You are on page 1of 35

A.

Judul Penelitian : PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 7 SESETAN, DENPASAR TAHUN AJARAN 2011/2012 B. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia yang di miliki suatu bangsa dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu mengikuti arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka seseorang harus terlebih dahulu mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), karena pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA. IPA diajarkan mulai dari bangku SD, yang bertujuan agar siswa mengetahui terlebih dahulu konsep awal sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adapun beberapa alasan yang menyebabkan perlunya dilaksanakannya pembelajaran IPA di SD yaitu. a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi yang sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Seseorang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gelaja alam, b) Bila IPA di ajarkan melalui cara yang tepat, maka maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis, c) Bila IPA di ajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, d) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa, 2006:3). Maka dari itu dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di SD hendaknya menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran langsung yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan proses dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu dalam memecahkan masalah dihadapi seperti melaui kegiatan percobaan dan pengamatan.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan selama 4 hari pada tanggal 6 s.d 10 januari 2012 di SD Negeri 7 Sesetan dengan ibu guru kelas IVA khususnya pada mata pelajaran IPA, diketahui bahwa Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SD Negeri 7 Sesetan yaitu 60, namun pencapaian merata hasil belajar IPA dilihat dari rata-rata nilai ulangan akhir semester ganjil siswa yaitu 55, dengan jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 25 orang siswa (64,10%) sedangkan siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM sebanyak 14 orang siswa (35,90%). Untuk mengetahui penyebab dari rendahnya hasil belajar siswa, maka dilaksanakan observasi pada saat guru mengajar IPA di kelas. Setelah dilakukanya observasi pada saat pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung, diketahui guru kelas IVA menggunakan metode pembelajaran ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT), yaitu guru terlebih dahulu menjelaskan materi dengan cara ceramah, kemudian dilaksanakan tanya jawab dengan siswa terkait dengan materi yang telah dijelaskan dan kemudian guru memberikan tugas-tugas kepada siswa. Berdasarkan wawancara dengan ibu guru kelas IVA, metode ini dipilih karena materi dapat disampaikan lebih banyak kepada siswa dan dengan waktu yang singkat semua materi sudah selesai diajarkan. Sebenarnya penggunaan metode ini tidak sepenuhnya salah, namun hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif untuk berusaha menemukan sendiri pemecahan suatu masalah, sehingga siswa cenderung terlihat kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga pembelajaran seperti demikian kurang dapat menantang siswa dan tentunya para siswa akan kesulitan mencerna materi yang disampaikan, yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Kondisi untuk menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran dipandang masih memungkinkan, oleh sebab itu dilakukan wawancara pada beberapa siswa kelas IVA terhadap pembelajaran yang sebenarnya mereka inginkan seperti, melakukan diskusi kelompok karena apa yang dijelaskan oleh guru akan lebih mudah mereka pahami karena mereka biasanya menggunakan Bahasa dan ungkapan-ungkapan yang sama sehingga mereka bisa saling bertukar informasi antara satu sama lainnya, disamping itu pula mereka sangat senang jika melakukan percobaan-percobaan, observasi/mengamati hewan

dan tumbuhan dilakukan.

terkait dengan IPA namun sayang sekali hal tersebut jarang

Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan berkaitan dengan permasalahan diatas adalah dengan cara menerapkan model siklus belajar. Model siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri. Dalam penerapan model siklus belajar dilakukan beberapa tahap kegiatan pembelajaran seperti membangkitkan minat siswa pada pelajaran IPA (engagement), memberikan kesempatan kepada siswa untuk memanfaatkan panca indera mereka semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan (exploration), memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi (explaination), mengajak siswa mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka dapatkan (elaboration) dan terdapat suatu tes akhir untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari (evaluation) (Made Wena, 2009:170). Dengan demikian diharapkan melalui penerapan model siklus belajar siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, bekerja sama dengan siswa lain untuk memahami konsep, menjelaskan konsep dengan kata-kata mereka sendiri, serta mengaplikasikan konsep yang telah diperoleh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mencoba menerapkan model siklus belajar dalam pembelajaran IPA dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Model Siklus Belajar untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IVA SD Negeri 7 Sesetan, Denpasar Tahun Ajaran 2011/2012.

