You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori belajar atau teori perkembangan mental berisi uraian tentang apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terjadi pada mental anak. Teori belajar adalah teori yang berkenaan dengan kesiapan anak belajar, kegiatan mental anak, tentang apa yang ia dapat lakukan pada usia (tahap perkembangan mental) tertentu. Dalam teori belajar tidak ada uraian tentang prosedur dan tujuan mengajar. Sedangkan teori mengajar adalah uraian tentang petunjuk bagaimana semestinya mengajar anak pada usia tertentu bila ia sudah siap untuk bisa belajar. Jadi, pada teori mengajar terdapat tujuan dan prosedur mengajar. Di antara para ahli ilmu jiwa, ahli teori belajar, dan pendidikan sendiri masih belum ada kesefahaman tentang bagaimana anak belajar dan metode mengajar mana yang paling baik dipergunakan pada saat belajar. Walaupun demikian itu jangan dijadikan penghalang bagi kita untuk mempelajarinya sebab akan banyak manfaatnya dalam pengajaran matematika. Misalnya dengan mengetahui bahwa perkembangan mental siswa itu masih preoperasional untuk sementara kita akan menangguhkan pelajaran berhitungnya. Dengan mengetahui bahwa perkembangan mental siswa masih operasi kongkrit, kita akan memberikan pengajaran dengan menggunakan alat-alat bantu kongkrit.

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan: -Untuk menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan mental menurut piaget -Untuk menjelaskan konsep-konsep matematika yang dapat difahami siswa Manfaat : - Untuk mengetahui tentang strategi belajar-mengajar - Untuk mengetahui tentang hakekat matematika - Untuk mengetahui tentang metode/teknik mengajar - Untuk mengetahui tentang alat peraga/pengajaran matematika

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tiga Dalil Pokok Piaget Tentang Teori Perkembangan Mentalnya Jean piaget adalah ahli Ilmu Jiwa dan Biologi bangsa Swiss. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa sebenarnya ia bukan betul-betul ahli Ilmu Jiwa dikarenakan ia tidak bersekolah untuk menjadi ahli ilmu Jiwa. Namun ia banyak menggunakan istilah-istilah Ilmu Jiwa. Bidang utamanya adalah Falsafah dan Biologi, ia seorang ahli Zoologi. Ia mengadakan penelitian kepada anak-anak orang barat dimulai dengan penelitian kepada anaknya sendiri. Dari penelitiannya itu timbullah teori belajarnya yang biasa disebut Teori Perkembangan Mental Manusia. Perkataan mental pada teorinya itu biasa juga disebut intelektual atau kognitif. Teorinya disebut teori belajar sebab berkenaan dengan kesiapan anak untuk mampu belajar. Teorinya ini menetapkan ragam dari lahir sampai dewasa serta ciri-cirinya dari setiap tahap itu. Menurut teorinya perkembangan kognitif manusia itu tumbuh secara kronologis yaitu menurut urutan waktu, melalui empat tahap tertentu yang berurutan. Untuk setiap manusia urutan terjadinya tahap-tahap itu sama tetapi umur manusia masuk ke dalam tahap yang lebih tinggi itu berbeda-beda tergantung dari lingkungan dan keturunan. Tiga dalil pokok piaget adalah : 1. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya ialah setiap manusia akan mengalami urutan-urutan itu dan dengan urutan yang sama. 2. Tahap-tahap itu didefinisikan sebagai kluster dari operasi-operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis, dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual. 3. Gerak melalui tahap-tahap itu dilengkapkan oleh keseimbangan (equilibration) proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi). Asimilasi adalah penyerapan informasi baru kedalam pikiran. Sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru sehingga informasi itu punya tempat.

