You are on page 1of 4

Sektor Pertanian & Kehutanan

Share

Potensi lahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih sangat besar untuk pengembangan kawasan pertanian, sebagai contoh terdapat lahan yang tidak diusahakan sebesar 6% dari potensi yang ada, dan ada lahan lainnya yang juga belum dimanfaatkan sebesar 23%, artinya upaya pengembangan pembangunan pertanian masih sangat dimungkinkan melalui perluasan areal tanam dengan penambahan bahan baku lahan dan optimalisasi lahan yang ada.

POTENSI LAHAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HOLTIKULTURA


Pengembangan pertanian pada subsektor tanaman pangan dan holtikultura diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas. Ketersediaan pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini hanya bisa mencukupi 9,36% dari kebutuhan pangan yang ada, selebihnya masih dipasok dari luar Bangka Belitung. Padahal potensi lahan yang ada bisa untuk meningkatkan ketersediaan pangan yang ada. Untuk itu upaya yang dilakukan sebagai tindakan preventifnya adalah dengan perluasan areal tanam dan intensifikasi lahan, akselerasi terhadap penyediaan pangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan penggunaan paket teknologi dan penanganan pasca panen. Begitu pula dengan subsektor holtikultura pencapaian pembangunannya diarahkan kepada pengembangan kawasan dengan memfokuskan kepada pengelolaan komoditi spesifik lokasi seperti pengembangan kawasan manggis di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Bangka, pengembangan kawasan durian di Kabupaten Bangka Barat, kawasan jeruk di Kabupaten Bangka Selatan dan Bangka Tengah.

SUBSEKTOR PERKEBUNAN
Kontribusi PDRB terbesar ketiga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disumbangkan oleh Sektor Pertanian dan Kehutanan sebesar 18,69% (tahun 2006) setelah sektor industri pengolahan sebesar 22,37% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 21,32%. Hal ini juga diikuti dengan perkembangan volume ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2005 yang menempatkan sektor pertanian dan kehutanan khususnya pada komoditi Lada dan Karet pada urutan kedua perkembangan ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setelah Timah. Lada Putih (Muntok White Pepper) yang merupakan komoditi unggulan perkebunan sudah terkenal di pasaran dunia dengan cakupan produksi sebanyak 20.000 35.000 ton per tahun, begitu pula dengan perkembangan perkebunan kelapa sawit yang ada seluas 136.400 Ha mempunyai keunggulan komparatif bagi perkembangan pembangunan pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam perkembangannya subsektor perkebunan menetapkan fokus pengembangan kepada tiga komoditi utama yaitu Lada, Karet, dan Kelapa Sawit.

SUBSEKTOR PERTANIAN
Sektor peternakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga mendapatkan perhatian khusus mengingat bahwa kebutuhan daging sampai saat ini masih didatangkan dari luar daerah untuk itu Dinas Pertanian dan Kehutanan mengupayakan program utama dalam pengembangan subsektor peternakan adalah pemenuhan kecukupan daging. Untuk itu upaya yang dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dengan meningkatkan populasi ternak dan pembibitan sapi melalui pola penggemukan sapi. Pada subsektor peternakan juga memfokuskan pengembangan peternakan pada dua fokus utama ternak yaitu Sapi Potong dan Ayam Buras.

SUBSEKTOR KEHUTANAN
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kawasan hutan seluas 657.510 Ha yang terdiri dari:

NO. 1. 2. 3.

KAWASAN HUTAN Hutan Konservasi (HK) Hutan Lindung (HL) Hutan Produksi (HP)

LUAS (HA) 34.690 156.730 466.090

PERSEN (%) 5.28 23.84 70.89

Sumber : Profil Pembangunan Pertanian & Kehutanan Provinsi Kep. Bangka Belitung

Perkiraan Luas Kawasan Hutan Dan Areal Penggunaan Lain Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung:

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

KAB/KOTA Bangka Bangka Barat Bangka Selatan Bangka Tengah Belitung Belitung Timur Pangkalpinang

KAWASAN HUTAN (HA) HK 17.654 6.665 1.712 6.068 2.591 0 0 HP 12.350 15.560 18.115 23.741 46.255 40.709 0 HL 68.916 99.768 134.275 75.265 44.961 42.905 0 JUMLAH 98.920 121.993 154.102 105.074 93.807 83.614 0

APL 196.148 160.068 206.606 110.505 135.562 167.077 8.940

JUMLAH 295.068 282.061 360.708 215.577 229.369 250.691 8.940

Sumber : Profil Pembangunan Pertanian & Kehutanan Dinas Pertanian & Kehutanan Provinsi Kep. Babel

Subsektor kehutanan di Pulau Bangka dan Belitung menghasilkan berbagai jenis hasil hutan antara lain kayu meranti, kayu mandaru dan kayu bulat.