C. RUMUSAN MASALAH

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitan ini adalah 1. Bagaimana meningkatkan keaktifan belajar IPA melalui penerapan model siklus belajar pada siswa kelas IVA di SD Negeri 7 Sesetan, Denpasar Tahun Ajaran 2011/2012? 2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model siklus belajar pada siswa kelas IVA di SD Negeri 7 Sesetan, Denpasar Tahun Ajaran 2011/2012? D. TUJUAN PENELITIAN Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah 1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA melalui penerapan model siklus belajar pada siswa kelas IVA di SD Negeri 7 Sesetan, Denpasar Tahun Ajaran 2011/2012. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model siklus belajar pada siswa kelas IVA di SD Negeri 7 Sesetan, Denpasar Tahun Ajaran 2011/2012. E. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian setelah penerapan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif dalam upaya pengembangan dan peningkatan hasil belajar IPA secara optimal khususnya dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Pembelajaran IPA dengan menggunakan model siklus belajar diharapkan mampu meningkatkan penguasaan materi pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan. b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam mengelola pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. c. Bagi Sekolah Dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan prestasi sekolah yang ditunjukkan dari meningkatnya hasil belajar sekolah secara keseluruhan dan meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di SD. d. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi berharga bagi para peneliti bidang pendidikan terkait dengan pengembangan model siklus belajar. F. Kajian Pustaka Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini, landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus belajar, keaktifan belajar, hasil belajar IPA, pembelajaran IPA di SD dan selanjutnya hal ini sebagai kerangka berpikir dalam merumuskan hipotesis penelitian. 1. Landasan Teori a. Model Siklus Belajar Model siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Siklus belajar pertama kali digunakan sebagai model pembelajaran dalam program the Science Curriculum Improvement Study (SCIS). Model Siklus belajar ini merupakan pendekatan yang ampuh untuk perancangan pembelajaran IPA yang aktif dan efektif karena siklus belajar memberikan suatu cara berpikir dan berperilaku yang konsisten dengan cara siswa belajar. Pada mulanya model siklus belajar terdiri atas tiga tahap, yaitu:
a) Eksplorasi (exploration), b) Pengenalan konsep (concept introduction), dan c) Penerapan konsep (concept application).

Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap, Lorchbach 2002 (dalam Made Wena, 2009:171) yang terdiri atas 5 tahap yaitu

Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation. Tahapan ini harus dilakukan semuanya sesuai dengan urutan di atas. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini.

5. Evaluation

1. Engagm ent 2. Exploration 3. Explanation

4. Elaboration

Gambar 1 Model Siklus belajar dengan 5 tahap (Made Wena, 2009:176)

Adapun penjelasan

dari kelima tahap model siklus belajar di atas adalah sebagai berikut. a) Pengembangan Minat (engagement) Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari model siklus belajar. Pada tahap ini guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

b)

Eksplorasi (exploration) Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap

eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jumlah siswa di kelas IVA yaitu 39 sebanyak 8 kelompok dengan beranggotakan 4-5 6

siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar. c) Penjelasan (explanation) Penjelasan merupakan tahap ketiga model siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Dengan adanya kondisi diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi. d) Elaborasi (elaboration) Elaborasi merupakan tahap keempat model siklus belajar. Tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/ mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.

e)

Evaluasi (evaluation) Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap

evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan

mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Berdasarkan tahapan dalam model siklus belajar seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat secara maksimal untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya sendiri terhadap konsep yang dipelajari. Adapun secara oprasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut. Tabel 1 Sintak Model Siklus Belajar No. Tahapan Model Kegiatan Guru 1 Siklus Belajar Pembangkitan Minat (engagement) Kegiatan Siswa minat tahu yang respon

Membangkitkan minat Mengembangkan dan siswa Mengajukan pertanyaan permasalahan berhubungan yang dengan keingintahuan dan rasa ingin materi terhadap

diajarkan Memberikan

megenai terhadap pertanyaan guru

Ekslporasi (exploration)

materi yang diajarkan Membentuk kelompok, Berkelompok memberi untuk dalam bekerja sama kelompok

dan

kesempatan berusaha bekerja dalam kelompok

secara mandiri

Guru berperan sebagai Membuktikan fasilitator tahap mencoba pemecahannya pengumpulan diskusi kelompoknya membuat 3 Menjelaskan (explanation) Mendorong untuk

hipotesis

yang sudah dibuat pada sebelumnya, alternatif dengan data, dengan dan suatu

melakukan pengamatan,

kesimpulan siswa Mencoba memberikan terhadap

menjelaskan penjelasan

konsep dengan kalimat konsep yang ditemukan mereka sendiri Meminta bukti dan Menggunakan data hasil dalam memberi penjelasan secara Melakukan pembuktian konsep yang hasil klarifikasi dari pengamatan penjelasan siswa Mendengar

kritis penjelasan atara terhadap

siswa diajukan Memandu diskusi Melakukan diskusi Memberi definisi dan Mendengarkan penjelasan konsep dibahas menggunakan penjelasan siswa yang tentang memahami akan dari guru dengan

dan

penjelasan

Elaborasi (elaboration)