2.2 Empat Tahap Teori Perkembangan Kognitif Menurut Piaget Empat tahap yang dimaksud oleh teori perkembangan kognitif menurut piaget adalah : 1. Tahap Sensori Motor Tahap pertama dari teori perkembangan mental manusia dari Jean Piaget adalah tahap sensori motor (sensori motor stage). Pada tahap ini adalah berpengalaman melalui berbuat dan sensori. Berpikirnya melalui perbuatan atau tindakan, gerak, dan reaksi yang spontan. Ciri-ciri tahap sensori motor adalah : 1. Sebaran umur dari lahir sampai sekitar 2 tahun. 2. Anak belajar mengembangkan dan menyelaraskan gerak jasmaninyadengan perbuatan mentalnya menjadi tindakan-tindakan atau perbuatanyang teratur dan pasti. Ia belajar mengkoordinasikan akal dan geraknya. 3. Anak berpikir melalui perbuatan dan gerak. 4. Perkembangan yang terjadi pada tahap ini ialah dari gerak reflex ngemot dan gerak mata sampai kepada dapat makan, melihat, memegang, berjalan, dan berbicara. 5. Pada akhir tahap ini anak belajar mengaitkan simbul benda dengan benda kongkritnya, hanya masih sukar. Misalnya ia mengaitkan penglihatan mentalnya dengan penglihatan real dari benda yang disembunyikan. 6. Pada akhir tahap ini anak mulai melakukan perbuatan coba-coba berkenalan dengan benda-benda kongkrit yaitu disusunya, diuatak-atik, dan lain-lain. 2. Tahap Preoperasi Tahap kedua dari teori perkembangan mental manusia dari Jean Piaget adalah tahap preoperasi (pre operational stage). Pada tahap ini adalah tahap persiapan dalam pengorganisasian operasi kongkrit. Tahap ini dapat dibagi kedalam tahap berpikir prekonseptual dan tahap berpikir intuitif. Ciri-ciri tahap preoperasi adalah : 1. Sebaran umur dari sekitar 2 tahun - 7 tahun. Tahap berpikir prekonseptual sekitar 2 4 tahun, tahap berpikir intuitif sekitar 4 7 tahun. 2. Pada tahap ini anak berpikir internal (penghayatan ke dalam). Anak pada tahap prekonseptual memungkinkan representasi sesuatu itu dengan bahasa, gambar, dan permainan khayalan. Anak pada tahap berpikir intuitif didasarkan kepada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada penalaran.

3. Anak mengaitkan pengalaman yang ada pada dunia luar dengan pengalaman pribadinya. Anak mengira bahwa cara berpikirnya dan pengalamannya dimiliki pula oleh orang lain. Misalnya bila ia melihat sebuah gambar terbalik dari arah sisi meja yang satu, mengira temannya yang berhadapan dengan dia di sisi lain dari meja itu melihat gambar itu terbalik pula. 4. Ia mengira bahwa benda-benda tiruan itu memiliki sifat-sifat benda yang sebenarnya. Misalnya perlakuan anak terhadap bonekanya seperti perlakuannya terhadap anak yang sebenarnya yaitu mengajak bicara, mengasih makan dan minum, menyuruh tidur, dan lain-lain. 5. Anak pada tahap ini tidak dapat membedakan antara kejadian-kejadian yang sebenarnya (fakta) dengan khayalan (fantasi). 6. Ia berpendapat bahwa benda-benda itu berbeda bila kelihatannya berbeda, contoh : a. 2 deretan kancing yang banyaknya sama. Anak pada tahap preoperasi tidak dapat menjawab bahwa kedua deretan itu sama banyak. Ia belum memiliki konsep kekekalan banyaknya.

b. Air pada kedua bejana di sebelah kanan berikut ini dikatakan berbeda banyaknya (zatnya) meskipun ditumpahkan dari 2 buah bejana yang isinya sama. Ia belum memiliki konsep kekekalan materi (zat).

ditumpahkan menjadi

ditumpahkan menjadi c. Dua utas tali pada gambar disebelah kiri itu panjangnya sama. Kemudian diubah sehingga masing-masing menjadi tali dengan bentuk disebelah kanannya.

diubah menjadi

Anak pada tahap ini berpendapat bahwa kedua tali disebelah kiri itu masing-masing tidak sama panjang dengan satu tali disebelah kanannya meskipun ia menyaksikan diubahnya. Ia belum memiliki konsep kekekalan panjang. d. Anak tidak dapat melihat bahwa daerah meja yang ditutupi persegipanjang-persegipanjang disebelah kiri itu sama dengan luas meja yang ditutupi oleh persegipanjang-persegipanjang disebelah kanannya, meskipun ia menyaksikan seseorang melakukan perubahan itu. Ia belum memiliki konsep kekekalan luas.