Jepang pun Tanam Padi di Belitung


Bangkapos.com - Minggu, 2 Oktober 2011 21:48 WIB Share|

Berita Terkait
Pelamar Anggota Satpol PP Belitung Antre Jasagung Optimis Pariwisata Tak Menurun Tiket Mahal, Wisatawan Beralih ke Lain Daerah Obyek Wisata Sama, Wisatawan Jenuh ke Belitung PS Bangka Bergantung Pada Pertandingan Tim Lain Kemenangan 'PS Bangka' Direbut Wasit ? Terbitkan KK Baru Pansus Minta Status Hutan Diselesaikan PS Bangka Samakan Kedudukan 1-1 Jamro: Basel Bisa Swasembada Beras, Jika Cetak Sawah

Laporan wartawan Bangka Pos, Wahyu K BANGKAPOS.COM, BELITUNG -- Kebudayaan agraris sudah berkembang selama ratusan tahun di Pulau Belitung. Tak hanya penuturan para sesepuh, sejumlah catatan sejarah juga memperkuat keberadaan budidaya padi oleh masyarakat pulau Belitung. Sebut saja pioner NV Billiton Maatschappij, JF Loudon (1851), dan penulis belanda, FW Stappel (1938). Potensi agraris Pulau Belitung memang bukan isapan jempol. Dalam kurun waktu 1942-1945, Jepang yang saat itu menguasai Pulau Belitung juga telah mengembangkan sejumlah petakan sawah untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka selama perang. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kabupaten Beltim, Tri Jaka mengatakan bekas petakan sawah yang dibangun pada masa pendudukan Jepang masih bisa terlihat sampai sekarang. Petakan sawah eks Jepang itu setidaknya berada di 12 titik yang tersebar di tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Beltim. Luas satu area sawah eks Jepang berkisar antara 2550 hektar. Jaka mengungkapkan, sawah eks Jepang tidak hanya tersebar di wilayah Kabupaten Beltim, tapi juga di Kabupaten Belitung. Jaka yang pernah bertugas di Kabupaten Belitung mengatkan sawah eks Jepang bisa dijumpai di Kecamatan Membalong seperti Desa Membalong, Prepat, Kepang, dan Lasar. Bahkan sawah eks Jepang juga terdapat di Desa Air Saga, Kecamatan Tanjungpandan. Menurut Jaka, sejarah pertanian Belitung itu harus menjadi motivasi bagi generasi sekarang dalam membangun sektor pangan. Belitung mempunyai potensi untuk mengembangkan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri. "Japang aja sudah memikirkan untuk memuat sawah, alangkah kalah nya kita dengan orang jaman dulu kalau kita tidak bisa membuat hal lebih baik dari mereka," kata Jaka kepada bangkapos.com, beberapa

waktu lalu. Menurut dia, karakteritik tanah Belitung cocok untuk budidaya padi. Namun budidaya harus dilakukan di lokasi yang memiliki sumber air yang cukup. Seperti halnya sawah eks Jepang jelasnya, semua dibangun pada lokasi yang kaya akan sumber air baku. Melihat potensi yang ada lanjutnya, Pemkab Kabupaten Beltim telah mentargetkan swasembada beras bisa tercapai pada tahun 2014 mendatang. Beltim setidaknya harus mampu memproduksi beras sebanyak 11,66 ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya sekitar 108 ribu jiwa. Untuk mencapai target tersebut, Pemkab Beltim mentargetkan pembukaan petak sawah seluas 2000 hektar (ha) dimana setiap tahun setidaknya ada 150 ha petak sawah yang dibuka. Sejauh ini produksi beras Beltim memang belum memuaskan. Jumlah tertinggi yang pernah diraih yaitu sekitar 4800 ton pada tahun 2007 lalu. Namun Jaka optimis, Beltim bisa mencapai swasembada beras dalam kurun waktu 3-4 tahun mendatang. Sejumlah faktor pendukung realiasai swasembada beras diantaranya keberadaan 800 ha lahan di danau Nujau dan danau Meranteh, Kecamatan Gantung. Selain itu Beltim juga masih memiliki ketersediaan lahan yang cukup termasuk lahan-lahan sawah eks Jepang di sejumlah desa. Jaka mengatakan peningkatan produksi juga diupayakan lewat alih teknologi benih. Belajar dari pengalaman minimnya pasokan air saat kemarau, pihaknya kini sedang mencoba menggunakan benih padi hibrida dengn jenis Adi Rasa. Menurut Jaka, jenis ini bisa menghasilkan beras 12-16 ton per hektar. Pihaknya juga masih mengakomodir para petani padi ladang untuk ikut berpartisipasi dalam pemenuhan swasembada pangan bagi Kabupaten Beltim. "Dengan perhitungan empat ton saja per hektar, kita sudah bisa mendekati kebutuhan beras 3-4 tahun mendatang. Selain itu yang kita pacu bukan luasan lahan saja tapi juga penggunaan teknologi pertanian," pungkas Jaka.

You might also like