Mengingatkan pada alternatif data saat

siswa Menerapkan konsep dan dalam dan dan situasi baru

penjelasan keterampilan

mempertimbangkan mengeksplorasi situasi baru Mendorong memfasilitasi menerapkan dalam 5 Evaluasi (evaluation) situasi baru Mengamati pengetahuan pemahaman siswa

menggunakan label dan

mereka definisi formal

dan Memecahkan siswa membuat konsep melakukan

masalah, keputusan, percobaan,

yang dan pengamatan Mengevaluasi belajarnya atau sendiri mengajukan bukti yang dan telah dengan pertanyaan penjelasan diperoleh

dan mencari jawaban dari

Mendorong melakukan diri Mendorong data dalam pembelajaran

sebelumnya siswa Mengambil kesimpulan evaluasi lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya siswa Melihat dan menganalisis atau dalam

memahami kekurangan kekurangan kelebihannya kelebihannya

kegiatan kegiatan pembelajaran (Sumber: Wena, 2009:173)

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan proses yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara maksimal dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa dapat mepelajari materi secara bermakna dengan berfikir, pengetahuan dikonstruksi dari 10

pengalaman siswa melalui penyelididkan dan penemuan untuk pemecahan masalah, kemudian siswa dapat mengungkapkan konsep yang sesuai dengan pengalamannya dan menggunakan pemahaman yang telah diperoleh untuk memecahakan permasalahan lain yang berhubungan dengan kehidupan seharihari. Sedangkan guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu. Misalnya pada waktu akan melakukan eksperimen terhadap suatu permasalahan, guru tidak memberi petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, tetapi guru mengajukan pertanyaan penuntun tentang apa yang akan dilakukan siswa, apa alasan siswa merencanakan atau memutuskan perlakuan yang demikian dengan demikian, kemampuan analisis, evaluatif, dan argumentatif siswa dapat berkembang dan meningkat secara signifikan yang akhirnya berujung pada peningkatan hasil belajar siswa. b. Keaktifan Belajar Aspek pribadi yang berkaitan dengan hasil belajar adalah keaktifan. Bila siswa aktif dalam proses pembelajaran, maka siswa akan dengan mudah memahami setiap konsep yang dipelajari sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. Keaktifan belajar merupakan suatu proses kegiatan belajar siswa tersebut secara aktif, intelektual, dan emosional sehingga siswa tampak betul-betul berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran (Dimyati, 1994 : 42). Nana Sudjana dan Ahamad Rifai (2006:110) menyatakan bahwa, ciri-ciri pembelajaran yang bermakna untuk belajar siswa aktif adalah: 1) Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga banyak mencari dan memberikan informasi, 2) Siswa mampu berinteraksi dengan mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada siswa lainnya, 3) Siswa lebih banyak mengajukan pertanyaan atau pendapat terhadap informasi yang diajukan, 4) Siswa mengajukan respon nyata terhadap stimulus yang di terima dari proses pembelajaran, 5) Siswa berkesempatan melakukan penelitian sendiri terhadap hasil pekerjaan serta membuat simpulan pelajaran dengan bahasanya sendiri. Sudjana dan Rifai (2006:110) Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa yaitu: stimulus belajar, perhatian dan motifasi, respon yang dipelajari, penguasaan dan pelaksanaan atau tindakan.

11

Dalam penelitian ini, indikator keaktifan belajar yang diamati dalam aktifitas belajar siswa adalah : 1. Bakerjasama yaitu interaksi yang terjadi antara siswa dalam menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok. Bekerjasama yang diamati adalah selama proses pembelajaran kelompok mencari informasi secara bersama-sama untuk memahami konsep, bukan pada kerjasama tes dalam tes akhir atau evaluasi secara individu. 2. Bertanya yaitu kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan mengenai masalah yang ditemukan berkaitan dengan materi pembelajaran yang dipelajari. Keaktifan bertanya siswa yang dimaksud adalah bertanya masalah atau bertanya lanjutan, baik kepada teman maupun kepada guru. 3. Menjawab yaitu menyampaikan pendapat atau jawaban dari pertanyaan yang diajukan secara lisan maupun tertulis. Aktif menjawab dalam hal ini adalah terkait dengan masalah yang dipelajari atau tanya jawab antar teman dan guru. 4. Mengemukakan ide yaitu gagasan yang disampaikan terhadap masalah yang ditemukan dalam pembelajaran, seperti memberikan alternatif pemecahan, memperagakan, tukar pemdapan antar teman. Keaktifan mengemukakan ide atau gagasan yang diamati yaitu secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan filosofis diatas maka dapat dirangkum bahwa keaktifan belajar merupakan bentuk segala kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran secara fisik maupun mental dalam kegiatan yang mudah maupun yang sulit diamati. Keaktifan belajar dapat mendorong siswa berinteraksi aktif secara individu maupun kelompok dengan berbagai sumber belajar maupun lingkungan nyata untuk mencapain tujuan pembelajaran yang diinginkan. Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran secara fisik maupun mental biasanya mampu mencapai hasil belajar yang baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. c. Hasil Belajar IPA