diubah menjadi e. Dua buah gumpalan tanah liat yang sama berat kemudian ubahlah bentuk yang satu. Lalu tanyakan kepada anak yang tahap berpikirnya masih preoperasi. Ia akan menjawab bahwa beratnya itu sekarang berbeda. Ini berarti bahwa ia belum dapat memahami konsep kekekalan berat. f. Sebuah gelas berisi air penuh. Kemudian ambil sebuah benda tenggelam (berat) misalnya sebuah batu yang dapat dimasukkan kedalam gelas itu. Anak tidak mengerti bahwa air yang tumpah karena batu itu isinya sama dengan isi batu itu. Ini berarti ia belum dapat memahami konsep kekekalan isi. Dari contoh-contoh itu kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada tahap berpikir preoperasi anak belum dapat memahami konsep kekekalan (banyaknya, zat, panjang, luas, berat, dan isi). 7. Anak pada tahap ini memiliki kesukaran membalikkan dan mengulang pemikiran (perbuatan). Anak sukar memahami apa yang akan terjadi bila air yang ada dalam bejana paling kanan ditumpahkn ke dalam bejana paling dekat di sebelah kirinya.

8. Anak mendapat kesukaran untuk memikirkan dua aspek atau lebih dari suatu benda secara serempak. Misalnya ia akan mendapat kesukaran bila ia diminta untuk mengumpulkan kelereng besar dan berwarna hijau.

9. Ia tidak berpikir induktif maupun deduktif tetapi transitif (dari khusus ke khusus). Misalnya pada gambar berikut ia menyebutkan bahwa sepeda motor yang ada di depan itu lebih cepat (tidak berpikir induktif).

10. Anak mampu memanipulasi benda kongkrit. 11. Anak mulai dapat membilang dengan menggunakan benda kongkrit, misalnya jari. 12. Pada akhir tahap ini anak dapat memberika alasan atas keyakinannya, dapat mengelompokkan benda-benda berdasarkan satu sifat khusus yang sederhana dan mulai dapat memperoleh konsep yang sebenarnya. 13. Ia belum dapat memahami korespondensi satu-satu untuk memahami banyaknya (kesamaan dan ketidaksamaan). 14. Ia kesukaran memahami konsep ketakhinggaan dan pembagian tak terbatas dari sebuah ruas garis atas ruas garis-ruas garis yang lebih kecil panjangnya. 3. Tahap Operasi Kongkrit Tahap ketiga dari teori perkembangan mental dari Jean Piaget adalah tahap operasi (operasional) kongkrit (concrete operational stage). Pada tahap ini adalah tahap dimana pada umumnya anak-anak sekolah dasar. Pada tahap ini anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda kongkrit. Ciri-ciri tahap operasi kongkrit adalah : 1. Sebaran umur dari sekitar 7 tahun 11/12 tahun atau lebih. 2. Pada tahap ini egoismenya mengurang. Mereka mulai bersedia bermain dengan anak-anak lain, mengizinkan anak lain menggabungkan dia bermain dengan permainan pribadinya, tukar-menukar permainan, dan lain-lain. 3. Dapat mengelompokkan benda-benda yang memiliki beberapa karakteristik ke dalam himpunan dan himpunan bagian dengan karakteristik khusus dan dapat melihat beberapa karakteristik suatu benda secara serentak. 4. Mampu berkecimpung dalam hubungan kompleks antara kelompokkelompok dapat membalikkan operasi dan prosedur, dan dapat melihat langkah (keadaan) antara dari suatu perubahan. Misalnya keadaan antara matahari terbit dan terbenam. 5. Bila pada tahap preoperasional memahami konsep kekekalan itu belum ada, pada tahap ini sudah ada (konsep kekekalan banyaknya, zat, panjang, luas, berat, dan isi.

