupuk pertumbuhan salmonella. Pada saat memasukkan tahu, tahu langsung dimasukkan ke media ini bertujuan untuk mengurangi kontaminasi tahu dengan bakteri lain, jika dihancurkan terlebih dahulu dengan mortar dan stamper yang tidak disterilisasi pada autoklaf. Pada pratikum ini diperoleh hasil pertumbuhan bakteri salmonella dan shigela yang berbeda, yaitu salmonella yang koloni pada bagian ini terdapat titik hitam dan shigela yang koloninya berwarna putih, tetapi hasil yang didapat kuman yang tumbuh pada media berwarna kehitaman karena adanya kontaminasioleh bakteri lain. Sehingga praktikan tidak bisa mengamati secara rinci kuman salmonella dan shigela pada media. Mungkin juga karena koloni tertumpuk. Praktikum ini menggunakan Mac Conkey Agar, MCA mempunyai keistimewaan memilah bakteri enteric gram negative yang memfermentasi laktosa. Karena media ini, mengandung laktosa, crystal violet dan neutral red bile salt. Kemampuan salmonella memfermentasi laktosa sehingga tumbuh sebagai koloni berwarna putih ( anonim, 2010). Hiegenitas dan sanitasi lingkungan yang kurang baik dapat mendorong terjadinya pencemaran salmonella shigela pada makanan. Pencemaran dapat datang dari feses hewan atau manusia yang berhubungan dengan makanan ( keracunan makanan oleh salmonella spp). Sumber-sumber langsung yang berpotensi dari salmonella adalah hewan-hewan kesayangan seperti kura-kura, anjing, kucing,

kebanyakan hewan ternak dan manusia-manusia yang terinfeksi atau carrier dari organisme.

IX.

KESIMPULAN Dari pemeriksaan salmonella pada makanan, dapat disimpulkan bahwa sampel tahu tidak memenuhi syarat hiegenitas dan kesehatan makanan karena ditemukan koloni kuman pada MCA : kecil, sedang, smooth, bergerombol. Pada SS Agar : smooth, sedikit cembung, kecil-kecil. Ditemukan juga bintik-bintik hitam akibat kontaminasi dengan bakteri lain.

X.

DAFTAR PUSTAKA 1. Mastra,NYoman.dkk.2010.Pedoman Praktikum Bakteriologi Semestesr

III.Denpasar: Sekretariat Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes 2. Anonim,2010.Infeksi Salmonella, http://www.totalkesehatananda.com diakses tanggal 24 Oktober 2010 3. Anonim.2010.salmonella.spp.http://www.food-into.net. Oktober 2010 diakses tanggal 24

You might also like