12

Hasil belajar menurut Sudjana (2006:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Sudjana menekankan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh setelah proses belajar. Nasution (dalam Iskandar, 2008:128) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Gagne 1977 (dalam Ekawarna, 2009:40), hasil belajar bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku tersebut merupakan hasil dari efek kumulatifdari belajar. Artinya banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Bloom (dalam Hamid dan Asmawi, 1992:22) membedakan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (keterampilan motorik). Setiap ranah diklasifikasikan lagi kedalam beberapa tingkat atau tahap kemampuan yang harus dicapai (level of competence). Untuk ranah kognitif mulai dari tingkat paling ringan yaitu mengingat kembali (recall), memahami (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) sampai evaluasi (evaluation). Ranah afektif mulai dari menangkap/merespon pasif, beraksi dengan sukarela/merespon aktif, mengapresisasi, menghayati/internalisasi, sampai akhirnya menjadi karakter atau jiwa di alam dirinya. Ranah psikomotorik mulai dari tingkat mengamati, selanjutnya membantu melakukan, melakukan sendiri, melakukan dengan lancar sampai secara otomatis atau reflekstoris. Dari pendapat para ahli di atas maka dapat dirangkum bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh melalui proses belajar yang berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga menghasilkan suatu pemahaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

13

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar (Baharudin,2010:19). 1) Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. a) Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu. Pertama, keadaan tonus jasmani yang pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktifitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintun masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktifitas belajar adalah mata dan telinga.

b) Faktor Psikologis Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor yang utama

14

mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. (1) Kecerdasan/intelegensi siswa Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menetukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. (2) Motivasi Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. (3) Minat Secara sederhana, minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Untuk meningkatkan minat belajar dapat dilakukan dengan cara membuat materi yang dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari buku, materi, model pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performasi guru yang menarik saat mengajar. (4) Sikap Sikap belajar siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performa guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. (5) Bakat Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya,

15

maka bakat itu akan mendukung proses belajaranya sehingga kemungkinan besar dia akan berhasil. 2) Faktor-faktor Eksogen/eksternal Fakto-faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial, Syah 2003 (dalam Baharudin, 2010:26). a) Lingkungan sosial (1) Lingkungan sosial dalam sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. (2) Lingkungan sosial masyarakat. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. (3) Lingkungan sosial keluarga. ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktifitas belajar siswa. b) Lingkungan nonsosial Fator-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah: (1) Lingkungan alamiah Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu gelap, suasana yang sejuk dan tenang. (2) Faktor instrumental Perangkat belajar hardware dan Software. Hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain sebagainya. (3) Faktor materi pelajaran

16

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga metode guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. d. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang tidak terlepas dari kaitannya terhadap alam dan lingkungan sekitar kita, maka dari itu agar pemahaman konsep siswa dapat berjalan dengan baik maka siswa harus dihadapkan pada kegiatan pembelajaran langsung yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan proses dengan tujuan untuk memahami konsepkonsep dan mampu dalam memecahkan masalah dihadapi seperti melaui kegiatan percobaan dan pengamatan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA di SD istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejalagejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah (Wasih, 2010:18).

17

Pengetahuan alam sudah jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Usman Samatowa, 2006:2) Selain itu, Nash 1993 (dalam Usman Samatowa, 2006:2) dalam bukunya The Nature of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhan membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Usman Samatowa, 2006:2) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga keseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. (Usman Samatowa, 2006:2) Selain itu ada juga yang medefinisikan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimental, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah dan Eny, 2009:18) Kurikulum pendidikan dasar (1995:61) menyatakan: bahwa IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui

18

serangkaian proses ilmiah antara lain penyelididkan, penyususnan dan pengujian gagasan-gagasan. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebersamaan Yuhan Yang Maha Esa. Memperhatikan beberapa pengertian IPA di atas, maka dapat dirangkum bahwa pembelajaran IPA berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang disusun dengan cara yang khusus dan teruji kebenarannya, yang dilaksanakan melalui serangkaian proses seperti observasi eksperimental, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Kurikulum pendidikan dasar (1995:61) menyebutkan ada beberapa fungsi dari mata pelajaran IPA yaitu: a) memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan seghari-hari. b) mengembangkan keterampilan proses. c) mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. d) mengembangkan kesadaran tentang adanya keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari e) mengembangkan kesadaran untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tongkat pendidikan yang lebih tinggi.