6. Mampu melihat sudut pandangan orang lain. Pada tahap ini anak belajar membedakan antara perbuatan salah yang disengaja dengan kesalahan tidak disengaja. 7. Dapat menyelesaikan soal-soal seperti : ..+ 3 = 9 8. Dapat menggunakan tambang panjang 3, 4 dan 5 m dan bilangan Pythagoras lainnya untuk membuat segitiga siku-siku. 9. Pada tahap ini anak-anak senang membuat benda bentukan, memanipulasi benda, dan membuat alat mekanis. 10. Pada akhir tahap ini dapat member alasan deduktif dan induktif tetapi masih banyak memandang contoh berurutan dari suatu prinsif umum sebagai hal-hal (kejadian-kejadian) yang tidak berhubungan (misalnya dalam langkah-langkah terurut pada pembuktian induksi matematika) 11. Berpikir pada tahap ini lebih dinamis, berpikir ke depan ke belakang dalam suatu struktur atau konteks. 12. Masih mendapat kesukaran menjelaskan pribahasa dan tidak mampu melihat arti yang tersembunyi. Tetapi ia mulai dapat memahami orang yang berjenaka. 13. Sebelum akhir tahap ini anak jarang dapat membuat definisi deskriptif yang tepat meskipun demikian ia dapat mengingat-ingat definisi buatan orang lain dan mengatakan kembali apa yang dihafalkan. 14. Masih kesukaran mengerti abstraksi verbal. Ia mampu melakukan operasi kompleks seperti kebalikan, substitusi, gabungan dan irisan himpunan, dan pengurutan dari benda-benda kongkrit tetapi mungkin tidak mampu membawakan (menyelesaikan) operasi-operasi ini dengan simbul-simbul verbal. 15. Tahap ini disebut tahap operasi kongkrit sebab ahli ilmu jiwa menemukan bahwa anak-anak usia antara 7 12 tahun mendapat kesukaran dalam menerapkan proses intelektual formal ke simbul-simbul verbal dan ide-ide abstrak. Meskipun demikian anak pada usia 12 tahun mahir sekali menggunakan kepandaiannya untuk memanipulasi bendabenda kongkrit. 4. Tahap Operasi Formal Tahap ke empat dari perkembangan intelektual manusia adalah tahap operasi formal (formal operational stage). Pada tahap operasi formal ini tidak berhubungan dengan ada atau tidaknya benda-benda kongkrit tetapi berhubungan dengan tipe berpikir. Ciri-ciri tahap operasi formal adalah : 1. Sebaran umur dari 11 - 12 tahun ke atas; anak-anak pada tahap ini disebut anak dewasa. 2. Tidak memerlukan lagi perantara operasi kongkrit untuk menyajikan abstraksi mental secara verbal.

3. Dapat mempertimbangkan banyak pandangan sekaligus, misalnya dapat bermain bridge dengan baik, dapat menyusun disain percobaan, dapat memandang perbuatannya secara objektif dan merefleksikan proses berpikirnya. Dalam diskusi ia dapat membedakan antara argumentasi dan fakta. 4. Mulai belajar merumuskan hipotesis (perkiraan) sebelum ia berbuat. Misalnya ia dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada waktu menggoreng bila ia memasukkan daging ayam berair ke dalam katel berminyak yang sangat panas. Ia dapat melakukan percobaannya untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan hipotesisnya. 5. Dapat merumuskan dalil atau teori, menggeneralisasi hipotesis dan mengetes bermacam hipotesis. 6. Dapat menghayati derajat kebaikan dan kesalahan dan dapat memandang definisi, aturan dan dalil dalam konteks yang benar dan objektif. 7. Dapat berpikir deduktif dan induktif, dapat memberikan alasan-alasan dari kombinasi pernyataan dengan menggunakan konjungsi, disjungsi, negasi dan implikasi, dan mengerti induksi matematika. 8. Anak dewasa mampu mengerti dan dapat menggunakan konteks kompleks seperti permutasi, kombinasi, perbandingan (proporsi), korelasi dan probabilitas, dan dapat menggambarkan (mengerti) besar tak hingga dan kecil tak hingga.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Perkembangan kognitif manusia tumbuh secara kronologis (menurut urutan waktu), melalui empat tahap tertentu yang berurutan. Empat tahap yang dimaksud oleh teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget adalah : 1. Tahap Sensori Motor (dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun) Pada tahap ini adalah berpengalaman melalui berbuat dan sensori. Berpikirnya melalui perbuatan atau tindakan, gerak, dan reaksi yang spontan. 2. Tahap Preoperasi (dari umur sekitar 2 tahun 7 tahun) Pada tahap ini adalah tahap persiapan dalam pengorganisasian operasi kongkrit. Tahap ini dapat dibagi kedalam tahap berpikir prekonseptual dan tahap berpikir intuitif. 3. Tahap Operasi Kongkrit (dari umur sekitar 7 tahun 11/12 tahun atau lebih) Pada tahap ini adalah tahap dimana pada umumnya anak-anak sekolah dasar. Pada tahap ini anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda kongkrit. 4. Tahap Operasi Formal (dari umur 11 tahun dewasa) Pada tahap operasi formal ini tidak berhubungan dengan ada atau tidaknya benda-benda kongkrit tetapi berhubungan dengan tipe berpikir. Sebaran umur pada tahap itu adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain dan antara anak yang satu dengan anak yang lain dari suatu masyarakat. Begitu pula dengan teorinya itu hanya berlaku bagi masyarakat barat.

You might also like