Kurikulum pendidikan dasar (1995: 61) menyebutkan ada beberapa tujuan dari mata pelajaran IPA yaitu: a) memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

19

b) c) d) e) f) g)

memiliki keterampilan proses untuk mengembangakan pengetahuan, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejalamampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga

gagasan tentang alam sekitar. serta kejadian di lingkungan sekitar jawab, bekerjasama, dan mandiri. gejala alam dan memecahkan dalam kehidupan sehari-hari. memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

2. Kerangka Berpikir Setelah diadakannya observasi selama 4 hari di SD Negeri 7 Sesetan maka ditemukan permasalahan berupa pembelajaran IPA pada kelas IVA masih cenderung berpusat pada guru dengan menerapkan metode pembelajaran ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT) yaitu metode mengajar gabungan antara 20

ceramah dengan tanya jawab dan diakhiri dengan pemberian tugas sehingga mengakibatkan peran serta siswa menjadi kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dan siswa cepat bosan karena sedikitnya kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri yang akhirnya berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan.
Dalam pembelajaran IPA di SD seyogianya guru menempatkan siswa sebagai subyek belajar (student centre) dan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mengarahkan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pemahamannya melalui kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan proses seperti percobaan dan pengamatan yang dilaksanakan secara berkelompok, dengan tujuan agar siswa menjadi lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran, oleh karena itu maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu memberikan siswa kesempatan

untuk lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, bekerjasama dengan siswa lain untuk memahami konsep, menjelaskan konsep dengan kata-kata mereka sendiri, serta mengaplikasikan konsep yang telah mereka peroleh untuk memecahkan masalah sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Adapun alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah dengan model siklus belajar. Model siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran yang merupakan perwujudan dari filosofi konstruktivisme dengan asumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa, model siklus belajar terdiri dari 5 tahap pembelajaran yaitu enggagment yang merupakan usaha pembangkitan minat dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan, exploration yaitu mengecek pengetahuan siswa, explanation yaitu menjelaskan konsep dengan pemikiran sendiri, elaboration penerapan konsep dengan konteks berbeda, dan evaluation mengamati pengetahuan atau siswa mengenai konsep yang telah diajarkan. Berdasarkan tahapan dalam model siklus belajar maka siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya sendiri terhadap konsep yang dipelajari. Dengan mempertimbangkan teori yang melandasi dan didukung oleh hasil pengkajian penelitian yang relevan, yaitu dalam skripsi Iwan Kurniawan pada pembelajaran IPA dengan model siklus belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDS. Interaktif Abdussalam Kec. Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Bahwa hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan, yaitu pada 21

siklus I perolehan nilai rata-rata siswa adalah 64,91 nilai rata-rata pada siklus II adalah 78,41, dan nilai rata-rata siswa pada siklus III adalah 87,42. Persentase KKM pada siklus I adalah 54,50% pada siklus II adalah 81,81 % dan pada siklus III adalah 100% Selain itu, dari Asri Nurfitriani Rahayu menyatakan bahwa pembelajaran IPA dengan model Learning Cycle (siklus belajar) pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bahwa pada siklus I siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 21 orang siswa dengan persentase 67,74% dan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang telah mencapai KKM yaitu sebanyak 27 orang siswa dengan persentase 87,09%. Dari hasil penelitian tersebut diduga model siklus belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di SD. 3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir penelitian ini, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah 1) Jika model siklus belajar diterapkan dengan baik, maka dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa IVA, di SD Negeri 7 Sesetan, Denpasar tahun ajaran 2011/2012. 3) Jika model siklus belajar diterapkan dengan baik, maka dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IVA, di SD Negeri 7 Sesetan, Denpasar tahun ajaran 2011/2012.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. PTK memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu pelajaran melalui suatu tindakan bermakna dengan menggunakan sebuah model atau suatu pendekatan pembelajaran yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan

22

kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Iskandar (2011:21) menyatakan penelitian tindakan kelas adalah salah satu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukkan secara rasional, sistematis, dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau tim peneliti (kolaborasi) terhadap tindakan nyata di dalam kelas berupa kegiatan pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini menurut Suhardjono (dalam Iskandar, 2011:33) adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, memecahkan atau mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Adapun judul penelitian ini adalah penerapan model siklus belajar untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IVA di SD Negeri 7 Sesetan, Denpasar tahun ajaran 2011/2012. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri 7 Sesetan, yang berjumlah 39 siswa terdiri dari 21 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas IVA SD Negeri 7 Sesetan, kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Proses pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas IVA, dan lingkungan sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012, selama 2 bulan yaitu pada februari sampai maret 2012. 3. Rancangan Penelitian Dalam kegiatan PTK ini, peneliti bersama guru mitra bersama-sama membuat suatu kesepakatan baik dalam penentuan jadwal, model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran siklus belajar. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. 23

Rencana tindakan siklus 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui prosedur penelitian tindakan kelas dibawah ini.
Refleksi Perencanaan Refleksi SIKLUS I Observasi Perencanaan Refleksi SIKLUS II Observasi Pelaksanaan Pelaksanaa

SIKLUS KE N Diadaptasi dari (Arikunto, 2009:16) a) Rencana Tindakan Tahap ini mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan tersebut adalah: (a) Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan menyusun silabus yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan Model Siklus Belajar. (b) ganda. (c) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan Model perangkat-perangkat pembelajaran. Kegiatan-kegiatan

Siklus Belajar, menyiapkan LKS dan test dalam bentuk pilihan

tindakan kelas dan membuat lembaran observasi.

24

b) Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan scenario pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar yang telah direncanakan. Pada setiap siklus penelitian ini terdiri dari 3 kali pertemuan dengan 3 kali evaluasi pada setiap akhir pertemuan. Secara garis besar, tahapan pelaksanaan model siklus belajar sebagai berikut. 1) Pengembangan Minat (engagement) (1) (2) Guru menunjukkan obyek, peristiwa atau mengajukan Guru menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan untuk memotivasi siswa menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kegiatan yang dilakukan dan cakupan meteri yang akan dibahas. 2) Eksplorasi (exploration) (1) Guru membagi jumlah siswa menjadi 8 kelompok karena jumlah siswa dalam kelas IV sebanyak 39 siswa maka masingmasing kelompok beranggotakan 4-5 orang. (2) (3) Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya Guru membimbing siswa jika ada yang mengalami kesulitan masing-masing mengenai LKS yang diberikan oleh guru.

3) Penjelasan (explanation) (1) (2) Guru menugaskan beberapa perwakilan kelompok untuk Kelompok yang lain memperhatikan dengan seksama dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas mengajukan pertanyaan kepada kelompok tersebut jika ada perbedaan pendapat (3) Guru memandu diskusi dan meluruskan konsep/keterampilan siswa yang keliru 4) Elaborasi (elaboration)

25

(1)

Guru memberikan tugas kepada siswa terkait dengan konsep

yang telah diajarkan pada tahap eksplorasi, namun pada situasi baru atau konteks yang berbeda. (2) Siswa menerapakan dan mengaplikasikan konsep sebelumnya dalam situasi yang baru guna memecahakan masalah yang dihadapi 5) Evaluasi (evaluation) (1) (2) Guru membagikan soal evaluasi kepada siswa, guna Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dalam mengetahui pengetahuan atau pemahaman siswa. waktu yang telah ditentukan. Setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa diminta mengumpulkan jawaban mereka masing-masing. c) Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan terhadap keaktifan belajar siswa secara langsung dan sistematis yang dilaksanakan dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran pada setiap siklus. Dalam hal ini guru bertindak sebagai observer. Kegiatan ini diupayakan agar tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pada akhir pelaksanaan pembelajaran, diadakan penilaian dengan menggunakan tes hasil belajar. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif bentuk soal pilihan ganda. d) Refleksi Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Pada tahap ini, peneliti bersama guru mitra merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA. Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahapan akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya. 4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data Penelitian a. Metode dan Instrumen yang digunakan 26

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode tes dan metode observasi. Metode tes digunakan untuk mencari data tentang hasil belajar atau kemampuan kognitif siswa. Dan metode observasi untuk mencari data tentang keaktifan belajar dengan model siklus belajar. Inti jelasnya aspek yang dicari dalam penelitian ini adalah seperti tertera pada tabel di bawah. Tabel. 2 Format Instrumen Pengumpulan Data Penelitian Variabel Hasil Belajar IPA Keaktifan Belajar IPA Metode Tes Observasi Sumber Data Siswa Siswa Alat/ Sifat Data Instrumen Tes Interval Lembar observasi 1) Metode Tes Tes digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil kegiatan pembelajaran. Menurut Agung (2005:59) metode tes merupakan cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval). Metode ini digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa. Data dikumpulkan dengan memberikan tes kepada setiap siswa yang harus dikerjakan secara individu pada setiap akhir pertemuan pada masing-masing siklus. Menurut Sudjana (2010:35) tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa, tes pada umumnya mengukur dan menilai hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif. Dari pendapat para ahli diatas maka dapat dirangkum bahwa tes merupakan cara memperoleh data berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang guna (skor) Interval (skor)

27

mendapatkan jawaban, dan pada akhirnya diperoleh suatu data berupa skor. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah test objektif berbentuk pilihan ganda disebabkan oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Butir-butir tes disesuaikan dengan pokok bahasan yang telah diberikan yang mengacu pada indikator dan tujuan pembelajaran (kisikisi tes hasil belajar terlampir). 2) Metode Observasi Narbuko (2005:70) menyatakan observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku siswa atau suatu proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Agung (2005:54) menyatakan metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu. Pengamatan/observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencacatan secara sistematis (Arikunto, 2005:30). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan metode observasi adalah cara pengumpulan data/penilaian melalui pengamatan langsung dan sistematis terhadap objek tertentu dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keaktifan belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar melalui observasi/pengamatan langsung dan sistematis. Dalam melakukan observasi peneliti berkalaborasi dengan guru kelas IV SD Negeri 7 Sesetan dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, indikator

28

keaktifan siswa dapat dilihat dari, bekerja sama, bertanya, menjawab, mengemukakan ide atau pendapat, ketelitian dan tanggung jawab. Untuk lebih jelasnya lembar observasi dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa No Indikator Keatifan I 1 2 3 4 5 II 1 2 3 4 5 III 1 2 3 4 5 IV 1 2 3 4 Bekerja Sama Siswa menunjukan interaksi positif diantara kelompok Siswa dalam memecahkan masalah melibatkan teman kelompok Siswa bersama-sama mencari informasi untuk Skor

menyelesaikan masalah Siswa mendiskusikan alternatif jawaban terhadap tugas yang diberikan Siswa bersama-sama melakukan percobaan/peragaan Bertanya Siswa aktif bertanyaa saat proses pembelajaran Siswa bertanya mengenai masalah yang diberikan oleh guru maupun temannya Siswa menanyakan gagasan/ide yang disampaikan siswa lain Siswa mengajukan permasalahan tentang konsep yang tidak dipahami Siswa menyusun daftar pertanyaan/soal yang belum dipahami Menjawab Siswa terlibat aktif menjawab saat kegiatan pembelajaran Siswa memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan Siswa aktif mencatat berbagai informasi yang diperoleh Siswa melaporakan hasil diskusi secara sistematis Siswa meringkas atau merangkum materi pembelajaran Mengemukakan Ide dan Perhatian Perhatian siswa terhadap penjelasan guru Siswa mengemukakan pendapat/ saran secara lisan maupun tak lisan Siswa menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya Siswa menemukan gagasan/ide baru (inovatif) 29

5 V 1 2 3 4 5

Siswa memperbaiki atau menyempurnakan jawaban Ketelitian dan tanggung jawab Teliti di dalam menjawab soal/memecahkan suatu permasalahan Siswa mengerjakan tugas belajarnya dengan penuh tanggung jawab Tugas-tugas belajarnya dapat diselesaikan tepat waktu Menggunakan/menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaiakn tugas/permasalahan dengan teliti Memanfaatkan sumber belajar yang disediakan oleh guru dengan baik Total Skor (dimodifikasi dari Uzer, Sudjana dan RPP berkarakter) Keterangan : Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 : jika semua deskripsi tiap-tiap indikator keatifan dilakukan oleh siswa : jika 4 dari masing-masing indikator tisp komponen dilakukan oleh siswa : jika 3 dari masing-masing indikator tisp komponen dilakukan oleh siswa : jika 2 dari masing-masing indikator tisp komponen dilakukan oleh siswa : jika 1 dari masing-masing indikator tisp komponen dilakukan oleh siswa

Penentuan Jumlah skor: N= Pedoman Konversi Kriteria Keaktifan (Kualifikasi) : Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif : skor 85-100 : skor 70-84 : skor 55-69 : skor 40-54 : skor 0-39

(dimodifikasi dari pedoman penilaian LPPL (APKCG))

30

b. Analisis Data Hasil Belajar Siswa Dalam penelitian ini, untuk menganalisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif baik deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Agung (2010:67) menyatakan metode analisis deskriftif kuantitatif ialah suatu cara pengelompokan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpilan umum. Metode ini digunakan untuk pengolahaan data yang dilakukan dengan menghitung rata-rata (M), rata-rata persen, ketuntasan belajar (KB), dan mengkonversikan pada penilaian acuan patokan (PAP) skala 5. Adapun langkah-langkah analisisnya adalah sebagai berikut. 1. Mentabulasikan data hasil penelitian tindakan yang telah diberikan pada setiap siklus baik data keaktifan belajar dari observasi maupun data hasil belajar dari tes. 2. Mencari rata-rata keaktifan belajar maupun hasil belajar yang telah dikualifikasikan, dengan menentukan ratarata (Mean), rata-rata persen dan ketuntasan belajar (KB). a) Menghitung Mean (rata-rata) M=

X
N

(Agung, 2005:95)

Keterangan: M X N = Mean (rata-rata) = Jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa = Banyaknya siswa

b) Menentukan rata-rata persen M% = M x100% SMI (Agung, 2005: 96)

Keterangan: M% = Rata-rata persen

31

M SMI

= Mean (Skor yang dicapai siswa secara keseluruhan) = Skor maksimal ideal

c) Menghitung ketuntasan belajar KB = n 60 X 100% N = Ketuntasan Belajar = Banyak siswa yang memperoleh nilai 60 keatas (KKM IPA kelas IV adalah 60) N 3. = Jumlah siswa Setelah memperoleh rata-rata persentase dan ketuntasan belajar, maka hasil yang diperoleh dikonversikan pada penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 4 Pedoman Konversi PAP Skala 5 tentang Tingkatan Hasil Belajar IPA dan Keaktifan Belajar IPA Persentase 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39 Kriteria Hasil Belajar IPA Kriteria Keaktifan Belajar IPA Sangat Tinggi Sangat Aktif Tinggi Aktif Sedang Cukup Aktif Rendah Kurang Aktif Sangat Rendah Sangat Kurang Aktif (dimodifikasi dari Nurkancana & Sunartana, 1990)

Keterangan: KB
n 60

5. Indikator Kinerja Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini, maka ditetapkan indikator kinerja. Adapun indikator kinerja penlitian ini sebagai berikut. a. Keaktifan Belajar Siswa Keaktifan belajar siswa dikatakan tuntas jika persentase yang dicapai siswa secara individu minimal 60 dan kelas dikatakan tuntas 32

jika ketuntasan belajar (KB) minimal mencapai 75% bila dikonversikan pada penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 di atas berada pada int 7084 kategori aktif. b. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa dikatakan tuntas bila setiap siswa mampu memperoleh kriteria ketuntasan minimal (KKM) minimal 60 dan dikatakan berhasil jika mencapai ketuntasan belajarnya (KB) minimal mencapai 75%, bila dikonversikan pada penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 di atas berada pada interval 70-84 kategori tinggi.

H. Jadwal Waktu Penelitian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kegiatan Identifikasi Masalah Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Seminar Perbaikan Proposal Pelaksanaan Penelitian Analisis Data Penyusunan Laporan Ujian Skripsi PTK 1 Januari 2 3 4 Bulan/Minggu Februari Maret 2 3 4 5 1 2 3 4 April 2 3 4

I. Daftar Pustaka

33

Aly, Abdulah dan Eny Rahma. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Cetakan Ke-15. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Agung, A.A Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. FIP. Undiksha Singaraja, Singaraja 27 September 2010. Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri Singaraja. Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Baharudin, H dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ke-10: Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Depdikbud, 1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Djojosoediro, Wasih. 2010. Pengembangan dan Pembelajaran IPA SD. (Online). Tersedia: http://Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD.go.id/index.php. (31 januari 2012). Dimyati dan Mudjiono. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud. Ekawarna. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan Pertama. Jakarta: Gaung Persada. Hazan, Hamid dan Asmawi Zainul. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan Ketiga. Jakarta: Gaung Persada. Kurniawan, Iwan. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle Model ) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA pada kelas IV SDS. Interaktif Abdussalam Kec. Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia pada http://repository.upi.edu (diakses pada tanggal 15 Februari 2012) Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2005. Metodelogi Penelitian. Cetakan Ke-7. Jakarta: Bumi Aksara. Nurkancana, Wayan dan PPN Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional

34

Rahayu, Asri Nurfitriani. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Pada Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia pada http://repository.upi.edu (diakses pada tanggal 15 Februari 2012) Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana. Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan Ke-6. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Uno, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Keatif dan Efektif. Cetakan Ke-4. Jakarta: Bumi Aksara. Uzer, Usman, Moh dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Model Pembelajaan Inofatif Progresif. Jakarta Kencana Predana Media Group. Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer. Jakarta: Bumi Aksara.

35

You might also like